Anda di halaman 1dari 5

Solat Berjamaah dari Pandangan Non-Muslim dan Sains

Assalamualaikum para sahabat dan sahabiah sekelian.


Cerita ini saya dengar dari satu kuliah agama yang diceritakan oleh seorang
ustazd (maaf, terlupa nama ustaz tu). Marilah kita bersama-sama renungkan pelajaran
daripada cerita ini dan menyingkap sedikit ke dalam diri kita tentang sejauh mana kita
coba menuruti perintah agama dalam mencari kelebihan dalam setiap amalan kita,
terutamanya sholat (berjamaah).
Diceritakan bahawa seorang profesor dalam bidang fisika di sebuah universitas di
Amerika Serikat, membuat satu kajian tentang mengapa disyariatkan sholat berjamaah di
dalam Islam dan kelebihan sholat berjamaah tersebut dalam kehidupan umat Islam.
Menurut profesor itu, tubuh kita (manusia) terdiri dari pada dua muatan elektrik yaitu
muatan positif dan muatan negatif. Dalam perjalanan hidup manusia setiap hari, semasa
kita bekerja, beribadah atau istirahat, kita banyak menggunakan tenaga. dan dalam proses
ini berlaku pertukaran muatan-muatan positif dan negatif yang menyebabkan ketidak
seimbangan muatan-muatan tersebut di dalam tubuh kita. Ini menyebabkan kita merasa
letih dan lesu apabila kita selesai menjalankan aktivitas-aktivitas harian kita. Muatan-
muatan ini perlu diseimbangkan untuk memulihkan kondisi badan kita kembali normal
agar kita kembali segar dan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas lain tanpa gangguan.
Terkait dengan sholat berjamaah, timbul satu persoalan di benak professor
tersebut mengapa dalam Islam, disyariatkan, malah ke peringkat diwajibkan sholat secara
berjemaah, dan mengapa sholat lima waktu yang didirikan oleh orang Islam mempunyai
bilangan rakaat yang tidak sama ( dzuhur - 4 rakaat, Asar - 4 rakaat, Maghrib - 3 rakaat,
Isya - 4 rakaat, Subuh - 2 rakaat). Beliau berpikir, sebagai seorang non muslim yang
mempunyai ilmu yang tinggi dalam bidang fisika, beliau lalu menjalankan kajian tentang
perkara ini dan mengaitkannya dengan aktivitas-aktivitas harian kita yang memerlukan
pemulihan muatan-muatan positif/negatif tadi.
Pertama sekali beliau mengkaji kaitan jumlah rakaat dengan solat berjamaah dan
fungsinya dalam menyeimbangkaan muatan-muatan elektrik di dalam badan kita. Pada
saat kita melakukan sholat berjamaah, kita disyariatkan supaya meluruskan dan
merapatkan barisan (shof), bahu bertemu bahu dan tumit bertemu tumit. Dalam
bergeseran tubuh kita dengan tubuh jamaah lain yang berada di kiri dan kanan kita, tubuh
kita mengeluarkan matan-muatan yang berlebihan dan muatan-muatan ini akan ditarik
oleh muatan elektrik yang berlawanan dalam tubuh rekan kita. Jamaah lain juga akan
mengeluarkan muatan-muatan elektrik dari tubuh mereka dan muatan elektrik ini akan
ditarik oleh muatan yang berlawanan dari tubuh kita. Dengan ini berlakulah
keseimbangan muatan positif/negatif. Semakin lama pergeseran ini berlangsung, semakin
seimbang dan semakin segar tubuh kita.
Menurut beliau, dalam kehidupan seharian kita, apabila kita bangun dari tidur,
badan kita merasa segar dan sehat setelah istirahat selama beberapa jam (tidur). Dalam
keadaan ini, tubuh kita mengandung muatan positif/negatif yang hampir seimbang. Jadi,
apabila kita mendirikan solat Subuh berjamaah, kita hanya memerlukan sedikit
pertukaran muatan elektrik dari dan ke dalam tubuh kita. Oleh karena itu mengapa sholat
subuh itu hanya dua rakaat.
Seterusnya, setelah seharian kita bekerja bertungkus lumus, membanting tulang
atau memerah otak, muatan elektrik ini tidak lagi seimbang dengan kehilangan banyak
tenaga dari badan kita. Oleh karena itu kita memerlukan pertukaran muatan elektrik yang
