Anda di halaman 1dari 56

3.

konseling laktasi

Semester :6
Modul : Ketrampilan Klinis 4
Waktu : 200 menit

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan skill lab ini, mahasiswa diharapkan dapat :
 Memberikan edukasi tentang manajemen laktasi kepada Ibu hamil atau
menyusui
 Memperagakan tehnik edukasi manajemen laktasi kepada Ibu hamil atau
menyusui

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu Skill 200 menit daring
Tugas Instruktur 1. Instruktur memberikan pretest terkait materi
2. Instruktur menerangkan materi terkait edukasi manajemen
laktasi
3. Instruktur melakukan penilaian terhadap penampilan setiap
mahasiswa dalam melakukan edukasi manajemen laktasi.
Penilaian menggunakan I-Class
4. Instruktur memberikan feedback terkait performa mahasiswa
saat melakukan konseling laktasi
Tugas Mahasiswa 1. Mahasiswa mengerjakan soal pretest dari instruktur
2. Mahasiswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh
instruktur terkait materi manajemen laktasi
3. Mahasiswa berpasangan sebagai dokter & pasien berlatih
bergantian selanjutnya dilakukan penilaian

C. DASAR TEORI

BERKOMUNIKASI DENGAN IBU TENTANG ASI/MENYUSUI

Dalam menghadapi ibu yang mengalami masalah dalam menyusui, maka ibu yang
mempunyai pengalaman berhasil menyusui sendiri dapat menjadi seorang petugas
kesehatan yang paling baik. Ibu tersebut lebih dari siapapun, akan :
 Dapat merasakan keuntungannya karena dapat menyusui secara berhasil,
bagaimana ringannya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli susu.
 Dapat memperagakan bagaimana mengatasi masalah-masalah sewaktu menyusui
bayinya, seperti puting susu lecet, mastitis, sindroma ASI kurang, bingung puting,
bayi rewel, dll.
 Dapat merasakan perkembangan bayinya yang sangat memuaskan.
 Dapat merasakan jarangnya anak sakit, seperti diare, Infeksi Saluran Pemapasan
1
Akut (ISPA), dibandingkan dengan anaknya yang lain atau bayi lain yang tidak
mendapat ASI.
Jadi keberhasilan menyusui dan mengatasi masalah sewaktu menyusui benar-benar
tergantung pada kesanggupan ibu melakukan upaya-upaya mengatasi masalah dan
melakukan tindakan-tindakan yang benar dalam mengatasi setiap masalah.
Agar ibu dapat mengatasi masalah menyusui secara benar, dokter/petugas
kesehatan harus mengetahui cara bercakap-cakap dengan ibu tentang menyusui dan
masalahnya, serta mengajarkan ibu merawat bayinya di rumah. Untuk ini dibutuhkan
keterampilan dalam berkomunikasi.Kemampuan berkomunikasi dengan baik dapat
menunjukkan perbedaan antara dokter yang efektif dan yang tidak.

MASALAH-MASALAH DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN IBU


Karena berbagai alasan, dokter/petugas kesehatan sering berkomunikasi dengan
ibu secara tidak efektif. Beberapa alasannya adalah sebagai berikut :
 Dokter/petugas gagal mendapatkan keterangan yang dihutuhkan.
 Keterangan yang diperlukan salah diartikan
 Ibu tidak mengerti petunjuk yang diberikan
 Ibu tidak sepakat dengan tindakan yang diberikan
 Ibu tidak sanggup melakukan petunjuk-petunjuk
 Petunjuk tidak lengkap
 Ibu tidak ingat apa yang harus dilakukan
Dalam kehidupan sehari-hari, dokter/petugas kesehatan jarang mempunyai waktu
yang cukup untuk bercakap-cakap dengan ibu.Bila tindakan yang diberikan salah, atau
ibu tidak dapat melakukan tindakan, maka waktu yang sedikit itu pun tidak dapat
dimanfaatkannya.
Jelaslah bahwa sudah menjadi kewajiban dokter/petugas kesehatan untuk
memberikan keterangan yang benar tentang cara-cara menghadapi ibu yang kesulitan
menyusui.Dokter/petugas kesehatan, sebagai kepala klinik/ruangan di.rumah sakit
atau tempat praktek. pribadi, harus memantau komunikasi stafnya dengan ibu. Untuk
pemantauan yang efektif komunikasi staf dengan ibu, dokter/petugas kesehatan harus
menjadi seorang komunikator yang baik. Seperti pepatah mengatakan: "Saudara tidak
dapat mengajarkan sesuatu yang tidak saudara ketahui".

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
Masalah dalam berkomunikasi dengan ibu dapat diatasi dengan menggunakan
kemampuan berkomunikasi sederhana yang diuraikan pada bagian selanjutnya bab ini.
Dengan menggunakan keterampilan ini dokter/petugas kesehatan menjadi seorang
komuniktor yang baik dengan ibu walaupun waktu yang tersedia hanya sedikit.
Mengetahui keterampilan ini juga akan membantu memantau kegiatan berkomunikasi
asisten atau staf lain.
Berikut ini adalah petunjuk berkomunikasi yang perlu diketahui :
Cara mengajukan pertanyaan pemeriksaan :
 cara melakukan penilaian penderita dengan lebih baik
 untuk meyakinkan bahwa ibu mengerti apa yang harus dilakukan di rumah.
 cara memantau komunikasi staf dengan ibu
 bagaimana menggunakan alat peraga/contoh-contoh, agar petunjuk yang
diberikan kepada ibu menjadi lebih menarik dan lebih efektif
 cara menggunakan brosur/pamflet (poster)
 cara memuji (memberi penghargaan) sehingga ibu merasa yakin tentang apa yang
2
dilakukannya dalam merawat anak

A. Pengajuan Pertanyaan Pemeriksaan Menambah Keterampilan Dokter/Petugas


Kesehatan Dalam Berkomunikasi
Pengajuan pertanyaan pemeriksaan dapat memperbaiki komunikasi
dokter/petugas kesehatan dengan ibu secara drastis. Suatu daftar pertanyaan
memastikan hal-hal yang diketahui ibu atau membantu mencari keterangan yang
lebih Iengkap dan spesifik tentang apa yang telah diucapkan ibu. Misalnya bila ibu
mengatakan telah memberikan ASI, ajukan pertanyaan berikut :
 Apakah diberikan ASI saja, atau
 Apa lagi yang ibu berikan untuk minum?
Daftar pertanyaan pemeriksaan dapat juga berupa pertanyaan yang menyebabkan
ibu memberitahu dokter/petugas kesehatan mengenai hal yang telah dipelajarinya.
Dengan cara ini dokter/petugas kesehatan dapat mengetahui apakah ibu ingat dan
mengerti hal yang telah diajarkan kepadanya. Misalnya, setelah menerangkan kepada
ibu cara menyusui yang benar di rumah, dapat diajukan pertanyaan berikut :
 Coba perlihatkan cara menyendawakan bayinya ?
Ketika mengajukan pertanyaan pemeriksaan kepada ibu, agar diajukan
pertanyaan sedemikian rupa sehingga ibu akan menjawab lebih dari sekedar "ya"
atau "tidak". Misalnya, tidak efektif bila bertanya
 Apakah ibu mengerti tanda-tanda bahwa posisi ibu dan bayi sudah benar
waktu menyusui ?
Ibu akan menjawab "ya" walaupun ia mengerti atau tidak. la segan mengatakan
tidak ingat dan takut kelihatan bodoh.
Mengajukan pertanyaan pemeriksaan membutuhkan kesabaran. Ketika
mengajukan pertanyaan kepada ibu. Kita harus diam untuk memberikan kesempatan
kepada ibu berpikir dan renjawab. Bila ibu diam saja, harus diusahakan agar kita
tidak menjawab sendiri pertanyaan itu atau mengubah pertanyaan. Bagaimanapun,
perlu disadari bahwa ibu mungkin tabu jawabannya tetapi karena suatu alasan,
lambat menjawab, mungkin ia merasa takut memberikan jawaban salah, atau ia
sungkan untuk berbicara dengan orang yang dihormati. Itulah sebabnya kita harus
menunggu jawabannya dan mendorong ibu untuk menjawab.
Berikut ini adalah contoh kejadian yang menunjukkan daftar pertanyaan dapat
membantu dalam.memperbaiki komunikasi antara dokter/petugas kesehatan dengan
ibu.
 Bila ibu berkata, "Saya hanya memberi ASI saja", cek arti.pertanyaan itu dengan
menanyakan : "Apakah bayi sudah diberi minuman tambahan?"
 Bila ibu berkata : "Tidak, saya tidak memberikan apa-apa kepadanya", cek
kebenarannya dengan menanyakan :"Apakah ibu memberikan air jeruk?
Apakah ibu memberikan makanan? Apakah ibu memberikan cairan lain? Air
tajin?"
 Jika ibu menjawab "ya", misalnya saya beri karena takut kalau hanya diberi ASI
kurang, maka tunjukkan cara-cara pengelolaan sindrom ASI kurang.
Tujuan pertanyaan-pertanyaan pemeriksaan adalah untuk membuat ibu merasa
senang mendapatkan semua keterangan yang diperlukan, sehingga ibu dapat mengerti
hal-hal yang berkenaan dengan menyusui dan untuk meyakinkan hal yang telah
diajarkan kepadanya. Selain itu dengan pertanyaan pemeriksaan ini juga dapat
digunakan untuk menggali hal-hal yang belum diketahui oleh ibu.

3
Memantau Keterampilan Berkomunikasi Tenaga Kesehatan
Kegunaan lain daftar pertanyaan pemeriksaan adalah untuk memantau komunikasi
tenaga kesehatan yang membantu dokter. Bila dokter telah mendelegasikan tanggung
jawab untuk mengajar ibu kepada seorang bidan, perawat atau ibu dari kelompok
pendukung ASI, daftar pertanyaan pemeriksaan dapat membantu untuk memantau
keberhasilan tenaga kesehatan itu mengajar.
Contoh berikut menunjukkan cara pemantauan dicapai :
Siti yang berumur 3 had mendapat ASI dan sekarang slap untuk pulang ke rumah.
Bidan telah berbicara dengan ibunya tentang apa yang harus dilakukan ibu di rumah
untuk merawatnya. Saudara, seorang dokter/petugas kesehatan, tidak melihat atau
mendengar penjelasan itu saudara hanya mempunyai sedikit waktu untuk berbicara
dengan ibunya sebelum mereka pulang. Saudara dapat menanyakan 3 atau 4
pertanyaan pemeriksaan penting tentang perawatan bayi di rumah.
 Jangan tanyakan kepada ibu :
 Apakah bidan sudah menerangkan cara menyusui yang benar? Atau
 Apakah ibu tahu kapan bayi perlu mendapat makanan tambahan, karena ibu
akan takut rnengatakan tidak tahu.
 Akan tetapi, tanyakan kepada ibu :
 Kapan bayi mulai diberi air buah ?
 Berapa lama Siti diberi ASI saja?
 Apa lagi yang akan ibu berikan kepada anak untuk dimakan ?
 Kapan ibu hams membawa kembali bayinya ?
Bila ibu dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan benar, dokter/petugas
kesehatan boleh merasa puas bahwa perawat atau staf dapat berkomunikasi dengan
ibu secara balk.

B. Penggunaan Contoh
Memberikan petunjuk yang jelas untuk ibu adalah hal,yang paling penting dalam
mernberikan pelayanan kesehatan. Langkah pertama .dalam interaksi dengan ibu
termasuk mendapatkan keterangan lengkap dan benar dari ibu untuk menilai keadaan
anak atau masalah yang sedang dihadapinya serta usaha yang telah dilakukan.
Langkah selanjutnya adalah memberikan semua keterangan yang dibutuhkan ibu
untuk mengatasi masalahnya dan meng omunikasikannya dengan jelas.
Penggunaan contoh atau petunjuk akan lebih menarik dan efektif. Contoh/petunjuk
akan lebih tepat, terutama bila contoh itu dihubungkan dengan pengetahuan dan
pengalaman ibu. Sebuah contoh mungkin sebuah objek atau situasi yang dapat
dibayangkan atau tindakan nyata yang bisa dilihat ibu ketika dokter/petugas
kesehatan berbicara.Misalnya, petugas kesehatan dapat memperlihatkan kepada ibu
bagaimana mengelola payudaranya yang mengalami mastitis sambil meminta ibu
mengulangi mengerjakan sendiri. Ibu juga diizinkan untuk memperhatikan ibu lain
yang sedang melakukan hal yang sama, sehingga memungkinkan ibu untuk melihat
cara yang benar. Dengan cara memperagakan akan teringat oleh ibu lebih lama
daripada petunjuk-petunjuk yang hanya diucapkan.
Demonstrasi (peragaan) amat berpengaruh dalam mengajarkan ibu cara,
melakukan tugasnya, mnemperlihatkan kepadanya cara melakukan tugas akan lebih
efektif daripada hanya menceritakan cara melakukannya.. Cara yang paling efektit
untuk mengajarkan ibu mengenai aturan atau keterampilan misalnya mengelola
saluran susu tersumbat adalah rnenyuruhnya memeperhatikan orang yang

4
sedang mengerjakan kemudian melakukan sendiri dengan bimbingan. Ketika is
mencoba melakukan tugas itu, dokter/petugas kesehatan atau stafnya dapat
memperhatikan bagian tugas yang sulit dilakukan dengan benar,
dokter/petugas kesehatan daat merasa yakin bahwa ibu telah mempelajarinya.

Tabel 1.Cara-cara menggunakan alat peraga/contoh


Contoh Cara Menggunakan Contoh
Memperlihatkan gambar Perlihatkan gambar seorang ibu sedang
menyusui
Menyebutkan sebuah contoh Beritahukan posisi yang benar dan
nyata (daripada hanya yangsalah, daripada hanya menyuruh
memberikannya secara umum) menyusul dengan cam yang benar
Memperagakan tugas Perklihatkan kepada ibu cara mengelola
payudara lecet / luka.
Memperlihatkan objek BH yang menopang
Bercerita Bercerita kepada ibu tentang seorang bayi
yang berat badan kurang, dan sering diare
membangkitkan perhatian ibu tentang bahaya
susu botol. Cerita boleh mengungkapkan
perubahan bayi sampai la menjadi gawat.
Menyuruh ibu melakukan sendiri Meminta ibu mengompres sendiri
payudaranya dengan air hangat dan dingin

C. Penggunaan Brosur/Pamfiet
Komunikasi juga akan bertambah baik dengan memberikan setiap ibu sebuah
brosur/pamflet yang telah dirancang untuk mereka. Brosur/pamflet harus
meringkaskan hal-hal yang penting datam merawat seorang anak yang menderita
diare di rumah.Brosur/pamflet harus berisikan kata-kata dan gambar yang
menerangkan hal-hal yang penting.
Bila sebuah brosur/pamflet sudah dibuat, brosur/pamflet harus diperlifiatt an
kepada ibu untuk menguji apakah mereka mengerti pesan yang disampaikan melalui
brosur/pamflet itu. Contoh brosur/pamfiet misalnya cara menyusui yang benar, cara
menyendawakan bayi. Bila di tempat saudara pada saat ini belum ada brosur atau
sukar mendapatkannya, kembangkan sendiri brosur/pamflet tersebut oleh
saudarasehingga ibu di tempat saudara akan mengerti.
Menggunakan brosur/pamflet sambil memberikan petunjuk-petunjuk kepada ibu
adalah cara yang balk dan harus menggunakan contoh. Menunjukkan pada kata-kata
dan gambarnya sambil dokter/petugas kesehatan berbicara akan menolong
memusatkan perhatian ibu tebih baik daripada hanya dengan kata-kata saja. Juga, ibu
boleh membawa brosur/pamflet pulang agar membantu memperkuat apa yang telah
dipelajarinya.
Berikut ini .adalah alasan-alasan mengapa sebuah brosur/pamfiet dapat merupakan
alat komunikasi yang berguna :
 Dengan melihat brosur/pamflet akan mengingatkan dokter/petugas
kesehatan atau stafnya tentang hal-hal utama yang harus dicakup dalam
memberikan informasi sehingga tidak adayang terlupakan. Bila hal-hal
penting terlupakan tanpa sengaja atau karena waktu terlalu pendek, ibu
masih akan mengetahui pesan itu ketika ia melihat kembali
5
brosur/pamflet itu di rumah.
 Walaupun ibu tidak berpendidikan akan dapat memperoleh manfaat dari
brosur/pamflet dengan memperthatikan gambar dan meminta anggota
keluarga atau tetangga yang dapat membaca informasi yang tertulis.
 Karena ibu menyimpan brosur/pamflet, suatu saat bila menemui masalah
menyusui, ibu akan kembali memperhatikan brosur/pamflet dan
menyegarkan ingatannya tentang apa yang hares dilakukan.
 Ibu mungkin akan memperlihatkan brosur/pamflet kepada anggota
keluarga atau tetangga, sehingga lebih banyak orang akan belajar tentang
isi pesan-pesan itu. Ibu akan berterima kasih diberi sesuatu selama
kunjungan itu
 Brosur/pamflet akan meringankan tugas melatih petugas kesehatan dalam
menyampaikan pesan kepada ibu.

