Anda di halaman 1dari 29

SISTEM INSTRUMENTASI

FOURIER TRANSFORM INFRA-RED

OLEH :

EKA ANGGRIANI ODJA (H012201008)

PROGRAM PASCASARJANA KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya. Makalah ini membahas tentang instrumen Fourier Transform Infra-Red.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.

Makassar, 10 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...........................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5

A. Fourier Transform Infra-Red (FTIR)...............................................................5


B. Prinsip Kerja Fourier Transform Infra-Red (FTIR).........................................8
C. Teknik Analisis Sampel pada Fourier Transform Infra-Red (FTIR)...............11
BAB III PENUTUP.............................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Atom-atom di dalam suatu molekul tidak dapat diam melainkan bervibrasi


(bergetar). Ikatan kimia yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai
duabola yang dihubungkan oleh pegas, dan ditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Model ikatan kimia

Bila radiasi infra merah dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul-
molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi dan terjadilah transisi diantara tingkat
vibrasi (ground state) dan tingkat vibrasi tereksitasi (excited state). Contoh suatu ikatan
C – H yang bervibrasi 90 triliun kali dalam satu detik harus menyerap radiasi infra merah
pada frekuensi tersebut (9,0 x 10 13 Hz, 3000 cm –1) untuk pindah ke tingkat vibrasi
tereksitasi pertama. Pengabsorpsian energi pada berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh
spektrofotometer infrared, yang memplot jumlah radiasi infra merah yang diteruskan
melalui cuplikan sebagai fungsi frekuensi (atau panjang gelombang) radiasi. Plot tersebut
adalah spektrum infra merah yang memberikan informasi penting tentang gugus
fungsional suatu molekul.

Spektrofotometer FTIR merupakan alat yang dapat digunakan untuk identifikasi senyawa,
khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

3
a.    Analisis kualitatif
     Analisis kualitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk identifikasi
gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa yang dianalisis (Silverstein dan
Bassler, 1998).
b.   Analisis kuantitatif
     Analisis kuantitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk menentukan
konsentrasi analit dalam sampel. Analisis kuantitatif dengan FTIR digunakan hukum Lambert
Beer’s. Hukum Lambert Beer’s dinyatakan sebagai berikut:

A= ε b c
Dimana:
A= absorbansi,
ε = absorptivitas,
b = ketebalan tempat sampel dan
c = konsentrasi sampel (Pescok dkk., 1976; Skoog & West, 1971).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu :

1. Bagaimana prinsip kerja isntrumen Fourier Transform Infra-Red


2. Bagaimana teknik analisis sampel pada instrument Fourier Transform Infra-Red

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui Prinsip Jerja isntrumen Fourier Transform Infra-Red (FTIR)


2. Untuk mengetahui teknik analisis sampel pada instrument Fourier Transform
Infra-Red

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fourier Transformed Infra-Red (FTIR)


Radiasi gelombang elektromagnetik adalah energi yang dipancarkan menembus
ruang dalam bentuk gelombang – gelombang atau paket- paket energi. Tiap tipe
radiasi gelombang elektromagnetik (mulai dari radiasi gelombang radio hingga
radiasi gamma) dicirikan oleh panjang gelombang (λ) atau frekuensi (υ)dari
gelombang tersebut.Radiasi Elektromagnetik mempunyai panjang gelombang,
frekuensi, kecepatan, dan amplitudo. Panjang gelombang (dengan simbol λ ) adalah
jarak antara dua puncak atau dua lembah dari suatu gelombang seperti terlihat pada
Gambar 1 dibawah ini

Gambar 2. Gelombang Elektromagnetik Biasanya satuan panjang gelombang

dinyatakan dalam nm atau Angstrom (Stuart,B. 2004: 3)

Ketika suatu radiasi gelombang elektromagnetik mengenai suatu materi, akan


terjadi suatu interaksi yang berupa penyerapan energi (absorbsi) oleh atom-atom
atau molekul-molekul dari materi tersebut.

