Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Kesehatan
Ligkungan Dan Tempat-Tampet Umum dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. DEFINISI SANITASI TRANSPORTASI.............................................................................3
B. PEMBAGIAN SARANA TRANSPORTASI.......................................................................4
C. MANFAAT SANITASI TRANSPORTASI.........................................................................7
D. SANITASI TRANSPORTASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.........................................8
E. KONSEP-KONSEP SANITASI TRANSPORTASI...........................................................11
F. PERATURAN YANG MENGATUR TENTANG SANITASI TRANSPORTASI...........11
G. PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH.....................................................................13
H. PENYEHATAN LINGKUNGAN BANGUNAN DI TRANSPORTASI...........................14
I. PENGAWASAN KUALITAS AIR LIMBAH....................................................................16
J. KRITERIA KUALITAS AIR TOILET...............................................................................18
K. PENGAWASAN KUALITAS UDARA DI TRANSPORTASI.........................................19
L. PENGOLAHAN SAMPAH................................................................................................22
M. PENGENDALIAN VEKTOR.............................................................................................23
N. INSPEKSI SANITASI TANSPORTASI............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara agraris dengan tingkat sosial ekonomi, pengetahuan, keadaan
sanitasi lingkungan dan hygiene masyarakat yang masih rendah. Indonesia masih
menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit terutama yang berkaitan dengan kondisi
sanitasi lingkungan yang belum baik. (Depkes RI, 2004).1
Menurut Hendrik L. Blum dalam Daud (2005) 2 bahwa derajat kesehatan dipengaruhi
oleh 4 (empat) faktor yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Di
negara yang sedang berkembang dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan dan faktor
perilaku mempunyai peranan yang sangat besar disamping faktor-faktor lainnya terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Sebagai tempat umum, dimana aktivitas manusia yang begitu ramai juga menyebabkan
sebagian besar orang tersebut menghabiskan waktu disana. Dengan begitu mereka juga
menggunakan fasilitas-fasilitas sanitasi, seperti tempat pembuangan sampah, toilet, dan
fasilitas-fasilitas lainnya.
1
Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2
Daud, Anwar. 2005. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin.
3
Direktorat Perhubungan Darat. 1998. Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Jakarta: Dinas Perhubungan Darat
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah pada makalah ini adalah
bagaimana “Konsep-Konsep Sanitasi Transportasi : Definisi, Manfaat Dan Ruang Lingkup”.
C. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sanitasi
1. Menurut Ehler & Steel (1958), pengertian sanitasi adalah “sanitation is the
preventionod diseases by eliminating or controlling the environmental factor which
from links in thechain of tansmission”.4
2. Menurut Soemirat (2004), mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha
kesehatanmasyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai
faktorlingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.5
3. Menurut Azwar (1990), sanitasi adalah “cara pengawasan masyarakat yang menitik
beratkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat”.6
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada
usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
2. Pengertian Transportasi
3
Sanitasi transportasi dapat diartikan sebagai sebuah usaha atau upaya pencegahan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap lingkungan yang dapat berdampak pada
kesehatan di kawasan tempat transportasi darat, air maupun udara.
1. Transportasi darat
4
Masyarakat yang menggunakan transportasi umum, telah diatur bahwa merekadapat
menggunakan tempat-tempat tertentu untuk naik dan turun dari transportasi.Sarana
tersebut antara lain adalah.7
b) Terminal
Terminal adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluanmenurunkan
dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar modatransportasi
serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
7
Sujarno, M. Ichsan dan Sri Muryani. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan. Sanitasi
Transportasi, Pariwisata dan Matra. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
5
2. Transportasi Air, Seperti Sungai, Danau, dan Laut
Alat transportasi ini hanya dapat digunakan dalam wilayah perairan, contohnyaseperti
kapal, ferry, tongkang, perahu, dan rakit. Sarana untuk menurunkan danmenaikkan
penumpang transportasi laut adalah pelabuhan. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di
ujung samudera, sungai, atau danau untukmenerima kapal dan memindahkan barang
kargo maupun penumpang ke dalamnya.Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang
dirancang khusus untuk memuat danmembongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh.
3. Transportasi Udara
6
bongkar muat barang dan tempat perpindahan intra dan antar modatransportasi yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbanganserta fasilitas
pokok dan penunjang lainnya.
