Anda di halaman 1dari 5

ESSAY MEDIS

GLAUKOMA

Glaukoma adalah kondisi mata kronis yang ditandai oleh kerusakan progresif pada
saraf optik yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen. Kerusakan
saraf optik biasanya terkait dengan peningkatan tekanan dalam mata, yang disebut tekanan
intraokular. Namun, glaukoma juga dapat terjadi dengan tekanan mata normal atau bahkan
rendah. Pada umumnya, glaukoma terjadi ketika cairan mata, yang disebut humor aquosum,
tidak dapat mengalir dengan baik melalui saluran keluar mata yang disebut sudut mata. Ini
menyebabkan penumpukan cairan dan peningkatan tekanan intraokular. Tekanan yang tinggi
ini kemudian merusak serabut saraf optik dan mengganggu transmisi sinyal visual ke otak.
Ada beberapa jenis glaukoma, termasuk:
1. Glaukoma Primer Sudut Terbuka
Jenis glaukoma yang paling umum di mana sudut mata terbuka, tetapi cairan mata
tidak mengalir dengan baik melalui sudut tersebut.
2. Glaukoma Sudut Tertutup
Terjadi ketika sudut mata tertutup, menghalangi aliran cairan mata keluar dari mata.
3. Glaukoma Anak
Glaukoma yang terjadi pada anak-anak, bisa bersifat kongenital (bawaan) atau
akuisisi.
4. Glaukoma Sekunder
Terjadi sebagai akibat dari kondisi medis lain, seperti diabetes atau cedera mata.
Gejala awal glaukoma sering kali tidak terasa dan tidak menimbulkan
ketidaknyamanan. Ini adalah alasan mengapa glaukoma sering disebut sebagai “pembunuh
diam” karena kerusakan penglihatan yang ditimbulkan sering kali tidak terdeteksi sampai
tahap yang lebih lanjut. Namun, beberapa gejala yang mungkin muncul termasuk penglihatan
kabur, pandangan terhalang, nyeri mata, sakit kepala, dan mual. Pemeriksaan mata rutin
adalah penting untuk mendiagnosis glaukoma secara dini. Meskipun glaukoma tidak dapat
disembuhkan, pengobatan yang tepat dapat membantu melambatkan atau menghentikan
perkembangan penyakit. Pengobatan melibatkan penggunaan obat-obatan, seperti tetes mata
yang membantu mengurangi tekanan mata, dan dalam beberapa kasus, intervensi bedah
mungkin diperlukan untuk meningkatkan aliran cairan di dalam mata. Penting untuk diingat
bahwa glaukoma adalah kondisi serius yang jika tidak diobati dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan permanen.
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan progresif pada
saraf optik, yang bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal visual dari mata ke otak.
Tekanan intraokular yang tinggi terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi dan aliran
keluar cairan mata yang disebut humor aquosum. Cairan ini diproduksi di bagian depan mata
dan harus mengalir keluar melalui jaringan khusus yang disebut sudut mata. Pada glaukoma,
aliran keluar cairan mata terhambat, menyebabkan penumpukan dan peningkatan tekanan
intraokular. Tekanan yang tinggi ini pada akhirnya merusak serat saraf optik dan
menyebabkan hilangnya penglihatan. Diagnosis glaukoma melibatkan pemeriksaan mata
rutin yang mencakup pengukuran tekanan intraokular, pemeriksaan lapangan visual untuk
mengevaluasi kerusakan penglihatan, dan pemeriksaan saraf optik untuk mengidentifikasi
tanda-tanda kerusakan. Pengobatan glaukoma bertujuan untuk mengurangi tekanan
intraokular dan melambatkan atau menghentikan perkembangan penyakit. Jika pengobatan
konservatif tidak efektif, prosedur bedah atau laser dapat direkomendasikan untuk membantu
meningkatkan aliran keluar cairan mata. Penting untuk diingat bahwa glaukoma adalah
kondisi serius yang memerlukan perhatian medis.
Penyembuhan glaukoma secara medis dilakukan dengan tujuan mengendalikan dan
memperlambat perkembangan penyakit, serta melindungi saraf optik dan mempertahankan
penglihatan yang ada. Namun, perlu dicatat bahwa glaukoma tidak dapat sepenuhnya
disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan dengan pengobatan dan perawatan yang tepat.
Berikut adalah beberapa cara penyembuhan glaukoma menurut perspektif medis:
a. Obat Tetes Mata
Obat tetes mata adalah pengobatan paling umum untuk glaukoma. Obat ini bekerja
dengan mengurangi produksi cairan mata atau meningkatkan aliran keluar. Beberapa
jenis obat tetes mata yang umum digunakan termasuk beta blocker, prostaglandin
analog, agonis alfa, dan inhibitor karbonik anhidrase. Penting untuk menggunakan
obat tetes mata sesuai petunjuk dokter dan menjaga kepatuhan terhadap penggunaan
rutin.
b. Obat Oral
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat oral, seperti inhibitor
karbonik anhidrase atau osmotik, untuk membantu mengurangi tekanan intraokular.
Obat oral biasanya digunakan dalam situasi darurat atau ketika obat tetes mata tidak
efektif.
c. Bedah Laser
Prosedur bedah laser, seperti trabekuloplasti argon atau iridotomi laser, dapat
digunakan untuk membantu meningkatkan aliran keluar cairan mata. Ini dilakukan
dengan menggunakan energi laser untuk membuka atau mengoreksi sudut mata yang
terhalang.
d. Bedah Filtrasi
Jika pengobatan lain tidak efektif, dokter mungkin merekomendasikan prosedur bedah
filtrasi, seperti trabekulektomi atau implantasisering. Tujuan dari prosedur ini adalah
menciptakan saluran baru untuk mengalirkan cairan mata secara efektif dan
mengurangi tekanan intraokular.
e. Drainase setelah Bedah
Pada beberapa kasus, dokter mungkin memasang alat drainase setelah prosedur bedah
untuk membantu mengalirkan cairan mata secara terkontrol dan menjaga tekanan
intraokular tetap dalam kisaran yang aman.
Selain pengobatan medis dan bedah, penting untuk menjaga gaya hidup yang sehat
untuk mengendalikan glaukoma. Beberapa langkah yang dilakukan seperti menghindari
aktivitas yang meningkatkan tekanan intraokular, seperti angkat beban yang berat atau
mengejan saat buang air besar. Juga bisa diikuti dengan rutin menjalani pemeriksaan mata
untuk memantau perkembangan glaukoma dan menyesuaikan pengobatan jika diperlukan,
mengelola kondisi medis lain, seperti diabetes atau hipertensi, yang dapat berkontribusi pada
perkembangan glaukoma. Lalu, menghindari atau mengurangi asupan kafein dan minuman
beralkohol, karena dapat meningkatkan tekanan intraokular. Penting untuk berkonsultasi
dengan dokter mata untuk menentukan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi
glaukoma Anda. Setiap kasus glaukoma adalah unik, dan pengobatan yang tepat harus
disesuaikan dengan setiap individu.

