Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Administrasi Publik

1. Pengertian administrasi

Pengertian ilmu administrasi banyak sekali dikemukakan oleh para ahli

namun secar etomologis, administrasi itu berasal dari Bahasa latin yaitu Ad artinya

insentf dan ministrate berarti melayani, mengarahkan, ataupun membantu.

Pengertian administrasi secara sempit dapat diartikan sebagai aktivitas yang dapat

dikatakan kegiatan tata usaha, seperti pencatatan, persuratan, dan kegiatan lain

(Maksudi, 2017), definisi administrasi secara luas sebagai suatu aktivitas/kegiatan

yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan secara efektif efisien.

Stephen P. Robbins mengemukakan definisi administrasi publik yang dikutip

dalam buku (Maksudi, 2017;27) yang berjudul Dasar Administrasi Publik, yang

mengartikan "administrasi sebagai seluruh aktivitas kegiatan untuk tercapainya

suatu tujuan bersama melalui proses kerja sama dengan sekelompok orang.

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian yang dikutip pada buku (Maksudi,

2017;28) yang berjudul Dasar Administrasi Publik, mengartikan “administrasi

sebagai seluruh proses kerjasama kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih

yang berdasarkan rasionalitas demi tercapainya suatu target yang ditetapkan

sebelumnya”.

18
19

Lalu menurut Herbert A. Simon yang terkutip dalam buku (Maksudi, 2017)

beliau mendefinisikan “administrasi sebagai suatu bentuk kegiatan- kegiatan yang

dikerjakan secara berkelompok untuk bekerjasama sehingga tercapainya tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan sama-sama”.

Pengertian atau definisi dari administrasi dapat disimpulkan sebagai suatu

kegiatan yang dikerjakan sekelompok orang berdasarkan rasionalitas tertentu dalam

pencapaian suatu target yang sudah disepakati bersama dalam pencapaian suatu

target.

2. Pengertian Administrasi Publik

Publik dapat dikatakan sebagai kumpulan orang berada dalam suatu wilayah

atau tempat yang tidak hanya berada dalam satu tempat yang sama dan memiliki

tujuan dan juga kepentingan yang sama. Anggota suatu komunitas atau organisasi,

masyarakat, dan bangsa dari suatu negara. Konsep public dalam lima prespektif

menurut Frederickson dalam buku (Maksudi, 2017;219-222) antara lain:

a. Publik sebagai kelompok berkepentingan, artinya publik dapat dikatakan


sebagai bentuk dari hubungan yang terjadi antara suatu kelompok yang
dapat membuat suatu kepentingan dari masyarakat;
b. publik sebagai pemilih yang rasional artinya Masyarakat berasal dari tiap
individu yang mempunyai usaha untuk pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan tiap individu tesebut;
c. Publik adalah pihak yang diwakili, yang menjadi kepentingan dari publik
yang diwakilkan melalui suara;
20

d. Publik adalah pelanggan atau konsumen, yaitu, pelanggan sebenarnya


bukan berasal dari tiap individu yang tidak ada hubungan satu sama lain,
tetapi dalam kuantitas yang lumayan besar mereka dapat membuat
tuntutan-tuntunan pelayanan birokrasi pemerintah. Untuk itu posisinya
dianggap sebagai publik.
e. Publik sebagai warga negara, artinya setiap warga negara dapat diartikan
sebagai publik karena adanya peranan dari masyarakat sebagai wujud
partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan pemerintahan dan dilihat
sebagai suatu hal yang terpenting.