7
D. SANITASI TRANSPORTASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Dalam ajaran Islam ada prinsip dasar yang harus selalu diperpegangi, yaitu bahwa
Allah sangat menyukai orang-orang bersih. Hal ini disampaikan oleh Allah dalam Q.S Al-
Baqarah (2) : 222 yakni :
Dalam Tafsir Al-Misbah pada Surah Al-Baqarah ayat 222 menjelaskan tentang
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat yaitu, dari dosa-dosa mereka
secara terus menerus, dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri yaitu, yang bersuci
dari dosa-dosa, dan ini mencakup segala macam bersuci dari yang bersifat matrial seperti dari
najis maupun hadats.
Bertaubat adalah menyucikan diri dari kotoran batin, sedang menyucikan diri dari
kotoran lahir adalah mandi atau berwudhu. Demikianlah penyucian jasmani dan rohani
digabung oleh penutup ayat ini, sekaligus memberi isyarat bahwa hubungan seks baru dapat
dibenarkan jika hid telah berhenti dan istri telah mandi.
Ayat ini juga menunjukkan disyariatkannya bersuci secara mutlak. Itulah sebabnya,
bersuci secara mutlak adalah syarat sahnya shalat, thawaf dan bolehnya menyentuh mushaf.
Juga bersuci secara maknawi seperti (mensucikan diri) dari akhlak-akhlak yang hina, sifat-
sifat yang rendah dan perbuatan-perbuatan yang kotor.
8
Departemen Agama RI 1988. Al-Qur’an dan terjemahannya.Bandung:CV.Asy-Syifa
8
Perbuatan manusia yang dapat mengakibatkan kerusakan di bumi salah satu
penyebabnya adalah dikarenakan manusia tidak mampu mengolah sampahnya dengan baik .
Sampah yang tidak dikelolah dengan baik dapat menyebabkan terjadinya bencana seperti
banjir, tanah longsor dan berbagai macam bencana lainnya. Selain itu dampak dari manusia
tidak mampu mengolah sampahnya dengan baik akan dirasakan oleh manusia sendiri, sebagai
makhluk yang diberi kesempatan oleh Allah swt. untuk hidup di bumi dan mengolah segala
apa yang ada di dalamnya untuk memenuhi kelangsungan hidup mereka. Mengolah dalam
artian mengambil manfaat, namun tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem yang ada.
Dalam masalah lingkungan, yang dipersoalkan adalah perubahan yang diakibatkan oleh
perbuatan manusia. Dengan makin besarnya jumlah manusia yang disertai dengan kebutuhan
yang makin meningkat perorangannya dan makin meningkatnya kemampuan manusia untuk
melakukan intervensi terhadap alam, sehingga perubahan yang terjadi pada lingkungan makin
besar pula dan mengganggu proses alam sehingga fungsi ekologi alam terganggu, dengan
adanya keadaan tersebut maka akan berdampak terhadap kesejahteraan manusia baik secara
nyata maupun potensial (Gassing, 2001).
Menjaga serta melestarikan lingkungan adalah suatu keharusan bagi kita, mengingat
manfaat yang diperolah jika lingkungan kita bersih tentu akan dirasakan sendiri. Hal ini
diperkuat dengan Firman Allah swt. dalam Q.S ArRuum (30) : 41, kembali mengingatkan
manusia dengan firman-Nya :
Terjemahnya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Q.S ArRuum (30) : 41)9
Dalam Tafsir Al Misbah pada Surah Ar-Ruum ayat 41 diterangkan bahwa sikap kaum
musyrikin diuraikan dalam ayat-ayat lalu, yang intinya adalah mempersekutukan Allah dan
mengabaikan tuntunan-tuntunan agama, berdampak buruk terhadap diri mereka, masyarakat
dan lingkungan. Ini dijelaskan oleh ayat di atas dengan menyatakan telah Nampak kerusakan
9
Departemen Agama RI 1988. Al-Qur’an dan terjemahannya.Bandung:CV.Asy-Syifa
9
di darat, seperti kekeringan, paceklik, hilangnya rasa aman, dan di laut, seperti tenggelamnya
kapal dan manusia, kekurangan hasil laut dan sungai, disebabkan oleh perbuatan tangan
manusia yang durhaka sehingga akibatnya Allah mencicipkan, yakni merasakan sedikit,
kepada mereka sebagian dari akibat dari perbuatan dosa dan pelanggaran mereka agar mereka
kembali ke jalan yang benar (Shihab, 2002).10
Selain itu, dalam surah Ar-Ruum ayat 41 di atas juga dapat dipahami bahwa kerusakan-
kerusakan yang terjadi di muka bumi ini, baik dalam bentuk kerugian karena perbuatan
manusia, ataupun bencana alam yang menimpa manusia adalah karena (perbuatan) manusia
itu sendiri. Musibah yang menimpa manusia pada hakikatnya adalah akibat dari perbuatannya
sendiri, maka timbullah berbagai kesulitan hidup dan malapetaka yang menimpa manusia
(Gassing, 2011). Melestarikan lingkungan akan membawa manfaat yang baik bagi kita,
karena dapat terhindar dari bencana, seperti banjir, dan lain-lain.
