Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KONSEP-KONSEP SANITASI TRANSPORTASI :


DEFINISI, MANFAAT DAN RUANG LINGKUP
Dosen Pengampu : Yulia Khairina Ashar, SKM, MKM

Disususn Oleh Kelompok 7 :

1. PELANGI ASY-SYIFAA 0801201204


2. AISYAH FADILA 0801203444
3. PRISCILLA WULANDARI 0801202251

PROGRAM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Kesehatan
Ligkungan Dan Tempat-Tampet Umum dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “KONSEP-KONSEP SANITASI TRANSPORTASI :


DEFINISI, MANFAAT DAN RUANG LINGKUP” telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 10 April 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. DEFINISI SANITASI TRANSPORTASI.............................................................................3
B. PEMBAGIAN SARANA TRANSPORTASI.......................................................................4
C. MANFAAT SANITASI TRANSPORTASI.........................................................................7
D. SANITASI TRANSPORTASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.........................................8
E. KONSEP-KONSEP SANITASI TRANSPORTASI...........................................................11
F. PERATURAN YANG MENGATUR TENTANG SANITASI TRANSPORTASI...........11
G. PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH.....................................................................13
H. PENYEHATAN LINGKUNGAN BANGUNAN DI TRANSPORTASI...........................14
I. PENGAWASAN KUALITAS AIR LIMBAH....................................................................16
J. KRITERIA KUALITAS AIR TOILET...............................................................................18
K. PENGAWASAN KUALITAS UDARA DI TRANSPORTASI.........................................19
L. PENGOLAHAN SAMPAH................................................................................................22
M. PENGENDALIAN VEKTOR.............................................................................................23
N. INSPEKSI SANITASI TANSPORTASI............................................................................25

BAB III PENUTUP......................................................................................................................27


A. KESIMPULAN...................................................................................................................27
B. SARAN...............................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara agraris dengan tingkat sosial ekonomi, pengetahuan, keadaan
sanitasi lingkungan dan hygiene masyarakat yang masih rendah. Indonesia masih
menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit terutama yang berkaitan dengan kondisi
sanitasi lingkungan yang belum baik. (Depkes RI, 2004).1

Menurut Hendrik L. Blum dalam Daud (2005) 2 bahwa derajat kesehatan dipengaruhi
oleh 4 (empat) faktor yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Di
negara yang sedang berkembang dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan dan faktor
perilaku mempunyai peranan yang sangat besar disamping faktor-faktor lainnya terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan di tempat-tempat umum khususnya pada


sarana transportasi seperti di terminal, statiun KA, Bandara, Pelabuhan, dll sangat penting,
karena tempat-tempat merupakan tempat yang ramai. Berbagai jenis kegiatan terjadi disana,
seperti tempat berkumpulnya manusia/orang dari berbagai tempat untuk datang dan pergi
(Dishub, 2003).3

Sebagai tempat umum, dimana aktivitas manusia yang begitu ramai juga menyebabkan
sebagian besar orang tersebut menghabiskan waktu disana. Dengan begitu mereka juga
menggunakan fasilitas-fasilitas sanitasi, seperti tempat pembuangan sampah, toilet, dan
fasilitas-fasilitas lainnya.

1
Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2
Daud, Anwar. 2005. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin.
3
Direktorat Perhubungan Darat. 1998. Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Jakarta: Dinas Perhubungan Darat

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah pada makalah ini adalah
bagaimana “Konsep-Konsep Sanitasi Transportasi : Definisi, Manfaat Dan Ruang Lingkup”.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Apa itu sanitasi transportasi?


2. Bagaimana pembagian sarana transportasi?
3. Apa saja manfaat sanitasi transportasi?
4. Bagaimana sanitasi transportasi dalam perspektif islam?
5. Apa saja konsep-konsep sanitasi transportasi?
6. Apa peraturan yang mengatur tentang sanitasi transportasi?
7. Bagaimana pengawasan kualitas air bersih?
8. Bagaimana penyehatan lingkungan bangunan di transportasi?
9. Bagaimana pengawasan kualitas air limbah?
10. Bagaimana kriteria kualitas air toilet?
11. Bagaimana pengawasan kualitas udara di transportasi?
12. Bagaimana pengolahan sampah?
13. Bagaimana pengendalian vektor?
14. Bagaimana inspeksi sanitasi tansportasi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI SANITASI TRANSPORTASI

1. Pengertian Sanitasi

Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang sanitasi :

1. Menurut Ehler & Steel (1958), pengertian sanitasi adalah “sanitation is the
preventionod diseases by eliminating or controlling the environmental factor which
from links in thechain of tansmission”.4
2. Menurut Soemirat (2004), mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha
kesehatanmasyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai
faktorlingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.5
3. Menurut Azwar (1990), sanitasi adalah “cara pengawasan masyarakat yang menitik
beratkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat”.6

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada
usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.

2. Pengertian Transportasi

Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke


tempatlainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia
atau mesin.Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
3. Sanitasi Transportasi
4
Ehlers M. and Steel Ernest W. ; 1958. ; Municipal and Rural Sanitation. ; Newyork : Mc.Graw-Hill book
company inc.
5
Sujarno, M. Ichsan dan Sri Muryani. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan. Sanitasi
Transportasi, Pariwisata dan Matra. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
6
Azwar Azrul. (1990). Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa Aksara Publisher. Jakarta

3
Sanitasi transportasi dapat diartikan sebagai sebuah usaha atau upaya pencegahan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap lingkungan yang dapat berdampak pada
kesehatan di kawasan tempat transportasi darat, air maupun udara.