Menurut (Maksudi, 2017;226) penegetian administrasi public adalah proses

kerjasama yang wajar serta menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah atau

lembaga negara." Pada proses ini, sumber daya dan anggota publik diorganisir dan

berkoordinasi dalam implementasi kebijakan yang terkait dengan target dan

realisasi tuntutan publik”. Definisi dari Nicholas Henry mengenai administrasi

publik yang dikutip dalam (Maksudi, 2017;225) bahwa “administrasi publik yaitu

suatu gabungan dari teori dan praktik yang kompleks yang bertujuan menawarkan

pemahaman terhadap pemerintah atas hubungan dengan masyarakat yang

diperintahnya, kemudian juga mengiring public policy supaya dapat peka terhadap

kebutuhan sosial. Administrasi Publik berupaya menjadikan praktik manajemen

membuat lembaga, agar sesuai dengan nilai efektif dan efisiensi dalam pemenuhan

kebutuhan yang dibutuhkan khalayak secara lebih baik."

(Wirman, 2012;26) berpendapat bahwa definisi dari “administrasi publik

yaitu proses kerjasama yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas
21

aparatur negara, anggota legislative, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), partai

politik, kelmpok yang berkepentingan (interst group), organisasi profesi, media

massa, dan juga masyarakat umum lain yang merencanakan/merumuskan serta

melaksanakan suatu kebijakan dan program/kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakat dalam mencapai tujuan dari negara secara efisien serta berkeadilan

sosial”.

Pendapat Chandler dan Plano dalam buku (Paslong, 2014;7) berpendapat

bahwa “administrasi publik merupakan proses pengorganisasian dan

pengkoordinasian sumber daya publik serta anggota untuk merencanakan atau

merumuskan, melaksanakan/mengimplementasikan, dan mengelola suatu

keputusan kebijakan publik”.

Kemudian Administrasi Publik didefinisikan oleh Felix A. Nigro dan L. Loyd

G Nigro yang dikutip oleh (Paslong, 2014;9) bahwa “administrasi publik yaitu

suatu kerjasama secara berkelompok pada wilayah pemerintahan yang mencakup

tiga cabang pemerintahan yaitu lembaga legislatif, eksekutif serta hubungan antar

kedua lembaga itu. Administrasi public memiliki peranan yang sangat penting pada

proses pemerintahan kebijakan dan termasuk bagian dari langkah dalam politik.

Administrasi Publik adalah kaitan yang erat dengan berbagai kelompok dan tiap

individu dalam menyajikan suatu pelayanan kepada publik."

Sedangkan menurut Waldo yang dikutip dalam (Paslong, 2014;9) definisi

“administrasi publik yaitu pengelolaan dan peorganisasian dari sekumpulan orang


22

termasuk infrastruktur untuk proses pencapaian tujuan dari pemerintah yang telah

ditentukan”.

Berdasakan definisi yang dipaparkan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa definisi atau pengertian dari administrasi publik ialah bentuk kegiatan yang

dilakukan oleh sekelompok orang pada lingkungan pemerintahan untuk

merumuskan serta mengimplementasikan suatu kebijakan publik dengan sarana dan

prasarana guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

3. Ruang Lingkup Administrasi Publik

Administrasi memiliki ruang lingkup yang berupa batasaan ataupun ruang

lingkup yang dijadikan sebagai landasan kinerja administrasi publik. "bahwa yang

menjadi cakupan administrasi publik dapat ditinjau dari topik pembahasan yang

akan dibahas," Nicholas Henri berpendapat tentang ruang lingkup atau cakupan

administrasi publik yang dikutip oleh (Paslong, 2014:239-240). bahwa yang

menjadi cakupan administrasi publik dapat ditinjau dari topik pembahasan yang

akan dibahas. Pertama mengenai organisasi sector public pada dasarnya,

administrasi public berkaitan dengan perilaku birokrasi dan tipe organisasi pada

dasarnya. Yang kedua, mengenai manajemen/pengelolaan publik adalah segala

sesuatu yang berkaitan mengenai sistem serta ilmu pengelolaan (manajemen),

evaluasi dari setiap program/kegiatan dan daya produksi, SDM (Sumber Daya

Manusia), serta anggaran public. ketiga yaitu Pelaksanaan/Implementasi, yang

melibatkan pendekatan terhadap kebijakan publik dan pelaksanaannya.


