HUDAYA FIRDAUS
NPM: 1711010017
DOSEN PEMBIMBING I
Yuni Purwati,SH,M.Hum
NIDN. 0714065801
DOSEN PEMBIMBING II
Krista Yitawati
NIDN.0706088603
NPM : 1711010017
E-mail : hudayafirdaus1908@gmail.com
Nomor Telp/Hp : 089665451679
Alamat : JL. SALAK BARAT IV NO 2 RT 51 RW 12 KOTA MADIUN
Dengan ini mengajukan permohonan kepada kaprodi ilmu hukum Falkutas hukum Universitas
Merdeka Madiun, untuk dapat kiranya memvalidasi dan mempublikasikan karya ilmiah yang
saya ajukan dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS
(STUDI DI UD MEBEL MAGETAN KELURAHAN MANISREJO KECAMATAN KARANG REJO
KABUPATEN MAGETAN)
Demikian surat Permohonan ini dibuat untuk dapat di proses lebih lanjut.
Hudaya Firdaus
NPM : 1711010017
FALKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
Kampus :JalanSerayuNomor 79 Madiun 63133Telp. ( 0351 ) 464427, 497058 Fax ( 0351 ) 497058
Email : unmer@unmer-madiun.ac.id Website : www.unmer-madiun.ac.id
NPM : 1711010017
E-mail : hudayafirdaus1908@gmail.com
Nomor Telp/Hp : 089665451679
Alamat : JL. SALAK BARAT IV NO 2 RT 51 RW 12 KOTA MADIUN
Belum pernah dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun internasional atau dalam jurnal
atau prosding manapun, dan tidak sedang atau akan diajukan untuk publikasi di jurnal atau
prosding manapun sebelum ada keputusan dari editor jurnal Hukum Yustisia Merdeka Falkutas
Hukum Universitas Merdeka Madiun. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat pelanggaran
kaidah-kaidah akademik pada karya ilmiah saya bersedia menanggung sanksi sanksi yang
dijatuhkan karena kesalahan tersebut, sebagaimana diatur oleh Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan
Tinggi.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya sebagaimana diperlukan.
NPM : 1711010017
FALKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
Kampus :JalanSerayuNomor 79 Madiun 63133Telp. ( 0351 ) 464427, 497058 Fax ( 0351 ) 497058
Email : unmer@unmer-madiun.ac.id Website : www.unmer-madiun.ac.id
SURAT KETERANGAN
Dewan Redaksi Jurnal Hukum Yustisia Merdeka Falkutas Hukum Universitas Merdeka
Madiun dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa/I :
NPM : 1711010017
E-mail : hudayafirdaus1908@gmail.com
Nomor Telp/Hp : 089665451679
Alamat : JL. SALAK BARAT IV NO 2 RT 51 RW 12 KOTA MADIUN
Telah mengirimkan (submit) artikel ilmiah yang akan diriview untuk di terbitkan dalam jurnal
Menyetujui
Mengetahui
Ketua Program Studi
ILMU HUKUM
Dr. Sigit Sapto Nugroho,SH.,Hum
NIDN : 0726077401
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS
(STUDI DI UD MEBEL MAGETAN KELURAHAN MANISREJO KECAMATAN
KARANG REJO KABUPATEN MAGETAN)
Email : hudayafirdaus1908@gmail.com
ABSTRAK
Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas mengenai masalah hak yang berkaitan
dengan bagaimana penerapan hak perlindungan yang dilaksanakan di UD Sumber Baru
Furniture. Dengan kata lain, pihak pekerja harian lepas turut saja terhadap peraturan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Dalam suatu hubungan kerjasama yang baik
tidak ada pihak yang lebih penting kerena pengusaha dan pekerja harian lepas saling
membutuhkan. Dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja harian lepas
haruslah sesuai dengan Peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku. Metode yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian empris,kuantitatif dan deskriptif
digunakan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan UUK Peraturan Pemerintah no 35
tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,Alih Daya,Pemutusan Hubungan
Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu Kerja. yang terkait dengan hak perlindungan pekerja.
Khususnya yang terkait dengan gejala-gejala sosial tentang perilaku manusia yang dalam hal
ini adalah perilaku pekerja dan pengusaha.
ABSTRACT
In this paper, the author discusses the issue of rights related to how the implementation of
protection rights is carried out at UD Sumber Baru Furniture. In other words, the casual
daily workers only comply with the provisions of the Specific Time Work Agreement
(PKWT). In a good cooperative relationship, no party is more important because
entrepreneurs and casual daily workers need each other. In the implementation of legal
protection for casual daily workers, it must be in accordance with the applicable Manpower
Regulations. The method used in writing this thesis is an empirical and descriptive research
method used to examine and analyze the implementation of the UUK Government
Regulation no. 35 of 2021 concerning Work Agreements for Certain Time, Outsourcing,
Termination of Work, Rest Time and Working Time. related to worker protection rights.