ESSAY FISIOLOGIS
KONTRAKSI OTOT JANTUNG

Kontraksi otot jantung adalah proses yang terjadi dalam jantung ketika otot-ototnya
berkontraksi dan menghasilkan tekanan yang mendorong darah keluar dari jantung ke seluruh
tubuh. Proses ini melibatkan beberapa tahap yang bekerja bersama-sama untuk memompa
darah dengan efisiensi. Berikut adalah penjelasan tentang pengertian kontraksi otot jantung
secara lengkap:
a. Tahap Atrium
Kontraksi dimulai di atrium, ruang kecil di atas bilik jantung. Atrium berfungsi
sebagai reservoir darah yang menerima darah dari vena (pembuluh darah kembali).
Ketika atrium berkontraksi, katup atrioventrikular (AV) terbuka, memungkinkan
darah mengalir ke ventrikel.
b. Tahap Ventrikel
Kontraksi berikutnya terjadi di ventrikel, ruang yang lebih besar di jantung. Ventrikel
adalah bilik yang paling kuat di jantung, yang bertanggung jawab untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Ketika ventrikel berkontraksi, katup AV menutup untuk
mencegah darah kembali ke atrium, sementara katup semilunar terbuka untuk
memungkinkan darah keluar dari jantung.
c. Tahap Relaksasi
Setelah kontraksi, otot-otot jantung mengalami relaksasi. Ini memberikan waktu bagi
jantung untuk mengisi kembali dengan darah sebelum kontraksi berikutnya. Relaksasi
jantung juga dikenal sebagai diastole.
Proses kontraksi otot jantung dikontrol oleh impuls elektrik yang dihasilkan oleh sistem
konduksi jantung. Sinyal ini berasal dari simpul sinoatrial (SA) di atrium, yang berfungsi
sebagai “pengatur kecepatan” jantung. Sinyal kemudian menyebar melalui simpul
atrioventrikular (AV) dan serat konduksi khusus yang dikenal sebagai bundel His dan serat
Purkinje, yang mengkoordinasikan kontraksi otot jantung. Kontraksi otot jantung penting
untuk menjaga aliran darah yang terus-menerus ke seluruh tubuh. Jika terjadi gangguan
dalam kontraksi otot jantung, seperti aritmia atau gagal jantung, dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah yang dapat berdampak serius pada kesehatan seseorang. Penting
untuk menjaga kesehatan jantung dengan mengadopsi gaya hidup sehat, seperti olahraga
teratur, makan makanan sehat, menghindari penyakit yang dapat merusak jantung seperti
merokok, dan rutin memeriksakan kesehatan jantung ke dokter.
Kontraksi otot jantung adalah proses fisiologis di mana otot-otot jantung berkontraksi
secara ritmis dan terkoordinasi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Proses kontraksi ini
melibatkan beberapa tahap yang terjadi dalam siklus jantung dan dikendalikan oleh sistem
saraf dan sistem hormonal. Berikut adalah penjelasan tentang pengertian kontraksi otot
jantung menurut perspektif fisiologis secara lengkap:
a. Tahap Atrium
● Kontraksi dimulai di atrium, ruang kecil di atas bilik jantung.
● Kontraksi atrium disebabkan oleh impuls listrik yang dihasilkan oleh simpul
sinoatrial (SA) di atrium. Impuls ini merambat melalui jaringan otot atrial,
menyebabkan kontraksi atrium secara serempak.
● Kontraksi atrium menghasilkan peningkatan tekanan yang memaksa katup
atrioventrikular (AV) terbuka, memungkinkan darah mengalir ke ventrikel.

