فِي ُربُوْ ِبيَتِ ِه َوِإلَ ِهيَتِ ِه،َُريْكَ لَهِ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل ش،ُ َأحْ َم ُدهُ َوَأ ْش ُك ُرهُ َوَأ ْست َِع ْينُهُ َوَأ ْستَ ْغفِ ُره،اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َعلَى فَضْ لِ ِه َوِإحْ َسانِ ِه
. َو َسلَّ َم تَ ْسلِيْما ً َكثِيْرً ا،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحا ِب ِه
َ ،ُ َوَأ ْشهَ ُد َأنَّ ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه،صفَاتِ ِه ِ َوَأ ْس َماِئ ِه َو
Manusia itu sungguh luar biasa. Allah ﷻtelah menciptakan mereka. Memberikan mereka perbedaan
dalam sifat, penampilan, dan keadaan. Yag semuanya memperlihatkan ke-Maha Mampuan Allah. dan
kita manusia adalah makhluk yang lemah.
Banyak ayat-ayat dalam Alquran, yang apabila kita tadabburi, maka kita temui makna semisal ini.
Mengajak kita merenungi dan menyadari tentang tanda-tanda kekuasaan Allah ﷻpada diri kita. Di
antaranya adalah firman Allah ﷻ,
“dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS:Adz-Dzaariyat | Ayat:
21).
Di antara ciri khas manusia yang sering diulang-ulang Alquran penyebutannya adalah sifat pelupa.
Tentu kita sama-sama mengetahui, sebab yang mengeluarkan ayah kita, Nabi Adam ‘alaihissalam, dari
surga adalah lupa. Lupa dengan janji ilahi.
َولَقَ ْد َع ِه ْدنَا ِإلَى آ َد َم ِم ْن قَ ْب ُل فَن َِس َي َولَ ْم ن َِج ْد لَهُ ع َْز ًما
“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu),
dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (QS:Thaahaa | Ayat: 115).
Ayah kita diciptakan dengan sifat lupa, demikian pula kita sebagai anaknya. Sama.
Karena sifat lupa ini merupakan tabiat manusia, maka di antara perwujudan rahmat Allah ﷻadalah
Dia tidak mencatatkan dosa terhadap manusia atas apa yang mereka lakukan karena lupa.
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah”. (QS:Al-Baqarah |
Ayat: 286).
Walaupun lupa adalah tabiat manusia, Alquran selalu membimbing manusia, menerangi hati dan akal
mereka. Agar manusia tidak lupa tentang sesuatu yang tidak boleh dilupakan. Bahkan ketika manusia
melupakannya, maka ia berada dalam seburuk-buruk keadaan. Apa itu? Ketika manusia lupa akan hak
Allah atas diri mereka. Maka manusia akan terjerembab dalam seburuk-buruk keadaan. Allah ﷻ
berfirman,
َصينَ لَهُ ال ِّدينَ فَلَ َّما نَجَّاهُ ْم ِإلَى ْالبَرِّ ِإ َذا هُ ْم يُ ْش ِر ُكون ِ فَِإ َذا َر ِكبُوا فِي ْالفُ ْل
ِ ِك َد َع ُوا هَّللا َ ُم ْخل
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah).” (QS:Al-‘Ankabuut | Ayat: 65).
Mengapa hal ini dikatakan sangat buruk? Ingatlah berulang kali kita sakit. Berulang kali kita ditimpa
kesempitan, kesedihan, dan musibah. Berulang kali kesulitan-kesulitan menggencet kita. Kemudian
saat itu kita berdoa. Lalu Allah ﷻberi kesembuhan. Allah jaga dan selamatkan dari mara bahaya.
Allah lapangkan yang sempit dan beri jalan keluar. Dia sama sekali tidak melupakan kita di saat kita
kesulitan. Lalu apakah kita layak melupakan-Nya saat kita lapang?!
Allah ﷻberfirman,
َوِإ َذا َمسَّ اِإْل ْنسَانَ ضُرٌّ َدعَا َربَّهُ ُم ِنيبًا ِإلَي ِْه ثُ َّم ِإ َذا خَ َّولَهُ ِن ْع َمةً ِم ْنهُ ن َِس َي َما َكانَ يَ ْدعُو ِإلَ ْي ِه ِم ْن قَ ْب ُل
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya
dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah
dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum
itu.” (QS:Az-Zumar | Ayat: 8).
