Fraktur Multiple Kelompok New
Fraktur Multiple Kelompok New
FRAKTUR MULTIPLE
Kelompok VIII:
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat meneyelesaikan makalah mata kuliah
keperawatan gawat darurat yang berjudul Fraktur multiple .Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
gawat darurat, Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah in.Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................1
C. Tujuan penulisan..................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
A. Pengertian..............................................................................................................3
B. Klasifikasi Trauma Abdomen................................................................................3
C. Etiologi..................................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis.................................................................................................4
E. Patofisiologi...........................................................................................................4
F. Penatalaksanaan.....................................................................................................5
BABIII ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................8
A. Fraktur Multiple..................................................................................................8
B.Pengkajian..............................................................................................................8
C. Diagnosa Keperawatan........................................................................................12
D. Tindakan Keperawatan........................................................................................12
E. Evaluasi...............................................................................................................15
BAB IV KESIMPULAN............................................................................................. 16
A. Kesimpulan..........................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
tulang yang disebabkan adanya tekanan atau rudapaksa pada tulang yang
terjadi karena adanya pukulan, tarikan, puntiran, dan tekanan (Susanti &
tercatat angka kejadian fraktur sebanyak 5,5% (Wijonarko & Jaya Putra,
tulang lebih dari satu garis yang disebabkan adanya tekanan eksternal yang
Fraktur yang terjadi dapat menimbulkan gejala nyeri atau rasa sakit
tindakan operasi salah satu tanda dan gejala fraktur adalah nyeri. Nyeri
onset yang mendadak atau disebut juga lambat (SDKI, 2016). Rasa nyeri
yang dirasakan oleh pasien yang mengalami fraktur adalah nyeri seperti
nyeri pada pasien fraktur ada dua, yaitu dengan terapi farmakologi dan
yaitu teknik relaksasi, teknik massage atau pijat, kompres, terapi musik,
terapi murottal, teknik disktraksi, dan guided imaginary (Susanti & Hayyu,
2020).
fraktur multiple?
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
atas (radius, ulna, dll) dan ekstrimitas bawah (femur, tibia, fibula, dll)
tulang yang disebabkan adanya tekanan atau rudapaksa pada tulang yang
terjadi karena adanya pukulan, tarikan, puntiran, dan tekanan (Susanti &
Hayyu, 2020).
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan tentukan sesuai jenis dan luasnya,
fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Wijonarko & Jaya Putra, 2023).
lebih dari satu garis yang disebabkan adanya tekanan eksternal yang
patah tulang dan manajemen klinis, itu penting untuk membedakan antara
multipel dengan trauma rendah lebih sering terjadi pada pasien lanjut usia
fraktur tertutup dan terbuka. Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya
komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melalui kulit. Fraktur
terbuka dibagi menjadi tiga grade, yaitu Grade I, II dan III. Grade I adalah
robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. Grade II seperti grade 1
dengan memar kulit dan otot. Grade III luka sebesar 6 – 8 cm dengan
kerusakan pembuluh darah, saraf, kulit dan otot. Gejala klasik fraktur adalah
adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak I bagian tulang yang patah,
fraktur vertebra yang disertai gejala neurologis (Ulfiani & Sahadewa, 2021).
kulit.
Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat yaitu derajat I, luka <1cm,
kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk, kontaminasi
minimal, dan fraktur sederhana dan ringan. Dejarat II, luka >1 cm,
diimobilisasi.
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawa tempat fraktur.
dengan lainnya.
2.5 Patofisiologi
mobil, olah raga, jatuh atau latihan berat. Keparahan dari fraktur bergantung
pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya
sedikit terlewati, makatulang mungkin hanya retak saja bukan patah. Selain
itu fraktur juga bisa akibat stress fatique (kecelakaan akibat tekanan berulang)
biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak disekitar
tulang tersebut, maka dapat terjadi penurunan volume darah dan jika COP
perfusi perifer dapat terjadi akibat dari edema di sekitar tempat patahan
lemah, sianosis, kesemutan di daerah distal. Nyeri pada fraktur juga dapat
diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tertutup yang mengenai serabut saraf
pula dengan suplai darah ke otak sehingga kesadaran pun menurun yang
berakibat syok hipovolemik. Ketika terjadi fraktur terbuka yang mengenai
jaringan lunak sehingga terdapat luka dan kman akan mudah masuk sehingga
luar dan lama Kelamaan akan berakibat delayed union dan mal union
sedangkan yang tidak terinfeksi mengakibatkan non union. Selain itu akibat
tempat path dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan
timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
terbentuk fibrin (hematoma fraktur) yang berfungsi sebagai jala – jala untuk
yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
2013).
2.6 Komplikasi
Komplikasi awal
1. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergency splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.