B. PEMBAGIAN SARANA TRANSPORTASI

1. Transportasi darat

Masyarakat pengguna memilih jenis trasnportasi antara lain berdasarkan beberapa


faktor seperti jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan,ketersediaan alat
transportasi, ukuran kota dan kerapatan pemukiman, serta faktorsosial ekonomi.
Sebagai contoh, bila seseorang harus pergi ke Surabaya untuk mudik,maka pilihannya
menjadi bervariasi, tergantung pada faktor-faktor yang telahdisebutkan di atas. Contoh
transportasi darat adalah kendaraan bermotor (mobil ataubus dan sepeda motor), kereta
api, gerobak yang ditarik hewan baik itu kuda maupun sapi.

Contoh Transportasi Darat : https://www.google.com/search?q=gambar+mobil+umum

4
Masyarakat yang menggunakan transportasi umum, telah diatur bahwa merekadapat
menggunakan tempat-tempat tertentu untuk naik dan turun dari transportasi.Sarana
tersebut antara lain adalah.7

a) Stasiun kereta api


Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkanpenumpang
yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, padamasa lalu
dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris samadengan
stasiun kereta api.

b) Terminal
Terminal adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluanmenurunkan
dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar modatransportasi
serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.

Sarana Penumpang : https://www.google.com/search?


q=gambar+pelabuhan+tanjung+emas

7
Sujarno, M. Ichsan dan Sri Muryani. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan. Sanitasi
Transportasi, Pariwisata dan Matra. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

5
2. Transportasi Air, Seperti Sungai, Danau, dan Laut

Alat transportasi ini hanya dapat digunakan dalam wilayah perairan, contohnyaseperti
kapal, ferry, tongkang, perahu, dan rakit. Sarana untuk menurunkan danmenaikkan
penumpang transportasi laut adalah pelabuhan. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di
ujung samudera, sungai, atau danau untukmenerima kapal dan memindahkan barang
kargo maupun penumpang ke dalamnya.Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang
dirancang khusus untuk memuat danmembongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh.

Kapal Laut : https://www.google.com/search?q=gambar+pelabuhan

3. Transportasi Udara

Transportasi udara merupakan moda transportasi yang dapat menjangkautempat-tempat


yang jauh atau sulit dijangkau ditempuh menggunakan alat transportasidarat maupun
alat transportasi air. Alat transportasi ini mampu bergerak lebih cepatdan lintasannya
lurus, sehingga sangat memangkas jumlah waktu seseorang melakukanperjalanan. Alat
transportasi udara ini juga praktis dan bebas hambatan. Contohnya adalah pesawat
terbang, helikopter, dan balon udara.

Untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, pemerintah menyediakanbandar udara.


Bandar udara adalah kawasan di daratan dengan batas-batas tertentu,digunakan sebagai
tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas naik dan turunnyapenumpang,

6
bongkar muat barang dan tempat perpindahan intra dan antar modatransportasi yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbanganserta fasilitas
pokok dan penunjang lainnya.

Pesawat di Bandar Udara : https://www.google.com/search?q=gambar+pesawat+udara

C. MANFAAT SANITASI TRANSPORTASI

Kriteria suatu tempat penungguan transportasi adalah terpenuhinya syarat:

a) Diperuntukan bagi masyarakat umum


b) Harus ada gedung/tempat yang permanen
c) Harus ada aktifitas (pengusaha, pegawai, pengunjung) d. Harus ada fasilitas (SAB,
WC, Urinoir, tempat sampah dll)

Manfaat pengawasan Sanitasi Transportasi antara lain :

a) Untuk memantau sanitasi transportasi secara berkala.


b) Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat ditempat menunggu transportasi.
c) Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular (communicable diseases)
dan penyakit akibat kerja (occupational diseases).

7
D. SANITASI TRANSPORTASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dalam ajaran Islam ada prinsip dasar yang harus selalu diperpegangi, yaitu bahwa
Allah sangat menyukai orang-orang bersih. Hal ini disampaikan oleh Allah dalam Q.S Al-
Baqarah (2) : 222 yakni :

Terjemahnya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai


orang-orang yang mensucikan diri” (Q.S Al-Baqarah (2) : 222)8

Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang yang (membersihkan


diri) atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah swt. Islam mengajarkan agar
senantiasa memelihara kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, rumah tangga dan
lingkungan, kebersihan membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Sebaliknya,
kotor dan jorok akan membawa banyak akibat buruk dalam kehidupan.

Dalam Tafsir Al-Misbah pada Surah Al-Baqarah ayat 222 menjelaskan tentang
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat yaitu, dari dosa-dosa mereka
secara terus menerus, dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri yaitu, yang bersuci
dari dosa-dosa, dan ini mencakup segala macam bersuci dari yang bersifat matrial seperti dari
najis maupun hadats.

Bertaubat adalah menyucikan diri dari kotoran batin, sedang menyucikan diri dari
kotoran lahir adalah mandi atau berwudhu. Demikianlah penyucian jasmani dan rohani
digabung oleh penutup ayat ini, sekaligus memberi isyarat bahwa hubungan seks baru dapat
dibenarkan jika hid telah berhenti dan istri telah mandi.