Especially those related to social phenomena regarding human behavior, which in this case
is the behavior of workers and employers.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi negara yang sedang berkembang, pembangunan merupakan salah satu hal yang
penting. Pembangunan yang didefinisikan sebagai suatu rencana atau usaha yang dilakukan
dengan sadar oleh suatu negara dan bangsa untuk memajukan negara tersebut. Indonesia
sebagai salah satu negara berkembang juga melaksanakan pembangunan yang disebut
Pembangunan Nasional. Salah satu syarat untuk keberhasilan pembangunan nasional adalah
kualitas manusia Indonesia yang menentukan berhasil tidaknya usaha untuk memenuhi tahap
tinggal landas. Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai tanpa memberikan
jaminan hidup, sebaliknya jaminan hidup tidak dapat tercapai apabila manusia tidak
mempunyai pekerjaan, dimana dari hasil pekerjaan itu dapat diperoleh imbalan jasa untuk
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum, hal tersebut tertuang dalam
Undang-Undang Dasar Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan Negara Indonesia
peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.
tidaknya usaha untuk memenuhi hak-hak warga negara untuk hidup sejahtera. Peningkatan
1
Undang-Undang Dasar 1945 Pasca Amandemen
kualitas manusia Indonesia tidak akan tercapai tanpa memberikan jaminan hidup kepada
hak dan perlindungan yang mendasar bagi pekerja harian lepas serta pada saat yang
bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha.
Selain itu salah satunya memberikan kebebasan bagi pekerja/buruh berkaitan dengan hak
untuk bekerja agar pekerja harian lepas dapat menyampaikan pendapat maupun solusi
kepada pengusaha sehingga terciptalah keseimbangan antara pekerja harian lepas dengan
Keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum dan sesudah
masa kerja tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan
masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara
lain mencakup pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktivitas dan daya
saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan
tenaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial. Berbicara mengenai Ketenaga kerjaan
tersebut tentunya ada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya yang akan menimbulkan
antara kepentingan pekerja harian lepas, pengusaha dan pemerintah, karena ketiga
perusahaan merupakan tempat untuk bekerja sekaligus sebagai sumber penghasilan dan
penghidupan diri beserta keluarganya. bagi pengusaha, perusahaan adalah wadah untuk
dari kekuatan ekonomi yang menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, karena itulah pemerintah mempunyai kepentingan dan bertanggung jawab atas
sebagai pengayom, pembimbing, pelindung dan pendamai bagi seluruh pihak dalam
masyarakat pada umumnya dan pihak-pihak yang terkait dalam proses produksi pada
khususnya. Perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan tuntunan,
maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik
dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu2.
Dengan demikian, hubungan industrial yang didasarkan atas keserasian, keselarasan dan
keseimbangan pihak–pihak yang terkait dalam proses produksi akan berjalan dengan baik.
ekonomi, dimana hukum berpihak pada kaum industrialis, aturan perjanjian kerja waktu
Penerapan aturan dari PKWT melahirkan masalah baru bagi pekerja/buruh dan pengusaha
yaitu dalam menentukan persyaratan.. PKWT dapat diadakan untuk pekerjaan yang
jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap. PKWT dapat dilaksanakan
terhadap pekerjaan yang didasarkan atas jangka waktu, atau selesainya suatu
pekerjaan tertentu, atau pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau
2
Lalu Husni, 2000,“Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal,76
a. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama,
b. Pekerjaan yang bersifat musiman, atau
c. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
3. Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 10 ayat (1) PP 35/2021 menyebut PKWT yang dapat
dilaksanakan terhadap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau
kegiatannya bersifat tidak tetap berupa pekerjaan tertentu yang berubah-ubah
dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta pembayaran upah Pekerja/buruh
berdasarkan kehadiran, seperti perjanjian kerja harian. 3
Sila ke-5 Pancasila yang berbunyi : “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Serta
mengenai perlindungan terhadap tenaga kerja juga hak untuk bekerja di tuangkan dalam
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Serta dalam
pasal 28 D ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Selain itu juga
terdapat pada Pasal 38 ayat (1), (2), (3) dan (4) Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang
3
Lihat pasal Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
2) Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak
3) Setiap orang, baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama,
sebanding, setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja
yang sama.
