Anda di halaman 1dari 8

SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X

Vol. 7 No. 1 Agustus 2022 e-ISSN: 2549-2845

KURIKULUM MERDEKA DALAM PERSPEKTIF PEDAGOGIK


Syahrul Hamdi1, Cepi Triatna2, Nurdin3
Pascasarjana Administrasi Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia1,2,3
Email: syahrulhamdi@upi.edu

Abstrak
Peningkatan serta pemerataan mutu pendidikan telah menjadi tantangan utama bagi pemerintah untuk
waktu yang cukup lama dalam membangun dunia pendidikan di Indonesia. Pemerintah terus berupaya
melakukan perbaikan melalui berbagai langkah sistematis yang salah satunya adalah perbaikan dalam
kurikulum dengan menghadirkan kurikulum merdeka. Kurikulum ini diharapkan dapat menjadi
jawaban atas permasalahan rendahnya kemampuan literasi dasar peserta didik dan akan diterapkan
secara penuh di seluruh tingkatan sekolah pada tahun 2024. Perubahan kurikulum menyebabkan guru
perlu menyesuaikan kompetensi yang dimilikinya, khususnya kompetensi pedagogik. Melalui metode
penelitian kajian literatur yang dilakukan pada tahun 2022, peneliti mengidentifikasi kemampuan
pedagogik apa saja yang perlu ditingkatkan oleh guru dalam penerapan kurikulum merdeka secara
optimal. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan pedagogik yang perlu ditingkatkan oleh guru
antara lain adalah pemahaman terhadap teori belajar konstruktivisme, kemampuan menyusun dan
menentukan pendekatan untuk projek profil pelajar Pancasila dan penggunaan asesmen formatif secara
lebih luas dalam penilaian pembelajaran.
Kata Kunci : kurikulum merdeka, kompetensi pedagogik, asesmen formatif

Abstract
Improving and equalizing the quality of education has been a major challenge to the government for a
long time in developing education in Indonesia. The government continues to make improvements
through various systematic steps, one of which is improvement in the curriculum by presenting an
independent curriculum. This curriculum is expected to be the answer to the problem of the low basic
literacy ability of students and will be fully implemented at all school levels in 2024. The curriculum
alternation causes teachers to adjust their competencies, especially pedagogic competencies. Through
a literature review research method conducted in 2022, researchers identified what pedagogical
abilities need to be improved by teachers in optimally implementing the independent curriculum. The
results of the study indicates that the pedagogic abilities that need to be improved by teachers include
understanding constructivism learning theory, the ability to develop and determine approaches for the
Pancasila student profile project and the use of expanded formative assessment in learning
assessment.
Key Words : independent curriculum, pedagogical competencies, formative assessment

PENDAHULUAN terendah berada pada tahun 2020 sebesar


Peningkatan serta pemerataan mutu 18% dan tertinggi pada tahun 2015 sebesar
pendidikan telah menjadi tantangan utama 21,7% [2]. Alokasi anggaran yang sesuai
bagi pemerintah untuk membangun dunia ini menjadi sangat penting meningkatkan
pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi akses dan mutu pendidikan sebagai salah
permasalahan ini pemerintah melakukan satu bentuk pemerataan pendidikan yang
berbagai tindakan seperti berupaya untuk bermutu [3].
selalu mengalokasikan anggaran
pendidikan minimal 20% dari APBN yang Langkah lain yang dilakukan oleh
merupakan amanat undang-undang [1]. pemerintah untuk memajukan pendidikan
Upaya ini dapat dilihat melalui rasio adalah dengan memperbaiki kurikulum,
anggaran pendidikan terhadap APBN dimana kurikulum di Indonesia telah
selama 10 tahun terakhir yang rata-rata mengalami 10 kali perubahan dari
berada di angka 20% dengan persentase kurikulum 1947 hingga kurikulum 2013

10
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 7 No. 1 Agustus 2022 e-ISSN: 2549-2845

