konseling laktasi
Semester :6
Modul : Ketrampilan Klinis 4
Waktu : 200 menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan skill lab ini, mahasiswa diharapkan dapat :
Memberikan edukasi tentang manajemen laktasi kepada Ibu hamil atau
menyusui
Memperagakan tehnik edukasi manajemen laktasi kepada Ibu hamil atau
menyusui
B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu Skill 200 menit daring
Tugas Instruktur 1. Instruktur memberikan pretest terkait materi
2. Instruktur menerangkan materi terkait edukasi manajemen
laktasi
3. Instruktur melakukan penilaian terhadap penampilan setiap
mahasiswa dalam melakukan edukasi manajemen laktasi.
Penilaian menggunakan I-Class
4. Instruktur memberikan feedback terkait performa mahasiswa
saat melakukan konseling laktasi
Tugas Mahasiswa 1. Mahasiswa mengerjakan soal pretest dari instruktur
2. Mahasiswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh
instruktur terkait materi manajemen laktasi
3. Mahasiswa berpasangan sebagai dokter & pasien berlatih
bergantian selanjutnya dilakukan penilaian
C. DASAR TEORI
Dalam menghadapi ibu yang mengalami masalah dalam menyusui, maka ibu yang
mempunyai pengalaman berhasil menyusui sendiri dapat menjadi seorang petugas
kesehatan yang paling baik. Ibu tersebut lebih dari siapapun, akan :
Dapat merasakan keuntungannya karena dapat menyusui secara berhasil,
bagaimana ringannya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli susu.
Dapat memperagakan bagaimana mengatasi masalah-masalah sewaktu menyusui
bayinya, seperti puting susu lecet, mastitis, sindroma ASI kurang, bingung puting,
bayi rewel, dll.
Dapat merasakan perkembangan bayinya yang sangat memuaskan.
Dapat merasakan jarangnya anak sakit, seperti diare, Infeksi Saluran Pemapasan
1
Akut (ISPA), dibandingkan dengan anaknya yang lain atau bayi lain yang tidak
mendapat ASI.
Jadi keberhasilan menyusui dan mengatasi masalah sewaktu menyusui benar-benar
tergantung pada kesanggupan ibu melakukan upaya-upaya mengatasi masalah dan
melakukan tindakan-tindakan yang benar dalam mengatasi setiap masalah.
Agar ibu dapat mengatasi masalah menyusui secara benar, dokter/petugas
kesehatan harus mengetahui cara bercakap-cakap dengan ibu tentang menyusui dan
masalahnya, serta mengajarkan ibu merawat bayinya di rumah. Untuk ini dibutuhkan
keterampilan dalam berkomunikasi.Kemampuan berkomunikasi dengan baik dapat
menunjukkan perbedaan antara dokter yang efektif dan yang tidak.
KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
Masalah dalam berkomunikasi dengan ibu dapat diatasi dengan menggunakan
kemampuan berkomunikasi sederhana yang diuraikan pada bagian selanjutnya bab ini.
Dengan menggunakan keterampilan ini dokter/petugas kesehatan menjadi seorang
komuniktor yang baik dengan ibu walaupun waktu yang tersedia hanya sedikit.
Mengetahui keterampilan ini juga akan membantu memantau kegiatan berkomunikasi
asisten atau staf lain.
Berikut ini adalah petunjuk berkomunikasi yang perlu diketahui :
Cara mengajukan pertanyaan pemeriksaan :
cara melakukan penilaian penderita dengan lebih baik
untuk meyakinkan bahwa ibu mengerti apa yang harus dilakukan di rumah.
cara memantau komunikasi staf dengan ibu
bagaimana menggunakan alat peraga/contoh-contoh, agar petunjuk yang
diberikan kepada ibu menjadi lebih menarik dan lebih efektif
cara menggunakan brosur/pamflet (poster)
cara memuji (memberi penghargaan) sehingga ibu merasa yakin tentang apa yang
2
dilakukannya dalam merawat anak
3
Memantau Keterampilan Berkomunikasi Tenaga Kesehatan
Kegunaan lain daftar pertanyaan pemeriksaan adalah untuk memantau komunikasi
tenaga kesehatan yang membantu dokter. Bila dokter telah mendelegasikan tanggung
jawab untuk mengajar ibu kepada seorang bidan, perawat atau ibu dari kelompok
pendukung ASI, daftar pertanyaan pemeriksaan dapat membantu untuk memantau
keberhasilan tenaga kesehatan itu mengajar.
Contoh berikut menunjukkan cara pemantauan dicapai :
Siti yang berumur 3 had mendapat ASI dan sekarang slap untuk pulang ke rumah.
Bidan telah berbicara dengan ibunya tentang apa yang harus dilakukan ibu di rumah
untuk merawatnya. Saudara, seorang dokter/petugas kesehatan, tidak melihat atau
mendengar penjelasan itu saudara hanya mempunyai sedikit waktu untuk berbicara
dengan ibunya sebelum mereka pulang. Saudara dapat menanyakan 3 atau 4
pertanyaan pemeriksaan penting tentang perawatan bayi di rumah.
Jangan tanyakan kepada ibu :
Apakah bidan sudah menerangkan cara menyusui yang benar? Atau
Apakah ibu tahu kapan bayi perlu mendapat makanan tambahan, karena ibu
akan takut rnengatakan tidak tahu.
Akan tetapi, tanyakan kepada ibu :
Kapan bayi mulai diberi air buah ?
Berapa lama Siti diberi ASI saja?
Apa lagi yang akan ibu berikan kepada anak untuk dimakan ?
Kapan ibu hams membawa kembali bayinya ?
Bila ibu dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan benar, dokter/petugas
kesehatan boleh merasa puas bahwa perawat atau staf dapat berkomunikasi dengan
ibu secara balk.
B. Penggunaan Contoh
Memberikan petunjuk yang jelas untuk ibu adalah hal,yang paling penting dalam
mernberikan pelayanan kesehatan. Langkah pertama .dalam interaksi dengan ibu
termasuk mendapatkan keterangan lengkap dan benar dari ibu untuk menilai keadaan
anak atau masalah yang sedang dihadapinya serta usaha yang telah dilakukan.
Langkah selanjutnya adalah memberikan semua keterangan yang dibutuhkan ibu
untuk mengatasi masalahnya dan meng omunikasikannya dengan jelas.
Penggunaan contoh atau petunjuk akan lebih menarik dan efektif. Contoh/petunjuk
akan lebih tepat, terutama bila contoh itu dihubungkan dengan pengetahuan dan
pengalaman ibu. Sebuah contoh mungkin sebuah objek atau situasi yang dapat
dibayangkan atau tindakan nyata yang bisa dilihat ibu ketika dokter/petugas
kesehatan berbicara.Misalnya, petugas kesehatan dapat memperlihatkan kepada ibu
bagaimana mengelola payudaranya yang mengalami mastitis sambil meminta ibu
mengulangi mengerjakan sendiri. Ibu juga diizinkan untuk memperhatikan ibu lain
yang sedang melakukan hal yang sama, sehingga memungkinkan ibu untuk melihat
cara yang benar. Dengan cara memperagakan akan teringat oleh ibu lebih lama
daripada petunjuk-petunjuk yang hanya diucapkan.
Demonstrasi (peragaan) amat berpengaruh dalam mengajarkan ibu cara,
melakukan tugasnya, mnemperlihatkan kepadanya cara melakukan tugas akan lebih
efektif daripada hanya menceritakan cara melakukannya.. Cara yang paling efektit
untuk mengajarkan ibu mengenai aturan atau keterampilan misalnya mengelola
saluran susu tersumbat adalah rnenyuruhnya memeperhatikan orang yang
4
sedang mengerjakan kemudian melakukan sendiri dengan bimbingan. Ketika is
mencoba melakukan tugas itu, dokter/petugas kesehatan atau stafnya dapat
memperhatikan bagian tugas yang sulit dilakukan dengan benar,
dokter/petugas kesehatan daat merasa yakin bahwa ibu telah mempelajarinya.
C. Penggunaan Brosur/Pamfiet
Komunikasi juga akan bertambah baik dengan memberikan setiap ibu sebuah
brosur/pamflet yang telah dirancang untuk mereka. Brosur/pamflet harus
meringkaskan hal-hal yang penting datam merawat seorang anak yang menderita
diare di rumah.Brosur/pamflet harus berisikan kata-kata dan gambar yang
menerangkan hal-hal yang penting.
Bila sebuah brosur/pamflet sudah dibuat, brosur/pamflet harus diperlifiatt an
kepada ibu untuk menguji apakah mereka mengerti pesan yang disampaikan melalui
brosur/pamflet itu. Contoh brosur/pamfiet misalnya cara menyusui yang benar, cara
menyendawakan bayi. Bila di tempat saudara pada saat ini belum ada brosur atau
sukar mendapatkannya, kembangkan sendiri brosur/pamflet tersebut oleh
saudarasehingga ibu di tempat saudara akan mengerti.
Menggunakan brosur/pamflet sambil memberikan petunjuk-petunjuk kepada ibu
adalah cara yang balk dan harus menggunakan contoh. Menunjukkan pada kata-kata
dan gambarnya sambil dokter/petugas kesehatan berbicara akan menolong
memusatkan perhatian ibu tebih baik daripada hanya dengan kata-kata saja. Juga, ibu
boleh membawa brosur/pamflet pulang agar membantu memperkuat apa yang telah
dipelajarinya.
