Anda di halaman 1dari 46

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS

(STUDI DI UD MEBEL MAGETAN KELURAHAN MANISREJO KECAMATAN


KARANG REJO KABUPATEN MAGETAN)

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUDAYA FIRDAUS
NPM: 1711010017

DOSEN PEMBIMBING I
Yuni Purwati,SH,M.Hum
NIDN. 0714065801

DOSEN PEMBIMBING II
Krista Yitawati
NIDN.0706088603

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN DAN RISTEK


UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
FAKULTAS HUKUM
2022
FALKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
Kampus :JalanSerayuNomor 79 Madiun 63133Telp. ( 0351 ) 464427, 497058 Fax ( 0351 ) 497058
Email : unmer@unmer-madiun.ac.id Website : www.unmer-madiun.ac.id

SURAT PERMOHONANAN VALIDASI DAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Hudaya firdaus

NPM : 1711010017

Program Studi : Ilmu hukum

E-mail : hudayafirdaus1908@gmail.com
Nomor Telp/Hp : 089665451679
Alamat : JL. SALAK BARAT IV NO 2 RT 51 RW 12 KOTA MADIUN
Dengan ini mengajukan permohonan kepada kaprodi ilmu hukum Falkutas hukum Universitas
Merdeka Madiun, untuk dapat kiranya memvalidasi dan mempublikasikan karya ilmiah yang
saya ajukan dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS
(STUDI DI UD MEBEL MAGETAN KELURAHAN MANISREJO KECAMATAN KARANG REJO
KABUPATEN MAGETAN)

Demikian surat Permohonan ini dibuat untuk dapat di proses lebih lanjut.

Madiun 2 Maret 2022

Yang membuat pernyataan,

Hudaya Firdaus

NPM : 1711010017
FALKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
Kampus :JalanSerayuNomor 79 Madiun 63133Telp. ( 0351 ) 464427, 497058 Fax ( 0351 ) 497058
Email : unmer@unmer-madiun.ac.id Website : www.unmer-madiun.ac.id

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH


Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa naskah jurnal hasil penelitian
dengan judul :
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS (STUDI DI UD MEBEL
MAGETAN KELURAHAN MANISREJO KECAMATAN KARANG REJO KABUPATEN MAGETAN)

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Hudaya firdaus

NPM : 1711010017

Program Studi : Ilmu hukum

E-mail : hudayafirdaus1908@gmail.com
Nomor Telp/Hp : 089665451679
Alamat : JL. SALAK BARAT IV NO 2 RT 51 RW 12 KOTA MADIUN

Belum pernah dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun internasional atau dalam jurnal
atau prosding manapun, dan tidak sedang atau akan diajukan untuk publikasi di jurnal atau
prosding manapun sebelum ada keputusan dari editor jurnal Hukum Yustisia Merdeka Falkutas
Hukum Universitas Merdeka Madiun. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat pelanggaran
kaidah-kaidah akademik pada karya ilmiah saya bersedia menanggung sanksi sanksi yang
dijatuhkan karena kesalahan tersebut, sebagaimana diatur oleh Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan
Tinggi.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya sebagaimana diperlukan.

Madiun 2 Maret 2022

Yang membuat pernyataan,


Hudaya Firdaus

NPM : 1711010017
FALKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
Kampus :JalanSerayuNomor 79 Madiun 63133Telp. ( 0351 ) 464427, 497058 Fax ( 0351 ) 497058
Email : unmer@unmer-madiun.ac.id Website : www.unmer-madiun.ac.id

SURAT KETERANGAN

Dewan Redaksi Jurnal Hukum Yustisia Merdeka Falkutas Hukum Universitas Merdeka
Madiun dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa/I :

Nama : Hudaya firdaus

NPM : 1711010017

Program Studi : Ilmu hukum

E-mail : hudayafirdaus1908@gmail.com
Nomor Telp/Hp : 089665451679
Alamat : JL. SALAK BARAT IV NO 2 RT 51 RW 12 KOTA MADIUN
Telah mengirimkan (submit) artikel ilmiah yang akan diriview untuk di terbitkan dalam jurnal
Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen pembimbibing II

Yuni Purwati,SH.,M.Hum Krista Yitawati,SH.,M.H

NIDN : 0714065801 NIDN : 0706088603

Mengetahui
Ketua Program Studi

ILMU HUKUM
Dr. Sigit Sapto Nugroho,SH.,Hum

NIDN : 0726077401
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS
(STUDI DI UD MEBEL MAGETAN KELURAHAN MANISREJO KECAMATAN
KARANG REJO KABUPATEN MAGETAN)

Hudaya firdaus” Yuni Purwati,SH,M.Hum” Krista Yitawati,SH,MH”

Email : hudayafirdaus1908@gmail.com

Program Studi Ilmu Hukum Falkutas Hukum Universitas Merdeka Madiun.

ABSTRAK

Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas mengenai masalah hak yang berkaitan
dengan bagaimana penerapan hak perlindungan yang dilaksanakan di UD Sumber Baru
Furniture. Dengan kata lain, pihak pekerja harian lepas turut saja terhadap peraturan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Dalam suatu hubungan kerjasama yang baik
tidak ada pihak yang lebih penting kerena pengusaha dan pekerja harian lepas saling
membutuhkan. Dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja harian lepas
haruslah sesuai dengan Peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku. Metode yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian empris,kuantitatif dan deskriptif
digunakan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan UUK Peraturan Pemerintah no 35
tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,Alih Daya,Pemutusan Hubungan
Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu Kerja. yang terkait dengan hak perlindungan pekerja.
Khususnya yang terkait dengan gejala-gejala sosial tentang perilaku manusia yang dalam hal
ini adalah perilaku pekerja dan pengusaha.

Kata kunci : Perlindungan hukum,pekerja harian lepass,mebel,hubungan kerja

ABSTRACT

In this paper, the author discusses the issue of rights related to how the implementation of
protection rights is carried out at UD Sumber Baru Furniture. In other words, the casual
daily workers only comply with the provisions of the Specific Time Work Agreement
(PKWT). In a good cooperative relationship, no party is more important because
entrepreneurs and casual daily workers need each other. In the implementation of legal
protection for casual daily workers, it must be in accordance with the applicable Manpower
Regulations. The method used in writing this thesis is an empirical and descriptive research
method used to examine and analyze the implementation of the UUK Government
Regulation no. 35 of 2021 concerning Work Agreements for Certain Time, Outsourcing,
Termination of Work, Rest Time and Working Time. related to worker protection rights.
Especially those related to social phenomena regarding human behavior, which in this case
is the behavior of workers and employers.

Keywords: legal protection, casual daily worker, furniture, working relationship

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi negara yang sedang berkembang, pembangunan merupakan salah satu hal yang

penting. Pembangunan yang didefinisikan sebagai suatu rencana atau usaha yang dilakukan

dengan sadar oleh suatu negara dan bangsa untuk memajukan negara tersebut. Indonesia

sebagai salah satu negara berkembang juga melaksanakan pembangunan yang disebut

Pembangunan Nasional. Salah satu syarat untuk keberhasilan pembangunan nasional adalah

kualitas manusia Indonesia yang menentukan berhasil tidaknya usaha untuk memenuhi tahap

tinggal landas. Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai tanpa memberikan

jaminan hidup, sebaliknya jaminan hidup tidak dapat tercapai apabila manusia tidak

mempunyai pekerjaan, dimana dari hasil pekerjaan itu dapat diperoleh imbalan jasa untuk

membiayai dirinya dan keluarganya.

Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum, hal tersebut tertuang dalam

Undang-Undang Dasar Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan Negara Indonesia

adalah Negara hukum.1Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai

peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja diperlukan pembangunan

Ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang menentukan berhasil

tidaknya usaha untuk memenuhi hak-hak warga negara untuk hidup sejahtera. Peningkatan

1
Undang-Undang Dasar 1945 Pasca Amandemen
kualitas manusia Indonesia tidak akan tercapai tanpa memberikan jaminan hidup kepada

tenaga kerja dan keluarganya.

Pembangunan Ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-

hak dan perlindungan yang mendasar bagi pekerja harian lepas serta pada saat yang

bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha.

Selain itu salah satunya memberikan kebebasan bagi pekerja/buruh berkaitan dengan hak

untuk bekerja agar pekerja harian lepas dapat menyampaikan pendapat maupun solusi

kepada pengusaha sehingga terciptalah keseimbangan antara pekerja harian lepas dengan

pengusaha. Pembangunan Ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan.

Keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum dan sesudah

masa kerja tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan

masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara

lain mencakup pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktivitas dan daya

saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan

tenaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial. Berbicara mengenai Ketenaga kerjaan

tersebut tentunya ada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya yang akan menimbulkan

terselenggaranya hubungan industrial yaitu pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah.

Upaya menciptakan hubungan industrial adalah dalam rangka mencari keseimbangan

antara kepentingan pekerja harian lepas, pengusaha dan pemerintah, karena ketiga

komponen ini mempunyai masing-masing kepentingan. Bagi pekerja harian lepas,

perusahaan merupakan tempat untuk bekerja sekaligus sebagai sumber penghasilan dan

penghidupan diri beserta keluarganya. bagi pengusaha, perusahaan adalah wadah untuk

mengeksploitasi modal guna mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Bagi pemerintah,


perusahaan sangat penting artinya karena perusahaan besar maupun kecil merupakan bagian

dari kekuatan ekonomi yang menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, karena itulah pemerintah mempunyai kepentingan dan bertanggung jawab atas

kelangsungan dan keberhasilan setiap perusahaan serta pemerintah mempunyai peranan

sebagai pengayom, pembimbing, pelindung dan pendamai bagi seluruh pihak dalam

masyarakat pada umumnya dan pihak-pihak yang terkait dalam proses produksi pada

khususnya. Perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan tuntunan,

maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik

dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu2.

Dengan demikian, hubungan industrial yang didasarkan atas keserasian, keselarasan dan

keseimbangan pihak–pihak yang terkait dalam proses produksi akan berjalan dengan baik.

Fase industrialisasi yang ditandai dengan akumulasi modal dan pertumbuhan

ekonomi, dimana hukum berpihak pada kaum industrialis, aturan perjanjian kerja waktu

tertentu (selanjutnya disingkat PKWT) lahir untuk menjawab kebutuhan industrialisasi.

Penerapan aturan dari PKWT melahirkan masalah baru bagi pekerja/buruh dan pengusaha

yaitu dalam menentukan persyaratan.. PKWT dapat diadakan untuk pekerjaan yang

jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap. PKWT dapat dilaksanakan

terhadap pekerjaan yang didasarkan atas jangka waktu, atau selesainya suatu

pekerjaan tertentu, atau pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau

kegiatannya bersifat tidak tetap, dengan rincian sebagai berikut:  

1. Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah 35/2021 mengatur PKWT berdasarkan


jangka waktu, yaitu: 

2
Lalu Husni, 2000,“Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal,76
a. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama,
b. Pekerjaan yang bersifat musiman, atau 
c. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.  

2. Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah 35/2021 mengatur PKWT berdasarkan


selesainya suatu pekerjaan tertentu, yaitu: 

a. Pekerjaan yang sekali selesai, atau


b. Pekerjaan yang sementara sifatnya.

3. Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 10 ayat (1) PP 35/2021 menyebut PKWT yang dapat
dilaksanakan terhadap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau
kegiatannya bersifat tidak tetap berupa pekerjaan tertentu yang berubah-ubah
dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta pembayaran upah Pekerja/buruh
berdasarkan kehadiran, seperti perjanjian kerja harian. 3

Mengenai pelaksanaan perlindungan terhadap tenaga kerja dan mengacu kepada

peraturan perundang-undangan di Indonesia, diawali dengan pemahaman terhadap makna

Sila ke-5 Pancasila yang berbunyi : “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Serta

mengenai perlindungan terhadap tenaga kerja juga hak untuk bekerja di tuangkan dalam

pasal 28 yang menyatakan “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran

dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Serta dalam

pasal 28 D ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk bekerja serta

mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Selain itu juga

terdapat pada Pasal 38 ayat (1), (2), (3) dan (4) Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa :

3
Lihat pasal Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,

Pemutusan Hubungan Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu kerja


1) Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, kemampuan, berhak atas

pekerjaan yang layak.

2) Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak

pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.

3) Setiap orang, baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama,

sebanding, setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja

yang sama.

4) Setiap orang, baik pria maupun wanita dalam melakukan pekerjaan sepadan dengan

martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan

dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarganya.

Selain itu pemerintah telah menetapkan UUK sebagai payung hukum permasalahan

Ketenagakerjaan di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja

harian lepas dan menjamin kesamaan kesempatan, salah satunya hak untuk bekerja bagi

pekerja yang memberikan 4

Pengaturan dalam hal memberikan jaminan perlindungan terhadap hak pekerja dalam

menjalankan hak kegiatannya serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk

mewujudkan kesejahteraan pekerja harian lepas seperti halnya yang tertuang yang pada

intinya “setiap pekerja harian lepas memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa

adanya diskriminasi oleh pengusaha.

Kepentingan terhadap pekerja mulai diperhatikan pada saat negara memasuki tahap

negara kesejahteraan. Sebenarnya Indonesia tidak mengalami satu persatu tahapan unifikasi,

industrialisasi dan negara kesejahteraan yang memakan waktu ratusan tahun tiap tahapnya.

4
Lalu Husni, 2000, “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 76
Indonesia mengalami ketiga tahapan secara bersamaan. Pada saat yang sama melakukan

unifikasi terhadap peraturan hukumnya, juga melakukan industrialisasi sesuai dengan

tuntutan kebutuhan zaman dan pada saat yang sama harus juga memperhatikan perlindungan

terhadap konsumen, tenaga kerja, sebagaimana negara-negara yang sudah maju. Pada

periode ini negara mulai memperhatikan antara lain kepentingan tenaga kerja kemudian

tuntutan terhadap intervensi pemerintah melalui pembentukan hukum yang melindungi

pihak yang lemah sangatlah kuat.

Perlindungan tersebut sebagian besar hanya berlaku bagi pekerja dengan status tetap

atau yang terikat dengan perjanjian kerja waktu tertentu (selanjutnya disingkat PKWT).

Sedangkan bagi pekerja dengan PKWT pengaturannya diatur dalam Keputusan Menteri.

Adanya pembagian pekerja dengan PKWT , berawal dari adanya pekerjaan yang memang

membutuhkan waktu tertentu dalam pelaksanaan pekerjaannya. Berbeda dengan pekerja

dengan PKWT menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 yaitu :

(1) Hubungan Kerja terjadi karena adanya Perjanjian Kerja antara Pengusaha
dan Pekerja/Buruh.
(2) Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
(3) Perjanjian Kerja yang dibuat secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.