Ayat ini juga menunjukkan disyariatkannya bersuci secara mutlak. Itulah sebabnya,
bersuci secara mutlak adalah syarat sahnya shalat, thawaf dan bolehnya menyentuh mushaf.
Juga bersuci secara maknawi seperti (mensucikan diri) dari akhlak-akhlak yang hina, sifat-
sifat yang rendah dan perbuatan-perbuatan yang kotor.

8
Departemen Agama RI 1988. Al-Qur’an dan terjemahannya.Bandung:CV.Asy-Syifa

8
Perbuatan manusia yang dapat mengakibatkan kerusakan di bumi salah satu
penyebabnya adalah dikarenakan manusia tidak mampu mengolah sampahnya dengan baik .
Sampah yang tidak dikelolah dengan baik dapat menyebabkan terjadinya bencana seperti
banjir, tanah longsor dan berbagai macam bencana lainnya. Selain itu dampak dari manusia
tidak mampu mengolah sampahnya dengan baik akan dirasakan oleh manusia sendiri, sebagai
makhluk yang diberi kesempatan oleh Allah swt. untuk hidup di bumi dan mengolah segala
apa yang ada di dalamnya untuk memenuhi kelangsungan hidup mereka. Mengolah dalam
artian mengambil manfaat, namun tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem yang ada.

Dalam masalah lingkungan, yang dipersoalkan adalah perubahan yang diakibatkan oleh
perbuatan manusia. Dengan makin besarnya jumlah manusia yang disertai dengan kebutuhan
yang makin meningkat perorangannya dan makin meningkatnya kemampuan manusia untuk
melakukan intervensi terhadap alam, sehingga perubahan yang terjadi pada lingkungan makin
besar pula dan mengganggu proses alam sehingga fungsi ekologi alam terganggu, dengan
adanya keadaan tersebut maka akan berdampak terhadap kesejahteraan manusia baik secara
nyata maupun potensial (Gassing, 2001).

Menjaga serta melestarikan lingkungan adalah suatu keharusan bagi kita, mengingat
manfaat yang diperolah jika lingkungan kita bersih tentu akan dirasakan sendiri. Hal ini
diperkuat dengan Firman Allah swt. dalam Q.S ArRuum (30) : 41, kembali mengingatkan
manusia dengan firman-Nya :

Terjemahnya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Q.S ArRuum (30) : 41)9

Dalam Tafsir Al Misbah pada Surah Ar-Ruum ayat 41 diterangkan bahwa sikap kaum
musyrikin diuraikan dalam ayat-ayat lalu, yang intinya adalah mempersekutukan Allah dan
mengabaikan tuntunan-tuntunan agama, berdampak buruk terhadap diri mereka, masyarakat
dan lingkungan. Ini dijelaskan oleh ayat di atas dengan menyatakan telah Nampak kerusakan

9
Departemen Agama RI 1988. Al-Qur’an dan terjemahannya.Bandung:CV.Asy-Syifa

9
di darat, seperti kekeringan, paceklik, hilangnya rasa aman, dan di laut, seperti tenggelamnya
kapal dan manusia, kekurangan hasil laut dan sungai, disebabkan oleh perbuatan tangan
manusia yang durhaka sehingga akibatnya Allah mencicipkan, yakni merasakan sedikit,
kepada mereka sebagian dari akibat dari perbuatan dosa dan pelanggaran mereka agar mereka
kembali ke jalan yang benar (Shihab, 2002).10

Perbuatan manusia yang dapat menyebabkan kerusakan di bumi dapat berupa


pengelolaan sampah yang kurang baik. Sampah yang tidak dikelolah dengan baik dapat
menyebabkan terjadinya bencana, seperti banjir, tanah longsor, dan berbagai macam bencana
lainnya. Dampak negatif dari pengelolaan sampah yang kurang baik, pada akhirnya kembali
kemanusia itu sendiri, sebagai makhluk yang diberi kesempatan oleh Allah untuk hidup di
bumi dan mengolah segala yang ada di dalamnya untuk kelangsungan hidup mereka.
Mengolah dalam arti mengambil manfaat, namun tetap memperhatikan keseimbangan
ekosistem.

Selain itu, dalam surah Ar-Ruum ayat 41 di atas juga dapat dipahami bahwa kerusakan-
kerusakan yang terjadi di muka bumi ini, baik dalam bentuk kerugian karena perbuatan
manusia, ataupun bencana alam yang menimpa manusia adalah karena (perbuatan) manusia
itu sendiri. Musibah yang menimpa manusia pada hakikatnya adalah akibat dari perbuatannya
sendiri, maka timbullah berbagai kesulitan hidup dan malapetaka yang menimpa manusia
(Gassing, 2011). Melestarikan lingkungan akan membawa manfaat yang baik bagi kita,
karena dapat terhindar dari bencana, seperti banjir, dan lain-lain.

E. KONSEP-KONSEP SANITASI TRANSPORTASI


10
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir A-Misbah : Pesan, Kesan dan KeserasianAl-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

10
F. PERATURAN YANG MENGATUR TENTANG SANITASI TRANSPORTASI

1. Peraturan Menteri Perhubungan tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk


pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Transportasi
Jenis : Peraturan Menteri Perhubungan
Entitas : Kementerian Perhubungan
Nomor : 12
Tahun : 2021
Ditetapkan Tanggal : 01 April 2021
Diundangkan Tanggal : 01 Mei 2021
Berlaku Tanggal : 01 Mei 2021
Sumber : BN.2021/No.257, jdih.dephub.go.id : 4 hlm.
Tema : Penanaman Modal dan Investasi Transportasi
Darat/Laut/Udara Perizinan, Pelayanan Publik
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/169235/permenhub-no-12-tahun-2021
2. Rencana Strategis Badan Kebijakan Transportasi Tahun 2022-2024

11
https://baketrans.dephub.go.id/file/633

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 Tentang


Penyelenggaraan Pelabuhan Dan Bandar Udara Sehat

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2044%20ttg%20Pelabuhan%20dan%20Bandar%20Udara%20Sehat.pdf

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 Tentang


Sertifikat Sanitasi Kapal

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._40_ttg_Setifikat_Sanitasi_Kapal_.pdf

G. PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH

12
Pengawasan kualitas air bersih, air minum di sarana transportasi, pariwisata dan matra
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal
dari air minum atau air bersih yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan melalui surveilens
kualitas air secara berkesinambungan (Depkes RI, 2002).