Berikut ini .adalah alasan-alasan mengapa sebuah brosur/pamfiet dapat merupakan
alat komunikasi yang berguna :
Dengan melihat brosur/pamflet akan mengingatkan dokter/petugas
kesehatan atau stafnya tentang hal-hal utama yang harus dicakup dalam
memberikan informasi sehingga tidak adayang terlupakan. Bila hal-hal
penting terlupakan tanpa sengaja atau karena waktu terlalu pendek, ibu
masih akan mengetahui pesan itu ketika ia melihat kembali
5
brosur/pamflet itu di rumah.
Walaupun ibu tidak berpendidikan akan dapat memperoleh manfaat dari
brosur/pamflet dengan memperthatikan gambar dan meminta anggota
keluarga atau tetangga yang dapat membaca informasi yang tertulis.
Karena ibu menyimpan brosur/pamflet, suatu saat bila menemui masalah
menyusui, ibu akan kembali memperhatikan brosur/pamflet dan
menyegarkan ingatannya tentang apa yang hares dilakukan.
Ibu mungkin akan memperlihatkan brosur/pamflet kepada anggota
keluarga atau tetangga, sehingga lebih banyak orang akan belajar tentang
isi pesan-pesan itu. Ibu akan berterima kasih diberi sesuatu selama
kunjungan itu
Brosur/pamflet akan meringankan tugas melatih petugas kesehatan dalam
menyampaikan pesan kepada ibu.
PERSIAPAN PSIKOLOGIS
Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti,
karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah terjadi pada saat
kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya.Sikap ibu dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain adat/kebiasaan/ kepercayaan menyusui di daerah masing -
masing, pengalaman menyusui sebelumnya atau pengalaman menyusui dalam
keluarga/kerabat, pengetahuan tentang manfaat ASI, kehamilan diinginkan atau
tidak.Dukungan dari dokter/petugas kesehatan, teman atau kerabat dekat sangat
dibutuhkan terutama pada ibu yang baru pertama hamil.
Penyuluhan, siaran radio, televisi/video, artikel di majalah/surat kabar
dapat meningkatkan pengetahuan ibu, tapi tidak selalu dapat mengubah apa
yang dilakukan oleh ibu. Banyak ibu yang mempunyai masalah yang kadang tidak
dapat diutarakan, atau bahkantidak dapat diselesaikan oleh dokter/petugas
kesehatan, karenanya seorang dokter/petugas kesehatan harus dapat membuat
ibu tertarik dan simpati dan juga berusaha mencari seseorang yang dekat atau
berperan dalam kehidupan ibu, suami atau anggota keluarga/kerabat yang lain
7
Dokter/petugas kesehatan harus dapat memberikan perhatian dan
memperlihatkan simpatinya. Langkah-langkah yang harus diambil dalam
mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui adalah:
Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses dalam
menyusui bayinya: menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui
adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil menjalaninya: bila ada
masalah, dokter/petugas kesehatan akan menolong dengan senang hati.
Menyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula
Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman
menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga lainnya.
Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam
keluarga, Ibu harus dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan
bayinya sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga
Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan dokter/petugas
kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam
membantu ibu sehingga hilang keraguan atau ketakutan untuk bertanya
tentang masalah yang tengah dihadapinya.
PEMERIKSAAN PAYUDARA
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengetahui lebih dini adanya
kelainan, sehingga diharapkan dapat dikoreksi sebelum persalinan.Pemeriksaan
payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama ibu, dimulai dari inspeksi dan
palpasi.
I. Inspeksi
a. Payudara
Ukuran dan bentuk
Tidak berpengaruh pada produksi ASI.Perlu diperhatikan bila ada
kelainan; seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada
perubahan posisi.
Kontur/Permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau luka
pada kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan
dibawahnya.Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit
membengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk.
Warna kulit
Pada umumnya sama dengan wama kulit perut atau punggung, yang
perlu diperhatikan adalah adanya warna kemerahan tanda radang,
penyakit kulit atau bahkan keganasan.
b. Areola
Ukuran dan bentuk
Pada umumnya akan meluas pada saat pubertas dan selanta kehamilan
serta bersifat simetris. Bila batas areola tidak rata (tidak melingkar)
perlu diperhatikan lebih khusus.
Permukaan
Dapat licin atau berkerut.Bila ada sisik putih perlu dipikirkan adanya
penyakit kulit, kebersihan yang kurang atau keganasan.
Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna
kulit pada areola lebih gelap dibanding sebelum hamil.
8
c. Puting Susu
Ukuran dan bentuk
Ukuran puting sangat bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus.
Bentuk putingsusu ada beberapa macam, pada bentuk puting terbenam
perlu dipikirkan retraksi pada keganasan, namun tidak pada semua
puting susu terbenam disebabkan oleh keganasan.
Pemukaan
Pada umumnya tidak beraturan.Adanya luka dan sisik merupakan
suatu kelainan.
Warna
Sama dengan areola karena juga mempunyai pigmen yang sama atau
bahkan lebih.
II. Palpasi
a. Konsistensi
Dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormonal.
b. Massa
Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari massa.
Setiap massa harus digambarkan secara jelas letak dan ciri-ciri massa yang
teraba harus dievaluasi dengan baik, pemeriksaan ini sebaiknya diperluas
sampai ke daerah ketiak.
c. Puting susu
Pemeriksaan puting susu merupakan hal yang terpenting dalam
mempersiapkan ibu untuk menyusui (dibahas khusus di bawah).
Bila pada Inspeksi & Palpasi ditemukan kelainan, maka sebaiknya segera ditangan i
atau dikonsultasikan pada dokter ahli bedah/kebidanan.
b. Cubit areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan telunjuk.
9
Gambar 2. Pemeriksaan kelenturan puling susu.
Cara yang dulu digunakan adalah dengan gerakan Hoffmann, sehari dua kali.Cara ini
diganti dengan menggunakan pompa puting yang telah banyak dijual di Indonesia.
(a) (b)
Gambar 3. Gerakan Hoffmann
Bila pompa puting tidak tersedia, dapat dibuat modifikasi jarum suntik 10 ml.
Bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong dimasukkan dari
arah potongan tersebut (lihat gambar 9).Cara penggunaan pompa puting yaitu
dengan menempelkan ujung pompa/jarum suntik pada payudara, sehingga puting
berada didalam pompa (lihat gambar 9).Kemudian tank perlahan sehingga terasa
10
ada tahanan dan dipertahankan selama 30 detik sampai 1 menit. Bila terasa sakit,
tankan dikendorkan. Prosedur ini diulang terus hingga beberapa kali dalam sehari.
Setelah persalinan, ibu dengan puting susu terbenam yang belum terkoreksi
masih tetap dapat menyusui bayinya. Biarkan bayi mengisap dengan kuat pada
posisi menyusui yang benar, karena dengan demikian akan memacu perenggangan
puting. Bila ASI terlalu penuh, maka sebaiknya dikeluarkan dulu dengan tangan
agar payudara tidak terlalu keras. Kemudian susukan bayi dengan dibantu sedikit
penekanan pada bagian aerola dengan jan sehingga membentuk "dot".
TEKNIK MENYUSUI
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai
masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenamya sangat
sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui,
dan bayi walau sudah dapat mengisap tetapi mengakibatkan puting terasa nyeri,
dan masih banyak lagi masalah yang lain. Terlebih pada minggu pertama setelah
persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosional. Sebenamya hal ini sangat
membantu pada proses mencintai anak (emosi kasih sayang), namun hal ini juga
dapat berpengaruh pada sikap ibu yang menjadi mudah tersinggung. Untuk itu
seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam hal merawat bayi
termasuk menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama orang yang
berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami,
keluargalkerabat terdekat, atau kelompok ibu-ibu pendukung AS! dan
dokter/tenaga kesehatan.
Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang
laktasi seharusnya mengetahui bahwa walau menyusui itu merupakan suatu
proses alamiah, namun untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan
11
pengetahuan mengenai teknik-teknik yang benar sehingga pada saatnya dapat
disampaikan pada ibu yang membutuhkan bimbingan setelah persalinan.
POSISI MENYUSUI
Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah dengan
duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi
tertentu seperti ibu pasca operasi Caesar, bayi diletakkan disamping kepala ibu
dengan kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara memegang bola,
dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar
(penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala
bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.
12
Gambar 7. Berbagai posisi menyusui
(a) (b)
13
Gambar 9. Posisi menyusui bayi kembar
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang
dibawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
14
Gambar 10. Cara meletakkan bayi dan memegang payudara
d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
Menyentuhkan bibir bayi ke puting susu, atau
menyentuh sisi mulut bayi
e. Setelah bayi membuka mulut, segera mendekatkan bayi ke arah payudara ibu
sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan Iidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
areola.
Setelah bayi mulai mengisap payudara tak periu dipegang atau disangga
lagi.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet,
ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu.
15
Gambar 12. Teknik menyusui yang benar
Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat :
a. bayi tampak tenang.
b. badan bayi menempel pada perut ibu.
c. dagu bayi menempel pada payudara ibu dengan balk.
d. Mulut bayi terbuka lebar
e. Bibir bawah bayi membuka keluar
f. areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bawah mulut.
g. bayi tampak mengisap dalam dan lambat diselingi istirahat.
h. puting susu ibu tidak terasa nyeri.
i. telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
j. kepala tidak menengadah.
PENGELUARAN ASI
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka selama menyusui sebaiknya
ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu.
Pengeluaran ASI juga berguna pada ibu bekerja yang akan meninggalkan ASI bagi bayinya
di rumah, ASI yang merembes karena payudara penuh, pada bayi yang mempunyai
masalah mengisap (misal BBLR), menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI
saat ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.
Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Pengeluaran dengan Tangan.