D. Pemberian Penghargaan dan Bantuan


Keberhasilan usaha seorang dokter/petugas kesehatan dalam pengelolaan laktasi
yang baik akhirnya ditentukan oleh apakah petunjuk-petunjuk dilaksanakan oleh ibu.
Penggunaan contoh dan brosur/pamflet serta menanyakan pertanyaan pemeriksaan
dapat memastikan bahwa ibu mengerti. Akan tetapi, mengerti cara melaksanakan
tugas tidak menjamin bahwa ibu akan melakukannya.
Oleh karena itu penting bagi petugas kesehatan untuk memberikan bantuan,
penghargaan dan dukungan kepada ibu agar termotivasi untuk melakukan petunjuk
yang telah diberikan.
Pada saat penyuluhan dokter/petugas kesehatan biasanya akan menitik-beratkan
pada pengetahuan dan keterampilan. Mereka mungkin tidak sadar, bahwa di samping
kurangnya pengetahuan dan keterampilan, ada alasan-alasan lain mengapa ibu yang
melahirkan bayi gagal menyusui bayinya secara benar. Petugas kesehatan mungkin
juga merasa tidak dapat memperbaiki beberapa keadaan ibu; misalnya tidak adanya
dukungan dari anggota keluarga di rumah. Akan tetapi, dengan memberikan bantuan,
mereka dapat mempengaruhi ibu untuk mengikuti petunjuk yang diberikan.
Kadang-kadang dalam memberikan petunjuk kepada ibu, petugas kesehatan
mungkin cenderung menitik-beratkan pada kesalahan yang telah dilakukan ibu dalam
mempelajari suatu keterampilan, akan tetapi cara ini bertentangan dengan belajar
yang efektif. Suasana belajar yang baik haws memberikan petunjuk, bahan dan
dorongan yang diperiukan ibu untuk melakukan tugas yang benar. "Melihat mereka
melakukan dengan benar" akan menghasilkan cara belajar yang lebih cepat dan
berlanjut daripada mengkritik kesalahan yang dikerjakan mereka.
Ibu akan ingat dan ingin mengulangi kebiasaan yang menyebabkan ia dihargai atau
yakin dapat melakukannya. Sekalipjn terdapat berbagai cara untuk menyuruh
rnencoba sekali saja kebiasaan yang baru, basil yang positif amat penting agar mereka
mau meneruskannya. Pada klinik yang sibuk, waktu untuk memberikan petunjuk
sering kurang, bila ibu membuat kesalahan, kesalahan itu harus dibetulkan. Di lain
pihak, dokter/petugas kesehatan dapat mengetahui dan memberikan penghargaan bila
seorang ibu melakukan sesuatu secara benar. Ini akan menambah kepercayaan, akan
selalu diingat dan diulanginya tindakan itu.
Kuncinya adalah bicarakan dengan ibu tindakan apa saja yang bisa dilakukannya. Ini
akan meyakinkan bahwa is sanggup dan akan berguna. Selama pembicaraan, cara-cara
untuk menanggulangi masalah yang menghambat kebiasaan balk boleh diutarakan.
Sebagai contoh, petugas kesehatan dapat menanyakan "Makanan apa yang sebaiknya
dimakan oleh ibu yang sedang menyusui?" Bila ibu menjawab, petugas kesehatan
6
dapat rnemperkuat pendapat bahwa makanan ini baik untuk diberikan kepada ibu
yang menyusui (atau sarankan makanan lain) dan bahas pula cara ibu
menyiapkan makanan. Perhatian petugas kesehatan mengenai keadaan ibu
akan membantu ibu merasa wajib melaksanakan semua anjuran yang telah
diberikan.

PERSIAPAN DAN TEKNIK MENYUSUI

Persiapan menyusui masa kehamilan merupakan hal yang pelting karena


dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya.
Untuk itu ibu hamil sebaiknya masuk dalam kelas "Bimbingan Persiapan
Menyusui" (BPM). Suatu pusat pelayanan kesehatan (rumah sakit, rumah bersalin
atau puskesmas) harus mempunyai kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan
ibu hamil yang menunjang keberhasilan menyusui. Pelayanan pada BPM terdiri
atas:
 Penyuluhan (audio-visual) tentang:
 Keunggulan ASI dan kerugian susu buatan,
 Manfaat rawat gabung
 Perawatan puting susu
 Perawatan bayi
 Gizi ibu hamil dan menyusui
 Keluarga berencana, dll
 Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan dan keyakinan
dalam keberhasilan menyusui,
 Pelayanan:
 Pemeriksaan payudara
 Perawatan puting susu
 Senam hamil

PERSIAPAN PSIKOLOGIS
Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti,
karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah terjadi pada saat
kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya.Sikap ibu dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain adat/kebiasaan/ kepercayaan menyusui di daerah masing -
masing, pengalaman menyusui sebelumnya atau pengalaman menyusui dalam
keluarga/kerabat, pengetahuan tentang manfaat ASI, kehamilan diinginkan atau
tidak.Dukungan dari dokter/petugas kesehatan, teman atau kerabat dekat sangat
dibutuhkan terutama pada ibu yang baru pertama hamil.
Penyuluhan, siaran radio, televisi/video, artikel di majalah/surat kabar
dapat meningkatkan pengetahuan ibu, tapi tidak selalu dapat mengubah apa
yang dilakukan oleh ibu. Banyak ibu yang mempunyai masalah yang kadang tidak
dapat diutarakan, atau bahkantidak dapat diselesaikan oleh dokter/petugas
kesehatan, karenanya seorang dokter/petugas kesehatan harus dapat membuat
ibu tertarik dan simpati dan juga berusaha mencari seseorang yang dekat atau
berperan dalam kehidupan ibu, suami atau anggota keluarga/kerabat yang lain

7
Dokter/petugas kesehatan harus dapat memberikan perhatian dan
memperlihatkan simpatinya. Langkah-langkah yang harus diambil dalam
mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui adalah:
 Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses dalam
menyusui bayinya: menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui
adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil menjalaninya: bila ada
masalah, dokter/petugas kesehatan akan menolong dengan senang hati.
 Menyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula
 Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman
menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga lainnya.
 Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam
keluarga, Ibu harus dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan
bayinya sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga
 Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan dokter/petugas
kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam
membantu ibu sehingga hilang keraguan atau ketakutan untuk bertanya
tentang masalah yang tengah dihadapinya.

PEMERIKSAAN PAYUDARA
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengetahui lebih dini adanya
kelainan, sehingga diharapkan dapat dikoreksi sebelum persalinan.Pemeriksaan
payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama ibu, dimulai dari inspeksi dan
palpasi.
I. Inspeksi
a. Payudara
 Ukuran dan bentuk
Tidak berpengaruh pada produksi ASI.Perlu diperhatikan bila ada
kelainan; seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada
perubahan posisi.
 Kontur/Permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau luka
pada kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan
dibawahnya.Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit
membengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk.
 Warna kulit
Pada umumnya sama dengan wama kulit perut atau punggung, yang
perlu diperhatikan adalah adanya warna kemerahan tanda radang,
penyakit kulit atau bahkan keganasan.
b. Areola
 Ukuran dan bentuk
Pada umumnya akan meluas pada saat pubertas dan selanta kehamilan
serta bersifat simetris. Bila batas areola tidak rata (tidak melingkar)
perlu diperhatikan lebih khusus.
 Permukaan
Dapat licin atau berkerut.Bila ada sisik putih perlu dipikirkan adanya
penyakit kulit, kebersihan yang kurang atau keganasan.
 Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna
kulit pada areola lebih gelap dibanding sebelum hamil.
8
c. Puting Susu
 Ukuran dan bentuk
Ukuran puting sangat bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus.
Bentuk putingsusu ada beberapa macam, pada bentuk puting terbenam
perlu dipikirkan retraksi pada keganasan, namun tidak pada semua
puting susu terbenam disebabkan oleh keganasan.
 Pemukaan
Pada umumnya tidak beraturan.Adanya luka dan sisik merupakan
suatu kelainan.
 Warna
Sama dengan areola karena juga mempunyai pigmen yang sama atau
bahkan lebih.

II. Palpasi
a. Konsistensi
Dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormonal.
b. Massa
Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari massa.
Setiap massa harus digambarkan secara jelas letak dan ciri-ciri massa yang
teraba harus dievaluasi dengan baik, pemeriksaan ini sebaiknya diperluas
sampai ke daerah ketiak.
c. Puting susu
Pemeriksaan puting susu merupakan hal yang terpenting dalam
mempersiapkan ibu untuk menyusui (dibahas khusus di bawah).
Bila pada Inspeksi & Palpasi ditemukan kelainan, maka sebaiknya segera ditangan i
atau dikonsultasikan pada dokter ahli bedah/kebidanan.

PEMERIKSAAN PUTING SUSU


Untuk menunjang keberhasilan menyusui maka pada saat kehamilan puting susu
ibu perlu diperiksa kelenturannya dengan cara :
a. Sebelum dipegang periksa dulu bentuk puting susu.

Normal pendek panjang terbenam


terbalik
Gambar 1. Bentuk-bentuk puting susu

b. Cubit areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan telunjuk.

9
Gambar 2. Pemeriksaan kelenturan puling susu.

(a) Puting susu pendek. Apakah lentur atautidak ?;


(b) Bila ditarik seperti ini, maka kelenturannya balk;
(c) Bila masuk ke dalam seperti ini saat dicoba ditarik maka tidak lentur.
c. Dengan perlahan puting susu dan areola ditarik, untuk membentuk "dot", bila puting
susu:
 mudah ditarik, berarti lentur;
 tertarik sedikit, berarti kurang lentur;
 masuk ke dalam, berarti puting susu terbenam.
Jika pada pemeriksaan didapatkan kelenturan yang kurang baik atau puting susu
terbenam, maka tindakan pertama yangdilakukan adalah jangan memvonis ibu dengan
memberitahukan pada ibu bahwa hal itu adalah suatu abnormalitas atau kelainan. Tapi
yakinkan ibu bahwa ia tetap dapat menyusui bayinya, karena hal tersebut dapat
dikoreksi.
Puting susu terbenam dapat dikoreksi dengan :
a. gerakan Hoffmann
b. Penggunaan pompa putting

Cara yang dulu digunakan adalah dengan gerakan Hoffmann, sehari dua kali.Cara ini
diganti dengan menggunakan pompa puting yang telah banyak dijual di Indonesia.

(a) (b)
Gambar 3. Gerakan Hoffmann

a. Tarik telunjuk dengan arah sesuai tanda panahpadagambar,


gerakan ini akanrnerenggangkan kulit areola dan jaringan
dibawahnya. Gerakan ini diulang beberapa kali.
b. Gerakan tersebut diulangi dengan letak telunjuk dipindah
berputar sokeliling puling.

Bila pompa puting tidak tersedia, dapat dibuat modifikasi jarum suntik 10 ml.
Bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong dimasukkan dari
arah potongan tersebut (lihat gambar 9).Cara penggunaan pompa puting yaitu
dengan menempelkan ujung pompa/jarum suntik pada payudara, sehingga puting
berada didalam pompa (lihat gambar 9).Kemudian tank perlahan sehingga terasa
10
ada tahanan dan dipertahankan selama 30 detik sampai 1 menit. Bila terasa sakit,
tankan dikendorkan. Prosedur ini diulang terus hingga beberapa kali dalam sehari.

Gambar 4. Penggunaan modifikasi jarum suntik.

Setelah persalinan, ibu dengan puting susu terbenam yang belum terkoreksi
masih tetap dapat menyusui bayinya. Biarkan bayi mengisap dengan kuat pada
posisi menyusui yang benar, karena dengan demikian akan memacu perenggangan
puting. Bila ASI terlalu penuh, maka sebaiknya dikeluarkan dulu dengan tangan
agar payudara tidak terlalu keras. Kemudian susukan bayi dengan dibantu sedikit
penekanan pada bagian aerola dengan jan sehingga membentuk "dot".

Gambar 5. Cara memegang puting susu terbenam pada saat menyusui

TEKNIK MENYUSUI
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai
masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenamya sangat
sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui,
dan bayi walau sudah dapat mengisap tetapi mengakibatkan puting terasa nyeri,
dan masih banyak lagi masalah yang lain. Terlebih pada minggu pertama setelah
persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosional. Sebenamya hal ini sangat
membantu pada proses mencintai anak (emosi kasih sayang), namun hal ini juga
dapat berpengaruh pada sikap ibu yang menjadi mudah tersinggung. Untuk itu
seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam hal merawat bayi
termasuk menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama orang yang
berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami,
keluargalkerabat terdekat, atau kelompok ibu-ibu pendukung AS! dan
dokter/tenaga kesehatan.
Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang
laktasi seharusnya mengetahui bahwa walau menyusui itu merupakan suatu
proses alamiah, namun untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan

11
pengetahuan mengenai teknik-teknik yang benar sehingga pada saatnya dapat
disampaikan pada ibu yang membutuhkan bimbingan setelah persalinan.

POSISI MENYUSUI
Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah dengan
duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi
tertentu seperti ibu pasca operasi Caesar, bayi diletakkan disamping kepala ibu
dengan kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara memegang bola,
dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar
(penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala
bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.

Gambar 6. Cara menyusui bayi

12
Gambar 7. Berbagai posisi menyusui

(a) (b)

Gambar 8. Posisi menyusui memegang bola


(a) Bayi lunggal

(b) Bayi kembar

13
Gambar 9. Posisi menyusui bayi kembar

LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI YANG B E N A R

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting


susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembaban puting susu.

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.


 Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak tergantung) dan
punggung ibu bersandar pada snndaran kursi.
 Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepa a bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala dan tubuh bayi lurus).
 Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di
depan.
 Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi bertiadapan dengan
puting susu.
 Dekatkan badan bayi ke badan ibu.
 Sanggalah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja.
 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang
dibawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja.

a. Meletakkan bayi b. Memegang Payudara

14
Gambar 10. Cara meletakkan bayi dan memegang payudara

d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
 Menyentuhkan bibir bayi ke puting susu, atau
 menyentuh sisi mulut bayi

Gambar 11.Merangsang bayi membuka mulut.

e. Setelah bayi membuka mulut, segera mendekatkan bayi ke arah payudara ibu
sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
 Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan Iidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
areola.
 Setelah bayi mulai mengisap payudara tak periu dipegang atau disangga
lagi.

CARA PENGAMATAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet,
ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu.

15
Gambar 12. Teknik menyusui yang benar

Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat :
a. bayi tampak tenang.
b. badan bayi menempel pada perut ibu.
c. dagu bayi menempel pada payudara ibu dengan balk.
d. Mulut bayi terbuka lebar
e. Bibir bawah bayi membuka keluar
f. areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bawah mulut.
g. bayi tampak mengisap dalam dan lambat diselingi istirahat.
h. puting susu ibu tidak terasa nyeri.
i. telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
j. kepala tidak menengadah.

Gambar 13.Menyendawakan bayi.

LAMA DAN FREKUENSI MENYUSUI


Sebaiknya menyusui bayi secara nir-jadwal (on demand), karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan
karena sebab lain (kencing, dsb.) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi
akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak
teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir-jadwal,
sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Menyusui
pada malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena dengan sering disusukan
16
pada malam had akan memacu produksi ASI, dan juga dapat mendukung keberhasilan
menunda kehamilan.
Untuk menjaga keseimbangan besamya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong,
agar produksi AS1 akan lebih baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang
terakhir disusukan
Selama masa menyusui ibu sebaiknya menggunakan kutang (BH) yang dapat
menyangga payudara, tetapi tidak teralu ketat.

Gambar 14.Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui.

PENGELUARAN ASI
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka selama menyusui sebaiknya
ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu.
Pengeluaran ASI juga berguna pada ibu bekerja yang akan meninggalkan ASI bagi bayinya
di rumah, ASI yang merembes karena payudara penuh, pada bayi yang mempunyai
masalah mengisap (misal BBLR), menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI
saat ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.
Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Pengeluaran dengan Tangan.
Cara ini yang lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan sarana dan lebih
mudah.
1. Tangan dicuci sampai bersih.
2. Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih.
3. Payudara dimasase dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah areola,
ulangi pemijatan ini pada sekeliling payudara secara merata.
4. Dengan ibu jari di sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola
yang lain, daerah areola ditekan ke arah dada.
5. Areola diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat/menekan
puting, karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet
6. Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI tak keluar,
setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
7. Gerakan ini diulang pada sekeliling areola dari semua sisi agar yakin bahwa ASI
telah diperas dari semua segmen payudara.

17
Gambar 15. Pengeluaran ASI dengan tangan

Gambar 16. Pengeluaran ASI dengan tangan

2. Pengeluaran dengan pompa.


Bila payudara bengkak/terbendung (engorgement) dan puting susu terasa nyeri,
makaakan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa payudara. Pompa baik
digunakan bila ASI benar-benar penuh, tapi pada payudara yang lunak akan Iebih sukar.
Ada dua macam pompa yang dapat digunakan yaitu tangan dan listrik, yang biasa
digunakan adalah pompa payudara tangan:
Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara tangan :
1. Tekan bola karet untukmengeluarkan udara.
2. Ujung lebar tabung diletakkan pada payudara dengan puting susu tepat ditengah,
dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
3. Bola karet dilepas, sehingga puting dan areola tertarik ke dalam.
4. Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul pada
lekukan penampung pada sisi tabung.
5. Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alai harus dicuci bersih
menggunakan air mendidih. Bola karet sukar dibersihkan, oleh karenanya bila
memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan tangan.

18
Gambar 17. Pengeluaran ASI dengan pompa
PENYIMPANAN ASI
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat :
bila disimpan
 di udara terbuka / bebas : 6-8 jam
 di lemari es (4°C) : 24 jam
 di lemari pendingin/beku (-18°C) : 6 bulan

ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai, karena
kualitasnya akan menurun yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup
didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin; atau
dapat pula direndam di dalam wadah yang telah berisi air panas.

PEMBERIAN ASI PERASAN


Yang perlu diperhatikan pada pemberian ASI yang telah dikeluarkan
adalah Cara pemberiannya pada bayi. Jangan diberikan dengan botol/dot,
karena hal ini akan menyebabkan bayi "bingung puting". Berikan pada bayi
dengan menggunakan cangkir atau sendok; sehingga bila saatnya ibu menyusui
langsung, bayi tidak menolak menyusu.
Pemberian dengan menggunakan sendok biasanya kurang praktis
dibandingkan dengan cangkir, karena membutuhkan waktu yang lebih lama.
Namun pada keadaan di mana bayi membutuhkan hanya sedikit ASI, atau bayi
sering tersedak/muntah, maka lebih baik bila ASI perasan diberikan dengan
menggunakan sendok.
Cara pemberian dengan menggunakan cangkir:
1. Ibu atau yang memberi minum bayi duduk dengan memangku bayi.
2. Pegang punggung bayi dengan lengan.
3. Letakkan cangkir pada bibir bawah bayi.
4. Lidah bayi berada di atas pinggir cangkir dan biarkan bayi mengisap ASI dari
dalam cangkir (saat cangkir dimiringkan).
5. Beri sedikit waktu istirahat setiap kali menelan.

