Amaliah Nur Firdaus_ Gerakan MAMI dalam Mengatasi Ketidakadilan
Gender di Indonesia_Kepemudaan
Gerakan MAMI dalam Mengatasi Ketidakadilan Gender di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2019 menurut Badan Pusat Statistik (2020) adalah sebesar 268,1 juta jiwa. Jumlah ini dinilai cukup besar dan menguntungkan bagi Indonesia karena diperkirakan pada tahun 2020-2035 Indonesia mendapatkan bonus demografi. Bonus demografi adalah keadaan ketika jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mendominasi jumlah penduduk secara keseluruhan sedangkan proporsi penduduk usia muda semakin kecil dan proporsi penduduk usia lanjut belum begitu besar (Falikhah, 2017). Dengan kata lain, pemuda akan mendominasi jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Bonus demografi Indonesia semakin menekankan peran pemuda sebagai nation builders yaitu peran dalam membangun negara ke arah yang lebih baik. Pembangunan negara dapat dilakukan secara maksimal dengan menyelesaikan permasalahan yang ada, seperti ketidakadilan gender dalam dunia kerja. Data dari World Economic Forum (2016) menyatakan rasio upah perempuan terhadap upah laki-laki untuk pekerjaan yang sama di Indonesia hanya sebesar 0,68. Data ini membuktikan bahwa ada kesenjangan cukup besar antara upah perempuan dan laki-laki. Data ketidakadilan gender lainnya dilaporkan Reuters dan Ipsos Global Advisory adalah pelecehan perempuan dalam dunia kerja di negara Asia Pasifik memiliki presentase sebesar 30-40% dan hanya sedikit kasus yang diselesaikan dalam ranah hukum (Dwiyanti, 2014). Kasus ketidakadilan gender lainnya adalah pemberian hak cuti yang seharusnya diberikan pada perempuan seperti cuti haid maupun melahirkan sering kali tidak dipenuhi oleh perusahaan. Salah satu kasus yang menyangkut hal tersebut adalah kasus Perusahaan Aice di tahun 2019 yang yang mempekerjakan wanita hamil dan memberikan pekerjaan yang cukup berat sehingga terdapat 15 kasus keguguran yang dialami pekerja. Ketidakadilan gender di dunia kerja tidak hanya merugikan bagi individu namun juga merugikan bagi negara. Hal ini dikarenakan peran perempuan yang semakin diminggirkan akan menurunkan partisipasi perempuan dalam dunia kerja sehingga akan terjadi lingkaran kemiskinan tidak berkesudahan dan tidak adanya kemajuan sektor ekonomi. Selain itu, bonus demografi tidak akan memberikan dampak positif apabila perempuan tidak diberikan kesempatan berkecimpung. Padahal populasi perempuan produktif yang cukup tinggi dalam bonus demografi seharusnya membawa keuntungan karena kinerja perempuan juga terbukti tidak kalah baik dengan pekerja pria. Solusi ketidakadilan gender di Indonesia adalah dengan suatu gerakan yang disebut MAMI (Melindungi, Awasi, Mengayomi, dan Evaluasi) hak pekerja perempuan di Indonesia. Pemuda dapat melakukan gerakan ini melalui hal-hal kecil seperti mendukung pencalonan pekerja perempuan sebagai pimpinan di tempat kerja sehingga tidak didominasi oleh kalangan pria saja. Gerakan kedua adalah apabila pekerja perempuan memiliki ide yang bagus namun tidak didengarkan atasan, maka pemuda dapat merekomendasikan atau membantu mengulangi ide tersebut. Gerakan ketiga adalah bersedia melapor apabila terdapat kasus pelecehan maupun kekerasan di tempat kerja bukan bersikap masa bodoh karena pelecehan merupakan tindak kriminal yang tidak boleh diwajarkan. Gerakan keempat adalah mendukung kesetaraan upah antara pekerja perempuan maupun laki-laki. Gerakan mengayomi dan evaluasi dalam MAMI dapat dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah dapat membuat undang-undang mengenai kesetaraan upah antar gender, ketentuan cuti haid dan melahirkan, maupun pemberian peluang yang sama pada perempuan untuk menjadi pemimpin karena di UU Cipta Kerja hal ini masih belum tercantum. Gerakan evaluasi juga dapat dilakukan oleh pemerintah khususnya oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan Komnas Perempuan. Evaluasi dapat dilakukan melalui survei setiap tiga bulan mengenai pemenuhan hak-hak pekerja. Kemudahan evaluasi dapat ditunjang melalui pembuatan aplikasi MAMI Apps. Aplikasi ini dapat digunakan untuk transparansi perusahaan melaporkan jumlah upah antar pekerja, kalender untuk mengajukan cuti, dan layanan pelaporan apabila terjadi kekerasan maupun pelecehan di tempat kerja. Aplikasi ini dapat diakses oleh berbagai kalangan dan dipantau khusus oleh Komnas Perempuan dan Kementerian Ketenagakerjaan. Pemerintah dalam mendukung kesuksesan gerakan MAMI harus memberikan penghargaan bagi perusahaan yang telah menerapkan keadilan gender terbaik dan sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan gerakan tersebut. Penghargaan yang dapat diberikan dapat berupa pemberian promosi eksklusif bagi perusahaan secara gratis melalui televisi maupun surat kabar sehingga dapat meningkatkan citra positif di mata masyarakat. Sanksi yang diberikan dapat berupa pembekuan izin perusahaan oleh pemerintah sehingga tidak dapat beroperasi. Hal ini akan membuat perusahaan berlomba-lomba dalam menerapkan keadilan gender dan menciprakan iklim positif di tempat kerja. Permasalahan ketidakadilan gender merupakan permasalahan yang sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Hal tersebut dapat diatasi dengan gerakan MAMI (Melindungi, Awasi, Mengayomi, dan Evaluasi) hak pekerja perempuan. Agar gerakan tersebut sukses diterapkan, maka pemuda dan pemerintah harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan positif dalam dunia kerja. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Indonesia. 2020. Statistik Indonesia (Statistical Yearbook of Indonesia) 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia. Dwiyanti, Fiana. 2014. Pelecehan Seksual pada Perempuan di Tempat Kerja (Studi Kasus Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta). Indonesian Journal of Criminology 10(1):29–36. Falikhah, Nur. 2017. Bonus Demografi Peluang dan Tantangan bagi Indonesia. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah 16(32). World Economic Forum. 2016. The Global Gender Gap Report 2016: Insight Report. Diakses 1 Januari 2020 dari http://reports.weforum.org/global- gender-gap-report-2016/.