Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehadiran ekonomi Islam telah memunculkan harapan baru bagi banyak orang,
khususnya bagi umat Islam akan sebuah ekonomi alternatif dari sistem ekonomi
kapitalisme dan sosialisme sebagai arus utama perdebatan sebuah sistem ekonomi
dunia, terutama sejak perang dunia II yang memunculkan banyak Negara-negara Islam
bekas jajahan imperialis. Dalam hal ini, keberadaan ekonomi Islam sebagai sebuah
model ekonomi alternatif memungkinkan bagi banyak pihak, muslim maupun non
muslim untuk melakukan banyak penggalian kembali berbagai ajaran Islam. Meskipun
begitu, system ekonomi dunia saat ini masih dikendalikan oleh system ekonomi
kapitalisme, karena umat Islam sendiri masih terpecah dalam hal bentuk implementasi
ekonomi Islam dimasing-masing Negara. Kenyataan  ini oleh sebagian pemikir Islam
masih diterima dengan lapang karena ekonomi Islam secara implementasinya di masa
kini relatif masih baru.  Masih perlu dilakukan banyak sosialisasi dan pengarahan serta
pengajaran kembali umat Islam untuk melakukan aktifitas ekonominya sesuai dengan
hukum Islam. Sementara sebagai lainnya menilai bahwa faktor kekuasaan memainkan
peran signifikan, karenanya mengkritisi bahwa ekonomi Islam atau ekonomi syariah
belum akan dapat sesuai dengan syariah jika pemerintahnya sendiri belum menrapkan
syariah dalam kebijakan-kebijakannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan  pengertian Mu’amalah!.
2. Jelaskan macam-macam Mu’amalah!.
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Syirkah!.
4. Jelaskan yang dimaksud Mudarabah!.
5. Jelaskan yang dimasud Musaqah!.
6. Jelaskan yang dimaksud Muzaraah dan Mukharabah!
7. Jelaskan beberapa macam perbankan!.
8. Jelaskan asuransi syariah!.

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Mu’amalah.
2. Mengetahui macam-macam Mu’amalah.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan Syirkah.
4. Mengetahui yang dimaksud Mudarabah.
5. Mengetahui yang dimaksud Musaqah.
6. Mengatahui yang dimaksud Muzaraah dan Mukharabah.
7. Mengetahui beberapa macam perbankan.
8. Mengetahui asuransi syariah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MU’AMALAH
Muamalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan
kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dan sebagainya). Sementara dalam fiqih islam
berarti tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang
ditempuhnya, seperti jual beli, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat,
dan usaha lainnya.
Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa- menyewa, utang-
piutang, dan pinjam-meminjam, islam melarang beberapa hal diantaranya seperti
berikut :
1. Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil.
2. Tidak boleh melakukan perbuatan riba.
3. Tidak boleh dengan cara-cara  zalim (aniaya).
4. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan. 
5. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi.
6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram.

B. MACAM-MACAM MU’AMALAH
Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang macam-macam mu’amalah disini
akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.
1. Jual Beli
Jual beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar menukar benda
untuk memiliki benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan, sesuai
dengan Firman Allah berikut ini :
َ ِ‫الَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ ال ِّربَا ال يَقُو ُمونَ ِإال َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ َذل‬
‫ا‬77َ‫ ُل ال ِّرب‬7‫ ُع ِم ْث‬7‫ا ْالبَ ْي‬77‫ك بَِأنَّهُ ْم قَالُوا ِإنَّ َم‬
َ‫ا َد فَُأولَِئك‬77‫ ُرهُ ِإلَى هَّللا ِ َو َم ْن َع‬7‫لَفَ َوَأ ْم‬7‫ا َس‬77‫هُ َم‬7َ‫ا ْنتَهَى فَل‬77َ‫ةٌ ِم ْن َربِّ ِه ف‬7َ‫ ا َءهُ َموْ ِعظ‬7‫ا فَ َم ْن َج‬77َ‫ َّر َم ال ِّرب‬7‫ َع َو َح‬7‫َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي‬
)٢٧٥( َ‫ار هُ ْم فِيهَا خَ الِ ُدون‬ ِ َّ‫َأصْ َحابُ الن‬
Artinya : “...dan Allah Swt. Telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba...” (Q.S. al-baqarah/2:275).