4) Setiap orang, baik pria maupun wanita dalam melakukan pekerjaan sepadan dengan
martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan
Selain itu pemerintah telah menetapkan UUK sebagai payung hukum permasalahan
Ketenagakerjaan di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja
harian lepas dan menjamin kesamaan kesempatan, salah satunya hak untuk bekerja bagi
Pengaturan dalam hal memberikan jaminan perlindungan terhadap hak pekerja dalam
menjalankan hak kegiatannya serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk
mewujudkan kesejahteraan pekerja harian lepas seperti halnya yang tertuang yang pada
intinya “setiap pekerja harian lepas memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa
Kepentingan terhadap pekerja mulai diperhatikan pada saat negara memasuki tahap
negara kesejahteraan. Sebenarnya Indonesia tidak mengalami satu persatu tahapan unifikasi,
industrialisasi dan negara kesejahteraan yang memakan waktu ratusan tahun tiap tahapnya.
4
Lalu Husni, 2000, “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 76
Indonesia mengalami ketiga tahapan secara bersamaan. Pada saat yang sama melakukan
tuntutan kebutuhan zaman dan pada saat yang sama harus juga memperhatikan perlindungan
terhadap konsumen, tenaga kerja, sebagaimana negara-negara yang sudah maju. Pada
periode ini negara mulai memperhatikan antara lain kepentingan tenaga kerja kemudian
Perlindungan tersebut sebagian besar hanya berlaku bagi pekerja dengan status tetap
atau yang terikat dengan perjanjian kerja waktu tertentu (selanjutnya disingkat PKWT).
Sedangkan bagi pekerja dengan PKWT pengaturannya diatur dalam Keputusan Menteri.
Adanya pembagian pekerja dengan PKWT , berawal dari adanya pekerjaan yang memang
dengan PKWT menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 yaitu :
(1) Hubungan Kerja terjadi karena adanya Perjanjian Kerja antara Pengusaha
dan Pekerja/Buruh.
(2) Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
(3) Perjanjian Kerja yang dibuat secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.
Berdasarkan pekerjaan untuk waktu tertentu tersebut di atas, PKWT atas dasar jangka
diakuinya PKWT atas dasar jangka waktu ini menimbulkan interpretasi bahwa pekerjaan
yang tidak didasarkan pada jenis, sifat atau kegiatan yang bersifat sementara dapat
Berbicara tentang perlindungan hukum berarti membahas mengenai hak dan kewajiban.
perjanjian kerja secara lisan. Hal tersebut memang tidak menyalahi peraturan sebagaimana
lepas ketentuan dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No 100 Tahun
2004 tentang ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu Menteri tenaga kerja dan
transmigrasi khususnya pada pasal 12 mengenai perjanjian kerja tersebut wajib dilakukan
secara tertulis meskipun hanya berupa daftar pekerja atau buruh yang melakukan pekerjaan.
Hal tersebut mengenai bentuk perjanjian kerja secara lisan telah menempatkan pekerja/buruh
Dalam hal ini banyak orang terutama orang yang hanya berpendidikan SMA dan
bahkan hanya SMP yang bekerja sebagai pekerja/buruh harian lepas dalam sektor informal.
badan hukum atau izin pendirian perusahaan, namun dalam proses produksinya pihak
pembatasan dalam beberapa hal. Bagi pengusaha memanfaatkan tenaga mereka tentu dalam
rangka mendapatkan keuntungan yang berganda selain memperoleh tenaga yang murah
mereka mudah diatur dan tidak banyak menuntut. Keadaan dan kondisi yang demikian
5
Lalu Husni. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, hal 11.
menyebabkan kesulitan bagi pihak pekerja harian lepas dan pengusaha untuk
adanya kepastian hukum akibatnya tidak dapat diharapkan sebagaimana yang telah
tersebut tidak mempunyai organisasi serikat pekerja/buruh yang dapat menyalurkan aspirasi
adanya keseimbangan antara kepentingan yang berlainan melainkan menemukan jalan dan
cara yang sebaik-baiknya dengan tidak meninggalkan sifat kepribadian dan kemanusian bagi
setiap orang yang melakukan pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya
dari tiap pekerjaan yang sudah ditentukan dan sebagai imbalan atas jerih payahnya.
diamanatkan dalam Pasal 28 D Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, yang tertulis : “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. Dalam Pasal 38 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak dan Asasi Manusia, yang
menyatakan bahwa:
1. Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, kemampuan, berhak atas
2. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak
sebanding, setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja
yang sama.
