Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum

Fisika Kesehatan Dan Proteksi Radiasi

MODUL : Pengukuran Tingkat Kontaminasi dan Proses Dekontaminasi

TANGGAL : 25 FEBRUARI 2011

INSTRUKTUR S. Wiyuniati S.ST / Wibowo S.ST

Bowo Prasetio

0706262211

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN FISIKA

2011
A. Latar Belakang

Kontaminasi adalah adanya substansi radiaktiv yang tidak diinginkan yang mempunyai potensi
bahaya radiasi internal. Pengawasan terhadap kontaminasi radioaktif sangat diperlukan untuk
keselamatan kerja di lingkungan yang menangni bahan-bahan radioaktif, khususnya sumber radiaktif
terbuka.

B. Tujuan

Setalah mengikuti praktikum ini para peserta diharapkan dapat melakukan pengukuran tingkat
kontaminasi dan melakukan proses dekontaminasi suatu permukaan.

Secara khusus para peserta dapat :

a) Menetukan lokasi permukaan yang terkontaminasi zat radioaktif


b) Pengukuran dan menghitung tingkat kontaminasi permukaan yang terkontaminasi dengan
metode langsung
c) Mengukur dan menghitung tingkat kontaminasi permukaan yang terkontaminasi dengan
metode tidak langsung /uji usap/smear test
d) Melakukan proses dekontaminasi
e) Menghitung aktivitas yang tersisa dan mengklasifikasikan daerah kontaminasi
C. Teori

Pengukuran tingkat kontaminasi

Tingkat kontaminasi suatu zat radioaktif pada permukaan adalah besarnya aktivitas zat radioaktif
persatuan luas permukaan yang terkontaminasi.

𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝐵𝑞)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 (𝑐𝑚� )

Pengukuran tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan
meletakan alat pencacah , misalnya surveimeter, diatas permukaan yang terkontaminasi.

Dalam metode langsung , tingkat kontaminai permukaan dapat ditentukan dengan menggunakan
sistem pencaah, misalnya surveimeter, yang sesuai dan sudah diketahui efisiensinya.

𝑅𝑠 − 𝑅𝑙𝑏
𝑇𝐾 =
𝜂𝑎. 𝑝. 𝐿

Keterangan :

• TK = tingkat kontaminasi
• Rs = laju cacah sample
• Rlb = laju cacah latar belakang
• 𝜂𝑎 = efisiansi sistem pencacah
• P = probabilitas pancaran sistem radiasi
• L = Luas permukaan yang diukur

Sedangkan pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan mengusap permukaan yang
terkontaminasi dengan menggunakan kertas saring, kemudian kertas saring tersebut diukur dengan
alat pencacah.
Metoda tidak langsung disebut juga metode usap / smear test , ternyata pada metoda tidak
langsung, sample zat radioaktif yang terambil dan melekat pada kertas saring hanya sebagian dari
radioaktif yang mengkontaminasi permukaan sehingga aktivitas yang terukur juga hanya sebagian
dari aktivitas kontaminan. Oleh karena itu dalam menghitung TK permukaan secara tidak langsung
perlu memasukan efisiensi usap.

Efisiensi usap didefinisikan sebagai perbandingann antara aktivitas sampel yang terukut dan aktivitas
zat radioaktif yang mengkontaminasi permukaan. Nilai ini dipengaruhi oleh jenis permukaan bahan,
jenis kontaminan, bahan pengusap, dan teknik pengusapan.
𝑅𝑠 − 𝑅𝑙𝑏
𝑇𝐾 =
𝜂𝑢. 𝜂𝑎. 𝑝. 𝐿

Keterangan :

• TK = tingkat kontaminasi
• Rs = laju cacah sample
• Rlb = laju cacah latar belakang
• 𝜂𝑎 = efisiansi sistem pencacah
• 𝜂𝑢 = efisiensi usap
• P = probabilitas pancaran sistem radiasi
• L = Luas permukaan yang diukur

Efisiensi usap ditentukan dengan cara mengukur daerah kontaminasi standar, yaitu dengan
melakukan usapan pada suatu daerah yang mempunyai luasan tertentu dan telah dikontaminasi zat
radioaktif dengan aktivitas tertentu. Sampel hasil pengusapan tersebut kemudian diukur
menggunakan sistem pencacah yang telah diketahui efisiensi alatnya. Selanjutnya efisiensi usap
dapat dihitung menggunakan persamaan :

