Anda di halaman 1dari 55

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

3.1. Tinjauan Umum


Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem kontrol untuk
mengontrol suhu air pada water chiller PT. COMBIPHAR menggunakan PLC
CP1L.

3.2. Perancangan Sistem

3.2.1. Sketsa Plant

CONTROLLER

3 PHASE
UVR
LINE

1M 2M

1SV-U 2SV-U

1OLS 2OLS
1HMTS 2HMTS
1OFS 2OFS
1SV-L M1 2SV-L M2
1HPS 1HOTS 2HPS 2HOTS

1HLPS 1LPS 2HLPS 2HPS

1DISCHARGE LINE 1SUCTION LINE 2SUCTION LINE 2DISCHARGE LINE

SCREW SCREW
COMPRESSOR-1 COMPRESSOR-2
(CP1) (CP2)
LWTT ENTERING
WATER

SHELL AND TUBE


EVAPORATOR UNIT
WFS

LEAVING
WATER
1EXP 2EXP
VALVE VALVE

1CONDENSOR UNIT 2CONDENSOR UNIT

Gambar 3.1. Plant kontrol suhu air water chiller

53
Untuk kebutuhan operasional oleh operator, plant ini dilengkapi
dengan interface untuk operasional dan monitoring sebagai berikut :

WATER CHILLER INDICATORS

POWER STANBY CP1 CP2 ALARM

OPERATIONAL BUTTONS

CP1 PRIM CP2 PRIM RUN RESET HMT1

ALARM RESET STOP RESET HMT2


RESET PRIM

OMRON NT11 HMI


STANBY 7 8 9

4 5 6
1 2 3
. 0 +/-
F1 F2 F3 F4
CLR ENTER

EMERGENCY OFF

Gambar 3.2. Operator Interface

Fungsi :

o Water chiller Indicators


1. STANBY : sebagai lampu indikator bahwa water chiller pada posisi
stanby dimana pada posisi ini, operator harus menset parameter-
parameter yang dibutuhkan untuk memulai pengoperasian water
chiller seperti memilih kompresor utama, dan memasukan set
point.
2. POWER : Sebagai lampu indikator power supply 115VAC
3. CP1 : Sebagai lampu indikator bahwa kompresor-1 sedang
berjalan (running)
4. CP2 : Sebagai lampu indikator bahwa kompresor-2 sedang
berjalan (running)
5. ALARM : sebagai lampu indikator alarm, dimana indikator ini akan
menyala jika terjadi gangguan pada water chiller, seperti

54
berubahnya logik-logik safety pada water chiller dari yang
seharusnya, dan error-nya sensor-sensor analog.

o Operational buttons :
1. CP1 PRIM : tombol untuk memilih kompresor-1 sebagai kompresor
utama.
2. CP2 PRIM : tombol untuk memilih kompresor-2 sebagai kompresor
utama
3. RUN : tombol untuk mulai mengoperasikan water chiller
4. RESET HMT1 : tombol reset untuk me-reset logik pada kontak
relay sensor temperatur motor kompresor-1 pada logik yang
seharusnya.
5. RESET ALARM : tombol untuk mematikan indikator alarm atau jika
disambungkan dengan buzzer.
6. RESET PRIM : untuk me-reset kompresor utama untuk dilakukan
lagi pemilihan kompresor utama (hanya bisa dilakukan saat water
chiller pada posisi STANBY)
7. STOP : tombol untuk mematikan sistem-sistem utama pada water
chiller tanpa mematikan sistem monitoring .
8. RESET HMT2 : tombol reset untuk mereset logik pada kontak
relay sensor temperatur motor kompresor-2 pada logik yang
seharusnya.
9. STANBY : tombol untuk mulai menyiapkan parameter yang
dibutuhkan oleh operator untuk mengoperasikan water chiller.
10. EMERGENCY OFF : tombol darurat untuk mematikan water
chiller.
11. HMI : untuk operasional, set point dan monitoring status water
chiller.

55
3.2.2. Cara Kerja Sistem (Control Task)

1. Saat PLC mendapatkan tegangan supply 220VAC pada terminal


masukan tegangan supply-nya, PLC akan mulai bekerja (ON)
namun dalam kondisi stop mode (sedang tidak mengeksekusi
program) dengan indikasi lampu indikator power menyala (ON).
2. Apabila program yang sudah benar telah di download ke PLC
maka mode PLC menjadi run dengan indikasi lampu “run” menyala
(ON).
3. untuk mulai megoperasikan water chiller, user harus mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. mengaktivasi feed water pump untuk supply dan sirkulasi air
ke unit masukan inlet water evaporator dan keluar ke outlet
water unit evaporator menuju AHU (Air Handling Unit)
dengan indikasi water flow switch berada pada posisi set
(NC). Sistem tidak bisa dioperasikan jika water flow switch
pada posisi unset (NO).
b. mengaktivasi tombol STANBY (indikasi lampu stanby ON)
dimana pada mode ini, user bisa melakukan monitoring awal
kondisi plant seperti memeriksa alarm dan sebagainya.
c. menentukan set point leaving water temperature
menggunakan HMI.
d. karena dalam water chiller terdapat dua buah kompresor,
maka harus ditentukan kompresor mana yang akan bekerja
pertama (primary compressor) dan bekerja kedua (secondary
compressor) dengan mengaktivasi salasatu tombol CP1
PRIM atau CP2 PRIM. Untuk mengganti primary compressor,
aktivasi tombol RESET PRIM kemudian pilih lagi kompresor
primary.

56
*Catatan : saat water chiller sedang pada mode RUNNING,
penggantian compressor primary tidak bisa dilakukan lagi,
jadi harus dilakukan pertama kali saat plant pada mode
STANBY.
e. Mengaktivasi tombol RUN
4. Setelah semua langkah diatas selesai, kompresor primer akan
running otomatis jika tekanan saturasinya telah memenuhi yaitu
tekanan antara suction dan discharge berada dalam area tekanan
saturasinya.
5. Saat kompresor primer pada mode running (lampu indikasi
kompresor primer ON), fan pertama dan kedua pada unit
kondensing kompresor primer akan menyala (ON), maka proses
refrigerasi dimulai.
6. Pada saat running awal, kompresor di kerjakan pada mode unload
(siklus tanpa beban kompresi gas refrigeran) selama 20 detik
untuk menghindari tarikan beban yang besar saat motor
kompresor pertama kali running.
7. Controller akan membaca suhu air pada saluran keluarannya
(leaving water temperature (LWT)) dan jika (LWT <= SP-1),
kompressor akan tetap berada pada mode unload, dan jika
(LWT>=SP) dengan penundaan timer selama 10 detik, kompresor
akan dialihkan ke mode load (siklus dengan beban kompresi gas
refrigeran).
8. Gas refrigeran pada saluran suction akan ditarik dan dikompresi
kemudian dikeluarkan pada saluran discharge yang
mengakibatkan tekanan pada suction akan menurun perlahan
yang diimbangi dengan naiknya tekanan discharge.