19
Gambar 18. Pemberian ASI dengan cangkir dan sendok.

Selama di rumah sakit/rumah bersalin/puskesmas ibu sedapat mungkin sudah


dapat melakukan semua teknik menyusui dengan benar, untuk itu pesan dokter/petugas
kesehatan sangat penting. Dan akan lebih baik bila ada ibu kelompok pendukung ASI yang
dapat menjadi teman berbincang ibu dalam hal menyusui karena biasanya komunikasi
antar sesama ibu akan lebih terbuka/baik.
Dengan persiapan yang baik pada masa kehamilan dan dilanjutkan dengan persiapan
dan penanganan selanjutnya di kamar bersalin, ruang rawat gabung maupun nasihat pada
saat akan pulang, yang berkesinambungan akan menunjang keberhasilan menyusui.

PEMELIHARAAN PAYUDARA DENGAN MASSAGE


Manfaat massage payudara adalah:
1. Melancarkan refleks pengeluaran ASI (let-down reflex)
2. Cara efektif meningkatkan volume ASI peras/perah
3. Mencegah bendungan pada payudara atau payudara bengkak
Dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan sebanyak dua kali sehari.

Teknik pengurutan:
1. Cuci tangan sampai bersih
2. Tuangkan minyak ke tangan secukupnya

3. Pengurutan dimulai dengan ujung jari


a. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Buatlah gerakan melingkar kecil-
kecil dengan 2-3 jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan
berakhir pada daerah puting susu dengan gerakan spiral.

b. Buat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir
20
pada puting susu pada suluruh bagian payudara. Lakukan pengurutan
seperti ini pada payudara kanan.

4. Massage
a. Letakkan kedua telapak tangan di antara 2 payudara. Urutlah dari tengah ke
atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan kedua payudara
secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.

b. Posisi Diamond Hand


Sangga payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari di atas dan empat jari
lain di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan kedua
tangan ke depan arah puting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara
kanan.

c. Posisi tangan paralel


1. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting
susu. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.
2. Letakkan satu tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara.
Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara
memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena
urutan.

Pengompresan
Alat-alat yang dipersiapkan
a. Dua buah cawan sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air dingin
b. Dua buah handuk kecil
Cara:
a. Kompres kedua payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, kemudian
21
ganti dengan waslap dingin selama 1 menit.
b. Kompres secara bergantian selama 3 kali berturut-turut, dan akhiri dengan kompres
air hangat.

MASALAH DALAM MENYUSUI

Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan
(periode antenatal), pada masa pascapersalinan dini, dan rnasa pasca persalinanlanjut.
Masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaankhusus. Dalam makalah akan
diuraikan masalah menyusui yang diuraikan menurut kelompok sebagai berikut ini.

A. MASALAH MENYUSUI MASA ANTENATAL


Yang termasuk masalah menyusui pada masa antenatal ialah puting datar atau
terbenam dan puting tidak lentur.

Puting Susu Datar atau Terbenam


Untuk mengetahui apakah puting susu datar cubitlah areola di sisi puting susu
dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu yang normal akan menonjol, bila tidak
berarti puting susu datar (lihat Modul 4).
Tidak selalu ibu dengan puting susu datar mengalami kesulitan besar waktu
menyusui. Dengan pengalaman banyak ibu yang tetap bisa memberikan AS1 kepada
bayinya. Bila dijumpai puting susu datar dapat dikerjakan:
 Usahakan puting menonjol keluar dengan cara menarik dengan tangan (Gerakan
Hoffmann) atau pompa puting susu.
 Kalau tetap tidak bisa, usahakan agar tetap disusui dengan sedikit penekanan pada
bagian areola dengan jari sehingga membentuk "dot" ketika memasukkan puting
susu ke dalam mulut bayi. Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan
dengan sendok atau cangkir. Dengan cara demikian diharapkan puting susu akan
sedikit demi sedikit keluar/tentur.
Bila puting susu terbenam, puting akan tampak masuk ke dalam areola sebagian atau
seluruhnya. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada sesuatu yang menarik puting susu
ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya
sudah diketahui sejak dini, paling tidak saat kehamilan, sehingga dapat diusahakan
perbaikannya.

Bila puting terbenam diusahakan dengan:


22
 Lakukan gerakan Hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari
di daerah areola, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah yang berlawanan
(walaupun hasilnya kadang-kadang kurang memuaskan).
 Dapat menggunakan pompa puting susu atau jarum suntik 10 ml yang sudah
dimodifikasi (lihat Modul 4) setiap hari, untuk mencoba supaya puting menonjol
keluar. Namun demikian harus dihindari rasa bosan atau lelah sewaktu mencoba
mengeluarkan puting, karena rasa bosan atau marah justru menyebabkan produksi
ASI berkurang, karena itu harus dipertimbangkan benar, berapa lama ibu mencoba
dengan cara seperti ini.

Puting Susu Tidak Lentur


Puting susu yang tidak lentur menyulitkan bayi untuk menyusu. Walaupun
demikian puting susu yang tidak lentur pada awal kehamilan sering kali sudah menjadi
lentur (normal) pada saat atau beberapa saat menjelang persalinan, sehingga tidak
memerlukan tindakan khusus. Namun sebaiknya tetap dilakukan latihan seperti cars
mengatasi puting susu terbenam.

B. 1.MASALAH MENYUSUI PADA MASA PASCA PERSALINAN DINI

Termasuk di dalam masalah menyusui pasta persalinan dini adalah puting susu
datar atau terbenam, puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan
mastitis atau abses. Puting susu datar atau terbenam sudah diuraikan sebelumnya,
sedangkan masalah-masalah lain diuraikan di bawah ini.

Puting susu nyeri / lecet


Rasa nyeri ringan pada puting susu yang terjadi awal seringkali terjadi pada
wanita menyusui. Rasa nyeri ini terjadi karena traumaisapan bayi yang sering
terjadipadahari-hari pertama setelah lahir, memberat setelah 3-5hari, kemudian
akansembuh. Tidak ada penanganan khusus, dan biasanyaakan baik kembalisetelah satu
minggu.Rasanyeri yanghebat, adanya lecet, retak dan kulitmembentukcelah-celah,rasa
nyeri yang berlanjut sampai lebih dari 1 minggu merupakan gangguan dalam proses
menyusui.
Rasa nyeri yang hebat biasanya terjadi karena teknik menyusuiyangtidak tepat,
yang tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga akan mempengaruhi kualitas
pemberian ASI. Bila bayi tidak melekat dengan benar, akan menyebabkan ASI yang
keluar tidak adekuat dan selanjutnya akan berakibat berat badan anak tidak naik dan
produksi ASI menurun karena tidak terjadi reflek let down.
Selain karena teknik menyusui yang tidak benar, rasa nyeri juga bisa disebabkan
oleh bentuk anatomi mulut atau kebiasaan bayi, seperti lidah yang panjang, mikrognatia
berat, arkus palatum yang tinggi, hipertonisitas, lidah berkerak, gangguan mengisap.
Luka pada puting susu bisa diperberat oleh perawatan kulit di sekitar puting susu yang
salah, perubahan iklim dan sensitivitas kulit. Bila dijumpai lecet atau jenis trauma lain
pada puting susu dikerjakan :
 Kalau rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu bisa terus menyusui bayi dengan
meletakkan dan melekatkan bayi pada posisi yang benar.
 Puting susu diolesi ASI dan biarkan mengering dengan sendirinya.
 Jangan menggunakan kutang yang terialu ketat.
 Apabila rasa nyeri hebat atau luka makin berat, puting susu. diistirahatkan, ASI
dikeluarkan oleh ibu dengan tangan, sebaiknya jangan menggunakan pompa, karena

23
menambah rasa nyeri dan membuat luka bertambah parah.
Bila rasa nyeri semakin berat atau menetap, pertimbangkan kemungkinan adanya infeksi
bakteri atau jamur.Bakteri penyebab yang paling banyak ditemukan adalah
Staphylococcus aureus, sedang infeksi jamur yang sering adalah Candida albicans.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perhatikan hal-hal di bawah ini :
 Susui bayi dengan cara meletakkan dan melekatkan bayi pada posisi yang benar.
 Setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui puting susu diolesi dengan ASI.
 Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, dan obat-obat yang
dapat merangsang kulit/puting susu.
 Lepaskan isapan bayi dengan cara yang benar, yaitu dengan menekan dagu bayi atau
memasukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.

Payudara bengkak
Kadang-kadang payudara terasa membengkak atau penuh.Hal ini terjadi karena
edema ringan oleh hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI yang mengumpul di
dalam payudara.Kejadian seperti ini jarang terjadi kalau pemberian ASI sesuai dengan
kemauan bayi (nir-jadwal). Faktor-faktor lain yang menyebabkan payudara bengkak
adalah : bayi tidak menyusu dengan kuat, posisi pada payudara salah sehingga proses
menyusu tidak benar, serta terdapat puting susu yang datar atau terbenam.

Kalau terjadi hal seperti ini dikerjakan:


 bayi disusui, sehingga mengurangi rasa membengkak
 setiap kali menyusui payudara harus sampai kosong
 gunakan BH/kutang yang dapat menopang dengan enak,
 kompres dingin dapat mengurangi rasa tidak enak,
 rasa nyeri dapat pula dikurangi dengan analgesik,
 ASI dapat diperas sedikit dengan tangan, frekuensi pengeluaran hams lebih
sering,
 Beritahu ibu bahwa dalam waktu sehari dua hari keluhan akan reda

Saluran susu tersumbat


Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah keadaan di mana terjadi
sumbatan pada salah satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh
beberapa hat, misalnya tekanan jari pada payudara waktu menyusui, pemakaian
kutang/BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara bengkak yang berlanjut
yang menyebabkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan
dan terjadilah sumbatan. Pada ibu yang kurus sumbatan tampak sebagai
benjolan yang teraba lunak.

Sumbatan saluran susu dapat dicegah dengan mengerjjakan :


 perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
 memakai BH yang menopang dan tidak terlaiu ketat
 mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila setelah menyusui payudara
masih terasa penuh
Bila ibu terasa nyeri, dapat dikompres dengan air hangat dan dingin, yaitu
kompres air hangat sebelum menyusui supaya bayi Iebih mudah mengisap puting
susu dan kompresdingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan
bengkak. Kompres hangat atau aliran air hangat juga dapat membantu memacu
reflek let down dan memperbaiki aliran air susu. Meletakkan bayi pada posisi
24
dimana dagu bayi berhadapan dengan sumbatan pada duktus dapat membantu
mengurangi sumbatan. Bila bayi kurang sehat dan hams dipisahkan dengan ibu,
ibu hams memeras payudara secara efektif untuk mengurangi sumbatan.
Sumbatan saluran susu dapat berlanjut menjadi mastitis, karena itu perlu
dirawat dengan baik.

Mastitis dan abses payudara


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi
merah, bengkak, nyeri dan panas. Temperatur ibu meninggi, kadang-kadang
disertai menggigil. Kejadian ini biasanya terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan
akibat lanjutan dari sumbatan saluran susu.
Cara mengatasi mastitis ialah :
 dokter memberikan antibiotik
 sering memerlukan obat menghilangkan rasa sakit,
 kompres hangat,
 ibu cukup istirahat dan minum,
 sebenarnya sebelum terbentuk abses menyusui harus diteruskan dengan
dimulai dari bagian yang sakit Kalau terjadi abses, payudara yang sakit tidak
boleh disusukan dan mungkin memerlukan tindakan bedah.

Bila mastitis berlanjut terjadilah abses payudara.Ibu tampak lebih parah


sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan sudah tidak sekeras mastitis,
tetapi mengandung cairan (pus).
Tindakan yang segera dilakukan adaiah :
 merujuk ibu ke dokter bedah untuk melakukan insisi atau drainase
(pengeluaran cairan nanah / pus)
 pemberian antibiotik dosis tinggi
 pemberian analgetik/antipiretik
 ibu harus cukup istirahat
 bayi dihentikan menyusu pada payudara yang sakit sampai abses sembuh,
sedangkan bayi terus menyusu pada payudara yang sehat tanpa jadwal.

B. 2. MASALAH MENYUSUI PADA MASA PASCA PERSALINAN LANJUT


Termasuk di dalam masalah menyusui pada nasa pasca persalinan lanjut adalah
sindrom ASI kurang, bingung puting, bayi sering menangis, bayi tidak cukup naik berat
badannya, dan ibu bekerja.

Sindrom ASI kurang


Sindrom ASI kurang adalah bilamana ibu merasa bahwa ASI-nya kurang dengan
berbagai alasan yang menurut ibu merupakan tanda bahwa ASI-nya kurang. Alasan-
alasan tersebut adalah :
 Payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan ibu
untuk memproduksi ASI. Ukuran payudara ada hubungannya dengan beberapa faktor,
misalnya faktor hormonal (estrogen dan progesterone), keadaan gizi, dan faktor
keturunan. Hormon estrogen akan menyebabkan pertumbuhan saluran susu dan
penimbunan lemak, sedangkan hormon progesterone memacu pertumbuhan kelenjar
susu. Masukan makanan yang berlebihan terutama energi akan ditimbun sebagai
25
lemak, sehingga payudara akan bertambah besar, sebaliknya penurunan masukan
energi, misalnya karena penyakit akan menyebabkan berkurangnya timbunan lemak
temasuk di payudara, sehingga ukuran payudara berkurang. Seberapapun ukuran
payudara seorang wanita, tetap dianggap normal, kecuali karena kelainan tertentu,
misalnya akibat tumor. Ukuran payudara ideal sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan atau penilaian masyarakat setempat.
 ASI yang tampak berubah kekentalannya, misalnya lebih encer disangka telah
berkurang, padahal kekentalan ASI bisa berubah-ubah.
 Payudara tampak mengecil, lembek, atau tidak merembes lagi, padahal ini suatu tanda
bahwa produksi ASI telah sesuai dengan keperluan bayi.
 Bayi sering menangis disangka kekurangan ASI, padahal bayi menangis karena
berbagai sebab.
 Bayi lebih sering minta diteteki, kecuali karena ASI memang lebih mudah dicerna, juga
bayi memang memerlukan ASI yang cukup untuk tumbuh kembang, dan yang penting:
masalah menyusui bukan hanya memberi makan bayi, tetapi karena bayi juga
memerlukan belaian kehangatan, dan kasih sayang.
 Bayi minta diteteki pada malam hari, hal ini memang penting, karena bayi
memerlukan dekapan dan ASI pada malam hari, di samping itu menyusui malam hari
memperbanyak produksi ASI dan mengurangi kemungkinan sumbatan payudara.
 Bayi lebih.cepat selesai menyusu dibanding sebelumnya, hal ini karena bayi telah
pandai menyusu.

Kalau ada keluhan cobalah mengadakan evaluasi pendekatan psikologis seperti tersebut
di atas dan hal-hal sebagai berikut :
 ibu jangan merokok, karena merokok mengurangi produksi ASI
 kalau ibu menggunakan pil KB, cobalah konsultasi dengan dokter,
 jangan menggunakan alat bantu puting susu, karena membingungkan dan
melelahkan bayi, serta mengurangi produksi ASI,
 teruskanlah menyusui dengan sabar dan sesering mungkin, karena akan
memperbanyak produksi ASI,
 cobalah menyusui dengan payudara pertama selama kurang lebih 10 menit,
kemudian payudara kedua selama kurang lebih 20 menit,karena saat awal bayilebih
kuat menyusu,
 hendaklah menyusu dimulai dari payudara yang terakhir disusukan secara berganti-
ganti,
 jangan membelikan susu formula, karena akan membingungkan bayi,
 hendaklah ibu banyak istirahat,
 minum cukup, kira-kira 12-16 galas sehari,
 makanan dengan gizi cukup,
 santai, jangan tegang, karena ketegangan dan kecemasan dapat mengganggu
produksi ASI,
 menyusui dalam suasana yang nyaman

Bingung Puting
Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu ibu. Peristiwa ini
terjadi karena proses menyusu pada puting ibu berbeda dengan menyusu pada botol.
Menyusu pada puting memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit, dan lidah,

26
sebaliknya menyusu pada botol bayi secara pasif dapat memperoleh air susu formula,
karena lubang yang terdapat pada dot.
Tanda-tanda bayi bingung puting ialah :
 bayi mengisap puting seperti mengisap dot,
 mengisap secara terputus-putus dan sebentar-bentar
 bayi menolak menyusu
Karena itu untuk menghindari bayi bingung puting :
 jangan mudah menggunakan susu formula tanpa indikasi yang kuat
 kalau terpaksa harus memberikan susu formula, berikan dengan sendok atau pipet,
jangan sekali-kali menggunakan botol, atau bahkan diberi kempengan

Bayi Sering Menangis


Menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan orang-orang di sekitamya. Karena itu
bila bayi sering menangis pertulah dicari sebabnya, yaitu dengan :
 Perhatikan, mengapa bayi menangis, apakah karena laktasi belum berjalan dengan
baik, atau karena sebab lain, seperti ngompol, sakit, merasa jemu, ingin digendong
atau disayang ibu
 Keadaan itu merupakan hal yang biasa, ibu tak perlu camas, karena kecemasan ibu
dapat mengganggu proses laktasi karena produksi ASI berkurang
 Cobalah mengatasi dengan memeriksa pakaian bayi, mungkin periu diganti karena
basah, coba mengganti posisi bayi menjadi tengkurap, dibelai atau digendong.
 Mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi bayi tidak benar waktu menyusu,
akibatnya ASI tidak keluar dengan baik.
 Bayi menangis mempunyai maksud menarik perhatian orang lain (ibunya) karena
sesuatu hal (lapar, ingin digendong dan sebagainya), oleh sebab itu janganlah
membiarkan bayi menangis terlalu lama; bayi akan menjadi lelah, menyusu tidak
sempuma, kecuali itu ibu akan bertambah kesal dengan akibat mengganggu proses
laktasi. Ibu haruslah segera memeriksa keadaan bayi, secara psikologis ini penting,
karena bayi akan mempunyai kesan bahwa ibunya memperhatikannya.

