Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

“ SOP KEBIJAKAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
Nama : MONIKA TANDI PARANDUK
NIM : B.21.06.172

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah SOP Kebijakan dalam Pelayanan Kebidanan ini
dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas MATA KULIAH KEBIJAKAN DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah tentang SOP Kebijakan dalam Pelayanan Kebidanan ini.
Dan saya juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa, dan kekurangan pasti milik kita sebagai
manusia. Semoga makalah tentang SOP Kebijakan dalam Pelayanan Kebidanan ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.

Mamasa, November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian standar
2. Syarat standar
3. Pengenalan standar pelayanan kebidanan

1. Standar 1 Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat


2. Standar 2 Pencatatan dan pelaporan
3. Standar 3 Identifikasi ibu hamil
4. Standar 4 Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
5. Standar 5 Palpasi abdominal
6. Standar 6 Pengelolaan anemia pada kehamilan
7. Standar 7 Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
8. Standar 8 Persiapan persalinan
9. Standar 9 Asuhan persalinan kala I
10. Standar 10 Persalinan kala II yang aman
11. Standar 11 Penatalaksanaan aktif kala III
12. Standar 12 Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
13. Standar 13 Perawatan bayi baru lahir
14. Standar 14 Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
15. Standar 15 Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
16. Standar 16 Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III
17. Standar 17 Penanganan kegawatan dan eklamsia
18. Standar 18 Penanganan kegawatan pada partus lama
19. Standar 19 Persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor
20. Standar 20 Penanganan retensio plasenta
21. Standar 21 Penanganan perdarahan postpartum primer
22. Standar 22 Penanganan perdarahan postpartum sekunder
23. Standar 23 Penanganan sepsis puerperalis
24. Standar 24 Penanganan asfiksia neonatorum
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Standar pelayanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
layanan kebidanan dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat
dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan
kebidanan, ataupun manajemen organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung
gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan standar pelayanan kebidanan dasar?


2. Apa saja syarat standar kebidanan dasar?
3. Ada berapa macam pengenalan standar pelayanan kebidanan pelayanan kebidanan?
4. Apa saja standar pelayanan minimal?
5. Apa saja standar minimal penampilan?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makala ini adalah :

1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan standarpelayanan kebidanan dasar?


2. Untuk mengetahui apa saja syarat standar kebidanan dasar?
3. Untuk mengetahui ada berapamacam pengenalan standar pelayanan kebidanan?
4. Untuk mengetahui apa saja standar persyaratan minimal?
5. Untuk mengetahui apa saja standar minimala penampilan?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Standar Pelayanan Kebidanan Dasar

1. Pengertian standar

Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah kedaan ideal atau
tingkat pencapaian tertinggi yang sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan. Menurut Donabedin (1980) standar adalah rumusan tentang penampilan
atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan.

Pengertian standar layanan kesehatan adalah suata pernyataan tentang mutu


yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome)
sistem layanan kesehatan. Standar layanan kesehatan merupakan suatau alat
organisasi untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan kedalam terminologi
operasionala sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan
terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan kesehatan, penunjang
layanan kesehatan ataupun manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan
bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

Kadang-kadang standar layanan kesehatan itu diartikan sebagai petunjuk


pelaksanaan, protokol dan Standar Prosedur Operasional (SPO)

Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah pernyataan tentang tentang harapan


bagaimana petugas kesehatan melakukan suatu kegiatan yang bersifat administratif.
2. Syarat Standar

a. Dapat diobservasi dan di ukur


b. Realistik
c. Mudah dilakukandan dibutuhkan
d. Jelas
e. Masuk akal
f. Mudah dimengerti

3. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan

Standar pelayan kebidanan terdiri dari 24 standar, meliputi :

1. Standar pelayanan umum (2 standar)

Standar 1 : Persiaapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

SOP PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT


1.Pengertian Keluarga yang setiap anggotanya berada dalam kondisi yang
sejahtera, baik dari segi fisik maupun mental, sehingga dapat
hidup normal secara sosial dan ekonomi di tengah
masyarakat lainnya.
2.Tujuan Meningkatkan kesadaran masyarakat, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
3.Kebijakan Keputusan Mentri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015
4.Referensi Kementrian kesehatan RI. Pedoman pelayanan antenatal
terpadu edisi kedua 2012
5.Prosedur Alat:

- Lembar balik
- Leaflet
Bahan :

- Alat tulis

Lanka-langkah :

1. Membuka pembicaraan dengan kata sopan dan ramah


sesuai kondisi
2. Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
3. Menentukan sasaran pendengar
4. Mempersiapkan materi
5. Mempersiapkan alat peraga
6. Absensi peserta
7. Pelaksanaan
8. Perkenalan diri
9. Menjelaskan poin-poin penyuluhan
10. Menyampaikan penyuluhan dengan bahasa sederhana
yang mudah dimengerti
11. Beri penyuluhan yang dapat memotivasi masyarakat
untuk meningkatkan kesehatannya.
12. Memberi kesempatan ibu bertanya tentang ketidak
pahaman terhadap informasi yang disampaikan
13. Jawablah pertanyaan ibu/suami atau keluarga dengan
jujur dan sopan
14. Beritahu jadwal kegiatan bidan untuk memeriksakan
kehamilan dan konseling perseorangan
15. Adakan konseling perseorangan ditempat khusus,
agar kerashasiaan terjaga.

5.Hal-hal yang 1. Sopan menginformasikan hasil penyuluhan


perlu 2. Ramah supaya ibu tetap meras tertarik untuk
diperhatikan mengikuti penyuluhan

6.Unut terkait 1. Ruang KIA


2. Ruang perawatan
3. UGD

7.Dokumen 1. Buku register


terkait
2. Buku catatan

8.Rekan histori
perubahan

Standar 2 : Pencatatan dan pelaporan

SOP PENCATATAN DAN PELAPORAN


1.Pengertian Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu
aktifitas dalam bentuk tulisan diatas kertas, file komputer didertai
tulisan garafik, gambar dan suara
2.Tujuan Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan serta sebagai bahan penilaian dan
evaluasi
3.Kebijakan SK kepala puskesmas
4.Referensi Permenkes no 75 tahun 2014
5.Peralatan ATK dan komputer
6.Langkah-langkah 1. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan

Semua kegiatan baik didalam maupun diluar gedung peskesmas,


puskesmas pembantu, dan bidan didesa harus dicatat. Untuk
memudahkan dapat menggunakan formolir standar yang telah
ditetapkan dalam SP2TP. Jenis formolir standar yang digunakan
dalam pencatatan adalah sebagai berikut :

a. Rekam kesehatan keluarga atau yang disebut family folder


adalah himpunana kartu-kartu indivudu suatu keluarga yang
memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas. Dalam
pelaksanaanya keluarga yang menggunakanRKK diberi alat
bantu kartu tanda pengenal keluarga (KTPK) untuk
memudahkan pencarian berkas padasaat kunjungan ulang
b. Kartu rawat jalan

Kartu rawat jalan atau lebih dikenal dengan kartu rekam


medik pasien merupakan alat untuk mencatat identitas dan
status pasien rawat jalan yang berkunjung ke puskesmas
c. Kartu identitas penyakit

Kartu identitas penyakit merupakan alat bantu untuk


mencatat indentitas pasien, riwayat, dan perkembangan
penyakit. Kartu identitas penyakit diperuntukkan khusus
penderita penyakit TBC paru dan kusta serta 10 besar
penyakit yang ada di puskesmas

d. KMS Ibu Hamil

Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan mencatat


perkembangan kesehatan ibu hamil dan janin serta pelayanan
kesehatan yang diterima ibu hamil dan tindak lanjut.

e. Register

Register merupakan formulir untuk mencatat atau merekap


data kegiatan didalam dan diluar gedung puskesmas. Yang
telah dicatat di kartu dan catatan lainya.

2. Mekanisme Pencatatan

Pencatatan kegiatan harian program puskesmas dapat dilakukan


didalam dan diluar gedung.

a. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung puskesmas

Pencatatan yang dibuat didalam gedung puskesmas adalah


semua data yang diperoleh dari pencatatan yang diperoleh
dari pencatatan kegiatan harian program yang dilakukan
dalam gedung puskesmas seperti tekanan darah,
laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini
menggunakan buku register dan ekohort.

