SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan Penelitian pada
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
ST. AINUN SAKINAH GUNTUR
NIM 105451104916
i
ii
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Tidak ada yang tidak mungkin jika kita selalu melibatkan Allah dalam setiap
rencana kita”.
“Tidak akan ada hal yang sia-sia dalam proses belajar karena ilmu yang kita
PERSEMBAHAN
Untuk madrasah pertama yaitu orang tuaku dan saudaraku, terima kasih tak
terhingga atau kasih sayang yang tulus dan untaian doa yang tak pernah terputus
Untuk orang-orang baik yang mengiringi suka duka perjalananku. Terima kasih
meyakinkan bahwa saya bisa sampai pada puncak tujuan. Terima kasih atas
iii
v
KATA PENGANTAR
Allah maha penyayang dan pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmatnya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada
detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa pada-mu sang khalik.
Skripsi ini adalah setitik dari banyaknya berkah yang telah engkau berikan.
didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan,
tetapi kemampuan penulis penuh keterbatasan. Segala daya dan upaya telah
penulis tuliskan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat
dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan Dan
penyelesaian tulisan ini. Dengan segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima
kasih kepada kedua orang tua Muh. Guntur dan Hj. Rosina yang telah
proses pencarian ilmu. Demikian pula penulis ucapkan terima kasih kepada
saudara Saleha, Reski, Syarifa, Masitadan sahriani dan keluarga besar yang tak
Tasrif Akib, S.Pd.,M.Pd dan Ayahanda Nur Alim Amri, S.Pd.,M.Pd. Pembimbing
I dan pembimbing II, yang telah memberikan ilmu, arahan, dan motivasi sejak
Pendidikan Anak Usia Dini, serta seluruh dosen dan staf dalam lingkungan
yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, Guru
dan staf TK Pembina Negeri 1 Parigi, dan Ibu Nurlina, S.Pd selaku guru kelas
penelitian. yang dengan ikhlas dan sabar menemani penulis dalam suka dan duka,
Orang terdekat yang selalu mensupor, dan tak lupa untuk sahabat saya (Saleha)
yang tak pernah lelah mendorongku. Terima kasih juga kepada teman-teman
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama kritikan dan saran
tersebut dapat membawa kebaikan dan membangun bagi pribadi penulis maupun
erkuliahan dan penyusunan tulisan ini terdapat pihak yang merasa dirugikan, dan
terima kasih sekali lagi bagi pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
AFTAR ISI
C. Hipotesis ........................................................................................ 40
C. Prosedur Penelitian........................................................................ 43
D. Instrumen Penelitian...................................................................... 45
B. Pembahasan ................................................................................... 81
A. Kesimpulan ................................................................................... 84
B. Saran.............................................................................................. 85
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia enam tahun yang dilakukan dengan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur forrmal, nonformal, dan
informal.
1
2
dan meningkatkan bahasa. Masa ini sering disebut masa golden age dimana anak
aspek fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Menurut Hurlock
(1997). Perkembangan awal lebih penting dari pada selanjutnya, karena dasar
terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk
usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan
kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun
bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 5-6
komunikasi, hal ini dimaksudkan bahwa semua pernyataan pikiran, perasaan dan
sebagai alat bantu dalam proses kegiatan pembelajaran yang terbuat dari kain
yang berbentuk binatang atau karakter tokoh yang diperankan dengan cara
kanan dan kiri tergantung beberapa tokoh yang diperankan misalnya ada 6 tokoh
mengungkapkan pikiran atau perasaannya dalam bentuk kata-kata. Hal ini terlihat
dari komunikasi yang mereka gunakan sehari-hari disekolah. Terkadang ada anak
yang tidak mau berbicara jika ada pertanyaan dari guru dalam kegiatan lain hal ini
karena hal ini akan meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi serta
makin efektif dalam menyampaikan keinginan dan maksud kepada pihak lain.
dapat dikembangkan dengan berbagai metode, salah satunya adalah metode story
telling atau Bercerita. Metode story telling merupakan salah satu metode yang
dapat memainkan peranan penting bukan saja dalam mengembangkan bahasa dan
pikiran anak, tetapi meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan
4
bahasa anak.
yang biasa disebut mendongeng, merupakan seni atau teknik budaya kuno untuk
imajinasi dan suara-suara”. Dongeng atau cerita telah ada dalam kebudayaan dan
Bercerita bagi anak usia 5-6 tahun bertujuan agar anak mampu
mendengarkan dengan saksama terhadap apa yang disampaikan orang lain. Anak
selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan diri terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami
orang lain.
Cerita yang bagus tidak hanya sekedar menghibur tapi juga sekaligus
bagaimana kata-kata disusun secara logis dan mudah dipahami. Dengan kata lain
Pada dasarnya fenomena bagi anak didik dari hasil observasi di lapangan
bahasa ekspresif anak masih belum berkembang sesuai dengan kompetensi dasar
yang ada pada Permen 146 hal ini dapat dilihat masih ada anak didik yang belum
mampu menjawab pertanyaan guru seperti pada kegiatan pembukaan ketika guru
bercakap-cakap tentang kondisi anak pada hari itu terlihat mayoritas anak lebih
banyak yang diam ketika ditanya, mengungkapkan jawaban pikiran anak yang
sederhana dari bentuk pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, dan sebagainya
maupun mengatakan pikiran dan perasaan anak yang diberikan pada kegiatan
yang disampaikannya dalam menyatakan kalimat yang sederhana dan belum bisa
menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru. Jika
anak tidak mencapai ketuntasan belajarnya maka kita sebagai guru dapat melatih
anak dengan cara belajar sore dalam dua kali seminggu, atau meminta bantuan
kepada orang tua peserta didik agar lebih sering melatih atau menceritakan cerita
pendek kepada anak agar hasil belajarnya berkembang. Hal ini harus segera
dan diterima) dan ekspresif (dinyatakan), dimana bahasa ekspresif anak dikatakan
mulai berkembang yaitu ketika anak telah mampu berkomunikasi dengan teman
Bahasa ekspresif anak juga akan meningkat ketika anak mampu berinteraksi
dengan lingkungan sekitar agar dapat membantu anak untuk memperluas kosa
katanya serta anak diberikan kesempatan untuk dapat mengungkapkan pikiran dan
Untuk itu, metode story telling diambil sebagai alternatif tindakan untuk
mengatasi permasalahan yang ada. Metode ini dipilih karena melalui cerita, anak
belajar memahami suatu kejadian atau peristiwa yang diceritakan. Kemudian anak
diharapkan meningkat.
metode Story telling dengan menggunakan media boneka tangan pada anak di
Gowa”.
7
B. Rumusan Masalah
melalui metode story telling dengan menggunakan media boneka tangan pada
Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
ini, yaitu: untuk meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif melalui metode Story
Telling dengan menggunakan media boneka tangan pada anak di Taman Kanak-
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
c. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini merupakan umpan balik dan hasil nyata
A. Kajian Pustaka
a. Pengertian Bahasa
paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan
yaitu:
Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan
mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari
kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan
merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi kepada orang lain dalam
bentuk simbol baik dalam bahasa tertulis ataupun isyarat. Tujuan utama dari
sendiri dapat terjadi melalui dua proses, yaitu pemerolehan dan pembelajaran.
Pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disadari karena sebagai akibat dari
komunikasi alami. Kegiatan bahasa ini dialami oleh anak-anak dan orang-orang
9
10
yang cukup lama dalam interaksi sosial. Berbeda dengan pemerolehan bahasa,
sesuatu yang disadari, berupa kemampuan yang dipelajari, dan bukan kemampuan
yang diperoleh.
Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah
dan menulis”. Anak menerima dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara.
(Dhieni. 2005:1.21) menyebutkan lima macam fungsi bahasa sebagai berikut: “1)
berikut:
mereka.
11
menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. Bahasa memudahkan kita
suatu kesimpulan tentang masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang.
sosialisasi individu.
pendapat dan perasaan pribadi dengan cara yang berbeda dari orang lain.
Hal ini dengan jelas dapat terlihat dari cara anak usia dini yang sering
kepribadian mereka.
Secara garis besar fungsi bahasa bagi anak adalah untuk menjelaskan
pendapat dengan cara yang khas yang merupakan perkembangan dari kepribadian
anak.
di sekitar anak antara lain: lingkungan teman sebaya, teman bermain, orang
dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar
tempat tinggalnya.
lain : “ Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan, Sebagai alat untuk
mengembangkan ekspresi anak dan Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan
sebagai tolak ukur kecerdasannya dikemudian hari. Pada masa itu anak menguasai
kemampuan berbicara, tetapi mereka harus lebih banyak belajar sebelum mereka
mencapai kemampuan bahasa orang dewasa. Kosa kata yang diperoleh anak pada
penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada
orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam
bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk
bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan
lisan. Bahasa lisan sudah dapat digunakan anak sebagai alat komunikasi.
merupakan suatu sistem tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik,
kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun ekspresif
2. Bahasa Ekspresif
Bahasa dan pengekspresian bahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa
berada di dalam otak kita, dan ia akan tetap ada walaupun diekspresikan atau
tidak. Seseorang yang tidak bisa bicara (bisu) bukan berarti tidak memiliki
bahasa. Ia tetap dapat mengetahui tentang kosa kata bahasa dan dapat menyimpan
bicara, tulisan dan gerakan. Bicara adalah ekspresi dari bahasa. Organ manusia
“bahasa” dan “bicara” ini tertukar atau disamakan artinya. Pada kenyataannya
kedua istilah ini berbeda walaupun memiliki kaitan yang erat dalam komunikasi.
