KELAS : 3C
NIM : P01031221122
BAB IV
Topik 2
Pada Modul Pemantauan Pertumbuhan WHO 2005 dijelaskan bahwa selama menilai
pertumbuhan anak, sebaiknya ibu telah melihat dan mencatat hasil pengukuran pertumbuhan
anak pada grafik pertumbuhan. Ibu ingin tahu tentang hasilnya, maka kita jelaskan bahwa kita
telah menghubungkan titik atau sudah melakukan ploting hasil pengukuran pada GPA untuk
melihat apakah anak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, atau ada masalah dalam
pertumbuhannya. Jika seorang anak tumbuh dengan baik, kita beri pujian kepada ibu. Jika ada
masalah, maka kita diskusikan dengan ibu secara baik dan positif. Hindari pernyataan yang
menyalahkan atau menghakimi ibu. Kita bangun kepercayaan ibu dan komunikasikan dengan
baik sehingga ibu dapat membantu anaknya. Sebaiknya kita gunakan kata-kata yang jelas, bukan
bahasa medis. Jika kita menggunakan kata yang tidak biasa, misalnya “obesitas”, maka kita
jelaskan apa yang dimaksud. Sebagai contoh, kita sampaikan bahwa “obesitas” artinya anak
terlalu gemuk untuk tingginya”.
Contoh kasus 1. Seorang anak dari hasil pengukuran berdasarkan indeks BB/U selama 3
kunjungan berturut-turut berada antara -1 SD dan -2 SD. Maka cara memberikan penjelasan
adalah “Anak ibu lebih ringan dibandingkan dengan sebagian besar anak-anak pada umurnya,
tetapi dia tumbuh secara baik. Perhatikan bahwa garis pertumbuhannya tetap diantara dua garis
ini. Beratnya meningkat sesuai dengan umurnya, keadaan demikian adalah pertanda baik
pertumbuhan anak”. Contoh kasus 2. Hasil ploting pada GPA dari hasil pengukuran dengan
indeks BB/TB menunjukkan penurunan yang tajam menuju lajur di bawah -2 SD. Kita
memperlihatkan GPA dan mengatakan “mungkin ibu sudah memperhatikan bahwa anak ibu
sangat kurus. Mari kia perhatikan garis pertumbuhannya menurun secara tajam. Hal ini
menunjukkan bahwa dia mempunyai berat badan yang sangat rendah dibanding dengan
tingginya. Kita akan diskusikan apa yang harus ibu lakukan untuk membantu meningkatkan
berat. Mohon ibu agar tidak khawatir, ada cara untuk untuk mencapai keadaan tersebut”.
Ketika memberi konseling pada ibu balita tentang pemberian makan, maka dianjurkan untuk
menyediakan cukup waktu untuk menjelaskan setiap anjuran dengan jelas dan sederhana.
Kita juga menyarankan untuk memberi makanan lokal yang bergizi dan cara menyiapkannya.
Lebih baik lagi jika jika dengan menunjukkan alat peraga gambar atau poster makanan lokal.
Menyakan kepada ibu apakah ibu telah mengerti dan tidak mempunyai masalah dalam
menerapkan anjuran pemberian makan. Kita dengarkan dengan baik jawaban ibu dan bantu
ibu mengatasi masalah untuk memperbaiki pemberian makan. Setelah menjelaskan anjuran
pemberian makan, kita bisa ajukan tambahan informasi dan memperjelas instruksi bila
perlu. Usahakan untuk membuat pertanyaan pemahaman. (Pemantaua Pertumbuhan
Standar WHO 2005). Di dalam melakukan konseling, bahwa untuk memastikan sasaran
sudah mengetaui maka perlu dilakukan pertanyaan pemahan atau cheking question. Sebagai
contoh, jangan memberikan pertanyaan “Apakah ibu ingat makanan yang perlu diberikan
pada anak?” Menghadapi pertanyaan sperti itu maka hampir dipastikan ibu mungkin
menjawab “ya” agar tidak dianggap pelupa. Pertanyaan pemahaman untuk hal tersebut
adalah “Makanan apa saja yang sudah ibu berikan kepada anak?”. Mengajukan pertanyaan
pemahaman memerlukan kesabaran, maka beri ibu cukup waktu untuk berpikir dan
menjawab. Kemungkinan ibu tahu jawabannya tetapi lambat memberikan reaksi karena
berbagai sebab. Ibu mungkin ragu karena tidak menduga. Sebaiknya kita menantikan
jawaban dan memberikan dukungan. Kadang-kadang ibu menjawab pertanyaan pemahaman
secara tidak jelas atau tidak lengkap. Maka diperlukan pertanyaan pemahaman lanjutan
untuk memastikan bahwa ibu benar-benar mengerti. Jika ibu menjawab dengan tidak tepat