Cara ini yang lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan sarana dan lebih
mudah.
1. Tangan dicuci sampai bersih.
2. Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih.
3. Payudara dimasase dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah areola,
ulangi pemijatan ini pada sekeliling payudara secara merata.
4. Dengan ibu jari di sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola
yang lain, daerah areola ditekan ke arah dada.
5. Areola diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat/menekan
puting, karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet
6. Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI tak keluar,
setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
7. Gerakan ini diulang pada sekeliling areola dari semua sisi agar yakin bahwa ASI
telah diperas dari semua segmen payudara.
17
Gambar 15. Pengeluaran ASI dengan tangan
18
Gambar 17. Pengeluaran ASI dengan pompa
PENYIMPANAN ASI
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat :
bila disimpan
di udara terbuka / bebas : 6-8 jam
di lemari es (4°C) : 24 jam
di lemari pendingin/beku (-18°C) : 6 bulan
ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai, karena
kualitasnya akan menurun yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup
didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin; atau
dapat pula direndam di dalam wadah yang telah berisi air panas.
19
Gambar 18. Pemberian ASI dengan cangkir dan sendok.
Teknik pengurutan:
1. Cuci tangan sampai bersih
2. Tuangkan minyak ke tangan secukupnya
b. Buat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir
20
pada puting susu pada suluruh bagian payudara. Lakukan pengurutan
seperti ini pada payudara kanan.
4. Massage
a. Letakkan kedua telapak tangan di antara 2 payudara. Urutlah dari tengah ke
atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan kedua payudara
secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.
Pengompresan
Alat-alat yang dipersiapkan
a. Dua buah cawan sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air dingin
b. Dua buah handuk kecil
Cara:
a. Kompres kedua payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, kemudian
21
ganti dengan waslap dingin selama 1 menit.
b. Kompres secara bergantian selama 3 kali berturut-turut, dan akhiri dengan kompres
air hangat.
Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan
(periode antenatal), pada masa pascapersalinan dini, dan rnasa pasca persalinanlanjut.
Masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaankhusus. Dalam makalah akan
diuraikan masalah menyusui yang diuraikan menurut kelompok sebagai berikut ini.
Termasuk di dalam masalah menyusui pasta persalinan dini adalah puting susu
datar atau terbenam, puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan
mastitis atau abses. Puting susu datar atau terbenam sudah diuraikan sebelumnya,
sedangkan masalah-masalah lain diuraikan di bawah ini.
23
menambah rasa nyeri dan membuat luka bertambah parah.
Bila rasa nyeri semakin berat atau menetap, pertimbangkan kemungkinan adanya infeksi
bakteri atau jamur.Bakteri penyebab yang paling banyak ditemukan adalah
Staphylococcus aureus, sedang infeksi jamur yang sering adalah Candida albicans.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perhatikan hal-hal di bawah ini :
Susui bayi dengan cara meletakkan dan melekatkan bayi pada posisi yang benar.
Setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui puting susu diolesi dengan ASI.
Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, dan obat-obat yang
dapat merangsang kulit/puting susu.
Lepaskan isapan bayi dengan cara yang benar, yaitu dengan menekan dagu bayi atau
memasukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
Payudara bengkak
Kadang-kadang payudara terasa membengkak atau penuh.Hal ini terjadi karena
edema ringan oleh hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI yang mengumpul di
dalam payudara.Kejadian seperti ini jarang terjadi kalau pemberian ASI sesuai dengan
kemauan bayi (nir-jadwal). Faktor-faktor lain yang menyebabkan payudara bengkak
adalah : bayi tidak menyusu dengan kuat, posisi pada payudara salah sehingga proses
menyusu tidak benar, serta terdapat puting susu yang datar atau terbenam.
Kalau ada keluhan cobalah mengadakan evaluasi pendekatan psikologis seperti tersebut
di atas dan hal-hal sebagai berikut :
ibu jangan merokok, karena merokok mengurangi produksi ASI
kalau ibu menggunakan pil KB, cobalah konsultasi dengan dokter,
jangan menggunakan alat bantu puting susu, karena membingungkan dan
melelahkan bayi, serta mengurangi produksi ASI,
teruskanlah menyusui dengan sabar dan sesering mungkin, karena akan
memperbanyak produksi ASI,
cobalah menyusui dengan payudara pertama selama kurang lebih 10 menit,
kemudian payudara kedua selama kurang lebih 20 menit,karena saat awal bayilebih
kuat menyusu,
hendaklah menyusu dimulai dari payudara yang terakhir disusukan secara berganti-
ganti,
jangan membelikan susu formula, karena akan membingungkan bayi,
hendaklah ibu banyak istirahat,
minum cukup, kira-kira 12-16 galas sehari,
makanan dengan gizi cukup,
santai, jangan tegang, karena ketegangan dan kecemasan dapat mengganggu
produksi ASI,
menyusui dalam suasana yang nyaman
Bingung Puting
Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu ibu. Peristiwa ini
terjadi karena proses menyusu pada puting ibu berbeda dengan menyusu pada botol.
Menyusu pada puting memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit, dan lidah,
26
sebaliknya menyusu pada botol bayi secara pasif dapat memperoleh air susu formula,
karena lubang yang terdapat pada dot.
Tanda-tanda bayi bingung puting ialah :
bayi mengisap puting seperti mengisap dot,
mengisap secara terputus-putus dan sebentar-bentar
bayi menolak menyusu
Karena itu untuk menghindari bayi bingung puting :
jangan mudah menggunakan susu formula tanpa indikasi yang kuat
kalau terpaksa harus memberikan susu formula, berikan dengan sendok atau pipet,
jangan sekali-kali menggunakan botol, atau bahkan diberi kempengan
Petugas rumah sakit yang menitipkan anaknyadi TPA tidak perlu khawatir
menyusui bayinya, dengan alasan takut menularkan penyakit pada anaknya. Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
tidak semua penyakit ditularkan dengan kontak langsung
ibu yang sakit pun tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya, apalagi ibu (yang
dalam hal ini juga sebagai petugas kesehatan) yang masih sehat,
sudah seharusnya petugas mengerti cara membersihkan din setelah merawat pasien
dengan penyakit menular.
Bayi Sumbing
Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu tidaklah
benar. Bilamana bayi mengalami sumbing pada langit-langit Iunak, bayi masih dapat
menyusu tanpa kesulitan dengan posisi khusus; demikian juga bila bayi menderita
sumbing pada bibir. Keadaan yang sulit adalah bila sumbing terjadi pada bibir, langit-
langit keras dan lunak (palatum durum dan palatum molle) sehingga bayi sulit menyusu
dengan sempuma.
Ibu harus tetap mencoba menyusui bayinya, karena bayi masih mungkin bisa
menyusu dengan kelainan seperti ini. Keuntungan khusus untuk keadaan ini ialah,
bahwa menyusu melatih kekuatan otot rahang dan lidah, sehingga memperbaiki
perkembangan bicara. Kecuali itu menyusu mengurangi kemungkinan terjadinya otitis
media, padahal bayi dengan langit-langit sumbing atau terbelah (palatoskisis) mudah
menderita otitis media.
Cara menyusui yang dianjurkan ialah :
posisi bayi duduk
pegangtah puting susu dan areolanya selagi menyusui, hal ini sangat membantu bayi
mendapatkan AS1 yang cukup
bilamana bayi menderita sumbing pada bibir dan langit-langit (labiopalatoskisis),
ASI dikeluarkan dengan manual/pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet,
atau pada keadaan tertentu botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat
masuk dengan sempuma. Cara lain dengan pemasangan obturator pada langit-langit.
Dengan cara ini bayi akan belajar mengisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan
irama pernafasannya.
Bayi Kembar
Ibu harus diyakinkan, bahwa is sanggup menyusui bayi kembarnya. Mula-mula ibu
dapat menyusui seorang demi seorang, tetapi sebenamya ibu dapat menyusui sekaligus
berdua.Salah satu posisi yang mudah untuk menyusui ialah dengan posisi memegang
bola (football position).
Jika ibu menyusui bersama-sama, bayi haruslah menyusu pada payudarasecara
berganti-ganti, jangan hanya menetappadasatu payudara.Alasannya ialah, kecuali member
variasi kepada bayi, juga kemampuan menyusu masing-masing bayi mungkin berbeda,
sehingga perangsangan puting dapat terjadi secara optimal.
Walaupunfootball position merupakan cara yang baik, ibu sebaiknya mencoba
posisi lain secara berganti-ganti. Susuilah bayi lebih sering, selama waktu yang
diinginkan masing-masing bayi, umumnya lebih dari 20 menit.
Kalau salah seorang bayi harus dirawat di rumah sakit, susuilah bayi yang di
rumah, dan peraslah ASI dari payudara lainnya untuk bayi yang dirawat itu.
lbu sebaiknya mempunyai pembantu, agar tidak lelah.
Bayi Sakit
Bayi yang sakit mungkin tidak diperbolehkan mendapatkan makanan peroral
dengan indikasi khusus, tetapi pada umumnya bayi masih diperbolehkan mendapatkan
makanan per oral. Dengan demikian maka ASI haruslah terus diberikan. Bahkan pada
penyakit tertentu seperti diare, pemberian ASI malah menguntungkan.
Bayi yang mendapat ASI jarang menderita mencret. Bayi buang air besar sampai 6
kali sehari, lembek, bukanlah mencret. Tidak ada alasan sama sekali untuk menghentikan
ASI karena telah terbukti, bahwa ASI tidak merugikan bagi bayi yang mencret, malahan
mempunyai keuntungan-keuntungan.