Bayi TidakCukup Naik Berat Badannya


ASI adalah makanan pokok bayi sampai usia 4-6bulan. Karena itu bayi usia 4-6
bulan yang hanya mendapat ASI perlu dipantau berat badannya paling tidak sebulan
sekali. Bila ASI cukup, berat badan anak akan bertainbah (anak tumbuh) dengan baik.
Untuk memantau kecukupan ASI dengan memantau berat badan dapat digunakan Kartu
Menuju Sehat. Untuk mencegah berat badan yang tidak cukup baik, ada beberapa hal
yang pertu diperhatikan, yaitu
 Perhatikan apakah bayi termasuk bayi yang menyusu lama, atau yang cepat.
 Ibu jangan segera menghentikan memberi ASI, hanya karma merasa bayi sudah cukup
lama menyusu, walaupun sebenamya bayi masih mau menyusu.
 Setelah bayi menyusu dan kemudian berhenti atau tidur, cobalah menyusukan
kembali dengan cara: mengusap pipinya; menidurkan bayi terlentang, gosok pelan
perutnya atau gerakkan kaki atau tangannya, seringkali bayi akan bangun kembali
dan menyusu lagi.
 Perhatikan teknik menyusui ibu, apakah sudah benar, bila masih salah haruslah
diperbaiki.
Bilamana berat badan anak tidak baik, dikonsultasikan ke dokter/dokter spesialis
anak untuk mendapatkan saran selanjutnya.
27
lbu Bekerja
Sekarang banyak ibu bekerja, sehingga kemudian menghentikan menyusui dengan
alasan pekerjaaan. Sebenamya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk ibu yang
bekerja, sebagai berikut:
Sebelum berangkat kerja, susuilah bayi,
 ASI yang bertebihan dapat diperas atau dipompa, kemudian disimpan di dalam almari
pendingin untuk diberikan kepada bayi saat ibu bekerja,
 Selama ibu bekerja, ASI dapat diperas atau dipompa dan disimpan di almari pendingin
tempat bekerja, atau diantar pulang,
 Beberapa kantor atau instansi ada yang menyediakan Taman Penitipan Bayi dan
Anak, ibu dapat memanfaatkannya untuk kelestarian menyusui,
 Kalau anak sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, saat ibu tidak ada di
rumah dapat dimanfaatkan untuk memberikan makanan pendamping, sehingga
kemungkinan menggunakan susu formula lebih kecil,
 Perawat bayi dapat membawa bayi ke tempat ibu bekerja bila memungkinkan,
Hendaklah ibu banyak beristirahat, minum cukup, makan makanan bergizi untuk
menambati produksi ASI.

Petugas rumah sakit yang menitipkan anaknyadi TPA tidak perlu khawatir
menyusui bayinya, dengan alasan takut menularkan penyakit pada anaknya. Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
 tidak semua penyakit ditularkan dengan kontak langsung
 ibu yang sakit pun tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya, apalagi ibu (yang
dalam hal ini juga sebagai petugas kesehatan) yang masih sehat,
 sudah seharusnya petugas mengerti cara membersihkan din setelah merawat pasien
dengan penyakit menular.

B. 3. MASALAH MENYUSUI PADA KEADAAN KHUSUS


Termasuk di dalam masalah menyusui pada keadaan khusus adalah bayi kembar,
bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR),bayi sumbing,bayi sakit danbayi kuning,
ibu melahirkan dengan bedah Caesar, ibu sakit, ibu yang menderita Hepatitis (HBsAg+)
dan AIDS (HIV+).
Jika bayi dirawat di rumah sakit, dianjurkan ada ruang inap bagi ibu yang
tujuannya untuk meningkatkan penggunaan ASI. Jika hal tersebut tidak memungkinkan,
senang2lah menjenguk, melihat, mengisap bayi dengan kasih sayang. Dengan bantuanya
petugas, kalau mungkin susui secara langsung. Pada saat bayi tidak mungkin menetek
28
langsung, ASI dikeluarkan, diperas dengan tangan. Kemudian diberikan dengan
menggunakan sendok atau cangkir. Jika bayi mengalami sangat lemah atau mengalami
gangguan napas, benkan ASI melalui pipa lambung dengan jumlah yang ditingkatkan
secara bertahap sesuai dengan kemampuan bayi .

Bayi Sumbing
Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu tidaklah
benar. Bilamana bayi mengalami sumbing pada langit-langit Iunak, bayi masih dapat
menyusu tanpa kesulitan dengan posisi khusus; demikian juga bila bayi menderita
sumbing pada bibir. Keadaan yang sulit adalah bila sumbing terjadi pada bibir, langit-
langit keras dan lunak (palatum durum dan palatum molle) sehingga bayi sulit menyusu
dengan sempuma.
Ibu harus tetap mencoba menyusui bayinya, karena bayi masih mungkin bisa
menyusu dengan kelainan seperti ini. Keuntungan khusus untuk keadaan ini ialah,
bahwa menyusu melatih kekuatan otot rahang dan lidah, sehingga memperbaiki
perkembangan bicara. Kecuali itu menyusu mengurangi kemungkinan terjadinya otitis
media, padahal bayi dengan langit-langit sumbing atau terbelah (palatoskisis) mudah
menderita otitis media.
Cara menyusui yang dianjurkan ialah :
 posisi bayi duduk
 pegangtah puting susu dan areolanya selagi menyusui, hal ini sangat membantu bayi
mendapatkan AS1 yang cukup
 bilamana bayi menderita sumbing pada bibir dan langit-langit (labiopalatoskisis),
ASI dikeluarkan dengan manual/pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet,
atau pada keadaan tertentu botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat
masuk dengan sempuma. Cara lain dengan pemasangan obturator pada langit-langit.
Dengan cara ini bayi akan belajar mengisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan
irama pernafasannya.

Bayi Kembar
Ibu harus diyakinkan, bahwa is sanggup menyusui bayi kembarnya. Mula-mula ibu
dapat menyusui seorang demi seorang, tetapi sebenamya ibu dapat menyusui sekaligus
berdua.Salah satu posisi yang mudah untuk menyusui ialah dengan posisi memegang
bola (football position).
Jika ibu menyusui bersama-sama, bayi haruslah menyusu pada payudarasecara
berganti-ganti, jangan hanya menetappadasatu payudara.Alasannya ialah, kecuali member
variasi kepada bayi, juga kemampuan menyusu masing-masing bayi mungkin berbeda,
sehingga perangsangan puting dapat terjadi secara optimal.
Walaupunfootball position merupakan cara yang baik, ibu sebaiknya mencoba
posisi lain secara berganti-ganti. Susuilah bayi lebih sering, selama waktu yang
diinginkan masing-masing bayi, umumnya lebih dari 20 menit.
Kalau salah seorang bayi harus dirawat di rumah sakit, susuilah bayi yang di
rumah, dan peraslah ASI dari payudara lainnya untuk bayi yang dirawat itu.
lbu sebaiknya mempunyai pembantu, agar tidak lelah.

Bayi kurang bulan/prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah


Bayi berat lahir rendah dan kurang bulan/prematur mempunyai masalah
menyusui karena refleks mengisapnya masih lemah dan koordinasi antara mengisap,
menelan dan bernapas masih belum baik sampai umur kehamilan 37 minggu.Meskipun
demikian, jangan terlalu kaku berpedoman pada umur kehamilan tersebut untuk
29
memulai menyusui pada bayi prematur dan susuilah bayi lebih sering, walau waktu
menyusuinya tidak lama.Mula-mula sentuhlah langit-langit bayi dengan jari ibu yang
bersih untuk merangsang mengisap.
Kalau memungkinkan dicoba sesegera mungkin menyusui bayi dengan bantuan
petugas.Pada keadaan tidak memungkinkan ASI diperas dengan Langan, diberikan
dengan sendok atau cangkir.Jika bayi sangat lemah atau ada gangguan napas ASI diberikan
melalui pipa lambung, dimulai dengan volume yang sedikit tetapi frekuensi lebih
sering.Volume ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kondisi.
ASI dari ibu dengan bayikurang bulan diperlukan oleh bayinya tersebut,
mempunyai kadar protein dan nutrien lain yang lebih lebih tinggi dibandingkan ASI dari
ibu dengan bayi cukup bulan. Pilihan terbaik adalah AS1 dari ibunya sendiri. Pada
keadaan yang tidak memungkinkan diberikan ASI dari ibu lain.
Perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care).Pada bayi kecil yang stabil
perawatan dengan cara kontak kulit ke kulit, dada bayi dilekatkan kedada ibu.
Kehangatan tubuh , bau dan denyut jantung ibu yang sudah dikenal bagai dalam rahim
yang hangat dan bayi akan terbuai dengan tenang. Bayi akan mencari puting susu ibu
dan mulai menyusu. Dengan bayi perawatan lekat ini juga akan meningkatkan
penggunaan ASI. Selain hal tersebut diatas, cara ini akan melatih percaya diri dalam
merawat bayinya dan memperpendek perawatan di rumah sakit. Bapak atau keluarga
lain yang sehat juga bisa merawat dengan cara ini.

Bayi Sakit
Bayi yang sakit mungkin tidak diperbolehkan mendapatkan makanan peroral
dengan indikasi khusus, tetapi pada umumnya bayi masih diperbolehkan mendapatkan
makanan per oral. Dengan demikian maka ASI haruslah terus diberikan. Bahkan pada
penyakit tertentu seperti diare, pemberian ASI malah menguntungkan.
Bayi yang mendapat ASI jarang menderita mencret. Bayi buang air besar sampai 6
kali sehari, lembek, bukanlah mencret. Tidak ada alasan sama sekali untuk menghentikan
ASI karena telah terbukti, bahwa ASI tidak merugikan bagi bayi yang mencret, malahan
mempunyai keuntungan-keuntungan.
Bayi yang mencret memerlukan cairan yang cukup untuk rehidrasi, dan mungkin
memerlukan tatalaksana khusus sesuai dengan keadaan anak. Telah dibuktikan, bahwa
ASI dapat diterima dengan baik oleh anak yang muntah dan mencret. ASI mempunyai
manfaat untuk anak dengan diare, karena:
 ASI dapat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang
 ASI mengandung zat-zat gizi yang berguna untuk memenuhi kecukupan zat gizi
selama diare yang dengan sendirinya dipertukan untuk penyembuhan dan
pertumbuhan
30
 ASI mengandung zat kekebalan terhadap kuman penyebab diare,
 ASI mengandung zat yang bermanfaat untuk pertumbuhan set selaput lendir usus
yang biasanya rusak akibat diare.
 Anak menderita diare yang mendapat ASI, lama diare lebih pendek serta lebih
ringan dibanding anak yang tidak mendapat ASI.
Kecuali diare, bayi sering kali menderita muntah. Muntah pada bayi disebabkan
oleh berbagai hal. Tatalaksana khusus tergantung pada latar belakang penyebabnya.
Menyusui bukan kontraindikasi untuk anak muntah, dan anak dengan muntah dapat
menerima ASI dengan baik. Susuilah bayi dalam posisi duduk, sedikit-sedikit tetapi lebih
sering. Sendawakan bayi seperti biasanya, tetapi jangan menggoyang-goyang bayi, karena
dapat menyebabkan muntah kembali. Kalau ibu ingin menidurkan bayi, tidurkan dalam
posisi tengkurap atau miring, karena posisi terientang memungkinkan bayi tersedak
akibat muntah yang terjadi.

Bayi Kuning (Ikterus)


Ikterus adalah pewarnaan kuning yang bisa dilihat pada kulit dan sklera mata. Pada
orang dewasa telah timbul ikterus bila kadar bilirubin serum mencapai 2 mgll00 ml,
sedangkan pada bayi baru lahir jarang ikterus timbul sebelum kadar bilirubin dalam
serum mencapai 7 mg1100 ml. Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, yang
berasal dari hemoglobin, mioglobin, sitokrom, katalase dan triptofan pirolase. Sebagian
besar berasal dari hemoglobin dalam eritrosit. Bayi baru lahir menghasilkan kira-kira 8,5
mg bilirubin per kg perhari, yaitu kira-kira 2 kali produksi orang dewasa yang besamya
sekitar 3,6 mg/kg perhari. Perbedaan ini disebabkan oleh karena neonatus mempunyai
jumlah eritrosit per kg berat badan lebih banyak, umur eritrosit lebih pendek (dua
pertiga umur eritrosit dewasa) dan produksi dari non erotrosit lebih banyak.
Untuk membedakan ikterus fisiologis atau bukan, ada patokan dart Maisels (1981),
yaitu bila didapatkan salah sate tersebut yang dibawah berarti ikterusnya bukan
fisiologis:
1. Ikterus muncul dalam 24 jam pertama setelah lahir
2. Konsentrasi bilirubin serum total meningkat lebih dari 5mg/dl perhari.
3. Konsentrasi bilirubin serum total lebih dari 12,9 mg/dl pada bayi cukup bulan
dan di atas 15 mg/dl pada bayi premature.
4. Konsentrasi bilirubin indirek serum di atas 1,5-2 mg/dl.
5. Ikterus berlangsung lebih dari 1 minggu pada bayi cukup bulan dan 2 mingu
pada bayi premature.

Publikasi akhir-akhir ini di Negara Barat terdapat kesan kecenderungan


kenaikan frekuensi peningkatan kadar kadar bilirubin (hiperbillirubinemia) pada bayi
cukup bulan yang mendapat ASI (disbanding bayi mendapat susu buatan). Kadar
bilirubin serum pada hari 3-4 di atas 12mg% dilaporkan antara 11% sampai 26 %.
Pada kelompok bayi yang mendapat ASI dengan hiperbilirubinemia ini kadar direk,
kadar Hb, jumlah retikuosit, hemogram kesemuanya dalam batas normal. Juga tidak
ditemukan kelainan fisik, aktivitas bayi dan inkompatibilitas golongan darah.

Ibu Melahirkan Dengan Bedah Caesar


Pada beberapa keadaan persalinan kadang – kadang perlu tindakan bedah
Caesar, misalnya panggul sempit, plasenta previa, dan lain- lainnya. Persalinan dengan
cara ini dapaty mneimbulkan masalah menyusui, baik terhadap ibu maupun anak.
Ibu yang mengalami bedah Caesar dengan pembiusan umum tidak mungkin
segera dapat menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan. Apabila
31
keadaan ibu mulai membaik(sadar) penyusuandapat segera dimulai dengan
bantuantenaga perawat.
Bayipun mengalami akibat yang serupa dengan ibu apabila tindakan tersebut
menggunakan pembiusan umum. Karena pembiusan yang diterima ibu dapat sampai ke
bayi melalui plasenta, sehingga bayi yang masih lemah akibat pembiusan juga akan
mendapat tambahan narkose yang terkandung dalam ASI, sementara ibu masih belum
sadar. Apabila ibu dan anak sudah membaik, dapat dilakukan rawat gabung.
Posisi menyusui yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
1. Ibu dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala yang ditopang
bantal, sementara bayinya disusukan dengan kakinya ke arah ibu.
2. Apabila ibu sudah dapat duduk, bayi dapat ditidurkan di bantal di atas
pangkuan ibudengan posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah lengan
ibu.
3. Dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu terlentang bayi
berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah atas dan tangan ibu memegang kepala
bayi.

Ibu Sakit
Pada umumnya ibu sakit bukan alasan untuk menghentikan menyusui, karena bayi
telah dihadapkan pada penyakit ibu sebelum gejala timbul dan dirasakan oleh ibu.
Kecuali itu ASI justru akan melindungi bayi dari penyakit.
Ibu memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus bayi dan keperluan rumah
tangga, karena ia memerlukan istirahat yang cukup.
Ibu sebaiknya mengatakan pada doktemya, bahwa ia menyusui, karena ada obat
yang mungkin dapat mempengaruhi bayi, walaupun pada umumnya aman.

Ibu Yang Menderita Hepatitis (HBsAg+)


Menyusui. diduga menjadi salah satu jalan penularan Hepatitis B pada bayi, karena
sejumlah kecil HBsAg ditemukan pada beberapa sampel ASI dari ibu dengan HbsAg
positif. Namun demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa menyusui dapat
meningkatkan resiko penularan untuk bayi dari ibu dengan HBsAg positif, menyusui
sangat dianjurkan walaupun di daerah yang tidak mempunyai fasilitas vaksinasi
hepatitis (lihat: Isu-isu pemberian ASI).
Jika fasilitas memadai, vaksinasi Hepatitis B sangat direkomendasikan bagi bayi
yangliahir dari ibu pengidap Hepatitis B, terutama di daerah dengan penularan Hepatitis
perinatal sangat tinggi. Bila fasilitas vaksinasi Hepatitis B sangat terbatas, prioritas
pemberian vaksinasi sebaiknya dilakukan pada bayi yang akan disusui orang lain selain
ibunya.

