Anda di halaman 1dari 62

 

NASKAH SKENARIO

t e r n
 T 
r e
a
T ee  p
a
m
 e
 t  r
p u u a
a n
P ee
 P  r 
 e m
e

Teater Perempuan  i
 

Naskah Skenario Teater Perempuan:


Pere mpuan:
Mpok Lela dan Tumirah Potong Upah

Penyusun:
 Justice for the Poor Program

Ilustrasi & Disain:


Calipha Creative Studio
caliphastudio@yahoo.com

Foto Cover:
Poriaman Sitanggang

Kontak Penyusun:

 The World Bank


www.worldbank.or.id

 JUSTICE FOR
FO R THE POOR PROGR
PROGRAM
AM
The World Bank,
Social Development Office
 Jl. Cik
Ci k Ditiro 68A M
Menteng
enteng
 Jakarta Pusat 1031
103100
Tel: +62 21 3107158, 3911908/09
Fax: +62 21 3924640

www.justiceforthepoor.or.id

ii  Naskah Skenario


 

NASKAH SKENARIO

t e r n
 T  a
T ee  u
a  e
 t  r
u a
a n
P e r
 P e rr e m
 P e  ee m p
m pp Mpok Lela Tumirah, Potong Upah!

THE WORLD BANK 


Justice for the Poor Program
Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga  Royal Netherlands Embassy

Teater Perempuan  iii


 

Daftar Isi
Pengantar .......
...............
................
................
................
................
................
................
................
..............
...... v
Panduan
Panduan Umum Naskah Naskah (Manus (Manuscript cript Guida
Guidance) nce) ..........
.. vii

Mpok Lela ........................................................................ 1


Panduan Pementasan ........ ................
................
................
................
................
............
.... 2
Sinopsis ........
................
................
................
................
................
...............
...............
................
.............
..... 4
Pemain ........
................
................
................
................
................
................
...............
...............
...............
....... 5
Babak I .......
...............
................
................
................
................
................
...............
...............
................
........ 6
Babak II .......
...............
................
................
...............
...............
................
................
...............
............
..... 13
Babak III ........
................
................
................
................
................
...............
...............
................
............ 16
Babak IV .......
...............
................
................
................
................
...............
...............
................
...........
... 21
Biodata Ratna Fitriani ........
................
................
................
................
................
............ 24

Tumirah, Potong Upah! ........


...............
...............
................
...............
...........
.... 27
Panduan Pementasan ........ ................
................
................
................
................
............ 28
Sinopsis ........
................
................
................
................
................
...............
...............
................
...........
... 32
Pemain .........
.................
................
................
................
................
................
................
................
...........
... 33
Pembukaan ........
................
................
................
................
................
................
................
............
.... 34
Bagian 1 ........
...............
...............
................
................
................
................
................
................
...........
... 38
Bagian 2 ........
...............
...............
................
................
................
................
................
................
...........
... 41
Bagian 3 ........
...............
...............
................
................
................
................
................
................
...........
... 44
Bagian 4 ........
...............
...............
................
................
................
................
................
................
...........
... 46
Penutup .......
...............
................
................
................
................
...............
...............
................
............
.... 50

Biodata Joned
Joned Suryatmoko .......
...............
................
................
................
............ 52

iv  Naskah Skenario


 

 Penganta
 Pengantar 
 Pengantar r 
Publikasi dalam bentuk kompilasi dua naskah teater
ini merupakan salah satu seri publikasi yang dikeluarkan
oleh Program Women’s Legal Empowerment (WLE). Kedua
naskah ini, yakni “ Mpok Lela
Lela”” - karya Ratna Fitriani (Depok)
merupakan naskah pemenang I dari 86 naskah yang
diterima oleh Dewan Juri yang terdiri dari Faiza Mardzoeki
(Koordinator), Myra Diarsih, Sihar Ramses Simatupang dan
Agung Setiadji Aryadipayana serta Justice for the Poor team
dan organisasi perempuan PEKKA (Perempuan Kepala
Keluarga). Naskah berasal dari berbagai wilayah di Indo-
nesia antara lain: Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Riau,
Lampung, DKI Jakarta, JawaJaw a Barat, Jawa
Jaw a Tengah
Tengah Jawa Timur
imur,,
Bali, NTB, NTT,
NTT, Sulawesi dan Kalimantan. Sedangkan nas-
kah kedua yang ada di dalam buku kompilasi naskah ini
adalah  “Tumirah, Potong Upah!”
Upah!” (Terbaik III)- karya Joned
Suryatmoko (Jogjakarta).
Naskah-naskah yang lain seperti “eR “eR Pe Ka”
Ka” (Terba
(Terbaikik
II)- karya Mirah, Mario dan Rezza (Jogjakarta), dan tujuh
naskah terpilih yakni: “Perlawanan
“ Perlawanan Kaum Arang”
Arang” - karya
“ Feodal”” - karya Prima W Putra
Puthut EA (Jogjakarta), “Feodal
“Perkawinan”” - karya Ibu Ariani Dimas (dikirimkan
(NTB), “Perkawinan
melalui Serikat Perempuan Independen Deli Serdang,
“ Kokom dan Mimpi Dasimah”
Sumut), “Kokom Dasimah ” - karya Iwan RS
(Jogjakarta), “Keadilan
“Keadilan bagi Ibu Sumirah”
Sumirah” - karya Vivi Varlina
Varlina
“Nyaris”” - karya Hendry Zulian (Bengkulu), “Daun
(Jakarta), “Nyaris “Daun
 jatuh”” - karya Ruth Marini (Lampung) dipublikasikan seca-
 jatuh
ra elektronik dan bisa diakses secara online pada Website
Program Justice for the Poor: www.justiceforthepoor.or.id
www.justiceforthepoor.or.id..

Teater Perempuan  v
 

Pertimbangan untuk memilih hanya 2 naskah yang


ditampilkan dan tidak yang lainnya lebih pada pertimbang-
an teknis. Sebab, 2 naskah tersebutlah yang dipandang oleh
praktisi teater dan pelaksana Program WLE sebagai naskah
yang paling mudah untuk diadaptasi dan diperankan oleh
ibu-ibu PEKKA sebagai penerima manfaat dari program
WLE dan sekaligus yang akan pertama kali mencoba me-
mentaskan dua naskah tersebut.
Menggunakan teater sebagai media penyadaran
akan hukum dan hak-hak perempuan tentu saja bukanlah
tanpa maksud sama sekali. Teater perempuan merupakan
sebuah media yang mencoba lebih meningkatkan pengeta-
huan akan hak-hak perempuan lewat bahasa yang lebih
verbal dibandingkan dengan bahasa penyuluhan hukum
konvensional lainnya yang mengandalkan orasi dalam
penyampaian pesannya. Menggunakan teater perempuan
sebagai media penyadaran bukanlah sebuah inisiatif yang
 baru sama sekal
sekali.
i. Bahka
Bahkan
n di Argent
Argentina,
ina, mengg
menggunakan
unakan teate
teaterr
perempuan sebagai media penyadaran akan hak-hak pe-
rempuan dan hak-hak asasi manusia pada umumnya su-
dah dimulai sejak tahun 1914 (Salgado, 2006).1
Dengan demikian maka pilihan untuk meretas jalan
 bagi penggunaan teater perempuan sebagai media penya-
daran sudah berada di jalur yang tepat. Tinggal siapa yang
akan secara terus menerus tanpa letih untuk mengem-
 bangkan dan memperluas media ini.
Akhirnya, naskah teater ini lebih ditujukan kepada
para fasilitator program dan aktivis pekerja seni di tingkat
komunitas untuk mengadaptasi naskah ini bagi upaya pe-
nyadaran hak-hak perempuan pada khususnya dan hak-
hak asasi manusia pada umunya. Selamat mencoba!

______________________________________________________
1
Maria Antonia Salgado, Staging Feminism: Theatre and Women’s Rights
int:Argentina
 Liha
 Lihat: http://dc.l (1914-1940)
(1914-1940).
http://dc.lib.unc
ib.unc.edu/c
.edu/cdm4/ . viewer.php?C
dm4/item_
item_viewer.php?CISOROO
ISOROOT=/et
T=/etd&CIS
d&CISOPTR=
OPTR=62&RE
62&REC=9
C=9

vi  Naskah Skenario


 

 Pandua
 Pand uann Um
Umum
um Na
Nask
skah
ah
(MANUSCRIPT GUIDANCE)

Naskah-naskah yang dipilih dari seleksi atas puluhan


naskah sebelumnya ini, selain berisikan tentang plot, latar,
latar,
perwatakan, dan pemanggungan yang dapat disesuaikan
dengan pementasan yang ada di masyarakat, juga mengan-
dung tema dan pesan sosial yang variatif.
Ada kisah tentang kehidupan kaum perempuan baik
di marjinal di pedesaan atau perkotaan, dari yang mengan-
dung kisah dan konflik hingga berupa adegan-adegan yang
di dalamnya berisi dialog tentang realitas persoalan di ka-
langan kaum perempuan.
Tokoh yang dihadirkan pun beragam, mulai dari ki-
sah ibu yang anak perempu
perempuannya
annya menjadi korban, mandor
yang memperlakukan buruh perempuannya dengan seme-
na-mena, bangsawan desa yang menilai kebahagiaan anak-
nya dari materi belaka, kisah kawin kontrak, perempuan
istri kedua yang kemudian menjadi aktivis, perempuan yang
ditinggal oleh suaminya hingga penyadaran tentang pen-
tingnya organisasi yang membela kaum perempuan terha-
dap kekerasan dari kaum lelaki atau sistem yang patriarkhis
terhadap kaum perempuan.
Kisah ini memang umum dan bisa saja ada di tengah
kehidupan bermasyarakat. Karena itu, di balik kisah di da-
lam naskah, tema semacam dipentaskan dengan harapan
dapat menjadi medium penyadaran buat masyarakat setem-
pat atau pun masyarakat di luar wilayah itu – yang menjadi
penontonnya, hingga buat aktor yang terlibat pada pemen-
tasan.

Teater Perempuan  vii


 

Pemilihan naskah-naskah berdasarkan penilaian juri


selain melihat kualitas struktural dari mulai sisi intrinsik
hingga intrinsik juga melihat kemudahan pementasan itu
untuk dilaksanakan di berbagai tempat dan punya misi yang
sesuai dengan kehidupan kaum perempuan maupun ibu-
ibu di desa yang akan terlibat pada pementasan ini.
Karena itu, panduan yang dibuat dilakukan untuk
menyesuaikan naskah yang telah ada dengan praktek pe-
mentasan yang akan dilakukan di tiap tempat mulai dari
tempat pementasan, dialog pemain, kostum pemain, perang-
kat panggung, vokal dari tembang hingga lagu tradisi ma-
syarakat setempat hingga musik atau bebunyian yang khas
sehingga mempermudah para pemain – yang dominan di-
perankan oleh para perempuan – ketika akan mementas-
kan naskah ini.
Beberapa panduan pokok dalam menggunakan nas-
kah yang akan dipentaskan oleh masyarakat di tiap daerah,
antara lain:
1. Nas
Naskah
kah ini bis
bisaa dipe
dipenta
ntaska
skann dima
dimanana pun,
pun, bis
bisaa di
di pela-
pela-
taran, di tenda-tenda darurat, di pendapa rumah, juga
di panggung.
2. Set
Settin
ting
g pun
pun bisa
bisa diga
diganti
nti tak har
harus
us beru
berupa
pa ruan
ruangan
gan--
ruangan yang dibuat dari tripleks atau kayu sebagai-
mana image rumah di panggung pementasan. Bisa di-
ganti dengan kain dan tali, misalnya. Atau mengguna-
kan styrofoam
styrofoam.. Juga bahan lain yang ada.
3. Lag
Lagu-l
u-lagu
agu yan
yang g ada
ada pad
padaa bebe
beberap
rapaa nask
naskah
ah pun bibisa
sa di-
gantikan dengan lagu-lagu yang ada di daerah tempat
pementasan. Berupa lagu rakyat atau tradisi. Alat musik
yang dipakai dalam lakon ini merupakan alat musik
yang mudah dimainkan dan sesuai dengan konteks di
mana lakon ini digelar. Bisa menggunakan lesung, re-
 bana, atau perkakas dapur yang dapat menghasilkan
 bunyi seperti ember
ember,, panci, wajan, dan sebagainya.
sebagainya.
4. Akt
Aktor
or yang
yang lel
lelaki
aki dan per
peremp
empuanuan di dal
dalam
am nas
naskah
kah bis
bisaa
digantikan oleh aktor ibu-ibu yang menjadi sosok lelaki
di dalam naskah ini.
5. NaNama
ma tok
tokoh
oh yan
yangg ada
ada di dal
dalam
am nas
naska
kahh bisa
bisa diu
diuba
bah h se-
se-
suai dengan nama tokoh yang idiomnya akrab dengan
nama masyarakat di daerah tempat pementasan.
6. Nas
Naskah
kah yan
yang g ada
ada seb
sebena
enarny
rnyaa tida
tidakk haru
haruss diha
dihafal
fal tap
tapii
difahami dan dimengerti sehingga spontanitas peng-