Tidaklah selamat dari keadaan demikian kecuali orang-orang yang Allah ﷻsifati dengan firman-Nya,
( ) َوِإ َذا َم َّسهُ ْالخَ ْي ُر َمنُوعًا20( ) ِإ َذا َم َّسهُ ال َّشرُّ َج ُزوعًا19( ق هَلُوعًا َ ِ {ِإنَّ اِإْل ْنسَانَ ُخل:وال ينجو من هذه الحال إال من وصفهم هللا بقوله
َّ
َ) َوال ِذين25( ُوم ْ ُ َأ َّ
ِ ) لِلسَّاِئ ِل َوال َمحْ ر24( ) َوال ِذينَ فِي ْم َوالِ ِه ْم َحق َم ْعلو ٌم23( َصاَل تِ ِه ْم دَاِئ ُمون
ٌّ َ ) الَّ ِذينَ هُ ْم َعلَى22( َصلِّين َ ) ِإاَّل ْال ُم21
( َُوج ِه ْم َحا ِفظُون ُ َّ ْأ ُ َّ
ِ ر فل م ُ ه ذ
ِ ْ ََ ِ ين ال و )28 ( ون م
ٍ ُ َ م رُ ْ
ي َ
غ م ه بر اب َ
ذ
ْ ِ ِّ َ َ َ ِإع َّن )27 ( قفشْ م م هبر ب اذَ ع
ََ ِ ينَ ْ ِ َ ِ َ ِّ ِ ْ ُ ِ ونن ْ م م ُ ه ذ ال و )26 ( ِ ُص ِّدقُونَ ِبيَوْ ِم الد
ِّين َ ي
) َوالَّ ِذينَ هُ ْم َأِل َمانَا ِت ِه ْم31( َ) فَ َم ِن ا ْبتَغَى َو َرا َء َذ ِلكَ فَُأولَِئكَ هُ ُم ْال َعا ُدون30( ََت َأ ْي َمانُهُ ْم فَِإنَّهُ ْم َغ ْي ُر َملُو ِمين
ْ اج ِه ْم َأوْ َما َملَك
ِ َو ْ
ز َأ ى َ لعَ اَّل) ِإ29
)35( َت ُم ْك َر ُمون ٍ ) ُأولَِئكَ فِي َجنَّا34( َصاَل تِ ِه ْم ي َُحافِظُون َ ) َوالَّ ِذينَ هُ ْم َعلَى33( َ) َوالَّ ِذينَ هُ ْم ِب َشهَادَاتِ ِه ْم قَاِئ ُمون32( ََو َع ْه ِد ِه ْم َرا ُعون
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam
hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak
mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari
pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan
mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang
memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” (QS:Al-Ma’aarij | Ayat: 19-35).
Musibah yang lebh besar dari ini adalah sebagian orang yang dikepung musibah dari berbagai sisi.
Bencana menimpanya silih berganti. Namun dia tetap lupa akan Allah ﷻ. Ia tidak meragukan takdir
Allah, hanya saja lemahnya iman membuat semuanya terlupa.
Ikhwatal Islam,
Janga sampai kita termasuk orang-orang yang lupa dan lalai. Lupa dan lalai kepada Allah dan hak para
makhluk-Nya. Jika kita lupa akan hak Allah ﷻ, maka solusinya adalah dengan banyak tadabbur dan
mengingat Allah. Hal ini akan menjauhkan kita dari sifat lalai dan lupa. Allah ﷻberfirman,
يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ْاذ ُكرُوا هَّللا َ ِذ ْكرً ا َك ِثيرً ا
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-
banyaknya.” (QS:Al-Ahzab | Ayat: 41).
Ummul mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha menyifati Nabi ﷺbahwasanya beliau senantiasa berdzikir
mengingat Allah dalam setiap keadaan. Dan Alquran mencela orang-orang yang lalai dari mengingat
Rabb mereka. Cukuplah gambaran buruk yang disebutkan Alquran tentang sifat lalai ini sebagai
sifatnya orang-orang munafik.
َواَل تُ ِط ْع َم ْن َأ ْغفَ ْلنَا قَ ْلبَهُ ع َْن ِذ ْك ِرنَا َواتَّبَ َع ه ََواهُ َو َكانَ َأ ْم ُرهُ فُ ُرطًا
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS:Al-Kahfi | Ayat: 28).
Ikhwatal Islam,
Berdzikir mengingat Allah ﷻadalah tanda hati yang hidup. Mereka tidak lupa akan dosa-dosa yang
telah mereka lakukan, walaupun sudah taubat dari dosa tersebut. Mereka jadikan mengingat dosa
dan kesalahan itu sebagai tambahan istighfar dan penyesalan. Mohonlah kepada Allah agar Dia
menjadikan hati kita hati yang hidup. Bukan hati yang mati. Yang tidak merasakan dosa dan tidak
bahagia dengan amal shaleh.