b. Tahap Ventrikel
● Kontraksi berikutnya terjadi di ventrikel, bilik yang lebih besar di jantung.
● Kontraksi ventrikel dipicu oleh impuls listrik yang dihasilkan oleh simpul
atrioventrikular (AV) dan menyebar melalui serat konduksi khusus seperti bundel
His dan serat Purkinje.
● Kontraksi ventrikel menghasilkan peningkatan tekanan yang memaksa katup AV
menutup, mencegah aliran balik darah ke atrium, sementara katup semilunar
terbuka untuk memungkinkan darah keluar dari jantung.
c. Tahap Relaksasi
● Setelah kontraksi, otot-otot jantung mengalami relaksasi, yang dikenal sebagai
diastole.
● Selama fase relaksasi, otot-otot jantung kembali ke keadaan awalnya untuk
mempersiapkan kontraksi berikutnya.
● Relaksasi ventrikel memungkinkan darah mengalir kembali ke atrium dan
ventrikel mengisi kembali dengan darah sebelum kontraksi berikutnya.
Proses kontraksi otot jantung dikendalikan oleh sistem saraf otonom dan sistem
hormonal:
1. Sistem saraf otonom, terutama cabang parasimpatis dan simpatis, berperan dalam
mengatur kecepatan dan kekuatan kontraksi otot jantung. Cabang parasimpatis
memperlambat denyut jantung, sedangkan cabang simpatis meningkatkan denyut
jantung.
2. Sistem hormonal, seperti epinefrin dan norepinefrin, yang dilepaskan oleh kelenjar
adrenal dalam situasi stres atau aktivitas fisik intens, juga dapat meningkatkan
kecepatan dan kekuatan kontraksi otot jantung.
Kontraksi otot jantung adalah proses yang penting untuk menjaga sirkulasi darah yang
efisien dan memastikan pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup ke seluruh tubuh. Gangguan
dalam kontraksi otot jantung, seperti aritmia atau gagal jantung, dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah dan berdampak serius pada kesehatan seseorang. Penting untuk
menjaga kesehatan jantung dengan mengadopsi gaya hidup sehat, seperti menghindari
merokok, makan makanan sehat, berolahraga teratur, dan menjaga berat badan yang sehat.
Selain itu, pemeriksaan kesehatan secara teratur dan penanganan penyakit jantung yang tepat
juga penting untuk menjaga fungsi kontraksi otot jantung yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

GLAUKOMA
Ansori. (2020). Glaukoma. Paper Knowledge Toward a Media History of Documents,
3(April), 49-58.
Hajar, S., Emril, DR., Fijratullah., & Rizkidawati. (2021). Gangguan Neurologis Pada
Glaukoma. Jurnal Sinaps, 4(1), 1-12.
Giani, P., Bestari, A., Sutyawan, IWE., & Triningrat, AAMP. (2018). Karakteristik penderita
glaukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup di divisi glaukoma di Poliklinik Mata
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Periode 1 Januari 2014 hingga 31
Desember 2014. Directory of Open Access Journals e-Jurnal Medika, 7(1), 16-21.
Rahayuningrum, DC., Dewi, RIS., & Nurmayanti. (2022). Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kepatuhan Berobat Pasien Glaukoma di Kota Padang. Malahayati Nursing
Journal, 4(11), 3022-3025. ISSN 2655-2728.
https://www.doi.org/10.33024/mnj.v4i11.7393.
Rao, US. (2010). Diagnosing, Preventing, and Treating Glaucoma. Virtual Mentor, 12(12),
934-937. ISSN 19377010.
https://www.doi.org/10.1001/virtualmentor.2010.12.12.cprl1-1012.

KONTRAKSI OTOT JANTUNG


Franzoso, M., Zaglia, T., & Mongillo, M. Putting Together the Clues of the Everlasting
Neuro-cardiac Liaison. Biochimica et Biophysica Acta - Molecular Cell Research,
1863(7), 1904-1915. ISSN 18792596, PMID 26778332.
https://www.doi.org/10.1016/j.bbamcr.2016.01.009.
Griadhi, P. (2016). Sistem Kardiovaskuler. Universitas Udayana, 1-17.
Imaligy, EU. (2014). Gagal Jantung pada Geriatri. Jurnal Dokter Umum Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Maranatha, 41(1), 19-24.
Irawati, L. (2015). Aktifitas Listrik pada Otot Jantung. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), 596-
599. https://www.doi.org/10.25077/jka.v4i2.306.
Sihombing, TFH., & Putra, KAH. (2018). Organisasi dan Anatomi Sistem Saraf Simpatis dan
Parasimpatis. Jurnal Kesehatan, 3(4), 4-6.

Anda mungkin juga menyukai