23

Kemudian, pendapat dari Inu Kencana Syafii yang dikutip dalam (Maksudi,

2017:240-241)beliau berpendapat bahwa ruang lingkup atau cakupan administrasi

publik antara lain:

a. Dalam sektor hubungan, peristiwa, serta gejala pemerintahan itu


mencakup: Administrasi Departemen, Administrasi non-Departemen,
Pemerintahan Desa, Pemerintahan Kelurahan, Pemerintahan Kecamatan,
Pemerintahan Kotamadya, Pemerintahan Kota Administratif,
Pemerintahan Daerah, dan Administrasi Pemerintah Pusat.
b. Dalam sektor kekuasaan, mencakup: Partai Politik, dan Administrasi
Kebijakan Pemerintah, Administrasi Politik Luar dan Dalam Negeri.
c. Landasan Konstitusional, Landasan Operasional, dan Idiil mencakup
dalam sektor peraturan perundang-undangan.
d. Dalam sektor kenegaraan, mencakup: Tugas serta kewajiban Negara, Tipe
serta bentuk Negara, Hak serta kewenangan Negara, Unsur-unsur Negara,
Tujuan Negara, Fungsi dan prinsip Negara, dan yang terakhir yaitu Tujuan
Nasional.
e. Dalam sektor pemikiran hakiki, mencakup: Estetika administrasi publik,
Hakikat Administrasi Publik, Etika administrasi publik, dan Logika
administrasi publik.
24

B. Kebijakan Publik

1. Pengertian kebiajakan Publik

Studi tentang kebijakan publik sangat penting karena kebijakan publik tidak

hanya menguraikan kebijakan umum yang harus diambil organisasi publik untuk

menyelesaikan masalah masyarakat, tetapi juga mendefinisikan berbagai masalah

yang dihadapi organisasi publik secara luas.

Tujuan dari kebijakan publik adalah untuk memecahkan berbagai masalah

publik. Urusan publik adalah hal-hal yang mempengaruhi kehidupan publik.

Kebijakan publik, di sisi lain, adalah agenda politik yang dirumuskan oleh

pemerintah dan tanggapan terhadap masalah lingkungan atau publik. antara pejabat

dan orang-orang yang memimpin mereka. Petugas perlu memahami kebutuhan

masyarakat yang dipimpinnya.

Dalam hubungan ini, (Anggara, 2015) menjelaskan prosedurnormatif yang

terlibat dalam interaksi lembaga negara, manajer atau administrator dengan orang-

orang atau masyarakat umum, dan cara di mana kebijakan publik dilaksanakan.

Saya berpendapat. Tindakan normatif adalah keadilan sosial, partisipasi dan

aspirasi masyarakat, kepedulian lingkungan, pelayanan publik,moralitas individu

atau kelompok, akuntabilitas administrasi, dan analisis etika.

Menurut (William N. Dunn, 2015:70) kebijakan publik adalah seperangkat

keputusan yang kurang lebih terkait yang dibuat oleh badan-badan pemerintah dan

dirumuskan dalam bidang-bidang yang terkait, yang menjadi dasar bagi tindakan

pemerintah yang aktual atau potensial.


25

Menurut Thomas R. Dye, kebijakan publik adalah "apa yang diputuskan

pemerintah untuk dilakukan atau tidak." Kebijakan pemerintah tentang perlu atau

tidaknya melakukan sesuatu. Pandangan Dunn dan Dye sejalan dengan (Santoso &

Nurmalina, 2017) tentang kegagalan implementasi pemerintah, termasuk kebijakan

publik. Hal ini karena ``apa yang tidak dilakukan pemerintah sama berpengaruhnya

denganapa yang dilakukan pemerintah.'' Dari berbagai pendapat para ahli tersebut,

kebijakan publik dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat. untuk

mengatasi masalah publik ini. Oleh karena itu, ketika memecahkan masalah publik,

analis didukung oleh tim interdisipliner daripada bekerja sendiri-sendiri.