Fourier Transformed Infrared (FTIR) merupakan salah satu alat atau instrument
yang dapat digunakan untuk mendeteksi gugus fungsi, mengidentifikasi senyawa dan
menganalisis campuran dari sampel yang dianalisis tanpa merusak sampel. Daerah
inframerah pada spektrum gelombang elektromagnetik dimulai dari panjang

5
gelombang 14000 cm-1 hingga 10-1. Berdasarkan panjang gelombang tersebut
daerah inframerah dibagi menjadi tiga daerah, yaitu IR dekat (14000-4000 cm -1) yang
peka terhadap vibrasi overtone, IR sedang (4000-400 cm-1) berkaitan dengan transisi
energi vibrasi dari molekul yang memberikan informasi mengenai gugus-gugus
fungsi dalam molekul tersebut, dan IR jauh (400-10 cm-1) untuk menganalisis
molekul yang mengandung atom-atom berat seperti senyawa anorganik tapi butuh
teknik khusus (Schechter, 1997; Griffiths dan Chalmers, 1999). Biasanya analisis
senyawa dilakukan pada daerah IR sedang (Tanaka dkk, 2008).

Penemuan inframerah ditemukan pertamakali oleh William Herschel pada


tahun1800. Penelitian selanjutnya diteruskan oleh Young, Beer, Lambert dan Julius
melakukan berbagai penelitian dengan menggunakan spektroskopi inframerah.
Pada tahun 1892 Julius menemukan dan membuktikan adanya hubungan antara
struktur molekul dengan inframerah dengan ditemukannya gugus metil dalam suatu
molekul akan memberikan serapan karakteristik yang tidak dipengaruhi oleh
susunan molekulnya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang diserap oleh
ikatan pada gugus fungsi adalah:

E= h.ν = h.C /λ = h.C /v

Keterangan:
E= energi yang diserap
-34
h= tetapan Planck = 6,626x10 Joule.det
v= rekuensi
8
C = kecepatan cahaya=2,998x10 m/det
λ= panjang gelombang
ν= bilangan gelombang

6
Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang sinar inframerah dibagi atas
tiga daerah yaitu pada Tabel 1.

Tabel 1. Daerah panjang gelombang Infra-red

Gambar 3. Daerah panjang gelombang Infra-red

Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik tersebut diatas, daerah panjang

gelombang yang digunakan pada alat spektrofotometer infra merah adalah pada daerah infra

merah pertengahan, yaitu pada panjang gelombang 2,5 – 50 µm atau pada bilangan

gelombang 4.000 – 200 cm-1.

7
Tabel 2. Korelasi antara jenis vibrasi gugus fungsional dan frekuensi
Gugus Jenis vibrasi Frekuensi (cm-1) Intensitas
Alkana (ulur) 3000-2850 Kuat
CH3 (tekuk) 1450 dan 1375 Medium
CH2 (tekuk) 1465 Medium
Alkena (ulur) 3100-3000 Medium
Alkena (tekuk, keluar 1000-650 Kuat
bidang)
C-H
Aromatis (ulur) 3150-3050 Kuat
Aromatis (tekuk, keluar 900-690 Kuat
bidang)
Alkuna (ulur) + 3300 Kuat
Aldehid 2900-2800 Lemah
2800-2700 Lemah
C-C Alkana 1200 Sedang
Alkena 1680-1600 Medium-lemah
C=C
Aromatis 1600 dan 1475 Medium-lemah
C≡C Alkuna 2250-2100 Medium-lemah
Aldehid 1740-1720 Kuat
Keton 1725-1705 Kuat
Asam karboksilat 1725-1700 Kuat
C=O Ester 1750-1730 Kuat
Amida 1680-1630 Kuat
Anhidrida 1810 dan 1760 Kuat
Asil klorida 1800 Kuat
Alcohol, eter, ester, asam 1300-1000 Kuat
C-O
karboksilat, anhidrida
Fenol
Bebas 3650-3600 Medium
O-H
Terikat hydrogen 3400-3200 Medium
Asam-asam karboksilat 3400-2400 Medium
Amin primer, amin

8
N-H sekunder, amida
3500-3100
Ulur Medium
1640-1550
Tekuk Medium-kuat
C-N Amina 1350-1000 Medium-kuat
(Sumber: Pavia, cit Rohman., 2014).