2. Kompartemen syndrom.
Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
Ini disebabkan oleh odema atau peredaran arah yang menekan otot, tulang,
saraf dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips
dan pembebatan yang terlalu kuat.
3. Fat Embolism Syndrom (FES)
Kompilasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.
FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah yang
ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipneu dan
demam.
Komplikasi lama, adalah sebagai berikut:
1. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedik infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk kedalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
pengunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
2. Avaskuler nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AV) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganngu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan
adanya Volkman Ischemia.
3. Shock
Shock terjadi karena Kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebakan menurunnya oksigenasi.
2.7 Pemeriksaan diagnostik
A. Pemeriksaan rontogent
Untuk menentukan lokasi , luasnya fraktur atau trauma
B. Scan tulang, tomogram, Scan CT/MRI
Untuk memperlihatkan fraktur: juga dapat digunakan untuk
menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
C. Hitung darah lengkap
Ht munkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun ( perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
D. Arteriogram
Dilakukan jika kerusakan vasikuler dicurigai
E. Pemeriksaan kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk kliens ginjal
2.8 penatalaksanaan
a. fraktur terbuka
merupakan kasus darurat karena dapat terjadi kontiminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden periode).Jika
kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan:
pembersihan luka
Exici
Hecting
Antibiotik
b. Seluruh Fraktur
1. Rekognisi/pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya
2. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimum.Dapat juga diartikan reduksi fraktur (setting
tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
(Brunner)
3. Retensi/immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimum
4. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi.Segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.Reduksi dan
immobilisasi harus di pertahankan sesuai kebutuhan.
BAB III
1. Pengkajian:
a. Anamnesis menurut (Padila, 2012)
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,nomer
register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosis medis (Padila, 2012).
2. Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien juga
akan kesulitan beraktivitas. Menurut (Padila, 2012) untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri, digunakan:
1. Provoking incident: Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi
nyeri
2. Quality of pain: Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk
3. Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menialar atau menvebar dan dimana rasa saki teriadi
4. Severity (scale) of pain: Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit membengaruni kemampuan fungsinva.
5. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hart atau siang harI
c. Pemeriksan Penunjang
d. Pemeriksan Diagnostik menurut Istianah (2017) antara lain:
1. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur
2. Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan
fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan
3. lunak.Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler.
4. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau
menurun pada perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi
sebagai respon terhadap peradangan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Menurut (SDKI, 2017; SLKI, 2018; SIKI, 2018
a. Nyeri akut D.0077 berhubungan dengan agen pencedera fisik
Tujuan: L. 08066. Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka nyeri
akut teratasi dengan kriteria hasil: kemampuan menuntaskan aktifitas
meningkat, keluhan nyeri menurun (dari 7 ke 3) ditandai dengan pasien
tidak meringis, ketegangan otot menurun, tekanan sistole dalam batas
normal (100-130) mmh, tekanan diastole dalam batas normal (70-90) mmg,
frekuensi nadi normal (60-100) kali per menit, pernapasan
normal (16-20) kali per menit.
Tindakan: I.08238
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imaginast terbimbing, kompres hangat/dingin
terapi bermain)
7. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
8. Fasilitasi istirahat dan tidur
9. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri dan kolabarasi pemberian
obat analgetik
b. Gangguan mobilitas fisik D.0054 berhubungan dengan kerusakan
integritas struktur tulang
Tujuan 1.05042. Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka
gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil: pergerakan ekstermitas
kekuatan tot meningkat (0 ke 3-5), ROM (Range Of Motion) meningkat,
nyeri menurun (dari 7 ke 3), kaku sendi menurun,
gerakan terbatas menurun. kelemahan fisik menurun.
Tindakan: 1.06171
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
4. ambulasiMonitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
5. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
6. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
8. elaskan tujuan dan prosedur ambulasi
9. Anjurkan melakukan ambulasi dini
10. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan
dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai toleransi)
c. Gangguan integritas jaringan D.0129 berhubungan dengan faktor mekanis
Tujuan: L.14125. Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka
integritas kulit dan jaringan membaik dengan kriteria hasil: elastisitas,
hidrasi, dan perfusi jaringan meningkat, nyeri menurun (dari 7 ke 3),
perdarahan menurun, kemerahan menurun, jaringan parut menurun,
suhu kulit membaik 36-37 °c, sensasi membaik, tekstur membaik,
mobilitas meningkat, area luka operasi membaik.