‫ب َك َما‬ َ ُ‫ب َكاتِبٌ َأ ْن يَ ْكت‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن ِإلَى َأ َج ٍل ُم َس ّمًى فَا ْكتُبُوهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَ ْينَ ُك ْم َكاتِبٌ بِ ْال َع ْد ِل َوال يَْأ‬
ْ‫فِيهًا َأو‬7‫ق َس‬ ُّ 7‫ ِه ْال َح‬7‫انَ الَّ ِذي َعلَ ْي‬7‫ِإ ْن َك‬7َ‫ق هَّللا َ َربَّهُ َوال يَبْخَ سْ ِم ْنهُ َش ْيًئا ف‬ ِ َّ‫ق َو ْليَت‬ ُّ ‫َعلَّ َمهُ هَّللا ُ فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذي َعلَ ْي ِه ْال َح‬
‫ ٌل‬7‫ا َر ُجلَ ْي ِن فَ َر ُج‬77َ‫ِإ ْن لَ ْم يَ ُكون‬7 َ‫ض ِعيفًا َأوْ ال يَ ْست َِطي ُع َأ ْن يُ ِم َّل ه َُو فَ ْليُ ْملِلْ َولِيُّهُ بِ ْال َع ْد ِل َوا ْستَ ْش ِهدُوا َش ِهي َدي ِْن ِم ْن ِر َجالِ ُك ْم ف‬ َ
‫وا َوال‬77‫ا ُد ُع‬77‫ب ال ُّشهَدَا ُء ِإ َذا َم‬ ‫ْأ‬
َ َ‫األخ َرى َوال ي‬ ْ ‫ض َّل ِإحْ دَاهُ َما فَتُ َذ ِّك َر ِإحْ دَاهُ َما‬ ‫َأ‬
ِ َ‫ضوْ نَ ِمنَ ال ُّشهَدَا ِء ْن ت‬ َ ْ‫َان ِم َّم ْن تَر‬ ‫َأ‬
ِ ‫َوا ْم َر ت‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
َ‫ون‬7‫ابُوا ِإال ْن تَ ُك‬7َ‫هَا َد ِة َو ْدنَى ال تَرْ ت‬7‫لش‬ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬ ‫هَّللا‬ ُ ْ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َّ ِ‫ َو ُم ل‬7‫ َد ِ َو ق‬7‫ط ِع ْن‬7‫ ِه َذلِ ُك ْم ق َس‬7ِ‫يرًا ِإلَى َجل‬77ِ‫ص ِغيرًا وْ َكب‬ ‫َأ‬ َ ُ‫تَ ْسَأ ُموا َأ ْن تَكتُبُوه‬
ْ
‫ ِهي ٌد َوِإ ْن‬7 ‫اتِبٌ َوال َش‬77‫ُضا َّر َك‬ َ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح َأال تَ ْكتُبُوهَا َوَأ ْش ِهدُوا ِإ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم َوال ي‬ َ ‫ض َرةً تُ ِديرُونَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬ ِ ‫تِ َجا َرةً َحا‬
ُ ‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬ ُ
)٢٨٢( ‫ق بِك ْم َواتقوا َ َويُ َعل ُمك ُم ُ َو ُ بِك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬ِّ ‫هَّللا‬ ُ َّ ُ ُ َّ ُ
ٌ ‫تَف َعلوا فَِإنهُ فسُو‬ ْ
Apabila jual-beli itu menyangkut suatu barang yang sangat besar nialainya,dan agar
tidak terjadi kekurangan dibelakang hari, al-Qur’an menyarankan agar dicatat, dan
ada saksi, lihatlah penjelasan ini pada Q.S. al-baqarah/2:282