viii  Naskah Skenario


 

ucapan tokoh ketika berdialo


berdialog g dapat terasa ketika ber-
pentas.
7. Men
Mentor
tor seb
sebaik
aiknya
nya dap
dapat
at men
mensos
sosial
ialisa
isasik
sikan
an gag
gagasa
asann ten
ten--
tang naskah yang akan diangkat ke pementasan dengan
cara menanyakan pada setiap anggota masyarakat yang
 berminat ikut dalam
dalam pementasan
pementasan itu. itu. Setelah
Setelah membaca
membaca
dan memahaminya bisa mengajukan dan mengkritisi
tema-tema yang diangkat oleh salah satu naskah.
8. DiDisku
skusisi anta
antara
ra ment
mentor
or dan
dan masy
masyaraarakat
kat yan
yang g terli
terliba
batt da-
da-
lam pementasan dapat juga mengarahkan pada naskah
mana yang akan dipilih untuk dipentaskan.
9. Pen
Penont
onton
on dapa
dapatt ikut
ikut ber
berpar
partis
tisipa
ipasisi dal
dalam
am pert
pertunj
unjuka
ukan,n,
 bersorak atau berkomentar atas kejadian di atas pang-
gung.
10. Tata cahaya
cahaya bisa mengguna
menggunakankan lampu
lampu listrik,
listrik, obor
obor mau-
pun lampu petromaks, sesuai kebutuhan dan keadaan.
11. Kostu
Kostum m dalam
dalam pertunju
pertunjukan
kan ini
ini adalah
adalah pakaian
pakaian sehari
sehari--
hari yang biasa dipakai oleh masyarakat setempat.
12. Selain
Selain narasi
narasi (cerita)
(cerita) di
di dalam
dalam naskah
naskah itu, bebe
beberapa
rapa ada
ada
yang mengajukan masalah/wacana/problem sosial
yang sebenarnya dapat digubah sesuai dengan kondisi
yang ada di masyarakat tersebut.

Teater Perempuan  ix
 

x  Naskah Skenario
 

 M p  
 k
o k

L e
 el
M
 Mlap
 p o
 
 k
o k
k L e
 L e
 L ell
l a
a
 M p
 poo k
 k
 ela
 L
R TNA
TN FITRIA
RATNA
RA FITRI
FI TRI NI
FITRIANI
 

 Panduan Pementasan
Kisah ini mengangkat tentang kehidupan seorang
perempuan yang kerap gagal dalam menjalin hubungan
pernikahan di bawah tangan. Dari tiga lelaki pada masa
yang berbeda, dia kerap gagal bahkan mendapatkan seo-

rang anak dariLela


Mpok hubungan tiapditinggal
yang kerap lelaki itu.pergi oleh para ”su-
ami” nya itu, menjadi beban buat kehidupannya. Kisah
menghadirkan dialog mulai dari Mpok Lela saat bersama
Arman, Jarot – suami kedua Mpok Lela – yang tak mau
mengakui si jabang.
Cerita yang kerap terjadi di tengah masyarakat yang
melanggengkan
melanggeng kan hubungan pernikahan di bawah tangan itu
memperlihatkan bahwa hubungan semacam itu tidak kuat
menjadi pegangan buat kehidupan kaum perempuan. Pe-
rempuan yang berada di dalam posisi itu kerap dirugikan

karena tak mempunyai


untuk menuntut hak-hakperlindungan
mereka. hukum yang kuat
Dalam kisah ini, Mpok Lela akhirnya malah ber-
gantung pada belas kasih Nyai Mu’, sang ibu yang justru
memberikan warisan berupa ketrampilan memijat bayi ke-
pada putrinya itu.

Panduan Pemanggungan:
1. Dalam
Dalam per
pertun
tunjuk
jukan
an mod
model
el sem
semaca
acam
m ini seb
sebaik
aiknya
nya pe-
mentasan diadakan dengan penonton yang berada di
sekeliling pemain. Semacam pementasan tradisional
mulai dari ketoprak hingga lenong dimana sutradara,
narator,, penonton dapat berdialog langsung dan dekat
narator

2  Naskah Skenario
 

dengan para pemainnya. Ini bisa dipentaskan di mana-


pun, bisa di pelataran, di tenda-tenda darurat, di pen-
dapa rumah, juga di panggung.
2. Nar
Narato
atorr kera
kerap
p munc
muncul
ul ber
beriri
iring
ng mus
musik
ik yan
yang
g bisa
bisa dis
dise-
e-
suaikan dengan lokasi dan tradisi yang ada di kalang-
an penduduk setempat.

3. Karena
Kar enanarator
cepat, perja
pe rjalan
lanan
an kisa
kerapkisah
h tenta
tentang
muncul ng Mpok
untukMpok Lela
Le la berl
berlang
menjelaskan angsu
sung
ng
periode
waktu di dalam kisah.
4. Per
Perala
alatan
tan per
pertun
tunjuk
jukan
an bis
bisaa dise
disesua
suaika
ikan
n deng
denganan tem
tempat
pat
dan kondisi di mana pertunjuk dilaksanakan.
5. Al
Alat
at mus
musik
ik yan
yangg dipa
dipaka
kaii dala
dalam
m lako
lakonn ini
ini meru
merupa
paka
kan
n
alat musik yang mudah dimainkan dan sesuai dengan
konteks di mana lakon ini digelar. Bisa menggunakan
lesung, rebana, atau perkakas dapur yang dapat meng
hasilkan bunyi seperti ember, panci, wajan, dan seba-
gainya.
6. Lagu-l
Lagu-lagu
agu dap
dapat
at men
menggu
ggunak
nakan
an kha
khasan
sanah
ah lok
lokal
al aga
agarr le-
le-
 bih akrab di telinga
telinga penonton.
7. Tata caha
cahaya
ya bisa
bisa men
menggun
ggunakan
akan lam
lampu
pu lis
listri
trik,
k, obo
oborr mau-
mau-
pun lampu petromaks, sesuai kebutuhan dan keadaan.
8. Kos
Kostum
tum dal
dalam
am per
pertun
tunjuk
jukan
an ini ada
adalah
lah pak
pakaia
aian
n seha
sehari-
ri-
hari yang biasa dipakai oleh masyarakat setempat.

Teater Perempuan  3
 

Sinopsis

Mpok Lela
Ketika sebuah perceraian harus terjadi dengan
penuh kesewenang-wenangan
Ketika perempuan tidak mempunyai pilihan
selain menanggung beban penghidupan anak-anak
yang terlanjur terlahir

Segala daya kemudian coba ia lakukan


Bergelut dengan berbagai pekerjaan
untuk dapat memberi makan,
mengirimkan anak-anak ke sekolah,
membeli pakaian dan bisa membawa buah hati
setidaknya ke puskesmas kala sakit mendera

Pada titik itu, seringkali perempuan


tidak lagi mengindahkan kebutuhan dirinya
 bahkan kerap terlupakan…

Sampai kapankah ini akan terjadi?

Sampai kita semua terjaga dengan sebuah kesadaran


 bahwa seorang janda adalah manusia
yang memiliki kehormatan dan hak asasi yang sama
dengan manusia lainnya

 Jakarta, Juni 2006

Ratna Fitriani

4  Naskah Skenario
 

 Pemain
Tokoh utama:
u tama: MPOK LELA
Anak:
Anak ke-1, UMAR
Anak ke-2, IDA
Anak ke-3, ABI

Ibu: NYAI MU’

Suami:
Suami ke-1, ARMAN
Suami ke-2, JAROT
Pemain pendukung:

laki-laki dewasa:
PAMAN 2 orang

PENGAMEN 1 orang

Perempuan dewasa:
BIBI/TANTE 2 orang

 Anak-anak:
3 orang anak perempuan
2 orang anak laki-laki

PEMUSIK:
5 orang pemain musik tradisional

SUTRADARA: 1 orang

Total Pemain: 23 orang

Teater Perempuan  5
 

Babak I 
BERANDA RUMAH DI SORE HARI, MPOK LELA, SUA-
MI DAN DUA
DU A ANAKNY
ANAKNYAA TENGAH DUDUK-DUDUK DI
TERAS RUMAH.
RU MAH. SEMENTARA ITU DI HALAMAN TAM-
PAK SEJUMLAH ANAK-ANAK
A NAK-ANAK KECIL
KECIL TENGAH BERMA-
IN DENGAN RIANGNYA. DUA ANAK PEREMPUAN
DAN SATU
SATU ANAK LAKI-LAKI
LAKI-LAK I TENGAH BERMAIN LOM-
PAT TALI, DAN SATU ANAK PEREMPUAN BERSAMA
SATU ANAK LAKI-LAKI TENGAH BERMAIN KELE-
RENG.

Mpok Lela : Mar, besok jangan lupa bayar uang sekolah-


nya langsung ke bu guru begitu Umar sampai
sekolah. Bilang ke Bu Nunung, Ibu minta
maaf, baru bayar untuk 2 bulan dulu. Sisanya
nanti ibu carikan lagi. Mudah-mudahan
minggu depan kita bisa ngelunasin.

Umar : Iya bu! Tapi sebetulnya Umar malu, soalnya


Ibu Nunung terus-terusan ngumumin nama
anak-anak yang belom bayaran. Kata Bu Guru
kalo kita nggak cepet bayar,
bayar, Umar nggak bisa
ikut testing.

Mpok Lela : Iya Mar.. Ibu ngerti, kamu udah bilang lebih
lima kali ke Ibu soal ini. Tapi gimana, Bapak
lagi nggak kerja. Ojeknya ditarik sama Bang
Mardi karena kita nggak bisa ngasih uang
setoran seminggu. Ngandelin upah nyuci Ibu
 juga nggak cukup. Kamu kan tahu Ida lagi
sakit. Dia kan juga perlu diurus…

6  Naskah Skenario
 

Ida : Bu, sakit bu… kepala Ida sakit…

Mpok Lela : Iya.. cep-cep.. cep.. Minum obatnya ya…


nggak pahit kok… Ibu buatin teh manis
nanti…! Bang..! Abang gimana sih… kok diem
aja. Lihat anak badannya panas gini, mana
yang satu belum bayaran udah 4 bulan..! Kok
nggak ada sedih-sedihnya..! Usaha apa kek
Bang..! Lela kan nggak enak ama Nyai..! Udah
kita masih tinggal bareng sama orang tua,
 boro-boro
 boro-bor o bisa ngasih… yang ada malah kita
yang disuapin terus!

Arman : Iya.. iya..! Gue juga punya mata, punya ku-


ping..! Gue bisa lihat! Bisa denger! Lu nggak
usah tereak-tereak gitu di kuping gue..! Lu
pikir gue budeg apa..!

Mpok Lela : Nah kalo Abang bisa lihat, bisa denger kenapa
diem aja..! Usaha apa kek, yang penting halal!
Biar bisa bawa Ida ke puskesmas dan ngelu-
nasin tunggakan bayaran seolah si Umar..!

Narator : Tiba-tiba muncul dari dalam rumah, Nyai


Mu’, ibu Mpok Lela yang dikenal sebagai tu-
kang urut di kampung Mampang-Depok.
Keahliannya yang sudah langka membuat

nama Nyai Mu’


pu menarik lumayan
banyak kesohor
pelanggan. danharinya
Setiap mam-
tidak kurang 3-5 orang datang ke rumahnya
untuk mendapatkan pertolongan. Mulai dari
keseleo, turun bero’ sampe mbenerin posisi
orok di perut ibunya, Nyai Mu’ emang ahli-
nya. Dengan keahliannya inilah praktis Nyai
Mu’ menjadi tempat bergantung Mpok Lela.
Dan tampaknya hal ini justru dimanfaatkan
oleh menantunya untuk bermalas-malasan,
karena Arman tahu, Nyai Mu’ akan selalu
membantu anaknya. Nah yang begini nih na-
manya cowok matre..!

Teater Perempuan  7
 

Pemusik : Eh dalang jangan ngasih komentar dong..


melanggar pakem pertunjukan tuhh!

Narator : Ye.. elu juga..! Mulut lu nyamber aja ngritik


gue..! Denger ya.., dalang kan juga manusia..!
Yang punya pendapat sendiri dengan jalan-
nya cerita…

Pemusik : Ye… kalau gitu mah jadi pemain


pema in aja..! Jangan
Jang an
 jadi dalang..!

Narator : Nah.., itu dia masalahnya! Menurut sutrada-


ra.. gue kurang cocok jadi pemain…! Suara
gue terlalu bagus…, jadi lebih baik jadi da-
lang..!

Sutradara : Ya.. sejujurnya sih bukan itu alasannya sebe-


narnya..! Dia kagak lulus casting jadi pema-
in… he.. he.. he..

Narator : Ah.. payah juga nih sutradara…! Udah deh..


kita lanjutin ceritanye..!

Nyai Mu’ : Eh lu pada ngapaian sih..? Berantem mulu..!


malu ama tetangga..! Mendingan juga lu pada
siap-siap ke mushola bentar lagi magrib..,
pada sholat deh lu yang bener, biar Tuhan
kasih jalan supaya rumah tangga lu pada
awet…! Heran gue laki-bini kagak ada akur-
akurnye.., tapi kok bisa punya anak dua..!

Arman : Iye.. iye Nyai.., aye pergi dulu deh.. Lagian


anak Nyai tuh yang mula-mulai
mula-mulain..!
n..! Orang laki
lagi pusing kagak ada motor bakal narik, bu-
kannya bantuin ngademin pikiran malah
nyap-nyap nggak karuan…!

Mpok Lela : Ye Abang sendiri yang bikin pusing. Duit


setoran ojek malah buat judi, jelas aja Bang
Mardi marah dan nggak percaya lagi sama
kita. Makanya tuh motor ditarik..! Abang kira-
kira dong, udah susah malah begaya pake judi

8  Naskah Skenario
 

segala! Buat beli beras aja nggak cukup eh ini


malah buat main..!

MENDENGAR KELUARGA MPOK LELA RIBUT-RIBUT,


ANAK-ANAK YANG TENGAH BERMAIN BUBAR. KE-
MUDIAN TIBA-TIBA DATANG SEORANG PENGAMEN
LENGKAP DENGAN KECREKAN DAN DANDANAN
ALA ARTIS TOP SEPERTI DI TV MEMBA
MEMBAW
WAKAN LAGU
L AGU
DANGDUT MABUK DAN JUDI.

Pengamen : Judi lagi… ahh.. judi lagi… Tiap


Tiap hari… ahh.. pu-
lang pagi.. Kau ajak teman-teman hei pulang ke
rumahmu.. Aku jadi malu pada orang tuaku.. ahh!

Arman : Eh ini lagi..! Dasar banci sialan..! Lu nyindir


gue..! Nambah-nambah panas kuping ..! Sana
pergi..!

Pengamen : Ye Abang…! Siapa yang nyindir..? Aye tuh


nyanyi minta dikasih duit.., bukannya minta
diomelin gini..! Mana pake ujan lokal lagi..
ih..!

Arman : Eh.. nantangin gue lu..! Disuruh pergi malah


nyerocos lagi kayak kaleng rombeng..! Men-
ding suara lu bagus..! Dasar perempuan jadi-
 jadian…!

Pengamen : Eh Bang.. kalau ngomong ati-ati ye..! Abang

 boleh ngatain
nah pernah suaraaye
bilang ayeperempuan
jelek tapi jangan per-
jadi-jadi-
an…! Itu melanggar Hak Asasi Manusia…!
Aye laporin ke Komnas Perempuan.. baru
tahu rasa Abang..!

Arman : Udah-udah..! Gue lagi berantem ama bini


gue..! Lu bikin tambah pusing aje..! Pergi
sana..! Gue jadi lupa deh sampe mana beran-
temnya..! Oh ya., gue inget sekarang..! Eh Lela
denger ye..! Lu jangan salahin gue kalau gue
kagak pulang-pulang..! Bini apaan lu bisanya
marahin laki doang..! Dasar perempuan sial-
an…!!

Teater Perempuan  9
 

PENGAMEN ITU PERGI DENGAN WAJAH GERAM. TAPI


DIA MASIH MENGGERUTU DAN MENGOMEL PAN-
 JANG LEBA
LEBAR
R KAREN
KARENA
A MERAS
MERASA
A TERSIN
TERSINGGUN
GGUNG
G BERA
BERATT
DENGAN JULUKAN PEREMPUAN JADI-JADIAN.

Nyai Mu’ : Eh Man..! Gue sebetulnya nggak mau ikut

campur urusan
ini lu udah kelewatrumah tangga
bates..! Pakelu..! Tapianak
ngatain kali
gue perempuan sialan..! Sebenernya siapa
yang sialan..! Lu pikir kita nggak pada tahu
siapa lu sebenarnya..? Kita udah tahu kok
kalau lu sebetulnya udah punya bini dan anak
sebelum nikah ama anak gue..! Cuma kita
masih sabar,
sabar, karena biar bagaimanapun lu ba-
pak dari cucu-cucu gue..! Gue masih berha-
rap rumah tangga ini bisa adem! Dan gue juga
nggak mau ngeliat anak gue jadi janda! Tapi

kalau beginibalik-balik
pergi kagak caranya…lagi,
terserah dah.., peduli!
gue kagak lu mau
Lu pikir gue seneng ngeliat Lela jadi babu cuci
kesana-kemari..! Untuk ngempanin anak ama
laki yang kagak ada pengertiannya..!

Arman : Oh jadi Nyai ngusir aye..! Eh denger Lela ye..!


Nyai lu sendiri tuh yang ngusir gue..! Jadi ja-
ngan salahin kalau gue pergi sekarang juga..!

ARMAN PERGI BERGEGAS MEMBAWA TAS KECIL


YANG BERISI SEJUMLAH PAKAIAN YANG DIA AMBIL
DARI LEMARI DAN
DA N MENYANDANG
MENYANDANG JAKET JINS
JINS BULUK
DI PUNDAKNY
PUNDAKNYA.A.

Narator : Lela nggak kuasa lagi nahan air matanya. Se-


 betulny
 betulnyaa kei
keingin
nginan
an ber
bercera
ceraii deng
dengan
an suam
suaminy
inyaa
sudah lama dia tahan demi mempertahankan
nama baik keluarga. Dia sadar betul, walau-
pun orangtuanya bukan orang berkecukupan
di kampungnya, tetapi ibu dan bapaknya ter-
masuk orang-orang yang dituakan dan di-
 jadikan tempat bertanya pertama ketika te-
tangga-tetangga punya masalah. Tapi kali ini

10  Naskah Skenario


 

ketika ibunya sendiri sudah secara jelas me-


nyampaikan apa yang ada di pikirannya.. ia
pun menjadi lebih ikhlas menerima nasibnya..
Namun toh biar bagaimanapun juga hati ke-
cilnya berharap masih bisa melanjutkan ru-
mah tangganya bersama Arman, laki-laki

yang
mentahmengaku
dirinya bujang
hingga dan berhasilmempu-
kini mereka menipu
nyai 2 anak.

Lela : Ya Allah Bang..! Abang jangan


jang an nyalahin Nyai
Nya i
kayak gitu..! Abang sendiri yang ngomong
mau pergi.. Nggak ada Bang di rumah ini
yang mau ngusir Abang..! Biar bagaimanapun
Abang Laki Lela..!

MPOK LELA MASIH BERUSAHA MENAHAN KEPERGI-


AN SUAMINYA
SU AMINYA DENGAN MEMEGA
MEMEGANGI
NGI TANGANNYA.
TANGANNYA.
Arman : Udah deh..! Anak sama Emak nggak ada be-
danya..! Lu nggak usah nahan gue..! Mending-
an lu urus aja anak-anak daripada mikirin
gue..!

Mpok Lela : Bang..! Ini kan anak kita berdua.. mana bisa
Abang minta aye aja yang ngurusin mereka..!
Ini amanah Allah Bang.. Kita harus menjaga-
nya bersama..!

Arman : Ah nggak usah bawa-bawa nama Allah sega-


la.. Gue emang nggak bisa kok nyukupin
kebutuhan lu dan keluarga..! Jadi percuma
 juga gue disini, cuma
cuma jadi beban aja..!

Mpok Lela : Justru itu Bang, makanya mari kita berusaha


 berubah.. sama-sama, aye dan Abang mulai
lagi dari nol.. dari awal supaya keluarga kita
 bahagia..

Arman : Nggak Lela, gue udah nggak tahan.. gue per-


gi.. gue titip anak-anak.

Teater Perempuan  11
 

ARMAN MELEPASKAN TANGAN LELA DAN BERAN-


 JAK PERGI, SEMENT
SEMENTARA
ARA UMAR DAN IDA YANG SEDA-
RI TADI MELIHAT PERTENGKARAN ORANG
ORA NG TUANY
TUAN YA
MENANGIS HISTERIS SEJADI-JADINYA.

Ida : Pak jangan pergi Pak..! Jangan pergi Ida ikut

Pak..! Hu.. hu.. Bapak… Bapak…. hu.. hu..


Umar : Umar juga ikut Pak..! Ikut Pak..! Ikut..!

Mpok Lela : Bang..! Abang…! Tunggu Bang..!

Nyai Mu’ : Udah Lela… biarin aja dulu laki loe pergi..
Mungkin dengan begitu dia baru bisa ngerasa
nggak enaknya berjauhan dengan keluarga..
Udah Umar, Ida.. sini sama Nyai.. jangan
nangis ya..

Narator : Tanpa terasa dua tahun sudah Arman me-


ninggalkan keluarga. Dengan sendirinya me-
reka menganggap ikatan perkawinan telah
 berakhir.. Bagi Lela, pernikahannya yang me-
 berakhir
mang dilakukan di bawah tangan pada akhir-
nya terasa berat karena ia secara hukum, tidak
dapat menuntut apapun dari mantan suami-
nya. Namun ia berusaha tegar, dan berupaya
 bangkit.. Mpok Lela kini bekerja di sebuah
 bangkit
salon kecantikan. Kelincahan dan keramah-
annya dalam bekerja membuat langganan
 betah
 bet ah ber
berlam
lama-l
a-lama
ama jik
jikaa ten
tengah
gah dit
ditang
angani
ani
olehnya. Ia sudah terampil melakukan cream-
 bath, lulur,
lulur, facial dan juga jadi asisten perias
pengantin. Kehidupan ekonominya mulai
membaik. Tetapi seiring dengan itu, godaan
yang menerpanya juga tak dapat dihindar-
kannya… Nalurinya sebagai perempuan
muda yang jujur saja masih sangat membu-
tuhkan kehadiran laki-laki tak kuasa ia tam-
pik. Ia mulai menjalin hubungan kembali de-
ngan laki-laki, dan salah satunya dapat
meluluhkan hatinya hingga ia memberikan
segalanya…

12  Naskah Skenario


 

Babak II 
SORE HARI DI SEBUAH TAMAN PINGGIRAN KOTA.
MPOK LELA TENGAH BERJALAN-JALAN DENGAN
BANG JAROT KEKASIHNYA DALAM 6 BULAN TER-
AKHIR INI YANG BEGITU DIPERCAYAINYA.

Lela Bang Jarot…


: bulan.., gimana
kayaknya Lelanih..
Lela LelaBang…
hamil.. udah telat 1

Bang Jarot : Hah…! Apa..! Hamil…? Aduh.. lu gima sih..!


Kan gue udah bilang, lu harus hati-hati jangan
sampe hamil. Lu kan tahu Lel, hubungan kita
nggak mungkin berlanjut ke pernikahan. Gue
punya bini, punya anak.. udah gede-gede
lagi.. bentar lagi mau mantu..! Lu gimana sih..!

Mpok Lela : Abang jangan nyalahin Lela aja dong. Kan


waktu itu Lela udah bilang sama Abang, ja-
ngan kita lakukan perbuatan itu lagi, tapi
Abang yang maksa.. terus-terusan sampe Lela
 bohong sama Nyai. Bilang ada order
order ngerias
penganten padahal kita nginep berdua di
puncak.. Abang jangan mau enaknya aja, tapi
nggak mau nanggung resikonya…

Bang Jarot : Ah.. rusak deh semuanya…! Udah enak-enak


gini kita pacaran..! Eh sekarang gue harus
mikiran punya orok lagi…! Kagak deh kagak!
Loe cari dukun aja yang mau bantu ngugurin
tuh anak..!

Teater Perempuan  13
 

Mpok Lela : Astagfirullah… istigfar Bang istigfar


istigfar.... Kita nih
udah bergelimang dosa… bukannya tobat,
malah mau nambah lagi…! Lela nggak setuju
Bang..! Lela nggak mau…! Sampai kapan juga
Lela nggak akan ngelakuin itu..!

Bang Jarot : Terus kalau gitu mau lu apa..? Lu mau dike-


tawain orang sekampung karena lu bunting
sementara orang-orang tahu lu tuh janda..!
Terserah lu..! Bukan gue kok yang akan di-
omongin orang. Lagian gue juga nggak ya-
kin kalau itu anak gue..

Mpok Lela : Apa maksud Abang.. nggak yakin..! Abang


pikir Lela tidur ama laki-laki lain apa..?

Bang Jarot : Lho mana gue tahu…! Langganan salon lu


kan banyak.., yang suka ngobrol lama-lama
ama lu juga banyak, bukan gue doang.. iye
kan..!

Mpok Lela : Ya ampun Bang, langganan salon emang ba-


nyak.. tapi yang bener-bener berhubungan
sejauh ini dengan Lela, cuma Abang doang…
Demi Tuhan Bang.. nggak ada laki-laki lain
selain Abang sekarang ini dalam hati Lela..
Walaupun Lela menyesal
menyes al kenapa segitu gam-
ga m-
pangnya kita ngelakuin itu semua, tapi Lela
sadar Bang dan siap menanggung resiko-
nya… Bang tolong Bang nikahin Lela Bang…
tolong Bang… jangan bikin malu keluarga
Lela Bang… kasihan Nyai Bang… mau ditaro
dimana muka ibu Lela..

Narator : Acara jalan-jalan sore itu berubah menjadi


pertengkaran besar. Jarot bersikukuh tidak
mau bertanggung jawab dan pusing tujuh ke-
liling membayangkan dirinya punya bayi lagi.
Namun Mpok Lela terus berusaha dan me-
ngatakan bahwa buat dia, cukuplah sekedar
ada status bagi anak yang tengah tumbuh

14  Naskah Skenario


 

dalam rahimnya. Sekali lagi Lela menikah, di


 bawah tangan, tanpa bulan madu dan mem-
pelai pria yang langsung menghilang bebera-
pa jam begitu akad selesai berlangsung.

Sembilan bulan telah berlalu, kini Mpok Lela


mempunyai 3 anak yang harus ditanggung
dalam hidupnya. Ia kembali menjadi buruh
lepas pencuci pakaian, dan satu-satunya tem-
pat ia bersandar untuk mencurahkan isi hati
adalah ibunya, Nyai Mu’ yang kini telah ber-
anjak tua dan sakit-sakitan.

Teater Perempuan  15
 

Babak III 
MALAM HARI DI KAMAR
K AMAR TIDUR IBUNY
IBU NYA,
A, MPOK LELA
TENGAH MENUNGGUI NYAI MU’ YANG SEDANG
SAKIT KERAS, BERBARING DI RANJANG BESI TUA
BERKELAMBU PUTIH DENGAN CAHAYA LAMPU RE-
MANG-REMANG.

Nyai Mu’ : Lela, rasanya umur gue udah ngak lama lagi.
Gue sebetulnya udah ikhlas untuk pulang
menghadap
menghada p Allah
Alla h S.W.T
S.W.T.. Tapi
Tapi gue
gu e belum bisa
tenang kalau inget lu.. (NYAI MU’ MULAI
MENANGIS). Kenapa hidup lu susah terus?
Kenapa loe selalu dapet suami laki-laki beris-
tri yang bikin beban lu tambah berat..? Gue
 bukan nggak sayang ama Abi, cucu gue yang
paling kecil… Tapi
Tapi ngeliat bagaimana
bagai mana lu ban-
ting tulang untuk bisa ngidupin mereka gue
nggak sanggup... Gue belum bisa tenang per-
gi kalau inget lu La…

Mpok Lela : Nyai…jangan ngomong begitu.., Nyai pasti


sembuh kok. Nyai nggak pengen emangnya
lihat Umar masuk SMP, Ida masuk SD dan
Abi mulai belajar jalan. Nyai nggak usah pi-
kiran Lela. Sekarang Lela sadar kok, sebagai
perempuan
perempu an Lela memang harus kuat dan te-
gas. Lela udah banyak belajar dari pengalam-
an. Percaya Nyai…, Lela dan anak-anak suatu
hari pasti bisa mandiri dan nggak tergantung
ama orang lain. Biar pun tiap hari Lela harus
nyuci pakaian orang sampe berbak-bak, tapi

16  Naskah Skenario


 

sekarang hati Lela adem. Anak-anak bisa se-


kolah, bisa jajan dan bisa nabung dikit-dikit
 buat lebaran.

Nyai Mu’ : Bekas laki lu nggak ada yang suka dateng


nengokin anaknya..?

Mpok Lela : Sebetulnya mereka punya juga keinginan da-


tang Nyi.. tapi katanya nggak kuat nahan
malu ama keluarga kita dan tetangga. Kema-
rin bapaknya Abi ngasih uang 400 ribu. Kata-
nya buat beli susu anaknya. Uangnya Lela
tabung Nyi di Mpok Ati yang ngelola tabung-
an ibu-ibu. Sekalian Lela juga mau nunjukin
ke orang-orang, walaupun Lela hidup sendi-
ri, cari makan buat anak-anak tapi masih bisa
mikirin masa depan.

Nyai Mu’ : Ah syukur


nang… dehhugs..
hugs.. kalauNanti
gitu..,kalau
gue jadi radague
emang te-
nggak ada umur, lu yang pada akur ye ama
sodara-sodara lu. Nih rumah boleh loe tem-
patin bareng adek lu, Midah. Kesian dia juga
 belom punya rumah sendiri. Kayaknya ru-
mah ini masih cukup luas untuk 2 keluarga.
Nyai udah bilang sama abang-abang lu, su-
paya mereka rela rumah ini gue warisin un-
tuk kalian berdua.

Mpok Lela : Tapi Nyi.. apa itu tidak bertentangan dengan


ajaran agama…? Ustad bilang bagian waris
laki-laki 2 kali besarnya dari bagian perem-
puan..

Nyai Mu’ : Ah Tuhan juga tahu mana yang lebih perlu,


anak laki-laki gue atau anak-anak perempu-
an gue yang lebih penting mendapatkan du-
kungan. Gue udah mikir baek-baek. Abang-
abang lu juga nggak keberatan. Almarhum
 bapak lu juga punya pikir
pikiran
an yang sama kayak
gue. Lu, sama keluarga Midah boleh bagi dua
nih rumah dan terserah mau diapain… yang
penting ada tempat tinggal buat anak-anak.
Hugh.. hugh..!

Teater Perempuan  17
 

NYAI MU’ MULAI BATUK-BATUK LAGI, KALI INI CU-


KUP PARAH HINGGA MENGELUARKAN DARAH SE-
GAR

Mpok Lela : Ya Allah Nyai… udah.. Nyai jangan keba-


nyakan ngomong…
ngo mong… Tuh
Tuh kan jadi batuk lagi…!
la gi…!
Ya Allah banyak betul Nyai darahnya…!

Nyai Mu’ : Nggak apa-apa Lela, gue justru pengen ba-


nyak ngomong sebelum gue nggak bisa ngo-
mong lagi selamanya.. Sekarang gue rasanya
lebih tenang dan lega… setelah mendengar
upaya lu untuk mempersiapkan masa depan
anak-anak lu. Gue bangga sama lu La, biarpun
lu cuma tukang cuci, tapi lu penuh tanggung
 jawab dan bahagia dengan keadaan lu seka-
rang. Percaya La, Tuhan nggak mungkin
menguji umatnya di luar batas kemampu-
annya. Lu yang sabar ya.. yang kuat, karena
kita memang harus cukup kuat untuk mam-
pu menghidupi anak-anak kita…

Mpok Lela : Lela akan berusaha Nyai.. jadi perempuan


kuat kayak Nyai yang terus bisa cari makan
untuk keluarga bahkan sampe tua begini. Lela
 juga bangga
bangga sama Nyai..! Tangan Nyai ibarat
contoh buat Lela, bahwa kita mampu berusa-
ha sendiri sepanjang kita punya kemauan.
Biarpun Lela sekarang cuma tukang cuci, tapi
mungkin ini yang terbaik. karena dengan be-
gini Lela bisa kerja dengan tenang dan jauh
dari godaan laki-laki..

LELA MENGUSAP RAMBUT IBUNYA, DILETAKKAN


KEPALA IBUNYA DI ATAS PANGKUANNYA, SAMBIL
MEMEGANGI TANGANNYA DENGAN GELISAH. KE-
MUDIAN UMAR MASUK, DUDUK DIPINGGIR RAN-
 JANG DAN MEMIJIT
MEMIJIT KAKI NENEKNY
NENEKNYA.

Nyai Mu’ : La, tolong loe panggilin semua sodara-sodara


lu. Kayaknya waktu gue udah deket. Huk..
uhuk.. uhuk (NYAI MU’ BATUK-BATUK

18  Naskah Skenario


 

LAGI) Tapi sebelumnya gue mau kasih tahu,


 bahwa lu punya bakat untuk jadi tukang urut
kayak gue. Sebetulnya belakangan ini kenapa
gue terus-terusan minta lu yang mijitin, mak-
sudnya supaya gue bisa ngajarin elu.. titik-
titik urat dan persendian yang perlu lu tahu
untuk ngobatin orang... hugs.. hugs.. (NYAI
BATUK-BATUK LAGI)

Mpok Lela : Ya Allah Nyai, begitu besarnya perhatian Nyai


ke Lela, sampe sakit-sakit Nyai masih beru-
saha ngajarin Lela untuk jadi tukang urut..
Mar.. tolong lu panggilin encang dan encing
lu.. juga sodara-sodara lu yang lain.. Nyai pe-
ngen ketemu semuanya Mar…

UMAR BERGEGAS KELUAR DAN MEMANGGIL ANG-


GOTA KELUARGA LAINNYA.

Nyai Mu’ : La, begitulah naluri seorang Ibu. Seorang ibu


akan berusaha sampai batas kemampuannya
untuk ngebantu anaknya yang susah. Tera-
khir,, gue pesen, lu mulai nyoba keahlian
khir keah lian mijit
lu ke keluarga sendiri. Percaya La, pelan-pelan
orang akan tahu dan dateng nyari lu untuk
dipijit. Selebihnya lu harus berusaha polos,
 berhati bersih dan jangan pamrih kalau ada
yang butuh pertolongan lu. Jangan meminta
imbalan, kalau mereka memberi lu boleh te-
rima. Tapi pantang lu meminta…

Mpok Lela : Iya Nyai… Lela ngerti, sekarang Nyai mau


apa..?

Nyai Mu’ : Nyai nggak pengen apa-apa.., Nyai cuma pe-


ngen semua anak-anak kumpul dan Nyai bisa
pergi dengan tenang…

SEMUA ANAK NYAI


NYAI MU’ BERKUMPUL,
BERK UMPUL, MEMBIMBING
MEMBI MBING
IBUNYA MENGUCAPKAN DUA KALIMAT SYAHADAT
DAN NYAI
NYAI MU’ MENGHEMBUSKAN
ME NGHEMBUSKAN NAF
NA FAS TERAKHIR
TERAKH IR
DENGAN DAMAI.

Teater Perempuan  19
 

Narator : Satu tahun berlalu, kini Mpok Lela telah me-


nata kembali hidupnya. Ia menjalankan pesan
terakhir ibunya. Saat ini warga sekitar lebih
mengenalnya sebagai tukang urut istimewa
dari kampung Mampang. Istimewa karena ia
 juga bisa memberikan jasa perawatan
perawatan muka,
rambut dan badan secara khusus di rumah
pelanggan. Dengan bermodalkan handphone
second yang ia beli di stasiun Depok baru,
Mpok Lela menjalankan usahanya secara
mandiri dengan spesialisasi layanan untuk
perempuan dan bayi. Karena walaupun ia
yakin mampu menjaga dirinya, tapi ia kha-
watir statusnya yang sendiri justru membuat
laki-laki dan masyarakat berpikir yang tidak
karuan.

Ia merasa jauh lebih berharga.


berharga. Karena sambil
memberikan layanan biasanya ibu-ibu akan
 bercerita banyak hal yang membuat pengeta-
huannya semakin luas. Penghasilannya ber-
tambah, orang yang dikenalnya bertambah,
dan yang terpenting rasa percaya dirinya telah
 bangkit.
 bang kit. Ia dapat memba
membayaryar uang sekol
sekolah
ah
Umar tepat pada waktunya, membawa anak-
nya ke puskesmas ketika sakit dan membeli-
kan baju baru untuk 3 anaknya walaupun
hanya ketika menjelang hari raya.

20  Naskah Skenario


 

Babak IV
MALAM HARI, DI RUANG TAMU SEDERHANA. MPOK
LELA TENGAH MENUNGGUI UMAR DAN IDA MEM-
BUAT PR, SAMBIL BERSENANDUNG MENIDURKAN
ABI, ANAKNY
ANAKNYA
A YANG
YANG TERKECIL.
T ERKECIL.

Mpok Lela : (BERNYANYI DENGAN IRINGAN MUSIK)


Sebening embun pagi… sinar matamu… bila ku
 pandang wajahmu ku sayang padamu…Seindah
mutiara.. seputih salju… bila ku pandang
wajahmu… permata hatiku… setiap malam tiba..
kau.. dalam pelukanku ku belai.. ku sayang dengan
 penu
 pe nuhh ma
manj
nja…
a… seseti
tiap
ap ma
mala
lamm ti
tiba
ba…… se
seda
dang
ng
nyenyaklah.. tidurmu… kupandang wajahmu…
 permata hatiku… mmm mmm… mmm…. mmm..
mmm…

U m ar : Eh iya bu, hampir Umar lupa.. Tadi Ustad


Basri bilang kita dapat bagian jatah santunan
dari musholla. Katanya bisa diambil setelah
 bedug Isya.. sekalian Pak Ustad
Ustad juga titip
titip sa-
lam buat Ibu. Tapi Umar udah jawab, seperti
yang Ibu pesen ke kita... bahwa
Alhamdulillah keluarga kita dikasih rizki
yang cukup, jadi lebih baik santunannya
diberikan ke orang yang lebih perlu… Betul
kan bu..?

Mpok Lela : Bagus kalau Umar udah jawab begitu. Soal-


nya emang udah semestinya santunan di ka-
sih ke orang yang membutuhkan. Kebanyak

Teater Perempuan  21
 

orang emang gitu Mar, nganggep kita nggak


mampu, apalagi seperti ibu yang nggak pu-
nya suami. Emang sih maksudnya baek, cuma
caranya keliru… Tapi udahlah.. pelan-pelan
nanti orang-orang juga paham, kalau kita
 bukan termasuk orang yang suka minta belas
kasihan…

Umar : Iya bu, Umar juga ngerasa gitu. Apalagi se-


karang Umar udah gede.. Udah bisa ngerti
gimana orang nilai keluarga kita. Yang bikin
Umar sedih bu, Pak Ustad juga bilang begi-
ni.. Mar, Umar mau nggak jadi anak Pak
Ustad..? Enak Mar… tiap malam bisa diajarin
ngaji.. lebih lama..

Mpok Lela : Terus Umar jawab


jawa b apa..? Emang
Eman g sih.. dia juga
udah
ud ah ber
erap
apaa ka
kalli ng
ngom
omo ong ke Enc
Encang
ang lu,
katanya mau ngambil ibu untuk jadi istri ke-
empa
em patn
tnya
ya…
… ta tapi
pi ib
ibu
u ngg
nggak
ak ma
mau.
u. En
Encacang
ng lu
marah, katanya Ibu bego..! Mau dijadiin istri
orang kaya kok nggak mau… Tapi untuk se-
karang.. Ibu emang belom kepikir nikah
lagi… Ibu pengen ngurusin dan memberikan
kasih sayang buat 3 anak ibu biar bisa jadi
orang yang bijaksana.

Umar : Umar sih udah tahu bu…Pak Ustad emang


sering titip salam buat Ibu. Cuma Umar nggak
mau nyampein.. soalnya Umar nggak mau
 jadi anakn
anaknya…
ya… Lagian Pak Ustad anakn
anaknyaya
udah banyak, Umar itung-itung semua ada
19..! kalau tambah Umar, Ida dan Abi.. jadi
deh 2 kesebelasan sepak bola… he.. he.. he…
Pak RT jadi nggak perlu repot-repot cari pe-
main buat ngadu bola setiap tujuh belasan…!

Mpok Lela : Betul juga Mar… lu bisa aja… Udahlah kita


nggak usah ngomingin orang! Yang penting
sekarang keluarga kita bahagia, dan kita
nggak kekurangan apapun.. walaupun se-
muanya serba sederhana… Ibu akan berusa-

22  Naskah Skenario


 

ha Mar,
Mar, mengasihi kalian bertiga hingga akhir
hayat. Hidup kita indah banget kan
Mar…! sini Ida, .. Umar…peluk Ibu…!!!!

UMAR DAN IDA


I DA BERLARI KEPELUKAN
K EPELUKAN IBUNY
IBUNYA
A YANG
YANG
TENGAH MENGGENDONG ADIK BUNGSU MEREKA.

Umar, Ida, : Berpelukan… ha.. ha.. ha… ha..!

IBU DAN TIGA ANAKNYA INI TERTAWA BAHAGIA


CERITA BERAKHIR DENGAN DISENANDUNGKANNY
DISENANDUNGKANNYA A
LAGU BUNDA OLEH UMAR DAN IDA

Ku buka album biru


Penuh debu dan tlah usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirku pun melayang


Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang tentang riwayatku

Kata mereka diriku slalu dimanja


Kata mereka diriku slalu ditimang

Nada-nada yang indah slalu terurang darinya


Tangisan nakal dari bibirku takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci tlah menentramkan hati ini
 Jiwa raga dan seluruh hidup telah dia berikan

Kata mereka diriku slalu dimanja


Kata mereka diriku slalu ditimang
Oh bunda ada dan tiada dirimu kan slalu ada di dalam hatiku

Selesai 

Teater Perempuan  23
 

BIODATA RATNA FITRIANI (PIPIT)

Menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia, Pipit aktif dalam berbagai organisasi gerakan
perempuan dan terakhir sejak 2005 mengabdikan dirinya
pada Komnas Perempuan sebagai Koordinator Divisi Do-
kumentasi dan Informasi (2005-2006) serta Koordinator Di-
visi Partisipasi Publik (2007-sekarang). Sebelumnya, sejak
1999-2004, ia aktif dalam berbagai program dan kegiatan di
 bawah orga
organisasi
nisasi Solidaritas Perempuan bekerja
Perempuan bekerja sama dengan
 berbagai
 berb agai lemb
lembaga
aga donor dan orgaorganisas
nisasii inte
internasi
rnasional
onal sepe
seperti
rti
UNDP, APWLD dan The Asia Foundation.

Tinggal di Perumahan
Perumaha n Puri Depok Mas Blok H No.32
No.3 2 RT01/
RW20, Pancoran Mas, Depok, Pipit yang dilahirkan pada
tanggal 16 Oktober 1974 memang memiliki ketrampilan di
 bidang penulisan. Di antara tulisannya adalah:
· Mpok Lela, 1st winner Women Script Theater Competition,
Competition,
World Bank-PEKKA, Jakarta, August 2006.
· Pundi Perempuan, Buka Mata Buka Hati. Hati. Herworld, 158
Edition-2005.
· Domestic Violence Break The Silence,
Silence, Herworld-Decem
Herworld-December ber
2005.
· Pentingnya Keterwakilan Perempuan di Badan Perwakilan
Desa,, A.P.
Desa A.P. Murniati & Ratna
Rat na Fitriani,
Fitrian i, Solidaritas
Solidari tas Perem-
puan-The Asia Foundation-2004.

Kekayaan dari tulisannya didukung oleh pengalaman da-


lam berbagai workshop dan pelatihan di antaranya:
· Script Writing Workshop,
Workshop, TV-Lab, Jakarta-March 2007.
· Women’
Women’ss Leadership Seminar
Semin ar,, The National Women’s Edu-
cation Centre, Tokyo 31 January-11 February 2007.
· Narrative Journalism Course,
Course, Yayasan Pantau, Jakarta-
 January 2007.
· Capacity Building for Public Campaign Workshop,
Workshop, Komnas
HAM-AusAID,
HAM-AusAI D, GRM, LDF and Ogilvy,
Ogilvy, Jakarta-Decem-
Jakarta-De cem-

 ber 2006.

24  Naskah Skenario


 

Teater Perempuan  25
 

26  Naskah Skenario


 

 m  
 r
 ir a h,
 u
 T 
“Tum, potongan upah itu punyamu!
 Kamu harus memintanya! Kamu harus!!
Paling tidak kamu harus berani menanyakannya

 Poo to
 P  to ng
 ng
h h,
h ! pada Mandor Rohmat!!” 

o o
o
  n
 ng
n i
 g
T u m i ra
 T t
P U p
 u m
 u m i  ra
gr aU
U p
 pa
 p a
a h
h  
!
 P  
 t
o t
 pa
 T  u  m a
 
 r
 i r a h ,

 Poo to
 P  Ut p
o pa
 ngah!
 ng
JONE SUR
 JONED SURY TM OKO
YATMOKO
 

 Panduan Pementasan
Mandor Rohmat ditampilkan sebagai figur antagonis
yang membayar uang buruh dan memotong upah dengan
seenaknya dan menimbulkan resah buat para buruh di sana.
Isu ini sebenarnya bisa dipindah pada beberapa persoalan
sosial di desa antara kelompok yang mengupah dan kelom-
pok yang diupah, kelompok yang tak menghargai hak-hak
di kalangan buruh perempuan terhadap pabrik, tuan tanah
atau pun pemodal.
Kisah yang terkesan cepat dan dinamis dengan set-
ting tempat pembayaran antara Mandor Rohmat dan kepa-
da semua buruhnya – yang didominasi perempuan
perempuan sehing-
ga cocok untuk diperankan di kalangan ibu-ibu.
Tumirah adalah
adal ah simbol di antara para buruh
bur uh perem-
puan yang kerap tak mendapatkan haknya. Dalam cerita
ini, perjuangan lewat demonstrasi adalah salah satu pilihan
partisipasi politik yang bisa dia lakukan karena mendapat-
kan dukungan dari kawan pekerja yang lain.
Naskah ini juga dapat memancing partisipasi aktif 
 buat para pemain yang juga ikut di dalam sebuah sistem
kerja di dalam sebuah perusahaan atau pabrik sehingga
dapat mengetahui beberapa cara dan bentuk perjuangan da-
lam kehidupan sosial mereka.
Buat penonton, bahkan
bahk an pemain, Tumirah
Tumirah memperli-
memper li-
hatkan tentang perjuangan dari kelompok lemah pun bisa
dilakukan asalkan dengan kehendak kelompok dan kehen-
dak bersama.

28  Naskah Skenario


 

Selain itu, tiap orang berhak berpendapat bila dia


didapati dalam situasi tertekan, tekanan yang terjadi pada
kelompok rakyat kecil termasuk kelompok perempuan akan
mampu menghasilkan perubahan kebijakan bahkan pada
seorang mandor dan pemilik pabrik sekali pun.
Naskah yang didominasi dialog ini punya hal yang
positif yaitu tidak terkesan menggurui karena semua di-
tempatkan dalam dialog yang cair dan luwes. Buat aktor,
ungkapan dari para tokoh tidak panjang-panjang sehingga
kesulitan penghapalan bisa dihindarkan. Hanya, dialog
antar tokoh yang saling merespon ini sangat membutuh-
kan kekompakan.
Naskah Tumirah
Tumirah juga sangat nyata dalam kehidupan
sehingga tidak membutuhkan pakaian yang aneh-aneh dan
 bermacam-macam. KarenaKarena sosok mandor,
mandor, sosok perempu-
perempu-
an pekerja pabrik sangat aneh dan dekat dengan kehidupan
sehari-hari.
Di dalam pementasan ini, si sutradara atau aktor juga
tidak sulit mendapatkan alat perlengkapan panggung se-
perti alat-alat kerja buruh. Sekali pun begitu, tetap perlu
didiskusikan untuk menambah atau mengurangi alat da-
lam situasi yang memungkinkan.
Ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam
pementasan untuk Tumirah Potong Upah:
1. Sem
Semuaua pe
pemai
main,
n, kec
kecual
ualii Mand
Mandor
or Roh
Rohmat
mat mumuncu
ncull deng
dengan
an
menyanyikan sebuah lagu gembira sambil berjoget.
Lagunya bisa berupa lagu tradisi maupun lagu populer
yang dikenal di kalangan masyarakat setempat. Selain
itu, sebagai pemain yang membawa peralatan buruh
tani seperti sabit atau cangkul bisa memakainya sebagai
alat musik pukul sambil ikut berjoget. Peralatan per-
tunjukan bisa disesuaikan dengan tempat dan kondisi
di mana pertunjuk dilaksanakan.
2. Pen
Penont
onton
on yan
yangg tida
tidak
k memb
membawa
awa ala
alatt bisa
bisa ber
bertep
tepuk
uk ta-
ngan untuk memunculkan suasana ramai dan riang.
Sesekali pemain yang bertepuk tangan ini menyalami
penonton yang duduk menonton dengan mereka.
3. Setel
Setelah
ah bebe
beberap
rapaa saat
saat,, pada
pada akh
akhir
ir lag
lagu
u pemb
pembuka
ukaan,
an, se-
mua pemain membeku – diam tak bergerak dalam pose

Teater Perempuan  29
 

masing-masing bekerja. Termasuk


Termasuk Tumirah
Tumirah yang
yan g meng-
ambil pose agak kelelahan. Akting membeku semacam
ini diminta di dalam naskah bisa juga dibaca sebagai
simbol tentang posisi buruh sekaligus kepatuhannya.
4. Se
Sela
lain
in akt
aktin
ingg Mand
Mandor
or Roh
Rohma
matt yang
yang dom
domin
inan,
an, akt
aktin
ing
g
 beku dari tiap pemain setiap berdialog dengan Mandor
Rohmat dan kembali bergerak pada momen tertentu
terutama ketika uang dibagikan oleh si mandor, dapat
menimbulkan efek jenaka buat penonton.
5. Ade
Adegan
gan ini mem
memung
ungkin
kinkan
kan jug
jugaa lata
latarr imaj
imajine
inerr kar
karena
ena
adegan,  Tumirah yang mengikuti
di dalam beberapa adegan, 
Marni, juga Warsini
Warsini dan Asih berjalan berlenggok sambil
 bernyanyi lagu gembira diiringi musik bertalu-tal
bertalu-taluu ber-
 jalan dan bercanda sambil mengelilingi
mengelilingi panggung dan
akhirnya di akhir lagu, Tumirah kembali nampak ber-
sedih dan berkisah tentang masalahnya. Pemain dan
pemusik dapat saling berkomunikasi dalam adegan-
adegan tertentu , untuk menghasilkan suasana pertun-
 jukan yang akrab.
6. Lak
Lakon
on ini
ini bisa
bisa dip
dipent
entask
askan
an di
di manap
manapun,
un, bis
bisaa di pe
pelat
latar
ar--
an, di tenda-tenda darurat, di pendapa rumah, juga di
panggung.
7. Su
Suas
asan
anaa lebi
lebihh tega
tegang
ng pada
pada akh
akhir
ir pem
pemen
enta
tasa
sann dima
dimanana
semua pemain berteriak-teriak untuk menuntut upah
 buruh yang dipotong kepada Mandor Rohmat. Peralat-
an buruh tani dibawa serta dan mereka membunyi-
kannya, sambil menyanyikan lagu yang memberi sema-
ngat. Mereka berjoget menutup pentas.
8. Beb
Bebera
erapa
pa pe
pemai
mainn dapa
dapatt mena
menarik
rik pe
penon
nonton
ton ke pan
panggu
ggung
ng
untuk ikut menyanyi dan berjoget.
9. Pen
Penont
onton
on dapa
dapatt ikut
ikut be
berpa
rparti
rtisip
sipasi
asi dal
dalam
am pert
pertunj
unjuka
ukan,
n,
 bersorak atau berkomentar atas kejadian di atas pang-
gung.
10. Alat musik yang dipaka
dipakaii dalam
dalam lakon
lakon ini merup
merupakan
akan
alat musik yang mudah dimainkan dan sesuai dengan
konteks di mana lakon ini digelar. Bisa menggunakan
 berbagai peralatan yang biasa dipakai oleh kaum buruh
perempuan di pabrik.

30  Naskah Skenario


 

11. Lagu-lagu
Lagu-lagu dapat
dapat mengg
menggunakan
unakan khasa
khasanah
nah lokal
lokal agar
agar le-
 bih akrab di telinga
telinga penonton.
12. Tata cahaya
cahaya bisa mengguna
menggunakan
kan lampu
lampu listrik,
listrik, obor
obor mau-
pun lampu petromaks, sesuai kebutuhan dan keadaan.
13. Kostu
Kostumm dalam
dalam pertunju
pertunjukan
kan ini
ini adalah
adalah pakaian
pakaian sehari
sehari--
hari yang biasa dipakai oleh masyarakat setempat.

Teater Perempuan  31
 

Sinopsis

Tumirah,
 Potong Upah!
Tumirah, seorang buruh tani, tidak pernah mengeluh
setiap kali Mandor Rohmat memotong upahnya.
Hal itu dianggapnya sebagai akibat yang harus
ditanggung kalau ia tidak ke sawah karena sedang datang
 bulan. Masalahnya, Tumirah,
Tumirah, anak sulung yang harus
menghidupi ibunya (Mak Podang) yang sudah lumpuh
kaki kanannya dan dua adiknya itu (Juminah dan
Rukminah), sudah pernah memaksakan diri seperti itu
tapi malah pingsan saat bekerja.

Warsini, salah seorang teman Tumirah mengajak Tumirah


untuk menanyakan potongan itu pada Mandor Rohmat.
Tapi gadis ini menolak mengingat kerasnya hati Mandor
Rohmat. Perempuan lainnya, meskipun menerima upah
lebih banyak dari Tumirah namun tetap saja kalah banyak
dengan upah para pekerja lelaki.

Masalah semakin parah! Mandor Rohmat malah meminta


Tumirah jadi istri keduanya. Tumirah menjadi paham.
Apa yang dikatakan Warsini benar, paling tidak ia harus
 berani menanyakan kenapa upahnya
upahnya dipotong. Hal ini
akan membuat Mandor Rohmat tidak meremehkan
mereka. Dan yang mereka butuhkan hanya teman. Karena
dua orang lebih baik dari satu. Semua orang, akan jauh
lebih baik untuk memperjuangkan dan mendapatkan
keadilan!

Yogya, Juli 2006

Joned Suryatmoko

32  Naskah Skenario


 

 Pemain
TUMIRAH:
perempuan
perempuan umur 21 tahun, buruh tani,
anak sulung Mak Podang

ASIH:
perempuan umur 30-an tahun, buruh tani

WARSINI:
perempuan umur 30-an tahun, buruh tani

MARNI:
perempuan umur 40-an tahun, buruh tani

MANDOR ROHMA
ROHMAT T:
mandor para buruh tani,

 JUMINAH:
adik Tumirah, anak kedua Mak Podang,
18 tahun, masih sekolah

RUKMINAH:
adik Tumirah, anak bungsu Mak Podang,
16 tahun, masih sekolah

MAK PODANG:
ibu Tumirah, belum terlalu tua,

hampir 50-an, lumpuh kaki kanannya


SOLEH:
 buruk tani, laki-laki 50 tahun

CORENG:
 buruh tani, laki-laki 30 tahun

PEKERJA PEREMPUAN yang lain

PEKERJA LAKI-LAKI yang lain

Total Pemain: 12 orang

Teater Perempuan  33
 

 Pembukaan
SEMUA PEMAIN, KECUALI
KE CUALI MANDOR
MA NDOR ROHMA ROHM AT, MUN-
CUL DENGAN MENYANYIKAN SEBUAH LAGU GEM-
BIRA SAMBIL BERJOGET. SEBAGIAN PEMAIN MEMBA- MEM BA-
WA PERALATAN BURUH TANI SEPERTI SABIT DAN
(Catatan:: alat-alat ini bisa dijadikan alat musik
CANGKUL. (Catatan
pukul mengiringi lagu sambil berjodet). SEMENTARA SE-
BAGIAN PEMAIN YANG TIDAK MEMBAWA ALAT ME-
MAINKAN TEPUK TANGAN HINGGA MENJADI IRAMA
YANG RAMAI DAN RIANG. SESEKALI PEMAIN YANG
BERTEPUK TANGAN INI MENYALAMI PENONTON
YANG DUDUK MENONTON MEREKA.

SETELAH BEBERAPA SAAT, DI AKHIR LAGU PEM-


BUKAAN INI, SEMUA PEMAIN BEKU. DIAM TIDAK
BERGERAK DALAM POSE MASING-MASING BEKERJA.
TERMASUK TUMIRAH, MENGAMBIL POSE AGAK KE-
LELAHAN.

MANDOR ROHMAT MUNCUL DENGAN BERSIUL-SIUL,


BERSIUL- SIUL,
MENGIPAS-NGIPASKAN LEMBARAN UANG YANG
MENJADI
MENJA DI UP
U PAH PARA
PARA BURUH
BURU H TANI. DI LIHATNY
LIHATNYA A SE-
KELILING, LALU

Mandor
Rohmat : (LA
(LANT
NTANG
ANG))
Kalian pasti senang! Kalian tahu hari apa ini?

Semua : (SAMBIL BERGANTI POSE, LALU BEKU


KEMBALI)
Hari Sabtu!

34  Naskah Skenario


 

Mandor
Rohmat : (TERT
(TERTAAWA)
Ha…. ha…. jadi kalian tahu ini hari apa.
Kalian juga tahu maksudnya?

Semua : (SAMBIL BERGANTI POSE, LALU BEKU

KEMBALI)
Tahu!!

Mandor
Rohmat : Apa mak
maksud
sudnya
nya??

Semua : (SAMBIL BERGANTI POSE, LALU BEKU


KEMBALI)
Hari ini hari bayaran!!!!

Mandor
Rohmat : (TERT
(TERTAAWA)
Ha, hahah….. Aku sudah menduga, kalian
tidak akan melupakan hari bayaran! Baik!
Baiklah! Ini upah kalian minggu ini!!

MANDOR ROHMAT MENGHITUNG UANG KEMBALI


DENGAN CEPAT. SESEKALI JARINYA DIJILATKAN DI
LIDAH SUPAYA BISA LEBIH LANCAR MENGHITUNG
UANG. LALU IA BERSIAP MEMANGGIL SATU PERSA-
TU!!

Mandor
Rohmat : Sol
Soleh!
eh!!! Upah penu
penuh!!
h!!

Soleh : (MENCAIR, DENGAN TERTAWA MENG-


AMBIL UPAH DARI TANGAN MANDOR
ROHMAT)
Saya!! Hehehe!!!!
(LALU BEKU LAGI DENGAN WAJAH GEM-
BIRA)

Mandor
Rohmat : Cor
Coreng!
eng! Upah penu
penuh!!!
h!!!

Teater Perempuan  35
 

Coreng : (MENCAIR, DENGAN TERTAWA MENG-


AMBIL UPAH DARI TANGAN MANDOR
ROHMAT)
Saya!! Hehehe!!!!
(LALU BEKU LAGI DENGAN WAJAH
WAJAH GEM-
BIRA)

Mandor
Rohmat : Warsin
arsini!!!!
i!!!! Upah
Upah penuh!!!
penuh!!!

Warsini : (MENCAIR, DENGAN TERTAWA MENG-


AMBIL UPAH DARI TANGAN MANDOR
ROHMAT)
Saya!! Hehehe!!!!

TAPI BEGITU DILIHATNYA UPAH YANG DITERIMA-


NYA, IA TIDAK JADI BEKU!! IA MEMBALIK KE ARAH
DENGAN MUKA TIDAK PUAS.

Warsini : Mandor! Katanya upah saya penuh! Kok se-


lalu tidak sama dengan upah yang diterima
Pak Soleh dan Coreng? Upah yang kemarin
 juga begini! Bagaimana….

Mandor
Rohmat : (MEM
(MEMBENT
BENTAK,
AK, MARAH)
MARAH)
Hueh!! Diam!!

WARSINI LANGSUNG BEKU LAGI DALAM POSE YANG


YANG
KETAKUTAN! KALIMATNYA TERPOTONG!

Mandor
Rohmat : Kalau tidak
tidak mau
mau ya jangan diteri
diterima!
ma! Kamu
itu perempuan kerjanya lebih ringan dari laki-
laki! Jadi jangan cerewet kalau jumlahnya le-
 bih sedikit!!!
sedikit!!!

WARSINI TETAP BEKU. HANYA KEPALANYA SAJA


YANG MENGANGGUK-ANGGUK SEPERTI MAINAN
ANAK-ANAK!! MANDOR ROHMA
RO HMAT
T KELIHA
K ELIHAT
TAN MERE-
ME RE-
DA KEMARAHANYA. IA MENERUSKAN MEMBAGI-
KAN UPAH!

36  Naskah Skenario


 

Mandor
Rohmat : Berikutnya! Tumirah, Potong upah!!

Semua : Lagi? Upah Tumirah dipotong lagi?

TUMIRAH JATUH TERDUDUK. PEMAIN LAIN, KECU-


ALI MANDOR ROHMAT, BERLARIAN MENGELILINGI
MANDOR ROHMAT DAN TUMIRAH BEBERAPA KALI
SAMBIL MEMBUAT BUNYI-BUNYIAN DARI PERALAT-
AN BURUH TANI YANG DIBAWA SEPERTI TANDA BA-
HAYA. LALU MEREKA KELUAR. HANYA TINGGAL
TUMIRAH DAN MANDOR ROHMAT. LENGANG!

Teater Perempuan  37
 

Bagian 1 
MANDOR ROHMAT BERDIRI TEGAK. TUMIRAH MA-
SIH TERDUDUK DI TANAH. SELAMA MANDOR
ROHMAT BICARA TUMIRAH PELAN-PELAN BERDIRI
SAMBIL TERUS MENUNDUK.

Mandor
Rohmat : Tum, ini untuk kesekian kalinya upahmu ter-
potong karena kamu tidak bekerja dua hari
minggu ini. Kamu paham alasannya kan?
Aku sebenarnya juga tidak mau memotong
upahmu, tapi kalo kamu tidak masuk, aku
tidak bisa berbuat apa-apa!! Tum, kamu de-
ngar kata-kataku?

Tumirah : Saya dengar Mandor!! Saya tidak bisa masuk


karena saya lagi dapat!

Mandor
Rohmat : Dapat
Dapat?? Maksudmu
Maksudmu datang
datang bulan?
bulan?

TUMIRAH MENGANGGU
MENGANGGUK.
K.

Mandor
Rohmat : Yang bekerja di sini dan datang bulan tidak
hanya kamu, Tum! Banyak buruh perempu-
an lain? Tapi kenapa kamu sendiri yang sela-
lu tidak masuk kalau datang bulan?

Tumirah : Saya tidak kuat, Mandor! Saya sudah pernah


mencoba bekerja tapi malah pingsan! Jadi
saya bolos saja!!

38  Naskah Skenario


 

Mandor
Rohmat : (MENGHELA NAFNAFAS AS PANJANG)
PANJANG)
Tum, masih untung kamu tidak aku pecat!!
Aku tahu kamu itu kerja buat Mak dan dua
adikmu! Aku tahu! Meskipun sebenarnya
alasanku bukan itu.

MANDOR ROHMAT MELIHAT


MELIHAT SEKELILING,
SEKELILI NG, MENCARI
AMAN. LALU,

Mandor
Rohmat : (A
(AGA
GAK K GENI
GENIT)
T)
Tum, kamu itu masih muda! Masih cantik!!!
Aku tidak memecatmu karena….

TIBA-TIB A ASIH, WARSINI


TIBA-TIBA WARSINI DAN MARNI
MA RNI MUNCUL. ME-
REKA TIDAK TAHU KALAU MANDOR ROHMAT ADA
DI DEPAN
DEPAN MEREKA. DENGAN BEGITU
BEGIT U WARSINI
WARSINI NAM-
PAK BERAPI-API MENGUMPATI MANDOR ROHMAT.
Warsini : Kalau minggu depan si Mandor itu tetap po-
tong upah buruh perempuan, pasti aku ba-
kalan potong juga dia.

Asih : Potong apanya?

Warsini : Ya, pokoknya tak potong!!

MARNI YANG TIDAK IKUT PEMBICARAN ITU MELI-


HAT MANDOR
MANDOR ROHMAT
ROHMAT.. DIA MEMBERI
MEMBERI ISY
ISYARAT
ARAT PADA
PADA
WARSINI. TAPI TERLAMBAT, MANDOR ROHMAT SU-
DAH MENDENGAR. WARSINI NAMPNAMPAK
AK KET
K ETAKUTAN.
AKUTAN.

Mandor
Rohmat : Siap
Siapaa yang mau kamu
kamu potong
potong??

Warsini : (GUGUP..)
Eh…. itu rumput di sekitar parit itu kalau
tidak dipotong bisa mengganggu!

MANDOR ROHMAT
R OHMAT MASIH MELOTOT!!
MELOTOT !! WARSINI
WARSINI TAM-
BAH KETAKUTAN. MARNI SEGARA MENGALIHKAN
PERHATIAN. MEMANGGIL TUMIRAH.

Teater Perempuan  39
 

Marni : Eh. .. Tum, kamu di sini! Ayo, pulang! Sudah


sore!!!

TUMIRAH BERSIAP PERGI. TERLEBIH DULU DILIHAT-


NYA MANDOR ROHMAT, LALU IA MENDEKAT PADA
MARNI. MANDOR ROHMAT YANG MASIH SEBAL KE-
LUAR PANGGUNG DENGAN JENGKEL. WARSINI
LANGSUNG MENGUMP
MENGUMPA AT LAGI,
LA GI,

Warsini : Kalau tidak ingat aku punya anak, sudah aku


sikat Mandor itu!!

Asih : Sudah, kamu itu kok masih saja mengumpat.

Marni : Jangan cari masalah! Kita pulang saja! Ayo


Tum!!

TUMIRAH MENGIKUTI MARNI. JUGA WARSINI DAN


ASIH. MUSIK BERT
BERTALU-T
ALU-TALU
ALU LAGI,
LAGI, MEREKA MELENG-
GAK-LENGGOK SAMBIL
S AMBIL BERNYANYI
BERNYANYI LAGU GEMBIRA
GEMBI RA
SAMBIL BERJALAN DAN BERCANDA MENGELILING
PANGGUNG!!

DI AKHIR LAGU TUMIRAH NAMPAK SEDIH.

40  Naskah Skenario


 

Bagian 2
SETELAH LAGU SELESAI,

Marni : Sudah ya Tum! Kami pulang dulu! Kamu


istirahat! Besok kita kerja lagi!

Asih : Habis maghrib


maghr ib kalau mau nonton
no nton TV,
TV, datang
saja ke rumahku! Ajak adikmu!

TUMIRAH MENGANGGUK SAMBIL MENGELUARKAN


UPAH
UPAH YANG
YANG BARU
BAR U SAJA DITERIMANY
DITERI MANYA.
A. MARNI,
MARN I, ASIH
ASI H
DAN WARSINI MELIHAT ITU. MEREKA MENUNDA
KEPULANGAN DAN MENDEKATI TUMIRAH.

Marni : Kamu harus kuat, Tum!

Asih : Dulu aku juga tidak kuat kerja kalau lagi da-
tang bulan, Tum! Tapi daripada upahku di-
potong, lebih baik aku paksakan diri.

Tumirah : Tapi aku sudah mencoba dan malah


mal ah pingsan.

Marni : Tumirah betul! Setiap perempuan lain-lain


kalau lagi dapat! Ada yang kuat kaya kamu
dan Warsini.
Warsini. Tapi
Tapi ada yang
yan g tidak kuat
kua t seperti
Tumirah ini!

Warsini : Iya! Jangan dipaksakan Tum!


Tum! Aku ingat waktu
kamu pingsan, ya Tuhan, badanmu keringet-
an semua! Dingin semua!! Aku tahu kamu
pasti kesakitan sekali!

Teater Perempuan  41
 

Asih : Tapi kalau Tumirah


Tumirah tidak
tid ak ke sawah,
sawah , upahnya
akan selalu dipotong kalau kita bayaran!
bayar an! Tiap
Tiap
 bulan pasti dia bakalan bolos dua atau tiga
hari!

Marni : Aku tidak bisa bantu ya Tum!

Warsini : Tum, kamu tahu kalau upah buruh seperti kita


ini kecil. Di banding buruh laki-laki, buruh
perempuan
perempu an lebih kecil lagi kalau menurut hi-
tungan Mandor Rohmat. Nah, upahmu lebih
kecil lagi karena kamu tidak ke sawah kalau
datang bulan.

Tumirah : Upahku tidak cukup untuk Mak, Juminah dan


Rukminah. Aku ingin dua adikku itu sekolah
dulu! Kalian tahu Mak tidak bisa kerja lagi

semenjak kakinya ketabrak motor.


Warsini : Kalau begitu kamu harus minta uang itu.
Tum, potongan upah itu punyamu! Kamu
harus memintanya. Kamu harus! Paling tidak
kamu harus berani menanyakannya pada
Mandor Rohmat!

Marni : Kamu ini malah menyuruh


m enyuruh Tumirah
Tumirah cari
ca ri per-
kara! Kalau Mandor Rohmat marah, kamu
mau nanggung akibatnya?

Asih : Iya, tadi saja kamu ketakutan!!

Warsini : Aku ketakutan karena aku tidak punya te-


man! Kalian kalau diajak menanyakan po-
tongan upah itu pada Mandor Rohmat ma-
lah memilih diam! Sampai kapan kita mau
 begini?

Asih : Tapi kalau kita menanyakan


menan yakan ini kita mungkin
mun gkin
 bisa dipecat.
dipecat.

Warsini : Kita tidak pernah tahu kalau tidak mencoba!

42  Naskah Skenario


 

Marni : Lalu kalau ternyata memang kita dipecat?

Tumirah : Sudah! Sudah! Aku ikuti saran kalian saja, aku


akan menahan sakit! Lebih baik aku ke sawah
daripada upahku dipotong! Semoga aku kuat!

SEMUA DIAM MENDENGAR KEPUTUSAN TUMIRAH.

Warsini : Jaga-jaga kalau kamu berubah pikiran, Tum!


Tum!
Katakan padaku! Aku hanya butuh teman
untuk menemui Mandor Rohmat. Dua orang
lebih kuat dari satu orang. Semua, lebih kuat
lagi!

TUMIRAH MENGANGGUK. MARNI, WARSINI DAN


ASIH KELUAR.

Teater Perempuan  43
 

Bagian 3 
DARI ARAH YANG LAIN MAK PODANG , DAN DUA
ADIK TUMIRAH YAKNI JUMINAH DAN RUKMINAH
MUNCUL. MAK PODANG MENGGUNAKAN PE-
NYANGGA KAKI KARENA KAKI KANANNYA TIDAK
BISA DIGERAKKAN.

Podang : Kok mereka tidak mampir, Tum?