Berdasarkan pekerjaan untuk waktu tertentu tersebut di atas, PKWT atas dasar jangka

waktu, menimbulkan implikasi bagi pekerja/buruh. Implikasi ini disebabkan dengan

diakuinya PKWT atas dasar jangka waktu ini menimbulkan interpretasi bahwa pekerjaan

yang tidak didasarkan pada jenis, sifat atau kegiatan yang bersifat sementara dapat

diperjanjikan berdasarkan Pasal 2 yaitu

PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b dibuat untuk pekerjaan tertentu yaitu:
a) pekerjaan yang sekali selesai; atau
b)pekerjaan yang sementara sifatnya.5

Berbicara tentang perlindungan hukum berarti membahas mengenai hak dan kewajiban.

Berkaitan dengan pekerja/buruh artinya berbicara tentang hak-hak pekerja/buruh setelah

melaksanakan kewajibannya. Keberadaan pekerja harian lepas di perusahaan mebel UD

Sumber Baru Funitrue sudah pasti sangat dibutuhkan..

Perjanjian kerja yang digunakan di Perusahaan mebel UD Sumber Baru menggunakan

perjanjian kerja secara lisan. Hal tersebut memang tidak menyalahi peraturan sebagaimana

ketentuan dalam Undang-undang Ketenagakerjaan. Namun sebenarnya untuk pekerja harian

lepas ketentuan dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No 100 Tahun

2004 tentang ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu Menteri tenaga kerja dan

transmigrasi khususnya pada pasal 12 mengenai perjanjian kerja tersebut wajib dilakukan

secara tertulis meskipun hanya berupa daftar pekerja atau buruh yang melakukan pekerjaan.

Hal tersebut mengenai bentuk perjanjian kerja secara lisan telah menempatkan pekerja/buruh

dalam kondisi yang sangat lemah.

Dalam hal ini banyak orang terutama orang yang hanya berpendidikan SMA dan

bahkan hanya SMP yang bekerja sebagai pekerja/buruh harian lepas dalam sektor informal.

Walaupun sudah mendaftarkan usahanya ke lembaga pemerintahan untuk mendapatkan

badan hukum atau izin pendirian perusahaan, namun dalam proses produksinya pihak

pengusaha masih banyak memanfaatkan tenaga pekerja/buruh harian lepas tanpa

pembatasan dalam beberapa hal. Bagi pengusaha memanfaatkan tenaga mereka tentu dalam

rangka mendapatkan keuntungan yang berganda selain memperoleh tenaga yang murah

mereka mudah diatur dan tidak banyak menuntut. Keadaan dan kondisi yang demikian

5
Lalu Husni. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, hal 11.
menyebabkan kesulitan bagi pihak pekerja harian lepas dan pengusaha untuk

menyelenggarakan perjanjian perburuhan walaupun terbentuknya perjanjian tidak menjamin

adanya kepastian hukum akibatnya tidak dapat diharapkan sebagaimana yang telah

dicantumkan di dalam Undang-undang Ketenagakerjaan. Apalagi pekerja harian lepas

tersebut tidak mempunyai organisasi serikat pekerja/buruh yang dapat menyalurkan aspirasi

para pekerja harian lepas.

Bahwa persoalan Ketenagakerjaan bukan semata-mata soal melindungi pihak yang

perekonomiannya lemah terhadap pihak yang perekonomiannya kuat untuk mencapai

adanya keseimbangan antara kepentingan yang berlainan melainkan menemukan jalan dan

cara yang sebaik-baiknya dengan tidak meninggalkan sifat kepribadian dan kemanusian bagi

setiap orang yang melakukan pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya

dari tiap pekerjaan yang sudah ditentukan dan sebagai imbalan atas jerih payahnya.

Tindakan pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja

diamanatkan dalam Pasal 28 D Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945, yang tertulis : “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan

perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. Dalam Pasal 38 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak dan Asasi Manusia, yang

menyatakan bahwa:

1. Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, kemampuan, berhak atas

pekerjaan yang layak.

2. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak

pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.


3. Setiap orang, baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama,

sebanding, setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja

yang sama.

4. Setiap orang, baik pria maupun wanita dalam melakukan pekerjaan sepadan dengan

martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan

dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarganya.”

Dari peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara mempunyai

hak atas perlakuan yang adil serta layak dalam suatu hubungan kerja maka untuk

mewujudkan tercapainya hak tersebut, pemerintah telah menetapkan Peraturan Perundang-

undangan nomor 35 tahun 2021 tentang ketenagakerjaan. Hal ini berhubungan pada

kewajiban Negara untuk memfasilitasi warga Negara agar dapat memperoleh pekerjaan yang

layak. Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan

disertai berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada pekerja

harian lepas perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan,

sehingga dapat bersaing dalam kegiatan ketenagakerjaan serta meningkatkan produktivitas

nasional. Berbicara mengenai perlindungan hukum tidak terlepas dari peran pekerja harian

lepas. Pekerja harian lepas adalah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 butir a Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No.PER-06/MEN/1985 yaitu: “Pekerja harian lepas adalah pekerja

yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan dapat berubah-

ubah dalam hal waktu maupun volume pekerjaan dengan menerima upah yang didasarkan

atas kehadiran pekerja secara harian6

Demikian perlindungan hukum terhadap pekerja harian lepas harus dapat menjamin

adanya kepastian hukum. Apalagi pekerja/buruh tersebut tidak mempunyai organisasi serikat
6
Ridwan Halim,1987, Hukum Perburuhan Aktual, Pradnya Paramitha ,Jakarta, hal 1.
pekerja/buruh yang dapat menyalurkan aspirasi para pekerja/buruh dimana pekerja/buruh

diperlakukan menurut kehendak pengusaha tanpa memandang rasa keadilan bagi

pekerja/buruh.

Mengenai Ketenagakerjaan tentunya ada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya yang

akan menimbulkan terselenggaranya hubungan ketenagakerjaan. Para pihak yang dimaksud

ialah pengusaha di satu pihak dan pekerja harian lepas di lain pihak. Dalam hubungan antara

pekerja/buruh dan pengusaha secara yuridis pekerja/buruh dipandang sebagai orang yang

bebas. Secara sosiologis pekerja/buruh itu tidak bebas sebagai orang yang tidak mempunyai

bekal hidup yang lain selain tenaganya dan kadang-kadang terpaksa untuk menerima

hubungan kerja dengan pengusaha meskipun memberatkan bagi pekerja/buruh sendiri, lebih-

lebih sekarang ini banyaknya jumlah tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan

pekerjaan yang tersedia7.

Kenyataan menunjukkan bahwa di sektor-sektor industri masih banyak dipekerjakan

pekerja harian lepas yang belum mendapatkan perlindungan sebagaimana layaknya sehingga

untuk itu perlu adanya suatu pengaturan yang memberikan perlindungan terhadap pekerja

harian lepas.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dengan latar belakang di atas adapun rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja harian lepas menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,

Alih Daya, Pemutusan Hubungan Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu kerja ?

7
Oleh Zainal Asikin DKK,1993, Dasar-dasr Hukum Perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada, . Cet. Pertama
paragraf terakhir,Jakarta
2. Apakah perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja harian lepas di UD Sumber

Baru Furniture sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2021

tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Pemutusan Hubungan

Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu kerja ?