Ishaq bin Ibrahim rahimahullah mengatakan, “Aku bersama Fudhail bin Iyadh di hari Arafah. Aku tidak
mendengarkan doa darinya sedikit pun kecuali ia meletakkan tangan kanannya pada pipinya. Ia
tundukkan kepalanya. Ia menangis karena takut. Ia senantiasa dalam keadaan tersebut”. Fudhail
menyesali dosa-dosanya yang telah lalu. Meskipun ia sudah bertaubat dari masa lalunya, namun
baginya hidup yang ia isi dengan dosa dan kesalahan sudah tercatat dan menjadi bagian rekam jejak
yang tidak hilang.
Di sisi lain, sebaiknya kita tidak banyak mengingat amal kebajikan kita. Karena hal itu akan
menimbulkan rasa bangga. Lalu kita tertipu dengan diri sendiri. Atau bahkan membuka pintu berbuat
dosa dengan dalih sudah melakukan kebaikan yang banyak yang bisa menutupi dosa. Seorang
mukmin sangat menyadari bahwa amalan ketaatannya adalah taufik dari Allah. Dan maksiat adalah
bentuk dipalingkan dari taufik.
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya).” (QS:An-Nahl | Ayat: 53).
Salah seorang salaf mengatakan, “Rasa bangga dengan amal ketaatan akan melahirkan sifat lupa
dengan nikmat yang banyak.” Lupa bahwa Allah ﷻtelah memberi nikmat yang banyak kepadanya.
Jika seseorang dalam kondisi harus mengingat kebaikannya, maka ingatlah pula dosa yang telah ia
lakukan. Hal itu sebagai penawar dan penyeimbang. Yahya bin Abi Katsir rahimahullah mengatakan,
“Sesungguhnya mengingat-ingat kebaikanmu, akan membuatmu lupa terhadap kesalahan-
kesalahanmu”.
Adapun masalah lupa terhadap sesame makhluk, ada beberapa poin penjelasan. Di antaranya:
Seseorang yang baik, dia tidak akan melupakan orang yang berbuat baik kepadanya. Kapanpun juga.
Dan orang yang paling banyak berbuat baik kepada sesama manusia adalah kedua orang tua terhadap
anaknya. Dan juga guru yang mengajarkan ilmu agama.
Diriwayatkan bahwa Imam asy-Syafi’i rahimahullah sangat memuliakan seorang Arab dusun. Jika
dilihat dari sisi nasab, tentu Imam asy-Syafi’i memiliki nasab yang mulia. Beliau adalah seorang
Quraisy. Jauh disbanding Arab dusun tersebut. Imam asy-Syafi’i berkata, “Sesungguhnya Arabi ini
memberikan pelajaran kepadaku tentang satu lafadz yang asing dalam Bahasa Arab. Saat itu aku
berada di Mekah”.
Di sisi lain, sikap kita kepada sesama manusia hendaknya mudah melupakan kesalahan. Karena
manusia itu tempat lupa dan salah. Orang yang mulia adalah mereka yang mengingat kebaikan orang
lain dan mudah melupakan kesalahan mereka. Orang terbaik dalam hal ini adalah Nabi kita
Muhammad ﷺ.
Beliaulah yang melupakan kesalahan orang-orang Mekah yang menzaliminya dan para sahabatnya.
Padahal saat memasuki Kota Mekah, beliau mampu membalasa semua kezaliman yang telah mereka
lakukan.
Jadilah seseorang yang lupa akan aib dan kesalahan orang lain. Sibukkan diri dengan mengingat aib
dan kesalahan diri sendiri. Dan beruntunglah seseorang yang sibuk dengan aib dirinya sendiri dan lupa
terhadap aib orang lain.
Bakr bin Abdullah al-Muzani rahimahullah mengatakan, “Apabila engkau melihat seseorang sibuk
dengan aib orang lain dan lupa dengan aib dirinya sendiri, maka ketauhilah ia adalah orang yang
tertipu”.
Ayyuhal muslimun,
Ada suatu hal, apabila seseorang lupa terhadapnya, maka akan berbahaya. Lalai terhadapnya adalah
musibah. Betapa banyak pintu-pintu keterpedayaan terbuka ketika seseorang melupakannya. Dan
betapa hal ini menjadi penyebab kerasanya hati, apabila kita melupakannya. Hal itu adalah kematian.