2
a. Syarat- Syarat Jual-Beli
1. Penjual dan pembelinya haruslah :
- Balig,
- Berakal sehat,
- Atas kehendak sendiri.
2. Uang dan barangnya haruslah :
a. Halal dan Suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan
berhala, termasuk lemak bangkai tersebut.
b. Bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama
dengan menyia-nyiakan harta atau pemboros
)٢٧( ‫ِإ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُوا ِإ ْخ َوانَ ال َّشيَا ِطي ِن َو َكانَ ال َّش ْيطَانُ لِ َربِّ ِه َكفُورًا‬
Artinya : “ sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
(Q.S. al-Isra/17:27)
c. Keadaan barang dapat diserah terimakan. Tidak sah menjual barang
yang tidak dapat diserah terimakan. Contohnya, menjual ikan dalam
laut atau barang yang sedang dijadikan jaminan sebab semua itu
mengandung tipu daya.
d. Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembelinya.
e. Milik sendiri, sabda Rasulullah Saw., “tak sah jual-beli melainkan atas
barang yang dimiliki.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).

3. Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga
sekian.” Pembeli menjawab, “Baiklah saya beli.”
Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka.
Rasulullah Saw. Bersabda, “sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka
sama suka.” (H.R Ibnu Hibban).
b. KhiIyar
1. Pengertian khiyar
Khiyar adalah bebas memutuskan antara menerusakan jual beli atau
membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyar karena jual-
beli haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan
sedikitpun. Penjual berhak mempertahakan harga barang dagangannya,
sebaliknya pembeli berhak menawar atas dasar kualitas barang yang
diyakininya. Rasulullah Saw. Bersabda, “penjual dan pembeli tetap dalam
khiyar selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya berlaku benar-
benar dan suka menerangkan keadaan  (barang)nya, maka jual beli akan
memberkahi keduanya. Apabila keduanya menyembunyikan keadaan
sesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus keberkahan jual belinya.”
(H.R Bukhari dan Muslim).
2. Macam-macam Khiyar
a. Khiyar Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada
ditempat

3
berlangsungnya transaksi atau tawar-menawar. Keduanya berhak
memutuskan atau membatalkan jual-beli. Rasulullah Saw. Bersabda, “
dua orang yang berjual beli, boleh memilih akan meneruskan atau tidak
selama keduanya belum berpisah.” ( H.R Bukhori dan Muslim).
b. Khiyar syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli.
Misalnya penjual mengatakan,”saya jual barang ini dengan harga
sekian dengan syarat khiyar tiga hari.” Maksudnya penjual memberi
batas waktu kepada pembeli untuk memutuskan jadi tidaknya
pembeliannya tersebut dalam waktu tig hari. Apabila pembeli
mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu (dalam masa
khiyar) tidak ada pemiliknya, artinya, si penjual tidak berhak
menawarkan kepada orang lain lagi. Namun, jika akhirnya pembeli
memutuskan tidak jadi, barang tersebut menjadi hak penjual kembali.
Rasulullah Saw. Bersabda kepada seorang lelaki, “Engkau boleh khiyar
pada segala barang yang engkau beli selama tiga hari tigamalam.” (H.R
Baihaqi dan Ibnu Majah).
c. Khiyar Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembelikan barang yang
dibelinya jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas nilai
barang tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
c. Riba
1. Pengertian Riba
Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal
ini sering terjadi dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan
pinjam-meminjam.
Riba, apapun bentuknya, dalam syari’at islam hukumnya haram.
Sanksi hukumnya juga sangat berat. Diterangkan dalam hadist yang di
riwayatkan bahwa, “Rasulullah mengutuk orang yang mengambil riba,
orang yang mewakilkan, orang yang mencatat, dan orang yang
menyaksikannya. (H.R Muslim). Dengan demikian, semua orang yang
terlibat dalam riba sekalipun hanya sebagai saksi, terkena dosanya juga.
a) Sama timbangan ukurannya atau
b) Dilakukam serah terima saat itu juga,
c) Tunai
Apabila tidak sama jenisnya seperti emas dan perak boleh berbeda
takarannya, namun tetap harus secara tunai dan diserah terimakan saat itu
juga. Kecuali barang yang berlainan jenis dengan perbedaan seperti perak
dan beras, dapat berlaku ketentuan jual-beli sebagaimana barang-barang
yang lain.
2. Macam-macam Riba
a) Riba Fadli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama
timbangannya, misalnya cincin emas 22karat sebesar 10 gram ditukar
dengan emas 22 gram kelebihannya itulah yang termasuk riba.
b) Riba Qordi, adalah peminjaman dengan syarat harus memberikan
kelebihan saat mengembalikannya. Misal si A bersedia meminjami si B