PENJELASAN JUDUL

Penelitian ini berjudul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA

HARIAN LEPAS (STUDI DI UD MEBEL MAGETAN KELURAHAN MANISREJO

KECAMATAN KARANG REJO KABUPATEN MAGETAN) Definisi dari masing-masing

variable dalam judul tersebut adalah sebagai berikut :

Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan

terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan

ketentuan hukum dari kesewenangan. 

Pekerja harian lepas adalah pekerja yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,

diangkat oleh perusahaan yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan

perusahaan, atau diserahi tugas negara lainnya, pekerja yang terikat dengan UU

Ketenagakerjaan.8

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris yaitu

suatu metode penelitian hukum yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari

perilaku manusia, baik perilaku verbal yang didapat dari wawancara maupun perilaku nyata
8
Maimun, 2004,Hukum Ketenagakerjaan PT Pradnya Paramita, Jakarta .
yang dilakukan melalui pengamatan langsung. Pendekatan dilakukan dengan cara

melakukan wawancara dan observasi yang berkaitan Pekerja harian lepas di UD Sumber

Baru Furniture9

Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di lokasi di UD Sumber Baru Mebel Magetan jalan turno

joyo nomor 5 kecamatan karangrejo keluraan manisrejo kabupaten Magetan.

Jenis dan Data Sumber

a). Data Primer Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan

dengan cara penelitian di lapangan :

Wawancara mendalam yang merupakan proses tanya jawab secara langsung

ditujukan terhadap informan dilokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau

pedoman wawancara. Proses wawancara ini diawali dengan pengantar. Pada pengantar ini,

secara terbuka dan jujur peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari

wawancara lalu memberikan pertanyaan terkait penelitian ini.

b.) Data Sekunder.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitan.

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil

informasi dari buku-buku perlindungan hukum, dokumen dan internet yang dianggap

relevan dengan masalah yang di teliti. 10

9
Cholid Narbuko,20006, Abu Achmadi, “Metodologi Penelitian”, Bumi Aksara, Jakarta.

10
Cholid Narbuko,20006, Abu Achmadi, “Metodologi Penelitian”, Bumi Aksara, Jakarta.
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap pekerja harian lepas,

disusun berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang dihasilkan dari temuan data di

lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara, studi kepustakaan, dan instrumen

penelitian yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

A. Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Pekerja Harian Lepas Menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,

Pemutusan Hubungan Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu kerja

1. Gambaran UD Sumber Baru Furniture

UD Sumber Baru Furniture didirikan oleh Bapak Sutrisno yang berkedudukan di

Jalan A.Yani No. 30 RT. 03 RW. 02 Desa Manisrejo Kecamatan Karangrejo Kabupaten

Magetan dan merupakan salah satu perusahaan di Kabupaten Magetan yang bergerak

dibidang usaha mebel/furniture. UD Sumber Baru Furniture memiliki letak yang jauh dari

ibu kota Kabupaten Magetan atau dengan kata lain jauh dari keramaian kota. Karena

letaknya berada di pedesaan yang notabene jarang pemukiman, maka suara bising yang

dihasilkan oleh mesin-mesin produksi milik perusahaan ini hampir tidak menjadi

permasalahan berkaitan dengan polusi yang bisa dirasakan oleh warga sekitar perusahaan.

Hal ini sebagaimana dituturkan oleh Bapak Sutrisno sebagai berikut:

“UD Sumber Baru Furniture letaknya sejauh 15 (lima belas) kilo dari Ibu kota

Magetan sehingga suara bisingan dalam proses produksi tidak terlalu mengganggu

rumah-rumah sekitar di karenakan disana juga banyak perumahan11”

11
Wawancara dengan Bapak Sutrisno, Pimpinan UD Sumber Baru Furniture.
Pada mulanya perusahaan yang dipimpin oleh Bapak Sutrisno sifatnya hanya home

industry (industry rumah tangga) yang pemasarannya di sekitar Magetan, Madiun, dan

Ngawi. Seiring dengan berjalannya waktu usaha yang dirintisnya berkembang dengan

pesat sehingga beliau memiliki pandangan untuk memperluas usahanya dengan

menambah area pemasaran produknya yakni di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

Yogyakarta. Permintaan produk oleh konsumen pada kota-kota tersebut rata-rata guna

memenuhi kebutuhan ekspor ke luar negeri. Hal ini sebagaimana dikatakan Bapak

Sutrisno yang menyatakan bahwa:

“Pendistribusian mebel biasanya di pasarkan di Daerah Jawa Tengah khususnya

Daerah Jepara dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemasaran atau pemesanan di Daerah

Jepara dan Daerah Istimewa Yogyakarta lebih memuaskan hasilnya dari pada dipasarkan

di Kabupaten Magetan12”.

Melihat iklim usaha yang terus berkembang, Bapak Sutrisno mendirikan badan

usaha yang berbentuk Usaha Dagang (UD) yang merupakan perusahaan milik

perorangan. Perusahaan ini resmi menjadi UD Sumber Baru Furniture pada tanggal 21

Maret 2006 dengan Nomor izin usaha: 007/403.210/101.M.III/2006.

Faktor-faktor yang mendorong pendirian dari Usaha Dagang (UD) antara lain :

1) Adanya keinginan untuk mengembangkan jenis usaha yang lebih maju.

2) Adanya keinginan yang kuat untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik atau

orientasi pendirian perusahaan untuk mencapai keuntungan.

UD Sumber Baru Furniture yang berdiri diatas lahan seluas 800 m2, ditinjau dari segi

lokasi mempunyai beberapa keuntungan antara lain:


12
Wawancara dengan Bapak Anton, wakil pimpinan UD Sumber Baru Furniture.
a. Ditinjau dari segi ekonomi

1) Mudah dalam pendistribusian barang (dekat dengan jalan raya).

2) Cukup banyak pekerja/buruh yang tersedia.

3) Lokasinya yang jauh dengan ibu kota kabupaten Magetan memudahkan dalam

proses produksi karena tidak ada orang yang komplain akan suara bisingan proses

produksi.

b. Ditinjau dari segi sosial yaitu menciptakan lapangan kerja bagi penduduk sekitar

perusahaan.

Struktur Organisasi UD Sumber Baru Furniture

GAMBAR

Struktur Pekerja UD Sumber Baru Furniture

Pemimpin Perusahaan

Wakil Pemimpin

Bendahara/Bagian kuangan Produksi Transportasi dan keamanan

Pembersihan Penjaga
kayu Gudang

Pengamplasan Transportasi

Penyotiran
Perakitan

Pengecatan

Pengepakan

Pemasaran

Struktur organisasi UD Sumber Baru Furniture secara garis besar terdiri dari :

a. Pimpinan Perusahaan

Tugas dan tanggung jawab pimpinan perusahaan yaitu:

1) Perencanaan yaitu menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan, menyusun

rencana kerja dan merencanakan waktu-waktu untuk melaksanakan rencana kerja.

2) Pengarahan yaitu memberikan motivasi pada pekerja/buruh memecahkan

masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh bawahan dan memimpin para

pekerja/buruh untuk bekerjasama guna mencapai tujuan perusahaan.

3) Pengoordinasian yaitu untuk memudahkan dalam pengawasan terhadap

pekerja/buruh apakah para pekerja/buruh sudah bekerja sesuai dengan rencana.

b. Wakil Pimpinan

1) Bertugas menjalankan tugas-tugas yang diberikan pimpinan perusahaan dan

membantu menyelesaikan pekerjaan pimpinan serta mengkoordinir pekerjaan yang

berhubungan dengan pimpinan.


