Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 menyatakan perlunya sekolahmenyisihkan waktu secara berkala untuk pembiasaan membaca sebagai
bagian dari penumbuhan budi pekerti. Penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur ini pentingdilakukan sejak dini sebab proses pendidikan sejatinya
bukan hanya untuk mencetakmanusia yang cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas emosional dan spiritual.Harus diakui, salah satu kekeliruan
besar dalam sistem pendidikan kita adalah sangatmengedepankan kecerdasan intelektual, namun mengenyampingkan pelajaran
yangmengandung nilai-nilai moral. Tak heran jika saat ini banyak orang pintar, berpendidikan tinggi, tapi tak tahu sopan-santun, tak punya
sikap tenggang rasa, tak punya empati, dan semacamnya. Padahal dari buku-buku cerita rakyat misalnya, banyak digambarkan ucap dan laku
nenek moyang kita yang begitu luhur.Anak-anak yang duduk di bangku sekolah merupakan usia emas sehingga penting menanamkan nilai-
nilai budi pekerti luhur kepada mereka. Gerakan literasiadalah salah satu cara untuk menanamkan budi pekerti luhur tersebut. Guru
memiliki peran penting dalam merangsang siswa untuk
belajar, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menggunakan pendekatan yang komprehensif serta progresif agar bisa memotiv
asi rasa ingin tahu siswa dan memicu mereka untuk berpikir kritis. Hal ini akan berhasil jika guru mampu mengembangkan pembelajaranyang
tepat sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkankemampuan literasi dan potensi siswa seutuhnya. Dalam
pengembangan pembelajaran, guru juga harus mampu memilih dan memanfaatkan bahan ajar, sepertimendorong siswa untuk membaca buku-
buku yang berkualitas, karena membacasejalan dengan proses berpikir kritis yang memungkinkan siswa untuk kreatif dan berdaya cipta.Agar
program membaca dapat berjalan dengan baik, sekolah perlumemastikan bahwa warga sekolah memiliki persepsi dan pemahaman yang
samatentang prinsip-prinsip kegiatan membaca bebas dan bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaan program (Pilgreen, 2000). Dalam
konteks sekolah, subjek dalam kegiatan