B. Prinsip kerja Fourier Transformed Infrared (FTIR)

Prinsip kerja FTIR adalah interaksi antara energi dan materi. Infrared yang


melewati celah ke sampel, dimana celah tersebut berfungsi mengontrol jumlah energi
ysng disampaikan kepada sampel. Kemudian beberapa infrared diserap oleh sampel
dan yang lainnya di transmisikan melalui permukaan sampel sehingga
sinar infrared lolos ke detektor dan sinyal yang terukur kemudian dikirim ke
komputer dan direkam dalam bentuk puncak-puncak (Thermo, 2001).

Gambar 4. Skematik Prinsip Kerja FTIR (Thermo, 2001)

9
Gambar 5. Instrumentasi Spektrofotometer Inframerah Transformasi Fourier (Stuart,B.
2004: 19)

Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform InfraRed (FTIR) adalah


sama dengan Spektrofotometer InfraRed dispersi, yang membedakannya adalah
pengembangan pada sistim optiknya sebelum berkas sinar inframerah melewati
contoh. Dasar pemikiran dari Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red adalah
dari persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier
(1768-1830) seorang ahli matematika dari Perancis.

Dikemukakan oleh Albert Abraham Michelson (Jerman,1831). Pada sistim optik


Fourier Transform InfraRed digunakan radiasi LASER (Light Amplification by
Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang
diinterferensikan dengan radiasi inframerah agar sinyal radiasi inframerah yang
diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik.

10
Gambar 6. Sistem optik Spektrofotometer FTIR

Gambar 7. Skema Alat FTIR (Thermonicolet Corporation.(2007). Introductionto Fourier


Transform Infrared Spectrometry:3

Pada proses instrumen analisis sampelnya meliputi:

11
1. The source: energi IR yang dipancarkan dari sebuah benda hitam menyala.
Balok ini melewati melalui logam yang mengontrol jumlah energi yang
diberikan kepada sampel.
2. Interoferometer: sinar memasuk iinterferometer, spectraencoding ‟mengambil
tempat, kemudian sinyal yang dihasilkan keluar dari interferogram.
3. Sample : sinar memasuki kompartemen sampel dimana diteruskan melalui
cermin dari permukaan sampel yang tergantung pada jenis analisis.
4. Detector: sinar akhirnya lolos ke detektor untuk pengukuran akhir. Detektor ini
digunakan khusus dirancang untuk mengukur sinar interfrogram khusus.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red
adalah Tetra Glycerine Sulphate (disingkat TGS) atau Mercury Cadmium
Telluride (disingkat MCT). Detektor MCT lebih banyak digunakan karena
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan
respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih
cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energy vibrasi
yang diterima dari radiasi infra merah.
5. Computer: sinyal diukur secara digital dan dikirim ke komputer untuk diolah
oleh Fourier Transformation berada. Spektrum disajikan untuk interpretasi
lebih lanjut.

C. Teknik Analisis Sampel pada Fourier Tranformed Infrared (FTIR)


Secara garis besar, spektrum IR diperoleh dengan teknik transmisi dan pantulan
(reflectance) (Rohman, 2014; Beasley, et al., 2014).

Teknik Transmisi

Teknik transmisi dalam memperoleh spektra IR, yaitu dengan melewatkan berkas
sinar inframerah melalui sampel. Kelebihan dari teknik ini yaitu spektra transmisi
mempunyai rasio sinyal noise yang tinggi, relatif tidak mahal, dan bersifat universal
karena bekerja pada sampel padat, cair, gas dan polimer. Kekurangannya yaitu pada

12
sampel yang dianalisis, idealnya harus berketebalan 1-20 mikron dan penyiapan
sampel membutuhkan waktu yang lama. Teknik transmisi dibagi menjadi tiga yaitu:
(a) spektra transmisi sampel padat, (b) spektra transmisi sampel cairan, dan (c)
spektra transmisi sampel gas.