𝑅𝑠 − 𝑅𝑙𝑏
𝜂𝑢 =
𝜂𝑎 . 𝐴. 𝑝

A = aktivitas zat radioaktif standar

Tingkat kontaminasi maksimum yang diizinkan

Nilai tingkat kontaminasi permukaan tertinggi yang diizinkan, tergantung pada faktor resuspensi (F) ,
yaitu merupakan nilai perbandingan antara tingkat kontaminasi maksimum yang diizinkan dalam
udara (Bq/cm3) terhadap tingkat kontaminasi maksimum yang diizinkan pada permukaan (Bq/cm2)
����������� ��������� ���� ��������� �� �����
jadi : 𝐹 = nilai F ini tergantung pada kondisi
����������� ��������� ���� ��������� ���� ���������
laboratorium, dalam keaadan normal nilai F rata-rataadalah berkisar antara 5,10 x 10-5 /cm ~ 5,00 x
10-5 /cm. Dengan demikian jika nilai kontaminasi tertinggi yang diizinkan di udara untuk suatu
radioisotop diketahui, maka nilai tingkat kontaminasi permukaan tertinggi yang diizinkan dapat
ditentukan.

Dalam ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi (SK BAPPETEN No. 1) disebutkan bahwa daerah
kontaminasi termasuk dalam daerah pengendalian. Adapun pembagian daerah kontaminasi adalah
sebagai berikut :

Pembagian Daerah Tingkat Kontaminasi (TK, Bq/cm3)


Kontaminasi Udara
kontaminasi Pemancar α Pemancar β dan γ
Rendah TK < 0.37 TK < 0.37
< 1/10 batas turunan
Sedang 0.37 ≤ TK ≤3.7 0.37 ≤ TK ≤3.7 kadar zata radioaktif di
udara
Bisa lebih besar dari
Tinggi ≥ 3.7 ≥ 3.7 batas turunan kadar
zat radioaktif diudara

Nilai tingkat kontaminasi tertinggi yang diizinkan untuk beberapa jenis radioisotop

F Radioisotop Di udara ( Bq/cm3) Dipermukaan (Bq/cm2)


5.10-5- /cm I-131 7,03 . 10-4 14,06
I-125 9,99 .10-4 19,9
S-35 11,47 .10-3 229,4
P-32 5,92 .10-3 118,4
Zn-65 22,57. 10-4 45,14
Cr-51 7,77 .10-2 1554
Br-82 7,77 .10-3 155,4
Mo-99 19,98 .10-3 399,6
Tc-99m 4,07 .10-1 8140
(dikutip dari buku “ Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi”)

Proses Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah proses untuk mereduksi/mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali
suatu kontaminan zat radioaktif, dari suatu material yang bernilai ekonomis ke suatu material yang
kurang ekonomis. Kemudian memperlakukan material yang kurang ekonomis tersebut sebagai
limbah radioaktif.

Adapun tujuan proses dekontaminasi ( menurut IAEA Techinal Report Series No. 18, 1982) adalah :

1. Pertimbangan keselamtan dan kesehatan


2. Untuk mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu sehingga didapat hasil
pencacah yang baik
3. Untuk memperkecil tingkat kontaminasi suatu alat sehingga layak dipakai lagi

Dalam pengelolaan daerah kontaminasi juga harus selalu diterapkan ALARA, dengan melakukan
dekontaminasi sampai diperoleh tingkat kontaminasi serendah mungkin yang secara ekonomis bisa
dilakukan.

Faktor Dekontaminasi (FD) merupakan perbandingan tingkat kontaminasi sebelum dan sesudah
proses dekontaminasi yang berarti menunjukan perubahan tingkat kontaminasinya.

𝑇𝐾 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑑𝑒𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖
𝐹𝐷 =
𝑇𝐾 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑑𝑒𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖
Faktor yang mempengaruhi dekontaminasi adalah :

• Bahan kontaminan
• Permukaan benda
• Cara dekontaminasi
• Bahan dekontaminan
Faktor dekontaminasi menunjukan kemampuan suatu proses dekontaminasi FD =1 berarti proses
dekontaminasinya gagal karena tidak berhasil menurunkan tingkat kontaminasinya. Semakin besar
Fdnya berarti proses dekontaminasinya semakin efektif. Nilai FD juga digunakan untuk
merencanakan jumlah pengulangan proses dekontaminasi agar tingkat kontaminasinya mencapai
nilai yang diinginkan.
�� ����
(𝐹𝐷)� = ; n adalah jumlah pengulangan proses dekontaminasi
�� �����

Sedangkan aktivitas tersisa Ar adalah kontaminasi yang masih tertinggal setelah proses
dekontaminasi dan dapat ditentukan dengan persamaan berikut

𝑇𝐾 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝐴𝑟 = 𝑥 100%
𝑇𝐾 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