10
F. PERATURAN YANG MENGATUR TENTANG SANITASI TRANSPORTASI
11
https://baketrans.dephub.go.id/file/633
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2044%20ttg%20Pelabuhan%20dan%20Bandar%20Udara%20Sehat.pdf
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._40_ttg_Setifikat_Sanitasi_Kapal_.pdf
12
Pengawasan kualitas air bersih, air minum di sarana transportasi, pariwisata dan matra
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal
dari air minum atau air bersih yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan melalui surveilens
kualitas air secara berkesinambungan (Depkes RI, 2002).
Selain itu pula, suatu upaya untuk mengetahui kualitas sarana penyediaan air bersih, di
antaranya adalah dengan cara melakukan pengawasan atau inspeksi terhadap kualitas air dan
pengawasan sarananya (Depkes RI, 1995).
Yang dimaksud dengan pemeliharaan adalah agar sarana air bersih selalu dalam
keadaan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan dilakukannya pengawasan dan
pemeliharaan sarana air bersih, diharapkan konsumen pengunjung, penumpang, wisatawan
tidak merasa dirugikan. Untuk itu, sudah selayaknya masyarakat harus ikut berpartisipasi
menjaganya. Berikut prinsip-prinsip pengawasan dan pemeliharaan penyediaan air bersih :
13
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 416/MENKES/PER/IX/1990 11 tanggal 3 September
tahun 1990 tentang standard kualitas air bersih dan air minum dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 32 Tahun 201712 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Hygiene Sanitasi ,Kolam Renang.
1. Lingkungan Bangunan
a) Lingkungan bangunan bebas dari banjir, jika ada di daerah banjir perlu
menyediakan peralatan atau teknologi untuk mengatasinya
b) Lingkungan transportasi dan pariwisata wajib menyelenggarakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) namun juga perlu menyediakan tempat khusus untuk merokok.
c) Luas lahan bangunan dan halaman wajib disesuaikan
d) Lingkungan transportasi tidak becek/tidak ada genangan air dan saluran tertutup
e) Lingkungan bangunan diluar harus dilengkapi dengan penerangan dengan yang
cukup.
f) Lingkungan ruang bangunan dalam kondisi bersih
g) Lingkungan transportasi harus mempunyai batas yang jelas dapat dilengkapi
dengan pagar
h) Pada ruang tunggu atau ruangan ayng menghasilkan sampah disediakan tempat
sampah
i) Area parkir disediakn rambu, tempat sampah, adanya penghijauan, terdapat bak
sampah dengan minimal 1 buah radius 20 m, bersih, tidak becek dan berdebu
2. Konsturksi Bangunan
11
Departemen kesehatan R.I, Peraturan menteri kesehatan Nomor 416/MENKES Tahun 1990, Jakarta
12
Peraturan Menteri Kesehatan RI, NO.: 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan air untuk Keperluan Higiene Sanitasi Kolam Renang, Jakarta
14
a) Lantai
Dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin warna terang dan
mudah dibersihkan
Lantai yang selalu kontak dengan air emiringan yang cukup 1-2% kearah
saluran pembuangan air limbah
Pertemuan lantai dengan dinding berbentuk konus/lengkung
Luas lantai untuk pekerja minimal 2 m2
b) Permukaan dinding kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak
luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.
c) Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen 10%, jendela,
pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan ventilasi tidak
kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi dan
arah yang menghadap ke halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, daerah
yang terbuka keatas, teras terbuka, pelataran parkir, atau ruang yang
bersebelahan. Selain dengan menggunakan ventilasi alami dapat digunakan
ventilasi mekanik untuk pertukaran udara seperti AC dan kipas angin.
d) Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus dan binatang pengganggu lainnya.