Banyak di dalam Alquran ayat-ayat yang mencela mereka yang tertipu dengan angan-angannya
sehingga lupa kalau mereka akan mati.
Banyak dinukil dari para salah mereka menyatakan, “Kalau aku lupa mengingat mati sesaat saja,
hatiku menjadi rusak”.
Ya Allah, jadikanlah hati kami hidup dengan mengingat-Mu. Lindungilah kami dari gaya hidupnya
orang-orang yang lalai.
َأقُوْ ُل هَ َذا القَوْ َل؛ َوَأ ْستَ ْغفُ ُر هللاَ ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل َساِئ ِر،الح ْك َم ِة
ِ ت َو ِ ْبَارَكَ هللاُ ِلي َولَ ُك ْم ِفي القُر
ِ َونَفَ ْع ِني َوِإيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه َما ِمنَ اآليَا،آن َوال ُسنَّ ِة
َ ب فَا ْستَ ْغ ِفرُوْ هُ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ِإنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر
الر ِح ْي ُم ٍ ال ُم ْس ِل ِميْنَ ِم ْن ُكلِّ َذ ْن.
Khutbah Kedua:
ُ َوَأ ْشهَ ُد َأنَّ ُم َح َّمداً َع ْب ُده،َُريْكَ لَه ِ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل ش،ضى َ َاَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َح ْمداً َك ِثيْراً طَيِّبا ً ُمب
َ ْاركا ً ِف ْي ِه َك َما ي ُِحبُّ َربُّنَا َويَر
َصحْ ِب ِه َأجْ َم ِعيْن و
َ َ ِِ ه لآ ى َ ل ع
َ و ه
َ ِ ْ
ي َ ل ع
َ م َّ ل س
َ َ َ ُو هللا ى َّ لصَ ُ؛ ه ُ ل س
ُْو ر و
َ َ .
Ibadallah,
Ketika kita sudah mengetahui bahwa sifat lalai dan lupa itu tercela, maka Allah Yang Maha Sempurna
sangat jauh dari sifat ini.
Apabila ada lafadz di dalam Alquran yang menyebutkan Allah lupa terhadap suatu kaum, maka artinya
adalah Allah meninggalkan mereka. Allah ﷻtidak lagi melindungi mereka. Dia serahkan mereka pada
diri mereka sendiri. Ini adalah sebuah kehinaan dan puncak kerugian.
“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.” (QS:At-Taubah | Ayat: 67).
tinggalkan mereka.ﷻ Allah
Dan dikatakan (kepada mereka): “Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah
melupakan pertemuan (dengan) harimu ini.” (QS:Al-Jaatsiyah | Ayat: 34).
Kehinaan apalagi yang lebih besar dari kehinaan ini? Seseorang diserahkan pada diri mereka sendiri
dan Allah meninggalkan mereka. Semoga Allah melindungi kita dari yang demikian.
Lalu bagaimana jalan keluarnya? Dengarlah ucapan Imam Ibnu Rajab rahimahullah berikut:
“Barangsiapa yang mengingat Allah saat mereka sehat dan dalam keadaan lapang. Dan pada saat itu
. Yakni kematian dan apa yangﷻ mereka mempersiapkan diri untuk hari perjumpaan dengan Allah
terjadi setelahnya. Maka Allah akan mengingat mereka saat dalam keadaan sulit itu. Dia bersama
mereka dalam kondisi tersebut. Dia akan bersikap kasih, menolong, dan membantu mereka.
mengokohkan mereka dalam tauhid. Sehingga mereka bertemu dengan Allah dalam keadaan Allah
ridha. Barangsiapa yang melupakan Allah saat sedang sehat dan lapang. Tidak pula bersiap untuk hari
perjumpaan dengan-Nya. Maka Allah akan melupakannya dalam kondisi sulit tersebut. Dan tidak
”mempedulikannya.
Ibadallah,
?Hisablah amalan kita saat ini. Apakah amalan tersebut termasuk yang Dia ridhai atau murkai
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمَ ،و َش َّر اُأل ُموْ ِر ُمحْ َدثَاتُهَاَ ،و ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة ِب ْد ُعةٌَ ،و ُك َّل ِب ْد َع ٍة
ث كَاَل ُم هللاَِ ،وخَ ي َْر الهُدَى هُدَى ُم َح َّم ٍد َ
الح ِد ْي ِ
ق َ َوا ْعلَ ُموْ ا َأنَّ َأصْ َد َ
ضاَل لَةٌَ ،و َعلَ ْي ُك ْم ِب ْال َج َما َع ِة فَِإنَّ يَ َد هللاِ َعلَى َ
الج َما َع ِة َ .