a. Spektra Transmisi Sampel


1. Lempeng Kalium Bromida (Pelet KBr): Pelet KBr digunakan untuk memperoleh
spektra IR dari sampel padat terutama untuk sampel-sampel serbuk. KBr bersifat
inert, transparan terhadap sinar IR, dapat beraksi sebagai pendukung dan
pengencer sampel. Sedikit sampel padat (kira-kira 1 – 2 mg), kemudian
ditambahkan bubuk KBr murni (kira-kira 200 mg) dan diaduk hingga rata.
Campuran ini kemudian ditempatkan dalam cetakan dan ditekan dengan
menggunakan alat tekanan mekanik. Tekanan ini dipertahankan beberapa menit,
kemudian sampel (pelet KBr yang terbentuk) diambil dan kemudian ditempatkan
dalam tempat sampel pada alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis.
2. Mull atau lumpuran dibuat dengan menggerus sampel/cuplikan sampai halus,
kemudian dicampur dengan 1-2 tetes minyak hidrokarbon berat/parafin cair
(Nujol) hingga menjadi lumpuran.
b. Spektra Transmisi Sampel Cair
Bentuk ini adalah paling sederhana dan metode yang paling umum pada persiapan
sampel. Setetes sampel ditempatkan antara dua plat KBr atau plat NaCl untuk
membuat film tipis. Kemudian plat ditempatkan dalam tempat sampel alat
spektroskopi inframerah untuk dianalisis.
c. Spektra Transmisi Sampel Padat
Cuplikan gas dimasukkan ke dalam sampel gas. Jendela transparan terhadap
inframerah, biasanya NaCl digunakan sehingga sel dapat diletakkan langsung
dalam berkas cuplikan. Modifikasi dari bentuk ini dilakukan dengan menggunakan
cermin-cermin internal sehingga berkas sinar dipantulkan beberapa kali melalui
sampel untuk menaikkan kepekaan.

13
Teknik Reflektan (Pantulan)

Teknik reflektan digunakan untuk sampel yang sulit untuk dianalisis dengan
teknik transmitan. Teknik pantulan atau reflectance ini sinar inframerah kembali
dipantulkan paa sampel yang dianalisis. Keuntungan dari teknik reflektan adalah
preparasi sampel cepat, mudah, tidak dipengaruhi oleh ketebalan sampel dan non-
destrusi. Terdapat 2 metode reflektan, yaitu:

1. Attenuated Total Reflectance (ATR)

Teknik ATR digunakan untuk memperoleh spektra zat padat, cair, semipadat,
dan lapisan tipis. ATR dilakukan dengan menggunakan aksesori dalam kompartemen
sampel spektrofotometer FTIR. Bagian inti aksesori ATR terlihat kristal (berupa
bahan transparan inframerah) dengan indeks bias yang tinggi (Rohman, 2014;
Beasley, et al., 2014). ATR merupakan teknik yang baik dan tangguh untuk sampling
IR. ATR berguna untuk sampling permukaan bahan yang halus, dimana bahan
tersebut sangat tebal atau buram untuk pengukuran IR dengan transmisi. Teknik ATR
bersifat nondestruktif, preparasi sampel sedikit dan tidak memerlukan preparasi
sampel, dan cepat. ATR dapat mengukur padatan (seperti kertas, kaca, keju, daging,
serbuk dan bahan yang warna gelap) dan cairan termasuk larutan non-aqueous
(seperti minyak dan pasta), polimer dan bahan organik lain (Sun, 2008).

2. Spektroskopi Reflektan Spekular

Teknik ini merupakan salah satu jenis reflektan eksternal. Dalam pantulan
eksternal, radiasi yang mengenai difokuskan ke sampel dan 2 bentuk pantulan dapat
terjadi, yakni: (1) specular atau pemantulan yang terjadi pada permukaan yang
mengilap; dan (2) diffuse (menyebar). Reflektan eksternal mengukur radiasi yang
dipantulkan dari sebuah permukaan. Bahan yang digunakan harus memantul
atau diikatkan dengan bahan yang memantul.

14
1. Pantulan specular terjadi ketika sudut radiasi yang dipantulkan sama dengan
sudut datang. Banyaknya sinar yang dipantulkan tergantung pada sudut
datang, indeks bias, kekasaran permukaan, dan sifat-sifat serapan sampel.
Pada teknik ini, sampel-sampel padat diletakkan pada permukaan yang rata.
Teknik specular umum digunakan untuk sampel-sampel cairan yang dapat
dituang melalui teflon.
2. Pada spektroskopi pantulan menyebar, energi yang menetrasikan satu atau
lebih partikel dipantulkan ke segala arah dan komponen ini disebut dengan
pantulan menyebar (diffuse reflectance). Dalam teknik inframerah, pantulan
menyebar (biasa dikenal dengan DRIFT = Diffuse Reflectance Infrared
Fourier Transform). Pada teknik pantulan menyebar, serbuk sampel dicampur
dengan serbuk KBr, tetapi tidak memerlukan pembuatan pelet dengan tekanan
hidrofilik. DRIFT sangat sesuai untuk sampel-sampel serbuk dan serat.
(Meilia,2019

BAB III

PENUTUP

15
A. Kesimpulan
1. Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0.75-1.000 µm.
2. Spektroskopi inframerah sebuah metode analisis instrumentasi pada senyawa
kimia yang menggunakan radiasi sinar infra merah. Spektroskopi inframerah
dugunakan untukmengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam
senyawa organik.