2) Bertugas mengabsen dan memberikan upah kepada pekerja/buruh, mengawasi

absensi pekerja/buruh yang digunakan untuk perhitungan upah.

c. Bendahara/bagian keuangan

1) Bertugas melakukan penjualan barang-barang yang telah di pesan dari barang

yang telah diproduksi oleh perusahaan dan melayani penjualan untuk masyarakat

umum.

2) Bertugas mencari dan memilih sumber penyediaan bahan baku yang digunakan

untuk proses produksi.

3) Bertugas mencatat semua aktivitas yang berkaitan dengan keuangan dan membuat

berbagai laporan.

d. Produksi

Bagian ini bertugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan dan hasil kerja produksi

yang sudah dilaksanakan. Bagian produksi ini terdapat beberapa tugas bagian produksi

yaitu :

1) Pembersihan kayu, bagian ini bertugas mengolah bahan baku yang berupa kayu

yaitu kayu tipe jati dibersihkan dari paku-paku yang masih tertancap di bahan

baku, karena bahan baku kayu yang dibeli tidak masih baru ditebang akan tetapi

beli dari rumah-rumah joglo tua yang dijual yang bahan rumahnya sebagian besar

dari kayu jati.

2) Pengamplasan, bagian ini bertugas mengamplas atau meratakan dari bahan baku

kayu yang sudah dibersihkan dari paku dan mengontrol kayu-kayu tersebut apakah

dalam keadaan baik atau tidak.


3) Penyotiran, bagian ini bertugas melakukan sortir (pemilihan) kualitas dari bahan

baku kayu yang akan dibuat bahan produksi.

4) Perakitan, bagian ini bertugas merakit atau membentuk barang sesuai pemesanan

dari agen-agen lain atau masyarakat umum.

5) Pengecatan, bagian ini bertugas melakukan pengecatan atau pemelituran dari

barang produksi yang sudah jadi, yang biasanya sering di pesan oleh masyarakat

umum.

6) Pengepakan, bagian ini bertugas melakukan pengepakan bahan baku yang sudah

diolah baik berupa almari, meja, kursi dan lain-lain.

7) Pemasaran, bagian ini bertugas melakukan pendistribusian baik di agen-agen

penjualan di tempat lain atau melayani penjualan untuk masyarakat umum.

e. Transportasi dan keamanan

1) Transportasi

Bertugas mempersiapkan transportasi untuk kepentingan umum perusahaan dan

mengontrol transportasi yang digunakan untuk mendatangi dan mengantar barang

kepada agen-agen penjualan di tempat lain.

2) Penjaga gudang

Bertugas menyimpan barang-barang yang sudah siap untuk dijual dan mengawasi

barang-barang yang sudah di siap untuk di antar keagen-agen lain.

3. Pekerja Harian Lepas

Pekerja/buruh merupakan faktor utama dalam proses produksi. Sebab perusahan

mebel sepenuhnya masih dijalankan oleh tenaga manusia dengan hanya alat manual, baik

mulai dari pengolahan bahan baku sampai barang telah siap untuk dipasarkan. Kondisi
perusahaan yang masih menggunakan alat produksi yang masih bersifat tradisional, sudah

jelas banyak menyerap pekerja/buruh. Pekerja/buruh terlibat langsung dalam pelaksanaan

proses produksi, mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi yang siap

untuk dipasarkan. Pekerja/buruh di perusahaan mebel UD Sumber Baru Furniture terbagi

menjadi beberapa kelompok seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sutrisno, sebagai

berikut:

“Pengelompokan dilakukan untuk mendapatkan efisiensi dan efektifitas produksi.

Di UD Sumber Baru Furniture dibagi menjadi 7 (tujuh) bagian yaitu bagian

membersihkan kayu, pengamplasan, penyotiran, perakitan, pengecatan,

pengepakan dan pemasaran. Pekerja/buruh mendapatkan upah berdasarkan sistem

upah harian13”

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pekerja harian lepas berdasarkan kelompok

kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel No. 1 jumlah Pekerja Harian Lepas berdasarkan Kelompok kerja

No. Kelompok Jumlah

1. Pembersihan Kayu 10

2. Pengamplasan

a. Pembahanan 7

b. Pengamplasan 5

3. Penyotiran 5

4. Perakitan 7

13
Wawancara dengan Bapak Sutrisno, Pimpinan UD Sumber Baru Furniture.
5. Pengecatan 4

6. Pengepakan 5

7. Pemasaran 3

Jumlah 46

Sumber: Data UD Sumber Baru Furniture 2021

Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah pekerja harian lepas yang ada di

UD Sumber Baru Furniture berjumlah 46 orang, jumlah pekerja harian lepas di UD

Sumber Baru Furniture setiap tahunnya mengalami perkembangan. Selama periode 2012

tercatat jumlah pekerja/buruh adalah 46 orang

1. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pada Pekerja Harian Lepas Menurut

Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,

Alih Daya, Pemutusan Hubungan Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu kerja

Alasan pemerintah melegalkan sistem kerja dengan PKWT adalah untuk

menuntaskan masalah pengagguran. Hal ini dapat dilihat bahwa sistem PKWT baru

ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Ketenagakerjaan,

walaupun dengan batasan-batasan yang tidak terlalu ketat. Berdasarkan Undang-Undang

sebelumnya yaitu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 Tentang Kerja dan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga

Kerja, hubungan kerja tidak tetap tersebut tidak ada diatur, sebaliknya juga tidak ada

dilarang. Sehingga kalau terjadi hubungan kerja kontrak dikarenakan masyarakat

menggunakannya sebagai suatu kebiasaan.


Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Ketenagakerjaan memberikan

landasan yuridis yang lebih kuat dibandingkan dengan undangundang sebelumnya. Hal

ini dapat terlihat bahwa PKWT terdapat pengaturan tersendiri dalam sub bab tentang

hubungan kerja. Kemudian dibuatlah peratuan pelaksananya yaitu Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100/MEN/VI/2004.

Pengaturan tentang PKWT dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2021 Tentang

Ketenagakerjaan menimbulkan pengertian ganda sekaligus perbedaan tafsir dalam

merumuskan tentang pekerjaan kontrak (apakah menurut jangka waktunya atau menurut

selesainya pekerjaan). Sebagaimana yang diatur 14dalam Pasal 56 ayat (2) dan Pasal 59

ayat (2). Pengertian ganda tersebut dapat dilihat dalam hal:

a. Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan PKWT. Apakah pekerjaan

menurut jangka waktu atau menurut selesainya pekerjaan. Menurut jangka

waktu, tidak mempersoalkan apakah pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja

bersifat tetap atau tidak tetap. Banyak pekerjaan yang dilakukan dengan sistem

PKWT namun bentuk pekerjaannya adalah pekerjaan inti yang juga dilakukan

pekerja yang berstatus tetap. Dengan kata lain batasan yang diberikan oleh

Undang-Undang tentang PKWT telah ditafsirkan secara sepihak oleh kalangan

pengusaha yang hanya berpegang pada bunyi Pasal 56 ayat (2);

b. Aturan tentang pembaruan perjanjian (Pasal 59 ayat (6)) digunakan sebagai

dasar untuk terus-menerus menggunakan pekerja kontrak meskipun pekerjaan

yang dilakukan adalah jenis pekerjaan inti dan tetap.