Ibu Yang Menderita AIDS (HiV+)


Sejak tahun 1980, ketika HIV pertama kali terdeteksi di dalam ASI, menyusui pada
ibu dengan HIV positif menjadi kontroversial. Pengambil kebijakan kesehatan telah
mencoba mencari pedoman pemberian makan dan minum bayiyang terbaik pada ibu
yang terinfeksi HIV terutama di daerah dengan prevalensi HIV tinggi, seperti negara-
negara di daerah Sub-Saharan Afrika. Sampai saat ini pengambilan keputusan
mengenai pemberian ASI pada daerah tersebut membutuhkan pemikiran untung rugi
dengan seksama. Pengambilan keputusan untuk memberikan ASI dipengaruhi oleh
ketakutan akan adanya penularan HIV melalui ASI, namun dipihak lain ada pula
ketakutan lain yaitu stigma mengenai kematian dan kesakitan yang disebabkan olah
32
faktor lain selain ASI. Ibu dengan HiV positif bisa menularkan virus kepada anaknya
selama kehamilan (in-utero) atau pada saat persalinan, dan juga dapat ditularkan lewat
ASI. Namun demikian sebagian besar bayi dari ibu dengan HIV positif tidak terinfeksi
dari ibunya, dan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau tidak.
Jika 1) susu pengganti tersedia dan terjangkau, dan 2) jika susu pengganti dapat
digunakan dengan cara yang aman, dan 3) jika fasilitas kesehatan tersedia dan
terjangkau, maka bayi dari seorang ibu dengan HIV positif mempunyai angka
kemungkinan hidup lebih besar bila dia diberi susu pengganti daripada ASI. Tetapi bila
ke tiga syarat tersebut tidak terpenuhi, sebagai contoh fasilitas dan akses terhadap
fasilitas kesehatan sangat rendah dan tidak memadai, menyusui merupakan pilihan
pemberian makanan bayi yang terbaik walau ibu terinfeksi HIV.
Kontroversi boleh dan tidaknya seorang ibu yang menderita HIV memberikan
ASI pada bayinya masih terus berlanjut Keputusan untuk menyusui atau tidak
sepenuhnya merupakan hak ibu, namun demikian petugas kesehatan mempunyai
tanggung jawab untuk memberikan keterangan mengenai keuntungan dan risiko
pemberian ASI pada ibu yang menderita HIV positif. UNICEF telah membuat suatu
pedoman berdasar dari berbagai studi, pedoman tersebut di sebutsafer breastfeeding
(lihat: Modul Isu-Isu Mutakhir). Pedomansafer breastfeeding ini meliputi:
 Pemberian ASI dini segera dilakukan dalam waktu 30 menit pertama kelahiran.
 Tenaga kesehatan harus mempunyai ketrampilan manajemen laktasi yang baik,
termasuk cara mempersiapkan ibu untuk dapat menyusui dengan baik dan
benar, posisi dan cara melekatkan bayi segera setelah persalinan.
 Bayi harus sering disusui sesuka bayi balk pagi maupun malam hari, tanpa jadwal.
Bayi harus disusui secara ekslusif dalam waktu minimal 4-6 bulan.
 Pemberian makanan tambahan harus segera dimulai pada umur 6 bulan, kecuali
ada petunjuk khusus dari dokter yang berkaitan dengan pertumbuhan bayi,
makanan tambahan dapat diberikan antara bulan ke 4 dan 6.
 Ibu yang mempunya risiko mengidap HIV harus berusaha agar tidak sampai
terinfeksi selama masa menyusui karena risiko penularan virus akan meningkat
dua kali lipat pada masa infeksi awal HIV.
 Ibu harus segera mencari pertolongan tenaga kesehatan jika menemukan
perlukaan pada puting atau mulut bayi, karena dapat menjadi jalan penularan
virus.
 Biasanya perlukaan terjadi pada satu sisi payudara, untuk itu ibu harus
mengeluarkan dan membuang ASI dari payudara yang sakit tersebut.

33
KAMAR BERSALIN DAN RAWAT GABUNG

Telah kita ketahui bersama bahwa keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh


banyak faktor, baik fisik (gizi ibu sejak hamil sampai menyusui), penyakit tertentu
(kelainan endokrin) lingkungan sosial (sikap dan tingkah laku masyarakat), ekonomi
(promosi air susu buatan/formula yang berlebihan), politik (kebijakan pemerintah)
maupun emosional (sikap ibu terhadap penyusuan). Rumah sakit merupakan sebuah
lembaga dimana orangsakit (termasuk ibu hamil) membutuhkan perawatan baik fisik
maupun emosionat untuk kembali sehat seperti semula.

KAMAR BERSALIN

Sesuai dengan program pemerintah, peningkatan kualitas manusia Indonesia


seutuhnya dapat dicapai antara lain dengan peningkatan penggunaan ASI, maka posisi
rumah sakit dengan kamar bersalinnya menjadi sangat vital, karena disinilah pertama
kali ibu mengadakan kontak dengan bayinya sesaat setelah dilahirkan. Kalau selama
dalam kandungan semua kebutuhan nutrisi janin didapatkan melalui tali pusat, maka di
kamar bersalin bayi membutuhkan kontak kembali dengan ibunya, balk untuk
kepentingan nutrisi maupun untuk kepentingan lainnya.
Dalam protokol kebidanan, ibu masih harus dirawat dikamar bersalin dua jam
setelah melahirkan untuk deteksi dins terjadinya perdarahan postpartum yang sangat
mengancam jiwa. Pertanyaan yang timbul, kemana bayi harus diletakkan sementara ibu
dalam pengawasan intensif untuk menghindari bahaya perdarahan ? kalau dahulu bayi
segera dirawat dikamar bayi, maka sekarang jawabnya adalah bayi diletakkan disamping
ibu atau dalam sebuah boks dekat ibu. Dari sinitah sebenamya rawat gabung mulai
dikerjakan.

Struktur dan Fungsi Kamar Bersalin


 Fungsi Vital
Kamar bersalin terdiri atas kamar persiapan, kamar bersalin yang sebenamya
dan kamar observasi pasca persalinan (kamar pulih).Disamping itu dapat pula
dipisahkan antara kamar untuk kasus septik dan aseptik, kamar tindakan dan non
tindakan dan kamar isolasi. Dalam hubungan dengan pengelolaan laktasi maka
adanya tiga ruang yakni kamar persiapan, kamar persalinan dan kamar observasi
menduduki peran yang panting.
 Struktur
1. Kamar Persiapan
Apabila sebuah rumah sakit sudah berfungsi penuh sebagai RS Sayang Bayi,
maka semua ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat penyuluhan
manajemen laktasi sejak mereka berada di poliklinik asuhan antenatal. Mereka
sudah memperoleh nasihat tentang keunggulan ASI, kerugian susu formula, gizi
ibu hamil yang menjamin lancamya produksi ASI, beberapa cara perawatan
payudara dan bagaiman cara menyusui yang benar. Ibu bersalin yang seperti ini
tidak menjadi masalah lagi.
Ada kalanya, kadang cukup banyak, ibu datang langsung ke kamar bersalin
tanpa pernah melakukan asuhan antenatal di rumah sakit tersebut Kalaupun
merekamelakukan asuhan antenatal di tempat lain, mungkin petugas di sana juga
belum memahami benar pentingnya manajemen laktasi. Ibu yang akan bersalin
seperti ini perlu mendapat penyuluhan tentang manajemen laktasi.

34
Untuk kepentingan ini perilu dipersiapkan sebuah.ruang, dimana ibu hamil
yang datang untuk bersalin dapat memperoleh keterangan yang jetas tentang
penatalaksanaan ASI. Di dalam ruang persiapan ini perlu dipasang beberapa
gambar, poster, brosur, dll.Untuk membantu memberi konseling tentang ASI. Di
dalam kamar bersalin tidak boleh sama sekali terlihat botol susu, dot atau
kempengan apalagi reklame susu formula yang semuanya akan mengakibatkan
gagalnya ibu menyusui. Dalam melakukan rangkaian tugas ini petugas tidak
bolehoveracting yakni jangan melakukan konseling pada ibu yang sedang kesakitan.
Berilah konseling hanya kepada ibu yang masih kooperatif, yakni ibu yang belum
dalam persalinan atau masih dalarn fase laten.

2. Kamar Bersalin
Kamar bersalin yang sebendmya adalah kamar dimana ibu sudah dalam kala
I fase aktif atau kala II. Pada saat ini seorang ibu hamil berada dalam kondisi yang
paling tidak menyenangkan, karena berada dalam puncak rasa sakit Tidak banyak
yang dapat dilakukan oleh petugas dalam hal manajemen laktasi, karena sulit bagi
ibu untuk diajak berkomunikasi, kecuali hal-hal yang menyangkut proses
persalinan. Meskipun demikian gambar atau poster tentang cara menyusui yang
baik dan benar, serta menyusui segera setelah lahir dapat dipasang di ruang ini.
Dalam waktu 30 menit setelah. lahir, bayi harus segera disusukan. Beberapa
pendapat mengatakan bahwa rangsangan puting susu akan mempercepat lahirnya
plasenta melalui pelepasan oksitosin, yang dapat mengurangi risiko perdarahan
postpartum. Rangsangan puting susu memacu refleks prolaktin dan oksitosin, dua
refteks yang dibutuhkan dalam proses menyusui. Meskipun ASI belum keluar,
kontak fisik bayi dengan ibu harus tetap dikerjakan karena memeeukan rasa
kepuasan psikologis yang dibutuhkan ibu agar proses menyusui berjalan lancar.
Penyusuan dini dikerjakan pada bayi normal, yaitu bayi lahir dengan nitai
Apgar 5 menit diatas 7 dan refleks mengisap baik. Bayi lahir dengan Asfiksia dan
bayi dengan cacat bawaan sebaiknya tidak segera disusukan kepada ibunya.
Bila ibu mendapat pembiusan umum, penyusuan dilakukan segera setelah
ibu sadar penuh, misal 4-6 jam setelah selesai operasi. Pada keadaan ini efek
pembiusan pada ibu dan bayi telah berkurang sehingga refleks mengisap bayi telah
timbul kembali. Penyusuan pasca operasi memerlukan pertolongan petugas untuk
membantu ibu memegang bayi, membetulkan posisi ibu, dll. Bayi yang lahir
dengan tindakan vakum atau forseps, sering disertai dengan trauma kepala,
sehingga tidak jarang lahir dengan asfiksia. Meskipun demikian penyusuan dapat
segera dimulai dengan bantuan petugas.

3. Kamar Pulih
Selama dua jam ibu dalam observasi kala IV, ibu ditempatkan dalam kamar
pulih. Bayi diletakkan di samping ibu atau dalam sebuah boks yang dapat dilihat
ibu. Sebaiknya diusahakan agar di kamar pulih, ibu tidak terganggu oleh
kegaduhan yang biasanya berasal dari kamar bersalin.Rasa tenteram ibu
merupakan modal keberhasilan menyusui selanjutnya.

RAWAT GABUNG
Banyak rumah sakit, puskesmas, klinik dan rumah bersalin yang belum merawat
bayi baru lahir berdekatan dengan ibunya. Berbagai alasan diajukan antara lain rasa
kasihan karena ibu masih capai setelah melahirkan, mereka perlu istirahat, mereka belum
mampu merawat bayinya sendiri. Ada pula kekhawatiran bahwa pada jam kunjungan,
35
bayi mudah tertular penyakit yang dibawa oleh para pengunjung. Alasan lain adalah
rumah sakit / klinik ingin memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga ibu bisa
istirahat selama berada di rumah sakit. Namun setelah menyadari akan keuntungannya,
sistem rawat gabung sekarang menjadi kebijakan pemerintah.
Pengertian dan Tujuan
Rawat gabung adalah salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang, kamar atau
tempat bersama-sama selama 24jam penuh dalam sehari. Istilah rawat gabung persial
yang dulu banyak dianut, yakni rawat gabung hanya dalam beberapa jam perhari, misal
hanya slang hari sedang pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sudah tidak
dibenarkan lagi.
Tujuan rawat gabung adalah, pertama agar ibu dapat menyusui bayinya sedini
mungkin, kapan saja dan dimana saja ia membutuhkan; kedua agar ibu dapat melihat dan
memahami cara perawatan bayi secara benar yang dilakukan oleh petugas, ketiga agar
ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah
sakit dan yang lebih penting ibu mempunyai bekal keterampilan merawat bayi, termasuk
cara menyusui dan mempertahankannya setelah ibu pulang dari rumah sakit; dan
keempat dengan rawat gabung suami dapat dilibatkan secara aktif untuk membantu ibu
dalam menyusui bayinya secara baik dan benar. Tidak disangkal lagi bahwa dengan rawat
gabung gabung, ibu mendapatkan kehangatan emosional karena ia dapat selalu kontak
dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikian pula bayinya.

Sasaran dan Syarat


Pada prinsipnya kegiatan Peningkatan Penggunaan ASI (PP-ASI) dimulai sejak ibu
hamil pertama kali memeriksakan dirinya di poliklinik asuhan antenatal.Idealnya di
poliklinik ini tersedia sebuah klinik laktasi, yang terdiri atas dua ruang yaitu klinik laktasi
asuhan antenatal dan postnatal.
Kegiatan rawat gabung dimulai sejak ibu bersalin di kamar bersalin dan dibangsal
perawatan pasca persalinan.Meskipun demikian penyuluhan tentang manfaat dan
pentingnya rawat gabung sudah dimulai sejak ibu pertama kali memeriksakan
kehamilannya di poliklinik asuhan antenatal.
Tidak semua bayi atau ibu dapat segera dirawat gabung. Bayi dan ibu yang dapat
dirawat gabung harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.
2. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat,
refleks mengisap baik, tidak ada tanda infeksi dll.
3. Bayi yang lahir secara seksio Caesarea dengan pembiusan umum, rawat gabung
dilakukan setelah ibu dan bayi sadar (bayi tidak mengantuk), misal 4-6 jam setelah
operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun ibu masih mendapat infus.
4. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai Apgar ≥7).
5. Umur kehamilan ≥ 37 minggu.
6. Berat lahir ≥ 2500 gram
7. Tidak terdapat tanda infeksi intrapartum
8. Bayi dan ibu sehat

Jika tidak memenuhi kriteria di atas, maka rawat gabung tidak perlu atau bahkan tidak
boleh dikerjakan, misal :
1. Bayi yang sangat prematur
2. Bayi beret lahir< 2000 gram
3. Bayi dengan sepsis
36
4. Bayi dengan gangguan napas
5. Bayi dengan cacat bawaan berat, misal :
 kelainan pada susunan syaraf pusat ("hidrosefalus", "meningokel", "anensefali",
dll).
 Kelainan pada saluran pencemaan ("atresia ani", dll)
 kelainan pada celah bibir dan langit ("labiopalatognatoskisis")
 Omfalokel, dll.
6. Ibu dengan infeksi berat misal: infeksi Tuberkulosis terbuka, sepsis, dll.

Beberapa kriteria masih ditentukan juga oleh pertimbangan klinisnya: contoh bayi berat
lahir 2000 s/d 2500 gram dievaluasi, jika bisa rawat gabung dengan pengawasan.
Sebaiknya keputusan apakah bayi akan dirawat gabung atau dirawat pisah ditentukan
oleh dokter anak bersama dokter kebidanan.

Manfaat Rawat Gabung


Manfaat dan keuntungan rawat gabung dapat ditinjau dari berbagai aspek sesuai
dengan tujuannya.
1. Aspek Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya maka ibu dapat dengan mudah menjangkau
bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja
bayinya menginginkan (nir-jadwal), Dengan perawatan sendiri dan menyusui sedini
mungkin akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain
atau petugas kesehatan. Dengan menyusui dini maka ASI jolong atau kolostrum dapat
memberikan kekebalan (antibodi) yang sangat berharga bagi bayi.Karena ibu setiap
saat dapat melihat bayinya maka ibu dengan mudah dapat mengetahui perubahan-
perubahan yang terjadi pada bayinya yang mungkin berhubungan dengan
kesehatannya.
2. Aspek Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayi, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya
akan lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi
mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk itu, dengan menyusui
maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi
rahim. Disamping itu akan timbul refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi
ASI. Efek menyusui dalam usaha menjarangkan kelahiran telah banyak dipelajari di
banyak negara berkembang. Secara umum seorang ibu akan terlindung dan
kesuburan sepanjang ia masih menyusui dan belum haid, khususnya bila frekuensi
menyusui lebih sering dan sama sekali tidak menggunakan pengganti ASI (menyusui
secara eksklusif). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa daya proteksi menyusui
eksklusif terhadap usaha KB tidak kalah dengan alat KB yang lain.
3. Aspek Psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat
(early infant – mother bonding) akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya.
Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkernbangan psikologis bayi
selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak
dibutuhkan oleh bayi. Dengan pemberian ASI kapan saja bayi membutuhkan, akan
memberikan kepuasan kepada ibu bahwa is dapat berfungsi sebagai seorang ibu
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya, disamping merasa dirinya sangat
dibutuhkan oleh bayi dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini akan
memperlancar produksi ASI karena seperti telah diketahui refleks let-down bersifat
psikosomatis. Sebaliknya bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung,
37
merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya diri anak. Ibu akan.merasa bangga
karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah dari bayinya
berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.

4. Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang bare mempunyai anak pertama) akan
mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu menyusui serta merawat
bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di rumah sakit ibu akan melihat, belajar
dan mendapat bimbingan bagaimana cara menyusui secara benar, bagaimana cara
merawat payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dll. Keterampilan ini
diharapkan dapat sebagai modal bagi ibu untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri
setelah pulang dari rumah sakit. Di samping pendidikan bagi ibu, dapat juga dipakai
sebagai sarana pendidikan baguskeluarga, terutama suami dengan jalan mengajar
suami dalam membantu isteri untuk proses di atas. Suami akan termotivasi untuk
memberi dorongan moral bagi isterinya agar mau menyusui bayinya. Jangan sampai
terjadi seorang suami melarang isterinya menyusui bayinyakarena suami takut
payudara isterinya akan menjadi jelek. Bentuk payudara akan berubah karena usia
adalah alami, meskipun dengan menggunakan kutang penyangga yang baik, ditambah
dengan nutrisi yang baik, dan latihan otot-otot dada serta menerapkan posisi yang
benar ketakutan mengendomya payudara dapat dikurangi.
5. Aspek Ekonomi
Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin.
Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah hal tersebut merupakan suatu
penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian susu buatan, botol susu, dot
serta peralatan lain yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu
berperan lebih besar dalam merawat bayinya, sehingga waktu terivang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Lama perawatan ibu menjadi iebih pendek karena
involusi rahim terjadi lebih cepat dan memungkinkan tempat tidur digunakan untuk
penderita lain. Demikian pula untuk infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi,
berarti penghematan biaya bagi rumah sakitmaupun keluarga ibu.Bagi ibu juga
penghematan oleh karena lama perawatan menjadi lebih singkat.
6. Aspek Medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun
bayi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung.


Keberhasilan rawat gabung yang mendukung peningkatan penggunaan AS1
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain sosial budaya, ekonomi, tatalaksana rumah
sakit, sikap petugas, pengetahuan ibu, lingkungan keluarga, adanya kelompok
pendukung peningkatan penggunaan ASI (KP-ASI) dan peraturan tentang peningkatan
ASI atau pemasaran susu buatan formula.

