Anda di halaman 1dari 8

Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol.

8(1): 91-98, Februari 2023


p-ISSN 2527-3221, e-ISSN 2527-323X, https://ojs.uajy.ac.id/index.php/biota
DOI : 10.24002/biota.v8i1.5834

Induksi Mutasi Monstera adansonii untuk Menghasilkan Variegata Secara


Ex Vitro
Induction of mutations to Monstera adansonii to obtain Variegata through
Ex Vitro
Annisa Suhaimi1, Khotibul Umam1*, Edhy Sandra2
1
Prodi Bioteknologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Hayati, Universitas Teknologi Sumbawa
Jl. Raya Olat Maras, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
2
Eshaflora Plant and Tissue Culture
Jl. Kemuning VI Jl. Raya Taman Cimanggu, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Email: khotibul.umam@uts.ac.id *Penulis Korespondensi

Abstract
Monstera is an ornamental plant that is very popular among plant lovers because of its
uniqueness. The COVID-19 pandemic that is currently sweeping the world, including
Indonesia, has actually increased the business value of Monstera, especially the Monstera
adansoniii type with a variegated leaf model. One of the techniques to produce variegation
in M. adansoniii is by mutating the leaves to produce striped white leaves different from the
original color. In this study, mutations were carried out on M. adansonii using four
chemicals: streptomycin, streptose, ethyl methyl sulfonate (EMS), and clove cigarette
extract, with the aim of knowing the most effective mutagen to form variegata in M.
adansoniii. After the treatment was given, observations were made on the number of shoots,
color, and number of leaves. M. adansoniii treated with streptomycin produced a green
color with white spots on the leaves, while other mutagens such as streptose, EMS, and clove
cigarette extract could not produce variegata on M. adansoniii.
Keywords: ethyl methyl sulfonate, Monstera adansoniii, clove cigarette extract, strepson,
streptomycin, variegate

Abstrak
Monstera merupakan salah satu tanaman hias yang saat ini banyak diminati oleh pecinta
tanaman karena memiliki nilai estetika tersendiri. Ditengah pandemi covid19 melanda
dunia termasuk Indonesia, tanaman yang dijadikan primadona oleh pebisnis tanaman hias
adalah genus Monstera, salah satunya Monstera adansoniii. M. adansoniii yang diminati saat
ini adalah jenis variegata. Salah satu teknik untuk menghasilkan variegata pada M.
adansoniii adalah dengan melakukan mutasi pada bagian daun sehingga menghasilkan
daun berwarna putih belang berbeda dari warna aslinya. Pada penelitian ini dilakukan
mutasi pada M. adansonii menggunakan empat zat kimia yaitu streptomisin, strepson, etil
metil sulfonat (EMS), dan ekstrak rokok kretek dengan tujuan untuk mengetahui mutagen
yang paling efektif membentuk variegata pada M. adansonii. Setelah perlakuan diberikan,
kemudian dilakukan pengamatan terhadap jumlah tunas, warna dan jumlah daun. M.
adansonii dengan perlakuan streptomisin menghasilkan warna hijau bercorak putih pada
daun, sedangkan zat mutagen lainnya strepson, EMS dan ekstrak rokok kretek tidak dapat
menghasilkan variegata pada M. adansonii.
Kata kunci: etil metil sulfonat, ekstrak rokok kretek, strepson, streptomisin, Monstera
adansonii, variegata