Atap yang lebih dari 10 meter dari tanah perlu dilengkapi dengan penangkal
petir
e) Langit-langit
Langit-langit harus kuat, berwarna terang,mudah dibersihkan
Tinggi minimal 2,70 meter dari lantai
f) Pintu Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnyaLalu lintas antar ruang
g) Lalu lintas antar ruangan
Pembagian ruangan dan lalu lintas perlu adanya petunjukpetunjuk sehingga
memudahkan untuk pencarian dan menghindari terjadinya kecelakaan.
Penggunaan tangga atau elevator atau lift harus dilengkapi dengan alarm.
15
a) Fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
b) Fasilits pemadam kebakaran
c) Adanya sound sistem sebagai penyampaian berita
d) Tanda-tanda atau simbol simbol instruksi
Tujuan pengawasan pembuangan limbah cair dan feses di sarana transportasi, adalah
untuk melindungi pengunjung, penumpang, karyawan, penghuni dan masyarakat dari
penyakit atau gangguan kesehatan serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan
banjir. Mengolah limbah cair di transportasiterdapat proses yang harus dilalui melalui
tahapan sebagai berikut :
Proses ini meliputi sistem perpipaan, sistem penyambungan pipa kesaluran pengumpul,
sistem penyaluran limbah cair dan kelengkapannya, seperti lubang pemeriksaan
(manhole) serta pemompaan. Penyaluran dan pengumpulan limbah cair disalurkan dari
berbagai sumber (warung, kamar mandi, perkantoran, dapur, wastafel) di sarana
transportasi melalui saluran yang kedap air, bahan yang kuat dan tertutup.
2. Tahap Pengolahan
16
pendahuluan adalah :
Saringan
Pencacah
Bak penangkap pasir
Penangkap lemak dan minyak
Bak penyetaraan
e) Pengolahan lumpur
Lumpur adalah hasil sampingan dari pengolahan limbah cair. Lumpur pada
17
pengolahan limbah cair dibedakan berdasarkan sumber, karakteristik dan jumlah
yang dihasilkan. Sumber yang menghasilkan lumpur terutama pada unit
prasedimentasi, unit pengolahan biologis, sedimentasi II, dan unit yang
memproses lumpur. Sumber tersebut mempunyai kuantitas dan karakteristik yang
berbeda. Komposisi kandungan lumpur yang dihasilkan perlu diketahui untuk
menentukan jenis pengolahannya. Komposisi lumpur meliputi kandungan zat
padat, lemak dan minyak, nitrogen, fosfat, besi silikat, PH, kebasaan, asam
organik, dan kandungan energy. Apabila lumpur diolah secara anaerobik
diperlukan data PH, kebasaan, dan asam organik.
1. Air yang bersih yang memenuhi syarat air bersih dan jumlah yang cukup beserta
gayung.
2. Kloset yang bersih Kloset duduk maupun jongkok yang bersih dan tidak berbau juga
menjadi syarat sehat toilet. Idealnya kloset dibersihkan secara teratur setelah 3 (tiga)
kali pakai. Dengan begitu maka kloset akan selalu terjaga kebersihan dan
kehigienisannya.
3. Ventilasi dan pencahayaan yang cukup agar toilet tidak menjadi lembab, karena karena
toilet yang lembap akan menjadi sarang kuman. Toilet yang baik mempunyai
kelembaban 40 - 50 %, dengan taraf pergantian udara yang baik yaitu mencapai angka
15 air-change per jam (dengan suhu normal toilet 20-27 derajat celcius)
4. Sistem pencahayaan dapat menggunakan alami dan buatan dengan iluminasi standar
100 – 200 lux
5. Konstruksi bangunan toilet
a) Lantai toilet, kemiringan minimum lantai 1 % dari panjang atau lebar lantai.
b) Dinding, ubin keramik yang dipasang sebagai pelapis dinding, gypsum tahan air
atau bata dengan lapisan tahan air.