57
9. Gas refrigeran pada saluran discharge hasil kompresi adalah gas
refrigeran bertekanan dan bersuhu tinggi yang akan disalurkan ke
unit kondensor.
10. Didalam unit kondensor, gas refrigeran akan mengalami proses
kondensasi yaitu proses pengambilan dan pembuangan panas ke
luar dari sistem refrigerasi. Hasilnya, gas refrigeran yang keluar
pada outlet unit kondensor akan berwujud cair (liquid) bertekanan
tinggi untuk diteruskan ke unit expansion valve.
11. Didalam unit expansion valve, refrigeran cair bertekanan tinggi ini
akan mengalami proses penurunan tekanan, sehingga refrigeran
cair yang keluar pada outlet unit expansion valve berwujud cairan
dingin dan bertekanan rendah untuk kemudian diteruskan ke unit
evaporator.
12. Di unit evaporator, refrigeran cair dingin akan masuk melalui tube
inlet evaporator dan menempati ruang tube didalamnya. Akan
terjadi proses pertukaran panas media antar media yaitu air dalam
shell dan refrigeran cair dan dingin bertekanan rendah didalam
tube.
13. Refrigeran akan keluar melalui tube outlet unit evaporator dalam
bentuk gas bertekanan rendah yang kemudian disalurkan kembali
ke kompresor melalui saluran suction untuk dikompresi lagi (siklus
refrigerasi diulang kembali).
14. Kompressor utama akan terus berada pada mode load selama
LWT >= SP-1.
15. Jika kompresor pertama berada pada mode load terus menerus
selama 10 menit, dan LWT>=SP+5, maka controller akan
manjalankan kompresor kedua (secondary compressor) untuk
membantu kompresor pertama mencapai set point LWT.

58
16. Prosedur running untuk kompresor kedua sama dengan
kompresor pertama.
17. Kompresor pertama dan kedua akan memberikan beban (load)
bersama-sama sampai LWT mencapai set point-nya.
18. Kompresor kedua akan berada pada mode load jika LWT>= SP+5
dan unload jika LWT<=SP+2.
19. Saat kompresor kedua mencapai set point unload-nya, kondisi ini
akan dipertahankan sampai 20 menit dan jika selama 20 menit
kompresor kedua tidak mencapai set point load-nya, controller
akan mematikan kompresor kedua.
20. Dengan mengaktivasi PB STOP pada input controller, maka
controller akan berhenti mengeksekusi program-program utama
untuk water chiller sehingga water chiller berhenti bekerja.
Controller hanya mengeksekusi program-program untuk monitoring
kondisi water chiller. Eksekusi program akan berhenti secara
keseluruhan jika EMERGENCY OFF diaktivasi.

3.2.3. Blok Diagram Sistem kontrol

Dari uraian mengenai cara kerja sistem secara keseluruhan, maka


blok diagram untuk sistem kontrol suhu air water chiller secara kontinyu
dapat digambarkan sebagai berikut :

PLC CONTROLLER PLANT

Two Position
Control
SV COMPRESSOR LEAVING WATER PV
+ LOAD/UNLOAD TEMPERATURE
- SELENOIDE VALVE (LWT)

TEMPERATURE
SENSOR
TRANSMITTER

Gambar 3.3 Blok diagram sistem kontrol suhu air water chiller

59
3.2.4. Membuat Struktur Program

Berikut adalah langkah membuat struktur program menurut


standar IEC 61131-3.

3.2.4.1. Mengidentifikasi eksternal interface

Berikut adalah komponen eksternal interface yang terdapat


pada plant kontrol suhu air water chiller:

1) Push Button stanby water chiller


2) Push Button run water chiller
3) Push Button Off water chiller
4) Push Button cp1 primary compressor water chiller
5) Push Button cp2 primary compressor water chiller
6) Push Button reset primary compressor water chiller
7) Push Button buzzer alarm reset water chiller
8) Push Button emergency off water chiller
9) HMI untuk setting setpoint

3.2.4.2. Mengidentifikasi internal interface

Berikut adalah komponen internal interface yang terdapat


pada plant kontrol suhu air pada water chiller :

1) Leaving Water TemperatureTransmitter (LWTT)


2) 1st Compressor load selenoide valve (1SV-L)
3) 1st Compressor unload selenoide valve (1SV-U)
4) 2nd Compressor load selenoide valve (2SV-L)
5) 2nd Compressor unload selemoide valve (2SV-U)
6) 1st Compressor motor (M1)
7) 2nd Compressor motor (M2)

60
8) 1st Contactor (1M)
9) 2nd Contactor (2M)
10) 1st compressor high motor temperature switch (1HMTS)
11) 2nd compressor high temperature switch (2HMTS)
12) 1st compressor oil float switch (1OFS)
13) 2nd compressor oil float switch (2OFS)
14) 1st compressor high oil temperature switch (1HOTS)
15) 2nd compressor high oil temperature switch (2HOTS)
16) 1st compressor over load switch (1OLS)
17) 2nd compressor over load switch (2OLS)
18) 1st compressor high presssure switch (1HPS)
19) 2nd compressor high pressure switch (2HPS)
20) 1st compressor low pressure switch (1LPS)
21) 2nd compressor low pressure switch (2LPS)
22) 1st compressor high and low pressure (1HLPS)
23) 2nd compressor high and low pressure (1HLPS)
24) Chiller water flow switch (WFS)
25) Under Voltage Relay (UVR)

3.2.4.3. Analisis Masalah Kontrol

Pada sistem ini terdapat tiga (3) masalah kontrol (control


problem) yaitu load selenoide valve control, unload selenoide
valve control dan motor compressor control. Kontrol ini berfungsi
untuk mengatur load dan unload selenoide valve agar bekerja
secara bergantian pada rentan waktu yang ditentukan untuk
mengatur pendinginan air water chiller. Kontrol motor kompresor
akan mengontrol kerja kompresor 1 dan 2 apakah perlu dijalankan

61
dua-duanya atau cukup 1 (satu) kompresor saja untuk mencapai
dan menjaga set point suhu air yang didinginkan oleh water chiller.

3.2.4.4. Identifikasi Penggunaan I/O dan


Pengalamatan PLC

Tabel 3.1. Pengalamatan input PLC

Normaly
NO Device Symbol PLC ADDRESS
Logic
1 PB_ALARM RESET S0 NC 1.07
2 PB_STANBY S1 NO 1.05
PB_EMERGENCY
3 S2 NO 1.06
STOP
4 PB_RUN S3 NO 1.08
5 PB_OFF S4 NC 1.09
PB_CP1_PRIMARY
6 S5 NO 1.10
_COMPRESSOR
PB_CP2_PRIMARY
7 S6 NO 1.11
_COMPRESSOR
PB_RESET_PRIMA
8 S7 NC 0.00
RY_COMPRESSOR
EksternalContr
9 PB_RESET_HMT-1 S8 NC
ol
EksternalContr
10 PB_RESET_HMT-2 S9 NC
ol
Cp1 Oil Float
11 1OFS NC 0.01
Switch
Cp1 High Motor
12 Temperature 1HMTS NC 0.02
switch
Cp1 Over Load
13 1OLS NC 0.03
switch
Cp1 High oil
14 temperature 1HOTS NC 0.04
switch
Cp1 Dual High
15 1HLPS NC 0.05
Low Pressure

62
switch
Cp1 High Pressure
16 1HPS NO 0.06
switch
Cp1 Low Pressure
17 1LPS NO 0.07
switch
Cp2 Oil Float
18 1OFS NC 0.08
Switch
Cp2 Over load
19 2OLS NC 0.09
switch
Cp2 high oil
20 temperature 2HMTS NC 0.10
switch
Cp2 Dual High
21 Low Pressure 2HLPS NC 0.11
switch
Cp2 High Motor
22 Temperature 2HMTS NC 1.00
switch
Cp2 High Pressure
23 2HPS NO 1.01
switch
Cp2 Low Pressure
24 2LPS NO 1.02
switch
Chiller Water
25 WFS NO 1.03
Flow Switch
Under Voltage
26 UVR NO 1.04
Relay
Leaving Water
27 Temperature LWTT Analog AD041 –VIN1
Transmitter
28 HMI - RS232

Fungsi :
1. S0 : untuk mematikan lampu/buzzer alarm
2. S1 : untuk stanby sistem
3. S2 : untuk mematikan semua sistem water chiller
4. S3 : untuk mulai menjalankan sistem