Tindakan: Perawatan Luka (I.14564)
1. Monitor karakteristik luka (warna, ukuran, bau)
2. Monitor tanda-tanda infeksi
3. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
4. Bersihkan dengan cairan NaCL/Pembersih non toksik sesuai
kebutuhan
5. Bersihkan jaringan nekrotik, jika ada
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi jika perlu
8. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
9. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari intervensi
keperawatan yang telah di susun pada tahap intervensi ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan,
tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien- keluarga atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari
(Igramulla, N, 2021). Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada pasien
ditulis menggunakan bahasa aplikatif dan bahasa sederhana. Proses pelaksanaan
implementasi berpusat kepada kebutuhan klien faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan (Iqramulla, N, 2021). Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum
melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul 39 dari kemudian hari (Iqramulla, N,
2021). Implementasi Reperawatan yang dilakukan kepada pasien ditulis
menggunakan bahasa aplikatif dan bahasa sedernana. proses pelaksanaan
Imlementasi berpusat kepada kebutuhan Klien faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan (Igramulla, N,2021). Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum
melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan
tersebut dilakukan. Implementasi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap.
Fase pertama merupakan fase persiapan yang meneakup pengetahuan tentang
validasi rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase
kedua merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada
tujuan. Fase ketiga merupakan transmisi perawat dan pasien setelah
implementasi keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan suatu aktivitas tindakan keperawatan untuk
mengetahui efektivitas tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien evaluasi
asuhan keperawatan merupakan fase akhir dari proses keperawatan erhadap
asuhan keperawatan yang di berikan. Dalam perumusan evaluasi 27
keperawatan menggunakan empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni S (subjective)merupakan data informasi berupa ungkapan
keluhan pasien, O (objective) merupakan data berupa hasil pengamatan,
penilaian, dan pemeriksaan, A (analisis/ assesment) merupakan interpretasi
makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan keperawatan tercapai. Dikatakan tujuan tercapai
apabila pasien mampu menunjukkan perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan
pada tujuan, sebagian tercapai apabila perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai
sesuai tujuan, sedangkan tidak tercapai apabila pasien tidak mampu
menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan, dan selanjutnya
P (planning) merupakan rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa data. Jika tujuan telah tercapai, maka perawat akan
menghentikan rencana dan apabila sebagian tercapai atau belum tercapai,
perawat akan melajutkan atau melakukan modifikasi perencanaan
keperawatan (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013).
Contoh:setelah dilakukan implimenasi keperawatan, maka pasien dengan
fraktur multiple diharapkan sebagai berikut:
1. Nyeri akut dapat teratasi
2. Gangguan integritas jaringan perbaikan
3. Gangguan mobilitas fisik teratasi
4. Resiko infeksi tidak ada
5. Defisit perawatan diri teratasi
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 kesimpulan
Dengan adanya pembahasan tentang fraktur ini diharapkan kita sedini munkin
untuk mencegah terjadinya fraktur muliple, salah satunya lebih
memperhatikan diri sendiri ketika berkendaraan supaya tidak terjadi
kecelakaan di beberapa kecelakaan akan berakibat fraktur, tentu harus
diimbangi dengan konsumsi makanan, minuman, sayur- sayuran serta buah-
buahan yang mengandung nutrisi. dan membutuhkan vit. D yang dibutuhkan
untuk menyerap kalsium yaitu dengan berjemur dibawah sinar maahari pagi,
lakukan aktivitas fisik, seperti berlari, berjalan dan menari untuk menguatkan
tulang.
4.2 Saran
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, jadi pembaca bisa
mengkoreksi dengan refrensi yang tersedia untuk mendapatkan teori yang
lebih baik.Kritik dan saran penulis diharapkan untuk perbaikan makalah
tentang fraktur multiple ini.
DAFTAR PUSTAKA
Feichtinger, X., Kocijan, R., Mittermayr, R., Baierl, A., Schanda, J., Wakolbinger,
R., Resch, H., Fialka, C., & Muschitz, C. (2020). Fracture patterns in patients
with multiple fractures: the probability of multiple fractures and the most
frequently associated regions. European Journal of Trauma and Emergency
Surgery, 46(5), 1151–1158. https://doi.org/10.1007/s00068-019-01087-4
Parahita, P. S., Kurniyanta, P., Sakit, R., Pusat, U., & Denpasar, S. (2013).
Management of Extrimity Fracture in Emergency Department. E-Jurnal
Medika Udayana, 2(9), 1597–1615.
Susanti, E. F., & Hayyu, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Multiple Fraktur Dalam.
Ulfiani, N., & Sahadewa, M. B. (2021). Multiple Fraktur dengan Ruptur Arteri
dan Vena Brachialis. Medula (Medical Profession Journal of Lampung),
10(4), 13–19.
Wijonarko, & Jaya Putra, H. (2023). Penerapan Proses Perawatan Pada Pasien
Raktur Radius Distal Dexra Di Ruangan Kutilang Di Rsud Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Keperawatan Bunda Delima, 5(1), 57–
64. https://doi.org/10.59030/jkbd.v5i1.71