[4]. Akan tetapi, kurikulum yang telah ada pendidikan untuk mengembangkan
dipandang masih belum cukup untuk kurikulum operasional secara mandiri,
meningkatkan mutu pendidikan yang struktur kurikulum yang terdiri dari
tercermin dari indikator hasil belajar kegiatan intrakurikuler dan projek
peserta didik yang masih rendah. Oleh penguatan profil pelajar Pancasila,
karena itu, pemerintah kembali mencoba penggantian penjurusan dengan kelompok
mengembangkan kurikulum baru untuk mata pelajaran pilihan, dan mengutamakan
mengatasi permasalahan ini yang dikenal asesmen formatif dibandingkan sumatif
dengan nama kurikulum pemulihan dalam proses penilaian capaian
pembelajaran atau kurikulum merdeka [5]. pembelajaran [5]. Perubahan-perubahan
tentunya harus menjadi perhatian semua
Kurikulum merdeka adalah kurikulum pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
dimana struktur pembelajarannya dibagi pendidikan terutama pihak sekolah dalam
menjadi dua kegiatan utama yaitu hal kesiapan mereka untuk penerapan
pembelajaran intrakurikuler yang mengacu kurikulum baru, dan para guru yang harus
pada capaian pembelajaran yang harus mengembangkan kompetensi pedagogik
dicapai oleh peserta didik pada setiap mata mereka agar sesuai dengan tuntutan yang
pelajaran, dan projek penguatan profil diberikan kurikulum.
pelajar pancasila yang mengacu pada
standar kompetensi lulusan yang harus Berbagai penelitian relevan yang telah
dimiliki peserta didik [6]. Kurikulum ini dilakukan terkait kurikulum merdeka
dianggap perlu untuk mengatasi krisis antara lain adalah inovasi yang terdapat
pembelajaran di Indonesia, yang dalam kurikulum merdeka [9], bagaimana
berdasarkan berbagai hasil studi upaya kurikulum merdeka dalam
menunjukkan kebanyakan peserta didik di mengatasi learning loss [10], relevansi
Indonesia tidak mampu menguasai kurikulum merdeka dengan model
kemampuan literasi dasar seperti pembelajaran abad 21 [11], bagaimana
memahami bacaan sederhana dan tidak pengembangan perangkat pembelajaran
mampu menguasai kemampuan numerasi yang sesuai dengan kurikulum merdeka
dasar seperti menerapkan konsep [12], dan proses implementasi kurikulum
matematika dasar [7]. Melalui berbagai merdeka di sekolah penggerak [13]. Akan
perubahan yang dimasukkan, kurikulum ini tetapi semua penelitian relevan tersebut
diharapkan mampu mengatasi tidak berfokus pada pengembangan
permasalahan-permasalahan seperti kompetensi pedagogik guru untuk
meningkatkan kemampuan literasi dan mendukung penerapan kurikulum merdeka
numerasi bagi anak-anak Indonesia. yang merupakan bentuk kebaruan dari
penelitian ini.
Kurikulum merdeka yang mulai diterapkan
secara bertahap mulai tahun 2022 dan Kompetensi pedagogik merupakan salah
diharapkan dapat diterapkan secara penuh satu kompetensi dasar yang harus dimiliki
di seluruh jenjang pendidikan dasar dan guru berupa kemampuan mengelola
menengah pada tahun 2024 [8] ini pembelajaran peserta didik yang meliputi
memiliki beberapa perubahan pemahaman terhadap peserta didik,
dibandingkan dengan kurikulum 2013 perancangan dan pelaksanaan
seperti penggantian kompetensi inti dan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
kompetensi dasar dengan capaian pengembangan peserta didik untuk
pembelajaran, perubahan status mata mengaktualisasikan berbagai potensi yang
pelajaran, pemberian wewenang satuan dimilikinya [14]. Oleh karena itu,

11
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 7 No. 1 Agustus 2022 e-ISSN: 2549-2845