Bayi yang mencret memerlukan cairan yang cukup untuk rehidrasi, dan mungkin
memerlukan tatalaksana khusus sesuai dengan keadaan anak. Telah dibuktikan, bahwa
ASI dapat diterima dengan baik oleh anak yang muntah dan mencret. ASI mempunyai
manfaat untuk anak dengan diare, karena:
ASI dapat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang
ASI mengandung zat-zat gizi yang berguna untuk memenuhi kecukupan zat gizi
selama diare yang dengan sendirinya dipertukan untuk penyembuhan dan
pertumbuhan
30
ASI mengandung zat kekebalan terhadap kuman penyebab diare,
ASI mengandung zat yang bermanfaat untuk pertumbuhan set selaput lendir usus
yang biasanya rusak akibat diare.
Anak menderita diare yang mendapat ASI, lama diare lebih pendek serta lebih
ringan dibanding anak yang tidak mendapat ASI.
Kecuali diare, bayi sering kali menderita muntah. Muntah pada bayi disebabkan
oleh berbagai hal. Tatalaksana khusus tergantung pada latar belakang penyebabnya.
Menyusui bukan kontraindikasi untuk anak muntah, dan anak dengan muntah dapat
menerima ASI dengan baik. Susuilah bayi dalam posisi duduk, sedikit-sedikit tetapi lebih
sering. Sendawakan bayi seperti biasanya, tetapi jangan menggoyang-goyang bayi, karena
dapat menyebabkan muntah kembali. Kalau ibu ingin menidurkan bayi, tidurkan dalam
posisi tengkurap atau miring, karena posisi terientang memungkinkan bayi tersedak
akibat muntah yang terjadi.
Ibu Sakit
Pada umumnya ibu sakit bukan alasan untuk menghentikan menyusui, karena bayi
telah dihadapkan pada penyakit ibu sebelum gejala timbul dan dirasakan oleh ibu.
Kecuali itu ASI justru akan melindungi bayi dari penyakit.
Ibu memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus bayi dan keperluan rumah
tangga, karena ia memerlukan istirahat yang cukup.
Ibu sebaiknya mengatakan pada doktemya, bahwa ia menyusui, karena ada obat
yang mungkin dapat mempengaruhi bayi, walaupun pada umumnya aman.
33
KAMAR BERSALIN DAN RAWAT GABUNG
KAMAR BERSALIN
34
Untuk kepentingan ini perilu dipersiapkan sebuah.ruang, dimana ibu hamil
yang datang untuk bersalin dapat memperoleh keterangan yang jetas tentang
penatalaksanaan ASI. Di dalam ruang persiapan ini perlu dipasang beberapa
gambar, poster, brosur, dll.Untuk membantu memberi konseling tentang ASI. Di
dalam kamar bersalin tidak boleh sama sekali terlihat botol susu, dot atau
kempengan apalagi reklame susu formula yang semuanya akan mengakibatkan
gagalnya ibu menyusui. Dalam melakukan rangkaian tugas ini petugas tidak
bolehoveracting yakni jangan melakukan konseling pada ibu yang sedang kesakitan.
Berilah konseling hanya kepada ibu yang masih kooperatif, yakni ibu yang belum
dalam persalinan atau masih dalarn fase laten.
2. Kamar Bersalin
Kamar bersalin yang sebendmya adalah kamar dimana ibu sudah dalam kala
I fase aktif atau kala II. Pada saat ini seorang ibu hamil berada dalam kondisi yang
paling tidak menyenangkan, karena berada dalam puncak rasa sakit Tidak banyak
yang dapat dilakukan oleh petugas dalam hal manajemen laktasi, karena sulit bagi
ibu untuk diajak berkomunikasi, kecuali hal-hal yang menyangkut proses
persalinan. Meskipun demikian gambar atau poster tentang cara menyusui yang
baik dan benar, serta menyusui segera setelah lahir dapat dipasang di ruang ini.
Dalam waktu 30 menit setelah. lahir, bayi harus segera disusukan. Beberapa
pendapat mengatakan bahwa rangsangan puting susu akan mempercepat lahirnya
plasenta melalui pelepasan oksitosin, yang dapat mengurangi risiko perdarahan
postpartum. Rangsangan puting susu memacu refleks prolaktin dan oksitosin, dua
refteks yang dibutuhkan dalam proses menyusui. Meskipun ASI belum keluar,
kontak fisik bayi dengan ibu harus tetap dikerjakan karena memeeukan rasa
kepuasan psikologis yang dibutuhkan ibu agar proses menyusui berjalan lancar.
Penyusuan dini dikerjakan pada bayi normal, yaitu bayi lahir dengan nitai
Apgar 5 menit diatas 7 dan refleks mengisap baik. Bayi lahir dengan Asfiksia dan
bayi dengan cacat bawaan sebaiknya tidak segera disusukan kepada ibunya.
Bila ibu mendapat pembiusan umum, penyusuan dilakukan segera setelah
ibu sadar penuh, misal 4-6 jam setelah selesai operasi. Pada keadaan ini efek
pembiusan pada ibu dan bayi telah berkurang sehingga refleks mengisap bayi telah
timbul kembali. Penyusuan pasca operasi memerlukan pertolongan petugas untuk
membantu ibu memegang bayi, membetulkan posisi ibu, dll. Bayi yang lahir
dengan tindakan vakum atau forseps, sering disertai dengan trauma kepala,
sehingga tidak jarang lahir dengan asfiksia. Meskipun demikian penyusuan dapat
segera dimulai dengan bantuan petugas.
3. Kamar Pulih
Selama dua jam ibu dalam observasi kala IV, ibu ditempatkan dalam kamar
pulih. Bayi diletakkan di samping ibu atau dalam sebuah boks yang dapat dilihat
ibu. Sebaiknya diusahakan agar di kamar pulih, ibu tidak terganggu oleh
kegaduhan yang biasanya berasal dari kamar bersalin.Rasa tenteram ibu
merupakan modal keberhasilan menyusui selanjutnya.
RAWAT GABUNG
Banyak rumah sakit, puskesmas, klinik dan rumah bersalin yang belum merawat
bayi baru lahir berdekatan dengan ibunya. Berbagai alasan diajukan antara lain rasa
kasihan karena ibu masih capai setelah melahirkan, mereka perlu istirahat, mereka belum
mampu merawat bayinya sendiri. Ada pula kekhawatiran bahwa pada jam kunjungan,
35
bayi mudah tertular penyakit yang dibawa oleh para pengunjung. Alasan lain adalah
rumah sakit / klinik ingin memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga ibu bisa
istirahat selama berada di rumah sakit. Namun setelah menyadari akan keuntungannya,
sistem rawat gabung sekarang menjadi kebijakan pemerintah.
Pengertian dan Tujuan
Rawat gabung adalah salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang, kamar atau
tempat bersama-sama selama 24jam penuh dalam sehari. Istilah rawat gabung persial
yang dulu banyak dianut, yakni rawat gabung hanya dalam beberapa jam perhari, misal
hanya slang hari sedang pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sudah tidak
dibenarkan lagi.
Tujuan rawat gabung adalah, pertama agar ibu dapat menyusui bayinya sedini
mungkin, kapan saja dan dimana saja ia membutuhkan; kedua agar ibu dapat melihat dan
memahami cara perawatan bayi secara benar yang dilakukan oleh petugas, ketiga agar
ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah
sakit dan yang lebih penting ibu mempunyai bekal keterampilan merawat bayi, termasuk
cara menyusui dan mempertahankannya setelah ibu pulang dari rumah sakit; dan
keempat dengan rawat gabung suami dapat dilibatkan secara aktif untuk membantu ibu
dalam menyusui bayinya secara baik dan benar. Tidak disangkal lagi bahwa dengan rawat
gabung gabung, ibu mendapatkan kehangatan emosional karena ia dapat selalu kontak
dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikian pula bayinya.
Jika tidak memenuhi kriteria di atas, maka rawat gabung tidak perlu atau bahkan tidak
boleh dikerjakan, misal :
1. Bayi yang sangat prematur
2. Bayi beret lahir< 2000 gram
3. Bayi dengan sepsis
36
4. Bayi dengan gangguan napas
5. Bayi dengan cacat bawaan berat, misal :
kelainan pada susunan syaraf pusat ("hidrosefalus", "meningokel", "anensefali",
dll).
Kelainan pada saluran pencemaan ("atresia ani", dll)
kelainan pada celah bibir dan langit ("labiopalatognatoskisis")
Omfalokel, dll.
6. Ibu dengan infeksi berat misal: infeksi Tuberkulosis terbuka, sepsis, dll.
Beberapa kriteria masih ditentukan juga oleh pertimbangan klinisnya: contoh bayi berat
lahir 2000 s/d 2500 gram dievaluasi, jika bisa rawat gabung dengan pengawasan.
Sebaiknya keputusan apakah bayi akan dirawat gabung atau dirawat pisah ditentukan
oleh dokter anak bersama dokter kebidanan.
4. Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang bare mempunyai anak pertama) akan
mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu menyusui serta merawat
bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di rumah sakit ibu akan melihat, belajar
dan mendapat bimbingan bagaimana cara menyusui secara benar, bagaimana cara
merawat payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dll. Keterampilan ini
diharapkan dapat sebagai modal bagi ibu untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri
setelah pulang dari rumah sakit. Di samping pendidikan bagi ibu, dapat juga dipakai
sebagai sarana pendidikan baguskeluarga, terutama suami dengan jalan mengajar
suami dalam membantu isteri untuk proses di atas. Suami akan termotivasi untuk
memberi dorongan moral bagi isterinya agar mau menyusui bayinya. Jangan sampai
terjadi seorang suami melarang isterinya menyusui bayinyakarena suami takut
payudara isterinya akan menjadi jelek. Bentuk payudara akan berubah karena usia
adalah alami, meskipun dengan menggunakan kutang penyangga yang baik, ditambah
dengan nutrisi yang baik, dan latihan otot-otot dada serta menerapkan posisi yang
benar ketakutan mengendomya payudara dapat dikurangi.