perasaan. Kalimat ekspresif adalah kalimat yang memiliki kata kerja menyatakan
merupakan suatu ungkapam dalam bentuk kata-kata”. Ada yang bersifat reseptif
bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun
visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal
bahasa ekspresif adalah cara seorang anak dalam mengungkapkan perasaan serta
kata-katanya kepada orang lain yang berada di sekitarnya yang mempunyai arti
dan kadang dicampur dengan gerakan tubuh. Ketika anak berbicara dan menulis,
adalah perubahan yang terjadi pada anak yang ditandai dengan perkembangan
bahasa anak menurut Mustakim Nur, (2002 : 24) bahwa perkembangan bahasa
konsonan/vokal.
16
Perkembangan morfologi pada anak dari satu kata menjadi kata, kadang-
diucapkan dapat dipahami oleh teman bicaranya. Peran orang tua atau
menunjukkan pada pengertian tempat ”di sini” atau ”sekarang”. Daftar kata-kata
ini akan segera meningkat tanpa batas. Namun bisa diperkirakan bahwa seorang
pesatnya.
2) Sintaks (tata bahasa), walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan
yang tepat.
18
mengandung arti. Perkembangan bahasa yang terjadi pada anak usia Taman
ceritanya.
sebagai berikut:
otomatis.
berbicara pada anak, kita dapat membedakan kemampuan anak dalam berbicara
beda sehingga ada anak yang dapat cepat berbicara dan ada pula anak yang
berbicaranya lambat, mungkin karena ada beberapa faktor yang mendasari hal
tersebut, yang dapat kita ketahui dengan memperhatikan langsung sekitar kita.
Dalam dunia anak ada aspek yang perlu diperhatikan orang tua dalam
vocabulary yang cukup memadai, yang dengan kata lain kita bisa mengatakan
bahwa anak mempunyai cukup kata-kata agar bisa memproduksi dan memahami
bahasa aktif dan pasif, menemukan kata-kata yang tepat, memahami apa yang
dsb), atau kata yang dapat menunjukkan pada pengertian tempat “di sini” atau
“sekarang”. Daftar kata-kata ini akan segera meningkat tanpa batas. Namun bisa
diperkirakan bahwa seorang anak pada usia dua tahun setidaknya memerlukan
270 kata. Pada usia 4 tahun kemampuan bahasa anak akan berkembang. Anak
pada usia ini sudah mampu mengucapkan sebagian besar kata dalam bahasa
Indonesia, kosa kata yang dikuasainyapun telah berkembang mencapai 1.500 kata.
20
anak didiknya khususnya pada pengembangan bahasa ekspresif anak yang akan
Indikator kemampuan bahasa ekspresif pada anak usia 5 sampai 6 tahun adalah
sebagai berikut:
guru.
Selain itu, metode bercerita juga memberikan pengalaman belajar bagi anak.
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman
Kanak-kanak”.
kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan
dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk
21
bentuk ekspresif.
ekspresif atau tertulis, cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan
cara bertutur kata dalam penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada
metode bercerita adalah metode komunikasi yang disampaikan oleh guru kepada
anak secara universal untuk menceritakan suatu kejadian atau peristiwa untuk
Tujuan bercerita bagi anak usia 4–6 tahun adalah agar anak mampu
mendengarkan dengan saksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak
22
orang lain. Karena menurut (Dhieni N, 2005) “bahasa berpengaruh besar pada
minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan
pikiran anak. Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 5–6
tulisan atau bahasa isyarat. Kemampuan tersebut adalah hasil dari proses
Menurut Elyawati (2009) secara garis besar, cerita dapat dibagi dua, yaitu:
a). Dongeng, yaitu cerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal, tidak
Legenda, yaitu dongeng tentang kejadian alam yang aneh dan ajaib.
kehidupan manusia.
Kisah lama yaitu dongeng yang berisi kegagah beranian seorang pahlawan
(1) Hikayat, yaitu cerita yang melukiskan raja atau dewa yang bersifat
khayal.
sebagai sisipan.
(3) Cerita panji, yaitu bentuk cerita seperti hikayat tapi berasal dari
Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan dengan
e. Manfaat cerita
dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan
pengalaman yang bisa jadi hal baru baginya”. Sedangkan menurut Musfiroh
kedekatan guru dan orang tua membuat cerita menjadi efektif untuk
kehidupan.
nyata.
berbagai hal yang selalu muncul dalam pikirannya. Masa usia pra sekolah
cerita.
Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tetapi juga mendidik, sekaligus
Cerita memancing rasa kebahasaan anak. Anak yang gemar mendengar dan
Bercerita dengan media buku, menjadi stimulasi yang efektif bagi anak
Taman Kanak-kanak, karena pada waktu itu minat baca pada anak mulai
tumbuh. Minat itulah yang harus diberi lahan yang tepat, antara lain melalui
kegiatan bercerita.
Setiap anak pada hakekatnya sangat tertarik untuk mengenal dunia, dan
karena dunia ini cenderung berkaitan dengan budaya dan ras lain. Cerita
Kegiatan bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab
dalam kegiatan bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi hal
baru baginya, atau juga seandainya bukan merupakan hal baru tentu akan
mendapatkan kesempatan untuk mengulang kembali ingatan akan hal yang pernah
f. Penyajian cerita
berpikir, bersosial-emosi, motorik dan moral, tanpa pemahaman ini cerita akan
menjadi terlalu sulit (sehingga tidak dimengerti anak) atau terlalu mudah
(membosankan anak).
apakah sebuah benda misalnya tas, atau makhluk hidup yang nyata
berikut :
yang digunakan.
binatang tiruan, buah tiruan, sayur tiruan dan sebagainya yang terbuat dari
Dalam kegiatan ini anak-anak yang bercerita yang dipimpin guru dengan
anak untuk bercerita sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan
alat peraga tak langsung/benda tiruan. Objek bercerita yang dipilih seputar tentang
suatu pokok bahasan yang dapat membantu fantasi dan imajinasi anak karena
pada anak usia Taman Kanak-kanak, karena bercerita dapat memberikan nilai
tambah untuk anak usia dini. Guru pilih cerita-cerita yang dipahami oleh peserta
didik. Seperti cerita-cerita yang disukai oleh anak usia dini pada umumnya, guru
menggunakan media pembelajaran saat bercerita supaya anak lebih antusias untuk
mendengar cerita, guru harus pandai mengelola vokal pada saat bercerita.
Misalnya setiap karakter punya intonasi dan suara yang berbeda. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan oleh guru pada saat menggunakan metode story telling
1) Guru harus pandai mengelola vokal pada saat bercerita. Misalnya setiap
menyimak cerita.
3) Setelah selesai bercerita guru bertanya tentang apa yang terkandung dalam
cerita tersebut. kemudian guru menegaskan kembali apa yang ada dalam isi
cerita tersebut.
menciptakan suasana belajar yang kondusif agar anak merasa nyaman dan
Development Appropriate Practice (DAP) dari The National Association For the
Pada konsep ini pendidik perlu memastikan apa pengertian bercerita, apa
Anak usia 4-7 tahun berada pada fase operasional dengan cirri dan
4) Guru perlu mengetahui dari perkembangan dan meyakini agar dalam praktek
Cerita perlu memahami bahwa anak belajar bukan melalui ceramah, tetapi
melalui keaktifan dan interaksi aktif anak dengan materi belajar. Melalui cerita
anak melibatkan diri secara aktif, senang hati dan bermotivasi untuk
membangun konsep.
pembelajaran.
emosi, motorik dan moral. tanpa pemahaman cerita akan menjadi sulit
bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses
warisan budaya masyarakat (yang juga merupakan budaya bangsa), yaitu Wayang
Golek dari Jawa Barat yang membawakan cerita Ramayana dan Mahabarata.
Sementara itu, di Jawa Timur dan Jawa Tengah terkenal juga dengan boneka
32
tongkat yang terbuat dari kayu yang disebut dengan nama Wayang Krucil atau
yang lebih dikenal dengan Wayang Kulit. Untuk keperluan media pembelajaran di
kebutuhan anak. Agar menarik dan bermakna karakter boneka yang digunakan
Media boneka tangan adalah boneka yang dijadikan media atau alat bantu
adalah boneka tangan yang terbuat dari potongan kain. Boneka tangan ini
ukurannya lebih besar daripada boneka jari dan dapat dimasukkan ke dalam
tangan. Jari tangan dapat dijadikan pendukung gerakan tangan dan kepala boneka.
(Gunarti, 2013).
Boneka tangan ini berbentuk tiruan dari manusia dan binatang. Boneka
merupakan salah satu model perbandingan, tetapi boneka ini pada dasarnya
pembelajaran. Boneka tangan adalah bentuk tiruan dari bentuk manusia atau
(Gunawan, 2012).
perkembangan anak. Orangtua dapat membuat media ini sendiri dari bahan-bahan
yang mudah didapat dan harga murah. Berikut alat dan bahan yang diperlukan
Kain lembut dan lunak warna-warni mencolok, benang dan jarum, gunting,
2. Cara membuat :
Gunting kain sesuai pola baju sebanyak dua buah, jahit kedua sisinya,
sambung bagian kepala boneka dengan bajunya. Boneka tangan dapat digunakan
sebagai media pembelajaran yang menarik bagi anak, karena sangat efektif untuk
(2012) :
4. Meningkatkan kerjasama.
10. Tidk memerlukan waktu yang banyak, biaya, dan persiapan yang rumit.
maka akan lebih menarik perhatian dan minat anak terhadap kegiatan
pembelajaran.
4. Anak dituntut belajar memahami benda mati seolah-olah benda hidup dan
bersuara.
5. Bagi seorang guru, media bercerita boneka tangan merupakan media yang
sangat bermanfaat.
Metode bercerita merupakan salah satu cara yang paling mendasar untuk
sudah berkembang dalam hal mengungkapkan bahasa menurut pendapat, ide dan
dikuasainya, dan bahasa tulisan pun masih dalam proses, tetapi anak sudah
yang dimilikinya, yaitu perpaduan secara bahasa bicara dan bahasa cerita, anak
jadi mengerti apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Hal ini disebabkan, apa
yang dikatakan orang lain diimajinasikan oleh anak dengan apa yang diinginkan
gambar-gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam
buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan
gambar ceritanya. Pada usia 5-6 tahun, anak-anak mulai tertarik untuk
perasaannya dalam bentuk kata-kata. Terkadang anak juga asik berbicara seolah-
olah sedang membaca gambar tersebut dengan kalimat sederhana namun masih
dapat dimengerti. Selain itu, anak-anak mulai dapat menikmati sebuah cerita pada
saat ia mengerti tentang peristiwa yang terjadi disekitarnya dan mampu mengingat
2) Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaks dari bahasa yang
digunakannya.
tersebut.
komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang
Bercerita bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu mendengarkan
(2001) yaitu :
a) Melatih daya tangkap anak, artinya anak usia Taman Kanak-kanak dapat
dirangsang untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita.
keseluruhan cerita.
anak-anak bisa mengetahui sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
B. Kerangka Pikir
anak akan meningkat. Dalam hal ini bahasa ekspresif anak akan meningkat dapat
kita lihat dari anak yang belum mampu menjawab pertanyaan apa, siapa,
mengapa, dan dimana serta anak belum mampu menceritakan kembali isi cerita
sederhana yang sudah diceritakan oleh guru. Maka dari itu perkembangan
peningkatan bahasa ekspresif anak akan di tingkatkan melalui metode story telling
atau bercerita dengan cara melatih anak untuk percaya diri dahulu dan guru selalu
memancing pertanyaan kepada anak agar anak dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru dan memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi
Perencanaan sumber belajar yang dilakukan oleh guru yaitu guru pilih cerita
yang bahasanya bisa dipahami oleh anak seperti cerita-cerita yang disukai anak
usia dini, guru menggunakan media pembelajaran saat bercerita supaya anak lebih
38
antusias dalam mendengar cerita, guru harus pandai mengelola vokal pada saat
bercerita misalnya, disetiap karakter mempunyai intonasi dan suara yang berbeda.
kemampuan berbahasa pada anak yaitu: guru menyiapkan tempat di kelas yang
tempat duduk supaya setiap peserta didik bisa mendapatkan informasi yang sama
saat mendengarkan atau menyimak cerita, dan setelah selesai bercerita guru
bertanya tentang apa saja yang terkandung dalam cerita tersebut. kemudian guru
menjelaskan kembali tentang isi dari cerita tersebut. setelah melalui langkah-
langkah tersebut maka diharapkan bahasa ekspresif anak meningkat dengan anak
sudah mammpu menjawab pertanyaan, apa, siapa, mengapa, dimana dan anak
sudah mampu menceritakan kembali isi cerita yang telah diceritakan oleh guru.
menarik dengan perkembangan aspek bahasa yang dimiliki anak usia dini. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut:
39
Kabupaten Gowa
Guru :
Anak :
Guru kurang mampu
Perkembangan bahasa anak belum
dalam menerapkan
berkembang serta pemanfaatan media
pembelajaran Story
boneka tangan belum diterapkan
Telling atau Bercerita
secara maksimal.
Indikator ketercapaian:
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika metode story telling
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Ada tiga kata yang membentuk
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
3. Kelas, dakam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dimana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang
41
42
para siswa sedang belajar tentang hal yang sama, dari seorang guru atau
fasilitator yang sama. ciri bahwa anak sedang dalam keadaan belajar
anak yang terdiri dari 5 orang anak laki-laki dan 15 orang anak perempuan yang
berada pada rentang usia 5-6 tahun. Objek penelitiannya adalah kemampuan
karena guru-guru di lembaga tersebut bersikap terbuka dan sangat ramah sehingga
C. Prosedur Penelitian
PELAKSANAAN
PERENCANAAN PENGAMATAN
SIKLUS I
REFLEKSI
PELAKSANAAN
PERENCANAAN PENGAMATAN
D. SIKLUS II
REFLEKSI
44
1. Perencanaan
adalah :
2. Pelaksanaan Tindakan
melakukan tindakan di kelas. Pada tahap ini guru harus ingat dan taat pada
rencana yang sudah disepakati dan dirumuskan oleh guru dan peneliti. Pada tahap
ini guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian dan
prosedur penelitian yang telah disusun bersama. Guru sebagai pelaksana tindakan
berlangsung. Jadi keduanya berlansung dalam waktu yang sama. Pada penelitian
tangan. Peneliti mengamati anak didik serta guru ketika kegiatan pembelajaran
45
mengamati aspek kemampuan bahasa anak yang ada pada diri peserta didik.
4. Refleksi
atau kelebihan. Kemudian guru dan peneliti mencari solusi terhadap kekurangan
E. Instrumen Penelitian
sebagai berikut:
observasi. Sehingga hasil data yang didapatkan mudah diolah. Lembar observasi
2. Tes Perlakuan
Tes yaitu pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
dimiliki individu atau kelompok. Adapun bentuk dari tes yang akan diberikan
kepada subjek dalam penelitian ini yakni berupa kegiatan unjuk kerja berdasarkan
1. Observasi
aktivitas anak didik pada proses penggunaan media boneka tangan. Observasi
dilakukan pada anak didik kelompok B untuk memperoleh data anak yang
2. Dokumentasi
sebagainya.
Data adalah catatan penilaian, baik yang berupa fakta maupun angka-
data ini, maka dapat diketahui seberapa besar peningkatan kemampuan bahasa
pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat digunakan
yaitu :
1. Data Kualitatif
anak terhadap metode belajar yang baru yang dapat dianalisis secara kualitatif.
2. Data Kuantitatif
anak berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi). Penelitian ini
keadaan yang sebenarnya dan dideskripsikan dalam bentuk narasi sesuai hasil
bahasa anak setelah diberikan tindakan melalui metode story telling rumus yang
persentase, mengacu pada pendapat Anas Sujiono (2006: 43), yaitu sebagai
berikut:
48
P = Angka Presentase.
H. Indikator Keberhasilan
dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar
yang diperoleh anak setelah diberikan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil
boneka tangan.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
PROFIL SEKOLAH
1. Nama Sekolah : TK Pembina Negeri 1 Parigi
Alamat Sekolah : Jl. Kr. Longka Desa Majannang Kec. Parigi
Desa : Majanang
Kecamatan : Parigi
Kabupaten : Gowa
Propinsi : Sulawesi Selatan
2. Kepala Sekolah
Nama : SRI WAHYUNI S. Pd
Pend. Terakhir : S.1
2009-2010 27 6 9 5 8 11 17 28 2
2010-2011 15 5 7 6 9 11 16 27 2
2011-2012 13 6 4 5 15 11 19 30 3
49
50
2012-2013 27 6 9 5 8 11 17 28 2
2013-2014 15 5 7 6 9 11 16 27 2
2014-2015 13 6 4 5 15 11 19 30 3
2015-2016 27 6 9 5 8 11 17 28 2
2016-2017 15 5 7 6 9 11 16 27 2
2017-2018 26 5 7 6 8 11 15 26 2
2018-2019 27 7 3 7 10 14 13 27 2
2019-2020 25 8 4 8 5 16 9 25 2
2020-2021 27 8 4 10 5 18 9 27 2
1 Juli 19 8 27
2 Agustus 19 8 27
3 September 19 8 27
4 Oktober 19 8 27
5 Nopember 19 8 27
6 Desember 19 8 27
7 Januari 19 8 27
8 Februari 19 8 27
9 Maret 19 8 27
10 April 19 8 27
11 Mei 19 8 27
12 Juni 19 8 27
51
SMA
D.II
S.1 2 2 4
JUMLAH 4 4
1 Kantor 1
2 Ruang Belajar 3
52
3 Ruang Bermain 1
4 Halaman Bermain 1
5 Kamar Mandi 6
6 Ruang uks 1
7 Ruang Aula 1
8 Ruang Guru 1
9 Raung tunggu 1
10 Ruang dapur 1
11 Ruang gudang 1
1. Meja Guru 4
2. Lemari Buku 5
3. Papan Tulis 4
4. Rak Permainan 3
5. Kursi Murid 40
6. Meja Murid 40
7. Tempat Sampah 2
9. Kursi guru 7
11 Rak sepatu 2
12 Loker 1
53
13 Ember 3
PENGAWAS TK
Hj.NURSIA.SPd AUD
PENASEHAT
-BASRI.B.SPd Msi
(korwil Parigi)
-H.M.YUSUF TALLI
(Tokoh Masyarakat)
KEPALA TK PEMBINA
,
PARIGI
SRI WAHYUNI,S.Pd
TENAGA
ADMINISTRASI
BENDAHARA SEKRETARIS
Operator
NURLINA,S.Pd NURHIDAYAT,S.KOM HASNAH,S.Pd
PENDIDIK
NURLINA,S.Pd
HASNAH,S.Pd
KARTINI,S.Pd
PESERTA DIDIK
56
prasarana.
didik.
Mengelola keuangan.
Hasil observasi dan evaluasi anak didik peningkatan Kemampuan bahasa anak
1 Abdul 1 1 1 1 1 5 25% BB
2 Aditya 1 2 1 1 1 6 30% BB
58
3 Adrian 1 1 1 1 1 5 25% BB
4 Ahlam 1 1 1 1 1 5 25% BB
5 Alfian 1 1 1 1 1 5 25% BB
6 Andi 1 2 1 1 1 6 30% BB
7 Aqila 1 1 1 1 1 5 25% BB
8 Aufa 1 1 1 1 1 5 25% BB
9 Aisyah 1 1 1 1 1 5 25% BB
10 Fathir 1 1 1 1 1 5 25% BB
11 Inayah 1 1 1 1 1 5 25% BB
14 Muhammad 1 1 1 1 1 1 25% BB
Gibran
15 Siti Rania 1 1 1 1 1 1 25% BB
verbal.
verbal.
dewasa.
pembelajaran yaitu hari pertama dilaksanakan pada hari Rabu 14 Oktober 2020
dan hari Sabtu 17 Oktober 2020. Dengan menggunakan 4 Tahap yaitu yaitu
berikut:
a. Perencanaan
bentuk RPPH.
b. Pelaksanaan
tanggal 14 Oktober 2020 dari waktu pukul 08.00 – 09.30 Wita dengan
a) Kegiatan awal
lebih siap untuk memulai kegiatan. Setelah itu anak diminta untuk
b) Kegiatan Inti
c) Istirahat
d) Kegiatan Akhir
Tanggal 17 Oktober 2020 dari waktu pukul 08.00 – 09.30 Wita dengan
a) Kegiatan awal
b) Kegiatan inti
bentuk.
c) Istirahat
d) Kegiatan akhir
3) Observasi
dengan bantuan guru dan 5 anak yang belum dapat sama sekali
anak yang sudah dapat tanpa bantuan guru, 7 anak yang dapat
tapi dengan bantuan guru dan 5 anak yang belum dapat sama
yang ada.
tema cerita
baik.
dikategorikan cukup.
II dikategorikan baik.
oleh peneliti ada 6 anak yang sudah dapat tanpa bantuan guru, 6
anak yang dapat tapi dengan bantuan guru dan 3 anak yang belum
yg sudah dapat tanpa bantuan guru, 7 anak yang dapat tapi dengan
(1) Refleksi
67
Dimana ketika ada anak yang tidak dapat bercerita guru langsung
agar anak mau bercerita dari hasil obsevasi tersebut, peneliti dan guru
dasar tentang tujuan dan tema cerita sehingga anak lebih mudah
terdapat pada siklus I kemudian menyusun rencana yang lebih baik agar
a. Perencanaan
pelaksanaan pembelajaran.
70
4.10 Data Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Peningkatan
Kemampuan Bahasa Ekpresif Pada Pertemuan 1, dan 2 Pada
Siklus I
Keteranga:
Skor pertemuan 1 (Skor P.1)
Skor Pertemuan 2 (Skor P.2)
71
b. Pelaksanaan
a) Kegiatan awal
berbohong”.
72
b) Kegiatan Inti
c) Istirahat
d) Kegiatan Akhir
a) Kegiatan awal
b) Kegiatan inti
secara bergantian.
c) Istirahat
d) Kegiatan Akhir
c. Observasi
perkembangan kegiatan baik pada pihak anak didik maupun dari guru
baik.
75
ada yang tau atau yang melihat, tapi Allah maha melihat.
baik.
penjiwaan.
dengan bantuan guru dan 2 anak yang belum dapat sama sekali
tapi dengan bantuan guru dan 2 anak yang belum mampu sama
pertemuan kedua.
anak suka berbohong, apa saja yang terjadi jika anak suka
dan tidak ada lagi anak yang belum mampu sama sekali
ada.
