Anda di halaman 1dari 3

Abstract

Era keterbukaan informasi dalam layanan kesehatan kini semakin maju. Teknologi informasi
kesehatan mendukung pengembangan dan peningkatan kualitas layanan kesehatan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan tekhnologi. Salah satu pendekatan teori dalam penelitian dan praktek
keperawatan adalah Transition theory yang dikemukakan oleh Meleis. Transition theory adalah hasil dari
perubahan dalam kehidupan, kesehatan, hubungan, dan lingkungan). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis strategi keberhasilan Electronic Health Records (EHR) di Indonesia melalui pendekatan
Transition theory Meleis. Transition theory melibatkan bagian dari satu fase kehidupan, kondisi, atau status
ke yang lain, dan merujuk pada proses dan hasil interaksi orang - lingkungan yang kompleks. Transition
theory berperan dalam membantu melewati masa transisi, memfasilitasi dan mengembangkan intervensi
dan dukungan kebijakan dalam perencanaan strategi akselerasi peralihan pencatatan dokumentasi manual
ke Electronic Health Records (EHR)

Introduction
Dalam profesi keperawatan, terkenal dengan empat tingkatan teori yaitu philosophical theory, grand
theory, middle range theory dan practice theory. Teori-teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan
ruang lingkup atau tingkatan keabstrakannya, dimulai dari grand theory sebagai yang paling abstrak,
hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit . Salah satu grand nursing theory adalah teori
transisi yang dicetuskan oleh Afaf Ibrahim Meleis. Penerapan teori konteks dalam teori Meleis
terdapat pada transisi manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan dalam Nursing Therapeutic.
Konsep Aplikasi Transition Theory berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi di layanan kesehatan. Perkembangan teknologi semakin pesat seiring dengan kemajuan
teknologi Era Industri 4.0 dengan ketersediaan semua informasi yang relevan secara otomatis,
kemampuan yang optimal untuk memperoleh hasil dari setiap data yang penting (Koch, Kuge,
Geissbauer, & Schrauf, 2014). Perkembangan teknologi ini juga dimanfaatkan di rumah sakit dalam
bentuk catatan kesehatan elektronik atau electronic health record system (EHRs). EHRs dapat
didefinisikan sebagai Catatan kesehatan elektronik yang berisi catatan detail mengenai data kesehatan
pasien termasuk riwayat, pemeriksaan fisik, investigasi, dan perawatan dalam format digital yang
menawarkan beberapa keuntungan lebih dari catatan kertas (Jamshed, Ozair, Sharma, & Aggarwal,
2015). Hal ini sesuai dengan usulan Meleis bahwa konsep sentral keperawatan adalah klien, transisi,
interaksi, proses keperawatan, lingkungan, terapi keperawatan, dan kesehatan (Piccoli et al., 2015).
Proposisi teori Meleis adalah sifat dari transisi 'dapat memfasilitasi atau menghalangi pola respons
seseorang(Coffey, 2012). Teknologi informasi memiliki peran yang signifikan dan mendasar dalam
pengelolaan, pendistribusian dan penyimpanan informasi dalam pelayanan keperawatan. Informasi
kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kontinuitas perawatan dan pengobatan pasien
(Hellesø,2001)
Transition Theory
Afaf Ibrahim Meleis merupakan tokoh keperawatan yang mengeluarkan sebuah teori tentang transisi
(McEwen, 2014). Teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1960 (Alligood, 2014). Teori transisi
Afaf Ibrahim Meleis, memiliki lima konsep utama yaitu, tipe dan pola transisi, kekayaan
pengalaman transisi, kondisi transisi, pola respon, keperawatan terapeutik. Definisi transisi dalam
bidang keperawatan mengacu pada perubahan yang muncul dalam kesehatan, penyakit atau
perkembangan, serta upaya konsekuen dari individu yang menjalani transisi untuk beradaptasi dan
mendapatkan kembali normalitas. Teori meleis yang berhubungan dengan penerapan teori konteks
yaitu lingkungan. Menurut Meleis lingkungan merupakan konteks di mana individu dimasukkan,
dan yang dapat mendukung konsepsi kondisi yang menguntungkan untuk transisi, seperti keluarga,
komunitas, kondisi fisik yang alami dan buatan. Interaksi dengan lingkungan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal (Meleis, 2010). Sehingga dalam teori konteks terbukti bahwa teori meleis
menerapkan konteks lingkungan dan kesehatan mengenai proses keperawatan yaitu nursing
terapeutik. Nursing therapeutics sebagai tiga alat ukur yang dapat diaplikasikan secara luas untuk
intervensi terapeutik selama masa transisi (Alligood, 2014). Dua dari Konsep Umum dalam Teori
Meleis (Alligood, 2014) adalah Kondisi transisi (facilitators and inhibitors), terdiri dari kondisi
personal, komunitas, ataupun faktor sosial. Pola respon, meliputi feeling connected, interacting,
location and being situated, dan developing confidence and coping. Transition Theory secara
signifikan sangat cocok diterapkan dalam Strategi Percepatan Keberhasilan Penggunaan Sistem
Rekam Kesehatan Elektronik pada Populasi Dewasa Rumah Sakit di Indonesia.