4. Setiap orang, baik pria maupun wanita dalam melakukan pekerjaan sepadan dengan
martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan
Dari peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara mempunyai
hak atas perlakuan yang adil serta layak dalam suatu hubungan kerja maka untuk
undangan nomor 35 tahun 2021 tentang ketenagakerjaan. Hal ini berhubungan pada
kewajiban Negara untuk memfasilitasi warga Negara agar dapat memperoleh pekerjaan yang
layak. Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan
disertai berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada pekerja
nasional. Berbicara mengenai perlindungan hukum tidak terlepas dari peran pekerja harian
lepas. Pekerja harian lepas adalah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 butir a Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.PER-06/MEN/1985 yaitu: “Pekerja harian lepas adalah pekerja
yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan dapat berubah-
ubah dalam hal waktu maupun volume pekerjaan dengan menerima upah yang didasarkan
Demikian perlindungan hukum terhadap pekerja harian lepas harus dapat menjamin
adanya kepastian hukum. Apalagi pekerja/buruh tersebut tidak mempunyai organisasi serikat
6
Ridwan Halim,1987, Hukum Perburuhan Aktual, Pradnya Paramitha ,Jakarta, hal 1.
pekerja/buruh yang dapat menyalurkan aspirasi para pekerja/buruh dimana pekerja/buruh
pekerja/buruh.
ialah pengusaha di satu pihak dan pekerja harian lepas di lain pihak. Dalam hubungan antara
pekerja/buruh dan pengusaha secara yuridis pekerja/buruh dipandang sebagai orang yang
bebas. Secara sosiologis pekerja/buruh itu tidak bebas sebagai orang yang tidak mempunyai
bekal hidup yang lain selain tenaganya dan kadang-kadang terpaksa untuk menerima
hubungan kerja dengan pengusaha meskipun memberatkan bagi pekerja/buruh sendiri, lebih-
lebih sekarang ini banyaknya jumlah tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan
pekerja harian lepas yang belum mendapatkan perlindungan sebagaimana layaknya sehingga
untuk itu perlu adanya suatu pengaturan yang memberikan perlindungan terhadap pekerja
harian lepas.
RUMUSAN MASALAH
sebagai berikut:
Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
7
Oleh Zainal Asikin DKK,1993, Dasar-dasr Hukum Perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada, . Cet. Pertama
paragraf terakhir,Jakarta
2. Apakah perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja harian lepas di UD Sumber
Baru Furniture sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2021
PENJELASAN JUDUL
ketentuan hukum dari kesewenangan.
Pekerja harian lepas adalah pekerja yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,
diangkat oleh perusahaan yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
perusahaan, atau diserahi tugas negara lainnya, pekerja yang terikat dengan UU
Ketenagakerjaan.8
Jenis Penelitian
perilaku manusia, baik perilaku verbal yang didapat dari wawancara maupun perilaku nyata
8
Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan PT Pradnya Paramita, Jakarta .
yang dilakukan melalui pengamatan langsung. Pendekatan dilakukan dengan cara
melakukan wawancara dan observasi yang berkaitan Pekerja harian lepas di UD Sumber
Baru Furniture9
Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di lokasi di UD Sumber Baru Mebel Magetan jalan turno
a). Data Primer Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan
pedoman wawancara. Proses wawancara ini diawali dengan pengantar. Pada pengantar ini,
secara terbuka dan jujur peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitan.
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian
kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil
informasi dari buku-buku perlindungan hukum, dokumen dan internet yang dianggap
9
Cholid Narbuko,20006, Abu Achmadi, “Metodologi Penelitian”, Bumi Aksara, Jakarta.
10
Cholid Narbuko,20006, Abu Achmadi, “Metodologi Penelitian”, Bumi Aksara, Jakarta.
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
disusun berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang dihasilkan dari temuan data di
lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara, studi kepustakaan, dan instrumen
Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
Jalan A.Yani No. 30 RT. 03 RW. 02 Desa Manisrejo Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Magetan dan merupakan salah satu perusahaan di Kabupaten Magetan yang bergerak
dibidang usaha mebel/furniture. UD Sumber Baru Furniture memiliki letak yang jauh dari
ibu kota Kabupaten Magetan atau dengan kata lain jauh dari keramaian kota. Karena
letaknya berada di pedesaan yang notabene jarang pemukiman, maka suara bising yang
dihasilkan oleh mesin-mesin produksi milik perusahaan ini hampir tidak menjadi
permasalahan berkaitan dengan polusi yang bisa dirasakan oleh warga sekitar perusahaan.
“UD Sumber Baru Furniture letaknya sejauh 15 (lima belas) kilo dari Ibu kota
Magetan sehingga suara bisingan dalam proses produksi tidak terlalu mengganggu
11
Wawancara dengan Bapak Sutrisno, Pimpinan UD Sumber Baru Furniture.
Pada mulanya perusahaan yang dipimpin oleh Bapak Sutrisno sifatnya hanya home
industry (industry rumah tangga) yang pemasarannya di sekitar Magetan, Madiun, dan
Ngawi. Seiring dengan berjalannya waktu usaha yang dirintisnya berkembang dengan
menambah area pemasaran produknya yakni di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Permintaan produk oleh konsumen pada kota-kota tersebut rata-rata guna
memenuhi kebutuhan ekspor ke luar negeri. Hal ini sebagaimana dikatakan Bapak
Daerah Jepara dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemasaran atau pemesanan di Daerah
Jepara dan Daerah Istimewa Yogyakarta lebih memuaskan hasilnya dari pada dipasarkan
di Kabupaten Magetan12”.
Melihat iklim usaha yang terus berkembang, Bapak Sutrisno mendirikan badan
usaha yang berbentuk Usaha Dagang (UD) yang merupakan perusahaan milik
perorangan. Perusahaan ini resmi menjadi UD Sumber Baru Furniture pada tanggal 21
Faktor-faktor yang mendorong pendirian dari Usaha Dagang (UD) antara lain :
2) Adanya keinginan yang kuat untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik atau
UD Sumber Baru Furniture yang berdiri diatas lahan seluas 800 m2, ditinjau dari segi
3) Lokasinya yang jauh dengan ibu kota kabupaten Magetan memudahkan dalam
proses produksi karena tidak ada orang yang komplain akan suara bisingan proses
produksi.
b. Ditinjau dari segi sosial yaitu menciptakan lapangan kerja bagi penduduk sekitar
perusahaan.
GAMBAR
Pemimpin Perusahaan
Wakil Pemimpin
Pembersihan Penjaga
kayu Gudang
Pengamplasan Transportasi
Penyotiran
Perakitan
Pengecatan
Pengepakan
Pemasaran
Struktur organisasi UD Sumber Baru Furniture secara garis besar terdiri dari :
a. Pimpinan Perusahaan
masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh bawahan dan memimpin para
b. Wakil Pimpinan
c. Bendahara/bagian keuangan
yang telah diproduksi oleh perusahaan dan melayani penjualan untuk masyarakat
umum.
2) Bertugas mencari dan memilih sumber penyediaan bahan baku yang digunakan
3) Bertugas mencatat semua aktivitas yang berkaitan dengan keuangan dan membuat
berbagai laporan.
d. Produksi
Bagian ini bertugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan dan hasil kerja produksi
yang sudah dilaksanakan. Bagian produksi ini terdapat beberapa tugas bagian produksi
yaitu :
1) Pembersihan kayu, bagian ini bertugas mengolah bahan baku yang berupa kayu
yaitu kayu tipe jati dibersihkan dari paku-paku yang masih tertancap di bahan
baku, karena bahan baku kayu yang dibeli tidak masih baru ditebang akan tetapi
beli dari rumah-rumah joglo tua yang dijual yang bahan rumahnya sebagian besar
2) Pengamplasan, bagian ini bertugas mengamplas atau meratakan dari bahan baku
kayu yang sudah dibersihkan dari paku dan mengontrol kayu-kayu tersebut apakah
4) Perakitan, bagian ini bertugas merakit atau membentuk barang sesuai pemesanan
barang produksi yang sudah jadi, yang biasanya sering di pesan oleh masyarakat
umum.
6) Pengepakan, bagian ini bertugas melakukan pengepakan bahan baku yang sudah
1) Transportasi
2) Penjaga gudang
Bertugas menyimpan barang-barang yang sudah siap untuk dijual dan mengawasi
mebel sepenuhnya masih dijalankan oleh tenaga manusia dengan hanya alat manual, baik
mulai dari pengolahan bahan baku sampai barang telah siap untuk dipasarkan. Kondisi
perusahaan yang masih menggunakan alat produksi yang masih bersifat tradisional, sudah
proses produksi, mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi yang siap
menjadi beberapa kelompok seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sutrisno, sebagai
berikut:
upah harian13”
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pekerja harian lepas berdasarkan kelompok
1. Pembersihan Kayu 10
2. Pengamplasan
a. Pembahanan 7
b. Pengamplasan 5
3. Penyotiran 5
4. Perakitan 7
13
Wawancara dengan Bapak Sutrisno, Pimpinan UD Sumber Baru Furniture.