6. Langit-langit terbuat dari lembaran yang cukup kaku dan rangka yang kuat sehingga
memudahkan perawatan dan tidak kotor
18
7. Kondisi toilet upayakan tetap kering Selalu usahakan dinding dan lantai toilet tetap
kering. Selain mencegah kuman berkembang biak, lantai yang kering juga menjamin
keselamatan pengguna toilet.
8. Tersedianya tempat sampah
9. Dilengkapi dengan sabun
10. Persyaratan ruang
a) Ruang untuk buang air besar (WC) : P = 80-90 cm, L = 150-160 cm, T = 220-240
cm
b) Ruang untuk buang air kecil (Urinoir) : L = 70-80 cm, T = 40-45 cm
c) Tidak berbau tidak sedap
d) Dalam kondisi bersih
Kegiatan pengawasan pencemaran udara terdiri atas beberapa pokok kegiatan antara
lain penilaian sumber pencemar udara, pengukuran, penyelidikan epidemiologi, pencegahan
dan penanggulangan dampak. Serta perumusan alternative penaggulangan.
19
Sebelum melakukan pengawasan atau inspeksi perlu dilakukan pengumpulan data atau
informasi jumlah sarana transportasi, pariwisata dan Matra yaitu meliputi :
a) Pemetaan wilayah
b) Jenis
c) Kegaitan yang dilakukan
d) Peralatan pencegahan yang sudah dilakukan
b) Penentuan titik dan jumlah sampel Apabila sumber pencemar udara berbentuk
lingkaran maka titik pengambilan juga berbentuk lingkaran, apabila bentuk garis
maka titik pengambilannya juga berbentuk garis.
20
a) Lux meter untuk mengukur tingkat pencahayaan
b) Sound level meter untuk mengukur tingkat kebisingan
c) Termohigro untuk mengukur suhu dan kelembaban udara
5. Pemeriksaan LAB
Sampel yang sudah diambil dari lokasi atau lapangan segera dikirim atau diperiksa di
laboratorium selama sampel polutan tersebut tidak bisa diperiksa dilapangan.
Pemantauan kualitas udara dilakukan minimal 6 bulan 1 kali, dilakukan oleh instansi
yang berwenang.13
L. PENGOLAHAN SAMPAH
21
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah
diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas
keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai
ekonomi.
M. PENGENDALIAN VEKTOR
DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, oleh karena itu pengendalian
vektornya tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa melibatkan peran serta masyarakat
termasuk lintas sektor, lintas program, LSM, tokoh masyarakat dan penyandang dana.
Pengendalian vektor DBD harus berdasarkan pada data dan informasi tentang
bioekologi vektor, situasi daerah termasuk sosial budayanya. Pada prinsipnya
pengendalian penyakit Demam Berdarah dengue adalah dengan cara melakukan
a) Penyuluhan
b) Pemantauan jentik secara berkala
c) Larvasida selektif
d) Fogging
Beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara pengurangan jumlah
dan luasnya temmpat perindukan potensial dan tempat beristirahat nyamuk Anopheles,
dengan melakukan pengelolaan lingkungan yang dapat berupa manipulasi/modifikasi
lingkungan dan sanitasi lingkungan.
a) Manipulasi atau modifikasi lingkungan adalah mengubah lingkungan agar tidak
cocok bagi berkembangbiaknya nyamuk Anopheles.
b) Sanitasi lingkungan adalah mengelola lingkungan agar tidak cocok bagi nyamuk
Anopheles bersarang/bertelur
3. Pengendalian Lalat
23
c) Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran
d) Melindungi makanan dan peralatan makan
5. Pengendalian Tikus
a) Pencegahan Pada prinsipnya untuk pengawasan tikus yang paling baik di suatu
tempat adalah mencegah tikus agar tidak menyukai untuk tinggal di tempat
tersebut. Untuk mencegah tikus agar tikus tidak menyukai tinggal di tempat
tersebut dapat dilakukan upaya –upaya sebagai berikut :
Semua pintu masuk tempat penyimpanan makanan harus ditutup rapat dan
pintu dapat menutup sendiri dengan baik.