DAFTAR PUSTAKA

Griffith, P. (1975). Chemical Infrared Fourier Transform Spectroscopy.  John Wiley


& Sons: New York.

16
Hermonicolet Corporation.(2007). Introduction to Fourier Transform
InfraredSpectrometry.

http://repository.ump.ac.id/9347/1/Novita%20Meilia_TINJAUAN PUSTAKA.pdf

Pescok, R. L., Shield, L. D., Cairns, T., dan McWilliam, I. G. (1976).  Modern


Methods Of Chemical Analysis. Second Edition. John Wiley & Sons, Inc: New
York. 

Schecter,I.barzilai,I.L.,anda Bulatov,V. (1997). Online Remote Prediction of


Gasoline Properties by Combined Optical Method, Ana.Chim.Acta, 339. Hal
193-199.

Silverstein, R. M., dan Bassler. (1998). Spectrometric Identification Of Organic


Compounds. Sixth Edition. John Willey and Sons, Inc: NewYork.

Skoog, D.A., dan West, D. M. (1971). Principles of Instrumental Analysis. Holt,


Rinehart and Winston, Inc: New York. 

Stuart, Barbara.(2004).Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications.


Tanaka, K., Yosiaki, K., Tetsuro S., Fumiko, H. and Katsuko, K.
(2008).  Quantitation of Curcuminoids in Curcuma Rhizome by Near-Infrared
Spectroscopic Analysis. Journal of Agriculture and Food Chemistry. Vol 8 No
56. Hal 8787-8792. 

Thermo Nicolet. (2001). Introduction to FTIR Spectrometry.  Thermo Nicolet Inc:


Madison, USA.

Stuart, Barbara.(2004).Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications

17
Asian Journal of Chemical Sciences

7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137


ISSN: 2456-7795

FTIR Spectroscopic Study of Aloe vera barbadensis


Mill Buds

Muhammad S. A. Abbasi1, Muhammad Aslam Tahir2* and Sidra Meer3


1
G.I.X Labs, PINSTECH, P.O. Box. 1356, Nilore, Islamabad, Pakistan.

2
Allama Iqbal Open University, Islamabad, Pakistan.

3
Faculty of Pharmacy and Alternative Medicine, IU Bahawalpur, Pakistan.

Authors’ contributions

This work was carried out in collaboration among all authors. Authors MAT and MSAA managed the
literature searches. The research project was designed by mutual discussion among all the authors. Author
SM contributed in technical discussion. Author MAT performed the experiment and characterization work.
Author MSAA wrote the first draft of manuscript. All the three authors read and

approved this final manuscript.

Article Information

DOI: 10.9734/AJOCS/2020/v7i419026

Editor(s):

(1) Dr. Fahmida Khan, National Institute of Technology Raipur, India.


Reviewers:

(1) Renata Nunes Oliveira, UFRRJ, Brazil.


(2) Iikay Turhan Kara, Istanbul Arel University, Turkey.
(3) Pipat Chooto, Prince of Songkla University, Thailand.
Complete Peer review History: http://www.sdiarticle4.com/review-history/56137

Received 13 February 2020


Accepted 20 April 2020
Original Research Article
Published 27 April 2020

ABSTRACT

18
The objective of this research is to investigate number and types of bioactive
compounds present in Aloe Vera buds grown in North East Punjab region of
Pakistan by FTIR which is simple, nondestructive, cost effective and user friendly.
Aloe vera was cultivated under normal atmospheric conditions. After two years,
buds (early stage of flowers) were grown on twigs. The buds were plucked and
blended with distilled water in National Juicer machine to have a concentrated
blend. The blend was filtered to get clear solution, mixed with ethyl acetate and
then solvent extracted. The organic part was isolated and dried at water bath at
60°C. Dried sample was analyzed using FTIR spectroscopic analysis. All

*Corresponding author: E-mail: aslamtahir30@gmail.com;

19
Abbasi and Tahir et al.; AJOCS, 7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137

Keywords: Aloe vera; Aloe vera buds; FTIR; terpenoids; flavonoids; bioactive compounds.