Mak Po

Tumirah : Mungkin lelah, Mak!

 Juminah : Tum, wajahmu kok pucat? Perutmu masih


sakit?

Rukminah : Mungkin Tumirah kelelahan. Setelah mandi


kita makan sama-sama Tum!

TUMIRAH HANYA DIAM SAJA. IBU DAN KEDUA


ADIKNYA SALING PANDANG.

Podang : Kenapa Tum?


Mak Po

Tumirah : Upahku dipotong lagi Mak! Karena minggu


ini aku dua hari tidak masuk. Aku tidak ya-
kin apa uang ini cukup buat makan minggu
depan.

TUMIRAH MENYERAHKAN UANG PADA MAK


PODANG.

44  Naskah Skenario


 

Rukminah : Biar lain kali aku yang gantikan kamu ke


sawah kalau kamu datang bulan, Tum!

 Juminah : Aku juga bisa, Tum!

Tumirah : Kalian sekolah saja! Jangan sampai putus!


Bulan depan aku sudah putuskan untuk tetap
ke sawah.

Podang : Tapi kamu pernah pingsan kesakitan, Tum!


Mak Po

Tumirah : Mau bagaimana lagi, Mak!

Podang : Tum, kamu ini perempuan! Kita perempuan!


Mak Po
Semua perempuan diberi halangan seperti ini
setiap bulan oleh Yang Memberi Hidup. Ini
sudah kodrat. Tapi bukan berarti kita harus
menyalahkan kodrat. Ya Tuhan! Tum,apa
mandormu tidak pernah mengenal perempu-
an? Apa dia tidak punya istri? Apa dia tidak
punya ibu? Tidakkah dia punya anak perem-
puan? Kenapa dia tidak bisa memahami ha-
langan itu?

Tumirah : Sudah Mak! Doakan saja aku kuat!!

 Juminah : Nanti aku rebuskan jamu, Tum!


Tum! Supaya kamu
kuat!

Rukminah : Aku yang petik di kebun! Kamu harus tam-


 bah kuat Tum!!
Tum!!

TIBA-TIBA,

Mandor
Rohmat : Tumirah tidak akan dipotong lagi upahnya!

MAK PODANG, JUMINAH DAN RUKMINAH KELUAR.

Teater Perempuan  45
 

Bagian 4
MANDOR ROHMA
ROH MAT
T SUDAH ADA
A DA DI DEKAT
DEKAT TUMIRAH.
TUMIRA H.

Mandor
Rohmat : Aku cari kamu kemana-mana
kemana-mana!! Ternya
Ternyata
ta kamu
sudah di rumah.

Tumirah : Ada perlu apa, Mandor?

Mandor
Rohmat : Aku tadi belum
belum selesai
selesai bicara.
bicara. Lalu teman-te
teman-te--
manmu datang dan kamu pergi!

Tumirah : Apa yang mau Mandor bicarakan?

MANDOR ROHMA
ROH MATT DIAM SEBENT
SEBEN TAR. DIA CELINGUK-
AN CARI AMAN. LALU

Mandor
Rohmat : (SE
(SEDIK
DIKITIT GEN
GENIT)
IT)
Aku mau minta maaf Tum! Kamu tahu aku
tidak mau memotong upahmu sebenarnya!
Tapi itu sudah peraturan!

Tumirah : Saya mengerti


mengert i kalau itu peraturan! Yang
Yang saya
tidak mengerti adalah kenapa kami semua
harus mematuhi peraturan yang tidak pernah
menguntungkan kami?

Mandor
Rohmat : Apa maksudmu,
maksudmu, Tum?
Tum? Kamu jangan
jangan mencari
gara-gara!

46  Naskah Skenario


 

Tumirah : Saya tidak mencari gara-gara Mandor! Itu se-


 babnya
 babn ya saya memi
memilih
lih mena
menahan
han saki
sakitt dan teta
tetap
p
ke sawah kalau nanti datang bulan berikut-
nya!

Mandor
Rohmat : Maksudku juga tidak
tidak begitu!
begitu! (DIAM
(DIAM SEJE-
NAK, MEMANDANG SEKELILING SEKA-
LI LAGI. LALU MENCOBA
MENCO BA MERA
MERAYU)
YU) Begi-
ni Tum, kedatanganku ke sini untuk meno-
longmu.

Tumirah : Menolong apa?

Mandor
Rohmat : Kamu tidak
tidak harus
harus kerja
kerja lagi
lagi kalau….
kalau….

TIBA-TIBA

Rukminah : Tum, jamunya sudah aku siapkan! Nanti


kamu minum ya?

MANDOR ROHMA
R OHMAT
T NAMPAK
NAMPAK SEBAL
SEB AL KARENA PEMBI-
CARAANNYA TERPOTONG. TAPI RUKMINAH YANG
LUGU TIDAK PAHAM KALAU MANDOR ROHMAT SE-
DANG GUSAR. RUKMINAH MALAH MENDEKAT.

Rukminah : O…Mandor, belum pulang! Saya kira


Tumirah sendirian.

MANDOR ROHMAT DIAM.


Rukminah : Maaf, saya tidak tahu Mandor!!

MANDOR ROHMAT TETAP DIAM, TAPI TERLIHAT


SEMAKIN SEBAL!!!

Rukminah : Maaf…

Mandor
Rohmat : Sudah! Sudah!
Sud ah! (PADA
(PADA TUMIRAH
TUMIRAH)) Begini saja
Tum! Aku tidak mau muter-muter lagi! Seti-
ap kali mau omong selalu kepotong! Maksud
kedatanganku adalah….

Teater Perempuan  47
 

Rukminah : Saya permisi ke belakang Mandor!

Mandor
Rohmat : (BE
(BERRTER
TERIAK
IAK))
Iya!!!!! Anak kecil! Ini pembicaraan penting!!

RUKMINAH KAGET, KELUAR. MANDOR ROHMAT


LANGSUNG BERBALIK KE TUMIRAH.

Mandor
Rohmat : Tum, aku mau kamu
kamu jadi istriku
istriku!!

Tumirah : (TERKEJUT)
Tapi Mandor sudah beristri.

Mandor
Rohmat : Baru satu!
satu! Kamu ya
yang
ng kedua!
kedua! Kamu tidak
tidak
usah kerja, Tum! Aku akan cukupi semua
kebutuhanmu!!

Tumirah : Saya tidak bisa

Mandor
Rohmat : Ke
Kena
napa
pa??

Tumirah : Saya tahu saya punya kesulitan karena upah


saya yang terus-terusan kepotong! Saya tidak
tahu bagaimana caranya agar upah saya tidak
lagi kepotong! Tapi saya tahu, saya akan da-
pat kesulitan baru kalau saya jadi istri kedua.

Mandor
Rohmat : Kamu takut denga
dengan
n istriku?
istriku?

Tumirah : Jadi biar


biarlah
lah saya menc
mencoba
oba teta
tetapp ke sawa
sawahh
kalau bulan depan dapat halangan.

Mandor
Rohmat : Kamu takut
takut dengan istriku,
istriku, Tum?
Tum?

Tumirah : Mungkin saya akan pingsan lagi! Tapi saya


tidak akan pernah tahu kalau tidak mencoba.

48  Naskah Skenario


 

Mandor
Rohmat : (LEB
(LEBIH
IH TANDAS
TANDAS LAGI)
Tum, kamu takut dengan istriku?

TUMIRAH DIAM, MENGINGAT KATA-KATANYA SEN-


DIRI. MANDOR ROHMAT NAMPAK SEMAKIN PENA-
SARAN.

Mandor
Rohmat : Kamu takut denga
dengan
n istriku?
istriku?

Tumirah : (DIAM SEJENAK, LALU DENGAN SA-


NGAT
NGA T TEGAS)
T EGAS)
Saya hanya takut kalau adik-adik saya tidak
 bisa melanjutkan sekolah!

SUARA PERALATAN
PERALATAN BURUH
BURU H TANI
TANI TERDENGAR
TE RDENGAR LAGI!
LA GI!
DIPUKUL MENGHENTAK! TUMIRAH KELUAR!

Mandor
Rohmat : (BE
(BERRTER
TERIAK
IAK))
Tumirah, tak tahu diuntung! Upahmu akan
selalu kepotong!!

TUMIRAH TIDAK PEDULI. MUSIK MENGHENTAK


LAGI!! MANDOR ROHMAT KELUAR.

Teater Perempuan  49
 

 Penutup
WARSINI KELUAR
KEL UAR DENGAN SETENGAH BERLARI
BER LARI ME-
NARIK TANGAN TUMIRAH.

Warsini : Benar, kamu yakin mau melakukan ini?

Tumirah : Paling tidak kita harus menanyakan pada


Mandor Rohmat. Kita tidak akan pernah tahu
kalau kita tidak mencobanya!

Warsini : (TE
(TERT
RTA
AWA SENAN
SE NANG)
G)
Sekarang aku punya teman!

Tumirah : Kita ajak yang lainnya!!!

LALU TUMIRAH DAN WARSINI


WARSINI MENDEKAT PADA
PADA PE-
NONTON.

Tumirah
dan Warsini : Ayo , semua! Kita tanyakan pada Mandor
Rohmat, kenapa upah kita dipotong! Ayo!
Ayo!!!!

LALU SEMUA PEMAIN TERMASUK MANDOR ROHMA


ROHMAT
T
MUNCUL SAMBIL BERTERIAK-TERIAK.

Semua : (SERENTAK, BERSAUT


BERS AUTAN)
AN)
Ayo!! AYO!!!!! Ayo!!!

PERALATAN BURUH TANI DIBAWA SERTA DAN ME-


REKA MEMBUNYIKANNYA, SAMBIL MEMBERI LAGU

50  Naskah Skenario


 

YANG MEMBERI SEMANGAT!! MEREKA BERJOGET


MENUTUP PENT
PE NTAS.
AS. BEBERAP
BEB ERAPA
A PEMAIN MENARIK
MENARI K PE-
NONTON KE PANGGUNG UNTUK IKUT MENYANYI
DAN BERJOGET!

Selesai 

Untuk semua semangat


& kasih sayang
 yang telah perempuan berikan

Teater Perempuan  51
 

BIODATA JONED SURYATMOKO

Tahun 2003 ia menyutradarai pementasan 


pementasan  Kebelet Kawin
Lagi?,, Produksi Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) di
Lagi?

Yogyakarta
sama sebagai
ia juga kampanye
menjadi Freelanceanti-poligami. Di tahun
Consultant untuk yang
pengem-
 bangan seni pertunjukan (Youth Program)
Program) GTZ Promis NT di
Nusa Tenggara Barat.

Februari 2004 ia dikirim British Council Indonesia mengikuti


Performing Arts Management Seminar di London, United
Kingdom.

Oktober 2004 s. d Januari 2005 ia mendapatkan beasiswa


atas dana Ford Foundation lewat program International Resi-
dency (Yayasan KELOLA & Asialink Centre)
Centre) untuk menekuni
teater pengembangan masyarakat (community
(community development)
development)
(cross-arts)) di Melbourne dan Sydney. Di
dan lintas bidang (cross-arts
sana ia bergabung dengan The Torch Project dan melakukan
pendampingan remaja dan perempuan, baik Aborigin mau-
pun imigran.

Dilahirkan di Solo, 21 Maret 1976. Lulusan Ilmu Hubungan


Internasional UGM (2000) ini lalu menjadi Manager Pro-
duksi Artistik Teater Gardanalla Yogyakarta (sutradara &
penulis naskah). Semenjak kuliah aktif di pendampingan
teater rakyat ( popular theatre)) di berbagai kawasan
 popular theatre ka wasan di Yogya
Yogya
dan menjadi Koordinator Umum untuk Institu Institutt Teater
Teater Rakyat
Rakyat
Yogyakarta (ITR
(ITRY/Y/ 1996 s. d 1999)

buku Ayahku
Ia menulis buku A yahku Stroke tapi Nggak
Nggak Mati,
Mati, Tiga Naskah
Drama Remaja Teater Gardanalla (2003-2005) (Galang Press,
2005). Ia juga baru saja memenangi lomba penulisan nas-
kah drama Dewan Kesenian Jawa Timur.

52  Naskah Skenario

Anda mungkin juga menyukai