63
5. S4 : untuk mematikan sistem-sistem utama water chiller
tanpa mematikan sistem monitoring
6. S5 : untuk memilih kompresor 1 sebagai kompresor pertama
(primary)
7. S6 : untuk memilih kompresor 2 sebagai kompresor pertama
(primary)
8. S7 : untuk mematikan kompresor pertama (primary) untuk
dilakukan lagi pemilihan kompresor pertama (primary)
berikutnya.
9. S8 : untuk me-reset logika swicth sensor 1HMTS jika
logikanya berubah menjadi NO.
10. S9 : untuk me-reset logika swicth sensor 2HMTS jika
logikanya berubah menjadi NO.
11. 1OFS : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
volume oli pada kompresor-1, prinsipnya jika volume oli pada
kompresor-1 tidak memenuhi volume yang semestinya (NC),
maka sistem kompresor-1 tidak bisa dijalankan (reset).
12. 1HMTS : sebagai sensor berlogika digital yang akan
memonitor suhu motor kompresor-1, prinsipnya jika motor
kompresor-1 sedang hidup (ON) dan suhu motor menjadi
berlebihan panas, maka logika swicth menjadi (NO) dan
controller untuk akan mematikan sistem kompresor-1.
13. 1OLS : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
beban arus berlebihan pada sistem kompresor-1
14. 1HOTS : sebagai sensor berlogika digital yang akan
memonitor suhu oli pada kompresor-1
15. 1HLPS : sebagai sensor berlogika digital yang akan
memonitor beda tekanan antara tekanan suction dan
discharge pada kompresor-1

64
16. 1HPS : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
tekanan pada saluran discharge kompresor-1, prinsipnya jika
tekanan pada saluran discharge naik melebihi tekanan batas
yang ditentukan, maka sensor ini akan memberikan logika
NC ke controller untuk mematikan sistem kompresor-1.
17. 1LPS : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
tekanan pada saluran suction kompresor-1, prinsipnya jika
tekanan suction turun melewati tekanan suction yang
ditentukan, maka sensor ini akan memberikan logika NC ke
controller untuk mematikan sistem kompresor-1.
18. 2OFS : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
volume oli pada kompresor-2, prinsipnya jika volume oli pada
kompresor-2 tidak memenuhi volume yang semestinya, maka
sistem kompresor-2 tidak bisa dijalankan (reset).
19. 2OLS : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
beban arus berlebihan pada kompresor-2
20. 2HOTS : sebagai sensor berlogika digital yang akan
memonitor temperatur oli pada kompresor-2
21. 2HLPS : sebagai sensor berlogika digital yang akan
memonitor beda tekanan antara antara suction dan discharge
pada kompresor-2.
22. 2HMTS : sebagai sensor berlogika digital yang akan
memonitor temperatur motor kompresor-2, prinsipnya jika
motor kompresor-1 sedang hidup (ON) dan suhu motor
menjadi berlebihan panas, maka logika swicth menjadi (NO)
dan controller untuk akan mematikan sistem kompresor-2.
23. 2HPS : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
tekanan pada saluran discharge kompresor-2, prinsipnya jika
tekanan pada saluran discharge naik melebihi tekanan batas

65
yang ditentukan, maka sensor ini akan memberikan logika
NC ke controller untuk mematikan sistem kompresor-2.
24. 2LPS : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
tekanan pada saluran suction kompresor-2, prinsipnya jika
tekanan suction turun melewati tekanan suction yang
ditentukan, maka sensor ini akan memberikan logika NC ke
controller untuk mematikan sistem kompresor-1.
25. WFS : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
ada tidaknya aliran air pada pipa saluran sirkulasi air water
chiller.
26. UVR : sebagai sensor berlogika digital yang akan memonitor
tegangan utama sistem water chiller.
27. LWTT : sensor dan transducer berlogika analog untuk
memonitor suhu air yang keluar dari outlet evaporator.
28. HMI : untuk setting set point dan monitoring sistem

Tabel 3.2 Pengalamatan output PLC

PLC
NO Device Symbol Quantity
ADDRESS
CP1 RUN Lamp
1 L1 1 100.01
Indikator
CP2 RUN Lamp
2 L2 1 101.05
Indikator
3 STANBY Lamp Indikator L3 1 100.03
ALARM Lamp/Buz
4 L4/BUZ 1 102.07
Indikator
5 POWER Lamp Indicator L5 1 Eksternal
Compressor 1 Load
5 1SV-U 1 101.01
Selenoide Valve
Compressor 1 Unload
6 1SV-L 1 101.02
Selenoide Valve
Compressor 2 Load
7 2SV-L 1 102.06
Selenoide Valve

66
Compressor 2 Unload
8 2SV-U 1 102.05
Selenoide Valve
9 Contactor 1 1M 1 100.00
10 Contactor 2 2M 1 101.04
11 Compressor-1 motor M1 1 -
12 Compressor-2 motor M2 1 -

Fungsi :
1. L1 : sebagai lampu indikator kompresor-1 sedang berjalan
2. L2 : sebagai lampu indikator kompresor -2 sedang berjalan
3. L3 : sebagai lampu indikator sistem dalam posisi stanby
4. L4 : sebagai lampu indikator alarm/buzzer
5. 1SV-L : untuk menset kompresor-1 pada mode
mengkompresi gas refrigeran.
6. 1SV-U : untuk menset kompresor-1 pada mode tidak
mengkompresi gas refrigeran.
7. 2SV-L : untuk menset kompresor-2 pada mode
mengkompresi gas refrigeran.
8. 2SV-U : untuk men-set kompresor-2 pada mode tidak
mengkompresi gas refrigeran.
9. 1M : sebagai kontaktor yang akan menyambungkan dan
memutuskan listrik 3 fasa ke motor kompresor -1 (M1).
10. 2M : sebagai kontaktor yang akan menyambungkan dan
memutuskan listrik 3 fasa ke motor kompresor-2 (M2).
11. M1 : sebagai motor kompresor-1 yang akan bekerja jika
kontaktor 1M bekerja.
12. M2 : sebagai motor kompresor-2 yang akan bekerja jika
kontaktor 2M bekerja.

67
3.2.5. Wiring I/O dan Commissioning PLC CP1L-M60DR-A

OMRON HMI
NT11-SF121B-EV1
7 8 9

EXP
4 5 6
AD041
1 2 3

. 0 +/-
F1 F2 F3 F4
CLR ENTER
VIN1 VIN2 VIN3 VIN4
COM1 COM2 COM3 COM4

1OFS 1OLS 1HLPS 1LPS 2OLS 2HLPS 2HPS WFS S1 S0 S4 S6


S7 1HMTS 1HOTS 1HPS 2OFS 2HOTS 2HMTS 2LPS UVR S2 S3 S5
V
NOT USED

LWTT

110-240 VAC

L1 L2 COM 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11

CIO 0 CIO 1 CIO 2


RS232

EXP
SYSMAC OMRON CP1L-M60DR-A
CIO 100 CIO 101 CIO 102

24 VDC
OUT
+ - 00 01 02 03 ... 07 00 01 02 03 04 05 ... 07 00 ... 04 05 06 07
COM COM COM COM COM COM

L2-

115 VAC L1+

1M L1 L3 1SV-U 1SV-L 2M L2 2SV-U 2SV-L L4/BUZ

Gambar 3.4 Wiring I/O & Comissioning PLC CP1L-M60DR-A

68
3.2.6. Identifikasi Masalah Kontrol

1. Penskalaan Proces Variable (PV)

Penskalaan Proces Variable (PV) untuk leaving water temperature


(LWT) adalah sebagai berikut :

o
C

Ymax
52

YoC

Ymin Xmin X Xmax X3


Codeying
0 1039 2092 6000
Volt
0 1,731 Vx 3,486 10

Gambar 3.7 Kurva penskalaan Proces Variable (PV)