3. Pelaporan

Sesuai dengan keputusan direktur jendral pembunaan kesehatan


masyarakat no.590\BM\DJ\info\96, pelaporan puskesmas
menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan januari sampai
dengan desember dalam tahun yang sama. Formulir pelaporan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan \beban
kerja di puskesmas.
4. Mekanisme Pelaporan

a. Laporan dari puskesmas pebantu dan bidan didesa di


sampaikan k pelaksan kegiatan dipuskesmas
b. Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang dicatatbaik
didalam maupun diluar gedung serta laporan yang diterima
dari puskesmas pembantu dan bidan di desa.
c. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan dimasukkan ke
formulir laporan sebanyak 2 rangkap, untuk disampaikan
koordinator.
d. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan
dimanfaatkan untuk tindak lanjut yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja kegiatan.

7.Unit terkait Semua komponen kegiatan upaya kesehatan wajib dan pengembangan
8.Dokumen terkait Tim manajemen puskesmas dan koordinator program
9.Rekaman historis
perubahan

2. Standar Pelayanan Antenatal ( 6 standar )

Standar 3 : Indentifikasi Ibu Hamil

1. Pengertian Identifikasi ibu hamil adalah proses identifikasi kepada


pasien yan meliputi anamnese, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang serta kajian sosial untuk
mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan harapan pasien
beserta keluarga.
2. Tujuan Untuk memastikan pelayanan yang akan diberikan kepada
pelanggan/pasien telah siap
3. Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas tentang kebijakan
pelayanan klinis pasien puskesmas
4. Referensi Buku ajar diagnostik fisik tahun 1995 dan permenkes 43
tahun 2019
5. Prosedur/ langkah-langkah Alat

- Termometer
- Map rekam medis
- Microtoise
- Alat ukur LILA
- Timbangan berat badan

Bahan

- Pulpen

Prosedur :

- Petugas mencocokkan identitas pasien


- Petugas melakukan pemeriksaan mengukur berat
badan, lingkar lengan atas dan tinggi badan,
dicatat dalam rekam medis
- Petukas melakukan anamneses dan pemeriksaan
fisik
- Bila memerlukan pemeriksaan penunjang pasien
dikirim kepenunjang diagnostik
- Petugas mencatat hasil identifikasi dalam rekam
medis

6. Hal-hal yang perlu Pengkajian awal harus dilakukan secara tepat dan
diperhatikan kompehensif

7. Unit terkait a. Rekam medis


b. Catatan tindakan

8. Rekaman historis
perubahan

SOP IDENTIFIKASI IBU HAMIL

Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal


SOP PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN ANTENATAL
1. Pengertian Pemeriksaan dan pemantauan antental adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapaykan pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan.
2. Tujuan 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
bayi
2. Mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil
3. Mempersiapkan persalinan cukup bulan
4. Memersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif
3. Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas tentang jeni-jenis pelayanan puskesmas
4. Referensi Buku saku pelayanan kesehatan ibu difasilitas kesehatan dasar dan rujukan,
Kemenkes 2013
5. Prosedur Persiapan pasien
1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Persiapan alat
1. Timbangan badan
2. Tensi meter
3. Stetoskop
4. Leanec
5. Refleks hammer
6. Jangka panggul
7. Metline
8. Mengukur tinggi badan
9. Pengukur waktu
10. Buku catatan
Pelaksanaan
1. Anamnesa
1.1. Umum
1.2. Keluarga
1.3. Kebidanan
2. Pemeriksaan umum
2.1. Menimbang BB
2.2. Mengukur TB
2.3. Mengukur LILA
2.4. Mengukur tekanan darah, nadi, RR
3. Pemeriksaan Inspeksi
3.1. Cara berjalan
3.2. Bentuk tubuh fisik (Head to toe)
4. Pemeriksaan palpasi
4.1. Atur posisi pasien berbaring senyaman mungkin
4.2. Lakukan palpasi leher
4.3. Lakukan palpasi mammae dan ketiak
4.4. Lakukan palpasi perut/ uterus leopold 1-4
5. Pemeriksaan auskultasi
5.1. Tentukan letak punctum maximum
5.2. Hitung DJJ
6. Pemeriksaan panggul luar
6.1. Atur posisi pasien
6.2. Ukur distansia spinarum
6.3. Ukur distansia cristarum
6.4. Ukur boudeloque
6.5. Ukur lingkar panggul
7. Pemeriksaan perkusi
7.1. Atur posisi pasien duduk senyaman mungkin
7.2. Ketuk daerah patella
8. Catat hasil pemeriksaan pada KMS ibu
9. Buat diagnosa/ kesimpulan

6. Unit Ruang ANC


terkait
7. Dokumen Rekam menik
terkai

Standar 5 : Palpasi Abdominal

SOP PALPASI ABDOMEN

1. Pengertian Palpasi abdomen merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu hamil untuk
menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan palpasi
leopold.

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas tentang penetapan standar prosedur


operasional pelayanan klinis di Puskesmas.
4. Referensi
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/MENKES/SK/2007 Tentang
standar asuhan kebidanan
5. Prosedur a. Alat
1. Alat tulis
2. Meteran
3. Sampiran
b. Bahan
1. Status pasien
6. Langkah- 1) Mencuci tangan
Langkah 2) Menyiapakan alat
3) Memberi salam kepada pasiendan sapa nama pasien
4) Memperkenalkan diri pada pasien
5) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien/keluarga
6) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
7) Memasang sampiran / menjaga privasi klien
8) Mempersiapkan klien ke tempat tidur dan membantu membuka pakaian
seperlunya
9) Menghangatkan kedua tangan dengan menggosok kedua telapak tangan
a. Menentukan palpasi leopold I
1. Memposisikan klien dengan lutut sedikit ditekuk dan petugas
menghadap ke wajah pasien
2. Menegakkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari
arah samping umbilical
3. Menentukan bagian janin yang ada di fundus, kedua tangan
meraba fundus kemudian menentukan TFU
b. Menentukan palpasi leopold II
Meletakkan tangan kedua di samping kanan kiri perut ibu untuk
menentukan letak punggung janin.
c. Menentukan palpasi leopold III
Meletakkan tangan kiri menahan fundus, tangan kanan meraba
bagian terbawah sudah masuk PAP
d. Menentukan palpasi leopold IV
a. Posisikan pasien dengan kedua kaki di luruskanteruji
menghadap kearah kaki klien.

b. Kedua tangan di letakkan pada posisi dibawah rahim dan


menilai seberapa jauh penurunannya.
10) Membantu pasien turun dan merapikan tempat tidur
11) Menulis/mencatat hasil leopold I,II,III,IV
12) Mengevaluasi hasil tindakan yang akan dilakukan
13) Berpamitan dengan pasien
14) Membereskan dan mengembalikan alat ketempat semula
15) Mencuci tangan
16) Mencatat kegiatan dalam lembaran catatan kebidanan
7. Unit terkait - Ruang ANC
- Ruang INC
8. Dokumen
- Rekam medik
terkait

Standar 6 : Pengelolaan Anemia

SOP PENGELOLAAN ANEMIA


1.Pengertian Pelayanan penanganan anemia pada ibu hamil
adalah penanganan dimana kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I
dan III atau kadar HB < 10,5 gr% pada trimester II

2. Tujuan Agar petugas mampu mengelola anemia pada


kehamilan
3. Kebijakan Berdasarkan penetapan kepala puskesmas tentang
standar dan kebijakan pelayanan ruangan KIA-KB
4.Referensi Buku saku pelayanan kesehatan ibu di Fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan, kementrian kesehatan
Republik Indinesia
5.Alat dan bahan Alat
1.Tensi meter
2. Stetoskop
3. Set pemeriksaan HB
4. RM ibu hamil