1. INTRODUCTION
Since antiquity herbs, plants and their
parts have been used as natural curative
agents. Aloe vera synonymous A.
barbadensis Mill or Aloe vera var.
chinensis is an evergreen perennial,
succulent herbal plant of Arabian origin,
cultivated all over the world for
agricultural, medicinal, cosmetic and
decorative purposes. Different parts of
plants or herbs i.e. roots, stems, walls,
leaves, flowers, fruits, and seeds are
used as medicines. These medicinal Fig. 1. Aloe Vera
plants are also good source of our foods
[1]. It is our experience that natural and Recently we have studied the presence of
herbal medicines are much better than bioactive compounds in Menthe spicata
synthetic drugs because of minimum L(garden mint) by FTIR spectroscopic
their side and toxic effects [2]. Herbal analysis [13]. Aloe vera is known as
therapeutic restoratives work slowly but magic plant because it is a rich source of
always more effective than synthetic vitamins, enzymes, minerals, sugars,
drugs. lignin, phenolic compounds, sterols
saponins,
Aloe vera gel is used domestically and
industrially as herbal food
supplementary additive. Its properties as
soothing, moisturizing and emollient are
quite well documented [3,4]. The
domestic skin care use of Aloe vera gel
free from bitter constituents is quite
common practice all over the globe [5].
Aloe vera, in Fig. 1, commonly called
burn herb belongs to herb
Asphodelaceae family famous for its
medicinal/herbal use. It shares important
biological activities like antioxidant [6],
anti- inflammatory [7] and anticancer
[8]. These activities are attributed to the
presence of phenolic compounds [9],
terpenoids [10], flavonoids [11] and
natural quinone contents [12].

2
Abbasi and Tahir et al.; AJOCS, 7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137
salicylic acid and amino acids [14]. Aloe vera Varian 640IR FTIR spectroscopic
has also been well established for its use as a analysis using KBR pellet techniques.
traditional medicine [15]. Aloe vera gel has
Some buds were also put under shade
good wound healing effect but effective
for drying purpose but in short time
component for this purpose has to be
(seven days) fungus appeared on the
established [16]. FTIR analysis indicated buds. In an alternative approach the
presence of bioactive functional groups buds were semi-dried while being
present in leaf powder of Calotropis gigantea adhered to the parent plant then plucked
[17]. Aloe vera has also an important role in off and grinded to powder as shown in
the treatment of metabolic syndrome [18] Fig. 3.
and is good alternative therapy in the
treatment of oral sub mucous fibrosis [19]. In 3. RESULTS AND DISCUSSION
literature, except Aloe vera buds, FTIR spectrum of dried ethyl acetate
comprehensive FTIR analysis of herbal and extract powder was found to be
medicinal plants is available (Literature stimulating due to the fact that it
survey of ref # 13). contains the clear pattern of IR signal
peaks with well-defined resolution.
Our work is aa effort to investigate Graphic layout of IR spectrum is
functional groups present in Aloe vera displayed in Fig. 4.
buds by using FTIR spectroscopic
technique which is simple, cost
effective and user friendly technique to
investigate functional groups of
compounds in sample. FTIR analysis of
biological specimens is becoming
more popular tool for its nondestructive
nature, label-free testing and studying
molecular dynamics and composition
[20-22].

2. MATERIALS AND METHODS


Reddish orange buds as an early stage
of flowers of Aloe vera were plucked
from elongated flowering stalks and
were blended in distilled water to have
a concentrated solution. The solution
was filtered out using Whatman (Grade
595, 4-7 m) filter paper to which an
equivalent portion of ethyl acetate
solvent was added. The organic part
was separated and slowly evaporated at
water bath at 60°C. The residue
obtained was dried and transformed
into powder form, then analyzed using
3
Abbasi and Tahir et al.; AJOCS, 7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137

Fig. 2. Bouquet of Aloe vera flowering stalks, reddish orange


buds and their blend

(A) (B)