banyak dan sholat berjamaah memainkan peranan untuk memulihkan keseimbangan ion-
muatan elektrik ini. Oleh sebab itu sholat dzuhur (berjamaah) didirikan empat rakaat
untuk memberikan waktu kepada pemulihan muatan elektrik tadi. Proses yang sama
berlaku pada waktu sore, kita juga mengeluarkan banyak tenaga melanjutkan tugas-tugas
kita dan kita kehilangan banyak muatan ini. Sekali lagi proses penyeimbangan ini berlaku
apabila kita mengerjakan solat Asar (berjamaah) sebanyak empat rakaat. Selepas waktu
Asar, setelah pulang dari kerja biasaannya, kita hanya melakukan aktivitas-aktivitas yang
tidak terlalu banyak menggunakan tenaga dan waktu yang tidak terlalu lama. Oleh karena
itu tidak terlalu banyak tenaga yang kita keluarkan. Seterusnya kita akan pergi ke masjid
untuk menunaikan solat Maghrib (berjamaah), sebanyak tiga rakaat. Pengurangan dalam
rakaat ini berlaku karena kita tidak kehilangan terlalu banyak tenaga dan penyeimbangan
nuatan elektrik ini berlaku dalam jangka waktu yang agak kurang dari sebelumnya
(dzuhur dan Asar).
Seterusnya timbul persoalan di benak beliau tentang mengapa sholat Isya
didirikan empat rakaat. Secara logika, kita tidak melakukan banyak aktivitas pada waktu
malam dan tidak memerlukan pengumpulan muatan elektrik yang banyak untuk tidur.
Setelah beliau lakukan pengkajian lebih mendalam, terdapat hikmah di balik
jumlah rakaat ini. Seperti yang kita pahami, kita umat Islam sangat dianjurkankan supaya
tidur pada awal waktu malam dan bangun di sepertiga malam untuk menunaikan sholat-
sholat sunat, terutamanya solat sunat Tahajjud. Malahanan amalan sholat ini menjadi
kewajiban bagi Nabi s.a.w. dan para sahabat baginda serta para alim ulama. Terlalu besar
ganjaran dan kelebihan sholat Tahajjud ini (tidak perlu diterangakn di sini). Jadi, dari
fakta ini, dapat beliau simpulkan bahwa, sholat Isya (berjamaah) sebanyak empat rakaat
dapat menyediakan penyeimbangan muatan elektrik dan pengumpulan tenaga yang
secukupnya untuk kita bangun pada waktu sepertiga malam untuk menunaikan sholat
Tahajjud dan berdiam menghambakan diri kepada Allah di waktu yang begitu dingin dan
sunyi.
Dalam proses membuat kajian ini, beliau mendapati bahwa Islam adalah satu
agama yang lengkap dan segala amalan dan perintah Allah Taala mempunyai hikmah
yang tersirat dan tersurat untuk kebaikan umat Islam itu sendiri. Beliau merasakan betapa
besarnya pencipta segala yang ada di muka bumi ini dan betapa kerdilnya beliau.
Pada waktu inilah, beliau telah diberi hidayah oleh Allah Taala untuk memeluk
agama Islam. Subahanallah. QS.3:190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, 3:191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(2)
Pernah, salah seorang penguasa yahudi, menyatakan bahwa mereka tidak takut
dengan orang islam kecuali pada suatu hal. Ialah bila jumlah jemaah sholat subuh
menyamai jumlah jemaah sholat jum’at. Entah perkataan ini memang benar diucapkan
orang yahudi atau tidak, yang pasti ini benar adanya.(1)
Tanpa sholat subuh umat islam tidak lagi berwibawa. Tidak selayaknya umat ini
mengharapkan kemuliaan. Kehormatan, dan kejayaan, jika kita tidak memperhatikan
sholat ini.
Ada sebuah catatan yang begitu penting dalam surat al-isra’ terdapat firman
allah. Yang artinya “ dan (dirikanlah pula sholat) shubuh. Sesungguhnya sholat shubuh
itu disaksikan ( oleh malaikat).” (AL- Isra’ : 78)
Ayat ini membicarakan tentang dekatnya masa pergantian Bani Israil. Posisi
kaum akan diganti oleh umat islam. Artinya kendali dunia diberikan kepada umat islam
yang baru. Kendali ini tadak mampu dipegang kecuali orang- orang yang menegakkan