4
uang sebesar Rp 100.000,00 asal si B bersedia mengembalikannya
sebesar Rp115.000,00. Bunga pinjaman itulah yang disebut riba.
c) Riba Yadi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama
timbangannya, namun penjualan dan pembeli berpisah sebelum
melakukan serah terima.
d) Riba Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang
beberapa waktu kemudian.

2. Utang-piutang
a. Pengertian Utang-piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang
dengan catatan akan dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan
tidak mengubah keadaannya. Misalnya utang Rp100.000,00 dikemudian hari
harus melunasinya Rp100.000,00. Memberi utang kepada seseorang berarti
menolongnya dan sangat dianjurkan oleh agama.
b. Rukun Utang-piutang
Rukun utang-piutang ada tiga, yaitu:
1) Yang berpiutang dan yang berutang,
2) Ada harta atau barang,
3) Lafadz kesepatan. Misal: “saya utangkan ini kepadamu.”Yang berutang
menjawab, “Ya, saya utang dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan
jelas” atau jika sudah punya akan saya lunasi.”
Untuk menghindari keributan dikemudian hari, Allah Swt.
Menyarankan agar kita mencatat dengan baik utang-piutang yang kita
lakukan.
Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya
karena kesulitan, Allah Swt. Menganjurkan memberinya kelonggaran.
َ ‫َوِإ ْن َكانَ ُذو ُع ْس َر ٍة فَنَ ِظ َرةٌ ِإلَى َم ْي َس َر ٍة َوَأ ْن ت‬
)٢٨٠( َ‫َص َّدقُوا َخ ْي ٌر لَ ُك ْم ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
Artinya: “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka
berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika
kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui..”
(Q.S.al-Baqarah/2: 280)
Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan
atas kemauannya sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan itu halal
bagi yang berpiutang, dan merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang.
Rasulullah saw, bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik kamu, ialah yang
sebaik-baiknya kita membayar utang.” (sepakat ahli hadis). Abu
Hurairah ra. Berkata, “Rasulullah saw. Telah berutang hewan, kemudian
beliau bayar dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau
utang itu, dan Rasulullah saw. Bersabda, “Orang yang paling baik ialah
orang yang dapat membayar utangnya dengan yang lebih baik.” (HR.
Ahmad dan Tirmidzi).
Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari
orang yang melunasi utang dan telah disepakati bersama sebelumnya,

5
hukumnya tidak boleh. Tambahan pelunasan tersebut tidak halal sebab
termasuk riba. Rasulullah saw. Berkata “Tiap-tiap piutang yang
mengambil manfaat maka ia semacam dari beberapa macam riba.” (HR.
Baihaqi)