Fig. 3. (A) Dried Aloe vera buds, (B) Powder of Aloe vera buds

Fig. 4. FTIR spectrum of dried ethyl acetate extract powder

4
Abbasi and Tahir et al.; AJOCS, 7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137

The absorbing frequencies and belonging to aromatic medicinal


intensities are tabulated in Table 1. compounds. Absorption at 1311 cm-1
related to functional group “R-COCH 3”
Hydroxyl peak at 3321 cm-1 indicates containing compounds and their
the presence of medicinal compounds derivatives. Strong peak at 1232 cm-1
like alcohols, phenols, acids and their corresponds to R=C-O-C belongs to
derivatives. ethers. Signals at 1058 cm-1 corresponds
Signal at 3672 cm-1 is out of bound. to C=C related to unsaturated five or six
Both sharp peaks at 2855 and 2924 cm-1 membered ring compounds.
correspond to alkyl functional group of
compounds like alkanes, acetates, esters, Alkenes are represented by signals at
acids and ethers etc. around 819 cm-1. Signal at 769 cm-1
belong to C-H peak of five membered
Absorption at 1711 cm-1 lower sharp aromatics as shown in Fig. 5.
corresponds to a carbonyl peak C=O The wavenumbers of IR signal peaks
belonging to acids, aldehydes, ketones and their respective band forms are
etc. Sharp signals at 1531 cm -1 and 1601 given as tabulated format, as shown in
cm-1 corresponds to C=C Table 2.

Table 1. FTIR frequencies and band pattern of dried ethyl


acetate extract powder
Sr. No Wave number (cm-1) Signal Forms
1 3672 Higher sharp
2 3321 Lower broad
3 2924, 2855 Medium sharp
4 1711 Lower broad
5 1601,1531,1311 Lower sharp
6 1232, 1058 Lower sharp
7 819, 769 Higher sharp

5
Abbasi and Tahir et al.; AJOCS, 7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137

Fig. 5. FTIR spectrum of shade dried powder of Aloe buds

6
Abbasi and Tahir et al.; AJOCS, 7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137

Table 2. FTIR frequencies and band pattern of dried powder of Aloe buds

Sr. No Wave number (cm-1) Signal Forms


1 3300 Higher broad
2 2924, 2840 Higher sharp
3 1600, 1420 Lower sharp
4 1020, 750 Lower sharp

IR absorption peaks of plant dried buds Authors have declared that no competing
were found to be partially similar to that interests exist.
of ethyl acetate extracted dried
powdered sample in a way that both
spectra reveal the presence of
hydroxylated functional groups pre- REFERENCES
dominantly the non-hydrogen bonded
1. Ruiz-Bustos E, et al. Antibacterial and antifungal
ones and sp3 hybridized activities of some Mexican medicinal plants. J.
hydrocarbon Oral Pathol. Med. Food. 2009;12(6):1398–1402.
functionalities significantly 2. Verma S, Singh SP. Current and future status of
herbal medicines. Vet. World. 2008;1(11):347.
and respectively. However, the IR
3. Eshun K, He Q. Aloe vera: A valuable ingredient
spectrum of dried ethyl acetate extract for the food, pharmaceutical and cosmetic
powder has shown extensive signals to industries—a review. Crit. Rev. Food Sci. Nutr.
lower frequency region of spectrum that 2004;44(2):91–96.
4. Heinrich M. Tom Reynolds (Ed.), Aloes— The
exhibits the presence of unsaturated
Genus Aloe. Medicinal and Aromatic
hydrocarbons, aromatics and
oxygenated heterocyclic moieties.

4. CONCLUSION
Semi-shade/air dried powder and ethyl
acetate extract dried powder samples of
Aloe vera barbadensis Mill buds were
analyzed using FTIR (ATR)
spectroscopic technique. Some degree of
similarity was found in FTIR spectrum
of both samples especially in the higher
frequency region and assigned to
corresponding functional groups to
signify the presence of biologically
active compounds like alkenes, alcohols,
polyphenols, and aromatics and
heterocyclic quinonoids etc. in plant
matrix.

