Anda di halaman 1dari 2

Perang melawan krisis iklim

Krisis iklim merupakan krisis yang disebabkan oleh perubahan iklim, yaitu
peningkatan suhu rata-rata bumi dalam jangka waktu yang lama. Proses
peningkatan suhu bumi mulai terjadi sejak revolusi industri dan semakin parah
hingga hari ini, miliaran ton CO2 dilepaskan ke atmosfer setiap tahun sebagai
akibat dari produksi batu bara, minyak, dan gas. IPCC (Intergovernmental Panel
on Climate Change) memprediksikan dengan jumlah emisi yang dihasilkan
sekarang akan meningkatkan suhu bumi sebesar 1.5 derajat di tahun 2100.
Sebagai pembanding, seorang ilmuwan dari University of Arizona, Jessica
Tierney memprediksikan di Puncak Zaman Es Terakhir (sekitar 20,000 tahun
yang lalu) suhu rata-rata bumi sekitar 6 derajat lebih dingin dari sekarang.
Peningkatan suhu bumi ini dapat menimbulkan permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan kondisi tempat tinggal, ketersediaan
pangan, kesehatan, keselamatan hidup dan bahkan keamanan negara. Dampak
dari krisis iklim tidak terjadi secara serentak dan merata, krisis iklim sudah
mulai dirasakan di beberapa negara seperti Australia dengan kasus kebakaran
hutan yang diperparah akibat peningkatan suhu, Afrika yang mengalami krisis
air bersih karena kemarau, lapisan es di kutub yang mencair lebih cepat dari
tahun-tahun sebelumnya menyebabkan meningkatnya permukaan air laut.
Mengutip dari Jurnal Geoid tahun 2019 tentang analisis kenaikan muka air laut
Indonesia tahun 1993-2018, laju sea level rise di Indonesia menyentuh angka
+4,5 mm/tahun, hal ini menyebabkan beberapa kawasan pesisir pantai di
Indonesia terancam tenggelam.

“Kita sedang mengalami kekalahan melawan krisis iklim, tapi ini adalah
perlombaan yang bisa kita menangkan” António Guterres, Sekretaris Jendral
PBB. Emisi CO2 dapat berasal dari penggunaan bahan bakar fosil, seperti:
batubara, minyak bumi dan gas bumi, serta dari industri semen. Oleh karena itu,
mitigasi di sektor energi dapat dilakukan melalui penghematan energi atau
konservasi energi, dan diversifikasi energi. Konservasi atau penghematan energi
dapat dilaksanakan dengan peningkatan efisiensi peralatan, dan manajemen
energi. Diversifikasi energi atau penggantian bahan bakar dengan jenis energi
lain bertujuan untuk mengurangi pengunaan bahan bakar yang mempunyai
kandungan karbon tinggi dengan jenis energi yang mempunyai kandungan
karbon rendah atau tanpa kandungan karbon antara lain melalui sebustitusi
energi dan pemanfaatan teknologi rendah karbon. Substitusi Energi merupakan
upaya untuk mengganti energi yang ada dengan jenis energi lain yang lebih
murah, mudah secara teknis dan tanpa mengurangi kinerja alat. Sebagai contoh
dalam pembangkitan listrik maka penggantian minyak solar pada PLTD dengan
biofuel atau mikro hidro. Pemanfaatan teknologi rendah karbon sebagai
pengganti PLT Bahan Bakar Fosil secara drastis akan dapat mengurangi
pelepasan gas rumah kaca (CO2) ke atmosfir. Teknologi yang termasuk dalam
kategori ini antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), PLTS
(tenaga surya), dan PLTMH (Mikrohidro).

Anda mungkin juga menyukai