Selain itu pula, suatu upaya untuk mengetahui kualitas sarana penyediaan air bersih, di
antaranya adalah dengan cara melakukan pengawasan atau inspeksi terhadap kualitas air dan
pengawasan sarananya (Depkes RI, 1995).

Yang dimaksud dengan pemeliharaan adalah agar sarana air bersih selalu dalam
keadaan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan dilakukannya pengawasan dan
pemeliharaan sarana air bersih, diharapkan konsumen pengunjung, penumpang, wisatawan
tidak merasa dirugikan. Untuk itu, sudah selayaknya masyarakat harus ikut berpartisipasi
menjaganya. Berikut prinsip-prinsip pengawasan dan pemeliharaan penyediaan air bersih :

a) Air bersih setiap saat harus sehat.


Apabila pada suatu saat Anda memeriksa dan menemukan kualitas air bersih menurun,
segera dilakukan perbaikan. Salah satu tugas Anda dalam melakukan kegiatan
pengawasan mutu air adalah dengan mengambil sampel atau contoh air bersih secara
berkala agar segera dapat diketahui apakah kualitas air bersih masih baik atau sudah
melebihi baku mutu yang ditetapkan.

b) Jumlahnya harus tercukupi.


Selain air bersih itu sehat juga perlu di dipelihara kecukupan airnya, kapasitas
diusahakan tidak menurun, apabila jumlah pengunjung, penumpang, penghuni
meningkat kapasitas air bersih perlu dinaikkan, hal ini perlu dilakukan penambahan
sumber-sumber lain sehingga kebutuhan dapat terpenuhi. Contoh Akhir-akhir ini
penumpang pesawat udara terjadi peningkatan cukup signifikan, dari hari kehari, untuk
mencukupi kebutuhan air bukan hanya mengandalkan dari PDAM namun perlu
dilakukan penambahan sumber lain dan sarana penyediaan air bersih harus bebas dari
bahaya pencemaran air.

Sebagai dasar hukum pengawasan kualitas-kualitas air bersih telah ditetapkan

13
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 416/MENKES/PER/IX/1990 11 tanggal 3 September
tahun 1990 tentang standard kualitas air bersih dan air minum dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 32 Tahun 201712 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Hygiene Sanitasi ,Kolam Renang.

H. PENYEHATAN LINGKUNGAN BANGUNAN DI TRANSPORTASI

1. Lingkungan Bangunan

a) Lingkungan bangunan bebas dari banjir, jika ada di daerah banjir perlu
menyediakan peralatan atau teknologi untuk mengatasinya
b) Lingkungan transportasi dan pariwisata wajib menyelenggarakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) namun juga perlu menyediakan tempat khusus untuk merokok.
c) Luas lahan bangunan dan halaman wajib disesuaikan
d) Lingkungan transportasi tidak becek/tidak ada genangan air dan saluran tertutup
e) Lingkungan bangunan diluar harus dilengkapi dengan penerangan dengan yang
cukup.
f) Lingkungan ruang bangunan dalam kondisi bersih
g) Lingkungan transportasi harus mempunyai batas yang jelas dapat dilengkapi
dengan pagar
h) Pada ruang tunggu atau ruangan ayng menghasilkan sampah disediakan tempat
sampah
i) Area parkir disediakn rambu, tempat sampah, adanya penghijauan, terdapat bak
sampah dengan minimal 1 buah radius 20 m, bersih, tidak becek dan berdebu

2. Konsturksi Bangunan

11
Departemen kesehatan R.I, Peraturan menteri kesehatan Nomor 416/MENKES Tahun 1990, Jakarta
12
Peraturan Menteri Kesehatan RI, NO.: 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan air untuk Keperluan Higiene Sanitasi Kolam Renang, Jakarta

14
a) Lantai
 Dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin warna terang dan
mudah dibersihkan
 Lantai yang selalu kontak dengan air emiringan yang cukup 1-2% kearah
saluran pembuangan air limbah
 Pertemuan lantai dengan dinding berbentuk konus/lengkung
 Luas lantai untuk pekerja minimal 2 m2
b) Permukaan dinding kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak
luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.
c) Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen 10%, jendela,
pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan ventilasi tidak
kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi dan
arah yang menghadap ke halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, daerah
yang terbuka keatas, teras terbuka, pelataran parkir, atau ruang yang
bersebelahan. Selain dengan menggunakan ventilasi alami dapat digunakan
ventilasi mekanik untuk pertukaran udara seperti AC dan kipas angin.
d) Atap
 Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus dan binatang pengganggu lainnya.
 Atap yang lebih dari 10 meter dari tanah perlu dilengkapi dengan penangkal
petir
e) Langit-langit
 Langit-langit harus kuat, berwarna terang,mudah dibersihkan
 Tinggi minimal 2,70 meter dari lantai
f) Pintu Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnyaLalu lintas antar ruang
g) Lalu lintas antar ruangan
 Pembagian ruangan dan lalu lintas perlu adanya petunjukpetunjuk sehingga
memudahkan untuk pencarian dan menghindari terjadinya kecelakaan.
 Penggunaan tangga atau elevator atau lift harus dilengkapi dengan alarm.