5. Aspek Ekonomi
Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin.
Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah hal tersebut merupakan suatu
penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian susu buatan, botol susu, dot
serta peralatan lain yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu
berperan lebih besar dalam merawat bayinya, sehingga waktu terivang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Lama perawatan ibu menjadi iebih pendek karena
involusi rahim terjadi lebih cepat dan memungkinkan tempat tidur digunakan untuk
penderita lain. Demikian pula untuk infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi,
berarti penghematan biaya bagi rumah sakitmaupun keluarga ibu.Bagi ibu juga
penghematan oleh karena lama perawatan menjadi lebih singkat.
6. Aspek Medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun
bayi.
1. Peranan Soslal-Budaya
Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan pengaruh
kebudayaan Barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat.
Memberi susu formula dianggap modern dan menempatkan ibu pada kedudukan
yang sama dengan ibu golongan atas. Ketakutan akan mengendornya payudara
menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya.
38
Bagi ibu yang sibuk _dengan urusan di luar rumah, sebagai wanita karir atau
isteri seorang pejabat yang selalu dituntut mendampingi kegiatan suami, dapat
menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI.Sebagian ibu tersebut pada
umumnya berasal dari golongan menengah atas cenderung untuk _memilih_susu
formula daripada menyusui bayinya. Jika tidak mungkin membagi waktu,
seyogyanya hanya ibu yang sudah tidak menyusui yang boleh dibebani dengan
tugas sampingan di !Liar rumah. Dalam hal Ini peranan suami atau instansi di mana
suami bekerja sebaiknya memahami betul peranan ASI bagi perkembangan bayi.
Iklan menarik melalui media massa serta pemasaran susu formula dapat
mempengaruhi ibu untuk enggan memberikan ASI-nya. Apalagi ikian yang
menyesatkan seolah-olah dengan teknologi yang super canggih dapat membuat
susu formula sebaik dan semutu susu ibu atau bahkan lebih baik dari susu ibu.
Adanya kandungan suatu nutrien yang lebih tinggi dalam susu formula dibanding
dalam ASI bukan jaminan bahwa susu tersebut sebaik susu ibu atau bahkan lebih
baik. Komposisi nutrien yang seimbang dan adanya zat antibodi spesifik dalam ASI
menjamin ASI tetaplebih unggul dibanding susu formula.
2. Faktor Ekonomi
Seperti telah disebutkan di atas, beberapa wanita memilih bekerja di luar
rumah.Bagi wanita karir, hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi,
melainkan karena status, prestise, atau memang dirinya dibutuhkan. Pada sebagian
besar yang lain, ibu bekerja di Iuar rumah semata karena tekanan ekonomi, di
mana penghasilan suami dirasa belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Gaji
pegawai negeri yang relatif rendah dapat dipakai sebagai alasan utama isteri ikut
membantu mencari nafkah dengan bekerja di Iuar rumah.Memang tidak ada yang
perlu disalahkan dalam masalah ini.
Dengan bekerja di luar rumah, ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan
bayinya. Akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula dan diberikan
dengan botol. Bila bayi telah mengenal dot/botol maka is akan cenderung memilih
botol. Dengan demikian frekuensi penyusuan akan berkurang dan menyebabkan
produksi menurun. Keadaan ini selanjutnya mendorong ibu untuk menghentikan
pemberian ASI, tidak jarang terjadi sewaktu masa cutinya belum habis.Ibu perlu
didukung untuk memberi ASI penuh pada dan tetap berusaha untuk menyusui
ketika ibu telah kembali bekerja.Motivasi untuk tetap memberikan ASI meskipun
ibu harus berpisah dengan bayinya adalah faktor utama dalam keberhasilan ibu
untuk mempertahankan penyusuannya.Pendirian tempat penitipan bayi
berdekatan dengan/di tempat ibu bekerja merupakan hal yang sangat penting.
3. Peran Tata/aksana Rumah Sakit/Rumah Bersalin
Peran tatalaksana atau kebijakan rumah sakit/rumah bersalin sangat penting
mengingat kini banyak ibu yang lebih menginginkan melahirkan di pelayanan
kesehatan yang baik. Tatalaksana rumah sakit yang tidak menunjang keberhasilan
menyusui harus dihindari, seperti :
Bayi dipuasakan beberapa had, padahal refleks isap bayi paling kuat adalah
pada jam-jam pertama setelah lahir. Rangsangan payudara dini akan
mempercepat timbulnya refleks prolaktin dan mempercepat produksi ASI.
Memberikan makanan pre-lakteal, yang membuat hilangnya rasa haus
sehingga bayi enggan menetek.
Memisahkan bayi dari ibunya. Tidak adanya rawat gabung menyebabkan ibu
tidak dapat menyusui bayinya nenjadwal.
Menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusui, dan bila pertambahan berat
badan tidak sesuai dengan yang diharapkan maka bayi diberi susu formula. Hal
39
ini dapat menimbulkan rasa khawatir pada ibu yang mempengaruhi produksi
ASI.
Penggunaan obat-obat selama proses persalinan, seperti obat penenang,
preparat ergot dapat menghambat permulaan laktasi. Rasa sakit akibat
episiotomi atau robekan jalan lahir dapat mengganggu pemberian ASI.
Pemberian sampel susu formula harus dihilangkan karena akan membuat ibu
salah sangka dan menganggap bahwa susu formula sama baik bahkan lebih balk
daripada ASI.
Dalam hal ini perlu kiranya dibentuk klinik laktasi yang berfungsi sebagai tempat
ibu berkonsultasi bila mengalami kesulitan dalam menyusui. Tidak kalah
pentingnya adalah sikap dan pengetahuan petugas kesehatan, karena walaupun
tatalaksana rumah sakit sudah baik bila sikap dan pengetahuan petugas belum
menunjang maka hasilnya kurang memuaskan.
4. Faktor-faktor dalam diri ibu sendiri
Beberapa keadaan ibu yang mempengaruhi laktasi adalah :
a. Keadaan gizi ibu:
Kebutuhan kalori dan nutrien dperlukan sejak hamil.Sebagian kalori ditimbun
untuk persiapan produksi ASI.Seorang ibu hamil dan menyusui perlu
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup dan seimbang agar kuantitas
dan kualitas ASI terpenuhi.Dengan demikian diharapkan bayi dapat tumbuh-
kembang secara alami selama 4 bulan pertama hanya dengan ASI (menyusui secara
eksklusif).
b. Pengalaman/sikap ibu terhadap penyusuan:
lbu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan dan
pengalaman cara pemberian ASI secara balk dan benar akan menunjang laktasi
berikutnyn. Sebaliknya kegagalan menyusui pada masa lalu akan mempengaruhi
pula sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal ini perlu
ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara suka rela dan penuh rasa percaya did
mampu menyusui bayinya. Pengalaman masa kanakkanak, pengetahuan tentang
AS1, nasihat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai yang berlaku di masyarakat
akan membentuk sikap ibu yang positif terhadap masalah menyusui.
c. Keadaan emosi:
Gangguan emosional, kecemasan, styes fisi dan psikis akan mempengaruhi
produksi ASI. Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan kuliah, ujian,dll. Tidak
jarang menyebabkan AS1-nya tidak keluar. Sebaliknya suasana keluarga yang
tenang, bahagia, sakinah, penuh pengertian dan dukungan dan anggota keluarga
yang lain (terutama suami), akan membantu menunjang keberhasilan menyusui.
Demikian pula lingkungan kerja berpengaruh ke arah positif atau sebaliknya.
d. Keadaan payudara:
Besar kecil dan bentuk payudara tidak mempengaruhi produksi ASI. Tidak ada
jaminan bahwa payudara besar akan menghasilkan lebih banyak ASI sedang
payudara kecil menghasilkan lebih sedikit. Produksi ASI lebih banyak ditentukan
oleh faktor nutrisi, frekuensi pengisapan puting dan faktor emosi.
Sehubungan dengan faktor di atas, faktor pada payudara yang perlu mendapat
perhatian adalah keadaan puting.Puting harus disiapkan agar lentur dan menjulur,
sehingga mudah ditangkap oleh mulut bayi.Dengan puting yang baik, puting tidak
mudah lecet, refleks mengisap menjadi lebih baik, dan produksi AS1 lebih balk
pula.
5. Peran masyarakat dan pemerintah
40
Keberhasilan laktasi merupakan proses belajar-mengajar. Diperlukan
kelompok dalam masyarakat di luar petugas kesehatan yang secara sukarela
,memberikan blmbingan untuk peningkatan penggunaan ASI. Kelompok ini dapat
diberi nama Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) yang dapat memanfaatkan
kegiatan posyandu dengan membuat semacam pojok ASI.
Dari pemerintah, dukungan dan peraturan untuk peningkatan penggunaan
ASI waktu ini cukup besar, antaralain :
1. Inpres No. 14, 1975. Menko Kesra selaku koordinator pelaksana menetapkan
bahwa salah satu program dalam usaha perbaikan gizi adalah peningkatan
penggunaan ASI.