1. Peranan Soslal-Budaya
Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan pengaruh
kebudayaan Barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat.
Memberi susu formula dianggap modern dan menempatkan ibu pada kedudukan
yang sama dengan ibu golongan atas. Ketakutan akan mengendornya payudara
menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya.

38
Bagi ibu yang sibuk _dengan urusan di luar rumah, sebagai wanita karir atau
isteri seorang pejabat yang selalu dituntut mendampingi kegiatan suami, dapat
menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI.Sebagian ibu tersebut pada
umumnya berasal dari golongan menengah atas cenderung untuk _memilih_susu
formula daripada menyusui bayinya. Jika tidak mungkin membagi waktu,
seyogyanya hanya ibu yang sudah tidak menyusui yang boleh dibebani dengan
tugas sampingan di !Liar rumah. Dalam hal Ini peranan suami atau instansi di mana
suami bekerja sebaiknya memahami betul peranan ASI bagi perkembangan bayi.
Iklan menarik melalui media massa serta pemasaran susu formula dapat
mempengaruhi ibu untuk enggan memberikan ASI-nya. Apalagi ikian yang
menyesatkan seolah-olah dengan teknologi yang super canggih dapat membuat
susu formula sebaik dan semutu susu ibu atau bahkan lebih baik dari susu ibu.
Adanya kandungan suatu nutrien yang lebih tinggi dalam susu formula dibanding
dalam ASI bukan jaminan bahwa susu tersebut sebaik susu ibu atau bahkan lebih
baik. Komposisi nutrien yang seimbang dan adanya zat antibodi spesifik dalam ASI
menjamin ASI tetaplebih unggul dibanding susu formula.
2. Faktor Ekonomi
Seperti telah disebutkan di atas, beberapa wanita memilih bekerja di luar
rumah.Bagi wanita karir, hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi,
melainkan karena status, prestise, atau memang dirinya dibutuhkan. Pada sebagian
besar yang lain, ibu bekerja di Iuar rumah semata karena tekanan ekonomi, di
mana penghasilan suami dirasa belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Gaji
pegawai negeri yang relatif rendah dapat dipakai sebagai alasan utama isteri ikut
membantu mencari nafkah dengan bekerja di Iuar rumah.Memang tidak ada yang
perlu disalahkan dalam masalah ini.
Dengan bekerja di luar rumah, ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan
bayinya. Akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula dan diberikan
dengan botol. Bila bayi telah mengenal dot/botol maka is akan cenderung memilih
botol. Dengan demikian frekuensi penyusuan akan berkurang dan menyebabkan
produksi menurun. Keadaan ini selanjutnya mendorong ibu untuk menghentikan
pemberian ASI, tidak jarang terjadi sewaktu masa cutinya belum habis.Ibu perlu
didukung untuk memberi ASI penuh pada dan tetap berusaha untuk menyusui
ketika ibu telah kembali bekerja.Motivasi untuk tetap memberikan ASI meskipun
ibu harus berpisah dengan bayinya adalah faktor utama dalam keberhasilan ibu
untuk mempertahankan penyusuannya.Pendirian tempat penitipan bayi
berdekatan dengan/di tempat ibu bekerja merupakan hal yang sangat penting.
3. Peran Tata/aksana Rumah Sakit/Rumah Bersalin
Peran tatalaksana atau kebijakan rumah sakit/rumah bersalin sangat penting
mengingat kini banyak ibu yang lebih menginginkan melahirkan di pelayanan
kesehatan yang baik. Tatalaksana rumah sakit yang tidak menunjang keberhasilan
menyusui harus dihindari, seperti :
 Bayi dipuasakan beberapa had, padahal refleks isap bayi paling kuat adalah
pada jam-jam pertama setelah lahir. Rangsangan payudara dini akan
mempercepat timbulnya refleks prolaktin dan mempercepat produksi ASI.
 Memberikan makanan pre-lakteal, yang membuat hilangnya rasa haus
sehingga bayi enggan menetek.
 Memisahkan bayi dari ibunya. Tidak adanya rawat gabung menyebabkan ibu
tidak dapat menyusui bayinya nenjadwal.
 Menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusui, dan bila pertambahan berat
badan tidak sesuai dengan yang diharapkan maka bayi diberi susu formula. Hal
39
ini dapat menimbulkan rasa khawatir pada ibu yang mempengaruhi produksi
ASI.
 Penggunaan obat-obat selama proses persalinan, seperti obat penenang,
preparat ergot dapat menghambat permulaan laktasi. Rasa sakit akibat
episiotomi atau robekan jalan lahir dapat mengganggu pemberian ASI.
 Pemberian sampel susu formula harus dihilangkan karena akan membuat ibu
salah sangka dan menganggap bahwa susu formula sama baik bahkan lebih balk
daripada ASI.
Dalam hal ini perlu kiranya dibentuk klinik laktasi yang berfungsi sebagai tempat
ibu berkonsultasi bila mengalami kesulitan dalam menyusui. Tidak kalah
pentingnya adalah sikap dan pengetahuan petugas kesehatan, karena walaupun
tatalaksana rumah sakit sudah baik bila sikap dan pengetahuan petugas belum
menunjang maka hasilnya kurang memuaskan.
4. Faktor-faktor dalam diri ibu sendiri
Beberapa keadaan ibu yang mempengaruhi laktasi adalah :
a. Keadaan gizi ibu:
Kebutuhan kalori dan nutrien dperlukan sejak hamil.Sebagian kalori ditimbun
untuk persiapan produksi ASI.Seorang ibu hamil dan menyusui perlu
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup dan seimbang agar kuantitas
dan kualitas ASI terpenuhi.Dengan demikian diharapkan bayi dapat tumbuh-
kembang secara alami selama 4 bulan pertama hanya dengan ASI (menyusui secara
eksklusif).
b. Pengalaman/sikap ibu terhadap penyusuan:
lbu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan dan
pengalaman cara pemberian ASI secara balk dan benar akan menunjang laktasi
berikutnyn. Sebaliknya kegagalan menyusui pada masa lalu akan mempengaruhi
pula sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal ini perlu
ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara suka rela dan penuh rasa percaya did
mampu menyusui bayinya. Pengalaman masa kanakkanak, pengetahuan tentang
AS1, nasihat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai yang berlaku di masyarakat
akan membentuk sikap ibu yang positif terhadap masalah menyusui.
c. Keadaan emosi:
Gangguan emosional, kecemasan, styes fisi dan psikis akan mempengaruhi
produksi ASI. Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan kuliah, ujian,dll. Tidak
jarang menyebabkan AS1-nya tidak keluar. Sebaliknya suasana keluarga yang
tenang, bahagia, sakinah, penuh pengertian dan dukungan dan anggota keluarga
yang lain (terutama suami), akan membantu menunjang keberhasilan menyusui.
Demikian pula lingkungan kerja berpengaruh ke arah positif atau sebaliknya.
d. Keadaan payudara:
Besar kecil dan bentuk payudara tidak mempengaruhi produksi ASI. Tidak ada
jaminan bahwa payudara besar akan menghasilkan lebih banyak ASI sedang
payudara kecil menghasilkan lebih sedikit. Produksi ASI lebih banyak ditentukan
oleh faktor nutrisi, frekuensi pengisapan puting dan faktor emosi.
Sehubungan dengan faktor di atas, faktor pada payudara yang perlu mendapat
perhatian adalah keadaan puting.Puting harus disiapkan agar lentur dan menjulur,
sehingga mudah ditangkap oleh mulut bayi.Dengan puting yang baik, puting tidak
mudah lecet, refleks mengisap menjadi lebih baik, dan produksi AS1 lebih balk
pula.
5. Peran masyarakat dan pemerintah

40
Keberhasilan laktasi merupakan proses belajar-mengajar. Diperlukan
kelompok dalam masyarakat di luar petugas kesehatan yang secara sukarela
,memberikan blmbingan untuk peningkatan penggunaan ASI. Kelompok ini dapat
diberi nama Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) yang dapat memanfaatkan
kegiatan posyandu dengan membuat semacam pojok ASI.
Dari pemerintah, dukungan dan peraturan untuk peningkatan penggunaan
ASI waktu ini cukup besar, antaralain :
1. Inpres No. 14, 1975. Menko Kesra selaku koordinator pelaksana menetapkan
bahwa salah satu program dalam usaha perbaikan gizi adalah peningkatan
penggunaan ASI.
2. Melarang para produsen susu buatan/formula untuk mencantumkan
kalimat-kalimat promosi yang memberikan kesan bahwa susu buatan
tersebut semutu ASI atau lebih balk daripada ASI (Permenkes 240/1985).
3. Mengharuskan produsen susu kental manis (SKM) untuk mencantumkan
pada label produksnya bahwa SKM tidak cocok untuk bayi, dengan wama
tulisan merah dan cukup mencolok (Permenkes 76/1975)
4. Melarang promosi susu buatan/formula yang dimaksudkan sebagai
pengganti ASI di semua sarana pelayanan kesehatan (termasuk Posyandu).
5. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi umur 4-6 bulan dan
menganjurkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.
6. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan, milik pemerintah maupun
swasta.
7. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal PP-ASI sehingga
petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat
luas.
8. Pencanangan Peningkatan Penggunaan ASI oleh Bapak Presiden secara
nasional pada hari ibu ke-62 (Desember 1990)
9. Upaya penerapan TO langkah untuk berhasilnya menyusui bagi ibu bersalin
di semua RS, RSB, RB dan Puskesmas dengan tempat tidur.

Pelaksanaan Rawat Gabung dan Kegiatan Penunjangnya


Dalam rawat gabung bayi ditempatkan bersama ibunya dalam sebuah
ruangan sedemikian rupa sehingga ibu dapat melihat dan menjangkaunya kapan
saja bayi atau ibu rrembutuhkannya. Bayi dapat diletakkan di tempat tidur
bersama ibunya, atau dalam boks disamping tempat tidur ibu. Modifikasi lain
dengan membuat sebuah boks yang ditempatkan di atas tempat tidur di sebelah
ujung kaki ibu. Yang penting ibu harus bisa melihat dan memantau bayinya,
apakah is menangis karena lapar, kencing atau digigit nyamuk, dll. Tangis bayi
merupakan rangsangan tersendiri untuk membantu produksi ASI.
Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali
keadaankeadaan abnormal, kemudian melaporkannya kepada dokter.Bayi kuning
sering merupakan masalah bagi ibu meskipun sebenarnya keadaan ini seringkali
masih dalam batas fisiologis.
Dokter (anak dan kebidanan) mengadakan visite (bersama) sekurang-
kurangnya sekali dalam sehari. Dokter harus memperhatikan keadaan ibu maupun
bayi, terutama yang berhubungan dengan masalah menyusui. Perlu diperhatikan
apakah ASI sudah keluar, adakah pembengkakan payudara, bagaiman putingnya,
adakah rasa sakit yang mengganggu saat menyusui dll. Demikian pula dengan
bayinya, perlu ditanyakan apakah sudah dapat mengisap, kuat atau tidak, rewel
atau tidak, dll.
41
Ibu menyusui sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan bayi, tidak dikenal
lagi penjadwalan dalam memberikan ASI kepada bayinya.
Perawat harus membantu ibu untuk merawat payudara, menyusui,
menyewakan dan merawat bayi secara benar (lihat bawah). Bila bayi sakit/perlu
diobservasi lebih lanjut, dipindah ke ruang bayi bermasalah. Bayi akan
memperoleh perawatan lebih intensif, meskipun tidak berarti ASI tidak
diberikan. ASI tetap diberikan dengan cara ibu mendatangi kam ar bayi atau ASI
diperas dan diberikan dengan sendok.
Bila ibu dan bayi sudah diperbolehkan pulang, diberikan penyuluhan lagi
tentang cara merawat bayi, payudara dan cara menyusui yang benar sehingga ibu
di rumah terampil melakukan rawat gabung serta cara mempertahankan
menyusui sekalipun ibu harus berpisah dengan bayinya. Harus ditekankan
bahwa bayi tidak boleh diberi dot/kempengan. Selanjutnya perawat
mengumpulkan data ibu dan bayi dalam sebuah lembar catatan medis yang
sudah disiapkan.
Kunjungan pada ibu oleh Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) untuk
memantau masalah dalam menyusui dan memberikan bimbingan. Komunikasi
antar ibu sangat efektif dalam menggali permasalahan yang ada pada ibu yang
baru melahirkan. Nasihat dan bimbingan ibu anggota KP-ASI lebih dapat
menyentuh nurani para ibu yang baru melahirkan,karena bahasanya lebih mudah
dipahami, dan tidak terbatas waktu. Percakapan lebih babasdan terbuka dalam
bertukar pengalaman menuju kebertiasilan menyusui. Ibu diberi motivasi untuk
menjadi kader KP-ASI, sehingga dapat menyebarluaskan pengetahuan dan
pengalamannya tentang menyusui di masyarakat.

Praktek Rawat Gabung


A. Cara memandikan bayi
 Siapkan alat-alat
 Cuci tangan sebelum dan sesudah memandikan
 Bayi diletakkan telentang di atas tempat tidurlmeja dengan alas perlak dan
handuk Muka dan telinga dibersihkan dengan kain (waslap) basah, kemudian
dikeringkan dengan handuk
 Seluruh tubuh bayi disabun dengan menggunakan waslap yang telah diolesi sabun
(leher, dada, perut, lipatan ketiak, kedua tangaMengan, kedua kaki/tungkai, bagian
belakang bayi).
 Bayi diangkat dan dikeringkan dengan handuk.
 Tali pusat ditutup dengan kain kasa yang'telah direndam dalam alkohol 70 %
 Dada, perut dan punggung diolesi minyak talon, tempat lipatan seperti pangkal
paha, ketiak, leher diberi bedak supaya tidak mudah lecet dan diberi pakaian.

B. Cara menyusui
 Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
 Ibu duduk atau berbaring santai
 Payudara dimasase supaya lemas
 Tekan areola antara ibu jari dan telunjuk sehingga keluar beberapa tetes ASI.
Oleskan ASI tersebut pada puting susu dan areola sekitamya sebelum menyusui.
 Bayi diletakkan di pangkuan bila ibu duduk, dan di sebelah ibu bila ibu tiduran
ibu harus memegang payudara dengan posisi ibu jari di atas dan keempat jari
lainnya di bagian bawah payudara
42
 Sebagian besar areola payudara harus berada di dalam mulut bayi
 Setiap payudara harus disusui sampai kosong, kurang lebih 10-15 menit
 Bayi menyusu pada dua payudara bergantian, setelah payudara yang pertama
terasa kosong
 Bila akan melepaskan mulut bayi dari puting susu, masukkan jari kelingking
antara mulut bayi dan payudara
 Sesudah selesai menyusui oleskan ASI pada puting susu dan areola sekitarnya
serta biarkan kering oleh udara
 Bayi digendong di bahu ibu atau dipangku tengkurap agar bersendawa.
 Periksa keadaan payudara, mungkinadaperiukaan/pecah-pecahatau
terbendung.
 Bayi menyusu setiap kali membutuhkan, sebagian dengan posisi berubah-ubah.
 Pakailah bahan penyerap ASI dibalik kutang, di luar waktu menyusui

C. Cara merawat tali pusat


 Siapkan alat-alat
 Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat
 Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi dengan alkohol 70
 Setelah bersih, tali pusat dikompres dengan alkohoUyodium povidon 10 %
(Betadine), lalu dibungkus dengan kain kasa steril kering
 Setelah tali pusat terlepas (puput), pusar tetap dikompres dengan alkohoVyodium
povidon 10 % (betadine) sampai kering.

Gambar Contoh model rawat gabung

ISU-ISU TENTANG PEMBERIAN ASI

VITAMIN A

43
ASI merupakan sumber energi yang paling higienis, mengandung penuh gizi
essensial, air, faktor kekebalan tubuh dan banyak komponen lain yang sangat
berguna bagi bayi dan anak-anak. ASI mencegah terjadinya defisiensi vitamin A.
Vitamin A merupakan mikronutrien yang sangat diperlukan bayi dan anak-anak
untuk kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Hampir seluruh bayi lahir dengan status simpanan vitamin A yang rendah
dalam tubuhnya. Selama 6 bulan pertama postpartum ibu hams menyusui bayinya
secara eksklusif untuk meningkatkan kadar vitamin A tubuh bayi. ASI akan
mencegah terjadinya infeksl yang akan menurunkan simpanan vitamin A pada bayi
dan mempengaruhi absorpsi vitamin A. Intake vitamin A pada bayi yang diberi ASI
tergantung dari status vitamin A ibu, jenis ASI (berdasar hari postpartum) dan
jumlah ASI yang diminum.

Umur Bayi Sumber vitamin A

Beberapa hari pertama Kolostrum; mengandung vitamian A 3 kali Iipat dan beta-karoten
(precursor vit A yang memberi warna kekuningan) 10 kali.
Karena mengandung kadar vitamin A, antibodi dan zat
esensial lain yang tinggi, kolostrum merupakan imunisasi
awal dzlam kehidupan bayi.

5-14 hari ASI transisional; mengandung vitamin A 2 kali lebih banyak


dibanding ASI matur.

14 hari-6 bulan ASI matur: ASI dari ibu yang sehat-rnengandung 250 IU vitamin
A per 100 ml. Namun ASI dari ibu-ibu di negara berkembang
hanya mengandung vitamin A separuhnya. Pada keadaan ini,
pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi pada ibu segera
setelah melahirkan dapat menjamin suplai vitamin A untuk
bayi Iewat ASI yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan vitamin
A perhari dan menambah simpanan vitamin A dalam
tubuhnya.

Mulai umur 6 bulan, vitamin A hares sudah mulai diperoleh Iewat makanan
yang kaya vitamin A, selain ASI, dan jika diperlukan bayi hares diberikan
suplementasi kapsul vitamin A. Pemberian makanan dan minuman pada bayi yang
tidak optimal dapat menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin A yang
mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Risiko
terjadinya defisiensi vitamin A ini lebih besar pada bayi yang ibunya menderita
defisiensi vitamin A. Defisiensi vitamin A pada ibu dapat menyebabkan rendahnya
kadar simpanan vitamin A pada bayi dan rendahnya kadar vitamin A pada ASI.
Bayi dengan defisiensi vitamin A akan kehilangan selera makan/minum,
mempunyai masalah pada mata, daya tahan tubuh terhadap infeksi yang rendah,
lebih sering dan lebih parah rnendapat diare dan campak, anemia defisiensi besi dan
lambat dalam pertumbuhan. Penyakit-penyakit infeksi dan proses radang itu sendiri
dapat memperberat defisiensi vitamin A karena meningkatkan penggunaan dan
proses kehilangan vitamin A. Meningkatnya risiko untuk sakit mengarah pada
peningkatan angka kematian bayi dan balita. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa.di masyarakat dengan prevalensi defisiensi vitamin A tinggi, peningkatan
status vitamin A akan menurunkan kematian anak sampai dengan 23%. Vitamin A
44
sangat protektif mencegah kematian, terutama pada penderita diare dan campak dan
dapat menurunkan derajat keparahan malaria.
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin A pada bayi, ibu direkomendasikan
untuk meningkatkan konsumsi vitamin A dengan cara:
1. Selama kehamilan
Di daerah dengan banyak kasus defisiensi vitamin A tinggi dan jarang tersedia
makanan kaya vitamin A, sebaiknya ibu hamil diberi suplementasi vitamin A
dosis rendah (kurang dari 10.000 IU perhari atau 25.000 IU perminggu) atau
multivitamin yang mengandung cukup vitamin A.
2. Saat persalinan
Di daerah dengan banyak kasus defisiensi vitamin A, satu dosis tinggi vitamin A
(200.000 IU) sebaiknya diberikan segera setelah melahirkan, tetapi tidak lebih
dari 8 minggu postpartum.

3. Selama menyusui
Tingkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A, karena
kebutuhan vitamin A selama masa menyusui 1,5 kali lebih banyak bila
dibandingkan dengan wanitausia reproduksi yang tidak hamil dan tidak menyusul.
Perencanaan kehamilan berikutnya (KB) juga diperlukan guna menjaga
kelangsungan pemberian ASI, jarak kehamilan dan membantu proses
penyimpanan vitamin A pada tubuh ibu dan mikronutrien lain.

TUBERKULOSIS
Tenaga kesehatan sering mendapat pertanyaan apakah seorang ibu yang
menderita tuberkulosis (TBC) dapat memberikan ASI kepada bayinya.Di masa lalu
dianjurkan untuk merawat bayi secara terpisah dari ibu yang menderita TBC,
setidaknya sampai ibu menjadi tidak infeksius lagi.Pemisahan ini mengganggu bahkan
tidak memungkinkan ibu untuk menyusui dan merawat bayinya sendiri. Hal ini dapat
meningkatkan risiko bayi untuk menderita penyakit infeksi lain dan juga malnutrisi
disebabkan pemberian susu pengganti. Sehingga kini perawatan terpisah ini sudah
tidak dianjurkan lagi.
Ibu yang terinfeksi TBC harus diperiakukan sebagai berikut:
o Untuk mencegah infeksi pada bayi, ibu harus diberi kemoterapi yang adekuat
dan tepat waktu. Pemberian kemoterapi harus sesuai dengan standart
pemberian obat yang direkomendasikan oleh program TBC nasional dan
dimonitor oleh tenaga kesehatan setempat. Standart pemberiankemoterapi
Jangka pendek adalah kombinasi isoniazid, rifampisin, pyrazinamid dan
ethambutol selama 2 bulan pertama dan dilanjutkan hingga 4-6 bulan. Obat
antituberkulosis ini tidak berbahaya jika diberikan pada saat kehamilan dan tidak
mempengaruhi ASI. Sejumlah kecil obat akan terdapat pada ASI dan tidak cukup
untuk membuh vaksin BCG.
o Ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif, minimal selama 4 bulan, atau
sebaiknya hingga 6 bulan, dan dapat meneruskan memberikan ASI hingga 2
tahun.
Bayi yang mempunyai risiko untuk tertuiar TBC harus diimunisasi dengan BCG
segera setelah lahir.Bayi tidak perlu dipisahkan dan ibunya dan dapat menyusul secara
normal.Bayi dengan risiko tinggi tertular TBC ini sebaiknya juga diberi isoniazid 5
mg/kgBB per oral satu kali sehari selama 6 bulan.Dosis ini sangat kecil untuk membunuh
vaksin BCG.
45
Manajemen Perawatan ibu dengan tuberkulosis dan menyusui:
TBC paru aktif TB pare aktif
diagnosis sebelum persalinan diagnosis setelah persalinan

> 2 bulan sebelum < 2 bulan < 2 bulan setelah > 2 bulan setelah
sebelum
Preparat apus Preparat apus - - -
negative positif beberapa
sebelum saat sebelum
persalinan persalinan
Obati ibu. Obati ibu Obati ibu Obati ibu Obati ibu

Menyusui Menyusui Menyusui Menyusui Menyusui

Tidak Bayi diberi Bayi diberi Bayi diberi Bayi diberi


diperlukan isoniazid isoniazid isoniazid isoniazid
kemoterapi selama 6 bulan selama 6 bulan selama 6 bulan selama 6 bulan
untuk
bayi BCG setelah BCG setelah BCG setelah
Bila BCG
berhenti berhenti berhenti belum
BCG saat isoniazid isoniazid isoniazid diberikan saat
lahir lahir, bvaksin
BCG
diberikan
 Monitor kesehatan dan berat badan bayi setelah
berhenti
 Jangan berikan BCG pada bayi yang mempunyai gejala yellow fever atau infeksi
HIV. isoniazid

INFEKSI HIV

Sejak tahun 1980, ketika HIV pertama kali terdeteksi di dalam ASI, menyusui
pada ibu dengan HIV positif menjadi kontroversial. Pengambil kebijakan kesehatan
telah mencoba mencari pedoman pemberian makan dan minum bayi yang terbaik
pada ibu yang terinfeksi HIV terutama di daerah dengan prevalensi HIV tinggi,
seperti negara-negara di daerah Sub-Saharan Afrika. Sampai saat ini pengambilan
keputusan mengenai pemberian ASI pada daerah tersebut membutuhkan pemikiran
untung rugi dengan seksama. Pengambilan ' keputusan untuk memberikan ASI
dipengaruhi oleh ketakutan akan adanya penularan HIV melalui ASI, namun dipihak
lain ada pula ketakutan lain yaitu stigma mengenai kematian dan kesakitan yang
disebabkan olah faktor lain selain ASI. Ibu dengan HIV positif bisa menularkan virus
kepada anaknya selama kehamilan (in-utero) atau pada saat persalinan, dan juga
dapat ditularkan lewat ASI. Namun demikian sebagian besar bayi dari ibu dengan
HIV positif tidak terinfeksi dari ibunya, dan tidak tergantung apakah bayi mendapat
ASI atau tidak.
Jika 1) susu pengganti tersedia dan terjangkau, 2) susu pengganti dapat
digunakan dengan cara yang aman, dan 3) fasilitas kesehatan tersedia dan
terjangkau, maka bayi dari seorang ibu dengan HIV positif mempunyai angka
kemungkinan hidup lebih besar bila dia diberi susu pengganti daripada ASI. Tetapi
bila ke tiga syarat tersebut tidak terpenuhi, sebagai contoh fasilitas dan akses

46
terhadap fasilitas kesehatan sangat rendah dan tidak memadai, menyusui
merupakan pilihan pemberian makanan bayi yang terbaik walau ibu terinfeksi HIV.
Kontroversi boleh dan tidaknya seorang ibu yang menderita HIV memberikan
ASI pada bayinya masih t e r u s berlanjut.Keputusan untuk menyusui atau tidak
sepenuhnya merupakan hak ibu, namun demikian petugas kesehatan mempunyai
tanggung Jawab untuk memberikan keterangan mengenai keuntungan dan risiko
pemberian ASI pada ibu yang menderita HIV positif.UNICEF telah membuat suatu
pedoman berdasar dari berbagal studi, pedoman tersebut disebut safer
breastfeeding.Secara umum pedoman safer breastfeeding ini meliputi:
 Pemberian ASI dini segera dilakukan dalam waktu 30 menit pertama kelahiran.
Tenaga kesehatan harus mempunyai keterampilan manajemen laktasi yang balk,
termasuk cara mempersiapkan ibu untuk dapat menyusui dengan balk dan benar,
posisi dan cara melekatkan bayi segera setelah persalinan.
 Bayi harus sering disusui sesuka bayi baik pagi maupun malam hari, tanpa jadwal.
Bayi harus disusui secara ekslusif dalam waktu minimal 4-6 bulan.
 Pemberian makanan tambahan hams segera dimulai pada umur 6 bulan, kecuali ada
petunjuk khusus dari dokte.r yang berkaitan dengan pertumbuhan bayi, makanan
tambahan dapat diberikan antara bulan ke 4 dan 6.
 Ibu yang mempunya risiko mengidap HIV hams berusaha agar tidak sampai
terinfeksi selama masa menyusui karena risiko penularan virus akan meningkat dua
kali lipat pada masa infeksi awal HIV.
 Ibu harus segera mencari pertolongan tenaga kesehatan jika menemukan perlukaan
pada puting atau mulut bayi, karena dapat menjadi jalan penularan virus.
 Biasanya perlukaan terjadi pada satu sisi payudara, untuk itu ibu hams
mengeluarkan dan membuang ASI dart payudara yang sakit tersebut.

Dengan safer breastfeeding ini diharapkan dapat menurunkan penularan HIV Iewat ASI
bagi ibu-ibu yang tidak mengetahui apakah dirinya mengidap HIV positif, atau ibu yang
mempunyai risiko tinggi terkena HIV dan juga bagi ibu yang menderita HIV positif
tetapi memutuskan untuk tetap menyusui. Beberapa studi sedang dilaksanakan saat ini
untuk melihat dampak dari penyuluhan safer breastfeeding ini terhadap keputusan ibu
untuk menyusui bayinya dan kesehatan bayi di beberapa negara.

Safer Breastfeeding untuk wanita yang terinfeksi atau mempunyai risiko terinfeksi HIV

Untuk semua ibu yang memilih untuk menyusui bayinya harus:

47
o Segera susui setelah persalinan

o Mendapat penyuluhan dan dukungan untuk menyusui dengan posisi dan perlekatan
bayi dan payudara yang benar.

o Mendapat penyuluhan dan dukungan, pengertian, pemahaman dan pelaksanaan


pemberian ASI eksklusif.

o Terbiasa dengan proses menyusui agar dapat mengidentifikasikan masalah yang


mungkin timbul selama menyusui dan cara menanggulanginya; seperti payudara
bengkak atau puting lecet.

o Mendapat penyuluhan dan dukungan Untuk melakukan akitivitas seksual dengan aman
dan memahami risiko tertular HIV melalui ASI dan alternalif penularan lainnya.

o Menerima penyuluhan dandukungan untuk merusak menyusui dan mulai


memberikan makanan tambahan setelah bayi berumur 4-6 bulan.
Untuk ibu dengan HIV positif yang memilih untuk menyusui bayinya harus:
o Dianjurkan untuk mengeluarkan ASI jika tampak tanda-tanda pembengkakan, duktus
yang tersumbat atau infeksi. Ibu harus tetap menyusui dari payudara yang tidak
terinfeksi.
Pengobatan medis harus diupayakan jika pembengkakan dan sumbatan pada duktus
tidak hilang dalam 1-2 hari atau bisa payudara terasa sakit, demam atau adanya tanda
mastitis lainnya atau ada tanda infeksi HIV yang progresif.

o Menerima penyuluhan dan dukungan yang menjelaskan risiko dan keuntungan


menghentikan pemberian AS. Pada kasus ibu dengan HIV positif, kemampuan ibu
mendapat susu pengganti yang aman dan susuai harus di evaluasi. Mereka harus
diberitahubahwa meneruskan pemberian ASI masih tetap mengekspos bayi
terhadap HIV, tetapi penyapihan terlalu dini akan meningkatkan risiko adanya
gangguan pertumbuhan dan penyakit non-HIV seperti diare.

o Ibu harus memutuskan untuk menghentikan pemberian ASI harus menerima penyuluhan
dan dukungan untuk memfalitet perubahan pemberian makanan pada bayi.

HEPATITIS

Menyusui diduga menjadi salah satu jalan penularan Hepatitis pada bayi, karena
sejumlah kecil HbsAg ditemukan pada beberapa sampel ASI dari ibu yang menderita
HbsAg positif.Namun demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa menyusui
dapat meningkatkan risiko penularan untuk bayi dari ibu dengan HBsAg positif,
menyusui sangat dianjurkan walaupun di daerah yang tidak mempunyai fasilitas
vaksinasi hepatitis.
Jika fasilitas memadai vaksinasi hepatitis sangat direkomendasikan bagi bayi ya ig
lahir dari ibu yang menderita hepatitis, terutama di daerah dengan penularan hepatitis
perinatal sangat tinggi. Bila fasilitas vaksinasi hepatitis sangat terbatas, prioritas
pemberian vaksinasi sebaiknya dilakukan pada bayi yang akan disusui orang lain selain
ibunya.

48
ANTIBIOTIK DAN MENYUSUI

Pengobatan dengan antibiotika sering kali dibutuhkan saat ibu masih menyusui
dan sebagian besar obat tersebut cukup aman bagi bayi sehingga ASI tetap dapat
diberikan.Namun demikian data mengenai obat-obatan dan ASI ini tidak cukup memadai
sehingga banyak timbul pertimbangan antara risiko bayi terkena obat melalui ASI dan
kesadaran untuk tetap memberikan ASI pada bayinya.Seringkali pertimbangan
penghentian obat maupun penghentian menyusui selama pengobatan hanya berdasarkan
anekdot atau pendapat umum saja.
Obat yang diekskresikan ke dalam ASI dan masuk ke dalam tubuh bayi tergantung
oleh beberapa faktor ibu maupun bayi.Jumlah obat yang ada dalam ASI tergantung dari
konsentrasi obat bebas yang terdapat dalam serum ibu.Konsentrasi ini ditentukan oleh
dosis obat, absorpsi, distribusi jaringan dan protein-binding (yang menurun pada
trimester akhir kehamilan), serta metabolisme dan ekskresi tubuh ibu itu sendiri.Karena
pH ASI lebin rendah bila dibanding dengan serum ibu, transfer obat ke dalam ASI sangat
dipengaruhi oleh tingkat keasaman obat.Absorpsi obat lewat ASI oleh usus bayi
tergantung oleh beberapa faktor termasuk daya larut, pH gastrointestinal, lama transit
lambung dan permeabilitas dari membran mukosa usus.Semua faktor ini sangat
dipengaruhi oleh umur bayi.
Gangguan metabolisme obat pada bayi karena hepar yang tidak matur dapat
menyebabkan akumulasi obat. Namun demikian, kadar obat yang diabsorpsi lewat ASI
relatif sangat rendah dan kapasitas metabolisme cukup memadai. Rendahnya kadar
lemak bayi baru lahir, terutama bayi preterm, juga mempengaruhi metabolisme obat
dalam tubuh bayi. Karena rendahnya kadar lemak dapat menurunkan distribusi obat ke
jaringan, sehingga kemungkinan terjadinya keracunan sangat tinggi karena kadar obat
dalam darah yang tinggi. Obat-obat yang berhubungan dengan bilirubin indirek (seperti
sulphonamide) dapat meningkatkan kadar bilirubin bebas sehingga bisa menyebabkan
terjadinya kemikterus. Konsentrasi obat bebas dalam serum juga dapat meningkat pada
bayi dengan asidosis atau hipoksia.Pemberian obat-obatan seperti penisilin, tetrasiklin
dan gentamisin juga harus diawasi, terutama pada awal kelahiran karena fungsi ginjal
pada bayi baru lahir masih lemah.

Kunci pokok untuk meminimalkan efek pengobatan pada Ibu


o Berhati-hati setiap kali memberi tetapi pada ibu menyusui. Keuntungan dan
kerugian baik bagi ibu dan bayi harus dipertimbangkan dengan seksama.
o Sebisa mungkin hindari pengobatan dengan menggunakan antiblotika yang bekerja
lama dalam tubuh. Penggunaan obat dengan angka paruh pendek akan mengurangi
risiko akumulasi obat.
o Usahakan tidak menyusui pada saat konsentrasi obat dalam tubuh sangat tinggi.
Secara umum hal itu akan terjadi 1-2 jam setelah pengobatan. Anjurkan ibu untuk
minum obat segera setelah menyusui bayinya.
o Jika informasi mengenai obat tersedia, usanakan menggunakan obat yang tidak di
ekskresikan dalam ASI atau hanya dalam jumlah kecil saja.
o Bayi harus diawasi dengan balk, selama ibu dalam pengobatan.
o Menyusui harus dihentikan, bile ibu sangat membutuhkan obat yang mempunyal
efek toksik terhadap bayi.
o Kapasitas metabolisme dan ekskresi bayi akan meningkat cepat dengan
pertambahan usia, maka risiko untuk terjadinya toksisitas akibat obat lewat ASI juga
akan menurun.

49
Antibiotika yang sering dipergunakan
Aminoglikosid Muncul dengan cepat dalam ASI tetapi tidak dalam bentuk yang
slap diabsorpsi usus bayi. Tidak dapat digunakan untuk
pengobatan pada bayi. Dianjurkan untuk tetap dilakukan
pengawasan pada bayi.
Amoksisilin Dapat menyebabkan diare. Dapat pula menyebabkan ruam
kulit, sensitisasi dan kandidiasis.