D. Peralatan Dan Bahan


1) Sumber radiasi terbuka/zat radioaktif
2) Monitor perorangan, baju lab, alas kaki khusus, dan sarung tangan karet
3) Sistem pencacah: surveimeter GM berikut dengan dudukan detektornya
4) Bahan dekontaminan ( radiacwash )
5) Alat pembersih ( kertas sarin, tissue, kapas)
6) Lembaran plastik dan kertas merang
7) Label zat radioaktif
8) Alat gelas; gelas beker
9) Pinset, gunting
10) Sabun lunak untuk cuci tangan
11) Bahan yang akan dikontaminasi : vinil
12) Planset alumunium
13) Baki
E. Langkah kerja

Sebelum memasuku laboratorium /lokasi praktikum gunakan dosimeter perorangan dan catat dosis
awalnya kemudian mengenakan jaslab dan sandal lab

1) Persiapan
a) Pelajari pemakaian sistem pencacah ( survei meter GM ) maupun laju dosis yaitu dengan
mencoba mengukur radiasi latar belakang dan mengukur suatu sumber radiasi beta.
Aktifkan fasilitas bunyi dari survei meter
b) Lakukan pengukuran laju dosi disekitar daerah kerja
2) Menentukan lokasi kontaminan
a) Lakukan pengukuran radiasi (menggunakan surveimeter GM) pada seluruh permukaan vinil
yang telah disediakan dan atur jarak antara permukaan detektor dengan permukaan vinil
sekitar 5 cm
b) Tentukan lokasi permukaan yang terkontaminasi yaitu ketika surveimeter menunjukan nilai
laju dosis yang meningkat
c) Tandai dan perkirakan luas dari lokasi permukaan yang terkontaminasi
3) Menentukan tingkat kontaminasi secara langsung
a) Arahkan surveimeter yang telah diketahui efisiensinya ( na) diatas permukaan yang
terkontaminasi sekitar 2 cm diatas permukaan
b) Lakukan 3 kali pencacahan selama 1 menit
4) Proses dekontaminasi
a) Bila faktor dekontaminasi (FD) telah diketahui, tentukan jumlah ulangan proses
dekontaminasi agar dapat mencapai klasifikasi daerah kontaminasi rendah
b) Pakailah sarung tangan karet
c) Dekontaminasilah permukaan yang tekontaminasi yaitu dengan mengusap menggunakan
kertas merang atau penyerap yang telah dibasahi dengan dekontaminan. Pengusapan
dilakukan dengan metode melingkar ke dalam
d) Usaplah sekali lagi permukaan tersebut diatas dengan kertas merang kering.
e) Ulangilah langkah c) dan d) diatas sebanyak jumlah ulangan yang telah ditentukan pada
langkah a)
f) Setelah selesai buanglah semua kertas merang yang sudah digunakan ketempat limbah
radioaktif padat
g) Lepaskanlah sarung tangan
h) Tentukan tingkat kontaminasi permukaan yang telah didekontaminasi mengukuti prosedur.
5) Menentukan efisiensi usap
a) Lakukanlah 3 kali pencacahan latar belakang terhadap kertas saring dan planset selama 6
detik menggunkan sistem pencacah (surveimeter GM) yang telah diketahui efisiensi alatnya
b) Pakailah sarung tangan karet
c) Ambil kertas saring dan usapkanlurus mendatar pada suatu bahan yang sudah ditetesi
larutan P-32 dengan aktivitas dan luasan tertentu (2.5 x 40 )cm
d) Gunting kertas saring dan letakan kertas saring diatas planset
e) Lepasklan sarung tangan
f) Letakan planset berisi kertas saring pada tempat pencacahan yang telah ditentukan
g) Lakukan 3 kali pencacahan terhadap kertas saring ( diata planset) tersebut selama 6 detik
sengan menggunakan sistem pencacah diatas dengan jarak antara permukaan dan detektor
rakitan sekitar 1 cm
6) Menentukan tingkat kontaminasi secara tidak langsung
a) Pakailah sarung tangan karet
b) Ambil kertas saring dan usapkan lurus mendatar pada suatu obyek yang terkonaminasi
dengan luasan tertentu ( 2,5 x 40 )cm
c) Ulangilah langkah sebelumnya pada efisesnsi usap
d) Buanglah semua kertas saring yang telah digunakan ke tempat limbah radioaktif