Ymax-Ymin
YoC = ( X-Xmin ) + Ymin
Xmax-Xmin

52-0
YoC = ( X-1039 ) +0
2092-1039

52
YoC = ( X-1039 )
1053

69
2. Penskalaan Set Point (SP)

Penskalaan untuk Set Point (SP) adalah sebagai berikut :

o
C

Ymax
52

SPoC

Ymin Xmin X Xmax


Codeying
0 1039 2092

Gambar 3.8 Kurva penskalaan Set Point (SP)

Ymax-Ymin
SPoC = ( X-Xmin ) + Ymin
Xmax-Xmin

52-0
SPoC = ( X-1039 ) +0
2092-1039

52
SPoC = ( X-1039 )
1053
(SPoC x1053) + 54028
X =
52

70
3.2.7. Algoritma Kontrol
INPUT CONTROLLER (PLC) OUTPUT

0/1
STANBY 0/1
LOCK_STANBY 0/1 OR 0/1 0/1 LOCK_STANBY
EMERGENCY OFF AND
0/1 0/1
NOT
0/1

LOCK_CP2
PRIMARY 0/1 0/1
NOT

LOCK_RUN 0/1 0/1


0/1 AND
NOT
0/1
OR
CP1 PRIMARY LOCK_CP1
LOCK_RUN 0/1 PRIMARY 0/1 0/1 LOCK_CP1
NOT 0/1 AND PRIMARY
0/1 0/1
AND
RESET 0/1
CP PRIMARY

0/1
CP2 PRIMARY

LOCK_RUN 0/1 0/1


NOT 0/1
AND 0/1
LOCK_CP1 0/1 LOCK_CP2
PRIMARY 0/1 0/1 OR 0/1 AND PRIMARY
NOT
LOCK_CP2
PRIMARY 0/1
0/1 0/1

0/1
RUN
0/1
LOCK_RUN 0/1 OR 0/1 0/1 0/1
LOCK_RUN
0/1 0/1
OFF

0/1 0/1
WFS AND
0/1 H 0/1
UVR

CONTROL
CP1 0/1 0/1 0/1
NOT 1T2 0/1
NOT
CP1
SATURATION 0/1 AND 0/1

0/1 0/1
0/1 0/1
AND
CONTROL CP1 0/1 0/1 0/1
OR 0/1
0/1 CONTROL
CP1 SATURATION 0/1 0/1 CP1

CONTROL CP2 0/1 AND 0/1

DI_CP1 SAFETY 2T1 0/1 LOCK_RUN


0/1 0/1 0/1 NOT
1HPS NOT
0/1 0/1
1HMTS
0/1 0/1
1OLS
AND
0/1 0/1 AND 0/1
1HOTS
0/1 0/1
1HLPS LAMP
0/1 0/1 INDICATOR
1OFS
0/1 0/1
1LPS T3

0/1 0/1 0/1 0/1 0/1 0/1 0/1

A B C D E F G

0 1 2 3

71
0 1 2 3

A E B D H C F G

CONTROL
0/1 0/1 0/1 0/1 CP2 0/1 0/1
NOT 0/1 0/1 0/1 0/1
2T2 0/1 0/1
CP1 NOT
SATURATION 0/1 0/1
AND
0/1
0/1
AND
CONTROL CP2 0/1 0/1
OR
0/1 CONTROL
CP2 SATURATION 0/1 0/1
CP2

CONTROL CP1 0/1 0/1


AND
1T1 0/1

0/1
DI_CP2 SAFETY
0/1 0/1 0/1
2HPS NOT
0/1 0/1 L/BUZZER
AND
0/1 0/1 ALARM
2HMTS
0/1 0/1 0/1
2OLS
0/1 0/1
2HOTS AND
0/1
0/1 0/1
2HLPS
0/1 0/1 HMI
0/1 0/1
2OFS DISPLAY
0/1 0/1
2LPS T4
0/1

0/1
LOCK_CP1 0/1
PRIMARY 0/1 AND 1T1
1039-2092
0-52 (10) 0-52 (10) (10) 0/1 ACTUATOR
LWT SET POINT MOVE SCALING 1SV-L
(HMI) 0/1
0/1
LOCK_CP2
PRIMARY 0/1 AND 1T2

0/1 0/1 ACTUATOR


1SV-U
0/1
COMPARE 0/1
LOCK_CP2 AND 2T1
PRIMARY 0/1

0/1 ACTUATOR
2SV-L
0/1
1039-2092 1039-2092 1039-2092
LOCK_CP1 AND 2T2
POINT VARIABLE (10) (10) (10) PRIMARY
(PV) MOVE SCALING
0/1 0/1 ACTUATOR
2SV-U

KETERANGAN :
: BLOK PLC : LINE INPUT
: BLOK KONTROLOPERASIONAL : LINE OUTPUT

: BLOK KONTROL KOMPRESOR-1 T : TIMER

: BLOK KONTROL KOMPRESOR-2 CP : COMPRESSOR

: BLOK KONTROL DUA POSISI LWT : LEAVING WATER TEMPERATURE

72
3.2.8. Perancangan Sistem

Perancangan sistem disini terdiri atas perancangan program kontrol


untuk PLC OMRON CP1L-M60DR-A menggunakan software CX-
Programmer V7.2 dan perancangan operator interface untuk kendali water
chiller oleh user.

3.2.8.1. Perancangan Program Kontrol

Perancangan program kontrol menggunakan salasatu fasilitas CX-One


yaitu CX-Programmer V7.2 untuk membuat program kontrol PLC Omron
CP1L. Dalam membuat program, penulis membagi program dalam section-
section untuk memisahkan bagian input, proses, dan output-nya. Tentunya
teknik ini akan mempermudah monitoring saat program dijalankan nantinya.
Selain membuat program dengan ladder diagram di halaman utama section-
section, penulis juga menggunkan halaman ladder function block diagram
untuk membuat program. Ladder function block kemudian dimasukan
kedalam section-section program sesuai dengan fungsinya. Dengan ladder
function block diagram, tampilan program pada section akan lebih simpel dan
tidak perlu menghabiskan banyak kolom dalam halaman section sehingga
monitoring akan lebih mudah lagi. Selain itu, program yang kita buat dalam
ladder function block akan ter-protection dengan aman karena ladder function
block dapat dikunci menggunakan kata kunci (password). Pembagian
program dalam section-section yang telah dibuat oleh penulis ditunjukan
pada gambar 3.9.

73
Gambar 3.9. Pembagian progam kontrol dalam section-section pada halaman
utama CX-Programmer V7.2

Keterangan :
(1) Symbols adalah lokasi ditempatkannya semua simbol-simbol yang kita
tuliskan pada program.

74
(2) Cp1_DI adalah section untuk menempatkan semua input digital (on/off)
kompresor-1.
(3) Cp2_DI adalah section untuk menempatkan semua input digital (on/off)
kompresor-2.
(4) Accessories_DI adalah section untuk menempatkan input water flow
switch (WFS) dan under voltage relay (UVR).
(5) Operasional_DI adalah section untuk menempatkan semua input digital
kebutuhan operasional seperti push button.
(6) Main_Operasional adalah section untuk menempatkan program utama
untuk kebutuhan operasional seperti menjalankan water chiller pada
stanby mode dan running mode, memilih kompresor utama (primary),
dan mematikan water chiller.
(7) Main adalah section untuk menempatkan program untuk inisialisasi
sinyal analog dan menempatkan semua program set point untuk leaving
water temperature (LWT).
(8) Cp1_Control adalah section untuk menempatkan program utama kontrol
kompresor-1.
(9) Cp2_Control adalah section untuk menempatkan program utama kontrol
kompresor-2.
(10) Water_Temp_Control adalah section untuk menempatkan program
utama kontrol suhu air water chiller (leaving water temperature control).
(11) Electric_Control adalah section untuk menempatkan program utama
kontrol komsumsi listrik water chiller.
(12) Alarm adalah section untuk menempatkan program utama indikasi
alarm.
(13) Cp1_Out adalah section untuk menempatkan output kompresor-1.
(14) Cp2_Out adalah section untuk menempatkan output kompresor-2.