2. Melarang para produsen susu buatan/formula untuk mencantumkan
kalimat-kalimat promosi yang memberikan kesan bahwa susu buatan
tersebut semutu ASI atau lebih balk daripada ASI (Permenkes 240/1985).
3. Mengharuskan produsen susu kental manis (SKM) untuk mencantumkan
pada label produksnya bahwa SKM tidak cocok untuk bayi, dengan wama
tulisan merah dan cukup mencolok (Permenkes 76/1975)
4. Melarang promosi susu buatan/formula yang dimaksudkan sebagai
pengganti ASI di semua sarana pelayanan kesehatan (termasuk Posyandu).
5. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi umur 4-6 bulan dan
menganjurkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.
6. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan, milik pemerintah maupun
swasta.
7. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal PP-ASI sehingga
petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat
luas.
8. Pencanangan Peningkatan Penggunaan ASI oleh Bapak Presiden secara
nasional pada hari ibu ke-62 (Desember 1990)
9. Upaya penerapan TO langkah untuk berhasilnya menyusui bagi ibu bersalin
di semua RS, RSB, RB dan Puskesmas dengan tempat tidur.
B. Cara menyusui
Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Ibu duduk atau berbaring santai
Payudara dimasase supaya lemas
Tekan areola antara ibu jari dan telunjuk sehingga keluar beberapa tetes ASI.
Oleskan ASI tersebut pada puting susu dan areola sekitamya sebelum menyusui.
Bayi diletakkan di pangkuan bila ibu duduk, dan di sebelah ibu bila ibu tiduran
ibu harus memegang payudara dengan posisi ibu jari di atas dan keempat jari
lainnya di bagian bawah payudara
42
Sebagian besar areola payudara harus berada di dalam mulut bayi
Setiap payudara harus disusui sampai kosong, kurang lebih 10-15 menit
Bayi menyusu pada dua payudara bergantian, setelah payudara yang pertama
terasa kosong
Bila akan melepaskan mulut bayi dari puting susu, masukkan jari kelingking
antara mulut bayi dan payudara
Sesudah selesai menyusui oleskan ASI pada puting susu dan areola sekitarnya
serta biarkan kering oleh udara
Bayi digendong di bahu ibu atau dipangku tengkurap agar bersendawa.
Periksa keadaan payudara, mungkinadaperiukaan/pecah-pecahatau
terbendung.
Bayi menyusu setiap kali membutuhkan, sebagian dengan posisi berubah-ubah.
Pakailah bahan penyerap ASI dibalik kutang, di luar waktu menyusui
VITAMIN A
43
ASI merupakan sumber energi yang paling higienis, mengandung penuh gizi
essensial, air, faktor kekebalan tubuh dan banyak komponen lain yang sangat
berguna bagi bayi dan anak-anak. ASI mencegah terjadinya defisiensi vitamin A.
Vitamin A merupakan mikronutrien yang sangat diperlukan bayi dan anak-anak
untuk kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Hampir seluruh bayi lahir dengan status simpanan vitamin A yang rendah
dalam tubuhnya. Selama 6 bulan pertama postpartum ibu hams menyusui bayinya
secara eksklusif untuk meningkatkan kadar vitamin A tubuh bayi. ASI akan
mencegah terjadinya infeksl yang akan menurunkan simpanan vitamin A pada bayi
dan mempengaruhi absorpsi vitamin A. Intake vitamin A pada bayi yang diberi ASI
tergantung dari status vitamin A ibu, jenis ASI (berdasar hari postpartum) dan
jumlah ASI yang diminum.
Beberapa hari pertama Kolostrum; mengandung vitamian A 3 kali Iipat dan beta-karoten
(precursor vit A yang memberi warna kekuningan) 10 kali.
Karena mengandung kadar vitamin A, antibodi dan zat
esensial lain yang tinggi, kolostrum merupakan imunisasi
awal dzlam kehidupan bayi.
14 hari-6 bulan ASI matur: ASI dari ibu yang sehat-rnengandung 250 IU vitamin
A per 100 ml. Namun ASI dari ibu-ibu di negara berkembang
hanya mengandung vitamin A separuhnya. Pada keadaan ini,
pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi pada ibu segera
setelah melahirkan dapat menjamin suplai vitamin A untuk
bayi Iewat ASI yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan vitamin
A perhari dan menambah simpanan vitamin A dalam
tubuhnya.
Mulai umur 6 bulan, vitamin A hares sudah mulai diperoleh Iewat makanan
yang kaya vitamin A, selain ASI, dan jika diperlukan bayi hares diberikan
suplementasi kapsul vitamin A. Pemberian makanan dan minuman pada bayi yang
tidak optimal dapat menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin A yang
mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Risiko
terjadinya defisiensi vitamin A ini lebih besar pada bayi yang ibunya menderita
defisiensi vitamin A. Defisiensi vitamin A pada ibu dapat menyebabkan rendahnya
kadar simpanan vitamin A pada bayi dan rendahnya kadar vitamin A pada ASI.
Bayi dengan defisiensi vitamin A akan kehilangan selera makan/minum,
mempunyai masalah pada mata, daya tahan tubuh terhadap infeksi yang rendah,
lebih sering dan lebih parah rnendapat diare dan campak, anemia defisiensi besi dan
lambat dalam pertumbuhan. Penyakit-penyakit infeksi dan proses radang itu sendiri
dapat memperberat defisiensi vitamin A karena meningkatkan penggunaan dan
proses kehilangan vitamin A. Meningkatnya risiko untuk sakit mengarah pada
peningkatan angka kematian bayi dan balita. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa.di masyarakat dengan prevalensi defisiensi vitamin A tinggi, peningkatan
status vitamin A akan menurunkan kematian anak sampai dengan 23%. Vitamin A
44
sangat protektif mencegah kematian, terutama pada penderita diare dan campak dan
dapat menurunkan derajat keparahan malaria.
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin A pada bayi, ibu direkomendasikan
untuk meningkatkan konsumsi vitamin A dengan cara:
1. Selama kehamilan
Di daerah dengan banyak kasus defisiensi vitamin A tinggi dan jarang tersedia
makanan kaya vitamin A, sebaiknya ibu hamil diberi suplementasi vitamin A
dosis rendah (kurang dari 10.000 IU perhari atau 25.000 IU perminggu) atau
multivitamin yang mengandung cukup vitamin A.
2. Saat persalinan
Di daerah dengan banyak kasus defisiensi vitamin A, satu dosis tinggi vitamin A
(200.000 IU) sebaiknya diberikan segera setelah melahirkan, tetapi tidak lebih
dari 8 minggu postpartum.
3. Selama menyusui
Tingkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A, karena
kebutuhan vitamin A selama masa menyusui 1,5 kali lebih banyak bila
dibandingkan dengan wanitausia reproduksi yang tidak hamil dan tidak menyusul.
Perencanaan kehamilan berikutnya (KB) juga diperlukan guna menjaga
kelangsungan pemberian ASI, jarak kehamilan dan membantu proses
penyimpanan vitamin A pada tubuh ibu dan mikronutrien lain.
TUBERKULOSIS
Tenaga kesehatan sering mendapat pertanyaan apakah seorang ibu yang
menderita tuberkulosis (TBC) dapat memberikan ASI kepada bayinya.Di masa lalu
dianjurkan untuk merawat bayi secara terpisah dari ibu yang menderita TBC,
setidaknya sampai ibu menjadi tidak infeksius lagi.Pemisahan ini mengganggu bahkan
tidak memungkinkan ibu untuk menyusui dan merawat bayinya sendiri. Hal ini dapat
meningkatkan risiko bayi untuk menderita penyakit infeksi lain dan juga malnutrisi
disebabkan pemberian susu pengganti. Sehingga kini perawatan terpisah ini sudah
tidak dianjurkan lagi.
Ibu yang terinfeksi TBC harus diperiakukan sebagai berikut:
o Untuk mencegah infeksi pada bayi, ibu harus diberi kemoterapi yang adekuat
dan tepat waktu. Pemberian kemoterapi harus sesuai dengan standart
pemberian obat yang direkomendasikan oleh program TBC nasional dan
dimonitor oleh tenaga kesehatan setempat. Standart pemberiankemoterapi
Jangka pendek adalah kombinasi isoniazid, rifampisin, pyrazinamid dan
ethambutol selama 2 bulan pertama dan dilanjutkan hingga 4-6 bulan. Obat
antituberkulosis ini tidak berbahaya jika diberikan pada saat kehamilan dan tidak
mempengaruhi ASI. Sejumlah kecil obat akan terdapat pada ASI dan tidak cukup
untuk membuh vaksin BCG.
o Ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif, minimal selama 4 bulan, atau
sebaiknya hingga 6 bulan, dan dapat meneruskan memberikan ASI hingga 2
tahun.
Bayi yang mempunyai risiko untuk tertuiar TBC harus diimunisasi dengan BCG
segera setelah lahir.Bayi tidak perlu dipisahkan dan ibunya dan dapat menyusul secara
normal.Bayi dengan risiko tinggi tertular TBC ini sebaiknya juga diberi isoniazid 5
mg/kgBB per oral satu kali sehari selama 6 bulan.Dosis ini sangat kecil untuk membunuh
vaksin BCG.