(William N. Dunn, 2015) Analisis kebijakan didefinisikan sebagai aktivitas

menghasilkan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan. Selain itu,

(William N. Dunn, 2015:131) berpendapat bahwa analisis kebijakan adalah bidang

ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode evaluasi dalam konteks

penalaran dan pembahasan kebijakan untuk menghasilkan pengetahuan yang

relevan dengankebijakan dan kritis.

Dalam melakukan analisis kebijakan publik, analis mengikuti langkah-

langkah kerangka pemikiran yang diusulkan oleh (Dunn, 2000) sebagai berikut;

a. Merumuskan masalah kebijakan, yaitu kebutuhan, nilai atau peluang yang


tidak dapat diwujudkan tetapi dapat dicapai dengan tindakan publik.
b. Peramalan kebijakan masa depan Peramalan adalah proses menghasilkan
informasi faktual tentang kondisi sosial di masa depan berdasarkan
informasi yang ada tentang masalah kebijakan.
26

c. Advokasi Kebijakan Proses analisis kebijakan advokasi memungkinkan


analis untuk menghasilkan informasi tentang potensi berbagai tindakan di
masa depan untuk menghasilkan hasil yang berharga bagi individu,
kelompok, atau masyarakat, menerapkan tindakan alternatif, kemudian
dapat memutuskan tindakan alternatif mana yang valid. Dipilihnya
pengawasan Analisis kebijakan adalah proses analisis kebijakan yang
bertujuan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari
kebijakan publik. Evaluasi kinerja kebijakan adalah proses analisis
kebijakan yang digunakan untuk mengekstrak informasi tentang manfaat
opsi kebijakan masa lalu dan/atau masa depan.

Pengawasan dalam analisis kebijakan adalah proses analisis kebijakan yang

dirancang untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan

publik. Evaluasi kinerja kebijakan adalah proses analisis kebijakan yang digunakan

untuk mengekstrak informasi tentang nilai manfaat dari opsi kebijakan masa lalu

dan/atau masa depan.

Otoritas publik, dalam hal ini lembaga resmi pemerintah, adalah unit

eksekutif umum untuk menyelesaikan masalah publik. Namun, itu tidak

mengecualikan kemungkinan penyelesaian masalah publik tertentu yang dilakukan

oleh organisasi non-pemerintah formal, yaitu sektor swasta dan organisasi non-

pemerintah.

Proses analisis kebijakan adalah upaya interdisipliner untuk memperoleh data

atau informasi yang bertujuan membuat rekomendasi untuk membantu


27

menciptakan kebijakan yang tepat atau untuk menemukan cara lain untuk

memecahkan masalah. Menurut (Dunn, 2014), kebijakan yang baik harus melalui

tahap tindakan. Tahapan kegiatan ini adalah 1) penetapan agenda, 2)

pengembangan kebijakan, 3) adopsi kebijakan, 4) implementasi kebijakan, dan 5)

evaluasi kebijakan. Menentukan "pembuatan kebijakan" adalah salah satu tahap

terpenting dari tindakan kebijakan publik.

2. Implementasi

Implementasi adalah tindakan atau eksekusi dari rencana yang dibuat dengan

hati hati dan seksama. Menurut Edwards III (2003), implementasi kebijakan

dipengaruhi oleh empat variabelnya: (1) komunikasi, (2) sumber daya, (3)

temperamen, dan (4) birokrasi. Dan keempat variabel tersebut saling

menghubungkan (Subarsono, 2005:90).

Menurut (Sinambela, 2006), keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua

variabel utamanya: isi kebijakan dan lingkungan penyederhanaan. Variabel dari

kebijakan ini meliputi:

a. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran dimasukkan dalam isi


kebijakan.
b. Jenis manfaat yang diterima oleh kelompok sasaran, misalnya masyarakat
di desa Gudang Garam lebih memilih program air bersih daripada program
pinjaman sepeda.
c. Pedoman dan tingkat perubahan yang diinginkan. Program yang bertujuan
mengubah sikap dan perilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit untuk
28

dilaksanakan daripada program yang hanya memberikan bantuan kredit


atau bantuan beras kepada masyarakat miskin.
d. Apakah lokasi program sudah benar dan tepat sasaran.
e. Apakah kebijakan tersebut secara khusus menyebutkan pelaksana.
f. Apakah program ini didukung oleh sumber daya yang sesuai.

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood, yang relevan dengan

implementasi kebijakan adalah keberhasilan menilai masalah dan

menerjemahkannya ke dalam keputusan konkret. (Silalahi, 2018). Di sisi lain,

menurut (Agustino, 2008), implementasi didefinisikan sebagai interaksi antara

penetapan tujuan dan tindakan yang diambil untuk mencapai tujuantersebut, atau

kemampuan untuk secara kausal menghubungkan apa yang diinginkan dan

pencapaian tujuan.

Jadi menurut Tangkilisan (2003) Ada tiga kegiatan utama yang paling penting

dalam melaksanakan keputusan;

a. Interpretasi adalah kegiatan mengubah makna suatu program menjadi


pengaturan yang dapat diterima dan diterapkan.
b. Organisasi adalah unit atau wadah untuk menempatkan program pada
tujuan kebijakan.
c. Aplikasi yang berkaitan dengan layanan, upah dan peralatan rutin lainnya.

3. Faktor keberhasilan implementasi kebijakan

Rippley dan Franklin dalam (Tangkilisan, 2003) berfokus pada keberhasilan

implementasi kebijakan program dan yang dipertimbangkannya yaitu ada tiga

faktor:
29

a. Aspek kepatuhan yang mengukur penegakan kepatuhan terhadap mereka


sendiri.
b. Keberhasilan implementasi diukur dengan kelancaran rutinitas dan bebas
masalah.
c. Pelaksanaan yang berhasil akan menghasilkan kinerja yang memuaskan
bagi semua pihak, terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan.

4. Faktor Kegagalan Implementasi Kebijakan

menyampaikan bahwa kegagalan implementasi kebijakan disebabkan oleh

beberapa faktor:

a) Informasi, kurangnya informasi dapat dengan mudah menyebabkan


gambaran yang tidak akurat tentang tujuan dan pelaksanaan kebijakan dan
apa yang akan diterapkan kebijakan tersebut.
b) Konten kebijakan, penegakan kebijakan dapat gagal karena konten atau
tujuan kebijakan yang tidak jelas, atau ketidakakuratan internal atau
eksternal, atau kebijakan itu sendiri, yang mengakibatkan kurangnya
sumber daya dukungan yang signifikan.
c) Dukungan, implementasi kebijakan publik menjadi sangat sulit ketika
implementasi tidak cukup mendukung kebijakan tersebut.
d) Distribusi potensial, yang mengacu pada distribusi potensi aktor dan
organisasi dalam hal demarkasi tugas dan wewenang
30

C. Kriteria Sasaran Strategis SMART-C

Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan dan sasaran. Strategi adalah

rencana menyeluruh dan terpadu untuk upaya organisasi, termasuk penetapan

kebijakan, program operasional, dan kegiatan, dengan mempertimbangkan sumber

daya lingkungan di mana mereka berada. Strategi ini dirancang untuk memberikan

arah, dorongan, dan perspektif terpadu tentang pelaksanaan organisasi. Persatuan

nasional dan badan-badan politik di Banten menetapkan strategi untuk

menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan dan sasaran Peters (1982)

Strategi merupakan indikator penting yang perlu diperhatikan dalam

menganalisis proses pembuatan kebijakan publik dengan pendekatan politik.

Karena strategi yang tepat membenarkan tindakan yang akan diambil.

Pertanyaannya adalah strategi apa yang biasa digunakan dalam proses pembuatan

kebijakan publik. Dari studi Jones (1994:55-61), empat strategi yang biasa

digunakanoleh pengambil keputusan dalam pembuatan kebijakan adalah:

1. Rasionalitas. Rasionalis umumnya menggunakan strategi yang melibatkan


keputusan logis untuk mengambil berbagai tindakan untuk memecahkan
masalah dalam masyarakat secara luas. Pembuat kebijakan publik
biasanya melakukan sejumlah proses sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi permasalahan
b. Menetapkan dan menyusun tujuan-tujuan
c. Mengidentifikasi semua alternatif kebijakan
d. Meramalkan konsekuensi-konsekuensi dari setiap alternatif.
31

e. Membandingkan konsekuensi tersebut dalam hubungannya dengan


tujuan yang hendak dicapai, dan
f. Memilih alternatif terbaik.

2. Teknis Pertimbangan teknis dalam merumuskan kebijakan publik sering


menginformasikan proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
strategi ini biasanya digunakan untuk menunjukkan bahwa kebijakan yang
dipilih layak secara teknis. Ini biasanya dilakukan oleh teknisi, spesialis,
atau profesional dengan tugas khusus yang jelas dan fleksibel, tetapi
terbatas pada keahliannya. Cara kerja para teknisi adalah abstraksi hebat
dari kaum rasionalis, yang cenderung mencakup semua hal.
3. Strategi Ikramentalis atau Gradualis selalu mempertanyakan sifat inklusif
dan rasionalitas dari dunia yang tidak sempurna. Pendekatan ini sedang
dalam proses penyesuaian terus-menerus untuk dampak jangka pendek
dan jangka panjang dengan menambahkan peningkatan. Penyesuaian
dibuat sebagai hasil dari permintaan untuk melakukan hal-hal baru,
menguji kekuatan, atau mengusulkan kompromi. Strategi umumnya
disukai oleh politisi yang cenderung kritis dan tidak sabar terhadap
perencana dan insinyur, tetapi itu juga tergantung pada apa yang mereka
hasilkan. Karakteristik kebijakan yang dihasilkan hanya yang diketahui
atau diharapkan hasil, membuat langkah-langkah implementasi lebih
mudah untuk diikuti.
4. Reformator Reformis Reformis tidak jauh berbeda dengan gradualis dalam
menerima batas-batas informasi dan pengetahuan yang tersedia dalam
32

proses politik. Perbedaannya adalah bahwa penekanan reformis pada


pentingnya perubahan sosial memungkinkan mereka untuk terlibat
langsung dalam masalah sehari-hari untuk mencari solusi jangka pendek
dan mendapatkan legitimasi dengan cepat. Gaya lobi reformis seringkali
mirip dengan gaya aktivis, sering berpartisipasi dalam demonstrasi dan
terkadang dalam bentrokan. 27 Keempat strategi tersebut pada dasarnya
berbeda dalam hal peran, nilai, tujuan, gaya, dan kritik. Kaum rasionalis
ditengarai tidak memahami kodrat manusia, yang memiliki kemampuan
terbatas untuk memecahkan masalah. Insinyur dituduh terbatas, dan
gradualis terlalu mengandalkan status quo dan tidak menghargai
keputusan mereka. Reformis dituduh tuntutan tidak realistis dan
intoleransin

Adapun salah satu kriteria strategi yang bisa diterapkan ialah kriteria SMART-

C. SMART-C adalah Kriteria penetapan tujuan yang membantu anggota tim lebih

mungkin untuk mencapai tujuan mereka. Membantu anggota tim menetapkan dan

mencapai tujuan adalah cara terbaik untuk tetap termotivasi, memberikan umpan

balik terus menerus, dan menghubungkan beban kerja setiap individu dengan tujuan

organisasi yang lebih luas.