B. TUJUAN

C. MANFAAT
D. Dikirim: 05 Dec 2022, 03:12
Literasi merupakan kata yang sangat akrab di telinga kita akhir-akhir ini. Hampir setiap forum dan diskusi selalu terselip kata literasi.
Kata literasi menjadi salah satu kata yang identik dengan kesan terpelajar. Bahkan literasi menjadi salah satu parameter penilaian
terhadap siswa dan sistem belajar yang diberikan oleh guru di kelas. 
Saat ini, kemampuan literasi sangat diperlukan guna menyaring informasi secara akurat. Mengingat sekarang banyak masyarakat
terutama netizen kerap menelan mentah-mentah informasi yang didapatkan tanpa mencari tahu kebenaran dan keakuratan dari informasi
tersebut. Terkadang menimbulkan polarisasi di tengah masyarakat, bahkan mengarah pada perpecahan.  Maka pemahaman literasi harus
diberikan sejak dini baik melalui pendidikan formal maupaun informal agar pemahaman tersebut dapat ekpresikan menjadi kecakapan
yang bermanfaat.
Literasi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seseorang saat ia terjun ke masyarakat global saat ini. Arti literasi sendiri
menurut KBBI yang dilansir dari laman resmi Kemdikbud, adalah kemampuan menulis dan membaca. Secara etimologis istilah literasi
sendiri berasal dari bahasa Latin “literatus” artinya adalah orang yang belajar. Dalam hal ini, literasi sangat berhubungan dengan proses
membaca dan menulis.
Sedangkan dalam EDC atau Education Development Center, literasi dijabarkan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan
potensi yang ia miliki (kemampuan tidak sebatas baca tulis saja). UNSECO pun turut memberikan pengertian literasi, yakni seperangkat
keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif seseorang dalam membaca dan menulis yang dipengaruhi oleh kompetensi di
bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya, dan pengalaman.
Pada perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung
beragam arti (multi literacies). Ada bermacam-macam keberaksaraan atau literasi, misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi
media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information
literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy).
Jadi, keberaksaraan atau literasi dapat diartikan melek teknologi, melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, bahkan juga
peka terhadap politik. Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan
melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut. Puncaknya, literasi adalah kemampuan menciptakan barang
dan jasa bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global dengan didasari dengan nilai nilai budaya dan kepercayaan.
Dilansir pada web resmi Dirjen PAUD Kemdikbud RI, ada 6 macam literasi yang penting diketahui. Berikut ini adalah uraian 6 macam
literasi dasar dan keterangannya: Pertama, Literasi Baca Tulis, adalah kecakapan untuk memahami isi teks tertulis, baik yang tersirat
maupun yang tersurat, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri.
Kedua, Literasi Numerasi, adalah kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terikat dengan matematika
dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari. Ketiga, Literasi Sains, adalah
kecakapan untuk memahami fenomena alam dan sosial di sekitar kita serta serta mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah.
Keempat, Literasi Digital, adalah kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab untuk memperoleh
informasi dan berkomunikasi. Kelima, Literasi Finansial, adalah kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep, risiko,
keterampilan, dan motivasi dalam konteks finansial. Keenam, Literasi Budaya dan Kewarganegaraan, adalah kecakapan dalam
memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa serta memahami hak dan kewajiban sebagai warga
negara.
Setelah kita memahami arti dan macam Literasi di atas, hal ini tentunya kita sudah memiliki informasi tentang tujuan literasi, adapun
tujuan literasi itu sendiri ialah sebagai berikut: 1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca berbagai informasi
bermanfaat; 2) Membantu meningkatkan tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca; 3)
Membantu orang berpikir secara kritis dan mampu menanggapi dengan bijaksana; 4) Memperkuat nilai kepribadian dan mengembangkan
budi pekerti yang baik melalui kegiatan membaca dan menulis; 5) Menciptakan budaya membaca di sekolah dan masyarakat.
Literasi tentu memiliki manfaat yang sangat banyak, terutama di tengah gempuran informasi di era digital seperti saat ini. Berikut
beberapa manfaat literasi yang dapat di peroleh sebagai berikut: 1) Memperkaya perbendaharaan kata “kosa kata”; 2) Mengoptimalkan
kinerja otak karena sering digunakan untuk kegiatan membaca dan menulis; 3) Memperluas wawasan dan memperoleh informasi baru; 4)
Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik; 5) Mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi dari
bacaan; 6) Meningkatkan kemampuan verbal seseorang; 7) Meningkatkan kepekaan terhadap informasi yang ada di platform media
terutama digital; 8) Melatih diri untuk bisa menulis dan merangkai kata dengan baik.
Gerakan literasi dalam sekolah saat ini merupakan salah satu upaya pemerintah menumbuhkan budi pekerti peserta didik sebagai acuan
untuk memiliki budaya akhlak atau moral yang baik menurut kriteria agama. Sehingga dapat terbentukan akhlak mulia hingga dewasa.
Peran literasi di sini sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menanamkan budi pekerti peserta didik dapat tumbuh sejak dini.
Kecakapan peserta didik dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa serta memahami hak
dan kewajiban sebagai warga negara merupakan kunci keberhasilan program literasi. Tingginya Kecakapan manusia bila tidak diikuti
dengan akhlak dan moral yang baik akan menumbuhkan pribadi yang angkuh. Seluruh pencapaian bermacam literasi hanya akan
dijadikan prestise semata-mata. Seyogyanya pencapaian tersebut harusnya dapat membentuk kultur yang sesuai dengan budaya bangsa.
Pada akhirnya diharapkan dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara serta agama.
Penulis: 
Riyad, Pustakawan DKPUS Prov. Kep. Babel
Sumber: 
DKPUS Prov. Kep. Babel

E.

Anda mungkin juga menyukai