pengetahuan guru terhadap kompetensi yang secara umum dikenal dengan


pedagogik apa saja yang perlu mereka kemampuan pengelolaan pembelajaran
miliki dan kembangkan menjadi penting, merupakan ciri khas yang membedakan
agar guru dapat melakukan penerapan antara profesi guru dengan profesi yang
kurikulum merdeka secara optimal dalam lain [16]. Oleh karena itu, untuk mengikuti
proses belajar mengajar. perubahan dan perkembangan kurikulum,
guru harus selalu meningkatkan
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk kompetensi mereka dalam bidang
membahas kompetensi pedagogik apa saja pedagogik agar dapat menerjemahkan
yang perlu dikembangkan guru dalam muatan kurikulum ke dalam proses
rangka menyambut kurikulum merdeka. pembelajaran.
Kompetensi pedagogik yang perlu dikuasai
dan dikembangkan antara lain penguasaan Kurikulum merdeka memuat beberapa
terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembaruan dibandingkan kurikulum
pembelajaran yang mendidik, sebelumnya seperti adanya capaian
memfasilitasi pengembangan potensi pembelajaran berdasarkan fase, proses
peserta didik untuk mengaktualisasikan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan
berbagai potensi yang dimiliki melalui intrakurikuler dan pembelajaran projek
pendekatan yang tepat, dan yang dikaitkan dengan Profil Pelajar
menyelenggarakan penilaian dan evaluasi Pancasila dan perubahan bentuk penilaian
proses dan hasil belajar. yang lebih difokuskan ke asesmen yang
bersifat formatif [5]. Berbagai perubahan
METODE yang ada dalam kurikulum merdeka
Artikel ini ditulis menggunakan tersebut dan kaitannya dengan kompetensi
pendekatan kajian literatur berupa uraian pedagogik guru dapat dilihat melalui
tentang teori, temuan penelitian, dan penjelasan berikut.
temuan yang diperoleh dari berbagai
sumber yang dijadikan sebagai bahan Penerapan capaian pembelajaran dan
kajian. Kajian literatur dapat memberikan hubungannya dengan teori belajar
informasi tentang temuan yang relevan Capaian pembelajaran dalam kurikulum
dengan penelitian yang dilakukan, merdeka merupakan bentuk pembaharuan
menghubungkan penelitian dengan literatur dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
yang telah ada, serta untuk mengisi Dasar (KD) yang terdapat dalam
kekosongan penelitian sebelumnya [15]. kurikulum sebelumnya, dimana capaian
pembelajaran diukur berdasarkan fase
Penulis menganalisis dan mengkaji pokok- perkembangan peserta didik sedangkan KI-
pokok perubahan yang ada dalam KD diukur per tahun sesuai tingkatan kelas
kurikulum merdeka dari sisi pedagogis peserta didik. Capaian pembelajaran ini
untuk memahami kompetensi pedagogik disusun menggunakan pendekatan
apa saja yang perlu ditingkatkan dan konstruktivistik yang percaya bahwa
diperdalam oleh guru dalam pembelajaran perlu melibatkan anak dalam
mengimplementasikan kurikulum merdeka. proses interaksi secara aktif dengan
lingkungannya, dimana proses interaksi ini
HASIL DAN PEMBAHASAN dipandu oleh guru melalui serangkaian
Kompetensi pedagogik berupa penguasaan stimulasi [17].
terhadap teori belajar, teori perkembangan
peserta didik, teori pengembangan Pembelajaran menurut teori
kurikulum dan evaluasi pembelajaran atau konstruktivisme adalah proses

12
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 7 No. 1 Agustus 2022 e-ISSN: 2549-2845