3. Kelengkapan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Transportasi

15
a) Fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
b) Fasilits pemadam kebakaran
c) Adanya sound sistem sebagai penyampaian berita
d) Tanda-tanda atau simbol simbol instruksi

I. PENGAWASAN KUALITAS AIR LIMBAH

Tujuan pengawasan pembuangan limbah cair dan feses di sarana transportasi, adalah
untuk melindungi pengunjung, penumpang, karyawan, penghuni dan masyarakat dari
penyakit atau gangguan kesehatan serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan
banjir. Mengolah limbah cair di transportasiterdapat proses yang harus dilalui melalui
tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Penanganan, Proses Penyaluran Dan Pengumpulan

Proses ini meliputi sistem perpipaan, sistem penyambungan pipa kesaluran pengumpul,
sistem penyaluran limbah cair dan kelengkapannya, seperti lubang pemeriksaan
(manhole) serta pemompaan. Penyaluran dan pengumpulan limbah cair disalurkan dari
berbagai sumber (warung, kamar mandi, perkantoran, dapur, wastafel) di sarana
transportasi melalui saluran yang kedap air, bahan yang kuat dan tertutup.

2. Tahap Pengolahan

Tujuan utama pengolahan limbah cair adalah mengurangi kandungan Biochemical


Oxygen Demand (BOD), Suspended Solid (SS) dan Organisme Patogen. Selain itu,
pengelohan limbah cair jug dimaksudkan untuk menghilangkan kandungan nutrient,
bahan kimia beracun, senyawa yang tidak bisa diuraikan secara biologis (non
biodegradable), dan padatan terlarut.

a) Pengolahan pendahuluan (premiminary treatment)


Pengolahan pertama untuk memisahkan padatan kasar, mengurangi ukuran
padatan, memisahkan minyak atau lemak dan proses menyetarakan fluktuasi
aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat dalam pengolahan

16
pendahuluan adalah :
 Saringan
 Pencacah
 Bak penangkap pasir
 Penangkap lemak dan minyak
 Bak penyetaraan

b) Pengolahan tahap pertama


Pengolahan tahap pertama (primary treatment) prinsip pengolahan tahap pertama
ini menggunakan asas-asa fisika, asas ilmu Kimia maupun mekanika. Proses
pengolahan tingkat pertama ini mampu menurunkan BOD sebesar 35% dan
padatan tersuspensi 65%. Pada proses pengendapan, padatan dibiarkan
mengendap. Proses semacam ini merupakan proses fisika. Dalam proses
pengendapan, untuk mempercepat proses dapat ditambahkan bahan kimia seperti
koagulan. Koagulan ini selanjutnya akan membantu mengurangi beban
pengolahan tahap kedua (secondary treatment).

c) Pengolahan tahap kedua


Pengolahan tahap kedua prinsipnya pengolahan secara biologi yaitu
memanfaatkan mikroorganisme agar dapat memecah sisa bahan organik dan
menghilangkan zat organik dari larutan. Yang biasa dipergunakan pada
pengolahan tahap ini adalah berupa tricling filter, lumpur aktif dan kolam
stabilisasi.

d) Pengolahan tahap ketiga atau lanjutan Beberapa standard efluen membutuhkan


pengolahan tahap ketiga ataupun pengolahan lanjutan untuk menghilangkan
kontaminasi tertentu ataupun akan dimanfaatkan kembali. Pengolahan pada tahap
ini lebih difungsikan sebagai upaya peningkatan kualitas limbah cair dari
pengolahan tahap kedua agar dapat dibuang ke badan air penerima dan
penggunaan kembali effluent tersebut.

e) Pengolahan lumpur
Lumpur adalah hasil sampingan dari pengolahan limbah cair. Lumpur pada
17
pengolahan limbah cair dibedakan berdasarkan sumber, karakteristik dan jumlah
yang dihasilkan. Sumber yang menghasilkan lumpur terutama pada unit
prasedimentasi, unit pengolahan biologis, sedimentasi II, dan unit yang
memproses lumpur. Sumber tersebut mempunyai kuantitas dan karakteristik yang
berbeda. Komposisi kandungan lumpur yang dihasilkan perlu diketahui untuk
menentukan jenis pengolahannya. Komposisi lumpur meliputi kandungan zat
padat, lemak dan minyak, nitrogen, fosfat, besi silikat, PH, kebasaan, asam
organik, dan kandungan energy. Apabila lumpur diolah secara anaerobik
diperlukan data PH, kebasaan, dan asam organik.

J. KRITERIA KUALITAS AIR TOILET

Tujuan pengawasan toilet di sarana transportasi adalah untuk melindungi pengunjung,


penumpang, karyawan, penghuni dan masyarakat dari penyakit atau gangguan kesehatan
serta mencegah terjadinya kecelakaan.