5. Pengecatan 4
6. Pengepakan 5
7. Pemasaran 3
Jumlah 46
Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah pekerja harian lepas yang ada di
Sumber Baru Furniture setiap tahunnya mengalami perkembangan. Selama periode 2012
menuntaskan masalah pengagguran. Hal ini dapat dilihat bahwa sistem PKWT baru
sebelumnya yaitu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 Tentang Kerja dan
Kerja, hubungan kerja tidak tetap tersebut tidak ada diatur, sebaliknya juga tidak ada
landasan yuridis yang lebih kuat dibandingkan dengan undangundang sebelumnya. Hal
ini dapat terlihat bahwa PKWT terdapat pengaturan tersendiri dalam sub bab tentang
merumuskan tentang pekerjaan kontrak (apakah menurut jangka waktunya atau menurut
selesainya pekerjaan). Sebagaimana yang diatur 14dalam Pasal 56 ayat (2) dan Pasal 59
bersifat tetap atau tidak tetap. Banyak pekerjaan yang dilakukan dengan sistem
PKWT namun bentuk pekerjaannya adalah pekerjaan inti yang juga dilakukan
pekerja yang berstatus tetap. Dengan kata lain batasan yang diberikan oleh
bagi pengusaha yang akan menggunakan sistem kerja kontrak dengan lebih leluasa. Hal
14
Subekti. 2001. Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta
ini didukung oleh kondisi pasar kerja yang menyediakan banyak tenaga kerja potensial
sehingga mengganti pekerja lama dengan pekerja baru bukan hal yang sulit bagi
pengusaha. Untuk menghindari multitafsir ini maka perlu ditetapkan secara tegas tentang:
Mengenai jangka waktu PKWT juga diatur dengan tegas termasuk persoalan syarat
perpanjangan dan pembaharuan PKWT dan sanksi apa yang dapat dijatuhkan pada
PKWT tidak boleh terikat dengan perjanjian kerja selama lebih dari 3 (tiga) tahun, namun
masih terdapat celah bagi pengusaha untuk dapat lebih lama lagi mengikat pekerja
dengan sistem PKWT yaitu dengan melakukan perpanjangan dan pembaharuan PKWT.
15
Dalam usulan rumusan penyempurnaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2021
1. PKWT berdasarkan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf
a dibuat untuk pekerjaan tertentu yaitu:
a. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yangtidak terlalu
lama;
b. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
c. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
15
Hadjon, Philipus M,1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia,Bina Ilmu,Surabaya
.
2. PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf b dibuat untuk pekerjaan tertentu yaitu:
a. pekerjaan yang sekali selesai; atau
b. pekerjaan yang sementarasifatnya.
3. Selain pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), PKWT
dapat dilaksanakan terhadap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau
kegiatannya bersifat tidak tetap.
Persyaratan PKWT
Sebagaimana perjanjian kerja pada umumnya, PKWT harus memenuhi syarat-syarat
pembuatan sehingga perjanjian yang dibuat dapat mengikat dan menjadi undang-undang
bagi para pihak yang membuatnya. Untuk pembuatan perjanjian atau kesepakatan kerja
tertentu terdapat persyaratan yang harus dipenuhi yang terdiri dari dua macam syarat,
yaitu syarat formil dan syarat materil. Syarat materil diatur dalam Undang-Undang
ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan
sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja. PKWT tidak boleh mensyaratkan adanya
masa percobaan. Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja dan
kesungguhan, keahlian seorang pekerja. Lama masa percobaan adalah 3 (tiga) bulan,
dalam masa percobaan pengusaha dapat mengakhiri hubungan kerja secara sepihak (tanpa
izin dari pejabat yang berwenang). Walau demikian, dalam masa percobaan ini pengusaha
karena perjanjian kerja berlangsung relatif singkat. PKWT yang mensyaratkan adanya
masa percobaan, maka PKWT tersebut batal demi hukum. PKWT hanya dapat dibuat
untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu. Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.
100/VI/2004 disebutkan bahwa dalam PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau
sementara sifatnya adalah PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu dan
dibuat untuk paling lama 3 (tiga) tahun. Apabila dalam hal pekerjaan tertentu yang
diperjanjikan dalam PKWT tersebut dapat diselesaikan lebih cepat dari yang
diperjanjikan maka PKWT tersebut putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan.16
16
Tunggul,Setia Hadi,2009, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,
Harvavindo,Jakarta.
Sama seperti dengan karyawan lain, hak-hak pekerja harian lepas juga ditata dalam
Disamping itu, Keputusan Menteri No. 100 Tahun 2004 dan UU ketenagakerjaan
atur berkenaan ketetapan karyawan harian terlepas di perusahaan. Selain itu, sekarang
juga sudah berlaku Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang
terkait dengan pesangon. Dalam UU Cipta Kerja diatur ketentuan tentang pesangon bagi
pekerja. Sehingga selain hak-hak pekerja harian lepas yang sudah ada sebelumnya,
pesangon menjadi salah satu hak yang wajib dipenuhi perusahaan dengan berlakunya UU
Cipta Kerja.