Setelah selesai , setiap peserta harus mencuci tangan dan periksa dengan monitor kontaminai. Bila
tidak tejadi kontaminasi maka peserta dapat melepas jaslab dan sandal lab. Kemudian meninggalkan
laboratorium.
F. DATA PENGAMATAN
1 Sistem Pencacah
♦ Sistem pencacahan yang digunakan :
♦ Efisiensi pengukuran secara langsung :
♦ Efisiensi pengukuran tidak langsung :
2 Radionukleida
♦ Jenis radionuklida yang mengkontaminasi : P-32
♦ Waktu paro ( T ½) : 14.3 hari
♦ Probabilitas pancaran radiasi :
3 Pengukuran Secara Langsung
♦ Waktu cacah : 1 menit = 60 detik
♦ Cacah latar belakang : a. 67 b. 78 c. 80
♦ Cacah latar belakang rata-rata : 75
♦ Laju cacah latar belakang rata-rata : 75 /60 sc = 1.25 cps

i. Penentuan tingkat kontaminasi awal


• Cacah sample : a. 335 b. 389 c. 437
• Cacah sample rata-rata : 387
• Laju cacah sample rata-rata : 64.5 cps
• Luas daerah terukur : 5cm
• Tingkat kontaminasi awal : nilai ukur x F kalibrasi = 387 x 0.00014 =0.05
• Klasifikasi daerah kontaminan : vinil
ii. Proses dekontaminasi
• Bahan dekontaminan : P-32
• Cara dekontaminan : diusap dengan diusap melingkar ke arah dalam
• Faktor dekontaminan :
• Jumlah ulangan proses dekontaminasi
iii. Penentuan kontaminasi akhir
• Cacah sample : a. 35 b. 35 c.27
• Cacah sample rata-rata : 32.33
• Laju cacah sample rata-rata (cps) : 32.33 / 6secon = 5.39 cps
• Luas daerah terukur : 5 cm
• Tingkat kontaminasi akhir : 32.33 x 0.00014 = 0.0045
• Klasifikasi daerah kontaminan :
• Sisa aktivitas : Ar = 8.33%
4 Pengukuran secara tidak langsung
♦ Waktu cacah : 6 detik
♦ Aktivitas standar :
♦ Bahan dan cara pengusapan : p-32 dengan diusap melingkar ke arah dalam
♦ Cacah latar belakang : a. 71 b.58 c. 65
♦ Cacah latar belakang rata-rata : 64.67
♦ Laju cacah belakang rata-rata (cps) : 10.78 cps
 Penentuan efisiensi usap
 Cacah sampel standar :
 Cacah sampel rata-rata :
 Laju cacah sampel rata-rata (cps) :
 Luas daerah usapan :
 Efisiesnsi usap : 10%
 Penentuan tingkat kontaminasi
 Cacah sampel standar : a. 402 b.374 c.432
 Cacah sampel rata-rata : 402.67
 Laju cacah sampel rata-rata (cps) : 6.71 cps
 Luas daerah usapan : (40 x 2.5) cm
 Tingkat kontaminasinya : nilai ukur x F kalibrasi = 402.67 x 0.00014 = 0.056
 Klasifikasi daerah kontaminasi :
5 Kasus
♦ Hasil
 Data pada permukaan bawah
 70.04
 60.9
 59.8
 Data pada pemukaan tengah
 72.2
 74.8
 81.7
 Data pada permukaan atas bibir
 82.9
 79.6
 75.8
 Data pada permukaan kertas
 86.6
 82.2
 88.8
G. Pembahasan

pada praktikum kali ini membahas tentang bagaimana mencari kontaminan dengan survei meter
dan mendekontaminasikannya. Untuk menentukan lokasi permukaan pada vinil yang terkontaminasi
zat radioaktif menggunakan metode langsung yang pengukurannya menggunakan surveimeter
dengan sound. Pencarian dilakukan dengan gerak seperti ular supaya dapat menemukan daerah
yang terkontaminasi. Setelah ditemukan maka menentukan radius dari daerah disekitar yang lebih
rendah zat radioaktifnya. Pada proses dekontaminasi dilakukan sesuai dengan langkah kerja.
Dengan FD yang lebih besar dari 1 dan sisa aktivitas sebesar 8.33%

Pengukuran dengan metode tidak langsung pada kertas sepanjang 40 cm dengan lebar 2.5 cm
dilakukan dengan menggunakan kertas merang yang dibasahi dengan radiacwash. Kertas merang
kemudian diukur aktivitasnya untuk mengetahui TK.

Pada kasus sebuah silinder yang berisi zat radioaktif tidak dapat dilakukan secara langsung karena
jika dilakukan maka yang terukur pada alat survei meter adalah gabungan dari silinder dengan zat
radioaktifnya. Maka untu mengukurnya menggunakan metode tidak langsung /usap/smear test. Dari
data yang diperoleh pada praktikum kali ini menunjukan bahwa tingkat radiasi zat radioaktif paling
besar berada pada penutupnya dibanding dengan bagian luar dan bawahnya.

H. Daftar Pustaka
1. Diktat Praktikum Fisika Terapi dan Proteksi Radiasi: BATAN :2011

Anda mungkin juga menyukai