pembentukan pengetahuan yang harus dipahami sebaik mungkin oleh guru agar
dilakukan sendiri oleh peserta didik. Oleh dapat memanfaatkan kelebihannya untuk
karena itu, peserta didik harus melakukan menerapkan kurikulum merdeka secara
berbagai aktivitas, aktif berpikir, maksimal. Oleh karena itu, guru sebagai
membentuk konsep dan memiliki rasa fasilitator pembelajaran harus
terhadap apa yang dipelajarinya. Guru menyegarkan kembali dan memperdalam
sebagai perancang dan pengembang pengetahuannya terkait dengan teori
program pembelajaran bertugas tersebut.
memfasilitasi agar proses interaksi tersebut
bisa berlangsung [18]. Teori Profil Pelajar Pancasila dan
konstruktivisme yang diungkapkan oleh hubungannya dengan pengembangan
berbagai pakar secara garis besar potensi peserta didik
mempunyai dua ide utama yaitu Profil Pelajar Pancasila menggambarkan
pembelajar yang aktif dalam usaha profil pelajar Indonesia sebagai pelajar
mengkosntruksi pengetahauan dan sepanjang hayat yang kompeten,
interaksi sosial memiliki peran penting berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-
dalam usaha tersebut. Pandangan nilai Pancasila yaitu 1) beriman, bertakwa
konstruktivisme ini dapat dikelompokkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
menjadi 3 kelompok yaitu: 1) berakhlak mulia, 2) berkebinekaan global,
konstruktivisme psikologis atau personal 3) bergotong-royong, 4) mandiri, 5)
yang memfokuskan pada bagaimana bernalar kritis, dan 6) kreatif [21]. Upaya
pembelajar menggunakan informasi, pembentukan profil ini dilakukan melalui
sumber daya dan bantuan dalam upaya pembelajaran berbasis projek yang
pemecahan masalah; 2) konstruktivisme memberikan kesempatan pada peserta
sosial yang melihat belajar sebagai upaya didik untuk mengeksplorasi suatu topik,
peningkatan kemampuan untuk isu atau masalah tanpa adanya sekat
berinteraksi dengan pihak lain; dan 3) disiplin ilmu dan batasan antar mata
konstruktivisme dialektikal yang pelajaran. Selain itu peserta didik juga
merupakan perpaduan antara berkesempatan menerapkan pengetahuan
konstruktivisme psikologis dan sosial [19]. yang telah diperolehnya dalam kehidupan
nyata melalui proses interaksi dengan
Pembelajaran yang bersifat konstruktivis lingkungan sekitar [5].
tentunya mempunyai beberapa kelebihan
seperti sumber belajar bukan hanya berasal Penerapan pembelajaran berbasis projek
dari guru tetapi juga lingkungan tempat untuk membentuk karakter Profil Pelajar
peserta didik berinteraksi, peserta didik Pancasila tentunya menuntut guru agar
akan menjadi lebih aktif dan kreatif, menggunakan pendekatan-pendekatan baru
pembelajaran menjadi lebih bermakna dalam proses pembelajaran yang salah
karena didapatkan melalui pengalaman satunya adalah pendekatan sosio-saintifik.
peserta didik itu sendiri, dan adanya Pendekatan ini mencoba menghubungkan
kebebasan pembelajaran dimana peserta keadaan sosial di lingkungan sekitar
didik bebas mengaitkan pengalaman yang peserta didik dengan kemampuan sains
didapatkannya dengan konsep yang dipelajari di sekolah. Dalam
pembelajaran yang ada untuk pendekatan sosio-saintifik masalah-
menyelesaikan masalah dan membuat masalah harus dikembangkan sendiri oleh
keputusan [20]. Penggunaan pendekatan peserta didik dengan mengembangkan
teori konstrutivisme dalam penyusunan berbagai aspek sains dan kaitannya dengan
capaian pembelajaran ini tentunya harus isu sosial di lingkungan sekitar seperti

13
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 7 No. 1 Agustus 2022 e-ISSN: 2549-2845