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Berikut ini adalah hak-hak pekerja harian
1. Memperoleh Gaji
Sesudah terima pekerjaan dan menuntaskan pekerjaannya secara tepat dan sesuai waktu
yang ditentukan, sudah pasti hak-hak pekerja harian lepas yang satu ini wajib diterima
dan diberikan.Memperoleh gaji merupakan salah satu hak paling utama yang diatur dalam
undang undang. Perusahaan sebagai pemberi tugas juga harus memberi gaji. Penggajian
dapat berbentuk unit waktu atau lama waktunya karyawan bekerja dan hasil yang
ditangani karyawan.
Apa itu freelancer dalam Jaminan sosial adalah hak semua masyarakat negara Indonesia.
Khusus untuk freelancer yang tidak memiliki ikatan dengan perusahaan, jaminan sosial
yang bisa diterima ialah BPJS Bukan Yang menerima Gaji (BPU). berlainan dengan
pegawai pada suatu perusahaan, peserta BPU harus memberikan laporan dan bayar
pungutan BPJS secara mandiri tanpa melalui perusahaan, baik lewat kantor BPJS dan
Hal yang lain tidak kalah penting dalam hak-hak pekerja harian lepas adalah kepastian
berkenaan pekerjaan dan tanggung-jawab dari sang karyawan. Karena, banyak rincian
pekerjaan dan tanggung-jawab yang lain dengan brief dan implikasi tugas. Ketidaktahuan
17
Djumialdi,F. X,2010, Perjanjian Kerja,Penerbit Sinar Grafika,Jakarta.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu adalah perjanjian kerja yang jangka waktu
berlakunya ditentukan dalam perjanjian kerja tersebut sedangkan, perjanjian kerja untuk
waktu tidak tertentu adalah perjajian kerja yang jangka waktu berlakunya tidak
disebutkan dalam perjanjian kerja, tidak menyebutkan untuk berapa lama tenaga kerja
harus melakukan pekerjaan tersebut. Pada umumnya perjanjian kerja untuk waktu
tertentu diadakan untuk suatu pekerjaan yang sudah dapat diperkirakan pada suatu saat
akan selesai dan tidak akan dilanjutkan walaupun ada kemungkinan perpanjangan karena
Pekerja/buruh adalah salah satu aspek utama dalam perusahaan yang juga
mempunyai peranan penting dalam proses produksi serta proses lainnya. Tanpa adanya
pekerja/buruh tidak mungkin perusahaan itu bisa berjalan dan berpartisipasi dalam
sebagai aset sumber daya manusia yang berhak dilindungi kesejahteraannya serta
tulang punggung, karena mempunyai peranan yang penting. Tanpa adanya pekerja tidak
Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat, maka
perusahaan
fisik dan teknis serta sosial ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja
c. Norma Kerja yang meliputi : perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian
dengan waktu pekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti kerja wanita, anak,
moril kerja yang menjamin daya guna kerja yang tinggi serta mejaga perlakuan
kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi
akibat kecelakaan dan/atau penyakit akibat pekerjaan, ahli warisnya berhak
Hal yang lain tidak kalah penting dalam hak-hak pekerja harian lepas adalah kepastian
berkenaan pekerjaan dan tanggung-jawab dari sang karyawan. Karena, banyak rincian
pekerjaan dan tanggung-jawab yang lain dengan brief dan implikasi tugas. Ketidaktahuan
PP 35 tahun 2021 tentang PKWT, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat
dan PHK merupakan jawaban tantangan di atas untuk menjembatani permasalahan dan
isu-isu strategis mengenai Hubungan Kerja yang meliputi pengaturan pelaksanaan PKWT
dipekerjakan dalam kegiatan alih daya, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat bagi
Pekerja/Buruh, utamanya pada sektor-sektor usaha dan jenis pekerjaan tertentu yang
menekankan pada aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta pengaturan mengenai
18
1Ibid
Ibid,hal.76.
Kartasapoetra,Op.Cit.hal.43
19
1Ibid
Ibid,hal.76.