Ampisilin Dapat menyebabkan adanya reaksi sensitivitas bila dilakukan


pengobatan berulang, diare dan kandidiasis.
Aztreonam Diekskresikan dalam ASI sebanyak 1% dari jumlah yang
beredar dalam serum ibu. Dianjurkan untuk menghentikan
pemberian ASI selama dalam pengobatan.
Sefalosporin Hanya diekskresikan dalam jumlah yang sangat kecil dalam
ASI. Dapat menyebabkan diare dan sensitisasi:
° Cefaclor: dapat menyebabkan diare
° Cephalexin; dapat menyebabkan diare
° Cefotaxime: terdapat dalam ASI tetapi tidak diabsorpsi usus
° Ceftriaxone: hanya dalam jumlah yang sangat kecil dalam ASI.
Ciprofloxacin Terdapat dalam ASI. Dilaporkan adanya bayi dengan kolitis
pseuJomembran pada ibu yang minum obat ini tanpa
sepengetahuan dokter.
Cloxacillin Dapat menyebabkan diare
Kloramfenikol Kontraindikasi. Karena dapat merupakan zat toksik pada
sumsum tulang bayi.
Asam Klavulanat Kadar dalam ASI sangat rendah untuk menimbulkan bahaya.
Clindamycin Perlu pengawasan. Ditemukan satu kasus diare dengan darah.
Ko-trimoxasol Risiko terjadinya kernikterus pada bayi yang ikterus dan
terjadinya hemolisis pada bayi dengan defisiensi G6PD sangat
kecil. Dianjurkan untuk tidak diberikan pada 2 minggu pertama
kelahiran.
Eritromisin Dapat menyebabkan diare dan irritabilitas. Diekskresikan dalam
jumlah yang sangat sedikit dalam ASI.
Metronidazol Pada pengalaman individu ditemukan bahwa bayi akan
menolak ASI dari ibu yang baru mendapat pengobatan. Ini
kemungkinan disebabkan oleh rasa pahit yang didapat dari
metabolit larut air yang terkandung dalam metronodazole.
Asam Nalidiksik Risiko untuk bayi sangat kecil, namun dilaporkan dapat
menyebabkan anemia hemolitik.

Nitrofurantoin Diekskresikan dalam ASI dalam jumlah yang sangat kecil.


Dapat menyebabkan hemolitik pada bayi dengan G6PD.

Piperasillin Diekskresikan dalam ASI dalam jumlah dibawah kadar terapi atau
toksik, namun dapat menyebabkan mengubah flora usus.
Sulfonamid Risiko untuk terjadinya kernikterus pada bayi ikterus, terutama
pada obat yang long acting. Dapat menyebabkan hemolitik pada
bayi dengan G6PD.

50
Tetrasiklin Sebagian menganjurkan untuk tidak diberikan pada ibu
Tricarcillin menyusui.
Penisilin dapat ditemui dalam Jumlah yang sangat kecil ada ASI.
Trimeth2prim Tidak ada efek nyata.

Obat malaria dan infeksi cacing


Kloroquin Diekskresikan dalam ASI dalam jumlah yang sangat kecil, tidak
berbahaya dan tidak dapat digunakan
untuk'mengobati/mencegah malaria pada bayi.
Fansidar Memperbesar risiko untuk menderita kernikterus pada bayi
dengan gejala ikterus dan hemolisis pada bays dengan defisiensi
G6PD (karena Sufadoksin)
Maloprim Risiko terhadap sangat kecil, namun demikian dapat
menyebabkan anemia hemolitik karena mengandung Dapsone.
Mefloquine Sebaiknya dihindari bila masih menyusui.
Pirimethamin Diekskresi dalam jumlah yang cukup besar dalam ASI namun
belum diketahui bahayanya bagi bayi.
Mebendazol Dapat diberikan pada ibu menyusui. Tidak ditemukan efek yang
nyata.
Piperazine & 2 dosis dalam 14 hari terpisah. Jangan menyusui selama 8 jam
Senna setelah minum obat.

Obat infeksi jamur, virus dan TBC


Nistatin Tidak diabsorpsi secara oral. Dapat diberikan pada bayi langsung.
Asiklovir Masuk dalam ASI Iewat pengobatan sistemik. Tidak ada informasi
mengenai keamanan obat dalam ASI. Tidak ada efek yang nyata
pada pemberlan 5 hari secara oral.
Gansiktovir Sebaiknya dihindari. Pada penelitian dengan menggunakanbinatang
percobaan, ditemukan efek yang tidak diharapkan pada bayi.

Idoxuridine Dapat menyebabkan rasa tidak enak pada ASI.


Ethambutol Diekskresi dalam ASI dalam jumlah yang tidak besar untuk
membahayakan bayi.
Isoniazid Secara teori dapat menyebabkan konvulsi dan neuropati. Dianjurkan
untukmemberspyridoxine profilaksipada bayi sebagaimanapada
bayinya. Jika perlu lakukan pengawasan pada pemberian obat ini.
Rifampisin Dapat mengubah warna ASI menjadi orange. Diekskresi dalam ASI
dalam Jumlah yang tidak besar untuk membahsyakan bayi.

ASMA DAN MENYUSUI


Risiko untuk menderita asma dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bayi Janis
kelamin laki-laki, BE3LR atau prematur, dilahirican dari ibu dengan usia muda, perokok,
dan terpapar oleh debu rumah atau pollen (serbuk bunga). ASI merupakan salah satu
pencegah terjadinya asma, namun hal ins masih kontroversi. Baru belakangan ins
dikemukakan bagaimana ASI dapat mencegah terjadinya infeksi saluran pemapasan
(ISPA) dan asma.

51
Bagaimana ASI dapat mencegah ISPA dan asma merupakan hal yang sangat
komplek karena menyangkut faktor imunologik dan zat nutrien lain yang terkandung di
dalamnya. Di dalam paru-paru ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Adanya bet,arapa
tetes ASI yang maduk dalam saluran pemapasan dan paru-paru bayi secara alami selama
menyusui, maka akan mengantarkan antibodi dan zat lain yang pelindung saluran
pernapasan. Terlebih di dalam lambung terdapat beberapa aktivitas antibakteri dan
antiviral yang diperoleh dari lemak ASI yang dimetabolisme menjadi lemak bebas.
Lemak bebas ASI ini dapat menurunkan risiko terjadinya infeksi pada paru-paru.
Komponen yang spesifik dalam ASI dapat memacu proses sistem imun tubuh
bayi. Jumlah sel darah putih yang aktif yang mengeluarkan bahan kimia biologis ke dalam
saluran pencernaan dan jaringan sekitamya, mempengaruhi perkembangan sistem
imun. Bayi yang disusui secara eksklusif mempunyai kelenjar thymus yang lebih besar
dibanding bayi yang diberi susu buatan. Kelenjar thymus ini merupakan pusat kelenjar
yang bekerja untuk sistem imun. Besarnya kelenjar ini mempunyai efek yang sangat
berarti bagi perkembangan sistem imun yang optimal.
Perkembangan fungsi paru-paru juga dipercepat dengan adanya faktor zat
pertumbuhan yang terdapat pada ASI. Zat aktif yang sangat spesifik dalam ASI memacu
perkembangan dan pertumbuhan fungsi dan anatomis saluran pemapasan dan paru-
paru secara optimal. Dengan demikian secara tidak langsung akan mencegah terjadinya
wheezing yang merupakan gejala utama asrna.
ASI banyak mengandung asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan dalam
sistem kekebalan tubuh. Omega-3 ini juga ditemukan pada minyak ikan. Pada penelitian
ditemukan bahwa asma jarang ditemukan pada anak yang banyak mengkonsumsi
minyak. ikan. Ibu yang sedang menyusui dan banyak mengkonsumsi minyak ikan akan
menambah kaya kandungan omega-3 untuk bayi. Makanan yang banyak mengandung
antioksidan (vitamin C, E, Zinc dan Selenium) seperti buah segar, sayuran, biji-bijian,
juga sebaiknya dianjurkan untuk ibu menyusui.

ASI DAN PERAWATAN PERINATAL


Program rumah sakit sayang bayi mewajibkan pelayanan rawat gabung dan
pemberian ASI secara dini segera setelah lahir dan rawat gabung.Bayi yang cukup umur
mempunyai perilaku pre-feeding yang spesifik saat lahir, jika dilakukan kontak kulit dini
dengan ibunya segera setelah lahir.Perilaku ini dimulai dengan periode relaksasi dan
kemudian diikuti dengan reflek mengisap secara spontan dan gerakan membuka
mulut.Perilaku ini meningkat dan berlanjut menjadi aktivitas tangan dan mulut. Sekitar 1
jam setelah lahir, bayi dapat mengidentifikasikan payudara ibu sendiri dan akan mulai
mengisap puting. Pengisapan dini dan sentuhan pada puting tampaknya meningkatkan
ikatan batin ibu dan anak dan menunjang keberhasilan menyusui.
Kontak kulit antara ibu-ibu (metode Kanguru) segera setelah lahir selain
berguna untuk menfasilitasi keberhasilan menyusui, juga dapat digunakan untuk
menjaga temperatur tubuh bayi. Sebagian besar bayi akan mengalami hipotermia (<
36,5°C) pada satu jam setelah lahir. Hipotennia sangat berhubungan dengan morbiditas
dan mortalitas bayi. Beberapa tir.dakan rutin, seperti perawatan dalam inkubator,
sering dilakukan. Temperatur bayi ini sangat dipengaruhi oleh berat badan dan
lamanya pemberian oksigen. Bayi BBLR mempunyai kesulitan dalam mengatur
temperatur tubuhnya.
Bayi baru lahir yang dirawat bersama dengan ibu dan dilakukan kontak kulit
(metode Kanguru) akan mempwiyai temperatur dan glukosa darah yang lebih tinggi
dibanding bayi yang dipisahkan dari ibunya. Ini menunjukkan bahwa bayi akan
menghemat energi ketika dihangatkan oleh badan ibu. Keuntungan perawatan ini lebih
52
efektif dan berguna bagi bayi dibanding manipulasi metabolisme bayi dengan
pemberian oksigen.
Perawatan kontak kulit dini sangat direkomendasi karena dapat dilakukan di
semua tempat pelayanan dan dapat menurunkan biaya perawatan. Namun demikian
peneemaan metode perawatan ini membutuhkan pendekatan kultural dan etnik.

MENYUSUI DAN KANKER

Risiko terkena penyakit kanker payudara dan kanker endometrium ditemukan


61% lebih rendah pada ibu yang pemah menyusui dibanding dengan ibu yang tidak
pemah.menyusui bayinya. Penurunan risiko kanker payudara ini dipengaruhi oleh lama
menyusui, jumlah anak yang disusui dan lama menyusui anak pertama balk pada ibu yang
pre-menopause maupun post-menopause.Penurunan risiko kanker endometrium juga
dipengaruhi oleh lama menyusui.Risiko terendah didapatkan pada ibu yang baru saja
selesai menyusui.Namun risiko ini meningkat dengan semakin lama jarak setelah
penyapihan.
Menyusui juga ditemukan dapat menurunkan risiko terjadinya limfoma pada anak.
Penurunan risiko ini ditemukan lebih besar pada bayi yang disusui lebih dari 6 bulan.
Efek proteksi ini terutama untuk penyakit Hodgkin dan yang terjadi sebelum 6 tahun.
ASI mengandung bahan antikanker yang dikenal sebagai genistein dan daidzein
dalam bentuk yang lebih bioavailable. ASI juga disebutkan mempunyai kontribusi dalam
sistem imun mukosa dengan mengaktifkan limfosit dan epitel, mengarahkan pematangan
epitel mukosa bayi dan menjauhkan dari proses neoplasia. Bahan antikanker dan sistem
imun mukosa ini sangat berguna terutama pada saat pertumbuhan awal dan mass kritis
pertumbuhan, dan juga berguna untuk kehidupan anak selanjutnya (seumur hidup).

D. ALAT
1. Wastafel
2. Sabun tangan
3. Handuk kering
4. Wadah bersih
5. Botol kaca/plastik ASI

E. PROSEDUR
Opening
1 Salam & perkenalan, informed consent
Mempersiapkan psikologis ibu
1 Mendorong atau memotivasi ibu
2 Meyakinkan ibu tentang manfaat ASI
3 Membantu memecahkan masalah ibu yang terkait dengan laktasi
4 Mengikutsertakan suami/keluarga
5 Memberi kesempatan ibu bertanya setiap saat
Teknik menyusui
1 Menjelaskan berbagai posisi menyusui: duduk, berbaring, dsb.
2 Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskannya pada puting susu
3 Mulut bayi dihadapkan payudara ibu, mendekatkan badan bayi ke badan ibu,
53
memposisikan ibu & bayi senyaman mungkin (kepala & tubuh bayi lurus),
menyangga seluruh tubuh bayi, ibu menatap dengan kasih sayang
4 Payudara dipegang dengan ibu jari di atas & jari lain menopang di bawah (bukan
menekan puting susu/areolanya saja)
5 Menyentuhkan puting susu ke bibir/sisi mulut bayi agar bayi membuka mulut
(rooting reflex)
6 Memasukkan puting ke dalam mulut bayi, sehingga bibir bawah & lidah bayi
terletak di bawah puting susu, dan memastikan daerah areola dapat masuk ke
dalam mulut bayi
7 Bayi mulai mengisap payudara, dan akan menyusu dengan santai/tenang,
payudara tidak perlu dipegang/disangga lagi
8 Mengecek apakah bayi telah menyusui dengan teknik yang benar:
bayi tampak tenang, badan bayi menempel perut ibu, dagu bayi menempel
payudara, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar, areola
lebih banyak di bagian atas daripada di bwah mulut, bayi tampak menghisap dalam
& lambat diselingi istirahat, puting ibu tidak nyeri, telinga & lengan bayi pada satu
garis lurus, kepala tidak mengengadah
Pengeluaran ASI dengan tangan
1 Mencuci tangan sampai bersih
2 Menyiapkan wadah yang telah dicuci dengan air mendidih
3 Memasase payudara dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah areola
pada sekeliling payudara secara merata
4 Menekan & memeras (bukan menekan/memijat puting) daerah areola dengan ibu
jari di sekitar areola bagian atas & jari telunjuk pada sisi areola yang lain
Mengulangi gerakan: tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, dst di sekeliling areola
dari semua sisi, sehingga yakin ASI telah diperas dari semua segmen payudara
Pemberian ASI perasan dengan cangkir/sendok
1 Ibu duduk dengan memangku bayi
2 Memegang punggung bayi dengan lengan
3 Meletakkan cangkir/sendok pada bibir bawah bayi, lidah bayi berada di atas
pinggir cangkir/sendok
4 Sedikit memiringkan cangkir/sendok, membiarkan bayi mengisap ASI (lidah &
bibir atas bayi akan mengisap sendiri cairan ASI yang menempelnya)
5 Memberi sedikit waktu istirahat setiap kali menelan
Closing
1 Mengucapkan terima kasih kepada ibu, memuji ibu, menyarankan ibu untuk
melakukan sendiri di rumah, dsb.

Skenario
Seorang bayi baru lahir usia 2 hari, lahir dari ibu G1P0A0 hamil 38 minggu secara
spontan. Diketahui ASI belum keluar. Ibu menanyakan ke dokter bagaimana memberi ASI
eksklusif agar berhasil pada bayinya.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (Tim PP-ASI). Modul Pelatihan “Manajemen
Laktasi”, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta, 2001.
Utami Roesli, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. PT Elex Komputindo, Jakarta, 2001

54
F. CHECKLIST MANAJEMEN LAKTASI

No Uraian Nilai
Opening 0 1 2
1 Salam & perkenalan, informed consent
Mempersiapkan psikologis ibu 0 1 2
1 Mendorong atau memotivasi ibu
2 Meyakinkan ibu tentang manfaat ASI
3 Membantu memecahkan masalah ibu yang terkait dengan laktasi
4 Mengikutsertakan suami/keluarga
5 Memberi kesempatan ibu bertanya setiap saat
Teknik menyusui 0 1 2
1 Menjelaskan berbagai posisi menyusui: duduk, berbaring, dsb.
2 Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskannya pada puting susu
3 Mulut bayi dihadapkan payudara ibu, mendekatkan badan bayi ke badan
ibu, memposisikan ibu & bayi senyaman mungkin (kepala & tubuh bayi
lurus), menyangga seluruh tubuh bayi, ibu menatap dengan kasih sayang
4 Payudara dipegang dengan ibu jari di atas & jari lain menopang di bawah
(bukan menekan puting susu/areolanya saja)
5 Menyentuhkan puting susu ke bibir/sisi mulut bayi agar bayi membuka
mulut (rooting reflex)
6 Memasukkan puting ke dalam mulut bayi, sehingga bibir bawah & lidah
bayi terletak di bawah puting susu, dan memastikan daerah areola dapat
masuk ke dalam mulut bayi
7 Bayi mulai mengisap payudara, dan akan menyusu dengan santai/tenang,
payudara tidak perlu dipegang/disangga lagi
8 Mengecek apakah bayi telah menyusui dengan teknik yang benar:
bayi tampak tenang, badan bayi menempel perut ibu, dagu bayi
menempel payudara, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi
membuka keluar, areola lebih banyak di bagian atas daripada di bwah
mulut, bayi tampak menghisap dalam & lambat diselingi istirahat, puting
ibu tidak nyeri, telinga & lengan bayi pada satu garis lurus, kepala tidak
mengengadah
Pengeluaran ASI dengan tangan 0 1 2
1 Mencuci tangan sampai bersih
2 Menyiapkan wadah yang telah dicuci dengan air mendidih
3 Memasase payudara dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah
areola pada sekeliling payudara secara merata
4 Menekan & memeras (bukan menekan/memijat puting) daerah areola
dengan ibu jari di sekitar areola bagian atas & jari telunjuk pada sisi
areola yang lain
Mengulangi gerakan: tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, dst di
sekeliling areola dari semua sisi, sehingga yakin ASI telah diperas dari
semua segmen payudara
Pemberian ASI perasan dengan cangkir/sendok 0 1 2
1 Ibu duduk dengan memangku bayi
2 Memegang punggung bayi dengan lengan
3 Meletakkan cangkir/sendok pada bibir bawah bayi, lidah bayi berada di
atas pinggir cangkir/sendok
55
4 Sedikit memiringkan cangkir/sendok, membiarkan bayi mengisap ASI
(lidah & bibir atas bayi akan mengisap sendiri cairan ASI yang
menempelnya)
5 Memberi sedikit waktu istirahat setiap kali menelan
Closing 0 1 2
1 Mengucapkan terima kasih kepada ibu, memuji ibu, menyarankan ibu
untuk melakukan sendiri di rumah, dsb.

56

Anda mungkin juga menyukai