3. Sewa-menyewa
a. Pengertian Sewa-menyewa
Sewa menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya imbalan yang
harus diterima oleh seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa
penyediaan tenaga dan pikiran, tempat tinggal, atau hewan.
            Dasar hukum ijarahdalam firman Allah Swt.
‫هُ ِر ْزقُه َُّن‬777َ‫و ِد ل‬777ُ‫ا َعةَ َو َعلَى ْال َموْ ل‬777‫َّض‬ َ ‫ا ِملَ ْي ِن لِ َم ْن َأ َرا َد َأ ْن يُتِ َّم الر‬777‫ وْ لَ ْي ِن َك‬777‫ ْعنَ َأوْ ال َده َُّن َح‬777‫ض‬
ِ ْ‫َات يُر‬ ُ ‫د‬777ِ‫َو ْال َوال‬
‫ث‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫و‬7 َ 7‫ ِد ِه َو َعلَى ْال‬7 َ‫هُ بِ َول‬7 َ‫ضا َّر َوالِ َدةٌ بِ َولَ ِدهَا َوال َموْ لُو ٌد ل‬ َ ُ‫ُوف ال تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ ِإال ُو ْس َعهَا ال ت‬ ِ ‫َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْال َم ْعر‬
‫عُوا َأوْ ال َد ُك ْم‬77‫ض‬ ِ ْ‫َاح َعلَ ْي ِه َما َوِإ ْن َأ َر ْدتُ ْم َأ ْن تَ ْستَر‬
َ ‫اض ِم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَال ُجن‬ ٍ ‫صاال ع َْن ت ََر‬ َ ِ‫ك فَِإ ْن َأ َرادَا ف‬ َ ِ‫ِم ْث ُل َذل‬
( ‫ي ٌر‬777‫ص‬ ِ َ‫ونَ ب‬777ُ‫ا تَ ْع َمل‬777‫وا َأ َّن هَّللا َ بِ َم‬777‫وا هَّللا َ َوا ْعلَ ُم‬777ُ‫ُوف َواتَّق‬
ِ ‫ال َم ْعر‬777ْ ِ‫ا آتَ ْيتُ ْم ب‬777‫لَّ ْمتُ ْم َم‬777‫ا َح َعلَ ْي ُك ْم ِإ َذا َس‬777َ‫فَال ُجن‬
)٢٣٣ Artinya: ”...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut...” (Q.S. al-Baqarah/2: 233)

ِ ‫ضيِّقُوا َعلَ ْي ِه َّن وَِإ ْن ُك َّن ُأوال‬


‫َأ ْنفِقُوا َعلَ ْي ِه َّن‬77َ‫ت َح ْم ٍل ف‬ َ ُ‫ضارُّ وه َُّن لِت‬َ ُ‫ْث َس َك ْنتُ ْم ِم ْن ُوجْ ِد ُك ْم َوال ت‬ ُ ‫َأ ْس ِكنُوه َُّن ِم ْن َحي‬
‫ ُع‬7 ‫ض‬ ِ ْ‫رْ تُ ْم فَ َستُر‬7 ‫اس‬ ٍ ‫ ر‬7‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَآتُوه َُّن ُأجُو َره َُّن َوْأتَ ِمرُوا بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْع‬
َ ‫ُوف َوِإ ْن تَ َع‬ َ ْ‫ض ْعنَ َح ْملَه َُّن فَِإ ْن َأر‬
َ َ‫َحتَّى ي‬
)٦( ‫لَهُ ُأ ْخ َرى‬
Artinya: “...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka
berikanlah imbalannya kepada mereka...” (Q.S. at-Talaq/65: 6)

b. Syarat dan Rukun Sewa-menyewa


1) Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah balig dan berakal
sehat.
2) Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan
karena dipaksa.
3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau
walinya.
4) Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
5) Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara
jelas oleh kedua belah pihak. Misalnya, ada orang yang menyewa sebuah
rumah. Si penyewa harus menerangkan secara jelas kepada pihak yang
menyewakan, apakah rumah tersebut mau ditempati atau dijadikan
gudang. Dengan demikian, si pemilik rumah akan mempertimbangkan
boleh atau tidak disewa. Sebab risiko kerusakan rumah antara dipakai
sebagai tempat tinggal berbeda dengan risiko dipakai sebagai gudang.
Demikian pula jika barang yang disewakan itu mobil, harus dijelaskan
dipergunakan untuk apa saja.
6) Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan
jelas.

6
7) Harga sewa dan car pembayaannya juga harus ditentukan dengan jelas
serta disepakati bersama.
Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah
diketahui secara jelas dan disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut.
1) Jenis pekerjaan dan tenaga kerjanya.
2) Berapa lama masa kerja.
3) Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan,
mingguan ataukah borongan?
4) Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan,dan lain-lain, kalau
ada.