Kartasapoetra,Op.Cit.hal.43
20
R. Abdoel Djamal. 2001. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, halaman 65
Melihat dari pasal yang diberikan dalam hal pelaksanaan perlindungan hukum atas
hak pekerja terhadap pekerja oleh Undang-undang No. 35 tahun 2021 tentang Pekerja
sudah baik. Hal-hal mengenai perlindungan hukum atas hak terhadap pekerja yang diatur
dalam UUSP tersebut dirumuskan secara jelas, sistematis dan mudah dimengerti bagi
setiap orang yang membacanya baik itu pekerja, pengusaha, Pekerja. Hal tersebut selaras
dengan hasil peneliti yang dilakukan dalam penelitian di lapangan, kepada pekerja yang
ada di Kabupaten Magetan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Lalu Satria
Utama yaitu:
“Kami selalu memberikan informasi mengenai hak untuk kepada pekerja yang
kepentingan pekerja, 21
cukup baik dari Bapak lalu satria utama akan tetapi melihat pemahaman, sikap dan
pengakuan mengenai hak pekerja yang dilakukan oleh pekerja khususnya pekerja UD
Sumber Baru Furniture masih kurang maksimal hal ini dapat di lihat dari tabel sampel
. menurut terima
Pasal
21
Wawancara,Bapak Lalu Satria Pekerja,UD Sumber Baru Furniture
lembur bekerja lembur
untuk cuti
tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Pemutusan Hubungan
Dari hasil nyata dia atas bahwa pekerja harian lepas pada dasarnya dengan adanya
perlindungan hukum pekerja yang terbentuk dalam perusahaan tersebut dapat membantu
kepentingan pekerja. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh salah satu pekerja
pendidikannya adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk lebih jelasnya
No Pendidikan Jumlah
1. SD 15
2. SMP 25
3. SMA 5
4. Sarjana 1
Jumlah 46
dengan disiplin tanpa terkecuali setiap pekerja/buruh masuk kerja harus tepat waktu yaitu
jam 7 pagi, jadi setiap pekerja/buruh harus patuh pada aturan yang telah ditetapkan oleh
Pekerja harian lepas di UD Mebel Magetan bukan karena keahlian yang mereka
miliki tetapi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Upah yang mereka terima disesuaikan
menerima upah setiap hari, pekerja/buruh berarti upah yang diterima sesuai dengan
pekerja harian lepas diberlakukan sisitem upah harian. Upah yang mereka terima ada
yang cukup untuk membiayai hidup dan ada yang tidak cukup karena tanggungan
memiliki hak yang wajib mereka terima yaitu menerima upah, kewajiban dari seorang
pekerja harian lepas adalah melakukan pekerjaan secara maksimal untuk meningkatkan
22
Wawancara,Bapak Sutrusno Pimpinan,UD Sumber Baru Furniture
Untuk pengusaha UD Mebel magetan memiliki kewajiban memberikan upah
beserta tunjangan lain pada pekerja harian lepas, sedangkan hak yang diperoleh adalah
Setiap bulannya, pekerja harian lepas yang ada di UD.Sumber Baru Furniture
Mebel Magetan memperoleh upah Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah)
yang dibayarkan kepada pekerja harian lepas bagian desain mebel dan bagian pekerja
biasa Rp.1.800.000,(satu juta delapan ratus ribu rupiah) Hal ini tidak menyalahi aturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dimana besarnya upah minimum kabupaten
(UMK) Magetan.
Melihat fakta tersebut, Pekerja harian lepas yang ada di UD Sumber Baru
Furniture mebel magetan telah sesuai dengan aturan yang ada. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2021 perlindungan Tenaga Kerja, hal tersebut tentunya tidak
menyalahi aturan yang ada didalamnya. Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan
Kesimpulan.
maka sampailah suatu kesimpulan yang merupakan bagian akhir dari Penulisan ini.
tersebut disusun materi-materi perjanjian yang berisi bentuk perjanjian, hak dan
Daya,Pmutusan Hubungan Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu kerja. Jadi berarti isi
perjanjian kerja waktu tertentu di UD Mebel Magetan telah sah menurut hukum.
lepas tentang upah lembur,Uang kompensasi dan Cuti kepada tenaga kerja baik
secara individu maupun bersifat publik demi menumbuhkan pemahaman arti suatu
perjanjian kerja.
Saran
seharusnya dibuat secara tertulis dan dibuat secara bersama sama antara pengusaha
dan pekerja/buruh agar kedua pihak dapat saling berunding sehingga isi dari
perjanjian kerja waktu tertentu yang dibuat tidak merugikan salah satu pihak.
2. Perlindungan hukum bagi para pekerja di UD Mebel Magetan dalam perjanjian kerja
(PKWT) apabila dilihat dari undang undang yang mengatur, sudah cukup
melindungi, tetapi dalam hal pengawasan dari pihak pemerintah perlu ditingkatkan
agar supaya segala sesuatu yang ada dalam undang undang yang berfungsi untuk
melindungi hak hak pekerja dapat di terapkan secara menyeluruh tanpa ada yang
terlewatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Darwan Prints,2000, “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1988. Hukum Tata Negara Indonesia,Sinar Bakti
Jakarta.
Harvavindo,Jakarta.
Jurnal
Yassir Arafat, 2015, “Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum yang Seimbang, Jurnal Rechtens,
Universitas Islam, Jember.