Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori
2.1.1 Jenis Reaktor

Reaktor merupakan alat pada industri yang digunakan untuk tempat


terjadinya proses kimia.Reaktor dapat dibedakan berdasarkan jenis operasi, fase
reaksi, dan geometrinya(arah aliran). Berdasarkan jenis operasinya, reaktor
dibedakan menjadi reaktor batch dan reaktor kontinyu. Berdasarkan fase
reaksinya, reaktor dibedakan menjadi homogen dan heterogen. Berdasarkan
geometrinya, dibedakan menjadi stirred tank reactor, tubular reactor, packed
bed reactor, dan fluidized bed reactor (Nanda and Pharm, 2008)
Berdasarkan jenis operasinya reaktor dibedakan menjadi reaktor batch dan
reaktor kontinyu.
1. Reaktor Batch
Batch reactor tidak memiliki input maupun output ketika terjadinya reaksi.
F”= F = 0. Gambar menunjukkan skema dari reaktor batch (Fogler, 2004).

Gambar 1. Skema Reaktor Batch (Strensom, 2003)


Persamaan neraca massa dari reaktor batch yaitu:

2. Reaktor Kontinyu
Reaktor kontinyu terdiri dari 2 reaktor, yaitu reaktor alir berpengaduk
(continuous stirred tank reactor) dan reaktor pipa (tubular reactor).
 Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (Continous Stirred Tank Reactor)
Merupakan tipe reaktor yang paling umum digunakan dalam
industri. Reaktor ini biasanya bekerja pada kondisi steady state. Produk
yang dihasilkan biasanya tidak ada variasi pada konsentrasi, temperatur,
atau kecepatan reaksi. Kondisi temperatur dan konsentrasi sama pada
setiap titik pada reaktor sehingga hasil keluaran memiliki kondisi yang
sama. Gambar 2 merupakan gambar dari continous stirred tank reactor
(CSTR).

Gambar 2. Continous stirred tank reactor (Fogler, 2004)


Persamaan umum neraca massa :

Karena CSTR beroperasi pada kondisi steady state maka :

Untuk menentukan volume reaktor yang diperlukan, maka persamaannya :

 Reaktor Pipa (Tubular Reactor)


Merupakan jenis reaktor yang juga banyak digunakan pada
industri. Reaktor ini terdiri dari pipa silindris dan biasanya dioperasikan
pada kondisi steady state sama seperti CSTR. Pada tubular reactor,
reaktan dimasukkan secara kontinyu ke dalam reaktor (Fogler, 2004).
Berikut adalah gambar untuk tubular reactor.

Gambar 3. Tubular Reactor


Tubular reactor yang tidak memiliki variasi jari-jari pada konsentrasi
maka reaktor yang digunakan adalah Plug Flow Reactor (Fogler, 2004).
Persamaan neraca massanya:

Pada PFR, satu atau lebih reaktan dipompa menuju pipa. Hal yang
perlu diperhatikan pada PFR yaitu PFR biasanya memiliki efisiensi yang
lebih tinggi daripada CSTR dengan volume yang sama. Hal itu menunjukkan
bahwa PFR memberikan waktu tinggal yang sama namun persentase reaksi
yang dihasilkan lebih sempurna PFR daripada CSTR.Neraca massa untuk
PFR pada saat kondisi steady state :

Dengan limit ∆V0, maka didapat persamaan :

PFR biasanya digunakan pada :


a. Reaksi dengan skala besar
b. Reaksi cepat
c. Reaksi homogen atau heterogen
d. Produksi kontinyu
e. Reaksi suhu tinggi
2.1.1 Molekularitas Reaksi
Molekularitas pada reaksi kimia didefenisikan sebagai jumlah molekul pereaksi
yang ikut serta pada reaksi sederhana yang sesuai pada tahap dasar.Umumnya
reaksi dasar memiliki satu atau dua molekularitas, meskipun beberapa rreaksi
meliputi tiga molekul yang bertumbukan secara serentak mempuyai tiga
molekularitas, dan pada hal yang sangat jarang penyelesaiannya, empat
molekularitas.
a.Unimolekular
Didalam reaksi unimolekuler, molekul reaktan tunggal terisomerisasi atau
terdekomposisi untuk menghasilkan satu atau lebih produk. Dalam teori laju
reaksi, keadaan transisi atau komplek teraktivasi memiliki konfigurasi serupa
terhadap reaktan sehingga prosesnya dapat direpresentasikan dengan:
A  A+  produk
b.Bimolekular
Adalah reaksi yang terjadi antara dua senyawa untuk menghasilkan produk. Dua
senyawa yang dimaksud adalah senyawa yang dapat berikatan, bertumbukan
sehingga dihasilkan senyawa baru yang diinginkan. Contoh dari reaksi
bimolecular adalah dalam pembuatan asam sulfat

Contoh lain dalam reaksi bimolekular seperti reaksi pembakaran, reaksi penggaraman,
dll.

2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk


Spesifikasi Bahan Baku Ethylene Dichloride (EDC)
Kenampakan : cair (30 °C, 1 atm)
Warna : tidak berwarna
Kemurnian : min 99,9% wt C2H4Cl2 (EDC)
Impuritas : max. 0,1% wt C2H3Cl3 (TCE)
(PT Asahimas Chemical, 2009)
Spesifikasi Produk

a.Vinyl Chloride Monomer (VCM)


Kenampakan : cair (gas dicairkan)
Warna : jernih, tidak berwarna
Kemurnian : min 99,9% wt H2C=CHCl (VCM)
Impuritas : maks 0,1% wt C2H4Cl2 (EDC)

b. Hydrochloric Acid 30% (HCl)


Kenampakan : cair
Warna : bening kekuningan
Kemurnian : min. 30% wt HCl
Impuritas : max. 70% wt H2O

Sifat Fisik dan Kimia Produk


c. Vinyl Chloride Monomer (VCM)
• Sifat Fisik
- Rumus Molekul : H2C=CHCl
- Berat Molekul : 62,5 gr/mol
- Wujud : Cair (Liquified Gas)
- Warna : Tidak berwarna
- Bau : Manis
- Titik didih : −13,4 °C (259,6 K)
- Titik beku : −153,8 °C (119,2 K)
- Suhu Kritis : 156,8 °C (429,8 K)
- Flash Point : -78 oC C.C (195,1 K)
- Auto-Ignition Temperature: 472 oC (745,1 K)
- Tekanan Kritis: 5600 kPa
- Panas Penguapan : 20,6 kJ/mol (259,8 K)
- Kelarutan dalam air : 0,11 %wt (20oC)
- Densitas : 0,911 g/cm3 (20oC)
- Viskositas : 0,19 x 10-3 Pa s (20oC) (Ullmann et al., 2006; PT. Asahimas
Chemical,2009)
• Sifat Kimia
- Dapat terjadi polimerisasi dan kopolimerisasi.
- Dapat membentuk vinyl alcoholates, ester dan eter dengan reaksi subtitusi atom klorin
yang disertai paladdium.
- VCM dapat teroksidasi sempurna menjadi CO2 dan HCl menggunakan Magnesium
Permanganate.
- Membentuk trichloroethane dengan reaksi adisi CH2 = CHCl + Cl2→ CH2Cl –
CHCl2 (2.2)
- Dapat terdekomposisi menghasilkan asetilen, chloroprene, HCl dan vinylacetylene
pada temperatur 550oC
(Ullmann et al.,2006; Cowfer dan Maximilian, 2006)

d. Hydrogen Chloride 30% (HCl)


• Sifat Fisik
- Rumus Molekul : HCl
- Berat Molekul : 36,46 g/mol
- Wujud : Cair Jernih
- Warna : Tidak berwarna atau sedikit kekuningan
- Bau : Menyengat
- Titik didih : 85 °C (pada 1atm)
- Titik leleh : −74 °C
- Kelarutan dalam air : sangat larut
- Densitas : 1,15 g/cm3

• Sifat Kimia
- Reaksi dengan Senyawa Anorganik
Hampir semua metal dan alloy bereaksi dengan HCl. Reaksi yang terjadi seperti berikut :
M + nH3O+→ Mn+ + nH2O + n/2H2 (2.3)
Reaksi diatas merupakan reaksi korosi yang melibatkan pelarutan logam anoda dimana
M adalah senyawa anorganik. Oleh karena itu, laju reaksinya akan bergantung pada
temperatur, konsentrasi asam, agen inhibitor dan faktor lainnya. Oksida dan hidroksida
berekasi dengan HCl membentuk garam dan air dengan dasar reaksi asam-basa. Agen
oksidasi seperti H2O2 dan H2SeO4 bereaksi dengan HCl membentuk air dan klorin.
- Proses Elektrolisis
HCl dapat dielektrolisis untuk menghasilkan H2 dan klorin.
2 HCl → H2 + Cl2 (2.4)

- Reaksi dengan Senyawa Organik


Reaksi organik banyak dikatalisis dengan asam seperti HCl. Beberapa contoh
penggunaan HCl pada proses tersebut diantaranya yaitu, konversi lignoselulosa menjad
hexose dan pentose, sukrosa menjadi gula, esterifikasi asam aromatic dan pembentukan
asetaminoklorobenzen menjadi kloroanilida.
(Hisham dan Bommaraju, 2014)

2.1.1 Kasus yang Akan Dirancang


Pada kasus ini, akan dibuat permodelan dan
simulasi pembentukan gas sintesis dari metana dengan
menggunakan Scilab 5.5.2. Reaksi pembentukan vinyl
chloride monomer dari Ethylene Dichloride merupakan
reaksi bimolekuler, irreversible, bersifat endotermis,
serta merupakan reaksi seri. Akan dibuat permodelan
dan simulasi pembuatan vinyl chloride monomer
dengan menggunakan Plug Flow Reactor (PFT) yang
bersifat non adiabatis. Dari permodelan dan simulasi ini
akan dapat ditetukan profil hubungan antara konversi
terhadap volume dan profil hubungan antara konversi
terhadap suhu.

Anda mungkin juga menyukai