Transition Condition Support


Kondisi transisi (facilitators and inhibitors) merupakan keadaan yang mempengaruhi cara orang
bergerak melalui transisi dan memfasilitasi, ataupun menghambat kemajuan untuk mencapai transisi
sehat.(Aliigood, 2014). Kondisi transisi terdiri dari personal, komunitas, atau faktor sosial yang bisa
mempercepat ataumenghalangi proses dan outcome dari transisi yang sehat. Teori ini bertujuan untuk
menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi pengalaman orang-orang yang harus menghadapi
kehidupan dan mengatasi situasi yang membutuhkan pengembangan keterampilan dan perilaku baru
(Meleis, 2010). Kondisi transisi terdiri dari personal, komunitas, atau faktor sosial yang bisa
mempercepat atau menghalangi proses dan outcome dari transisi yang sehat. Kondisi Personal,
persiapan dan pengetahuan, status sosial dan ekonomi, kondisi komunitas dan sosial merupakan suatu
keadaan atau pencetus yang mempercepat atau memperlambat suatu transisi. Dukungan dan motivasi
dari Manajeman dan staff dalam pelaksanaan implementasi Electronic Health Record system (EHRs)
dengan mengikuti pelatihan, pendidikan dan bimbingan, dukungan dana, sarana prasarana dan support
dari semua sistem di Rumah sakit. Pendidikan adalah modalitas utama untuk menciptakan kondisi
optimal dalam persiapan transisi (Meleis, 2010).
Pola Respon
Pattern of Response (indikator proses dan hasil adalah karakter dari respon kesehatan, karena transisi
terus berubah sepanjang waktu(Meleis, 2010). Pola respon, meliputi feeling connected, interacting,
location and being situated, dan developing confidence and coping. Feeling connected didefinisikan
sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama lain (kontak personal), interacting berarti interaksi
dapat mendeteksi adanya perubahan transisi, location and being situated berarti waktu, ruang, dan
hubungan menjadi hal penting dalam transisi, dan developing confidence and coping yang menjadi
indikator seseorang dapat menguasai kemampuan dan identitas.(Alligood, 2014). Sebuah penelitian
yang dilakukan di rumah sakit menyatakan bahwa pengaruh aspek manusia dan organisasi merupakan
kunci dalam keberhasilan suatu teknologi (Erlirianto et al., 2015). Pemilihan sistem EHR (Electronic
Health Records) dengan menentukan penggunaan sistem EHR (Electronic Health Records) yang
sesuai untuk semua kegiatan di Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan dan jenis Rumah Sakit dan
pelaksanaan implementasi bertahap Setelah melakukan serangkaian intervensi diatas, pengelola
mengimplementasikan EHR (Electronic Health Records) secara bertahap sehingga kegiatan
Implementasi EHR (Electronic Health Records) di lapangan dapat diterima dan berjalan sesuai
harapan Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai