Thermal Oil Heater adalah jenis mesin transfer pemanas dengan mengunakan Thermal Oil Fluid (Oli
mineral) sebagai media penghantar panas dan dapat bekerja sampai temperatur 320 °C atau lebih, sesuai
spesifikasi Oli nya. Berbeda dengan steam yang mencapai tekanan 70 bar untuk pemakaian temperatur
285 °C, Thermal Oil Heater bekerja hanya pada tekanan pompa sirkulasinya saja sehingga lebih aman dan
alat-alat yang membutuhkan pemanasan tidak perlu dirancang dengan konstruksi yang.
Umur kerja Thermal Oil Fluid (pada system TOH yang baik) umumnya lebih dari 5 tahun dan tidak
diperlukan penambahan selama tidak ada kebocoran pada pipa-pipa atau peralatan pemanas, dan tidak
memerlukan pembersihan karena bagian dalam coil pemanas tidak berkerak seperti pada Steam
KEUNGGULAN THERMAL OIL HEATER DIBANDINGKAN BOILER STEAM
Beberapa hal yang bisa dijadikan pertimbangan kenapa harus memilih thermal oil :
1. Bekerja pada temperatur tinggi dengan tekanan rendah
2. Temperatur control yang presisi
3. Tidak memerlukan perawatan Oli
4. Tidak ada heat losses dari condensate dan blowdown seperti pada steam boiler
5. Tidak ada korosi pada bagian dalam pipa TOH
6. Biaya pemeliharaan rendah
7. Operasional Full Automatic dan mudah sehingga tidak memerlukan operator khusus.
DESAIN
Thermal Oil bisa disuplai dalam konstruksi Vertikal guna menghemat ruangan dan efisien karena
mempergunakan Integrated Beberapa jenis burner di desain bisa menggunakan udara panas dengan
menggunakan “Air Pre Heater”, yaitu dengan memanfaatkan gas buang sisa pembakaran sehingga
pembakaran bahan bakar (cair) lebih sempurna. Atau Thermal Oil di desain Horizontal, tergantung
kebutuhan pengguna , “Heating Coil” terbuat dari Seamless Boiler Tube yang dirol secara continuous.
Setiap sambungan las dikerjakan dengan teliti, dan “Pressure Test” dengan media gas sampai 1,5 kali
tekanan operasi. Oli mengalir didalam coil dengan kecepatan tertentu untuk menghindarkan overheating,
yang dapat mengakibatkan kerusakan Oli akibat terbentuknya arang.
Gas panas hasil pembakaran memanaskan aliran thermal oil diruang bakar sebagai panas radiasi dan
selanjutnya memanaskan oil di coil konveksi melalui sela-sela antar coil dengan kecepatan yang tertentu
dalam 3 pass dengan arah berlawanan dengan arah aliran thermal Turbulensi yang dihasilkan oleh gas
selama melewati coil menghasilkan meningkatnya effisiensi Heater dan efek pembersihan coil dari jelaga
yang mungkin menempel pada bagian luar coil.
“PERHATIAN”
Thermal oil heater bisa saja menjadi penyebab kecelakaan serius dan hal itu pernah terjadi. Maka
pengguna mesin ini harus menjalankannya sesuai procedure. Operator yang menjalankan harus sudah
mengikuti pelatihan operator TOH dan mengikuti petunjuk pengoprasian sesuai user manual yang telah
diberikan oleh pembuat.
PENJELASAN SISTEM
Thermal oil heater adalah mesin penghasil panas dengan media Oli yang dipanaskan dalam pipa coil.
Umumnya thermal oil memiliki instrument yang terdiri dari burner/mesin pembakar bahan bakar, pompa
sirkulasi, tangki ekspansi, tangki penyimpanan oli, pipa-pipa dan panel kontrol.
Coil TOH di desain berbentuk spiral, dipanaskan oleh burner berbahan bakar gas, solar/light oil, heavy
oil/residu atau bahan bakar lain yang bertujuan untuk menaikan suhu Oli itu.
Oli yang telah bersirkulasi dipanaskan sampai temperatur 300 0C atau sesuai kebutuhan. Oli dipanaskan
dalam pipa coil, kemudian ditransfer ke peralatan lain yang membutuhkan panas tersebut. Setela panas
diambil/diserap, maka oli dikembalikan ke heater dengan dorongan pompa.
Expansion tank diperlukan dalam system untuk mengantisipasi peluapan ketika oli Tangki penyimpanan
oli (collecting tank) juga dirangkaian dalam systemuntuk tempat penyimpanan oli, ketika keadaan darurat
atau ketika dilakukan pemeliharaan.
Prosedur berikut ini harus diikuti sebelum menyalakan unit thermal oil heater:
1. Baca dengan seksama intruksi pengoprasian thermal oil heater secara teliti.
2. Periksa kondisi TOH, lihat tekanan kerja dan suhu pengoprasian maksimum yang.
3. Periksa TOH dan instrument yang terpasang untuk memastikan masih bisa digunakan dalam
kondisi.
4. Periksa sistem bahan bakar termasuk tangki bahan bakar dan valve nya.
5. Bersihkan filter di selang bahan bakar minyak dan filter Oli (jika diperlukan).
6. Periksa apakah level oli di tangki ekspansi normal dan semua pipa bebas dari.
7. Periksa apakah sistem elektrik bekerja dengan
8. Periksa apakah ruang boiler bersih dan berventilasi
9. Periksa ketersdiaan TOH.
PROSEDUR MENYALAKAN THERMAL OIL HEATER DENGAN BAHAN NAKAR SOLAR
ATAU GAS
1. Sebelum burner dinyalakan, ruang bakar harus benar-benar bersih untuk menghindari ledakan
dari bahan bakar yang terkumpul dalam ruang Proses pembersihan harus diulang setiap kali
pembakaran dimulai.
2. Waktu yang diperlukan untuk menaikkan suhu Oli dari kondisi dingin menuju suhu operasi yang
diperlukan harus mengikuti rekomendasi pembuat thermal.
Pengamatan berikut harus dilakukan dan dipantau terus-menerus saat mengoperasikan thermal oil :
1. Tekanan, temperature dan flow
2. Level oli pada expansion
3. Kondisi pembakaran di ruang bakar (untuk bahan bakar cair dan gas).
4. Kebisingan dan guncangan pada pipa line yang disebabkan oleh adanya air di dalam
5. Perbedaan temperature pada inlet dan outlet
6. Setiap kebocoran yang ada di pipa, level gauge, flanges, dan seal pada pompa
7. Kondisi jalannya pompa.
DATA OPERASIONAL
Operator harus memperhatikan hal-hal berikut ini saat mengoperasikan thermal oil heater:
1. Jangan membuka segel safety valve atau mencoba mengkalibrasi safety valve (jika terpasang).
2. Jangan coba menyeting perangkat safety seperti pemutusan/cautout pada temperature tinggi.
3. Jangan mengoperasikan sistem pada temperature dan tekanan tinggi melebihi tekanan dan
temperature yang.
4. Jangan memodifikasi Thermal Oil Heater kecuali setelah mendapatkan persetujuan dari
perusahaan
5. Semua perangkat safety/pengaman otomatis harus diuji secara berkala sebagaimana diatur dalam
instruction manual untuk memastikan bahwa perangkat bekerja dalam kondisi yang baik setiap
6. Thermal oil heater dan instrument penunjang harus dijaga dan dipelihara dengan baik setiap saat.
Pekerjaan overhaul harus dilakukan oleh perusahaan teknik dengan reputasi baik di bawah
pengawasan seorang Boiler operator.
PROSEDURE MEMATIKAN SISTEM THERMAL OIL
Operator harus memperhatikan hal-hal berikut ini saat mematikan/shutting down thermal oil heater:
1. Setelah mematikan burner, pompa sirkulasi harus tetap beroprasi sampai temperature Oli dibawah
100 °C.
2. Pendinginan diarahkan ke pompa sirkulasi, itu pun jika ada dan tidak boleh terganggu sampai
suhu pompa telah turun selama waktu yang ditetapkan oleh pembuat thermal
3. Direkomendasikan juga untuk menutup valve bahan bakar dan mengamankan suplai
power/electrical jika plant ditutup dahulu untuk periode waktu yang.
PERAWATAN RUTIN
Untuk mempertahankan fungsi thermal oil agar tetap baik, point-point berikut ini harus diperhatikan:
1. Sampel oli thermal oil harus diawasi inspector boiler, kemudian dibawa ke laboratorium untuk
tujuan analisa rutinitas servis berkala. Hasil spesifikasi analisa di simpan dan dijadikan referensi.
2. Buku catatan referensi data thermal oil harus disimpan baik-baik oleh orang yang bertanggung
jawab untuk dijadikan catatan dengan dicantumkan.
3. Pemeriksaan berkala thermal oil heater harus dilakukan dengan alat bantu keselamatan dan
dilakukan secara berkesinambungan.
Catatan penting:
1. Ketika thermal oil dimatikan karena kondisi abnormal ataupun karena sengaja dimatikan, maka
pompa sirkulasi harus tetap dijalankan sekitar 15 menit atau lebih lama lagi sesuai dengan yang di
anjurkan oleh pembuat thermaloil heater. Semua kondisi kerusakan harus diperbaiki terlebih
dahulu sebelum thermal oil hendak dinyalakan.
2. Sebelum dilakukan perbaikan pada bagian/parts yang bertekanan, maka hal itu harus dilakukan di
bawah pengawasan inspector boiler atau pabrik.
3. Pipa coil di thermal oil tidak boleh dikosongkang selama kondisi unit mesin thermal oil masih
dalam keadaan panas, karena kemungkinan terjadinya kebakaran akan cenderung terjadi. Setiap
kegiatan hot work seperti pengelasan ketika perbaikan akan menyebabkan situasi berbahaya
seperti terjadinya.
4. Ketika suhu oli panas telah diturunkan, bagian dari mesin dapat diisolasi dan dikosongkan sampai
kering kemudian dibilas untuk mencegah pembentukan campuran yang dapat meledak. gas inert
juga dapat dimasukkan ke bagian yang diperbaiki selama proses hotwork.
9. Thermal oil heater harus dioprasikan sesuai prosedur untuk menghindari kerusakan pada thermal
oil heater dan keselamatan
10. Oli bekas yang yang kondisinya rusak todak boleh digunakan lagi. Pemilik thermal oil harus
melaporkan ke pihak lembaga kebersihan lingkungan untuk cara pembuangan oli yang baik.
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap tangki penyimpanan bahan bakar cair meliputi:
1. Membuang cairan lain yang terkumpul di luar tangki atau pipa yang
2. Menghindari dari kemungkinan terjadinya percampuran uadara dan bahan bakar yang dapat
menyebabkan
3. Sebuah kotak berisi pasir harus tersedia di beberapa tempat, dan juga ventilasi udara harus tetap
diperhatikan terutama di unit ysng menggunakan bahan bakar gas. Ketika terjadi kebocoran,
maka pasokan bahan bakar harus dihentikan segera untuk menghindari kemungkinan.
4. Limbah oli yang terbuang dapat terbakar jika ada pemicu sumber panas lain, seperti api atau
percikan. Ini dinamakan dengan pengapian spontan. Oleh karena itu limbah minyak harus
ditampung didalam drum berbahan logam dan dengan diisi air untuk mencegah pengapian
spontan tersebut. Limbah harus dibuang sesegera’
5. Pada umumnya, cara pencegahan yang terbaik terhadap potensi kebakaran adalah dengan sikap
peduli kebersihan, membuang sampah/limbah yang berpotensi terjadi kebakaran dan pengetahuan
tentang potensi bahaya. Ledakan ketika mengoprasikan thermal oil atau boiler kebanyakan
disebabkan karena kurangnya kepedulian dan tidak adanya pengetahuan tentang potensi bahaya.
PEMADAMAN KEBAKARAN
Jika terjadi kebakaran di ruang boiler, yang harus dilakukan oleh operator boiler/thermal oil adalah:
1. Menyalakan sirene peringatan kebakaran
2. Hubungi bagian layanan
3. Membatasi pasokan udara keruang boiler/thermal oil dengan menutup jendela dan
4. Memutuskan suplai bahan bakar ke burner
PEMADAM BUSA/FOAM
Biasanya terdiri dari 2 bagian, bagian penampung dalam dan bagian chasing luar. Bagian luar adalah
lapisan baja dan penampung dalam terbuat dari tembaga. Bagian penampung dalam berisi aluminium
sulfat dan bagian penampung luar berisi soda karbonat. Cara menggunakannya hanya dengan membalikan
Busa disemprotkan ke jarak 6 s/d 9 meter. Sekali pemadaman akan mengeluarkan 90 liter busa. Busa
harus diarahkan langsung ke
Bahan pemadam busa cocok untuk kebakaran oli. Busa tidak boleh digunakan untuk pemadaman api
listrik, karena bersifat konduktor dan dapat menyebabkan sengatan listrik yang berakibat.
Air merah
Busa cream
API SERAPAN
Jelaga dan karbon yang terbuang akan menempel pada dinding ducting ataupun cerobong. Pada saat yang
cukup lama jelaga ini akan menumpuk dan bila gas buang dikeluarkan (bahan bakar gas) makan
sedikitnya akan tersimpan di jelaga dan karbon Jika kebakaran hasil serapan ini terjadi, maka akan sangat
sullit untuk dipadamkan disebabkan bara api yang terkumpul diserapan api tersbut.
Ketika terjadi kebakaran akibat api serapan, maka pasokan bahan bakar harus segera dihentikan dan
dumper penyuplai udara pun harus ditutup, karena api akan membesar jika ada oksigen yang masuk.
Pemadaman harus disiran dengan air yang berlimpah, jika tidak, maka uap air yang sedikit akan
menimbulkan uap api kembali. Penyiraman air juga harus dilakukan ke sekitar area yang terbakar untuk
menghindari pelebaran.
Untuk mencegah api serapan, harus dilakukan maintenance yang berkala untuk mengindari penumpukan
jelaga dan karbon pada ducting maupun cerobong. Operator harus teliti dalam penyetingan komposisi
bahan bakar dan udara pada burner untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna. Jika komposisi
bahan bakar dan udara yang tersuplai ke burner tidak pas, maka hal itu akan menimbulkan jelaga yang
pekat.
KETENTUAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN
User paling tidak harus menyediakan masing -masing jenis pemadam, diantaranya:
2 tabung/ 9 liter busa pemadam
1 pemadam elektrik (powder atau karbon dioksida).
Operator, pengawas dan pekerja yang bekerja disekitar boiler/thermal oil heater harus melakukan latihan
kebakaran setidaknya 1 kali setiap 3 Latihannya meliputi:Mengidentifikasi jenis
Mengidentifikasi jenis pemadam yang
Prosedur lain yang harus
Prosedur penanggulangan kebakaran harus di temple di luar ruangan boiler/thermal
Buka catatan latihan kebakaran yang didalamnya dicatat nama, tanda tangan orang yang berpartisipasi
dan tanggal latihan kebakaran harus disimpan diruang boiler/thermal oil untuk pemeriksaan.
Molekul hidrokarbon bergabung dengan oksigen pada suhu tinggi untuk membentuk karbon dioksida dan
air. Pada saat yang sama, jumlah panas yang besar juga dihasilkan. Bagian dari energi panas ini berguna
pada saat digunakan untuk mempertahankan suhu tinggi yang menguntungkan untuk pembakaran (proses
kimia) dari bahan bakar, sementara sebagian dari panas ini diekstrak untuk digunakan. Dalam hal ini,
panas digunakan untuk menaikkan suhu minyak panas. Rumus Kimia Persamaan:
Air mengandung sekitar 20% volume oksigen. Ini adalah sumber oksigen murah untuk pembakaran. Dari
persamaan kimia, dapat dilihat bahwa jumlah minimal tertentu oksigen, atau udara, diperlukan untuk
bahan bakar hidrokarbon tertentu untuk membakar sempurna. Bagi kebanyakan thermal oil heater, udara
diatur 20-50%. Udara yang berlebihan akan menurunkan efisiensi boiler, menyebabkan ketidakstabilan
api dan membuat suhu gas buang tinggi dan tidak diinginkan. Jumlah udara tergantung pada bahan bakar
m dan n bervariasi dengan jenis atau pasokan bahan bakar. Operator harus berkonsultasi dengan pemasok
bahan bakar dan supplier burner untuk rasio udara/bahan bakar yang optimal. Operator harus
menyesuaikan asupan udara untuk membangun api optimal. Api optimal adalah api yang stabil, yaitu api
yang pada cerobong gas buangnya tidak berwarna (bersih).
burner yang menyuntikkan gas atau bahan bakar diesel yang bercampur dengan udara dari blower.
Turbulensi yang dihasilkan oleh udara secara menyeluruh mencampur partikel bahan bakar dan udara
menghasilkan banyak reaksi kontak permukaan antara molekul hidrokarbon dan molekul oksigen. Jika
keluar api, panas akan menyebabkan proses kimia yang dijelaskan di atas terjadi dan mempertahankan
nyala api. Jika tidak ada api tapi percikan api diproduksi, percikan suhu tinggi (2000 °C atau di atasnya)
memulai proses pembakaran dan menciptakan api. Proses pembakaran adalah dengan sendirinya dan api
terus berlanjut selama ada bahan bakar dan udara yang cukup yang tersedia dan dicampur pada rasio yang
benar.
Minyak diesel/solar bahkan bisa menguap pada suhu kamar. Penguapan pada dasarnya mirip dengan
bahan bakar gas dan mudah terbakar. Setelah api telah padam atau boiler telah ditutup, minyak diesel
menguap dan bercampur dengan udara di dalam tungku. Campuran ini mudah terbakar dan sangat
berbahaya. Jika ada material panas hadir mungkin memicu pembakaran yang sangat cepat dengan
sejumlah besar panas yang dilepaskan dalam waktu yang sangat singkat atau lebih tepatnya, sebuah
ledakan dapat terjadi. Sebuah percikan untuk pengapian cukup untuk menyebabkan ledakan tersebut. Hal
ini dapat terjadi jika operator mencoba untuk menyalakan api di dalam ruang bakar untuk penyalaan awal
tanpa mengetahui bahwa ada bahan yang mudah meledak. Hal serupa berlaku pada bahan bakar gas.
Operator harus mengambil tindakan pencegahan untuk menghilangkan akumulasi campuran peledak.
Aturannya adalah untuk membersihkan tungku setiap kali sebelum mencoba untuk menyalakan api dan
untuk membersihkan ruang bakar setelah pemadaman api. Jangan pernah mencoba untuk menyalakan api
menggunakan panas dari ruang bakar. Dalam situasi seperti itu, sejumlah besar bahan bakar diinjeksikan
ke dalam tungku, menjadi pemicu yang sangat baik untuk campuran bahan bakar dan udara, dan
kemudian menjadi sebuah ledakan.
Selama proses pengapian, bahan bakar dibuat partikel kecil dengan cara dikabutkan oleh burner pada
tekanan tinggi atau disuntikan melalui nozzle gas yang bercampur dengan udara. Ini adalah campuran
yang mudah terbakar dan harus dibakar sebelum campuran tersebut keluar banyak dari burner. Jika
pemicu api tidak nyala, maka suplai campuran tersebut sudah banyak keluar dan disemprotkan dan hal ini
sangat mudah memicu ledakan. Dalam kasus ini, operator tidak harus berusaha untuk mnyalakan api,
operator hanya cukup membuang bahan bakar yang tidak terbakar dan sebelumnya menutup suplai bahan
bakar. Operator harus memeriksa kerusakan dari gagal api dalam system pembakaran burner tersebut.
Kebanyakan, control pembakaran otomatis dipasang pada thermal oil dan akan secara otomatis
melakukan control dan upaya yang disebutkan di atas, terkecuali memeriksa sistem. Bagaimanapun juga,
operator harus mengambil konsekwensi, saat ada kesalahan system otomatis, system harus diubah ke
manual dan operator harus melakukan pekerjaan diatas secara manual.