moral dan ekonomi, yang kemudian Learning (AfL) yang lebih berfokus pada
mereka kaji, berdiskusi untuk bertukar kualitas proses pembelajaran yang sedang
gagasan, serta nilai apa yang didapatkan berjalan dibandingkan keberhasilan
dari proses kajian tersebut [22]. pembelajaran itu sendiri [24]. Dengan kata
Penggunaan pendekatan sosio-saintifik lain, asesmen formatif adalah proses yang
diharapkan tidak membantu peserta didik digunakan guru untuk mengumpulkan dan
dalam perkembangan kemampuan kognitif, menggunakan informasi penilaian untuk
tetapi juga pengembangan kompetensi kebutuhan individu anak-anak serta
sosial dan emosional [23]. Sehingga bukan informasi lain yang berasal dari berbagai
hanya kompetensi umum dan karakter sumber untuk kemudian dianalisis agar
peserta didik yang berkembang, tetapi juga menghasilkan pembelajaran yang sesuai
kepedulian dan kepekaan terhadap dengan individu anak-anak untuk
lingkungan sekitar ikut meningkat [21]. mendukung mereka terus belajar dan
berkembang.
Pembelajaran projek dengan
menggabungkan sains dan ilmu sosial juga Asesmen formatif dapat dilaksanakan
memberikan kesempatan terjalinnya dengan menggunakan 5 strategi kunci
kolaborasi antar guru mata pelajaran di yaitu: 1) melalui diskusi antara guru dan
sekolah sehingga projek yang dilaksanakan peserta didik untuk berdiskusi, berbagi dan
bersifat lintas mata pelajaran. Oleh karena mencoba mengerti maksud dari belajar dan
itu, guru harus mampu memahami kriteria kesuksesan pembelajaran, contoh
pendekatan ini secara baik termasuk dari strategi ini adalah guru yang
bagaimana proses kolaborasi antar guru mendiskusikan rubrik dengan peserta didik
berlangsung dapat menciptakan projek untuk membangun kriteria penilaian
pembelajaran yang bermakna yang dapat bersama, dan membiarkan peserta
membentuk peserta didik dengan Profil merumuskan tujuan pembelajaran mereka
Pelajar Pancasila. sendiri; 2) mengatur diskusi kelas yang
efektif, kegiatan dan tugas belajar yang
Perubahan prioritas asesmen dalam menimbulkan wawasan tentang proses
penilaiannya dan hubungannya dengan pembelajaran bagi peserta didik, seperti
kemampuan guru dalam evaluasi hasil melakukan diskusi kelas untuk
belajar mengaktivasi pengetahuan yang telah
Kurikulum merdeka menitikberatkan didapatkan peserta didik sebelumnya; 3)
proses penilaian pembelajaran pada umpan balik dari guru berupa respon guru
asesmen formatif dimana hasil asesmen terhadap pengetahuan yang telah
akan digunakan untuk merancang didapatkan oleh peserta didik baik secara
pembelajaran sesuai tahap capaian peserta kolektif maupun individual; 4) penilaian
didik [5]. Asemen formatif dilakukan teman sebaya antara sesama peserta didik;
dengan tujuan untuk memandu proses dan 5) penilaian diri sendiri oleh peserta
belajar dan meningkatkan hasil belajar didik dimana kedua penilaian tersebut
peserta didik yang dilakukan melalui 2 merupakan kebutuhan peserta didik untuk
cara yaitu: 1) Data-Based Decision Making proses pembelajaran yang produktif [25].
DBDM) berupa analisis sumber data yang
tersedia di sekolah untuk merumuskan Proses asesmen formatif ini dilaksanakan
inovasi yang akan diterapkan, kurikulum pada pembelajaran sebagai suatu siklus
yang tepat dan tindakan perbaikan yang yang terus berkesinambungan sehingga
diperlukan untuk keberhasilan proses perbaikan dalam kegiatan
pembalajaran dan 2) Assement for pembelajaran akan terus berlangsung dari

14
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 7 No. 1 Agustus 2022 e-ISSN: 2549-2845