75
(15) Accessories_Output adalah section untuk menempatkan output lampu
indikator ke panel.
(16) HMI_Control_Area adalah section untuk menempatkan kendali program
dengan HMI.
(17) Record_Alarm adalah section untuk menempatkan program yang akan
merekam kejadian alarm.
(18) END adalah section akhir program.
(19) Alarm_Bib adalah ladder function block untuk mengatifkan alarm
dengan ber-flip dan flop.
(20) Cp1_Bib adalah ladder function block untuk mengatifkan lampu indikator
kompresor-1, 10 detik sebelum mati (off) dengan ber-flip dan flop.
Fungsi ini disisipkan ke section Cp1_Control.
(21) Cp2_Bib adalah ladder function block untuk mengatifkan lampu indikator
kompresor-2, 10 detik sebelum mati (off) dengan ber-flip dan flop.
Fungsi ini disisipkan ke section Cp2_Control.
(22) FB_Ambient_Temp adalah ladder function block untuk menampilkan
suhu lingkungan sekitar water chiller. Fungsi ini disisipkan ke section
Main_Operasional.
(23) FB_Compressor_1_Control adalah ladder function block untuk
mengontrol kerja sistem kompresor-1. Fungsi ini disisipkan ke section
Cp1_Control.
(24) FB_Compressor_2_Control adalah ladder function block untuk
mengontrol kerja sistem kompresor-2. Fungsi ini disisipkan ke section
Cp2_Control.
(25) FB_Main_Operasional adalah ladder function block untuk mengontrol
kebutuhan operasional water chiller. Fungsi ini disisipkan ke section
Main_Operasional.

76
(26) FB_Power_Monitor adalah ladder function block untuk menampilkan
dan memonitor komsumsi listrik water chiller. Fungsi ini disisipkan ke
section Electric_Control.
(27) FB_Turn_Off_Control adalah ladder function block untuk menjalankan
prosedur mematikan sistem water chiller. Fungsi ini disisipkan ke
section Main_Operasional.
(28) FB_Water_Temp_Control adalah ladder function block untuk
mengontrol suhu air water chiller (leaving water temperature control).
Fungsi ini disisipkan ke section Water_Temp_Control.
(29) FB_Water_Temp_Display adalah ladder function block untuk
menampilkan suhu air water chiller yang dikontrol dalam satuan derajat
celcius (oC). Fungsi ini disisipkan ke section Water_Temp_Control.

Pada halaman utama CX-Programmer V7.2, terdapat fitur-fitur yang


sering digunakan oleh penulis untuk membuat struktur program pada ladder
diagram. Fitur-fitur tersebut antara lain kontak [1] Normally Close (NC), [2]
Normally Open (NO), [3] kontak OR Normally Open (NO), [4] kontak OR
Normally Close (NC), [5] Line Vertical, [6] Line Horizontal, [7] Normally Coil,
[8] Closed Coil, [9] PLC instruction, [10] Function Block Call, [11] Function
Block Parameter, [12] Line Connect Mode, [13] Line Delete Mode, [14] Work
Online, [15] New Section, [16] New Ladder Function Block, [17] New
Structured Text Function Block, dll.

Gambar 3.10. Beberapa fitur pada halaman utama CX-Programmer V7.2

77
Berikut ini akan diterangkan urutan pembuatan program kontrol berdasarkan
algoritma kontrol yang telah dibuat menggunakan fitur-fitur CX-Programmer
V7.2 pada gambar 3.10.

3.2.8.1.1. Membuat Section Baru

Cara membuat section adalah dengan meng-click [15] new


section. Agar lebih mudah membedakan tiap section, penulis mengubah
nama tiap section baru dengan nama sesuai dengan fungsi program
yang akan mengisi section tersebut. Mengganti nama section dengan
cara meng-click kanan section baru kemudian pilih “rename” seperti
gambar berikut ini :

Gambar 3.11. Cara mengganti nama section dengan nama baru

78
3.2.8.1.2. Membuat Section Ladder Funtion Block Baru

Adapun langkah-langkah menggunakan fungsi Ladder Function


Block pada CX-Programmer V7.2 adalah sebagai berikut :
a. Click [16] Ladder Function Block
b. Akan muncul section baru dibawah section Function Block dengan
nama default “FunctionBlock1”
c. Agar lebih mudah membedakan tiap section Function Block
penulis mengubah nama default tiap section baru dengan nama
sesuai dengan fungsi program yang akan mengisi section Function
Block tersebut.
d. Cara mengganti nama default pada section Function Block dengan
cara meng-click kanan section kemudian pilih “rename” seperti
gambar berikut ini :

Gambar 3.12. Cara mengganti nama section Function Block dengan


nama baru

79
e. Untuk masuk ke halaman utama Function Block, Click dua kali
section yang sudah di-rename.
f. Akan tampil halaman section Ladder Function Block seperti pada
gambar 3.12.
Pada gambar 3.12, [1] adalah area untuk menempatkan semua
variabel I/O seperti nama I/O, tipe data I/O, inisialisasi I/O,
keterangan I/O, penggunaan varibael I/O (internal, input, output,
input output, dan eksternal). [2] adalah area untuk membuat ladder
diagram.

Gambar 3.13. Tampilan halaman utama Ladder Function Block

3.2.8.1.3. Membuat Section “Cp1_DI”

Berikut ini akan dijelaskan cara membuat section baru untuk


section semua digital input kompresor-1. Cara membuat section baru
dengan meng-click [15] new section dan mengganti nama section baru
dengan “cp1_DI”. Cara memasukan program dalam section “cp1_DI”
yaitu :

80
a. Klik dua kali section “cp1_DI”
b. Akan tampil halaman program section “cp1_DI”
c. Membuat kontak [2] Normally Open (NO) beserta nomor dan
keterangan input-nya kemudian menyambungkan kontak tersebut
dengan [7] Coil beserta nomor dan keterangan Coil-nya seperti
contoh gambar berikut ini :

Gambar 3.14. Contoh program input pada section “cp1_DI”


*Listing program lengkap section “cp1_DI” dapat dilihat pada *Lampiran

3.2.8.1.4. Membuat Section “Cp2_DI”

Berikut ini akan dijelaskan cara membuat section baru untuk


section semua digital input kompresor-2. Cara membuat section baru
dengan meng-click [15] new section dan mengganti nama section baru
dengan “cp2_DI”. Cara memasukan program dalam section “cp2_DI”
yaitu :
a. Klik dua kali section “cp2_DI”
b. Akan tampil halaman program section “cp2_DI”
c. Membuat kontak [2] Normally Open (NO) beserta nomor dan
keterangan input-nya kemudian menyambungkan kontak tersebut
dengan [7] Coil beserta nomor dan keterangan Coil-nya seperti
contoh gambar berikut ini :

81
Gambar 3.15. Contoh program input pada section “cp2_DI”

*Listing program lengkap section “cp2_DI” dapat dilihat pada *Lampiran

3.2.8.1.4. Membuat Section “Accesories_DI”

Berikut ini akan dijelaskan cara membuat section baru untuk


section semua digital input water chiller yang lain. Cara membuat
section baru dengan meng-click [15] new section dan mengganti nama
section baru dengan “Accessories_DI”. Cara memasukan program
dalam section “Accessories_DI” yaitu :
a. Klik dua kali section “Accessories_DI”.
b. Akan tampil halaman program section “Accessories_DI”
c. Membuat kontak [2] Normally Open (NO) beserta nomor dan
keterangan input-nya kemudian menyambungkan kontak tersebut
dengan [7] Coil beserta nomor dan keterangan Coil-nya seperti
contoh gambar berikut ini :