C. SYIRKAH
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau
lebih sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya. Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakuakan oleh dua pihak
atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan.
a. Rukun dan Syarat Syirkah
1) Dua belah pihak yang berakad (‘aqidni). Syarat orang yang melakukan akad
adalah harus memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan taasarruf (pengelolaan
harta).
2) Objek akad yang disebut juga ma’qud’alaihi mencakup pekerjaan atau modal.
Adapun syarat pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah harus halal
dan diperbolehkan dalam agama dan pengelolaannya dapat diwakilkan.
3) Akad atau disebut juga dengan istilah sigat. Adapun syarat sah akad harus
berupa tasarruf , yaitu adanya aktivitas pengelolaan.
b. Macam-macam Syirkah
1) Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-
masing memberi konstribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini
hukumnya boleh berdasarkan dalil sunah dan ijma ‘sahabat.
2) Syirkah ‘Abdan
Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-
masing, hanya memberikan konstribusi kerja (amal), tanpa konstribusi modal
(amal). Kerja kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah)
ataupun kerja fisik (seperi tukang batu). Syirkah ini juga dise.but syirkah
‘amal.
3) Syirkah Wujuh
Syrikah wujuh adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan,
ketokohan, atau keahlian (wujud) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah
wujuh adalah syirkah antara dua pihak yang sama-sama memberikan
konstribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga yang memberikan konstribusi
modal (mal).

7
4) Mudarabah
Mudarabah adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang/pihak
atau lebih dan salah satu orang/pihak,diantara mereka bersedia mengeluarkan
sejumlah modal uang atau barang untuk diperdagangkan oleh pihak lainnya
dengan ketentuan pembagian laba sesuai kesepakatan. Hukum mudarabah
adalah jaiz(boleh)selama tidak ada pihak yang dirugikan.
Mudarabah ini telah terjadi di Zaman Rasulullah saw.,bahkan beliau
sendiri pernah melakukannya dengan Siti khadijah sebelum beliau
menikahinya. Rasulullah saw. Pergi ke negeri Syam dengan membawa modal
dagangan dari Siti Khadijah,dan sepulangnya dari perniagaan beliau segera
menyerahkan modal pokoknya dan membagi keuntungan sesuai kesepakatan.
5) Musaqah
Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani. Pemilik
kebun menyerahkan kepada petani agar dipelihara panennya nanti akan dibagi
dua menurut persentase yang ditentukan padawaktu akad.
Konsep musaqah merupakan konsep kerja sama yang saling
menguntungkan antara kedua belah pihak (simbiosis mutualisme). Tidak
jarang para pemilik lahan tidak memiliki waktu luang untuk merawat
perkebunannya. Sementara dipihak lain ada petani yang memiliki lahan yang
bisa digarap. Dengan adanya sistem kerja sama musaqah,setiap pihak akan
sama-sama mendapatkan manfaat.
6) Muzara’ah dan Mukhabarah
Muzara’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik
lahan dan Petani penggarap. Dalam kerja sama ini benih tanaman berasal dari
petani. Sementara mukhabarah ialah kerja sama dalam bidang pertanian antara
pemilik lahan dan petani penggarap. Dalam kerja sama ini,benih tanamannya
berasal dari pemilik lahan. Muzara’ah memang sering kali diindentikkan
dengan mukharabah. Namun demikian,keduanya sebenarnya memilki sedikit
perbedaan. Muzara’ah benihnya berasal dari petani penggarap,sedangkan
mukhabarah benihnya berasal dari pemilik lahan.
Muzara’ah dan mukhabarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan
pertanian antara pemilik lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa
Rasulullah saw. Dalam hal ini,pemilik lahan memberikan lahan pertanian
kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan pembagian
persentase tertentu dari hasil panen. Di Indonesia,Khusunya di kawasan
pendesaan,kedua model penggarapan tanah itu sama-sama dipraktikkan oleh
masyarakat petani. Landasan syariahnya terdapat dalam hadis dan ijma’ulama.