1. Air yang bersih yang memenuhi syarat air bersih dan jumlah yang cukup beserta
gayung.
2. Kloset yang bersih Kloset duduk maupun jongkok yang bersih dan tidak berbau juga
menjadi syarat sehat toilet. Idealnya kloset dibersihkan secara teratur setelah 3 (tiga)
kali pakai. Dengan begitu maka kloset akan selalu terjaga kebersihan dan
kehigienisannya.
3. Ventilasi dan pencahayaan yang cukup agar toilet tidak menjadi lembab, karena karena
toilet yang lembap akan menjadi sarang kuman. Toilet yang baik mempunyai
kelembaban 40 - 50 %, dengan taraf pergantian udara yang baik yaitu mencapai angka
15 air-change per jam (dengan suhu normal toilet 20-27 derajat celcius)
4. Sistem pencahayaan dapat menggunakan alami dan buatan dengan iluminasi standar
100 – 200 lux
5. Konstruksi bangunan toilet
a) Lantai toilet, kemiringan minimum lantai 1 % dari panjang atau lebar lantai.
b) Dinding, ubin keramik yang dipasang sebagai pelapis dinding, gypsum tahan air
atau bata dengan lapisan tahan air.
6. Langit-langit terbuat dari lembaran yang cukup kaku dan rangka yang kuat sehingga
memudahkan perawatan dan tidak kotor

18
7. Kondisi toilet upayakan tetap kering Selalu usahakan dinding dan lantai toilet tetap
kering. Selain mencegah kuman berkembang biak, lantai yang kering juga menjamin
keselamatan pengguna toilet.
8. Tersedianya tempat sampah
9. Dilengkapi dengan sabun
10. Persyaratan ruang
a) Ruang untuk buang air besar (WC) : P = 80-90 cm, L = 150-160 cm, T = 220-240
cm
b) Ruang untuk buang air kecil (Urinoir) : L = 70-80 cm, T = 40-45 cm
c) Tidak berbau tidak sedap
d) Dalam kondisi bersih

K. PENGAWASAN KUALITAS UDARA DI TRANSPORTASI

Pengawasan kualitas udara di sarana transportasi sebagai upaya untuk mewujudkan


kualitas udara yang sehat, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajad kesehatan yang mampu setinggi-tingginya.
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.

Ketentuana mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya diatur dalam


Peraturan Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang pengaturannya
ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya
pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di
tempat kerja, transportasi, pariwisata, matra dan fasilitas umum lainnya.

Kegiatan pengawasan pencemaran udara terdiri atas beberapa pokok kegiatan antara
lain penilaian sumber pencemar udara, pengukuran, penyelidikan epidemiologi, pencegahan
dan penanggulangan dampak. Serta perumusan alternative penaggulangan.

1. Inventasi Sumber Pencemaran Udara

19
Sebelum melakukan pengawasan atau inspeksi perlu dilakukan pengumpulan data atau
informasi jumlah sarana transportasi, pariwisata dan Matra yaitu meliputi :
a) Pemetaan wilayah
b) Jenis
c) Kegaitan yang dilakukan
d) Peralatan pencegahan yang sudah dilakukan

2. Pengukuran Parameter Pencemaran Udara Dari Sarana Transportasi

a) Penentuan area pengawasan Untuk dapat mengumpulkan data tentang parameter


pencemaran udara yang akan diukur maka langkah awal kegiatan pengawasan
adalah menentukan tempat yang akan diawasi, luasan lokasi hal ini untuk
menentukan titik-titik pengambilan sampel.

b) Penentuan titik dan jumlah sampel Apabila sumber pencemar udara berbentuk
lingkaran maka titik pengambilan juga berbentuk lingkaran, apabila bentuk garis
maka titik pengambilannya juga berbentuk garis.

c) Parameter polutan yang diawasi Selama melaksanakan pengambilan sampel perlu


dilakukan pengukuran beberapa parameter di lapangan antara lain pengukuran
cuaca (mendung, gerimis, cerah) waktu pengukuran (pagi, siang, sore atau
malam), arah angin.

d) Peralatan sampling Sampling untuk pengukuran parameter kimia menggunakan


peralatan sebagai berikut:
 High volume sampler atau low volume air sampler digunakan untuk
mengambil sampel debu dan Pb
 NDIR Analiser digunakan untuk sampling karbon monoksida (CO)
 Gas Impinger digunakan untuk mengambil sampel gas (SO2, NOx, H2S, NH3,
HC, Ozon dan lain-lain)

3. Sampling Untuk Pengukuran Parameter Fisik

20
a) Lux meter untuk mengukur tingkat pencahayaan
b) Sound level meter untuk mengukur tingkat kebisingan
c) Termohigro untuk mengukur suhu dan kelembaban udara

4. Sampling Untuk Pengambilan Sampel Kuman Udara

a) Midged Impinger steril


b) Air Pump

5. Pemeriksaan LAB

Sampel yang sudah diambil dari lokasi atau lapangan segera dikirim atau diperiksa di
laboratorium selama sampel polutan tersebut tidak bisa diperiksa dilapangan.

6. Analisi Dan Rekomendasi

Hasil pemeriksaan/pengukuran di bandingkan dengan baku mutu udara sesuai dengan


bakumutu (emisi, indoor, out door/ambient) sesuai peraturan yang berlaku. Selanjutnya
diberikan rekomendasi dan dilakukan upaya pengendalian apabila ada beberapa
parameter yang melebihi baku mutu.

7. Pemantauan Kualitas Udara

Pemantauan kualitas udara dilakukan minimal 6 bulan 1 kali, dilakukan oleh instansi
yang berwenang.13

L. PENGOLAHAN SAMPAH

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan


13
Sujarno, M. Ichsan dan Sri Muryani. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan. Sanitasi
Transportasi, Pariwisata dan Matra. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

21
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah
diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas
keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai
ekonomi.