Gambar 3.16. Contoh program input pada section


“Accessories_DI”

82
*Listing program lengkap section “Accessories_DI” dapat dilihat pada
*Lampiran

3.2.8.1.5. Membuat Section “Operasional_DI”

Berikut ini akan dijelaskan cara membuat section baru untuk


section semua digital input operasional water chiller. Cara membuat
section baru dengan meng-click [15] new section dan mengganti nama
section baru dengan “Operational_DI”. Cara memasukan program
dalam section “Operational_DI” yaitu :
a. Klik dua kali section “Operational_DI”
b. Akan tampil halaman program section “Operational_DI”
c. Membuat kontak [2] Normally Open (NO) beserta nomor dan
keterangan input-nya kemudian menyambungkan kontak tersebut
dengan [7] Coil beserta nomor dan keterangan Coil-nya seperti
contoh gambar berikut ini :

Gambar 3.17. Contoh program input pada section “Operational_DI”


*Listing program lengkap section “Operational_DI” dapat dilihat pada
*Lampiran

83
3.2.8.1.6. Membuat Section “Main Operasional”

Berikut ini akan dijelaskan cara membuat section baru untuk


section kontrol utama operasional water chiller. Cara membuat section
baru dengan meng-click [15] new section dan mengganti nama section
baru dengan “Main_Operasional”.
Untuk isi program pada section operasional ini, penulis
menggunakan [16] Ladder Function Block dimana program ladder
dibuat dalam halaman ladder function block kemudian ditampilkan ke
halama section “Main_Operasional”. Program dalam function block di
rancang berdasarkan algoritma kontrol operasional dimana program
dapat memberikan fungsinya seperti menjalankan water chiller pada
mode stanby, memilih kompresor pertama dan kedua, dan menjalankan
sistem aktuator water chiller, mematikan sistem kontrol baik normal
maupun darurat. Program operasional akan merespon logika input dari
push button yang diberikan oleh user dan perangkat keamanan utama
yaitu water flow swicth (WFS) dan under voltage relay (UVR).

Disini penulis tidak menjelaskan cara membuat program ladder dalam


Function Block. Penulis hanya menjelaskan cara menampilkan program
Function Block yang sudah jadi ke section “Main_Operasional”. Isi
program Function Block “Main_Operasional” yang sudah jadi dapat
dilihat pada *Lampiran. Berikut adalah langkah-langkahnya untuk
menampilkan Ladder Function Block pada section “Main_Operasional”.

a. Click dua kali section “Main_Operasional”


b. Akan tampil halaman utama section “Main_Operasional”
c. Click “insert” pada taksbar kemudian pilih “function block
invocation” seperti gambar berikut :

84
Gambar 3.18. Cara menampilkan “FB_Main_Operasional” ke
section “Main_Operasional”

d. Diagram function block akan ditampilkan pada halaman section


“Main_Operational” seperti gambar berikut :

Gambar 3.19. Tampilan “FB_main_Operasional” pada section


“Main_Operasional”

85
e. Agar dapat bekerja seperti yang diharapkan, tiap parameter pada
badan “FB_Main_Operasional” yang sudah tampil pada section
“Main_Operasioanl” harus diisi sesuai dengan parameternya.
Function block ini dirancang penulis selalu aktif tiap saat PLC
dihidupkan. Berikut adalah paremeter-parameter yang terdapat
badan function block “FB_Main_Operasional” :

Gambar 3.20. Parameter-parameter yang terpasang pada badan


function block “FB_Main_Operasional”

Keterangan :

(1) Kontrol on/off function block dengan variabel (P_On)


dimana variabel ini akan selalu aktif selama PLC
dihidupkan.

86
(2) Logik dari Push Button “stanby” untuk menjalankan plant
pada mode stanby.
(3) 3.Logik dari Push Button “emergency off” untuk mematikan
plant pada kondisi darurat
(4) Logik dari Push Button “cp1 primary” untuk memilih
kompresor -1 sebagai kompresor pertama (primary
compressor).
(5) Logik dari Push Button “reset primary compressor” untuk
me-reset kompresor pertama (primary) agar dilakukan lagi
pemilihan kompresor pertama (primary).
(6) Logik dari Push Button “cp2 primary” untuk memilih
kompresor -2 sebagai kompresor pertama (primary
compressor).
(7) Logik dari Push Button “run” untuk mulai menjalankan plant
pada mode run.
(8) Logik dari Push Button “stop” untuk mematikan plant tanpa
mematikan sistem monitoring dan pengaturan sebelumnya.
(9) Logik digital yang merupakan pengaman utama sistem
water chiller yang terdiri atas Under Voltage Relay (UVR),
Water Flow Switch (WFS), dan LWT_Error yaitu bagian
yang akan mendeteksi error dari sensor pengukur suhu air.
(10) Bit output “stanby” sebagai indikasi stanby dan
mengaktifkan program di section program
“Water_Temp_Control”.
(11) Bit output “run” yang mengindikasikan bahwa program pada
mode run dan mengaktifkan section program pengontrol
kompresor.

87
(12) Bit output untuk mengaktifkan output lampu indikator stanby
plant (hanya menyala pada kondisi stanby dan mati pada
kondisi run)
(13) Bit output yang menunjukan bahwa kompresor-2 telah
dipilih sebagai kompresor pertama (primary compressor)
dan mengaktifkan program load dan unload kompresor-2
pertama kali di section program “Water_Temp_Control”.
(14) Bit output yang menunjukan bahwa kompresor-1 telah
dipilih sebagai kompresor pertama (primary compressor)
dan mengaktifkan program load dan unload kompresor-2
pertama kali di section program “Water_Temp_Control”.
(15) Indikator function block

3.2.8.1.7. Membuat Section “Main”

Berikut ini akan dijelaskan cara membuat section baru untuk


inisialisasi sinyal analog dan menempatkan program untuk set point.
Cara membuat section baru dengan meng-click [15] new section dan
mengganti nama section baru dengan “Main”. Cara memasukan
program dalam section “Main” yaitu :
a. Click dua kali section “Main”
b. Akan tampil halaman utama section “Main”
c. Untuk inisialisasi sinyal analog, pertama-tama harus ditentukan
area sinyal yang akan digunakan dengan cara menentukan set
data sebagai berikut :

88
Tabel 3.1. Penge-set-an data untuk sinyal analog
analog input range destination
averaging set data
input range code word
input-1 0 to 10V 01 No 1001 (9 Hex) n+1
input-2 Not Used -(00) --- 0000 (0 Hex) n+1
input-3 Not Used -(00) --- 0000 (0 Hex) n+2
input-4 Not Used -(00) --- 0000 (0 Hex) n+2

Gambar 3.21. Panduan Penge-set-an data untuk inisialisasi sinyal


analog

Gambar 3.22. Panduan Penulisan data untuk inisialisasi sinyal analog


pada program

Dari panduan pada gambar 3.21, maka penulisan data untuk


inisialisasi sinyal analog berdasarkan tabel 3.1 adalah sebagai berikut :

89
15 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Wd (102) 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

8 0 0 9 Hex
Analog Input-2 Analog Input-1

15 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Wd (103) 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0 0 0 Hex
Analog Input-4 Analog Input-3