COMPETING INTERESTS

7
Abbasi and Tahir et al.; AJOCS, 7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137
Plants—Industrial Profiles, vol.
38. CRC Press, Boca Raton, 2004.
ISBN 0 415
30672 8 (386 pp., Hardcover, US
$119.95, bibliographies for
each chapter, some figures and
tables, index).” Elsevier; 2005.
5. Ulbricht C, et al. An evidence-based
systematic review of Aloe vera by the natural
standard research collaboration. J. Herb.
Pharmacother. 2008;7(3–40):279– 323.
6. Hu Y, Xu J, Hu Q. Evaluation of antioxidant
potential of Aloe vera (Aloe barbadensis
Miller) extracts. J. Agric. Food Chem.
2003;51(26):7788–7791.
7. Vázquez B, Avila G, Segura D, Escalante
B. Antiinflammatory activity of
extracts from Aloe vera gel. J.
Ethnopharmacol.1996;55(1):69–
75.
8. Shalabi M, Khilo K, Zakaria MM, Elsebaei MG,
Abdo W, Awadin W. Anticancer activity of
Aloe vera and Calligonum comosum extracts
separetely on hepatocellular carcinoma cells.
Asian Pac. J. Trop. Biomed. 2015;5(5):375–
381.
9. Santos J, Oliveira M, Ibáñez E, Herrero M.
Phenolic profile evolution of different ready-
to-eat baby-leaf vegetables during storage. J.
Oral Pathol. Med A. 2014;1327: 118–131.
10. Salminen A, Lehtonen M, Suuronen T,
Kaarniranta K, Huuskonen J. Terpenoids:
Natural inhibitors of NF-κB signaling with
anti-inflammatory and anticancer potential.
Cell. Mol. Life Sci. 2008;65(19):2979– 2999.
11. Liu HL, Jiang WB, Xie MX. Flavonoids: Recent
advances as anticancer drugs. Recent Pat.
Anticancer. Drug Discov. 2010;5(2):152–164.
12. Lu J-J et al. Quinones derived from plant
secondary metabolites as anti-cancer agents.
Anti-Cancer Agents Med. Chem. (Formerly
Curr. Med. Chem. Agents). 2013;13(3):456–
463.
13. Tahir MA, Abbasi MSA. FTIR Spectroscopic
Analysis of Mentha spicata L.(Garden Mint).
Asian J. Chem. Sci. 2020;1–5.

8
Abbasi and Tahir et al.; AJOCS, 7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137

14. Atherton P. Aloe vera: Magic or medicine?.


Nurs. Stand. (through 2013). 1998; 12(41):49. syndrome: A review. Phyther. Res.
15. Sayed MD. Traditional medicine in health care. 2019; 33(10):2649–2660.
J. Ethnopharmacol. 1980;2(1):19–22. 19. Sudarshan R, Annigeri RG, Sree Vijayabala G.
16. Choi S, Son B, Son Y, Park Y, Lee S, Chung M. Aloe vera in the treatment for oral submucous
The wound‐healing effect of a glycoprotein fibrosis–A preliminary study. J. oral Pathol.
fraction isolated from aloe vera. Br. J. Med. 2012;41(10): 755–761.
Dermatol. 2001;145(4):535– 545. 20. Bassan P, et al. FTIR microscopy of biological
17. Ramamurthy N, Kannan S. Fourier transform cells and tissue: Data analysis using resonant
infrared spectroscopic analysis of a plant Mie scattering (RMieS) EMSC algorithm.
(Calotropis gigantea Linn) from an industrial Analyst. 2012;137(6): 1370–1377.
village, Cuddalore dt, Tamilnadu, India. Rom. J. 21. Baker MJ et al. Using fourier transform IR
Biophys. 2007; 17(4):269–276. spectroscopy to analyze biological materials.
18. Shakib Z, Shahraki N, Razavi BM, Hosseinzadeh Nat. Protoc. 2014;9(8):1771.
H. Aloe vera as an herbal medicine in the 22. Kazarian SG, Chan KLA. ATR-FTIR spectroscopic
treatment of metabolic imaging: Recent advances and applications to
biological systems. Analyst. 2013;138(7);1940–
1951.

9
Abbasi and Tahir et al.; AJOCS, 7(4): 1-6, 2020; Article no.AJOCS.56137
© 2020 Abbasi and Tahir et al.; This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original
work is properly cited.

Peer-review history:

The peer review history for this paper can be accessed here:
http://www.sdiarticle4.com/review-history/56137

Anda mungkin juga menyukai