Ketentuan dalam hal ini pemerintah berkeinginan untuk memberikan kesempatan

bagi pengusaha yang akan menggunakan sistem kerja kontrak dengan lebih leluasa. Hal
14
Subekti. 2001. Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta
ini didukung oleh kondisi pasar kerja yang menyediakan banyak tenaga kerja potensial

sehingga mengganti pekerja lama dengan pekerja baru bukan hal yang sulit bagi

pengusaha. Untuk menghindari multitafsir ini maka perlu ditetapkan secara tegas tentang:

a. Kategori pekerjaan tetap dan tidak tetap;

b. Kategori pekerjaan inti dan non inti;

c. Syarat perpanjangan dan pembaharuan PKWT;

d. Sanksi yang tegas bagi pelanggaran butir-butir di atas

Mengenai jangka waktu PKWT juga diatur dengan tegas termasuk persoalan syarat

perpanjangan dan pembaharuan PKWT dan sanksi apa yang dapat dijatuhkan pada

pengusaha apabila melanggar ketentuan. Seorang pekerja yang dipekerjakan dalam

PKWT tidak boleh terikat dengan perjanjian kerja selama lebih dari 3 (tiga) tahun, namun

masih terdapat celah bagi pengusaha untuk dapat lebih lama lagi mengikat pekerja

dengan sistem PKWT yaitu dengan melakukan perpanjangan dan pembaharuan PKWT.
15
Dalam usulan rumusan penyempurnaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2021

Tentang Ketenagakerjaan oleh pemerintah disebutkan bahwa perlu dilakukan perubahan

pengaturan tentang PKWT yang terdapat dalam Pasal 5, antara lain:

1. PKWT berdasarkan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf
a dibuat untuk pekerjaan tertentu yaitu:
a. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yangtidak terlalu
lama;
b. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
c. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

15
Hadjon, Philipus M,1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia,Bina Ilmu,Surabaya

.
2. PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf b dibuat untuk pekerjaan tertentu yaitu:
a. pekerjaan yang sekali selesai; atau
b. pekerjaan yang sementarasifatnya.
3. Selain pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), PKWT
dapat dilaksanakan terhadap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau
kegiatannya bersifat tidak tetap.

Persyaratan PKWT
Sebagaimana perjanjian kerja pada umumnya, PKWT harus memenuhi syarat-syarat

pembuatan sehingga perjanjian yang dibuat dapat mengikat dan menjadi undang-undang

bagi para pihak yang membuatnya. Untuk pembuatan perjanjian atau kesepakatan kerja

tertentu terdapat persyaratan yang harus dipenuhi yang terdiri dari dua macam syarat,

yaitu syarat formil dan syarat materil. Syarat materil diatur dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2021 pasal 13 Tentang Ketenagakerjaan. Syarat-syarat materil yang

harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

PKWT paling sedikit memuat:


a. nama, alamat Perusahaan, dan jenis usaha;
b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat Pekerja/Buruh;
c. jabatan atau jenis pekerjaan;
d. tempat pekerjaan;
e. besaran dan cara pembayaran Upah;
f. hak dan kewajiban Pengusaha dan Pekerja/Buruh sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau syarat kerja yang diatur dalam Peraturan Perusahaan
atau Perjanjian Kerja Bersama;
g. mulai dan jangka waktu berlakunya PKWT;
h. tempat dan tanggal PKWT dibuat; dan
i. tanda tangan para pihak dalam PKWT.
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu harus dibuat secara tertulis. Ketentuan

ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan

sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja. PKWT tidak boleh mensyaratkan adanya

masa percobaan. Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja dan

kesungguhan, keahlian seorang pekerja. Lama masa percobaan adalah 3 (tiga) bulan,

dalam masa percobaan pengusaha dapat mengakhiri hubungan kerja secara sepihak (tanpa

izin dari pejabat yang berwenang). Walau demikian, dalam masa percobaan ini pengusaha

tetap dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku.

Ketentuan tidak membolehkan adanya masa percobaan dalam PKWT adalah

karena perjanjian kerja berlangsung relatif singkat. PKWT yang mensyaratkan adanya

masa percobaan, maka PKWT tersebut batal demi hukum. PKWT hanya dapat dibuat

untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan

selesai dalam waktu tertentu. Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.

100/VI/2004 disebutkan bahwa dalam PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau

sementara sifatnya adalah PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu dan

dibuat untuk paling lama 3 (tiga) tahun. Apabila dalam hal pekerjaan tertentu yang

diperjanjikan dalam PKWT tersebut dapat diselesaikan lebih cepat dari yang

diperjanjikan maka PKWT tersebut putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan.16

a. Hak-Hak Pekerja Harian Lepas Menurut Undang-Undang

16
Tunggul,Setia Hadi,2009, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,

Harvavindo,Jakarta.
Sama seperti dengan karyawan lain, hak-hak pekerja harian lepas juga ditata dalam

undang-undang di Indonesia. Apa saja ketetapan yang berkenaan karyawan harian

terlepas ditata dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No/KEP-100/Men/VI/2004 berkenaan Penerapan Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu.

Disamping itu, Keputusan Menteri No. 100 Tahun 2004 dan UU ketenagakerjaan

atur berkenaan ketetapan karyawan harian terlepas di perusahaan. Selain itu, sekarang

juga sudah berlaku Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang

juga mengatur tentang pekerja harian lepas.

Selain itu hak-hak pekerja harian lepas di UU Ketenagakerjaan tidak mengatur

terkait dengan pesangon. Dalam UU Cipta Kerja diatur ketentuan tentang pesangon bagi

pekerja. Sehingga selain hak-hak pekerja harian lepas yang sudah ada sebelumnya,

pesangon menjadi salah satu hak yang wajib dipenuhi perusahaan dengan berlakunya UU

Cipta Kerja.

Berdasar keputusan dan UU itu, karyawan harian terlepas masuk ke kelompok

Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Berikut ini adalah hak-hak pekerja harian

lepas yang wajib di penuhi oleh perusahaan.

1. Memperoleh Gaji

Sesudah terima pekerjaan dan menuntaskan pekerjaannya secara tepat dan sesuai waktu

yang ditentukan, sudah pasti hak-hak pekerja harian lepas yang satu ini wajib diterima

dan diberikan.Memperoleh gaji merupakan salah satu hak paling utama yang diatur dalam

undang undang. Perusahaan sebagai pemberi tugas juga harus memberi gaji. Penggajian
dapat berbentuk unit waktu atau lama waktunya karyawan bekerja dan hasil yang

ditangani karyawan.

2. Hak-Hak Pekerja Harian Lepas Dalam Hal Jaminan Sosial

Apa itu freelancer dalam Jaminan sosial adalah hak semua masyarakat negara Indonesia.

Khusus untuk freelancer yang tidak memiliki ikatan dengan perusahaan, jaminan sosial

yang bisa diterima ialah BPJS Bukan Yang menerima Gaji (BPU). berlainan dengan

pegawai pada suatu perusahaan, peserta BPU harus memberikan laporan dan bayar

pungutan BPJS secara mandiri tanpa melalui perusahaan, baik lewat kantor BPJS dan

lewat partner BPJS.