Diterima: 14 May 2022, direvisi: 18 Juli 2022, disetujui: 20 September 2022


Induksi Mutasi Monstera adansonii

stimulator variegata) dan asap rokok kretek


Pendahuluan (Rizqi & Mas’ud, 2016; Sandra, 2020). Selain
itu, keuntungan teknik ini adalah relatif
Monstera merupakan salah satu sederhana dan murah, mampu menghasilkan
tanaman hias yang saat ini banyak diminati tanaman lebih cepat, dan mampu
oleh pecinta tanaman karena memiliki nilai meningkatkan keragaman tanaman. Tanaman
estetika tersendiri. Kondisi iklim tropis yang telah direndam dalam larutan EMS
Indonesia, sangat cocok untuk pertumbuhan 0,77% menghasilkan perubahan morfologi
tanaman Monstera (Saputra, 2020). Tanaman pada bagian bentuk daun dan warna menjadi
ini sangat potensial untuk dikembangkan variegata (Firdausya et al., 2011).
melalui upaya perbanyakan jenis – jenis Banyaknya peminat tanaman hias M.
tanaman agar tidak terjadi kepunahan. Menurut adansonii mendorong penelitian untuk
BPS (2018), Indonesia mampu memproduksi menghasilkan variegata Monstera. Penelitian
tanaman hias hingga 751.784.043 salah ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
satunya merupakan genus Monstera. Pada pemberian EMS, streptomisin, strepson dan
tahun 2015 tanaman Monstera yang telah ekstrak rokok kretek terhadap M. adansonii
diproduksi sebanyak 19.205 dengan luas lahan secara ex vitro.
panen sebesar 3.670 m2. Potensi tanaman yang
besar ini menunjukkan tren yang semakin
meningkat di masa pandemi corona, salah Metode Penelitian
satunya Monstera Adansoniii.
MenurutYuzammi (2010), mahalnya M. Penelitian dilakukan di green house
adansoniii disebabkan oleh beberapa hal yaitu Eshaflora Plant and Tissue Culture, Bogor
nama tanaman yang sensasional, memiliki Jawa barat selama 4 bulan, pada bulan
bentuk yang unik, dan banyak penggemar dari Agustus-November 2021. Alat yang digunakan
masyakat yang senang berkebun di rumah. adalah gelas ukur, pipet tetes, calpel, pisau dan
Jenis M. adansoniii yang paling diminati tissue. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah jenis variegata. adalah M. adansonii, media tanam berupa
Variegata merupakan bagian tanaman tanah kompos, zat mutagen yaitu EMS,
yang mengalami mutasi sebagai contoh daun streptomisin, strepson dan ekstrak rokok
yang menjadi berwarna putih belang, berbeda kretek. Adapun tahapan yang dilakukan
dengan warna daun aslinya (La Rocca et al., sebagai berikut:
2011). Variegata pada daun disebabkan oleh
Pemilihan jenis tanaman M. adansonii
penghambatan fotosintesis yang mengganggu
produksi klorofil (Khouri et al, 2010; Jabeen M. adansonii yang digunakan merupakan
and Mirza, 2013). Hal ini bukan hanya menjadi tanaman berusia 1-3 bulan. Selanjutnya
kelainan pada tanaman, namun juga dilakukan pemberian perlakuan empat zat
menghasilkan keragaman genetik dalam upaya mutagen variegate.
pemuliaan atau perbaikan sifat tanaman Perlakuan zat mutagen pada M. adansonii
(Sandra, 2020). Makeen et al (2010)
menyatakan bahwa salah satu teknik pemulian Sebanyak 10 tanaman diambil untuk
tanaman untuk meningkatkan keragaman masing-masing perlakuan mutagen. Kemudian
tanaman adalah dengan induksi mutasi. Induksi 3 mata tunas bagian atas atau bagian pucuk
mutasi merupakan suatu teknik yang tepat apikal dipotong, 3 bagian mata tunas bawah
untuk menghasilkan keragaman pada tanaman diberi perlakuan streptomisin. Selanjutnya zat
yang berkembang biak secara vegetatif mutagen disiapkan dengan kosentrasi tertentu
(Rohmah, 2019). Melalui pemberian stimulan yaitu streptomisin 1.000 ppm, strepson 1.000
senyawa kimia tertentu maka mutasi secara ppm, EMS 2 mg/L dan ekstrak rokok kretek
buatan diharapkan mampu menghasilkan yang disiapkan dengan cara dilarutkan dalam
tanaman variegata. Zat kimia yang telah air sebanyak 50 mg/L. Seludang daun dari tiga
banyak digunakan sebagai induktor mutasi mata tunas yang disayat dan dibuang
pada tanaman adalah streptomisin (Mensah et selanjutnya bagian bagian tersebut ditusuk
al, 2012; Tasho et al, 2020), EMS (Baghery & dengan jarum steril. Zat mutagen diteteskan
Kazemitabar, 2015), strepson (hormon sebanyak 1-2 tetes (10 L) untuk setiap

Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 8(1), Februari 2023 92


Annisa Suhaimi et al.

perlakuan pada bagian mata tunas yang sudah Perlakuan streptomisin menghasilkan bercak-
disayat dan ditusuk jarum pentul. Penetesan bercak putih pada bagian permukaan daun.
dilakukan di setiap titik tumbuh tunas tersebut Sedangkan pada perlakuan strepson, ekstrak
pada 5 tanaman yang telah disiapkan dengan rokok kretek, EMS dan kontrol negatif (tanpa
jangka waktu penetesan berjarak satu jam perlakuan) tidak menunjukan perubahan
terhitung dari jam 08.00 hingga 17.00 (Sandra, warna. Streptomisin pada konsentrasi tinggi
2020). (lebih dari 100 ppm) mampu menyebabkan
mutasi yang menjadikan tanaman menjadi
Pengamatan
variegata (Sandra, 2020). Proses terjadinya
Setelah tiga hari perlakuan, jarum dilepas variegata disebabkan oleh berkurangnya
kemudian tanaman diberikan hormon tunas jumlah grana sehingga jumlah klorofil
(IAA; Indole Acetic Acid) dengan konsentrasi berkurang dan tidak membutuhkan cahaya
tinggi yaitu 100 ppm. Penyemprotan hormon matahari secara langsung (Chouteau, 2009;
tunas dilakukan selama 1 minggu sekali pada Damayanti, 2021).
setiap pengamatan. Jumlah tunas dan daun Pemberian EMS tidak semuanya dapat
yang tumbuh setelah diberi perlakuan zat menyebabkan munculnya variegata. Perubahan
mutagen dihitung, sedangkan warna daun dan yang disebabkan oleh EMS diketahui dapat
tunas diamati juga setelah perlakuan. menganggu proses penyusunan asam nukleat
seperti perubahan pasangan basa nitrogen
Analisis data
(Talebi et al., 2012; Kangarasu et al., 2014)
Data hasil penelitian dianalisis (Poerba, 2009). Streptomycin dan strepson
menggunakan uji sidik ragam dan uji Duncan merupakan mutagen yang paling dominan
0,05% untuk mengetahui pengaruh pemberian dapat menyebabkan tanaman menjadi variegate
zat mutagen terhadap jumlah tunas dan jumlah dengan cara menggangu kerja gen yang
daun M. adansonii. menyandi warna daun (Sandra, 2020; Tasho et
al, 2020). Streptomycin dan strepson pada
konsentrasi tinggi (>100 ppm) dapat
Hasil dan Pembahasan menyebabkan pertumbuhan sel dan produksi
klorofil terhambat (Mensah et al, 2012; Tasho
Hasil keanekaragaman tanaman M.
et al, 2020).
adansonii yang telah diberikan perlakuan zat
mutagen menunjukkan perubahan warna daun.

Kontrol Streptomisin

EMS Strepson Ekstrak Rokok Kretek

Gambar 1. Keragaman Pengaruh Pemberian Zat Mutagen Variegata pada M. adansonii

93 Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 8(1), Februari 2023


Induksi Mutasi Monstera adansonii

Pemuliaan tanaman dengan mutasi dapat sehingga terjadi perubahan warna. Dampak
merubah sifat tertentu pada tanaman tanpa perubahan sifat dan karakter tanaman oleh
merubah sifat asli dari tanaman tersebut. Zat mutasi adalah terjadinya variasi percepatan
streptomisin, EMS, strepson dan ekstrak rokok pertumbuhan tunas maupun variasi morfologi
kretek merupakan zat yang mampu mendorong pada tanaman (Asadi, 2013).
tanaman menjadi variegate (Sandra 2019; Berdasarkan hasil uji sidik ragam dan uji
Sandra, 2020). Mutasi yang disebabkan oleh lanjut Duncan 0,05% pengaruh pemberian zat
mutagen kimia sangatlah beragam efeknya, mutasi variegata terhadap pertumbuhan jumlah
seperti perubahan pasangan basa nitrogen yang tunas pada tanaman M. adansonii periode 2-10
menganggu kerja gen penyandi warna daun minggu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh pemberian zat mutagen variegata terhadap jumlah tunas M. adansonii.
Pengamatan minggu ke-
Perlakuan
2 4 6 8 10
Kontrol negatif 1,1±0,31b 1,9±0 c 1,9±0,31c 0,7±0,63b 0,7±0,82b
Streptomisin 0,3±0,42a 1,0±0,91ab 1,1±0,87ab 0,8±0,96b 0,8±0,78b
a bc bc ab
EMS 0,2±0,48 1,6±0,99 1,3±0,67 0,4±0,63 0,4±0,51ab
Strepson 0,0±0 a 0,8±0,42a 0,8±0,63ab 0,1±0,94a 0,1±0,31a
a a a a
Ekstrak rokok kretek 0,0±0 0,4±0,31 0,5±0,70 0,1±0,94 0,1±0,31 a
Keterangan: Angka di dalam kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata
berdasarkan uji Duncan 0,05%.

Pengamatan minggu ke 2 menunjukan dibandingkan dengan kontrol. Menurut Khoury


bahwa setiap perlakuan zat mutagen pada M. (2010) perbedaan waktu muncul tunas dari
adansonii menghasilkan jumlah tunas yang setiap perlakuan disebabkan oleh sensitivitas
berbeda nyata dengan kontrol negatif. Hal ini sel-sel meristem penyusun eksplan yang
disebabkan karena jumlah tunas yang menimbulkan perbedaan respons eksplan
dihasilkan oleh tanaman pada kontrol negatif jaringan terhadap rangsangan dari mutagen
lebih banyak dibandingkan dengan tanaman kimia. Adanya zat pemicu mutasi seperti EMS,
hasil perlakuan streptomisin, EMS, strepson streptomisin dan lainnya akan mengakibatkan
dan ekstrak rokok kretek. Pada pengamatan terganggunya proses transkripsi pada gen yang
minggu ke 4, perlakuan EMS menghasilkan mengkode perubahan warna tanaman sehingga
jumlah tunas yang lebih banyak dibandingkan terjadi perubahan warna dari aslinya
dengan perlakuan lainnya dan tidak berbeda (Valenzuela et al, 2019). Perubahan warna ini
nyata dengan kontrol negatif. Jumlah tunas salah satunya seperti perubahan warna asli
setelah perlakuan EMS lebih banyak tanaman menjadi putih. Pada penelitian ini M.
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. adansonii yang diberi perlakuan EMS dan
Pada pengamatan minggu ke 6 streptomisin menghasilkan tunas yang lebih
perlakuan EMS juga menunjukan hasil yang banyak dibandingkan perlakuan lainnya.
tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif Namun, pemberian zat mutagen tidak
seperti pada minggu ke 4. Pada minggu ke 8- menyebabkan pengaruh pada pertumbuhan
10 setiap perlakuan tidak berpengaruh terhadap tunas tanaman.
jumlah tunas jika dibandingkan dengan kontrol Berdasarkan hasil sidik ragam jumlah
negatif. Sedangkan pada perlakuan strepson daun tanaman M. adansonii yang telah
dan ekstrak rokok kretek menunjukan hasil diberikan perlakuan zat mutagen berdasarkan
yang berbeda nyata dengan kontrol karena pengamatan minggu ke 2-10. Pengaruh
jumlah tunas yang muncul lebih sedikit pemberikan zat mutagen terhadap jumlah daun
dibandingkan perlakuan lainnya juga dapat dilihat pada Tabel 2.

Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 8(1), Februari 2023 94


Annisa Suhaimi et al.

Tabel 2. Pengaruh Pemberian Zat Mutagen Variegata terhadap Jumlah Daun M. adansonii.
Pengamatan minggu ke-
Perlakuan
2 4 6 8 10
Kontrol negatif 0,0±0a 0,0±0a 0,6±0,69 b 0,9±0,87b 2,0±1,15ab
Streptomisin 0,0±0a 0,0±0a 0,2±0,42ab 0,4±0,51ab 1,1±0,87ab
EMS 0,0±0a 0,0±0a 0,3±0,48ab 0,5±0,70ab 1,4±1,2ab
a a
Strepson 0,0±0 a
0,0±0 a 0,0±0 0,0±0 1,0±0,94ab
Ekstrak rokok kretek 0,0±0a 0,0±0a 0,0±0a 0,1±0,31a 0,5±1,0a
Keterangan: Angka di dalam kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata
berdasarkan uji Duncan 0,05%.

Pada minggu ke 2 dan 4 pemberian zat dengan zat mutasi lainnya. Hal ini disebabkan
mutagen streptomisin, EMS, strepson dan EMS merangsang terjadinya mutasi titik yaitu
ekstrak rokok kretek tidak menunjukan delesi pada pasangan basa tertentu dalam
pengaruh terhadap jumlah daun begitu juga kromosom (Manzila et al., 2010). Sehingga
dengan kontrol negatif. Pada pengamatan dalam penelitian ini EMS menunjukkan
minggu ke 8, jumlah daun pada perlakuan pertumbuhan daun yang rendah dibandingkan
EMS lebih banyak dibanding perlakuan dengan kontrol.. Literatur lainnya dalam
lainnya, diikuti dengan perlakuan streptomisin. Sandra (2020), disebutkan bahwa zat mutagen
Sedangkan strepson dan ekstrak rokok kretek seperti streptomisin dan strepson pada
menyebabkan jumlah daun lebih sedikit konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
dibanding kontrol dan perlakuan streptomisin terhambatnya pertumbuhan sel tanaman
dan EMS. sehingga pertumbuhan daun menjadi lama. Hal
Pada pengamatan minggu ke 10 ini tentunya pula mendukung dari penelitian ini
pemberian zat mutasi EMS masih menunjukan yang menunjukkan terganggunya pertumbuhan
pengaruh paling tinggi terhadap jumlah daun daun, baik dibandingkan dengan kontrol
tanaman M. adansonii. Perlakuan Strepson maupun dengan perlakuan lainnya. Selain itu
menghasilkan jumlah daun dengan nilai rata- streptomisin dan strepson merupakan antibiotik
rata 1,0. Pada pengamatan minggu ke 10 dan hormon yang mampu merusak struktur gen
menunjukan hasil tidak berbeda nyata untuk pada tanaman (Haswin, 2021; Mensah et al,
setiap perlakuan zat mutasi terhadap kontrol 2012). Ekstrak rokok kretek memiliki
negative, kecuali pada ekstrak rokok kretek kandungan nikotin yang menghambat proses
yang lebih rendah dan berbeda nyata dengan replikasi DNA pada tanaman sehingga dapat
kontrol. Menurut Jankowicz and Till (2016) menyebabkan terjadinya perubahan bentuk
zat mutagen EMS memiliki kemampuan pada tanaman dan menghambat pertumbuhan
merusak sel tanaman lebih besar dibandingkan jaringan (Rizqi, 2016).

95 Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 8(1), Februari 2023


Induksi Mutasi Monstera adansonii

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Zat Mutasi Variegata terhadap Warna Daun Tanaman M. adansonii.
Perlakuan Ulangan Minggu ke
U1 5 6 7 8 9 10
U2
Kontrol negatif
U3
U4
U5
U1
U2
Streptomisin
U3
U4
U5
U1
U2
EMS
U3
U4
U5
U1
U2
Strepson U3
U4
U5
U1
U2
Ekstrak rokok
kretek U3
U4
U5

Daun merupakan salah satu bagian menyebabkan mutasi tetapi tidak semuanya
tanaman yang memiliki peran penting sebagai dapat menghasilkan variegata (Sandra, 2020).
tempat fotosintesis. Fotosintesis merupakan Terbentuknya variegata disebabkan oleh
suatu proses biokimia yang bekerja untuk terjadinya penghambatan pada bagian zat hijau
membentuk karbohidrat dari bahan anorganik daun yaitu klorofil (Singh et al, 2019). Zat
(Yuzami, 2010). Warna daun dari M. EMS merupakan zat yang bersifat toksik yang
adansonii yang telah diberikan perlakuan mengganggu proses penyusunan asam nukleat
selama 5 dan 6 minggu tidak menunjukan sehingga mampu menyebabkan terganggunya
perubahan. Pada minggu ke 7 sampai 8 warna proses replikasi DNA, namun tidak semua
daun lebih hijau untuk semua perlakuan dan perlakuan EMS dapat menghasilkan variegata.
kontrol negatif. Pada minggu ke 9 dan 10, Streptomycin dan strepson merupakan zat
perlakuan Streptomsin menunjukan perubahan mutagen yang paling banyak menghasilkan
warna daun bercorak putih sebagai salah satu variegata. Strepson dan streptomisin
ciri variegata. Perlakuan zat mutagen lain tidak merupakan zat antibiotik yang mampu
menunjukan perubahan warna daun seperti merusak rantai DNA dan RNA, yang pada
Streptomisin. konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
Zat mutagen yang diberikan seperti pertumbuhan sel dan klorofil terhambat (Qian
streptomisin, EMS, strepson dan ekstrak rokok et al., 2012). Klorofil yang terhambat
kretek merupakan zat yang mampu

Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 8(1), Februari 2023 96


Annisa Suhaimi et al.

berpengaruh pada perubahan warna hijau dari Genetik pada Tanaman Hias. EduBiologia:
daun variegata. Biological Science and Education Journal
1(2): 78-84.
Devi, S. A. dan Mullainathan, L. (2011). Pysical
Simpulan dan Saran and Chemical Mutagenesis for
Improvement of Chili (Capsicum annum
Berdasarkan hasil penelitian, dapat L). World App. Sciens Journal. 15(1): 10-
disimpulkan bahwa perlakuan streptomisin 113.
pada M. adansonii menyebabkan perubahan
Firdausya, A.F., Khumaida, R. dan Yunianti.
warna hijau dari daun menjadi bercorak putih (2011). Pertumbuhan dan Morfologi
yang merupakan ciri dari variegata, sedangkan Tanaman Hias Krisan (Dendranthema
perlakuan EMS tidak mengurangi jumlah daun grandiflora Tzvelev) Hasil Induksi Mutasi.
dan tunas tanaman M. adansonii. Penelitian Pros. Sem. Nas. Perhimpunan Hortikultura
lanjutan terkait efek dari zat mutagen pada Indonesia. Lembang.
fungsi fisiologis dari M. adansonii perlu Haswin, D. W. (2021). Induksi Mutasi Tanaman
dilakukan. Monstera adansoniii Pada Berbagai
Mutagen Kimia Dengan Aplikasi Tetes
[Doctoral Dissertation]. Universitas
Ucapan Terima Kasih Hasanuddin.

Penulis mengucapkan terima kasih Jabeen, N. dan Mirza, B. (2013). Ethyl Methane
kepada Eshaflora Plant and Tissue Culture, Sulfonate induces Morphological
Bogor Jawa Barat yang telah memfasilitasi mutations in Capsicum annum. Int,
Journal Agri 6(2): 340-5.
pelaksanaan penelitian ini.
Jankowicz‐ Cieslak, J. dan Till, B. J. (2016).
Chemical mutagenesis of seed and
Daftar Pustaka vegetatively propagated plants using
EMS. Current protocols in plant biology
Amelia, R. Y. (2021). Perbanyakan Janda Bolong 1(4): 617-635.
(Monstera Adansoniii) Secara Stek Batang
Khatab, I. A. dan Hegazi, M. A. (2015). Induction
Di Kebun Handoyo Budi Orchids
of genetic variability with gamma
[Laporan Praktek Kerja Lapang].
radiation in some flowering ornamental
Politeknik Negeri Jember.
herbs. International Journal of Current
Andrade, I. M. dan Mayo, S. J. (1998). Dynamic Research in Biosciences and Plant
shoot morphology in Monstera adansoniii Biology 2(6): 88-93.
Schott var. klotzschiana (Schott) Madison
Khoury, C., B, Laliberti. dan L, Guarino. (2010).
(Araceae). Kew Bulletin 53(2): 399-417.
Trends in Ex Situ Conservation of Plant
Asadi. (2013). Pemuliaan Mutasi untuk perbaikan Genetic Resources: A Review of Global
terhadap umur dan produktivitas pada Crop and Regional Conversation
Kedelai. Journal Agro Biogen.9(3): 135- Strategies. Genetic Resources and Crop
142. Evolution 57(4): 625-639.
BPS. (2018). Statistik Tanaman Hias Indonesia. La Rocca, N., Rascio, N. dan Pupillo, P. (2011).
Badan Pusat Statistik. Variegation in arum italicum leaves.
Astructural- functional study. Journal
Baghery, M. A. dan Kazemitabar, S. K. (2015).
Plant Physiol Blochem 49(12): 1392-1398.
Effect of EMS induction on some
morphological traits of okra (Abelmoschus Lestari, G. dan Ira Puspa, K. (2015). Tanaman Hias
esculentus L). International Journal of Lanskap. Penebar Swadaya. Jakarta.
Biosciences (IJB) 6(2): 216-221.
Makeen, K. dan Babu G. S. (2010). Mutageneic
Chouteau, M., Barabé, D. dan Gibernau, M. (2009). Effectiveness and Efficiency of Gamma
Flowering and thermogenetic cycles in two Rays, Sodium azide and Their Synergic
species of Monstera (Araceae). Bull. Soc. Effect in Urd Bean (Vigna mungo L).
Hist. Nat. Toulouse 145: 5-10. World Journal Agriculture. Sciens 6(2):
234-237.
Damayanti, F. (2021). Potensi Pemuliaan Mutasi
Radiasi sebagai upaya Peningkatan Variasi

97 Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 8(1), Februari 2023


Induksi Mutasi Monstera adansonii

Mangal, M. dan Sharma, D. R. (2002). In vitro Sandra, E. (2019). Rahasia Tanaman Variegata. IPB
mutagenesis and cell selection for the Press. Bogor.
induction of black rot resistance in
Sandra, E. (2020). Rahasia Membuat Tanaman
cauliflower. The Journal of Horticultural
Mutasi dan Variegata. Edwrite Publishing.
Science and Biotechnology 77(3): 268-
Bandung Timur.
272.
Saputra, G. A. (2020). Monstera adansoniii
Manzila, I., Hidayat, S. H., Mariska, I. dan
Variegata, Tanaman Hit Harga Selangit.
Sujiprihati, S. (2010). Pengaruh perlakuan
https://mediaindonesia.com/read/detail/328
ethyl methane sulfonate pada tanaman
485-monstera-adansonii-variegata-
cabai (Capsicum annuum L.) dan
tanaman-hit-harga-selangit.
ketahanannya terhadap Chilli veinal mottle
virus (ChiVMV). Jurnal Agronomi Singh, P. K., Sadhukhan, R., Kumar, V. dan Sarkar,
Indonesia (Indonesian Journal of H. K. (2019). Gamma Rays and EMS
Agronomy) 38(3): 205-211 Induced Chlorophyll Mutations in
Grasspea (Lathyrus sativus
Mensah, J. K., Edema, N. E., Okooboh, G. dan
L.). International Journal of Bio-resource
Aifuwa, S. O. (2012). Effects of
and Stress Management 10(2): 113-118.
streptomycin on the chemo-sensitivity and
agronomic parameters of bambara Syukur, M., Sujiprihati, S. danYunianti, R. (2012).
groundnut (Vigna subterranean (L.) Teknik Pemuliaan Tanaman. Jurnal
Verde). J. Nat. Prod. Plant Resour 2: 113- Online Agroteknologi. 1(2): 136-148.
118.
Tasho, R. P., Ryu, S. H. dan Cho, J. Y. (2020).
Poerba, Y. S., Leksonowati, A., & Martanti, D. Effect of sulfadimethoxine,
(2009). Pengaruh mutagen etil metan oxytetracycline, and streptomycin
sulfonat (ems) terhadap pertumbuhan antibiotics in three types of crop plants—
kultur in vitro iles-iles (Amorphophallus root, leafy, and fruit. Applied
muelleri Blume). Berita Biologi, 9(4), 419- Sciences 10(3): 1111.
425.
Valenzuela, M., Méndez, V., Montenegro, I.,
Qian, H., Li, J., Pan, X., Sun, Z., Ye, C., Jin, G. dan Besoain, X. dan Seeger, M. (2019).
Fu, Z. (2012). Effects of streptomycin on Streptomycin resistance in Clavibacter
growth of algae Chlorella vulgaris and michiganensis subsp. michiganensis
Microcystis aeruginosa. Environmental strains from Chile is related to an rpsL
Toxicology 27(4): 229-237. gene mutation. Plant Pathology 68(3):
426-433.
Rizqi, C. A. dan Mas’ud Hariadi, S. H. W. (2016).
Pengaruh Pemberian Beta Karoten Yuzami, dan Tim Penulis. (2010). Ensiklopedia
terhadap Persentase Jumlah Fetus Mencit Flora 2. PT Karisma Ilmu. Bogor.
(Mus musculus) Hidup yang diberi
Paparan Asap Rokok Kretek. Veterina
Medika 9(3): 15-22.

Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 8(1), Februari 2023 98

Anda mungkin juga menyukai