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas


lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan
penanganan sampah (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008).

1. Pengurangan sampah meliputi kegiatan:


a) Pembatasan timbulan sampah (reduce);
b) Pendauran ulang sampah (recycle);
c) Pemanfaatan kembali sampah (reuse).

2. Kegiatan penanganan sampah meliputi :


a) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu;
c) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah;
e) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

M. PENGENDALIAN VEKTOR

1. Pengendalian Nyamuk Aedes Aegypty


22
Pengendalian penyakit DBD yang tepat adalah dengan cara melakukan pemutusan
rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya, karena vaksin dan obat masih
dalam proses penelitian. Vektor DBD sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia,
hal ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim global, kemajuan teknologi
transportasi, mobilitas penduduk, urbanisasi, dan infrastruktur penyediaan air bersih
yang kondusif untuk perkembangbiakan vektor DBD, serta perilaku masyarakat yang
belum mendukung upaya pengendalian.

DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, oleh karena itu pengendalian
vektornya tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa melibatkan peran serta masyarakat
termasuk lintas sektor, lintas program, LSM, tokoh masyarakat dan penyandang dana.
Pengendalian vektor DBD harus berdasarkan pada data dan informasi tentang
bioekologi vektor, situasi daerah termasuk sosial budayanya. Pada prinsipnya
pengendalian penyakit Demam Berdarah dengue adalah dengan cara melakukan
a) Penyuluhan
b) Pemantauan jentik secara berkala
c) Larvasida selektif
d) Fogging

2. Pengendalian Nyamuk Malaria

Beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara pengurangan jumlah
dan luasnya temmpat perindukan potensial dan tempat beristirahat nyamuk Anopheles,
dengan melakukan pengelolaan lingkungan yang dapat berupa manipulasi/modifikasi
lingkungan dan sanitasi lingkungan.
a) Manipulasi atau modifikasi lingkungan adalah mengubah lingkungan agar tidak
cocok bagi berkembangbiaknya nyamuk Anopheles.
b) Sanitasi lingkungan adalah mengelola lingkungan agar tidak cocok bagi nyamuk
Anopheles bersarang/bertelur
3. Pengendalian Lalat

a) Mengurangi atau menghilangkan tempat perkembangbiakan lalat


b) Mengurangi sumber yang menarik lalat

23
c) Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran
d) Melindungi makanan dan peralatan makan

4. Kegiatan Pengawasan Kecoa

Kegiatan Pengawasan Dalam melakukan pengawasan vektor di transportasi dapat


mempergunakan formulir inspeksi sanitasi. Pada dasarnya yang harus dilakukan
pengawasan terhadap vektornya adalah meliputi :
a) Kegiatan pengendalian vektor.
b) Mengamati tanda – tanda kehidupan lalat.
c) Mengamati tanda – tanda kehidupan nyamuk.
d) Mengamati tanda – tanda kehidupan kecoa

5. Pengendalian Tikus

a) Pencegahan Pada prinsipnya untuk pengawasan tikus yang paling baik di suatu
tempat adalah mencegah tikus agar tidak menyukai untuk tinggal di tempat
tersebut. Untuk mencegah tikus agar tikus tidak menyukai tinggal di tempat
tersebut dapat dilakukan upaya –upaya sebagai berikut :
 Semua pintu masuk tempat penyimpanan makanan harus ditutup rapat dan
pintu dapat menutup sendiri dengan baik.
 Semua sisa makanan, sampah harus dikelola dengan baik dan terbungkus rapi
agar tidak berceceran dimana-mana. Kemudian dibuang ketempat sampah
yang tertutup dengan baik.
 Tidak memberi kemungkinan tikus dapat bersarang dan bersembunyi didalam
usaha jasa boga.

b) Penangkapan tikus Penangkapan tikus dilakukan dengan tujuan memberantas atau


membuat tikus tidak tinggal di tempat tersebut. Penangkapan tikus dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Menangkap tikus dengan menggunakan perangkap tikus dan memakai umpan.
 Menangkap tikus dengan menggunakan pelekat tikus.
 Racun tikus yaitu dengan memberi makanan sebagai umpan yang telah diberi
atau dicampur dengan racun tikus. Harus diperhatikan bahwa racun tikus tidak

24
mencemari lingkungan, bahan makanan dan minuman.

N. INSPEKSI SANITASI TANSPORTASI

1. Tujuan

Sebelum melakukan pemeriksaan, Anda perlu mengetahui apa tujuan dilakukan


penilaian kesehatan lingkungan. Tujuan pemeriksaannya adalah, untuk :

a) Sarana Transportasi
 Diketahuinya kondisi kesehatan lingkungan (kebersihan ruang) yang meliputi
tempat sampah, kantong wadah sampah, toilet, fasilitas tempat duduk
penumpang, dan jenis kaca pada jendela atau pintu
 Diketahuinya kondisi dari pengelolaan makanan atau minuman, yang meliputi
penjamah makanan, makanan jadi, dan peralatan makan dan minum.
 Diketahuinya kegiatan pengendalian vektor dan tikus.
 Diketahuinya kondisi kenyamanan dan keselamatan, adanya kotak P3K,
adanya tandatanda upaya sanitasi, tingkat kebisingan dan pencahayaan.