3. Kepastian Pekerjaan dan Tanggung Jawab

Hal yang lain tidak kalah penting dalam hak-hak pekerja harian lepas adalah kepastian

berkenaan pekerjaan dan tanggung-jawab dari sang karyawan. Karena, banyak rincian

pekerjaan dan tanggung-jawab yang lain dengan brief dan implikasi tugas. Ketidaktahuan

berkenaan pekerjaan dan tanggung-jawab pasti menghancurkan jalinan di antara

perusahaan dan karyawan.17

Kesesuaian Perlinduangan Hukum Terhadap Ha-Hak Pekerja Harian Lepas Di UD

Sumber Baru Furniture Dengan Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2021 Tentang

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Pemutusan Hubungan Kerja,Waktu

Istirahat dan Waktu kerja

17
Djumialdi,F. X,2010, Perjanjian Kerja,Penerbit Sinar Grafika,Jakarta.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu adalah perjanjian kerja yang jangka waktu

berlakunya ditentukan dalam perjanjian kerja tersebut sedangkan, perjanjian kerja untuk

waktu tidak tertentu adalah perjajian kerja yang jangka waktu berlakunya tidak

disebutkan dalam perjanjian kerja, tidak menyebutkan untuk berapa lama tenaga kerja

harus melakukan pekerjaan tersebut. Pada umumnya perjanjian kerja untuk waktu

tertentu diadakan untuk suatu pekerjaan yang sudah dapat diperkirakan pada suatu saat

akan selesai dan tidak akan dilanjutkan walaupun ada kemungkinan perpanjangan karena

waktu yang diperkirakan ternyata tidak cukup.

Pekerja/buruh adalah salah satu aspek utama dalam perusahaan yang juga

mempunyai peranan penting dalam proses produksi serta proses lainnya. Tanpa adanya

pekerja/buruh tidak mungkin perusahaan itu bisa berjalan dan berpartisipasi dalam

pembangunan ekonomi lokal. Pengusaha seharusnya meletakkan posisi pekerja/buruh

sebagai aset sumber daya manusia yang berhak dilindungi kesejahteraannya serta

diperhatikan kesehatan dan keselamatannya.

1. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Harian Lepas Pada UD.Mebel magetan.

Pekerja/buruh merupakan tulang punggung keluarga. Pekerja dikatakan sebagai

tulang punggung, karena mempunyai peranan yang penting. Tanpa adanya pekerja tidak

akan mungkin perusahaan dapat berjalan dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat, maka

perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatannya dalam

menjalankan pekerjaan. Demikian pula perlu diusahakan ketenangan dan kesehatan


pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal

mungkin, sehingga kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin.

Pemikiran-pemikiran ini merupakan program perlindungan pekerja, yang dalam praktek

sehari-hari berguna untuk dapat mempertahankan produktivitas dan kestabilan

perusahaan

Perlindungan pekerja dapat dilakukan , baik dengan jalan memberikan tuntunan,

maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan

fisik dan teknis serta sosial ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja

itu.Dengan demikian maka perlindungan pekerja ini akan mencakup:

a. Norma Keselamatan Kerja : yang meliputi keselamatan kerja yang bertalian

dengan mesin,pesawat, alat-alat kerja bahan dan proses pengerjaannya, kedaan

tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan;

b. Norma Kesehatan Kerja dan Heigene Kesehatan Perusahaan yang meliputi :

pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehata pekerja, dilakukan dengan

mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit;

c. Norma Kerja yang meliputi : perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian

dengan waktu pekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti kerja wanita, anak,

kesusilaan, ibadah menurut agama keyakinan masing-masing yang diakui oleh

pemerintah, kewajiban sosial kemasyarakatan dan sebagainya guna memelihara

moril kerja yang menjamin daya guna kerja yang tinggi serta mejaga perlakuan

yang sesuai dengan martabat manusia dan moral;

d. Kepada Tenaga Kerja yang mendapat kecelakaan dan/atau menderita penyakit

kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi
akibat kecelakaan dan/atau penyakit akibat pekerjaan, ahli warisnya berhak

mendapat ganti kerugian.18

2. Kepastian Pekerjaan dan Tanggung Jawab

Hal yang lain tidak kalah penting dalam hak-hak pekerja harian lepas adalah kepastian

berkenaan pekerjaan dan tanggung-jawab dari sang karyawan. Karena, banyak rincian

pekerjaan dan tanggung-jawab yang lain dengan brief dan implikasi tugas. Ketidaktahuan

berkenaan pekerjaan dan tanggung-jawab pasti menghancurkan jalinan di antara

perusahaan dan karyawan.19.

PP 35 tahun 2021 tentang PKWT, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat

dan PHK merupakan jawaban tantangan di atas untuk menjembatani permasalahan dan

isu-isu strategis mengenai Hubungan Kerja yang meliputi pengaturan pelaksanaan PKWT

dan pelindungan Pekerja/Buruh didalamnya, termasuk Pekerja/Buruh PKWT yang

dipekerjakan dalam kegiatan alih daya, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat bagi

Pekerja/Buruh, utamanya pada sektor-sektor usaha dan jenis pekerjaan tertentu yang

menekankan pada aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta pengaturan mengenai

mekanisme Pemutusan Hubungan Kerja, termasuk bagaimana memastikan adanya

pemenuhan hak bagi Pekerja/Buruh yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja.20

18
1Ibid
Ibid,hal.76.
Kartasapoetra,Op.Cit.hal.43
19
1Ibid
Ibid,hal.76.
Kartasapoetra,Op.Cit.hal.43
20
R. Abdoel Djamal. 2001. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, halaman 65
Melihat dari pasal yang diberikan dalam hal pelaksanaan perlindungan hukum atas

hak pekerja terhadap pekerja oleh Undang-undang No. 35 tahun 2021 tentang Pekerja

sudah baik. Hal-hal mengenai perlindungan hukum atas hak terhadap pekerja yang diatur

dalam UUSP tersebut dirumuskan secara jelas, sistematis dan mudah dimengerti bagi

setiap orang yang membacanya baik itu pekerja, pengusaha, Pekerja. Hal tersebut selaras

dengan hasil peneliti yang dilakukan dalam penelitian di lapangan, kepada pekerja yang

ada di Kabupaten Magetan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Lalu Satria

Utama yaitu:

“Kami selalu memberikan informasi mengenai hak untuk kepada pekerja yang

ada di wilayah Kabupaten Magetan untuk melindungi hak-haknya dan

kepentingan pekerja, 21

Melihat hasil wawancara di atas mengenai sosialisasi yang dilakukan penulis,

cukup baik dari Bapak lalu satria utama akan tetapi melihat pemahaman, sikap dan

pengakuan mengenai hak pekerja yang dilakukan oleh pekerja khususnya pekerja UD

Sumber Baru Furniture masih kurang maksimal hal ini dapat di lihat dari tabel sampel

mengenai perjanjian hak pekerja UD Sumber Baru Furniture sebagai berikut:

No Nama Pekerja Hak Hak yang di HASIL

. menurut terima

Pasal

1. Supali, Andi. Pasal 1ayat(7) Mndapatkan Pekerja

upah dari mendapatkan hasil

bekerja uang tambahan dari

21
Wawancara,Bapak Lalu Satria Pekerja,UD Sumber Baru Furniture
lembur bekerja lembur

2. Sunarno, Amin, Pasal 15 Mndapatkan Pekerja

Agung. uang mendapatkan

kompensasi tambahan uang

3. Handhoko, Pasal 22 B Pekerja Pekerja

Rosit, Angga, melakukan memperoleh ijin

Risky, Topa. cuti . dari perusahan

untuk cuti

Sampel Bukti, bentuk dari perjanjian yang dituliskan Peratuaran Pemerintah NO 35

tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Pemutusan Hubungan

Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu kerja


Sumber: Hasil wawancara dengan pekerja UD SBF

Dari hasil nyata dia atas bahwa pekerja harian lepas pada dasarnya dengan adanya

perlindungan hukum pekerja yang terbentuk dalam perusahaan tersebut dapat membantu

pekerja/buruh dengan pengusaha yang kedepannya dapat melindungi hak dan

kepentingan pekerja. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh salah satu pekerja

harian lepas yang ada pada UD Sumber Baru Furniture

Pekerja harian lepas di UD Sumber Baru Furniture rata-rata jenjang

pendidikannya adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk lebih jelasnya

dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Kondisi Pekerja Harian Lepas Berdasarkan Faktor Pendidikan

No Pendidikan Jumlah

1. SD 15

2. SMP 25

3. SMA 5

4. Sarjana 1
Jumlah 46

Sumber Data UD Sumber Baru Furniture Tahun 2021


22

Dalam kinerjanya UD Mebel magetan memperlakukan pekerja harian lepas

dengan disiplin tanpa terkecuali setiap pekerja/buruh masuk kerja harus tepat waktu yaitu

jam 7 pagi, jadi setiap pekerja/buruh harus patuh pada aturan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Pekerjaaan yang diberikan pada pekerja/buruh harus dilkerjakan dengan

semaksimal mungkin dan sesuai target yang telah ditetapkan.