6.Langkah-langkah prosedur 1. Petugas melihat tanda kepucatan pada telapak


tangan, bibir dan sklera mata apakah sangat
pucat atau agak pucat
2. Petugas melakukan kolaborasi dengan petugas
laboratorium untuk melakukan pemeriksaan
kadar HB
3. Petugas mengklasifikasikan anemia berat,
anemia ringan, dan tidak anemia
4. Petugas memberikan suplementasi besi dan asm
folat. Tablet yang saat ini yang banyak tersedia
dipuskesmas adalah tablet tambah darah yang
berisi ferro sulfat eksikatus 200 mg ( setara
dengan 60 mg besi elemental ) dan 250µg asam
folat
5. Petugas memberikan suplementasi TTD 2 kali
sehari selama 90 hari
6. Petugas mengevaluasi setelah 90 hari pemberian,
apabila ada perbaikan lanjutkan pemberian
tablet sampai 42 hari pasca salin
7. Petugas melakukan rujukan kepusat pelayanan
yang lebih tinggi apabila selama 90 harri
pemberian TTD kadar hemoglobin tidak
meningkat untuk mencari penyebab anemia
8. Petugas memberikan KIE pada pasien tentang
anemia
7. Unit terkait  Poli umum
 Poli gizi
 Poli KIA
 Poli
 Apotik
 Laboratorium

8. Dokumen terkait  Rekam medis


 Laboratorium
 Register rawat jalan, rawat inap
 Resep
 Rujukan internal
9. Rekaman historis perubahan

Standar 7 : Pengelola dini hipertensi dalam kehamilan


SOP PENGELOLA DINI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
1. Pengertian Pengelola dini hipertensi dalam kehamilan merupakan
Tindakan yang dilakukan pada ibu hamil yang mengalami
hipertensi ( tekanan darah > 140/90 mmhg atau peningkatan
tekanan diastolic 15 mmhg atau lebih)
2. Tujuan Untuk mencegah kejadian preeklamsia pada ibu hamil
3. Kebijakan Keputusan kepala puskesmas tentang layanan klinis yang
menjamin kesinambungan layanan
4. Referensi Standar pelayanan kebidanan
5. Prosedur/ Langkah-langkah 1. Menjelaskan kepada ibu tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan
2. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap
pemeriksaan kehamilan
3. Mengukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu
hamil duduk atau berbarig dengan posisi yang sama
pada tiap kali pengukuran
4. Mencatat tekanan darah, jika tekanan darah diatas
140/90 mmHg atau peningkatan diastole 15 mmHg atau
lebih (sebelum 20 mg ) ulangi pengukuran tekanan
darah dalam 1 jam. Bila tetap, maka berarti ada
kenaikan tekanan darah. Periksa kuoe pragtes fagugai
kaji keluhan subjektif seperti sakit kepala, penglihatan
kabur, nyeri pada ulu hati.
5. Segera rujuk ibu hamil kerumah sakit jika :
 Tensi >160/110 mmHg
 Kenaikan tekanan darah terjadi secara tiba-tiba
 Berkurangnya air seni (sedikit dan berwarna
gelap )
 Edema berat yang timbul mendadak, khususnya
pada wajah/daerah sacral/punggung bawah atau
proteinuria
 Catat : Jika ibu dirujuk diberikan bolus MgSO4
2 g IV dilanjutkan dengan MgSO4 4 g IM setiap 6 jam
dan nifedipine 10 mg peroral dilanjutkan 10 mg setiap 4
jam
6. Jika tekanan dara naik namun tidak ad edema,
sedangkan rujukan belum bisa dilaksanakan, maka
pantaula tekanan darah, periksa urine terhadap
proteinuria dan denyut jantung janin dengan seksama
pada keesokan harinya atau sesudah 6 jam beristirahat.
7. Jika tekanan darah tetap naik, rujuk untuk pemeriksaan
lanjutan walaupun tak ada edema atau proteinuria.
8. Jika tekanan darah kembali normal, atau kenaikannya
<15mmHg :
 beri penjelasan pada ibu hamil, suami/ keluarga
tentang tanda-tanda eklamsia yang mengancam,
khususnya sakit kepala, pandangan kabur nyeri ulu hati
dan oembengkakan mendadak pada kaki,
punggung/wajah
 Jika tanda tersebut ditemukan, segera rujuk ke
rumah sakit.
9. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan kondisi ibu
10. Melakukan dokumentasi

6.Unit terkait 1. Dokter umum


2. Petugas laboratorium
7.Dokumen terkait Rekam medik
8.Rekaman historis perubahan

Standar 8 : Persiapan persalinan


PERSIAPAN PERSALIANAN
1.Pengertian Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
pengeluaran hasil konsepsi setelah pembuahan berumur lebih dari 37 minggu
dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
2.Tujuan membantu persalinan supaya bersih dan aman, serata mencegah terjadinya
komplikasih dalam persalinan
3.Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas tentang penetapan
standar prosedur oprasional layanan klinis di puskesmas
4.Referensi Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran (2006)
1. Langka- I.Mengenal gejala dan tanda kala II
langka 1. Mendengar melihat adanya tanda persaliana kala dua ibu merasakan
adanya dorongan kuat untuk meneran ibu merasakan tekanan
rektumdan vagina semakin meningkat perineum tampak menonjol
vulva dan sfingter anai membuka.
II.Menyiapkan pertolongan persalianan
2. 2.Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan
bayi baru menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai didalam partus set
3. Memakai celemek plastik
4. Melepsakan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan
tangan dengan handuk bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. 6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik ( gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT dan steril), pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik.
III.Memastikan pembukaan lenkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan vulpa dan perineum, dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas atau kasa dengan dibahasi air DTT jika introitus
vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja bersihkan dengan
seksama bang kasa atau kapas pembersih ( terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia ganti jika sarung tangan terkontaminasi, lepas
dan redam larutan deterjen
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap. Bila selapu ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengakap lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
kemudian lepaskan dan rendam sarung tangan dalam posisis terbalik
selam 10 menit dalam larutan deterjen. Kemudian cuci tangan
10. Periksa denyut jantung (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus
untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/ menit )
mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal
mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil penilaian serta asuhan pada partograf.
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan untuk
meneran
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam melakukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin dan
dokumentasikan tenuan yang ada
- Jelaskan pada anggota keluarga bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat kepada ibu untuk
meneran secara benar
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi untuk
meneran. (bila ada rasa untuk meneran dan terjadi kontraksi yang
kuat, bantu ibu untuk keposisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu meneran nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran :
- Bimbing ibu untuk meneran secara benar
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nayaman sesuia
dengan pilihannya
- Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
- Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat
untuk ibu
- Beri cukup asupan cairan per oral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
14. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
4.Unit terkait 1.Laboratorium
2.Instalasi rawat inap
3.Rawat jalan`
4.IGD
5.Dokumen 1.Rekam medik
terkait

3.Standar Pertolongan persalinan ( 4 standar )

Kala I Persalinan adalah persalinan yang dimulai sejak uterus berkontraksi


1. Pengertian minimal 2 kali dalam 10 menit berlangsung minimal 40 detik dan menjadikan
penipisan serta pembukaan serviks dari pembukaan 1 cm sampai 10 cm

2. Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan kala I persalinan

Keputusan Kepala Puskesmas tentang penetapan


3. Kebijakan
standar prosedur oprasional layanan klinis di puskesmas

Buku Panduan APN (Asuhan Persalinan Normal), Kemenkes, 2009


4. Referensi
5. Alat Dan 1. 2 Klem
Bahan 2. Gunting Episiotomi
3. ½ Kocher
4. Gunting Tali Pusat
5. Pengikat Tali Pusat
6. Folley Kateter
7. 2 Pasang Sarung Tangan Steril
8. Kasa Steril
9. Penghisap Lendir
10. Spuit 3 Cc
11. Partograf
12. Status Ibu
13. Formulir Rujukan
14. Alat Tulis
15. Termometer
16. Metelin
17. Bengkok
18. Doppler
19. Jam
20. Stetoskop
21. Tensimeter
22. Sarung tangan rumah tangga 1 pasang
23. Larutan klorin 0,5% dalam wadah
24. Air DTT dalam wadah
25. Masker, kacamata, alas kaki, celemek
26. Tempat plasenta
27. Tempat sampah basah dan kering
28. Waslap
29. Perlengkapan resusitasi bayi
30. Oxytocin
31. Cairan Infus RL
32. Infus set
33. Abocath no 20 G
34. Vitamin K
35. Salep mata
36. Pakaian Bayi
37. Pakaian Ibu
38. Jarit Ibu
6. Langkah- 1. Petugas menyiapkan rekam medis pasien
Lankah
2. Petugas mempersilahkan ibu untuk tidur terlentang
3. Petugas melakukan anamnese untuk penapisan
4. Petugas mencuci tangan
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik (Tekanan Darah, Nadi, Suhu,
Pernapasan, Inspeksi, Palpasi, DJJ, His dan Pemeriksaan dalam)
6. Petugas memberitahu hasil pemeriksaan
7. Petugas mencatat hasil pemeriksaan
8. Petugas melakukan evaluasi kemajuan persalinan, keadaan janin dan ibu
setiap 4 jam atau jika ada indikasi bisa kurang dari 4 jam
9. Petugas menyiapkan alat persalinan
10. Petugas menganjurkan ibu untuk jalan-jalan apabila keadaan masih
memungkinkan
11. Petugas menganjurkan ibu untuk makan minum yang cukup
12. Petugas menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK
13. Petugas meminta suami atau keluarga untuk mendampingi pasien dalam
masa persalinan.
14. Petugas meminta ibu untuk memberitahu petugas bila ibu merasa ingin
mengejan.
7. Hal-Hal yang - Pencegahan inveksi
Perlu - Pertolongan persalinan aman, ibu sehat bayi selamat
Diperhatikan
8. Unit Terkait RuangPersalinan

1. Rekam Medis
2. Buku Register
9. Dokumen
3. Status Pasien
Terkait
4. Partograf
5. Buku KIA

10. Rekaman
Historis
Perubahan

Standar 9 : Asuhan persalinan kala I


SOP ASUHAN PERSALINAN KALA I

Standar 10 : Persalinan kala II yang aman

SOP PESALINAN KALA II

1. Pengertian Persalinan yang berlangsung dari pembukaan lengkap sampai lahirnya


seluruh tubuh janin (kala pengeluaran).

a. Mendeteksi dini kelainan


2. Tujuan
b. Membantu ibu dalam proses persalinan

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tentang Penetapan Standar Prosedur


Operasional Layanan Klinis di Puskesmas

4. Referensi Buku Pelatihan Asuhan Persalinan Normal,Jakarta,2008.


Alat :
a. Bak Instrument
b. Kom Kecil
c. Nierbecken
d. Pengisap Lendir
e. Doppler
f. Penjepit Tali Pusat
Bahan :
a. Ember berisi
- Larutan clorin 0,5 %
5. Prosedur - Air DTT
b. Kasa steril
c. Kapas savlon (DTT)
d. Underpad
e. Handscoon steril
f. Alat APD
- Topi / penutup kepala
- Kacamata
- Masker
- Celemek
- Sepatu boot
1. Pastikan pasien dalam masa persalinan kala II dengan mengamati tanda
dan gejala kala II :
a. Pasien merasa ingin mengejan bersama dengan terjadinya kontraksi
b. Adanya tekanan di rectum dan vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva dan spingter ani membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
2. Menyiapkan alat dan dekatkan
3. Penolong memakai APD (Alat Pelindung Diri)
4. Cuci tangan
5. Pasang sarung tangan steril
6. Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan yang akan
dilakukan
7. Memastikan pembukaan lengkap
a. Bersihkan vulva dan labia mayora dengan kapas DTT
b. Buka sarung tangan yang sudah terkontaminasi dan rendam dalam
larutan clorin 0,5%
c. Pasang sarung tangan steril
6. Langkah- d. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap,
Langkah dan menilai apakah ketuban masih utuh atau tidak, bila ketuban masih
utuh, pecahkan ketuban dengan klem ½ koher
e. Membuka sarung tangan dan rendam dalam larutan clorin 0,5%
8. Menghitung DJJ
9. Apabila kepala bayi membuka vulva 5-6 cm, pasang underpad dibawah
bokong ibu
10. Atur posisi ibu
11. Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiah selama
berkontraksi
12. Melahirkan kepala dengan cara tangan kanan dan tangan kiri menahan
kepala bayi supaya tidak terjadi defleksi maksimal
13. Setelah kepala bayi lahir, periksa leher bayi apakah ada lilitan tali pusat,
jika ada longgarkan tali pusat dan lepaskan melalui bagian atas kepala
bayi
14. Jika lilitan tali pusat kencang, klem tali pusat pada 2 tempat kemudian
potong
15. Melahirkan bahu setelah terjadi putaran paksi luar dengan cara pegang
kepala bayi secara biparietal, kemudian menarik kebawah untuk
melahirkan bahu depan (Anterior) dan menarik keatas untuk melahirkan
bahu belakang (Posterior)
16. Kemudian melahirkan seluruh tubuh bayi dengan sanggah susur, dengan
cara :
a. Tangan menyangah tubuh bayi
b. Tangan atas mengendalikan tangan dan siku bayi bagian depan
c. Tarik secara lembut lurus keluar
17. Memotong tali pusat dengan menggunakan klem, melakukan penjepitan
tali pusat 3-5 cm dari dinding perut bayi, lakukan penjepitan kedua
dengan jarak 2 cm dari klem pertama, kemudian lakukan pemotongan tali
pusat.
18. Lap tubuh bayi dan ganti dengan selimut yang kering
19. Beritahu ibu kondisi bayi
20. Rapikan alat dan rendam dalam larutan clorin 0,5%
21. Cuci tangan
22. Dokumentasi
7. Hal-Hal
Yang Perlu Keadaan umum pasien
Diperhatikan

8. Unit Terkait Kamar Bersalin

9. Dokumen
Rekam medik
Terkait

10. Rekam
Historis
Perubahan

Satandar 11 : Penatalaksanaan aktif Persalinan kala III

SOP PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III


1. Pengertian Suatu tindakan intervensi segera setelah bayi lahir untuk melahirkan plasenta
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan manajemen
kala III
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Tentang Penetapan Standar Prosedur Operasional
Layanan Klinis di Puskesmas

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/MENKES/SK/2020 Tentang


Standar Asuhan Kebidanan
Persiapan alat :
5. Alat Dan a. Sepasang sarung tangan
Bahan b. Okcytocin 10 u
c. Spoit 3 cc
1. Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Segera setelah bayi lahir injeksi 10 u oksitosin IM
3. Lakukan perenggangan tali pusat terkendali
4. Lahirkan plasenta dengan tangan kanan merenggangkan tali pusat, tangan
kiri diatas simpisis menekan uterus kearah dorcokranial
5. Setelah plasenta lahir lakukan putaran searah jarum jam untuk mencegah
6. Langkah- tertinggalnya selaput ketuban
Langkah 6. Setelah plasenta dan selaput ketuban lahir seluruhnya, lakukan massase
uterus sambil memeriksa kelengkapan kotiledon plasenta
7. Periksa tanda-tanda vital pasien dan observasi dan kontraksi uterus dan
perdrahan pervaginam
8. Merendam alat dalam larutan klorin 0,5%
9. Mencuci tangan
10. Dokumentasikan hasil tindakan
7. Hal Yang - Sebelum melakukan MAK III, pastikan tidak ada janin kedua
Harus - Jangan sekali-sekali melakukan tarikan paksa pada tali pusat dan
Diperhatika mendorong fundus uteri.
n - Setelah langkah f, jika ada luka robekan jalan lahir dilanjutkan dengan
heacting
8. Unit Terkait Ruang bersalin
9. Dokumen Rekam medik
Terkait
10. Rekaman
Historis
Perubahan

Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi

SOP PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT JANIN MELALAUI EPISIOTOMI


1.Pengertian Episiotomi adalah pemotongan kulit dan otot antara vagina dan anus saat
kelahiran
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melebarkan jalan lahir sebagai
cara untuk mempercepat kala II saat persalinan.
3.Kebijakan SK Kepala puskesmas mencoba jenis pelayanan ( pelayanan KIA)

4.Referensi Buku acuan dan panduan Asuhan Persalinan normal dan inisiasi menyusui dini
tahun 2008
5. Prosedur 1.Alat :
a. Gunting episiotomi 1 unit
b. Sarung Tangan steril/DTT 1 pasang
2. Bahan :
a. Lidocain 1% 1 ampul
b. Spuit 10 cc 1 buah
c. Betadine 1 botol
d. Kasa steril
6.Langkah- 1. Petugas mempersiapkan alat
langkah 2. Petugas cuci tangan
3. Petugas memberitahu ibu tindakan yang akan
dilakukan
4. Petugas memakai sarung tangan
5. Petugas menghisap larutan lidocain 1% kedalam
spuit 3 cc
6. Petugas meletakkan dua jari kedalam vagina
diantara kepala bayi dan perineum
7. Petugas memasukkan ditengah fourchettedan
mengarahkan jarum sepanjang tempat yang akan
diepisiotomi
8. Petugas mengaspirasi (tarik batang penghisap )
untuk memastikan bahwa jarum tidak mengenai
wadah darah
9. Petugas menarik jarum perlahan sambil
menyuntikkan lidocain
2. Petugas menarik jarum bila sudah kembali ke titik awal asal jarum suntik
ditusukkan
3. Petugas memastikan perineum sudah tips dan bersih serta kepala bayi 3-4
cm sudah terlihat introitus vagina
4. Petugas memasukkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan
perineum
5. Petugas menggunakan kedua jari untuk memberi sedikit tekanan lembut
searah cahaya bulan pada perineum
6. Petugas menempatkan gunting ditengah-tengah fourchette nanti dan
gunting mengarah kesudut yang diinginkan mediolateral
7. Petugas menggunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral,
dan melakukan palpasi untuk memastikan tidak melukai jari ani eksternal
8. Petugas mengendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk
melebarkan episiotomi
9. Setelah bayi lahir dan plasenta lahir, petugas memeriksa dengan hati-hati
bagian luka episiotomi perineum, dan vagina. Kemudian petgas
melakukan penjahitan untuk menutup luka di perineum
10. Petugas cuci tangan
11. 19. Petugas melakukan dokumentasi
7.Hal-hal yang 1. Pencegahan infeksi
perlu 2. Pencegahan ruptur derajat III dan IV
diperhatikan 3. Pencegahan trauma bekas persalinan
8.Unit terkait 1. Poskeses
2. Puskesmas
3 Rumah sakit
9.Dokumen 1. PCOS persalinan
terkait 2. Partograf
10.Rekaman
historis
perubahan

4.Standar Pelayanan Nifas ( 3 standar )


Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir

1.Pengertian Asuhan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir pada jam pertama setelah
kelahiran.
2.Tujuan Sebagai acuan dalam perawatan Bayi Baru Lahir di Ruang Kamar Bersalin di
Puskesmas Mamasa.

3.Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tentang Penetapan Standar Prosedur


Operasional Layanan Klinis di Puskesmas

4.Referensi KEMENTERIAN KESEHATAN RI,2011.Buku Saku Pelayanan Kesehatan


Neonatal Esensial.Jakarta

Alat :
g. Timbangan bayi
h. Meteran (pengukur panjang badan bayi)
i. Bak stempel
j. Spoit 1 cc
Bahan :
a. Surat keterangan kelahiran
5.Prosedur b. Salep mata
c. Pakaian bayi terdiri dari :
- Baju bayi 1 buah
- Popok bayi
- Bedong / kain bayi 2 buah
d. Vitamin K injeksi
e. HB 0
f. Kapas DTT

1. Mencuci tangan
2. Keringkan dan bersihkan bayi dengan kain / bedong yang bersih
3. Timbang berat badan bayi
4. Ukur panjang badan bayi
5. Kenakan pakaian bayi
6.Langkah- 6. Selimuti kembali bayi dengan kain sehingga menutupi sebagian kepala
Langkah bayi
7. Berikan suntikan vitamin K
8. Berikan salep mata bayi kiri dan kanan
9. Berikan imunisasi hepatitis B injeksi IM 2 jam setelah kelahiran
10. Berikan bayi pada ibu untuk disusui
7.Hal-Hal
Yang Perlu Keadaan umum bayi
Diperhatikan
8. Unit terkait Unit persalinan dan kamar bayi

9.Dokumen Rekam medik


terkait

10.Rekaman
historis
perubahan

Standar 14. Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan


SOP PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAM SETELAH PERSALINAN
1.Pengertian Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi
ibu dan bayi, Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar
biasa.
2.Tujuan Untuk memantau perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas
untuk mengantisipasi komplikasi pada masa nifas
3.Kebijakan SK kepala puskesman tentang penetapan standar prodesur operasional
layanan klinis di puskesmas
4.Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/MENKES/SK/2020 Tentang Standar
Asuhan Kebidanan
5.Prosedur Alat :
- Sarung tangan
- Pengukur waktu
- Tensi meter
- Pengukur suhu
- Oksitosin 2-3 ampul
- Infus set

6.Langkah-langkah 1.Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam


 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan
sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
1. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan nilai
kontraksi uterus
2. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
3. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
4. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan
5. Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
6. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh (36,5-37,5 ͦ)
7. 5.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan deterjen
untuk dekontaminasi (10 menit), cuci dan bilas peralatan setelah
dekontaminasi
8. 6.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang
sesuai
9. 7.Bersihkan ibu dengan air bersih, bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah.Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
10. 8.Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI,
anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makanan yang
diinginkan
11. 8.Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
12. 9.Lepas sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
13. 10.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
14. 11.Lengkapi dokumentasi dan partograf.
7.Hal-hal yang - Perdarahan
perlu diperhatikan - Kontaksi uterus
- Suhu tubuh
8.Unit terkait - Ruang kamar bersalin
- Petugas kamar bersalin
- Dokter puskesmas
9.Dokumentasi - Rekam medik
10.Rekaman
historis perubahan

Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas


PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA ASA NIFAS
1.Pengertian Pelayanan kesehatan ibu dan bayi adalah pelayanan kesehatan standar pada
ibu dan bayi mulai 6 jan sampai 42 hari pasca bersalin
2.Tujuan Pemantauan perubahan fisiologis masa nifas dan mencegah terjadinya infeksi
3.Kebijakan
4.Prosedur 1.kunjungan masa nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari
setelah persalinan
a. cuci tangan dengan sabun di air mengalir
b. lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu)
c. lakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri
d. lakukan pemeriksaan lochia dan pengeluaran cairan lainnya
e. lakukan penilaian fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit
kepala dan nyeri punggung.
f. tanyakan kepada ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan
yang didapatkannya dari keluarga, pasangan dan masyarakat untuk perawatan
bayinya.
g. anjurkan ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan
salah satu tanda berikut:
a. Perdarahan berlebihan
b. Sekret vagina berbau
c. Demam
d. Nyeri perut berat
e. Kelelahan atau sesak
f. Bengkak di tangan, wajah dan tungkai
g. Nyeri payudarah, bengkak, luka, atau perdarahan putting.
h. Berikan informasi kepada ibu perlunya kebersihan diri.
i. lakukan pemeriksaan payudara dan anjurkan untuk pemberian ASI
j. Berikan kapsul vitamin A yang ke dua
k. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
l. Anjurkan ibu untuk tetap melakukan mobilisasi
m. Anjururkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi
n. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
o. Lakukan pencatatan dan pelaporan dokumentasi
2.Kunjungan nifas kedua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
setelah persalinan.
a. Cuci tangan dengan sabun di air mengalir
b. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu).
c. Lakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri
d. Lakukan pemeriksaan lochia dan pengeluaran cairan lainnya
e. Lakukan penilaian fungsi berkemih
f. Tanyakan kepada ibu mengenai suasana emosi
g. Ajarkan ibu cara memandikan bayi dengan benar
h. Lakukan pemeriksaan payusara dan anjurkan pemberian ASI
esklusif
i. Anjurkan ibu cara menysui dengan benar

3.kunjungan nifas ketiga dalam waktuhari ke-29 sampai dengan hari ke-42
setelah persalinan
a. Cuci tangan dengan sabun di air mengalir
b. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu).
c. Lakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri
d. Lakukan pemeriksaan lochia dan pengeluaran cairan lainnya
e. Lakukan penilaian fungsi berkemih
f. Tanyakan kepada ibu mengenai suasana emosi
g. Ajarkan ibu cara memandikan bayi dengan benar
h. Lakukan pemeriksaan payusara dan anjurkan pemberian ASI esklusif
i. Anjurkan ibu cara menysui dengan benar

6.Unit terkait Peskesmas perawatan, poskesdes dan bidan desa


7.Dokumen Rekam medik
terkait

5.Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal ( 9 standar )


Standar 16. Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III
SOP PENANGANAN PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN PADA TRIMESTER III
1.Pengertian Bidan menangani secara cepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya
2.Tujuan Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat, perdarahan dalam
trimester III kehamilan
3.Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas no.800.SK/VII/87/04/2017 Tentang
kebijakan layanan klinis
4.Referensi Buku saku pelayanan kesehatan ibu difasilitas kesehatan rujukan dasar,
kemenkes RI Jakarta 2014
5.Prosedur/langkah- Alat dan bahan
langkah 1. Sabun
2. Air bersih yang mengalir
3. Handuk bersih
4. Spuit
5. Infus set
6. Abocath no 16 atau 18 G
7. Cairan RL atau Nacl 0,9%
8. Sarung tangan bersih 3 pasang
Langkah-langkah
1. Cuci tangan dengan sabun dan dengan air yang mengalir,
kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk
bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan
pasien, gunakan sarung tangan bersih kapanpun memegang benda
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan
2. Memeriksa dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahan
dari jalan lahir
3. Memberikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan
dari jalan lahir sebelum bayi lahir kepada ibu suami dan keluarga
4. Melakukan penilaian KU ibu dan perkiraan usia kehamilannya
5. Jangan melakukan pemeriksaan dalam ( Perdarahan diatas usia
kehamilan 22 minggu biasanya karena plasenta previa periksa
dalam akan memperburuk perdarahan )
6. Rujuk ibu yang mengalami perdarahan pervagina pada trimester
III ke RS/RB/dr.SpOG terdekat
7. Jika ada tanda dan gejala syok atau ibu mengalami perdarahan
hebat segera rujuk dengan berikan pertolongan pertama:
7.1 Baringkan ibu dengan posisi miring kesisi kiri dan ganjal
tungkainya dengan bantal
7.2 Berikan cairan IV Nacl 0,9 % atau RL menggunakan jarum
16 atau 18 G. Infus diberikan dengan tetesan cepat sesuai
kondisi ibu hingga denyut nadi ibu membaik
7.3 Dampingi ibu ketempat rujukan. Periksa dan catat dengan
seksama tanda –tanda vital setiap 15 menit sampai tiba di
RS/tempat rujukan.
7.4 Selimuti aibu dan jaga agar tetap hangat selama perjalanan
ketempat rujukan jangan membuata ibu kepanasan
8. Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah, dengan
cara tepat dengan menimbang semua bahan yang terkena darah
9. Membuat catatan lengkap ( keterangan mengenai perdarahan )
10. Mendampingi ibu hamil yang dirujuk ke RS dan minta keluarga
yang akan menjadi pendonor darah untuk ikut serta

6.Unit terkait Semua unit terkait


7.Hal-hal yang Keadaan umum ibu
perlu diperhatikan
8.Dokumen terkait 1. Buku register pasien
2. Rekam medis
3. Buku KIA
4. Kartu ibu
5. Kohort ibu hamil

Standar 17 : Penanganan kegawatan pada eklamsia


SOP PENANGANAN KEGAWATAN PADA EKLAMSI
1.Pengertian Eklamsia adalah kelainan akut pada preeklamsia ringan atau berat, dalam
kehamilan, persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
dengan atau tanpa penurunan kesadaran ( gangguan sistem saraf pusat )
2.Tujuan Tujuan umum :
Melakukan penilaian klasik, klasifikasi dan penata laksanaan serta
mencegah komplikasi.
Tujuan khusus :
1. Mencegah tanda dan gejala hipertensi karena kehamilan dan
menentukan diagnosis yang paling mungkin dalam hubungan
dengan hipertensi yang dpicu karena kahamilan
2. Melakukan penatalaksanaan preeklamsia/eklamsia dan hipertensi
kronik pada ibu hamil
3. Melakukan pemberian obat anti kejang (magnesium sulfat dan
diazepam ) serta obat antihipertensi penatalaksanaan preeklamsia
berat eklamsi
3.Kebijakan SK kepala puskesmas 2016 tentang upaya untuk medeteksi sedini
mungkin komplikasi hipertensi karena kehamilan di UPT puskesmas
4.Referensi Buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan neo natal, yayasan bina
pustaka Sarwono Prawirohardjo, jakarta 2006
5.Alat dan bahan 1. Cairan infus RL
2. MGSO4
3. Pengisap lendir
4. Spuit
5. Spatel aire
6. Informet consen
7. Surat rujukan
6.Prosedur Pengobatan medicine
1. Infus cairan RL
2. Pemberian obat MgSO4
Cara pemberian MgSO4 sama dengan preeklamsi berat bila timbul
kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2 gr MgSO4 40 %IV
selama 2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian
berakhir. Dosis tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja
Perawatan pasien dengan serangan jantung
 Masukkan spatel aire kedalam mulut pasien
 Kepala direndahkan lendir diisap
 Rujuk kerumah sakit
7.Unit terkait 1. Bidan ruang bersalin puskesmas
2. Dokter puskesmas
8.Dokumenterkait Buku KIA
Hasil anamnesa :
1. Umur kehamilan > 20 minggu
2. Hipertensi
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. Penglihatan kabur
6. Nyeri kepala hebat
7. Nyeri ulu hati
Hasil pemeriksaan fisik
1. Kesadaran berkurang sampai koma
2. Tanda vital TD > 140/90 mmHg
3. Proteinuria minimal 1+
4. Penurunan kesadaran tanpa isertai kejang

Standar 18 : Penanganan/Pertolongan kegawatan pada partus lama atau macet


SOP Penanganan kegawatan pada partus lama atau macet
1.Pengertian Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi (persalinan
lama)

2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan penanganan


partus lama.
Surat Keputusan Kepala Puskesmas No.G48./SK/PKM-MS/2017 Tentang
3.Kebijakan Penetapan Standar Prosedur Operasional Layanan Klinis di Puskesmas
Mamasa

4.Referensi Keputusan Menteri Kesehatan No. 938/Menkes/SK/2007 tentang Standar


Asuhan Kebidanan

Alat dan Bahan :


a. Partograf
b. Alat pengukur tanda-tanda vital
c. Doppler
5.Prosedur
d. Jam
e. Set infuse
f. Cairan RL
g. Abocath
6.Langkah- 1. Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda
Langkah vital dan tingkat hidrasi
2. Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam garis
waspada atau garis bertindak
3. Perbaiki keadaan umum dengan :
a. Dukungan emosi, perubahan posisi (sesuai dengan penanganan
persalinan normal)
b. Periksa keton dalam urin dan berikan cairan, baik oral maupun
parenteral dan upayakan buang air kecil (kateterisasi hanya kalau
perlu)
c. Jika tidak ada tanda-tanda disporsi sefalopelvik atau obstruksi atau
ketuban masih utuh, pecahkan ketuban
4. Nilai his.
a. Jika his tidak adekuat(kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya
lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya inersia uteri.
b. Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40
detik), pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi, malposisi atau
malpresentasi.
5. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat
kemajuan persalinan.
7.Hal-Hal
Yang Perlu Keadaan umum pasien
Diperhatikan

8.Unit Terkait Ruang bersalin

9.Dokumen
Rekam medik
Terkait
10.Rekam
Historis
Perubahan

Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Eksraktor

VAKUM EKSTRAKTOR
1.Pengertian Suatu tindakan percepatan persalinan dengan penggunaan vakum
ekstraktor
2.Tujuan Sebagai acuan pemberian pelayanan pada pasien
3.Kebijakan Undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
4.Prosedur 1.indikasi
Kala II lama lama dengan presentasi belakang kepala atau vertek
2.kontra indikasi
 -Malpresentasi
 -panggul sempit (CPD)
3.syarat khusus
 pembukaan lengkap
 presentasi belakang kepala
 janin cukup bulan
 kepala d hodge III-IV
4.persiapan
 persetujuan tindakan medis
 persiapan alat-alat: untuk ibu, untuk penolong, (operator dan
asisten), untuk bayi
 Pencegahan infeksi sebelum tindakan
5.Tindakan
 periksa dalam untuk menilai posisi kepala bayi dengan
meraba sutura sagitalis dan ubun-ubun kecil posterior
 -masukkan mangkok vakum melalui intriotus vagina secara
miring dan pasang pada kepala bayi dengan titik tengah
mangkok pada sutura sagitalis 1 cm dari UUK
 -Nilai apakah perlu episiotomi, jika episiotomi tidak
diperlukan pada saat pemasangan mangkok mungkin akan
diperlukan pada saat perineum meregang ketika bayi akan
lahir
 -pastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit
 -pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau negativ dan
periksa aplikasi mangkok mangkok tunggun2 menit lagi.
 -periksa apaka ada vagina yang terjepit, jika ada turunkan
tekanan dan lepas bagian yang terjepit
 -setelah menmencapai tekanan negativ yang maksimal
lakukan tarikan searah dengan sumbu panggul dan tegak lurus
pada mangkok
 -tarikana dilakukan pada puncak his dengan mengikuti sumbu
jalan lahir pada saat penariakn minta pasien meneran, posisi
tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam pada
mangkok, jari tengah pada kulit kepala bayi
 -Tarikan bias diulangi sampai 3 kali
 -saat supoksiput sudah berada dibawa simpisis arahkan
tarikan ke arah atas secara berturut-turut lahir dahi, muka dan
dagi. Segera lepaskan mangkok vakum dengan membuka
tekanan negativ

5.Unit terkait Kamar bersalin, Dokter spesialis obstetri ginekologi


Standar 20. Penanganan retensio plasenta

SOP PENANGANAN RETENSIO PLASENTA

1.Pengertian Tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan
post partum primer atau perdarahan post partum sekunder

2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan penanganan rest


plasenta

3.Kebijakan
SK Kepala Puskesmas tentang penerapan Standar Prosedur Operasional

4.Referensi Keputusan menteri kesehatan No.938/Menkes/SK/2007 tentang standar asuhan


kebidanan
Alat dan Bahan
4. Infuset Makro
5. Abocath
5.Prosedur 6. Cairan RL
7. Hanscond
8. Kasa
9. Betadine

1. Melakukan informed concent tentang tindakan yang akan dilakukan


2. Cuci tangan
3. Siapakan alat dan bahan yang akan digunakan
4. pasang handscoon
5. Pantau perdarahan
6.Langkah- 6. Lakukan eskporasi manual uterus menggunakan teknik yang serupa
Langkah dengan teknik yang dugunakan untuk mengeluarkan plasenta yang tidak
keluar
7. Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta
8. Keluarkan sisa plasenta dengan tangan
9. Pantau perdarahan

7.Hal-Hal
Yang Perlu Jika perdarahan tidak berhenti, rujuk
Diperhatikan
8.Unit Terkait Ruang Bersalin
9.Dokumen
Rekam Medik
Terkait

10.Rekaman
Histori
Perubahan

Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer


SOP PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER
1.Pengertian Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan yang
tepat pada ibu yang mengalami perdarahan post parum primer
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk bidan mampu
mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan ( perdarahan post partum primer ) dan segera melakukan
pertolongan pertama kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan
3.Kebijakan Keputusan kepala puskesmas tentang layanan klinis yang menjamin
kesinambungan layanan
4.Referensi Peraturan Mentri Kesehatan No. 514 Tahun 2015 Tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tinggi
Pertama.
5.Langkah- Prosedur :
langkah Bidan harus :
a. Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum primer
b. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan
masase uterus supaya berkontraksi, untuk mengeluarkan
gumpalan darah, sambil melakukan masase fundus uteri periksa
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan
lengkap.
c. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir sebelum memberikan perawatan, gunakan sarung
tangan DTT/steril untuk semua periksa dalam, dan gunakan
sarung tangan kapanpun, menangani benda yang terkontaminasi
oleh darah dan cairan tubuh.
d. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontaksi baik :
 Berikan 10 unit oksitosin IM.
 Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi dengan
menggunakan tehnik aseptik, pasang kateter kekandung
kemih
 Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan
seksama menggunakan lampu yang terang. Jika
sumberperdarahan sudah diindetifikasi, klem dengan
porcep arteri dan jahit laserasi dengan menggunakan
anastesi lokal menggunakan teknik aseptik.
e. Jika uterus mengalami atonia uteri, atau ooerdarahan terus
terjadi :
 Berika 10 unit oksitosin IM.
 Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan
darah. Periksa lagi apakah plasenta utuh dengan tehnik
aseptik, dengan menggunakan sarung tangan DTT/steril,
usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
 Jika kandung kemih ibu bisa di palpasi, gunakan tehnik
aseptik untuk memasang kateter kedalam kandung kemih.
 Gunakan sarung tangan DTT\ steril, lakukan kompres
bimanual internal maksimal 5 menit atau hingga
perdarahan bisa dikendalikan dan uterus bisa berkonraksi
dengan baik.
 Anjurkan keluarga untuk mulai mempersiapkan
kemungkinan rujukan.
 Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus dapat
berkontraksi dengan baik: teruskan kompresi bimanual
selama 1-2 menit atau lebih, pantau kala 4 persalinan
dengan seksama, termasuk sering melakukan masase
uterus untuk memeriksa atonia, mengapati perdarahan
dari vagina, tekanan darah dan nadi.
 Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak
terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5
menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus.
 Jika uterus tetap atonia dan atau perdarahan terus
berlangsung: ulangi kompresi bimanual internal.
 Jika uterus tidak berkontraksi, rujik segera ke tempat
dimana operasi bisa dilakukan
 Dampingi ibu ketempat rujukan. Truskan infus IV dengan
kecepatan 500cc/jam.
f. Jika ibu menunjukan tanda dan gejala syok rujuk segera dan
lakukan tindakan berikut ini :
 Jika IV belum di berikan, mulai berikan dengan instruksi
seperti tercantum d atas.
 Pantau dengan cermat tanda-tanda vital ibu,setiap 15
menit pada saat perjalanan ke tempat rujukan.
 Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan
ibu tetap terbuka dan meminimalkan resiko aspirasi jika
ibu muntah
 Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuat
ibu kepanasan
 Jika mungkin naikan kakinya untuk meningkatkan darah
yang ke jantung
g. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap
tidak ada maka kemungkinan terjadi rupur uteri. Hal ini juga
memerlukan rujukan segera ke rumahsakit
h. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah
kompresi aorta. Cara ini dilakukan pada keadaan darurat
sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
i. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur
denyut nadi, pernapadan dan tekanan darah.
j. Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian, semua
tindakan yang dilakauan dan semua pengobatan yang diberikan
termasuk surat pencatatan.
k. Jika syak tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk,
keterlamabatan akan berbahaya.
l. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus d amati dengan
ketat untuk gejala dan tanda infeksi. Berikan antibiotik jika
terjadi tanda-tanda infeksi.
Gejalah dan tanda syok berat :
 Nadi lemah dan cepat (110 x/menit atau lebih)
 Tekanan darah sangat rendah, tekanan sistolik <90 mmhg
 Nafas cepat (frekuensi pernafasan 30 x/menit atau lebih
 Urin <30 cc/menit
 Bingung gelisa atau pingsan
 Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah
 Pucat
Kompresi bimanual uterus ( dari dalam) :
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, lalu keringkan
dengan handuk bersih gunakan sarung tangan panjang dan
steril/DTT
 Letakan tangan kiri di atas fundus (menekan fundus uteri dari
luar)
 Masukan tangan kanan dengan hati-hati kedalam vagina dan
buat kepalan tinju.
 Kedua tangan di dekatkan secara bersama-sama menekan
uterus.
 Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih
lanju, bila diperlukan. Prinsipnya adalah menekan uterus
dengan cara manual agar terjadi hemostasis.
Kompresi manual pada aorta
Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada
perdrahan hebat dan jika kompresi luar tidak efektif
 Kompresi manual pada aorta adalah alternatif untuk
kompresi bimanual. Kompresi hanya boleh dilakukan
pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan
sedang dicari.
 Berikut ini adalah langkah-langkah kompresi manual
pada aorta:
-Lakukan tekanan kearah bawah dengan kepalan tangan
langsung emlalaui dinding perut atas aorta abdominal.
-Titik kompresi adalah tepat diatas psar dan sedikit kearah
kiri.
-Pulsasi aorta bisa dirakan dengan mudah melalui dinding
abdominal anterior pada periode pospartum segera.
- Dengan tangan yang lain, palpasi pulsai vemoralis untuk
memeriksa kekuatan kompresi
- Jika pulsasi bisa diraba selama kompresi, tekanan yang
digunakan tidak cukup kuat.
-Jika pulsasi vemoralis tidak dapat dipalpasi, tekanan
yang digunakan cukup.
-Teruskan kompresi hingga perdarahan bisa terkendali
-Jika kompresi aorta tidak mengtikan perdarahan,
bersiaplah untuk membawa ibu ketempat rujukan dengan
segera.
Ingat !
 Perdarahan sedikit mungkin menimbulkan syok pada ibu yang
menderita anemia berat ibu dapat kehilangan darah 350-560
cc/menit, jika uterusnya tidak berkontaksi setelah kelahiran
plasenta.
 Ibu dapat meninggal karena perdarahan post partum dalam waktu
satu jam setelah melahirkan. Karena itu penilaian dan penata
laksanaan yang cermat selama persalinan kala III dan IV sangat
penting
 Perdarahan sedikit demi sedikit dan terus menerus atau
perdarahan tiba-tiba adalah keadaan darurat, alakukantindakan
secara dini dan proaktif
 Syok harus segera diatasi dan cairan yang hilang harus diganti.
 Sedapat mungkin ibu dirujuk dengan anggota keluarganya yang
akan menjadi donor darah.
 Berikan suplementai zat besi setelah perdarahan.
 Perdarahan dapat terjadi kapan saja sesudah bayi lahir.
 Ruptura uteri dapat terjadi dalam persalinan tanpa tampak adanya
perdarahan keluar.
Jangan panik dalam menghadapi perdarahan post partum

6.Unit terkait Rawat inap, rawat jalan, UGD


7.Dokumen terkait Rekam medik
8.Rekaman
historis perubahan

Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder


SOP PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER
1.Pengertian Penanganan perdarahan post partum sekunder adalah tata cara
memberikan pertolongan pada perdarahn pervaginam yang terjadi lebih
dari 24 jam – 42 hari setelah melahirkan dengan jumlah perdarahan >
500 cc atau perdarahan yang disertai dengan gejala dan tanda-tanda
syok.
2.Tujuan Sebagai dasar atau acuan untuk mencari penyebab perdarahan yang
terjadi serta menstabilkan kondisi ibu agar mobiditas dan mortilitas ibu
dapat diturunkan.
3.Kebijakan SK Direktur no. : 3854/SK-DIR/RS-MHTP/XII/2018 Tentang
kebijakan penyelenggaraan PONEK 24 jam
4.Prosedur e. 1.Dokter melakukan pengkajian penyebab perdarahan
postpartum sekunder yang bisa disebabkan oleh:
a. sisa plasenta
b. endometritis
c. robekan jalan lahit
3. Dokter atau bidan melakukan masase segera setelah plasenta dan
selaput ketuban dilahirkan agar uterus berkontraksi (selama
maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpalan darah, sambil
melakukan masase fundus uteri, dokter\bidan memeriksa
plasenta untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.
4. Bidan segera melakukan pemasangan IV line dengan abbocath
yang besar (14G-16G)
5. Dokter segera melakukan resusitasi cairan untukmencegah syok
perdarahan.
6. Dokter menginstruksikan pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan (darah lengkap, faktor pembekuan darah).
7. Dokter \ bidan mempersiapkan darah untuk kemungkinan.
5.Unit terkait 1. Instalasi gawat darurat
2. Instalasi rawat inap
3. Kamar bersalin
6.Dokumen terkait Rekam medik
7.Rekaman historis
perubahan

Standar 23 : Penanganan sepsis puerperalis


SOP PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS
1.Pengertian Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas
2.Tujuan 1. Mencegah terjadinya penyebaran infeksi yang lebih berat
2. Menurunkan angka kematian ibu akibat langsung sepsis
3. Memberikan pelayanan yang optimal
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang penerapan standar prosedur operasional
layanan klinis di Puskesmas .
4.Referensi Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia,
No.HK.01.07/MENKES/342/2017 Tentang pedoman nasional
pelayanan kedokteran tatalaksana sepsis
4.Prosedur 1.Mengisolasi pasien
2.Mencuci tangan
3. Menggunakan APD
4. Membatasi penginjung
5. memasang cairan intravena
6. menganjurkan banyak minum
7. memasang dower catether
8. memonitor tanda-tanda vital, lochia, kontraksi rahim, involisi uteri,
urin output dan mengukur asupan dan keluaran
9. melakukan standar kebersihan yang tinggi terutama perawatan
perineum dan vulva
10. pemberien antibioti:
a. ampisilin 2 gr IV dilanjutkan 1 gr\6jam
b. gwntamisin 5 mg\kg BB IV setiap 24 jam
c. metrodinazole 500 mg IV\8 jam
Diberikan sampai 48 jam pasien bebas demam.
Jika infeksi berlanjut, dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan
nanah atau histerektomi sub total pada pasien nekrosis uterus.
10.Mendokumentasiakantindakan yang dilakukan

5.Unit terkait 1. VK
2. Ruang nifas
3. Instalasi gawat darurat
6.Dokumen terkait Rekam medik
7.Rekaman historis
perubahan

Standar 24 : penanganan Asfiksia Neonatorum


SOP PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM
1.Pengertian
Memberikan asuhan pada bayi asfikisa
2.Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan neonatus dengan asfikisia di ruang bersalin
puskesmas

3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang penerapan standar prosedur operasional layanan


klinis di Puskesmas
- Depkes. pedoman teknik pelayanan kesehatan dasar neonatal. jakarta :
Kemenkes, 2008.
4.Referensi
- Depkes. buku acuan pelatihan klinik asuhan persalinan normal. jakarta :
kemenkes. 2008.
5.Prosedur Alat :
1. Selimut hangat/tebal yang bersih/popok serta kain penyeka muka
2. Sungkup nomor 1 untuk bayi cukup bulan dan nomor 0 untuk bayi
kurang bulan
3. Penghisap lendir slym dan penekanan lidah 1 set
4. Meja kering bersih dan hangat
5. Pemotong dan pengikat tali pusta 1 set
6. Timer (jam tangan yang ada detiknya)
Bahan :
1. Oxygen. Ventilasi dengan oxygen jika ada
2. Nilai keadaan bayi
3. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril
mencegah kehilagan panas pada bayi debfab cara mengeringkan tubuh bayi
dan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan
dada
4. Mengatur posisi bayi sedkit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan
kain
5. Membersihkan jalan napas dengan menghisap lendir menggunkana De-lee,
masukkan Dhe-lee 3,5 cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung
6. Nilai keadaan bayi
7. Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok punggung bayi dan
menepuk telapak kaki bayi
8. Periksa alat-alat resusitasi
9. Atur kembali posisi bayi
10. Pasang sungkup menutupi daku, hidung dan mulut
11. Tekan balon ambubag, lakukan sebanyak 2 kali dan periksa gerakan dinding
dada
1. 1.Lanjutkan ventilasi sebanyak 20 detik/30 detik
2. 2.Nilai frekuensi pernafasan bayi dan warna kulit bayi
6.Langkah- 3. 3.Lakukan ventilasi selama 2-3 menit
4. 4.Jika stelah 20 detik dilakukan ventilasi keadaan bayi belum
Langkah
membaik hentikan ventilasi.
5. 5.Pasang O2 kemudian rujuk pasien

7.Hal-Hal
Yang Perlu Keadaan pasien
Diperhatikan
8.Unit Terkait Ruang Bersalin
9.Dokumen
Terkait Rekam Medik

Anda mungkin juga menyukai