ُص ُّلونَ َعلَى النَّ ِب ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ ص ُّلوْ ا َو َسلِّ ُموْ ا َرعَا ُك ُم هللاُ َعلَى ُم َح َّم ِد ب ِْن َع ْب ِد هللاِ َك َما َأ َم َر ُك ُم هللاُ ِب َذلِكَ فِي ِكتَا ِب ِه فَقَ َ
الِ ﴿ :إنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ َو َ
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ِبهَا َع ْشرً ا)) صالةً َ صلَّى َعلَ َّي َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمَ (( :م ْن َ ال َ صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما ً ﴾ [األحزابَ ، ]٥٦:وقَ َ .آ َمنُوا َ
آل ُم َح َّم ٍد َك َماار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ
آل ِإب َْرا ِه ْي َم ِإنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌَ ،وبَ ِ آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ اَللَّهُ َّم َ
ْقَ ،و ُع َم َر ِ يد ِّ الصِّ ر
ِ ْ
ك َ ب ي
ْ ب
ِ َأ ؛ ي
ْنَ يدِ
َ ِ ْ
ه مال َ ة م
َّ ِئَأْلَ ا ي
ْنَ د
ِ َّاش
ِ ر ال ء
ِ اَ فَ ل ُ
خ ال َن
ِ ع مَّ ُ هَّ الل ض
َ ارْ و
َ . ٌ
د ْ
ي ج
ِ م
َ ٌ
د ْ
ي م
ِ ح
َ كَ َّ نِإ م
َ ْ
ي ه
ِ ا ْر
َ بِإ آل
ِ ىَ ل ع
َ و
َ م
َ ْ
ي ه
ِ ا ْر
َ بِإ ىَ ل ع
َ تَك ْ ار
بَ َ
ان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّديْنَ ، َّحابَ ِة َأجْ َم ِعيْنَ َوع َِن التَّابِ ِعيْنَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْ{م بِِإحْ َس ٍ ض اللَّهُ َّم ع َِن الص َ الح َسنَي ِْن َعلِ ٍّيَ ,وارْ َ قَ ،وع ُْث َمانَ ِذيْ النُوْ َري ِْنَ ،وَأبِ ْي َ الفَارُوْ ِ
َ .و َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َمنِّكَ َوك ََر ِمكَ َوِإحْ َسانِكَ يَا َأ ْك َر َم اَأل ْك َر ِميْنَ
ك َو ُسنَّةَ َص َر ِد ْينَكَ َو ِكتَابَ َ{اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل سْاَل َم َوال ُم ْسلِ ِميْنَ ،اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل سْاَل َم َوال ُم ْسلِ ِميْنَ ،اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل سْاَل َم َوال ُم ْسلِ ِميْنَ ،اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ َم ْن ن َ
ض الش َِام َوفِي ُكلِّ َمك ٍ
َان، َان ،اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ هُ ْم فِي َأرْ ِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ،اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ ِإ ْخ َوانَنَا ال ُم ْسلِ ِميْنَ ال ُم ْستَضْ َعفِيْنَ فِي ُكلِّ َمك ٍ نَبِيِّكَ ُم َح َّم ٍد َ
ً ً ً َ َ ُ َّ
،اللهُ َّم ك ْن لنَا َولهُ ْم َحافِظا َو ُم ِع ْينا{ َو ُم َسدِّدا َو ُمَؤ يِّدًا َ
َر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُونَ * َوَأوْ فُوا ِب َع ْه ِد هَّللا ِ عباد هللاِ( ،إنَّ هَّللا َ يَْأ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواِإل حْ َس ِ
ان َوِإيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى ع َْن ْالفَحْ شَا ِء َو ْال ُمنك ِ
ِإ َذا عَاهَ ْدتُ ْم َوال تَنقُضُوا اَأل ْي َمانَ بَ ْع َد تَوْ ِكي ِدهَا َوقَ ْد َج َع ْلتُ ْم هَّللا َ َعلَ ْي ُك ْم َك ِفيالً ِإنَّ هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما تَ ْف َعلُونَ ) [النحل ،]91-90:فاذكروا هللاَ يذكرْ كم،
هللا أكبرُ ،وهللاُ يعل ُم ما تصنعون يز ْدكم ،ول ِذ ْك ُر ِ .واش ُكروه على نع ِمه ِ