Semua sisa makanan, sampah harus dikelola dengan baik dan terbungkus rapi
agar tidak berceceran dimana-mana. Kemudian dibuang ketempat sampah
yang tertutup dengan baik.
Tidak memberi kemungkinan tikus dapat bersarang dan bersembunyi didalam
usaha jasa boga.
24
mencemari lingkungan, bahan makanan dan minuman.
1. Tujuan
a) Sarana Transportasi
Diketahuinya kondisi kesehatan lingkungan (kebersihan ruang) yang meliputi
tempat sampah, kantong wadah sampah, toilet, fasilitas tempat duduk
penumpang, dan jenis kaca pada jendela atau pintu
Diketahuinya kondisi dari pengelolaan makanan atau minuman, yang meliputi
penjamah makanan, makanan jadi, dan peralatan makan dan minum.
Diketahuinya kegiatan pengendalian vektor dan tikus.
Diketahuinya kondisi kenyamanan dan keselamatan, adanya kotak P3K,
adanya tandatanda upaya sanitasi, tingkat kebisingan dan pencahayaan.
b) Prasarana Transportasi
Diketahuinya penyehatan lingkungan luar, yang meliputi Lokasi, lingkungan
di luar bangunan, halaman parkir, pagar tembok, kualitas udara.
Diketahuinya penyehatan ruang dan bangunan dari tempat pemberangkatan
dan kedatangan.
Diketahuinya penyehatan ruang tunggu yang meliputi lantai, dinding, langit-
langit, tempat duduk, tempat sampah dan kualitas udara.
Diketahuinya penyehatan ruang kantor yang meliputi lantai, tempat duduk dan
tempat sampah.
Diketahuinya penyehatan fasilitas sanitasi yang meliputi penyediaan air bersih,
toilet, tempat sampah, saluran air hujan.
Diketahuiinya kondisi kenyamanan dan keselamatan yang meliputi
pencahayaan, kebisingan, ventilasi, alat pemadam kebakaran dan kotak P3K.
25
Diketahuinya penyehatan makanan dan minuman yang meliputi penjamah
makanan, bahan makanan mentah, makanan jadi dan peralatan makanan dan
minuman.
3. Prosedur Kerja
BAB III
PENUTUP
26
A. KESIMPULAN
Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan, sistem
pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi sosial demografi s wilayah memiliki
pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah tersebut. Tingkat kepadatan penduduk akan
memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan transportasi melayani kebutuhan
masyarakat. Sistem transportasi merupakan elemen dasar infrastruktur yang berpengaruh
pada pola pengembangan perkotaan. Pengem-bangan transportasi dan tata guna lahan
memainkan peranan penting dalam kebijakan dan program pemerintah. Pengembangan
infrastruktur dalam sektor transportasi pada akhirnya menimbulkan biaya tinggi. Keterlibatan
masyarakat dalam pembenahan atau restrukturisasi sektor transportasi menjadi hal yang
mendesak. Adapun jenis-jenis transportasi yaitu transportasi darat, udara, transportasi air, dan
transportasi udara. Melakukan pengawasan kualitas air bersih, melakukan penyehatan
lingkungan bangunan di transportasi, melakukan pengawasan kualitas air limbah, mengolah
limbah cair di transportasi, mengetahui kriteria kualitas toilet, mengukur kualitas udara di
transportasi, dan melakukan pengendalian vektor.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
27
Daud, Anwar. 2005. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar: Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
Direktorat Perhubungan Darat. 1998. Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Jakarta: Dinas
Perhubungan Darat
Ehlers M. and Steel Ernest W. ; 1958. ; Municipal and Rural Sanitation. ; Newyork :
Mc.Graw-Hill book company inc.
Sujarno, M. Ichsan dan Sri Muryani. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan.
Sanitasi Transportasi, Pariwisata dan Matra. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Azwar Azrul. (1990). Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa Aksara
Publisher. Jakarta
Sujarno, M. Ichsan dan Sri Muryani. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan.
Sanitasi Transportasi, Pariwisata dan Matra. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir A-Misbah : Pesan, Kesan dan KeserasianAl-Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati.
Departemen kesehatan R.I, Peraturan menteri kesehatan Nomor 416/MENKES Tahun 1990,
Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan RI, NO.: 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Kolam Renang, Jakarta
28