D. PERBANKAN
1. Pengertian perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun
dana masyarakat dan disalurkan kembali dengan menggunakan sistem bunga.
Hakikat dan tujuan bank ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan.
Bank membantu masyarakat dalam bentuk penyimpanan maupun peminjam,baik

8
berupa uang atau barang berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus
dibayarkan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa bank.
Bank dilihat dari segi penerapan bunganya,dapat dikelompokkan menjadi
dua,yaitu seperti berikut.
a. Bank Konvensional
Bank konversional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana
untuk disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan
usaha. Penghimpun dana digunakan untuk mengembangkan usahanya dengan
menggunakan sistem bunga.
b. Bank islam atau bank syari’ah
Bank islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya
menurut syariat islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak
dalam bank islam. Bank syari’ah menggunakan beberapa cara yang bersih dari
riba, misalnya sebagai berikut.
1) Mudarabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha
dengan perjanjian bagi hasil dan sama-sama menanggung kerugian
dengan persentase sesuai perjanjian. Dalam sistem mudarabah,pihak bank
sama sekali tidak mengintervensi manajamen perusahaan.
2) Musyarakah, yakni kerjasama antara pihak bank dan pengusaha di
manamasing-masing pihak sama-sama memiliki saham. Oleh karena itu,
kedua belah pihak mengelola usahanya secara bersama-sama dan
menanggung untung ruginya secara bersama-sama pula.
3) Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat
berharga. Amanah dari pihak nasabah tersebut dipelihara dengan baik oleh
pihak bank. Pihak bank juga memiliki hak unuk menggunakan dana yang
dititipkan dan menjamin bisa mengembalikan dana tersebut sewaktu-
waktu pemiliknya memerlukan.
4) Qardul hasan, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah
yang baik dalam keadaan darurat. Nasabah hanya diwajibkan
mengembalikan simpanan pokok pada saat jatuh tempo biasanya layanan
ini hanya diberikan untuk nasabah yang memiliki deposito di bank
tersebut sehingga menjadi wujud penghargaan bank kepada nasabahnya.
5) Murabahah, yaitu istilah dalam fiqih islam yang menggambarkan suatu
jenis penjualan dimana penjual sepakat dengan pembeli untuk
menyediakan suatu produk, dengan ditambah jumblah keuntungan
tertenteu diatas biaya produksi. Disini, penjual mengungkapkan biaya
sesungguhnya yang dikeluarkan dan beberapa keuntungan yang hendak di
ambilnya. Pembayaran dapat dilakukan saat penyerahan atau ditetapkan
pada tanggal tertentu yang disepakati. Dalam hal ini, bank membelikan
atau menyediakan barang yang diperlukan pengusaha untuk dijual lagi.
Kemudian, bank meminta tambahan harga atas harga pembeliannya
tersebut. Namun demikian, pihak bank harus secara jujur
menginformasikan harga pembelian yang sebenarnya.

9
E. ASURANSI SYARI’AH
1. Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, Assuranite yang artinya
pertanggungan. Dalam bahasa Arab dikenal dengan at-Ta’min yang berarti
pertanggungan, perlindungan, keamanan, ketenangan atau bebas dari perasaan
takut. Si penanggung (Assuradeur) disebut Mu’ammin dan tertanggung
(grasrurrerde) disebut musta’min.
Dalam islam, asuransi merupkan dari muamalah. Dasar hukum asuransi
menurutfikih islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi
tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum islam. Pada umumnya, para ulama
berpendapat asuransi yang berdasarkan syariah dibolehkan dan asuransi
konvensional haram hukumnya.
Asuransi dalam ajaran islam merupakan salah satu upaya seorang muslim
yang didasarkan nilai tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya
setiap jiwa tidak memiliki daya apapun ketika menerima musibah dari Allah SWT.,
baik berupa kematian, kecelakaan, bencana alam maupun takdir buruk yang lain
untuk menghadapi berbagai musibah tersebut, ada beberapa cara untuk
menghadapinya. Pertama, menanggungnya sendiri. Kedua, mengalihkan resiko ke
pihak lain. Ketiga, mengelolanya bersama-sama.
Dalam ajaran islam, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan
masalah kelompok walaupun musibah ini hanya menimpa individu tertentu.
Apalagi jika musibah itu mengenai masyarakat luas seperti gempa bumi atau
banjir. Berdasarkan ajaran inilah, tujuan asuransi sangat sesuai dengan semangat
ajaran tersebut.
2. Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional
Prinsip Asuransi Syari’ah tersebut berbeda dengan yang berlaku di sistem
konvensional, yang menggunakan prinsip transfer risiko. Sesorang membayar
sejumblah premi untuk mengalihkan risiko yang tidak mampu dia pikul kepada
perusahaan asuransi. Dengan kata lain, telah terjadi “jual beli atas risiko kerugian
yang belum pasti terjadi. Disinilah cacat perjanjian asuransi konvensional. Sebab
akad dalam islam mensyaratkan adanya sesuatu yang bersifat pasti, apakah itu
berbentuk barang ataupun jasa.
Perbedaan yang lain, pada asuransi konvensinal dikenal dana hangus, dimana
peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi ketika ingin mengundurkan diri
sebelum jatuh tempo. Dalam konsep asuransi syari’ah, mekanismenya tidak
mengenal dana hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun, karena satu dan hal
ingin mengundurkan diri, dana atau premi yang sebelumnya sudah dibayarkan