Gambar 3.23. Penulisan data untuk inisialisasi sinyal analog suhu air
pada program

d. Setelah data yang akan ditulis di program telah diketahui, maka


langkah selanjutnya adalah menuliskan set data pada program
ladder sebagai berikut :
o Pada halaman utama section “Main”, buat [2] Normally Open
(NO) dan beri nama kontak dengan “P_First_Cycle” atau
A200.11 yang berfungsi sebagai scanning program untuk
inisialisasi sinyal analog.
o Sambungkan kontak dengan [9] PLC instruction untuk
penulisan dan pemindahan set data sinyal analog input-1.
Didalam PLC instruction ketik “MOV” <spasi> “#8009”
<spasi> “102” seperti gambar berikut :

Gambar 3.24. Penulisan data untuk inisialisasi sinyal analog input-


1&2

90
o Buat jalur vertikal didepan kontak “P_Fisrt_Cycle” dengan
menggunakan [5] Line Vertical kemudian sambungkan
dengan [9] PLC Inctruction untuk penulisan dan pemindahan
set data sinyal analog input-2. Didalam PLC intruction ketik
“MOV” <spasi> “#0000” <spasi> “103” seperti gambar berikut:

Gambar 3.25. Penulisan data untuk inisialisasi sinyal analog input-


3&4

e. Setelah penulisan data selesai, maka selanjutnya adalah membuat


program untuk set point untuk target suhu air yang keluar (leaving
water) water chiller. Penulisan nilai set point dalam satuan derajat
celcius (oC) minimum 0oC dan maksimum 52oC. Nilai dalam
satuan derajat celsius ini akan di-scaling di section program
“FB_Water_Temp_Control” sehingga menghasilkan codeying
antara &1039 yang berarti 0 C sampai &2092 yang berarti 52oC.
o

Set point ini akan menjadi nilai pengarah program untuk


memperbaiki error suhu air water chiller.
Program untuk set point dibuat dengan cara membuat jalur vertikal
menggunakan [5] Line Vertical tepat dibawah jalur program untuk
set data analog kemudian sambungkan dengan [9] PLC Inctruction

91
untuk penulisan dan pemindahan data set point ke data memori.
Didalam PLC intruction ketik “MOV” <spasi> “&5” <spasi> “D0”
seperti gambar berikut:

Gambar 3.26. Penulisan dan pemindahan data set point ke data


memori

3.2.8.1.8. Membuat Section “Water_Temp_Control”

Berikut ini akan dijelaskan cara membuat section baru untuk


section kontrol suhu air water chiller. Cara membuat section baru
dengan meng-click [15] new section dan mengganti nama section baru
dengan “Water_Temp_Control”.
Untuk isi program pada section operasional ini, penulis
menggunakan [16] Ladder Function Block dimana program ladder
dibuat dalam halaman ladder function block kemudian ditampilkan ke
halama section “Water_Temp_Control”. Program dalam function block di
rancang berdasarkan algoritma kontrol dua posisi dimana program

92
dapat memberikan fungsinya seperti menjalankan kompresor pada
mode load dan unload secara bergantian pada selang waktu tertentu
dimana fungsi ini akan ditentukan oleh suhu air yang keluar (leaving
water) dari evaporator, menjalankan atau mematikan kompresor kedua
(secondary).
Disini penulis tidak menjelaskan cara membuat program ladder dalam
Function Block. Penulis hanya menjelaskan cara menampilkan program
Function Block yang sudah jadi ke section “Water_Temp_Control”. Isi
program Function Block “Water_Temp_Control” yang sudah jadi dapat
dilihat pada *Lampiran. Berikut adalah langkah-langkahnya untuk
menampilkan function block “FB_Water_Temp_Control” pada section
“Water_Temp_Control”.
a. Click dua kali section “Water_Temp_Control”
b. Akan tampil halaman utama section “Water_Temp_Control”
c. Click “insert” pada taksbar kemudian pilih “function block
invocation” seperti gambar berikut :

Gambar 3.27. Cara menampilkan “FB_Water_Temp_Control” ke


section “Water_Temp_Control”

93
d. Diagram function block akan ditampilkan pada halaman section
“Water_Temp_Control” seperti gambar berikut :

Gambar 3.28. Tampilan “FB_Water_Temp_Control” pada section


“Water_Temp_Control”

e. Agar dapat bekerja seperti yang diharapkan, tiap parameter pada


badan “FB_Water_Temp_Control” yang sudah tampil pada section
“Water_Temp_Control” harus diisi sesuai dengan parameternya.
Function block ini dirancang penulis selalu aktif tiap saat PLC
dihidupkan. Berikut adalah paremeter-parameter yang terdapat
badan function block “FB_Water_Temp_Control” :

94
Gambar 3.29. Parameter-parameter yang terpasang pada badan
function block “FB_Water_Temp_Control”

Keterangan :

(30) Kontrol on/off function block dengan variabel (P_On)


dimana variabel ini akan selalu aktif selama PLC
dihidupkan.
(31) Data masukan analog modul input AD041 yang berasal dari
leaving water temperature transmitter.
(32) Data masukan analog modul input AD041 yang berasal dari
entering water temperature transmitter (tidak digunakan)
(33) Data masukan set point (SP) dari section program “Main”
untuk set point suhu leaving water temperature (LWT).

95
(34) Logika input dari section program kontrol kompresor-1
(CP1) yang akan mengaktifkan sistem kontrol load dan
unload pada kompresor-1.
(35) Logika input dari section program “Main_Operasional” yang
akan mengaktifkan pertama kali sistem kontrol load dan
unload pada kompresor-1 jika dipilih sebagai kompresor
pertama (primary compressor).
(36) Logika input dari section program kontrol kompresor-2
(CP2) yang akan mengaktifkan sistem kontrol load dan
unload pada kompresor-2.
(37) Logika input dari section program “Main_Operasional” yang
akan mengaktifkan pertama kali sistem kontrol load dan
unload pada kompresor-2 jika dipilih sebagai kompresor
pertama (primary compressor).
(38) Logika input stanby dari section program
“Main_Operasional” yang ikut mengaktifkan semua sistem
program dalam function block.
(39) Logika output on/off untuk unload selenoide valve
kompresor-2.
(40) Logika output on/off untuk load selenoide valve kompresor-
2.
(41) Logika output on/off untuk unload selenoide valve
kompresor-1.
(42) Logika output on/off untuk load selenoide valve kompresor-
1.
(43) Logika output on/off untuk menon-aktifkan (deactivation)
sistem kontrol kompresor-2 jika dipilih sebagai kompresor
kedua (secondary compressor).

96
(44) 15. Logika output on/off untuk menon-aktifkan (deactivation)
sistem kontrol kompresor-1 jika dipilih sebagai kompresor
kedua (secondary compressor).
(45) Logika output on/off untuk mengaktifkan (activation) sistem
kontrol kompresor-2 jika dipilih sebagai kompresor kedua
(secondary compressor).
(46) Logik output on/off untuk mengaktifkan (activation) sistem
kontrol kompresor-1 jika dipilih sebagai kompresor kedua
(secondary compressor).
(47) Indikator on/off function block.

3.2.8.1.9. Program Compile

Setelah Pembuatan program selesai, langkah selanjutnya adalah


meng-compile program untuk mengetahui error dan warning pada
program yang dibuat. Caranya dengan meng-click menu program >>
compile/(Ctrl-F7) seperti gambar berikut :

Gambar 3.30. Compile program

97
3.2.8.1.9. Pemindahan Program ke PLC

Jika tidak ada program yang error setelah di-compile, maka


program siap dipindahkan ke PLC. Cara memindahkan program ke PLC
adalah sebagai berikut :
a. Menghubungkan PC dengan PLC CP1L menggunakan kabel USB.
b. Click [14] Work Online, akan tampak halaman kerja CX-
Programmer berwarna abu-abu tua dan diagram tangga ladder
akan berwarna hijau.
c. Kemudian click menu PLC >> Transfer >> To PLC seperti gambar
berikut :

Gambar 3.31. Pemindahan program ke PLC

d. Akan tampil kotak dialog “download option”, seperti gambar berikut


ini :

98
Gambar 3.32. Tampilan kotak dialog download options

Untuk melanjutkan click (OK) ,dan akan tampil kotak konfirmasi.