b) Prasarana Transportasi
 Diketahuinya penyehatan lingkungan luar, yang meliputi Lokasi, lingkungan
di luar bangunan, halaman parkir, pagar tembok, kualitas udara.
 Diketahuinya penyehatan ruang dan bangunan dari tempat pemberangkatan
dan kedatangan.
 Diketahuinya penyehatan ruang tunggu yang meliputi lantai, dinding, langit-
langit, tempat duduk, tempat sampah dan kualitas udara.
 Diketahuinya penyehatan ruang kantor yang meliputi lantai, tempat duduk dan
tempat sampah.
 Diketahuinya penyehatan fasilitas sanitasi yang meliputi penyediaan air bersih,
toilet, tempat sampah, saluran air hujan.
 Diketahuiinya kondisi kenyamanan dan keselamatan yang meliputi
pencahayaan, kebisingan, ventilasi, alat pemadam kebakaran dan kotak P3K.

25
 Diketahuinya penyehatan makanan dan minuman yang meliputi penjamah
makanan, bahan makanan mentah, makanan jadi dan peralatan makanan dan
minuman.

2. Bahan Dan Peralatan Yang Dibutuhkan

a) Formulir Penilaian Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Sarana dan


Prasarana Angkutan Umum/Darat
b) Termometer digunakan untuk mengukur suhu udara.
c) Rol meter untuk mengukur luas ventilasi dan tinggi langit –langit.
d) Flygrill untuk mengukur kepadatan lalat.
e) Lux meter untuk mengukur pencahayaan.
f) Sound level meter untuk mengukur tingkat kebisingan.
g) Hygrometer untuk mengukur kelembaban.
h) Toolkit sampel makanan untuk mengambil sampel makanan untuk pemeriksaan
di laboratorium.

3. Prosedur Kerja

a) Pastikan sasaran yang akan dilakukan penilaian.


b) Siapkan formulir penilaian yang sesuai dengan sasarannya.
c) Siapkan peralatan yang diperlukan untuk melakukan penilaian.
d) Siapkan alat angkut atau kendaraan yang akan digunakan.
e) Setelah sampai tujuan atau lokasi penilaian maka melapor kepada pimpinan atau
penanggung jawab dari lokasi sasaran.
f) Lakukan pengamatan dan pengukuran secara sistematis sesuai dengan komponen
yang ada di formulir.
g) Lakukan pencatatan terhadap hasil pengamatan atau hasil ukur.
h) Buat kesimpulan dan rekomendasi kepada pimpinan atau penanggung jawab
lokasi sasaran.
i) Lakukan tindakan bila ada yang perlu dilakukan tindakan.

BAB III
PENUTUP

26
A. KESIMPULAN

Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan, sistem
pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi sosial demografi s wilayah memiliki
pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah tersebut. Tingkat kepadatan penduduk akan
memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan transportasi melayani kebutuhan
masyarakat. Sistem transportasi merupakan elemen dasar infrastruktur yang berpengaruh
pada pola pengembangan perkotaan. Pengem-bangan transportasi dan tata guna lahan
memainkan peranan penting dalam kebijakan dan program pemerintah. Pengembangan
infrastruktur dalam sektor transportasi pada akhirnya menimbulkan biaya tinggi. Keterlibatan
masyarakat dalam pembenahan atau restrukturisasi sektor transportasi menjadi hal yang
mendesak. Adapun jenis-jenis transportasi yaitu transportasi darat, udara, transportasi air, dan
transportasi udara. Melakukan pengawasan kualitas air bersih, melakukan penyehatan
lingkungan bangunan di transportasi, melakukan pengawasan kualitas air limbah, mengolah
limbah cair di transportasi, mengetahui kriteria kualitas toilet, mengukur kualitas udara di
transportasi, dan melakukan pengendalian vektor.

B. SARAN

Sebelum melakukan pengawasan kualitas bersih, kualitas air limbah, Pengawasan


kualitas udara di sarana transportasi, pengolahan sampah, pengendalian vektor, dan Penilaian
Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) sebaiknya sudah mengetahui dahulu
bagaimana prinsipprinsip pengawasan dan pemeliharaan penyediaan air bersih, serta
mengethaui bagaimana proses tahapan dalam mengolah limbah cair. Mengetahui bagaimana
upaya untuk mewujudkan kualitas udara yang sehat, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi.
Mengetahui apa saja yang proses pengolahan sampah. Supaya saat melakukan pengamatan
maupun praktikum di lapangan tidak merasa kebingungan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

27
Daud, Anwar. 2005. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar: Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Direktorat Perhubungan Darat. 1998. Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Jakarta: Dinas
Perhubungan Darat

Ehlers M. and Steel Ernest W. ; 1958. ; Municipal and Rural Sanitation. ; Newyork :
Mc.Graw-Hill book company inc.

Sujarno, M. Ichsan dan Sri Muryani. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan.
Sanitasi Transportasi, Pariwisata dan Matra. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Azwar Azrul. (1990). Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa Aksara
Publisher. Jakarta

Sujarno, M. Ichsan dan Sri Muryani. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan.
Sanitasi Transportasi, Pariwisata dan Matra. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Departemen Agama RI 1988. Al-Qur’an dan terjemahannya.Bandung:CV.Asy-Syifa

Shihab, Quraish. 2002. Tafsir A-Misbah : Pesan, Kesan dan KeserasianAl-Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati.

Departemen kesehatan R.I, Peraturan menteri kesehatan Nomor 416/MENKES Tahun 1990,
Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI, NO.: 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Kolam Renang, Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai