Anda di halaman 1dari 10

Nama : DERI PRAMITA, S.

Pd
SATUAN PENDIDIKAN : SMPN 2 BATIPUH
NO PESERTA : 201507273782
LPTK : Universitas Negeri Sriwijaya

LK 1: MODUL 5
Judul Modul BILANGAN
Judul Kegiatan 1. Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan Prima, Kelipatan Bilangan
Belajar (KB) 2. Kongruensi Modulo
3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret
4. Induksi Matematika
No Butir Respon/Jawaban
Refleksi
1 Daftar peta
konsep (istilah BILANGAN
dan definisi) di
modul ini
Keterbagian, Notasi
Faktor Kongruen Sigma, Induksi
Bilangan, si Modulo Barisan & Matematika
Bilangan Deret
Prima,
Kelipatan
Notasi Induksi
Kekongrue Sigma Matematika
Keterbagian nan

Barisan & Prinsip


Sistem Deret Induksi
Faktor
Persekutuan Matematika
Residu
Terbesar

Barisan
sebagai
Bilangan Fungsi
Prima

Barisan Fibonacci

Kelipatan
Persekutuan Golden Ratio
Terkecil
1. Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan Prima, Kelipatan
Bilangan
a. Peta Konsep
Keterbagian
Keterbagian,
Faktor
Faktor Persekutuan
Bilangan,
Terbesar
Bilangan
Prima,
Kelipatan Bilangan Prima
Bilangan

Bilangan Prima

b. Definisi

DEFINISI / ISTILAH

1. Bilangan bulat membagi habis bilangan bulat (ditulis | )


apabila terdapat bilangan bulat k sehingga = . Jika tidak
membagi habis maka dituliskan ∤ .
2. Suatu bilangan bulat disebut faktor persekutuan dari dan
apabila | dan
| .
3. Bilangan bulat positif d disebut FPB dari dan jika dan hanya
jika:
(i). | dan |
(ii). jika | dan | maka ≤ .
4. Bilangan bulat dan disebut relatif prima (saling prima) jika
( , ) = 1.
5. Setiap bilangan asli lebih dari 1, mempunyai paling sedikit 2 faktor
yakni 1 dan bilangan itu sendiri. Jika bilangan asli hanya memiliki
2 faktor tersebut, maka bilangan tersebut dinamakan bilangan
prima.
6. Bilangan bulat > 1 disebut bilangan prima jika mempunyai faktor
positif hanya 1 dan . Bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1
dan bukan bilangan prima disebut bilangan komposit (bilangan
tersusun).
7. Bilangan-bilangan bulat 1, 2, … , dengan ≠ 0 untuk = 1,
2, … , mempunyai kelipatan persekutuan jika | untuk setiap
.
8. Jika 1, 2, … , bilangan-bilangan bulat dengan ≠ 0 untuk =
1, 2, … , , maka kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
bilangan-bilangan tersebut adalah bilangan bulat positif terkecil di
antara kelipatan-kelipatan persekutuan dari 1, 2, … , .

2. Kongruensi Modulo
a. Peta Konsep

Kongruensi Modulo

Kekongruenan Sistem Residu

b. Definisi ( Istilah )

1. Kekongruenan:
 Jika suatu bilangan bulat positif membagi − maka
dikatakan kongruen terhadap modulo dan ditulis ≡
( ).
 Jika tidak membagi − maka dikatakan tidak kongruen
terhadap modulo dan ditulis ≢ ( ).
 Jika > 0 dan |( − ) maka ada suatu bilangan bulat
sehingga − = . Dengan demikian ≡ ( ) dapat
dinyatakan sebagai − = ataubeda diantara dan
merupakan kelipatan . Atau = + , yaitu sama dengan
ditambah kelipatan m.
2. Teorema Kekongruenan
 Teorema 2.1
Untuk bilangan bulat sebarang a dan b, a ≡ b ( mod m ) jika dan
hanya jika a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m.

 Teorema 2.2
Kekongruenan sebagai relasi ekivalen
Untuk m bilangan bulat positif dan p,q, dan r bilangan
bulat,berlaku:
1. Sifat Refleksi
p ≡ p ( mod m )
2. Sifat Simetris
p ≡ q ( mod m ) jika dan hanya jika
q ≡ p ( mod m )
3. Sifat Transitif
Jika p ≡ q ( mod m ) dan q ≡ r (mod m) maka p ≡ r ( mod m )

 Teorema 2.3
Jika p,q,r,dan m adalah bilangan-bilangan bulat dan m > 0
sedemikian hingga p ≡ q ( mod m ) maka :
(1) p + r ≡ q + r ( mod m )
(2) p - r ≡ q - r ( mod m )
(3) pr ≡ qr ( mod m )

 Teorema 2.4
Jika a ≡ b ( mod m ) dan c ≡ rd(mod m) maka
(1) a + c ≡ b + d (mod m)
(2) a - c ≡ b - d (mod m)
(3) ac ≡ bd (mod m)

 Teorema 2.5
Jika a ≡ b (mod m) c ≡ d (mod m) maka ax + cy ≡ bx + dy (mod
m)

 Teorema 2.6
Jika p ≡ pq (mod m) maka
pr ≡ qr (mod mr)

 Teorema 2.7
Jika a ≡ b (mod m) maka an ≡ bn (mod m) untuk n bilangan bulat
positif

 Teorema 2.8
Misalkan ƒ suatu polinom dengan kpefisien bilangan bulat,yaitu
ƒ(x) = doxn + d1xn-1 + d2xn-2 + ... + dn-1x + dn dengan do,d1,...,dn
masing – masing bilangan bulat.Jika a ≡ b (mod m) maka ƒ(a) ≡
ƒ(b) (mod m)

 Teorema 2.9
Jika a suatu solusi ƒ(x) ≡ 0 (mod m) dan a ≡ b (mod m) maka b
juga solusi ƒ(x) itu.

 Teorema 2.10
Jika d|m dan a ≡ b (mod m) maka a ≡ b (mod d)
Teorema 2.11
Misalkan (a,m) ≡ d
ax = ay (mod m) jika dan hanya jika x ≡ y (mod )

 Teorema 2.12
Misalkan (a,m) ≡ 1
ax = ay (mod m) jika dan hanya jika x ≡ y (mod m)

 Teorema 2.13
Jika ax = ay (mod p) dengan p † a dan p bilangan basit,maka x ≡ y
(mod p)

 Teorema 2.14
Diketahui bilangan – bilangan bulat a,p,q,m,dan m > 0

3. Suatu himpunan { , , … , } disebut suatu sistem residu lengkap


modulo . Jika dan hanya jika untuk setiap y dengan 0 ≤ < ,
ada satu dan hanya satu dengan 1 ≤ < , sedemikian hingga ≡
( ) atau ≡ ( ).
4. Suatu himpunan bilangan bulat { 1, 2, … , } disebut suatu
sistem residu tereduksi modulo jika dan hanya jika:
(a) ( , ) = 1, 1 ≤ <
(b) ≡ ( ) untuk setiap ≠
(c) Jika ( , ) = 1, maka ≡ ( ) untuk suatu = 1, 2, … ,

5. Ditentukan m adalah suatu bilangan bulat positif. Banyaknya residu


tereduksi modulo m disebut fungsi ∅ -Euler dari m,dan dinyatakan
dengan ∅(m)`
6. Teorema 2.16 Teorema Euler
∅( )
Jika , ∈ Ζ dan > 0 sehingga ( , ) = 1, maka ≡
1( ).
7. Teorema 2.17 Teorema Kecil Fermat
Jika adalah suatu bilangan prima dan tidak membagi , maka
−1 ≡ 1( ).
8. Teorema 2.19 Teorema Wilson
Jika adalah suatu bilangan prima, maka ( – 1)! ≡ −1( )

3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret


a. Peta Konsep
Notasi Sigma

Barisan & Deret

Notasi
Sigma,
Barisan & Barisan sebagai Fungsi
Deret

Barisan Fibonacci

Golden Ratio

b. Definisi ( Istilah )
1. Bentuk umum notasi sigma adalah :

2. Sifat-sifat Notasi Sigma


Untuk setiap bilangan bulat a, b, dan n berlaku:
1). ∑ 1 =1 =
2). ∑ "( ) = = ∑ "( ) =
3). ∑ ("( ) + #( )) = = ∑ "( ) = + ∑ #( ) =
4). ∑ "( ) =−11 + ∑ "( ) = = ∑ "( ) =1
5). ∑ "( ) = = ∑ "( − ) +
3. Barisan Aritmatika adalah barisan yang mempunyai selisih yang
tetap untuk dua suku yang berurutan.
4. Pada barisan aritmetika dengan bentuk umum $1, $2, $3, … dengan
$1 adalah suku pertama, $2 adalah suku ke-2, $3 adalah suku ke-3
dan seterusnya. Selisih antara dua suku berurutan disebut juga beda
dan diberi notasi , sehingga
= $2 − $1 = $3 − $2 = $4 − $3 = ⋯ = $ − $ −1.
5. Rumus suku ke-n
$ = + ( − 1)b
Dengan $ = suku ke-n
= suku pertama dan
= beda
6. Deret aritmetika adalah jumlah suku-suku dari suatu barisan
aritmetika.
7. Rumus umum deret aritmatika adalah :

8. Jika ditulis dalam bentuk notasi sigma, jumlah suku pertama deret
aritmetika dinyatakan sebagai :

9. Dengan mengurangkan ) dengan ) −1 terlihat dengan jelas bahwa


$ = ) − ) −1
10. Barisan yang mempunyai perbandingan yang tetap antara dua suku
berurutan disebut barisan geometri.
Secara umum dapat dikatakan:
Suatu barisan $1, $2, $3, $4, … , $ −1, $ disebut barisan
geometri jika $ $ −1 = konstan = r
 Rumus umum suku ke-n barisan geometri adalah :

11. Rumus umum jumlah n suku pertama deret geometri adalah :

12. Deret Geometri Tak Hingga


 - 1 < r < 1, lim 0 - akan menjadi nol sehingga tak hingga itu
-→~

mempunyai jumlah

Deret Geometri tak hingga yang mempunyai jumlah disebut


konvergen.
 r < - 1 atau r > 1, lim 0 - = 2∞ sehingga deret tak hingga tidak
-→1

mempunyai limit jumlah.


Deret tersebut disebut divergen.
13. Suatu barisan disebut berderajat satu (linear) bila selisih tetap
diperoleh dalam satu tingkat pengerjaan, disebut berderajat dua bila
selisih tetap diperoleh dalam dua tingkat pengerjaan dan seterusnya.
14. Bentuk umum dari barisan-barisan itu merupakan fungsi dalam n
sebagai berikut:
 Selisih tetap 1 tingkat 4 = +
 Selisih tetap 2 tingkat 4 = 2+ +
 Selisih tetap 3 tingkat 4 = 3+ 2+ +
15. Barisan Fibonacci adalah barisan rekursif (pemanggilan ulang /
pengulangan) yang ditemukan oleh seorang matematikawan
berkebangsaan Italia yang bernama Leonardo da Pisa.
Barisan ini berbentuk sebagai berikut:
0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144,233,377,610,987,1597, …
16. Golden ratio atau rasio emas (5 = 1.618205. . . ) merupakan suatu
nilai rasio (ratio number) konvergen yang diperoleh apabla suku-
suku di atas dua belas pada barisan fibonacci dibagi dengan satu
suku sebelumnya.
Contoh perhitungannya adalah :
678 :;;
= ≈1,6179775
679 <=
679 DEE
= ≈ 1,6179775
67C :;;

4. Induksi Matematika
a. Peta Konsep

Induksi Matematika

Induksi
Matematika
Prinsip Induksi
Matematika

b. Definisi

1. Induksi Matematika merupakan teknik pembuktian yang baku


dalam matematika dan merupakan salah satu metoda/alat yang
digunakan untuk membuktikan suatu pernyataan matematika,
khususnya pernyataan-pernytaan yang berkaitan dengan bilangan
asli atau bilangan bulat positif.
2. Misalkan { } adalah suatu barisan proposisi (pernyataan) yang
memenuhi kedua persyaratan ini:
(i) F adalah benar (biasanya F adalah 1).
(ii) Kebenaran mengimplikasikan kebenaran +1 ≥ F.
Maka, adalah benar untuk setiap bilangan bulat ≥ F.
3. Beberapa sifat dalam suku-suku barisan Fibonacci yang bisa
dibuktikan dengan induksi matematika adalah:
 1+ 2+ 3+ 4+⋯+ = ( +2) − 1
 1 + 3 + 5 + 7 + ⋯ + 2 −1 = 2
 2 + 4 + 6 + 8 + ⋯ + 2 = (2 +1) − 1
 12 + 22 + 32 + 42 + ⋯ + 2= . ( +1)
2 Daftar materi 1. Pembuktian Teorema untuk Kekongruenan
yang sulit 2. Sistem Residu
dipahami di 3. Keterbagian, Faktor Bilangan
modul ini
3 Daftar materi 1. Menentukan FPB dan KPK untuk suatu bilangan bulat yang besar
yang sering dengan menggunakan Algoritma Pembagian Bilangan Bulat.
mengalami 2. Penggunaan prinsip induksi matematika seringkali hanya dari ruas
miskonsepsi kiri

Anda mungkin juga menyukai