45
Manajemen Perawatan ibu dengan tuberkulosis dan menyusui:
TBC paru aktif TB pare aktif
diagnosis sebelum persalinan diagnosis setelah persalinan
> 2 bulan sebelum < 2 bulan < 2 bulan setelah > 2 bulan setelah
sebelum
Preparat apus Preparat apus - - -
negative positif beberapa
sebelum saat sebelum
persalinan persalinan
Obati ibu. Obati ibu Obati ibu Obati ibu Obati ibu
INFEKSI HIV
Sejak tahun 1980, ketika HIV pertama kali terdeteksi di dalam ASI, menyusui
pada ibu dengan HIV positif menjadi kontroversial. Pengambil kebijakan kesehatan
telah mencoba mencari pedoman pemberian makan dan minum bayi yang terbaik
pada ibu yang terinfeksi HIV terutama di daerah dengan prevalensi HIV tinggi,
seperti negara-negara di daerah Sub-Saharan Afrika. Sampai saat ini pengambilan
keputusan mengenai pemberian ASI pada daerah tersebut membutuhkan pemikiran
untung rugi dengan seksama. Pengambilan ' keputusan untuk memberikan ASI
dipengaruhi oleh ketakutan akan adanya penularan HIV melalui ASI, namun dipihak
lain ada pula ketakutan lain yaitu stigma mengenai kematian dan kesakitan yang
disebabkan olah faktor lain selain ASI. Ibu dengan HIV positif bisa menularkan virus
kepada anaknya selama kehamilan (in-utero) atau pada saat persalinan, dan juga
dapat ditularkan lewat ASI. Namun demikian sebagian besar bayi dari ibu dengan
HIV positif tidak terinfeksi dari ibunya, dan tidak tergantung apakah bayi mendapat
ASI atau tidak.
Jika 1) susu pengganti tersedia dan terjangkau, 2) susu pengganti dapat
digunakan dengan cara yang aman, dan 3) fasilitas kesehatan tersedia dan
terjangkau, maka bayi dari seorang ibu dengan HIV positif mempunyai angka
kemungkinan hidup lebih besar bila dia diberi susu pengganti daripada ASI. Tetapi
bila ke tiga syarat tersebut tidak terpenuhi, sebagai contoh fasilitas dan akses
46
terhadap fasilitas kesehatan sangat rendah dan tidak memadai, menyusui
merupakan pilihan pemberian makanan bayi yang terbaik walau ibu terinfeksi HIV.
Kontroversi boleh dan tidaknya seorang ibu yang menderita HIV memberikan
ASI pada bayinya masih t e r u s berlanjut.Keputusan untuk menyusui atau tidak
sepenuhnya merupakan hak ibu, namun demikian petugas kesehatan mempunyai
tanggung Jawab untuk memberikan keterangan mengenai keuntungan dan risiko
pemberian ASI pada ibu yang menderita HIV positif.UNICEF telah membuat suatu
pedoman berdasar dari berbagal studi, pedoman tersebut disebut safer
breastfeeding.Secara umum pedoman safer breastfeeding ini meliputi:
Pemberian ASI dini segera dilakukan dalam waktu 30 menit pertama kelahiran.
Tenaga kesehatan harus mempunyai keterampilan manajemen laktasi yang balk,
termasuk cara mempersiapkan ibu untuk dapat menyusui dengan balk dan benar,
posisi dan cara melekatkan bayi segera setelah persalinan.
Bayi harus sering disusui sesuka bayi baik pagi maupun malam hari, tanpa jadwal.
Bayi harus disusui secara ekslusif dalam waktu minimal 4-6 bulan.
Pemberian makanan tambahan hams segera dimulai pada umur 6 bulan, kecuali ada
petunjuk khusus dari dokte.r yang berkaitan dengan pertumbuhan bayi, makanan
tambahan dapat diberikan antara bulan ke 4 dan 6.
Ibu yang mempunya risiko mengidap HIV hams berusaha agar tidak sampai
terinfeksi selama masa menyusui karena risiko penularan virus akan meningkat dua
kali lipat pada masa infeksi awal HIV.
Ibu harus segera mencari pertolongan tenaga kesehatan jika menemukan perlukaan
pada puting atau mulut bayi, karena dapat menjadi jalan penularan virus.
Biasanya perlukaan terjadi pada satu sisi payudara, untuk itu ibu hams
mengeluarkan dan membuang ASI dart payudara yang sakit tersebut.
Dengan safer breastfeeding ini diharapkan dapat menurunkan penularan HIV Iewat ASI
bagi ibu-ibu yang tidak mengetahui apakah dirinya mengidap HIV positif, atau ibu yang
mempunyai risiko tinggi terkena HIV dan juga bagi ibu yang menderita HIV positif
tetapi memutuskan untuk tetap menyusui. Beberapa studi sedang dilaksanakan saat ini
untuk melihat dampak dari penyuluhan safer breastfeeding ini terhadap keputusan ibu
untuk menyusui bayinya dan kesehatan bayi di beberapa negara.
Safer Breastfeeding untuk wanita yang terinfeksi atau mempunyai risiko terinfeksi HIV
47
o Segera susui setelah persalinan
o Mendapat penyuluhan dan dukungan untuk menyusui dengan posisi dan perlekatan
bayi dan payudara yang benar.
o Mendapat penyuluhan dan dukungan Untuk melakukan akitivitas seksual dengan aman
dan memahami risiko tertular HIV melalui ASI dan alternalif penularan lainnya.
o Ibu harus memutuskan untuk menghentikan pemberian ASI harus menerima penyuluhan
dan dukungan untuk memfalitet perubahan pemberian makanan pada bayi.
HEPATITIS
Menyusui diduga menjadi salah satu jalan penularan Hepatitis pada bayi, karena
sejumlah kecil HbsAg ditemukan pada beberapa sampel ASI dari ibu yang menderita
HbsAg positif.Namun demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa menyusui
dapat meningkatkan risiko penularan untuk bayi dari ibu dengan HBsAg positif,
menyusui sangat dianjurkan walaupun di daerah yang tidak mempunyai fasilitas
vaksinasi hepatitis.
Jika fasilitas memadai vaksinasi hepatitis sangat direkomendasikan bagi bayi ya ig
lahir dari ibu yang menderita hepatitis, terutama di daerah dengan penularan hepatitis
perinatal sangat tinggi. Bila fasilitas vaksinasi hepatitis sangat terbatas, prioritas
pemberian vaksinasi sebaiknya dilakukan pada bayi yang akan disusui orang lain selain
ibunya.
48
ANTIBIOTIK DAN MENYUSUI
Pengobatan dengan antibiotika sering kali dibutuhkan saat ibu masih menyusui
dan sebagian besar obat tersebut cukup aman bagi bayi sehingga ASI tetap dapat
diberikan.Namun demikian data mengenai obat-obatan dan ASI ini tidak cukup memadai
sehingga banyak timbul pertimbangan antara risiko bayi terkena obat melalui ASI dan
kesadaran untuk tetap memberikan ASI pada bayinya.Seringkali pertimbangan
penghentian obat maupun penghentian menyusui selama pengobatan hanya berdasarkan
anekdot atau pendapat umum saja.
Obat yang diekskresikan ke dalam ASI dan masuk ke dalam tubuh bayi tergantung
oleh beberapa faktor ibu maupun bayi.Jumlah obat yang ada dalam ASI tergantung dari
konsentrasi obat bebas yang terdapat dalam serum ibu.Konsentrasi ini ditentukan oleh
dosis obat, absorpsi, distribusi jaringan dan protein-binding (yang menurun pada
trimester akhir kehamilan), serta metabolisme dan ekskresi tubuh ibu itu sendiri.Karena
pH ASI lebin rendah bila dibanding dengan serum ibu, transfer obat ke dalam ASI sangat
dipengaruhi oleh tingkat keasaman obat.Absorpsi obat lewat ASI oleh usus bayi
tergantung oleh beberapa faktor termasuk daya larut, pH gastrointestinal, lama transit
lambung dan permeabilitas dari membran mukosa usus.Semua faktor ini sangat
dipengaruhi oleh umur bayi.
Gangguan metabolisme obat pada bayi karena hepar yang tidak matur dapat
menyebabkan akumulasi obat. Namun demikian, kadar obat yang diabsorpsi lewat ASI
relatif sangat rendah dan kapasitas metabolisme cukup memadai. Rendahnya kadar
lemak bayi baru lahir, terutama bayi preterm, juga mempengaruhi metabolisme obat
dalam tubuh bayi. Karena rendahnya kadar lemak dapat menurunkan distribusi obat ke
jaringan, sehingga kemungkinan terjadinya keracunan sangat tinggi karena kadar obat
dalam darah yang tinggi. Obat-obat yang berhubungan dengan bilirubin indirek (seperti
sulphonamide) dapat meningkatkan kadar bilirubin bebas sehingga bisa menyebabkan
terjadinya kemikterus. Konsentrasi obat bebas dalam serum juga dapat meningkat pada
bayi dengan asidosis atau hipoksia.Pemberian obat-obatan seperti penisilin, tetrasiklin
dan gentamisin juga harus diawasi, terutama pada awal kelahiran karena fungsi ginjal
pada bayi baru lahir masih lemah.
49
Antibiotika yang sering dipergunakan
Aminoglikosid Muncul dengan cepat dalam ASI tetapi tidak dalam bentuk yang
slap diabsorpsi usus bayi. Tidak dapat digunakan untuk
pengobatan pada bayi. Dianjurkan untuk tetap dilakukan
pengawasan pada bayi.
Amoksisilin Dapat menyebabkan diare. Dapat pula menyebabkan ruam
kulit, sensitisasi dan kandidiasis.
Piperasillin Diekskresikan dalam ASI dalam jumlah dibawah kadar terapi atau
toksik, namun dapat menyebabkan mengubah flora usus.
Sulfonamid Risiko untuk terjadinya kernikterus pada bayi ikterus, terutama
pada obat yang long acting. Dapat menyebabkan hemolitik pada
bayi dengan G6PD.