79
Keterangan:
Skor pertemuan 1 (Skor P.1)
Skor Pertemuan 2 (Skor P.2)
80
d. Refleksi
ada lagi anak yang belum dapat menjawab pertanyaan apa, siapa,
anak. Dengan melihat hasil yang sudah diperoleh pada siklus I dan II
dengan metode bercerita jika disajikan dengan baik dan benar dapat
B. Pembahasan
memfokuskan pada judul dan tema cerita. Hal ini menyebabkan anak-anak
motivasi guru membuat anak tidak berani menjawab dan bercerita. Hal ini
terlihat pada hasil observasi dimana pada indikator pertama, 3 anak yang
sudah dapat bantuan guru, 7 anak yang dapat tapi dengan bantuan guru dan
5 anak yang belum dapat sama sekali walaupun dengan bantuan guru. Untuk
indikator kedua pertemuan pertama 6 anak yang sudah dapat tanpa bantuan
guru, 6 anak yang dapat tapi dengan bantuan guru dan 3 anak yang belum
dapat sama sekali walaupun dengan bantuan guru. Pada siklus kedua
pertemuan pertama untuk indikator pertama ada 8 anak yang sudah dapat
tanpa bantuan guru, 5 anak yang dapat tapi dengan bantuan guru dan 2 anak
untuk indikator kedua pertemuan kedua 13 anak yang sudah dapat tanpa
bantuan guru dan tidak ada lagi anak yang belum dapat sama sekali
pada setiap siklus, pada siklus I untuk indikator dapat menjawab pertanyaan
82
apa, siapa, mengapa, dimana dan sebagainya. Pada pertemuan pertama hanya
ada 4 anak yang dapat tanpa bantuan guru, sedangkan pada pertemuan kedua
cerita sederhana yang diceritakan oleh guru, pada pertemuan pertama ada 3
anak yang dapat tanpa bantuan guru, sedangkan pada pertemuan kedua sudah
revisi dan perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II hasil yang
sebagainya pada pertemuan pertama hanya ada 7 anak yang dapat tanpa
yang sudah diceritakan oleh guru pada pertemuan pertama hanya ada 8 anak
kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru sedangkan
pada pertemuan kedua sudah meningkat menjadi 13 anak dari total 15 anak.
Efisien dan efektif. Hal ini disebabkan karena disamping memudahkan guru
A. Kesimpulan
1 Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa. Hal ini terlihat dari peningkatan
bahasa ekspresif anak pada siklus I tidak semua anak dapat melaksanakan
semua jenis kegiatan. sehingga dapat dilihat bahwa kemampuan anak belum
meningkat dan berada pada kategori kurang karena guru belum dapat
tersebut adalah dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, dan
sebagainya dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana yang sudah
diceritakan oleh guru. Pada siklus II berada pada kategori baik dan cukup
karena guru telah dapat melibatkan anak pada kegiatan bercerita dengan
mengapa, dimana, dan sebagainya dan menceritakan kembali isi cerita secara
Peningkatannya dapat dilihat pada anak yaitu anak sudah dapat menjawab
83
84
pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, dan sebagainya dan anak sudah
oleh guru.
B. Saran.
dengan maksimal.
ukur diri sebagai hasil nyata dari penerapan seluruh ilmu yang didapatkan
selama kuliah.
85
DAFTAR PUSTAKA
Dheni, Nur, E. S., Indarto. 2006. Pengaruh Prnerapan Metode Bermain Peran
Terhadap Kemampuan Berbicara pada anak Usia 4-5 tahun di Tk
Aisyiyah 09 Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru (Doctoral dissertation,
Riau University)
Elyawati, Desi. 2009. Peningkatan Keterampilan Berbicara pada Anak usia Dini
melalui Teknik Membaca Nyaring Menggunakan Buku Cerita. Skripsi
tidak dipublikasikan. UPI Bandung.
RIWAYAT HIDUP
Busthanul Athfal Mariso pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2004. Penulis
melanjutkan pendidikan di SD Negeri Patompo II pada tahun 2004 dan tamat pada
Makassar pada tahun 2010. Dan tamat tahun 2013. Ditahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Parigi pada tahun 2013 dan berhasil
menyelesaikan studi pada tahun 2016. Di tahun yang sama tahun 2016 penulis
terima pada program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas
24 %
SIMILARITY INDEX
24%
INTERNET SOURCES
7%
PUBLICATIONS
18%
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
1
paudstaialgazalibone.blogspot.com
Internet Source 5%
2
es.scribd.com
Internet Source 3%
3
malpalenisatriana.wordpress.com
Internet Source 2%
4
pt.scribd.com
Internet Source 2%
5
ejournal.upi.edu
Internet Source 1%
6
eprints.uny.ac.id
Internet Source 1%
7
Submitted to Universitas Pendidikan Indonesia
Student Paper 1%
8
tkinsancita.blogspot.com
Internet Source 1%
9
vdocuments.site
Internet Source 1%