Anda di halaman 1dari 5

Judul: Tuhan, Mengapa Aku Begini?

Dalam sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, tinggal


seorang remaja bernama Rani. Rani adalah seorang
gadis yang ceria namun sering kali merasa bingung dan
kesepian. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda darinya,
tetapi dia tak tahu apa itu.

Suatu malam, ketika hujan turun deras, Rani duduk


sendirian di kamarnya. Hatinya begitu gelisah dan ia
memutuskan untuk berbicara dengan Tuhan, mencari
jawaban atas pertanyaan yang selalu menghantuinya.

Rani: (dalam doa) Tuhan, mengapa aku merasa begini?


Mengapa aku merasa berbeda dari yang lain?

Tak ada jawaban yang langsung terdengar, tetapi Rani


merasa ada kehangatan yang mendalam yang
menyelimuti hatinya. Keesokan harinya, saat berjalan
pulang sekolah, dia bertemu dengan seorang gadis yang
baru saja pindah ke kampungnya.

Gadis itu bernama Maya. Ia memiliki senyum yang ramah


dan tatapan mata yang penuh pengertian. Rani merasa
nyaman saat berbicara dengannya, seakan-akan mereka
sudah saling mengenal sejak lama.

Maya: (ramah) Hei, apa kabar? Aku Maya.

Rani: (tersenyum) Hai, aku Rani. Senang bertemu


denganmu.
Sejak hari itu, Rani dan Maya menjadi sahabat dekat.
Maya selalu mendengarkan setiap curahan hati Rani,
termasuk tentang pertanyaan yang terus mengganggu
pikiran Rani.

Maya: (penuh pengertian) Rani, kadang-kadang kita


memang merasa berbeda, tetapi itu adalah bagian dari
keunikan kita. Setiap orang memiliki cerita dan perjuangan
yang berbeda-beda.

Rani: (berpikir) Maksudmu, aku tidak sendirian merasa


begini?

Maya: (tersenyum) Tentu saja tidak. Setiap orang memiliki


perasaan dan pertanyaan mereka sendiri tentang hidup
dan diri mereka. Tapi yang perlu kita ingat, kita tidak perlu
menjawab semua pertanyaan itu sekaligus. Seiring
berjalannya waktu, jawabannya akan datang.

Rani: (merasa terhibur) Terima kasih, Maya. Aku merasa


lebih lega setelah berbicara denganmu.

Maya: (menepuk bahu Rani) Kamu selalu boleh berbicara


denganku, Rani. Kita akan menjalani semua ini bersama-
sama.

Waktu berlalu, Rani dan Maya semakin dekat. Mereka


mengalami berbagai petualangan dan bersama-sama
menemukan jawaban atas pertanyaan hidup mereka. Rani
merasa memiliki dukungan yang kuat dari sahabatnya itu.

Namun, ketika keduanya masuk ke masa remaja, Rani


merasa sesuatu yang berbeda lagi. Ia seringkali merasa
canggung dan tidak nyaman dengan perubahan-
perubahan di tubuhnya. Hal ini membuatnya kembali
merasa kesepian.

Suatu hari, Rani merenung di bawah pohon besar di


halaman sekolah. Ia pun kembali berbicara dalam doa,
mencari kekuatan dan jawaban.

Rani: (dalam doa) Tuhan, mengapa aku merasa begitu


canggung dengan diriku sendiri? Apa maksud dari semua
ini?

Tak lama setelah itu, Maya datang dan duduk di samping


Rani.

Maya: (menyentuh bahu Rani) Apa yang kamu rasakan,


Rani?

Rani: (menghela nafas) Aku merasa begitu canggung


dengan perubahan yang terjadi di tubuhku. Aku merasa
seperti bukan aku lagi.

Maya: (penuh empati) Rani, semua orang mengalami fase


ini dalam hidup mereka. Tubuh kita berubah saat kita
tumbuh dewasa. Dan itu normal. Ingatlah bahwa kamu
adalah dirimu sendiri, dan kamu masih sama seperti dulu.
Kecanggungan ini akan berlalu dengan sendirinya seiring
waktu.

Rani: (tersenyum) Terima kasih, Maya. Aku sangat


beruntung punya sahabat seperti kamu.
Maya: (tersenyum) Sama-sama, Rani. Kita selalu ada
untuk saling mendukung.
Rani merasa terangkat beban dari hatinya setelah
berbicara dengan Maya. Dia mulai menerima perubahan
di dalam tubuhnya dan merangkul keunikan dirinya
sendiri.

Hari demi hari berlalu, Rani dan Maya menjalani hidup


mereka dengan penuh kebahagiaan dan kepercayaan diri.
Pertanyaan-pertanyaan yang pernah mengganggu
mereka sebelumnya seolah menjadi bagian dari
perjalanan hidup yang menyenangkan. Mereka belajar
untuk terus menjalani hidup dengan hati yang terbuka dan
berani menghadapi tantangan.

Saat hujan turun lagi, Rani dan Maya duduk bersama di


bawah pohon besar yang sama. Mereka berdua
merenung dan tersenyum.

Rani: (berbicara dalam hati) Terima kasih, Tuhan. Terima


kasih telah memberiku sahabat sebaik Maya dan
memberiku kekuatan untuk menjalani hidup dengan lebih
percaya diri.

Maya: (berbicara dalam hati) Terima kasih, Tuhan. Terima


kasih telah membawa Rani ke dalam hidupku dan
menjadikan kami sahabat yang selalu saling mendukung.

Dalam kedamaian hujan, mereka berdua merasa Tuhan


telah mengabulkan doa mereka. Dan kini, mereka tahu
bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan
kejutan, dan mereka bersama-sama menghadapinya
dengan penuh keberanian dan cinta.

Anda mungkin juga menyukai