Pilih (YES) untuk mengkonfirmasi pemindahan program ke PLC. Maka
pemindahan program akan berlangsung sampai muncul kotak dialog
berikut :

Gambar 3.33. Tampilan kotak dialog download program ke PLC


telah berhasil

Click (OK) dan PLC siap dioperasikan untuk mengontrol water chiller.

99
3.2.8.2. Perancangan Operator Interface

Untuk perancangan operator interface, menggunakan panel yang


memang telah ada sebelumnya. Penulis hanya sedikit memodifikasi operator
interface lama untuk keperluan operasional baru menggunakan PLC. Pada
gambar 3.34 adalah lokasi penempatan operator interface pada panel water
chiller milik PT. COMBIPHAR.

Pintu Panel Kedua


Pintu Panel Kedua Kompresor-2
Kompresor-1 (Panel Operator
Interface)
Fan Contactor

Motor Contactor Controller

Compressor-1 Compressor-2
Motor Motor

Pintu Panel Utama Pintu Panel Utama


Kompresor-1 Kompresor-2

Gambar 3.34. Lokasi operator interface pada panel water chiller

Panel pintu kedua pada kompresor-2 yang digunakan sebagai lokasi


penempatan operator interface memiliki panjang 111 cm dan lebar 78 cm.
pada panel operator interface akan ditempatkan tombol-tombol (push button),
lampu indikator (pilot lamp) dan HMI. Komponen-komponen tersebut
diletakan dengan posisi penempatan yang telah dirancang. Pada gambar

100
3.35 adalah posisi penempatan komponen-komponen untuk kebutuhan
operasional pada panel operator interface.

25,5 25,5 25,5 25,5 25,5

28 5,5 5,5 5,5 5,5 28

L5 L3 L1 L2 L4 WATER
CHILLER
13,5 13,5 INDICATORS

30,75 5,5 5,5 5,5 30,75

S5 S6 S3 S8
3 3

30,75 5,5 5,5 5,5 30,75


111 S4 S9
S0 S7 6,5 OPERATIONAL
BUTTONS
39 39
10
S1 OMRON NT11 HMI
12
7 8 9

4 5 6 9,88
1 2 3
35,83 . 0 +/-
F1 F2 F3 F4
CLR ENTER
12

20,42

39 39

S2
42,64
26,67

78
Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan : cm

Gambar 3.35. Posisi penempatan komponen-komponen operasional pada


panel operator interface

Berikut ini akan dijelaskan cara-cara memasang komponen-komponen


operasional pada panel operator interface :

101
3.2.8.2.1. Memasang Push Button

Gambar 3.36 dan 3.37 adalah dimensi Push button S0, S1, S2,
S3, S4, S5, S6, S7, S8, dan S9 yang digunakan pada panel operator
interface.

Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan : mm

Gambar 3.36. Dimensi push button yang digunakan

Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan : mm

Gambar 3.37. Dimensi emergency-push button (S2) yang digunakan

Sebelum memasang push button, harus dibuat lubang dengan


diameter 20mm/2 cm dan 25 mm/2,5 cm untuk emergency-push button

102
pada tiap titik pusat posisi penempatan operasional button pada panel
operator interface seperti dutunjukan pada gambar 3.38.

25,5 25,5 25,5 25,5 25,5

28 5,5 5,5 5,5 5,5 28

L5 L3 L1 L2 L4 WATER
CHILLER
Center hole Center hole Center hole Center hole
13,5 13,5 INDICATORS

2 2 2 2
30,75 5,5 5,5 5,5 30,75

S5 S6 S3 S8
3 3

2 2 2 2
30,75 5,5 5,5 5,5 30,75
111 S4 S9
S0 S7 6,5 OPERATIONAL
Center hole Center hole
BUTTONS
Center hole Center hole
2
39 39
10
S1 OMRON NT11 HMI
12
Center hole 7 8 9

4 5 6 9,88
1 2 3
35,83 . 0 +/-
F1 F2 F3 F4
CLR ENTER
12

20,42

2,5
39 39

S2
42,64
26,67
Center hole

78
Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan : cm

Gambar 3.38. Posisi dan ukuran pembuatan lubang untuk push button

Panel face plate

Center hole

Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan : cm

Gambar 3.39. pemasangan S0, S1, S3, S4, S5, S6, S7, S8, dan S9
push button pada panel

103
Panel plate

Center hole

3,7 2 3 4

2,5

Panel plate
Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan : cm

Gambar 3.40. pemasangan S2 emergency-push button pada panel

3.2.8.2.1. Memasang Pilot Lamp

Gambar 3.41 adalah dimensi pilot lamp L1, L2, L3, L4 dan L5 yang
digunakan pada panel operator interface.

Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan : mm

Gambar 3.41. Dimensi pilot lamp yang digunakan

Sebelum memasang pilot lamp, harus dibuat lubang dengan


diameter 18mm/1,8 cm pada tiap titik pusat posisi penempatan

104
operasional button pada panel operator interface seperti dutunjukan
pada gambar 3.42.

Center hole Center hole Center hole Center hole Center hole
25,5 25,5 25,5 25,5 25,5

1,8 1,8 1,8 1,8 1,8


28 5,5 5,5 5,5 5,5 28

L5 L3 L1 L2 L4 WATER
CHILLER
13,5 13,5 INDICATORS

30,75 5,5 5,5 5,5 30,75

S5 S6 S3 S8
3 3

30,75 5,5 5,5 5,5 30,75


111 S4 S9
S0 S7 6,5 OPERATIONAL
BUTTONS
39 39
10
S1 OMRON NT11 HMI
12
7 8 9

4 5 6 9,88
1 2 3
35,83 . 0 +/-
F1 F2 F3 F4
CLR ENTER
12

20,42

39 39

S2
42,64
26,67

78
Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan : cm

Gambar 3.42. Posisi dan ukuran pembuatan lubang untuk pilot lamp

Panel face
plate

Center
hole

1,8

Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan :
cm

Gambar 3.43. Pemasangan pilot lamp pada panel

105
3.2.8.2.1. Memasang HMI

Gambar 3.44 adalah dimensi OMRON NT11HMI yang digunakan


pada panel operator interface

Gambar 3.44. Dimensi OMRON NT11 HMI yang digunakan

Sebelum memasang HMI, harus membuat lubang pada panel


sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan pada gambar 3.34. Adapun
ukuran lubang pada panel dan cara pemasangan seperti pada gambar
3.45.

106
25,5 25,5 25,5 25,5 25,5

28 5,5 5,5 5,5 5,5 28

L5 L3 L1 L2 L4 WATER
CHILLER
13,5 13,5 INDICATORS

30,75 5,5 5,5 5,5 30,75

S5 S6 S3 S8
3 3

30,75 5,5 5,5 5,5 30,75


111 S4 S9
S0 S7 6,5 OPERATIONAL
BUTTONS
39 39
10
S1
12

9,88
35,83
12

20,42

39
OMRON NT11 HMI
39

S2 7

4
8

5
9

6
42,64
26,67 1 2 3
. 0 +/-
F1 F2 F3 F4
CLR ENTER

78
Keterangan :
Unit pengukuran dalam satuan : cm

Gambar 3.45. Ukuran dan pemasangan OMRON NT11 HMI

Setelah HMI masuk ke lubang panel yang telah dibuat, selanjutnya


adalah memasang baut-baut pada tiap sisi HMI seperti ditunjukan pada
gambar 3.46.

Gambar 3.46. Pemasangan baut penyangga pada tiap sisi OMRON


NT11 HMI

107

Anda mungkin juga menyukai