sholat subuh.
Bahkan yang lebih mencengangkan dari semua itu, bahwa pertolongan dari Allah
S.W.T tidak akan tiba, kecuali setelah Allah menyampaikan perintah Sholat Subuh
sebagai mana allah Firmankan dalam Q.S al-Isra’ 78-81 yang artinya:
“ Dirikanlah sholat dari sesudah tergelincir Matahari sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula Sholat) subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan
malaikat. Dan pada sebagian malam hari sholat tahajjudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan robb-mu mengangkat kamu ketempat
yang terpuji, katakanlah, ‘ ya roob-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar
dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku
dari sisi engkau kekuasaan yang menolong.’ Dan katakanlah, ‘yang benar telah
dating dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah yang
pasti lenyap.” (Al-Isra’ : 78-81)
permohonan, pertolangan dari Allah, hadirnya kebenaran, lenyapnya kebatilan
serta tegaknya agama Allah dimuka bumi, tidak akan dating kecuali setelah mendirikan
sholat. Yang pasti sholat subuh dan membaca Al-qur’an dipagi hari serta sholat malam
adalah sarana yang sangat penting untuk meraih kemenangan.
Bagaimana usaha shalahuddin al-ayyubi dalam mengembalikan pembmbinaan
umatnya yang pertama kali beliau perhatikan adalah mendorong mereka memperhatikan
sholat di masjid. Beliau meyakini, hanya tentara yang sholat berjemaahlah yang mampu
mengalahkan orang Kristen atau yang lainnya dari musuh-musuh Allah. Yang menarik,
subuh ternyata juga menjadi waktu peralihan dari era jahiliah menuju era tauhid. Kaum
‘Ad, Tsamud, dam kaum pendurhaka lainnya, dilibas petaka pada waktu shubuh. Yang
menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid.
Subhanallah ! Allah S.W.T akan mengubah apa yang terjadi dimuka bumi ini
dari kegelapan menjadi keadilan dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada
waktu yang mulia, ialah waktu subuh. Berhati-hatilah, jangan sampai tertidur pada saat
yang mulia ini.
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pernyataan diatas ? ternyata orang yahudi
dan orang Kristen yang nota bene adalah musuh umat islam ternyata lebih jeli terhadap
kondisi kita, dari pada diri kita sendiri.
Betapa, selama ini kebanyakan kaum muslimin terlena dalam malam yang
panjang, sehingga hanya menyisakan segelintir orang yang membentuk sederet-dua deret
shaf pada sholat shubuh. Kita tak menyadari, bahwa ada nilai yang kuat dalam
pelaksanaan sholat shubuh. Justru yahudi yang menyadarinya.
Bahkan bagi sebagian orang muslimin kewajiban sholat berjemaah teranaktirikan
oleh berbagai kepentingan duniawi dan berbagai kepentingan-kepentingan yang lain
dengan berbagai alasan, akhirnya lebih memilih sholat di rumah. Na’udzubillah,
sesungguhnya agama ini tidak akan mendapatkan kemenangan, kecuali telah terpenuhi
semua syarat-syaratnya. Yaitu dengan melaksanakan ibadah, konsekwen dengan akidah,
berakhlak mulia, mengikuti ajarannya, tidak melanggar larangannya, dan tidak sedikit
pun meninggalkannya, baik yang sepele apalagi yang sangat penting seperti halnya
sholat berjemaaah, bahkan kita harus berusaha terus menjaga dan mempertahankannya.
Sikap semacam inilah yang akan dapat menolong agama Allah dan mendapat
pertolongannya.

MAROJI’ :
1. Misteri Sholat Subuh, DR. Roghib As-Sirjani
2. Rahasia Sholat, Artkel di Internet
3. 10 Wasiat Hasan Al-Banna, Dr. Abdul ‘Azim Ibrahim Al-Math’an
4. 4 Risalah Sholat, Ibrahim Bin Muhammad Ar-Rabisy
5. Riadhus Shalihin II, An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya Bin Sarf halaman
160-164

Anda mungkin juga menyukai