waktu ke waktu. Dimana hal ini sangat pelatihan secara mandiri ini, diharapkan
berbeda dengan asesmen sumatif yang kesiapan guru dalam
sering dilakukan saat akhir pembelajaran mengimplementasikan kurikulum merdeka
dan lebih berfokus pada nilai yang
pada satuan pendidikannya masing-masing
didapatkan peserta didik, sehingga
perkembangannya secara proses menjadi lebih meningkat.
pembelajaran menjadi terabaikan [26].
Berdasarkan hal tersebut kurikulum SIMPULAN
merdeka yang berfokus pada capaian Pembuatan dan penerapan kurikulum
pembelajaran peserta didik termasuk merdeka merupakan upaya pemerintah
proses di dalamnya sangat tepat dalam upaya pemerataan dan peningkatan
mengutamakan asesmen formatif di dalam mutu pendidikan di Indonesia. Pembaruan
penilaian dibandingkan asesmen sumatif. kurikulum ini mengharuskan guru untuk
Penggunaan asesmen formatif ini tentunya mengembangkan kompetensi pedagogik
juga memberikan tantangan tersendiri bagi mereka agar dapat menerapkan kurikulum
guru karena selama ini kebanyakan guru merdeka secara optimal. Kemampuan
terbiasa hanya menggunakan asesmen pedagogik yang perlu ditingkatkan di
sumatif dalam proses pembelajaran. Oleh antaranya adalah pemahaman tentang teori
karena itu, guru perlu meningkatkan belajar konstruktivisme, bagaimana
kompetensi pedagogik mereka dalam menyusun projek dan pendekatan yang
bidang evaluasi pembelajaran agar tepat seperti menggunakan pedekatan
kurikulum merdeka dapat diterapkan sosio-saintifik dalam proyek profil pelajar
secara maksimal. Pancasila, dan penerapan asesmen formatif
secara lebih luas dalam kegiatan
Persiapan guru dalam menyambut pembelajaran.
kurikulum merdeka
DAFTAR PUSTAKA
Kehadiran kurikulum merdeka yang
[1] L. Hakim, “Pemerataan Akses
membawa berbagai pembaruan Pendidikan bagi Rakyat Sesuai
dibandingkan kurikulum 2013 tentunya dengan Amanat Undang-Undang
membutuhkan persiapan bagi guru agar Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
dapat menyukseskan implementasi Sistem Pendidikan Nasional,”
kurikulum tersebut. Salah satu bentuk EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan
Dan Ilmu Sosial, vol. 2, no. 1, 2016.
persiapan tersebut adalah dengan
[2] Direktorat PAPBN Kementerian
menyarankan guru untuk mengikuti Keuangan, “Anggaran Pendidikan,”
pelatihan secara mandiri pada platform 2019.
merdeka mengajar yang telah disediakan [3] E. Wicaksono, “Pentingnya
oleh Kemendikbudristek. Platform Peningkatan Kualitas Anggaran
merdeka mengajar menyediakan referensi Pendidikan di Indonesia,” Sehat,
bagi guru untuk mengembangkan praktik Adil, dan Mandiri, p. 25.
[4] L. Manurung, “Sejarah Kurikulum
mengajar sesuai kurikulum, memberikan
di Indonesia,” Jurnal Ilmiah
fasilitas pelatihan mandiri yang dapat Wahana Pendidikan, vol. 5, no. 2,
diakses kapanpun dan dimanapun kepada pp. 88–95, 2019.
guru dan tenaga kependidikan untuk dapat [5] Badan Standar, Kurikulum, dan
memperoleh materi pelatihan yang Asesmen Pendidikan. Kajian
berkualitas [27]. Dengan mengikuti Akademik Kurikulum untuk

15
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 7 No. 1 Agustus 2022 e-ISSN: 2549-2845

Pemulihan Pembelajaran. Jakarta: Merdeka Belajar dengan Model


Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Pembelajaran Abad 21 dalam
Badan Standar, Kurikulum, dan Perkembangan Era Society 5.0,”
Asesmen Pendidikan Kementerian Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan,
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan vol. 4, no. 2, pp. 3011–3024, 2022.
Teknologi, 2021. [12] J. B. Manalu, P. Sitohang, dan N. H.
[6] Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Henrika, “Pengembangan Perangkat
Riset, dan Teknologi. Keputusan Pembelajaran Kurikulum Merdeka
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Belajar,” Prosiding Pendidikan
Riset, dan Teknologi Republik Dasar, vol. 1, no. 1, pp. 80–86,
Indonesia Nomor 56/M/2022 2022.
Tentang Pedoman Penerapan [13] R. Rahayu, R. Rosita, Y. S.
Kurikulum dalam Rangka Rahayuningsih, A. H. Hernawan,
Pemulihan Pembelajaran. and P. Prihantini, “Implementasi
Indonesia, 2022. Kurikulum Merdeka Belajar di
[7] Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Sekolah Penggerak,” Jurnal
Badan Standar, Kurikulum dan Basicedu, vol. 6, no. 4, pp. 6313–
Asesmen Pendidikan, Kementerian 6319, 2022.
Pendidikan, Kebudayaan,, Riset, dan [14] Peraturan Pemerintah Republik
Teknologi. Buku Saku Tanya Jawab Indonesia, Peraturan Pemerintah
Kurikulum Merdeka. Jakarta: Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Kementerian Pendidikan, Standar Nasional Pendidikan.
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Indonesia, 2005.
2022. [15] J. W. Cresswell, Research Design:
[8] Kementerian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka
“Kurikulum Merdeka sebagai Opsi Pelajar, 2013.
Satuan Pendidikan dalam Rangka [16] A. A. Nur, “Meningkatkan
Pemulihan Pembelajaran tahun. Kompetensi Pedagogik Guru di SD
2022 s.d. 2024,” 2022. Yayasan Mutiara Gambut,” Jurnal
https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go. Bahana Manajemen Pendidikan,
id/detail-ikm/ (accessed Apr. 10, vol. 2, no. 1, pp. 65–72, 2020.
2022). [17] Badan Standar, Kurikulum, dan
[9] M. Marisa, “Inovasi Kurikulum Asesmen Pendidikan Kementerian
„Merdeka Belajar‟ di Era Society Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
5.0,” Santhet:(Jurnal Sejarah, Teknologi. Keputusan Kepala
Pendidikan, dan Humaniora), vol. Badan Standar, Kurikulum, dan
5, no. 1, pp. 66–78, 2021. Asesmen Pendidikan Kementerian
[10] A. Jojor dan H. Sihotang, “Analisis Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Kurikulum Merdeka dalam Teknologi Nomor 008/H/KR/2022
Mengatasi Learning Loss di Masa tentang Capaian Pembelajaran
Pandemi Covid-19 (Analisis Studi pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Kasus Kebijakan Pendidikan),” Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, Jenjang Pendidikan Menengah
vol. 4, no. 4, pp. 5150–5161, 2022. pada Kurikulum Merdeka.
[11] Y. Indarta, N. Jalinus, W. Waskito, Indonesia, 2022.
A. D. Samala, A. R. Riyanda, dan [18] I. K. Sudarsana, “Optimalisasi
N. H. Adi, “Relevansi Kurikulum Penggunaan Teknologi dalam