10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan
nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Prinsip-prinsip
kegiatan Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
1. Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik yang absolute
atas semua yang ada.
2. Manusia  merupakan  pemimpin  (khalifa)  Allah  di  bumi  tapi  bukan  pemilik  yang
sebenarnya.
3. Semua yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia adalah karna seizing Allah, oleh
karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagian
kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya yang lebih beruntung.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5. Kekayaan harus diputar.
6. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan.
7. Menghilangkan jurang perbedaan antar individu  dapat menghapuskan konflik antar
golongan dengan cara membagikan kepemilikan seseorang setelah kematiannya kepada
para ahli warisnya.
8. Menetapkan  kewajiban  yang  sifatnya  wajib  dan  sukarela  bagi  semua  individu
termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.

Muāmalah ialah kegiatan tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara  yang  ditempuhnya,  seperti  jual-beli,  sewa-menyewa,  utang-piutang,  pinjam-
meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Syirkah  (perseroan)  berarti  suatu  akad  yang  dilakukan  oleh  dua  pihak  atau  lebih 
yang bersepakat untuk  melakukan suatu usaha dengan tujuan  memperoleh keuntungan.
Syirkah ada beberapa macam: syirkah `inān, syirkah „abdān, syirkah wujūh, dan syirkah
mufāwaḍah.
Muḍārabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak
pertama menyediakan semua modal (ṡāhibul māl), sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola atau pengusaha (muḍarrib).
Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang
pemilik kebun menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti
dibagi dua menurut persentase yang ditentukan pada waktu akad.
Bank Islam atau bank syariah, yaitu bank yang menjalankan operasinya menurut syariat
Islam.
Bank syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya: muḍārabah,
musyārakah, waḍ³‟ah, qarḍul hasān, dan murābahah.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/business/prinsip-dan-praktik-ekonomi-islam-pdf-file.html
http://neynafn.blogspot.co.id/2015/05/makalah-prinsip-prinsip-ekonomi-islam.html

12
MAKALAH PAI
“Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam ”

Di susun oleh:

Nama Kelompok : 1. Agung R.

2. Adel

3. Alpian

4. Hartanto

Kelas : XI. IPS2

Mata Pelajaran : PAI

SMA NEGERI JAYALOKA


TAHUN AJARAN 2023/2024

13
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas segala nikmat yang telah
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini sebagaimana mestinya.
Penyusun Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca
tentang beberapa hal yang dibahas dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
belum terbilang dalam kata sempurna karena, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
penulis.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
untuk perbaikan pada pembuatan makalah yang selanjutnya. Akhirnya penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jayaloka, Agustus 2023

Penulis

14
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mu’amalah........................................................................ 2
B. Macam-Macam Mu’amalah................................................................ 2
C. Syirkah................................................................................................ 7
D. Perbankan............................................................................................ 8
E. Asuransi Syari’ah ............................................................................... 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

15

Anda mungkin juga menyukai