50
Tetrasiklin Sebagian menganjurkan untuk tidak diberikan pada ibu
Tricarcillin menyusui.
Penisilin dapat ditemui dalam Jumlah yang sangat kecil ada ASI.
Trimeth2prim Tidak ada efek nyata.
51
Bagaimana ASI dapat mencegah ISPA dan asma merupakan hal yang sangat
komplek karena menyangkut faktor imunologik dan zat nutrien lain yang terkandung di
dalamnya. Di dalam paru-paru ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Adanya bet,arapa
tetes ASI yang maduk dalam saluran pemapasan dan paru-paru bayi secara alami selama
menyusui, maka akan mengantarkan antibodi dan zat lain yang pelindung saluran
pernapasan. Terlebih di dalam lambung terdapat beberapa aktivitas antibakteri dan
antiviral yang diperoleh dari lemak ASI yang dimetabolisme menjadi lemak bebas.
Lemak bebas ASI ini dapat menurunkan risiko terjadinya infeksi pada paru-paru.
Komponen yang spesifik dalam ASI dapat memacu proses sistem imun tubuh
bayi. Jumlah sel darah putih yang aktif yang mengeluarkan bahan kimia biologis ke dalam
saluran pencernaan dan jaringan sekitamya, mempengaruhi perkembangan sistem
imun. Bayi yang disusui secara eksklusif mempunyai kelenjar thymus yang lebih besar
dibanding bayi yang diberi susu buatan. Kelenjar thymus ini merupakan pusat kelenjar
yang bekerja untuk sistem imun. Besarnya kelenjar ini mempunyai efek yang sangat
berarti bagi perkembangan sistem imun yang optimal.
Perkembangan fungsi paru-paru juga dipercepat dengan adanya faktor zat
pertumbuhan yang terdapat pada ASI. Zat aktif yang sangat spesifik dalam ASI memacu
perkembangan dan pertumbuhan fungsi dan anatomis saluran pemapasan dan paru-
paru secara optimal. Dengan demikian secara tidak langsung akan mencegah terjadinya
wheezing yang merupakan gejala utama asrna.
ASI banyak mengandung asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan dalam
sistem kekebalan tubuh. Omega-3 ini juga ditemukan pada minyak ikan. Pada penelitian
ditemukan bahwa asma jarang ditemukan pada anak yang banyak mengkonsumsi
minyak. ikan. Ibu yang sedang menyusui dan banyak mengkonsumsi minyak ikan akan
menambah kaya kandungan omega-3 untuk bayi. Makanan yang banyak mengandung
antioksidan (vitamin C, E, Zinc dan Selenium) seperti buah segar, sayuran, biji-bijian,
juga sebaiknya dianjurkan untuk ibu menyusui.
D. ALAT
1. Wastafel
2. Sabun tangan
3. Handuk kering
4. Wadah bersih
5. Botol kaca/plastik ASI
E. PROSEDUR
Opening
1 Salam & perkenalan, informed consent
Mempersiapkan psikologis ibu
1 Mendorong atau memotivasi ibu
2 Meyakinkan ibu tentang manfaat ASI
3 Membantu memecahkan masalah ibu yang terkait dengan laktasi
4 Mengikutsertakan suami/keluarga
5 Memberi kesempatan ibu bertanya setiap saat
Teknik menyusui
1 Menjelaskan berbagai posisi menyusui: duduk, berbaring, dsb.
2 Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskannya pada puting susu
3 Mulut bayi dihadapkan payudara ibu, mendekatkan badan bayi ke badan ibu,
53
memposisikan ibu & bayi senyaman mungkin (kepala & tubuh bayi lurus),
menyangga seluruh tubuh bayi, ibu menatap dengan kasih sayang
4 Payudara dipegang dengan ibu jari di atas & jari lain menopang di bawah (bukan
menekan puting susu/areolanya saja)
5 Menyentuhkan puting susu ke bibir/sisi mulut bayi agar bayi membuka mulut
(rooting reflex)
6 Memasukkan puting ke dalam mulut bayi, sehingga bibir bawah & lidah bayi
terletak di bawah puting susu, dan memastikan daerah areola dapat masuk ke
dalam mulut bayi
7 Bayi mulai mengisap payudara, dan akan menyusu dengan santai/tenang,
payudara tidak perlu dipegang/disangga lagi
8 Mengecek apakah bayi telah menyusui dengan teknik yang benar:
bayi tampak tenang, badan bayi menempel perut ibu, dagu bayi menempel
payudara, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar, areola
lebih banyak di bagian atas daripada di bwah mulut, bayi tampak menghisap dalam
& lambat diselingi istirahat, puting ibu tidak nyeri, telinga & lengan bayi pada satu
garis lurus, kepala tidak mengengadah
Pengeluaran ASI dengan tangan
1 Mencuci tangan sampai bersih
2 Menyiapkan wadah yang telah dicuci dengan air mendidih
3 Memasase payudara dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah areola
pada sekeliling payudara secara merata
4 Menekan & memeras (bukan menekan/memijat puting) daerah areola dengan ibu
jari di sekitar areola bagian atas & jari telunjuk pada sisi areola yang lain
Mengulangi gerakan: tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, dst di sekeliling areola
dari semua sisi, sehingga yakin ASI telah diperas dari semua segmen payudara
Pemberian ASI perasan dengan cangkir/sendok
1 Ibu duduk dengan memangku bayi
2 Memegang punggung bayi dengan lengan
3 Meletakkan cangkir/sendok pada bibir bawah bayi, lidah bayi berada di atas
pinggir cangkir/sendok
4 Sedikit memiringkan cangkir/sendok, membiarkan bayi mengisap ASI (lidah &
bibir atas bayi akan mengisap sendiri cairan ASI yang menempelnya)
5 Memberi sedikit waktu istirahat setiap kali menelan
Closing
1 Mengucapkan terima kasih kepada ibu, memuji ibu, menyarankan ibu untuk
melakukan sendiri di rumah, dsb.
Skenario
Seorang bayi baru lahir usia 2 hari, lahir dari ibu G1P0A0 hamil 38 minggu secara
spontan. Diketahui ASI belum keluar. Ibu menanyakan ke dokter bagaimana memberi ASI
eksklusif agar berhasil pada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (Tim PP-ASI). Modul Pelatihan “Manajemen
Laktasi”, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta, 2001.
Utami Roesli, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. PT Elex Komputindo, Jakarta, 2001
54
F. CHECKLIST MANAJEMEN LAKTASI
No Uraian Nilai
Opening 0 1 2
1 Salam & perkenalan, informed consent
Mempersiapkan psikologis ibu 0 1 2
1 Mendorong atau memotivasi ibu
2 Meyakinkan ibu tentang manfaat ASI
3 Membantu memecahkan masalah ibu yang terkait dengan laktasi
4 Mengikutsertakan suami/keluarga
5 Memberi kesempatan ibu bertanya setiap saat
Teknik menyusui 0 1 2
1 Menjelaskan berbagai posisi menyusui: duduk, berbaring, dsb.
2 Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskannya pada puting susu
3 Mulut bayi dihadapkan payudara ibu, mendekatkan badan bayi ke badan
ibu, memposisikan ibu & bayi senyaman mungkin (kepala & tubuh bayi
lurus), menyangga seluruh tubuh bayi, ibu menatap dengan kasih sayang
4 Payudara dipegang dengan ibu jari di atas & jari lain menopang di bawah
(bukan menekan puting susu/areolanya saja)
5 Menyentuhkan puting susu ke bibir/sisi mulut bayi agar bayi membuka
mulut (rooting reflex)
6 Memasukkan puting ke dalam mulut bayi, sehingga bibir bawah & lidah
bayi terletak di bawah puting susu, dan memastikan daerah areola dapat
masuk ke dalam mulut bayi
7 Bayi mulai mengisap payudara, dan akan menyusu dengan santai/tenang,
payudara tidak perlu dipegang/disangga lagi
8 Mengecek apakah bayi telah menyusui dengan teknik yang benar:
bayi tampak tenang, badan bayi menempel perut ibu, dagu bayi
menempel payudara, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi
membuka keluar, areola lebih banyak di bagian atas daripada di bwah
mulut, bayi tampak menghisap dalam & lambat diselingi istirahat, puting
ibu tidak nyeri, telinga & lengan bayi pada satu garis lurus, kepala tidak
mengengadah
Pengeluaran ASI dengan tangan 0 1 2
1 Mencuci tangan sampai bersih
2 Menyiapkan wadah yang telah dicuci dengan air mendidih
3 Memasase payudara dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah
areola pada sekeliling payudara secara merata
4 Menekan & memeras (bukan menekan/memijat puting) daerah areola
dengan ibu jari di sekitar areola bagian atas & jari telunjuk pada sisi
areola yang lain
Mengulangi gerakan: tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, dst di
sekeliling areola dari semua sisi, sehingga yakin ASI telah diperas dari
semua segmen payudara
Pemberian ASI perasan dengan cangkir/sendok 0 1 2
1 Ibu duduk dengan memangku bayi
2 Memegang punggung bayi dengan lengan
3 Meletakkan cangkir/sendok pada bibir bawah bayi, lidah bayi berada di
atas pinggir cangkir/sendok
55
4 Sedikit memiringkan cangkir/sendok, membiarkan bayi mengisap ASI
(lidah & bibir atas bayi akan mengisap sendiri cairan ASI yang
menempelnya)
5 Memberi sedikit waktu istirahat setiap kali menelan
Closing 0 1 2
1 Mengucapkan terima kasih kepada ibu, memuji ibu, menyarankan ibu
untuk melakukan sendiri di rumah, dsb.
56