Pekerja harian lepas di UD Mebel Magetan bukan karena keahlian yang mereka

miliki tetapi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Upah yang mereka terima disesuaikan

dengan ketetapan UMK Kabupaten Magetan.

Pemberian upah pada pekerja/buruh dilakukan berbeda karena status

pekerja/buruh bermacam-macam ada pekerja/buruh harian berarti pekerja/buruh tersebut

menerima upah setiap hari, pekerja/buruh berarti upah yang diterima sesuai dengan

barang yang yang dihasilkan.

Di UD Mebel magetan, pekerja menerima upah setiap hari sedangkan untuk

pekerja harian lepas diberlakukan sisitem upah harian. Upah yang mereka terima ada

yang cukup untuk membiayai hidup dan ada yang tidak cukup karena tanggungan

keluarga mereka berbeda-beda. Dalam melakukan pekerjaannya seorang pekerja/buruh

memiliki hak yang wajib mereka terima yaitu menerima upah, kewajiban dari seorang

pekerja harian lepas adalah melakukan pekerjaan secara maksimal untuk meningkatkan

jumlah produksi dan mematuhi aturan perusahaan yang berlaku.

22
Wawancara,Bapak Sutrusno Pimpinan,UD Sumber Baru Furniture
Untuk pengusaha UD Mebel magetan memiliki kewajiban memberikan upah

beserta tunjangan lain pada pekerja harian lepas, sedangkan hak yang diperoleh adalah

menerima hasil produksi yang memuaskan

Setiap bulannya, pekerja harian lepas yang ada di UD.Sumber Baru Furniture

Mebel Magetan memperoleh upah Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah)

yang dibayarkan kepada pekerja harian lepas bagian desain mebel dan bagian pekerja

biasa Rp.1.800.000,(satu juta delapan ratus ribu rupiah) Hal ini tidak menyalahi aturan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dimana besarnya upah minimum kabupaten

(UMK) Magetan.

Melihat fakta tersebut, Pekerja harian lepas yang ada di UD Sumber Baru

Furniture mebel magetan telah sesuai dengan aturan yang ada. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2021 perlindungan Tenaga Kerja, hal tersebut tentunya tidak

menyalahi aturan yang ada didalamnya. Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan

hukum dan tidak memandang hal yang rasisme.


PENUTUP

Kesimpulan.

1. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya yang

membahas keseluruhan tentang bagaimana Perlindungan hukum di UD Mebel Magetan

maka sampailah suatu kesimpulan yang merupakan bagian akhir dari Penulisan ini.

Perlindungan hukum di UD Mebel Magetan telah dilakukan dengan baik dan

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kesusaian ini

terbukti dengan patuhnya pekerja dan perusahaan dalam tahap pelaksanaan

tersebut disusun materi-materi perjanjian yang berisi bentuk perjanjian, hak dan

kewajiban masing-masing pekerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

No 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,Alih

Daya,Pmutusan Hubungan Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu kerja. Jadi berarti isi

perjanjian kerja waktu tertentu di UD Mebel Magetan telah sah menurut hukum.

2. Pengaturan dan kebijakan Perlindungan hukum di UD Mebel Magetan apapun yang

dibuat sangatlah perlu diarahkan untuk menciptakan hubungan industrial yang


semakin harmonis. UD Mebel Magetan wajib memberikan hak-hak Pekerja harian

lepas tentang upah lembur,Uang kompensasi dan Cuti kepada tenaga kerja baik

secara individu maupun bersifat publik demi menumbuhkan pemahaman arti suatu

perjanjian kerja.

Saran

1. Perlindungan hukum di UD Mebel Magetan memuat Perjanjian kerja waktu tertentu

seharusnya dibuat secara tertulis dan dibuat secara bersama sama antara pengusaha

dan pekerja/buruh agar kedua pihak dapat saling berunding sehingga isi dari

perjanjian kerja waktu tertentu yang dibuat tidak merugikan salah satu pihak.

2. Perlindungan hukum bagi para pekerja di UD Mebel Magetan dalam perjanjian kerja

(PKWT) apabila dilihat dari undang undang yang mengatur, sudah cukup

melindungi, tetapi dalam hal pengawasan dari pihak pemerintah perlu ditingkatkan

agar supaya segala sesuatu yang ada dalam undang undang yang berfungsi untuk

melindungi hak hak pekerja dapat di terapkan secara menyeluruh tanpa ada yang

terlewatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Subekti, 2001, Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta.

Cholid Narbuko,20006, Abu Achmadi, “Metodologi Penelitian”, Bumi Aksara, Jakarta.

Darwan Prints,2000, “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Lalu Husni,2000“Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Maimun, 2004,”Hukum Ketenagakerjaan”,PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Ronny Hanitijo Soemitro,1960,“Metode Penelitian Hukum”, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soeroso2006, “Pengantar Ilmu Hukum”, Sinar Grafika,Bandung.

Zaeni Asyhadie,2007, “Hukum Kerja”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1988. Hukum Tata Negara Indonesia,Sinar Bakti

Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum,UI Press, Jakarta.

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini,2013, “Penerapan Teori Hukum pada


Penelitia Tesis dan Disertasi”,cet. 1, PT Rajagrafindo Persada,Jakarta.
Effendi, A Masyur,1994,Hak Asasi Manusia, Dimensi Dinamika dalam Hukum
Nasional dan internasional,Ghalia Indonesia,Jakarta.

Hadjon, Philipus M,1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia,Bina


Ilmu,Surabaya.

Tunggul,Setia Hadi,2009, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,

Harvavindo,Jakarta.

Wijayanti, Asri,2006,Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi,Sinar Grafika,


Jakarta.
Djumialdi,F. X,2010, Perjanjian Kerja,Penerbit Sinar Grafika,Jakarta.

Jurnal

Yassir Arafat, 2015, “Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum yang Seimbang, Jurnal Rechtens,
Universitas Islam, Jember.

Laksono Utomo, 2014, Permasalahan Outsorsing dalam Ketenagakerjaan di

Indonesia jurnal lex replubica, VOL 1, Jakarta.

Peraturan Perundang –undangan

Undang Undang no 13 Tahun 2013 Tentang hukum Ketenaga kerjaan .


Undang-Undang Dasar 1945 Pasca Amandemen.
Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2021 Tentang Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya, Pemutusan Hubungan Kerja,Waktu Istirahat dan Waktu kerja.
Undang-Undang No 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi.

Anda mungkin juga menyukai