16
SAP (Susunan Artikel Pendidikan) p-ISSN: 2527-967X
Vol. 7 No. 1 Agustus 2022 e-ISSN: 2549-2845

Implementasi Kurikulum di Sekolah Meningkatkan Kemampuan


(Persepektif Teori Argumentasi Ilmiah,” Edu Sains:
Konstruktivisme),” Cetta: Jurnal Jurnal Pendidikan Sains dan
Ilmu Pendidikan, vol. 1, no. 1, pp. Matematika, vol. 8, no. 1, pp. 22–
8–15, 2018. 32, 2020.
[19] H. D. Supardan, “Teori dan Praktik [24] K. Schildkamp, F. M. Van Der
Pendekatan Konstruktivisme dalam Kleij, M. C. Heitink, W. B. Kippers,
Pembelajaran,” Edunomic Jurnal and B. P. Veldkamp, “Formative
Pendidikan Ekonomi, vol. 4, no. 1, Assessment: a Systematic Review of
2016. Critical Teacher Prerequisites for
[20] S. Suparlan, “Teori Konstruktivisme Classroom Practice,” International
dalam Pembelajaran,” Islamika, vol. Journal of Educational Research,
1, no. 2, pp. 79–88, 2019. vol. 103, p. 101602, 2020.
[21] Badan Penelitian dan [25] M. Leenknecht, L. Wijnia, M.
Pengembangan dan Perbukuan, Köhlen, L. Fryer, R. Rikers, and S.
Kajian Pengembangan Profil Loyens, “Formative Assessment as
Pelajar Pancasila. Jakarta: Badan Practice: The Role of Students‟
Penelitian dan Pengembangan dan Motivation,” Assessment &
Perbukuan, Kementerian Pendidikan Evaluation in Higher Education,
dan Kebudayaan Republik vol. 46, no. 2, pp. 236–255, 2021.
Indonesia, 2020. [26] Kementerian Pendidikan dan
[22] E. N. Sari, H. N. Fauziah, I. A. Kebudayaan, Modul Asesmen
Muna, dan M. K. Anwar, Formatif dan Sumatif. Jakarta:
“Efektivitas Model Pembelajaran Kementerian Pendidikan dan
Scramble dengan Pendekatan Socio- Kebudayaan, 2020.
Scientific terhadap Rasa Ingin Tahu [27] Kemendikbudristek, “Peran
Peserta Didik,” Jurnal Tadris IPA Platform Merdeka Mengajar dalam
Indonesia, vol. 1, no. 3, pp. 354– Implementasi Kurikulum Merdeka,”
363, 2021. 2022.
[23] S. Siska, W. Triani, Y. Yunita, Y. https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.
Maryuningsih, dan M. Ubaidillah, id/detail-ikm/ (accessed May 24,
“Penerapan Pembelajaran Berbasis 2022).
Socio Scientific Issues untuk

17

Anda mungkin juga menyukai