atau tidak ingat, jangan membuat ibu merasa tidak nyaman. Perjelas atau beri lebih banyak
informasi. Selanjutnya ajukan pertanyaan pemahaman lagi. Contoh kasus 4. Petugas
kesehatan baru saja menjelaskan kepada ibu tentang anjuran pemberian makan untuk anak
berumur 3 tahun. Untuk mengetahui pemahaman ibu, petugas kesehatan menanyakan hal
berikut: 1). Berapa kali makanan utama yang ibu berikan setiap hari?, 2). Berapa kali
makanan selingan yang diberikan di antara waktu makan? dan 3). Apa saja makanan selingan
bergizi yang Ibu berikan? Ibu akan menjawab memberikan 3 kali makan dan 2 kali makanan
selingan setiap hari, tetapi akan mengatakan makanan selingan yang diberikan “apapun yang
dimiliki diberikan ke anak.” Kita mengajukan pertanyaan pemahaman lanjutan, “Makanan
apa yang biasa dimakan dan bergizi?” Ketika ibu menjawab biasanya punya pisang, maka kita
menjawab pisang adalah makanan yang sangat baik. Sekanjutnya kita bertanya lagi,
“Makanan selingan bergizi apalagi yang ibu punya?” Konseling Bagi ibu yang mempunyai
anak kurang gizi Jika anak kurang gizi, penting untuk segera mencari penyebab masalah
sebelum memberi nasihat pada ibu. Diawali dengan mencari penyebab dengan
mewawancarai ibu yang anaknya: 1) Kurus (< -2 SD untuk BB/PB atau BB/TB atau IMT/U), 2)
Berat badan kurang (< -2 SD untuk BB/U, 3) Pendek (< -2 SD untuk PB/U atau TB/U) dan tidak
gemuk atau berisiko gemuk dan 4) Anak yang mempunyai kecenderungan pertumbuhan
kearah salah satu masalah tersebut diatas.
I. MEMBERI NASIHAT SESUAI PENYEBAB KELEBIHAN GIZI Pada bagian pertama wawancara
dengan ibu/pengasuh anak, kita menemukan kemungkinan penyebab kelebihan gizi dan
menanyakan mana penyebab yang utama. Berikutnya, dengan memfokuskan pada
penyebab utama yang dianggap ibu/pengasuh sebagai hal penting. Selanjutnya kita
mendiskusikan apa yang bisa dilakukan dan siapa yang bisa memberikan bantuan dan
dukungan. Di dalam anjuran yang diajukan, sebaiknya disertakan contoh makanan lokal
sebagai makanan selingan kaya energi yang harus dihindari dan makanan bergizi yang harus
diberikan. Kita uraikan secara khusus cara menyiapkan makanan dengan mengurangi lemak
dan gula. Kita juga mendiskusikan cara agar anak melakukan aktifitas fisik seperti bermain.
Kita motivasi orang tua untuk menemukan cara untuk meningkatkan aktivitas fisik anak dan
mengurangi kecemasan, rasa tidak aman, kejenuhan yang merupakan perasaan yang bisa
mengakibatkan terus makan. Kita juga memberi dorongan orang tua untuk melaksanakan
gaya hidup sehat mencakup kebiasaan makan sehat, aktivitas fisik dan interaksi positif saat
makan bersama. Cara terbaik untuk mempengaruhi anak untuk mempunyai gaya hidup
sehat yaitu orang tua sebagai model perilaku yang diinginkan.
Pada akhir diskusi dengan ibu atau pengasuh, penting mengatur waktu yang tepat untuk
melakukan kunjungan berikutnya dan menetapkan sasaran umum untuk memperbaiki
pertumbuhan. Kita tetapkan 2–3 tindakan yang bisa dikerjakan pengasuh untukberi
memperbaiki pertumbuhan anak. Tindakan ini dapat dikaji ulang pada kunjungan
berikutnya. Kita terus memebri motivasi dan memberi pujian pengasuh jika tindakan
dilaksanakan. Dianjurkn untuk dibuatkan catatan (misalnya pada buku KIA) tentang
penyebab utama kelebihan gizi untuk diskusi pada kunjungan berikutnya. Jangan
menganjurkan pada anak kelebihan gizi untuk menurunkan berat, tetapi lebih baik
mengurangi kecepatan pertambahan berat sambil tingginya bertambah. Berhubung
kecepatan pertumbuhan tinggi anak tidak dapat diduga, tidak mungkin menetapkan target
berat tertentu untuk waktu tertentu. Sebagai gantinya, maka kita diskusikan pentingnya
memperlambat pertambahan berat anak sedemikian rupa sehingga dia secepatnya
mempunyai berat menurut tinggi yang normal. Penting juga disampaikan nasihat untuk
keamanan makanan dan higiene.