SMART C adalah pengembangan dari teoriGeorge T. Doran (1981), yang

mana dibuat untuk membantu memformulasikan tujuan sehingga bisa dicapai,

adapun penambahan unsur C merupakan bentuk penyesuaian yang terdapat pada

Permenpan RB No. 55 Tahun 2011 (Rizky Indah et al., 2013). SMART C ini

merupakan singkatan yangmana dipergunakan


33

guna memaksimalkan pengukuhan maksud dan tujuan di dalam suatu kegiatan,

terlebih jika hal tersebut memiliki hubungan dengan manajemen/mengatur suatu

proyek, promosi pemasaran, manajemen performa kinerja, dan self development,

berbagai sumber menggunakan berbagai huruf ini guna menunjukan sesuatu hal

berbeda, oleh karena itu, biasanya akan menemukan berbagai macam di antara

berbagai versi SMART. Akan Tetapi, kriteria SMART-C dipahami secara luas

dengan hal yang berkenaan dengan:

1. Specific (Spesifik): Maksud dan tujuan yang memiliki sifat yang umum

tidak cukup. Oleh karenanya, dalam menentukan berbagai tujuan harus

terperinci serta jelas dan tidak membingungkan mengenai apa saja yang

akan diperoleh. karenanya harus difikirkan tentang berbagai pertanyaan

yang mana diawali dengan huruf "w": who (siapa), what (apa), when

(kapan), which (yang mana), dan why (mengapa).

2. Measurable (Terukur): dalam menentukan tujuan yang memenuhi kriteria

spesifik haruslah memiliki suatu indikator yang dapat digunakan guna

mengukur serta menilai berbagai progress dalam memperoleh tujuan ini.

3. Achievable (Dapat Dicapai): memahami serta mengetahui apakah berbagai

tujuan yang dirumuskan diyakini bisa dicapai dengan menimbang waktu,

usaha, dan biaya dengan manfaatnya, serta prioritas lainnya yang mungkin

dimiliki. kita juga harus memikirkan tentang apa yang dibutuhkan guna

memperoleh tujuan yang dimaksudkan, serta apakah memiliki instrumen

guna membantu atau keterampilan yang memang dibutuhkan.


34

4. Relevant (Relevan): Memahami hubungan yang sesuai dengan tujuan di

dalam suatu organisasi secara lebih luaspun amat diperlukan. Berbagai

strategi tentu haruslah sesuai dengan visi misi serta berbagai sasaran yang

ditetapkan.

5. Time bound (Berbatas Waktu): Waktu merupakan segalanya dalam

menentukan suatu tujuan. Kita perlu menetapkan tanggal target/sasaran

serta mengajukan dan merumuskan pertanyaan spesifik berkenaan dengan

hal yang dapat diperoleh dalam rentan waktu yang ditentukan. oleh

karenanya amat penting guna memastikan bahwa batas waktu itu bisa

dicapai, akantetapi juga mampu menyesuaikan. walau demikian rasa

keperluan yang mendesak itu penting, memperoleh sebuah tujuan denan

terburu buru itu kecil kemungkinannya dapat memberikan keuntungan

terhadap pihak berkepentingan dan organisasi secara universal.

6. Continously Improve (Berkelanjutan): berbagai pengukuran yang terdapat

pada sebuah strategi haruslah berkelanjutan serta dapat menyesuaikan

dengan perkembangan kemajuan pada pemerintahan.

D. Penelitian Terdahulu

Peneliti menyantumkan penelitian yang ada sebelumnya untuk menjadi acuan

dalam penelitian ini. Peneliti menyantumkan penelitian terdahulu bertujuan untuk

mengetahui dan membandingkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yang ada sebelumnya.

Kemudian, maksud dari penyantuman penelitian terdahulu ini yaitu untuk

menghindari adanya kesamaan ataupun plagiasi dari penelitian yang sudah ada.
35

Peneliti sajikan data tabel penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan

perbandingan di bawah ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

JUDUL
NO PENULIS PERSAMAAN KEBARUAN
PENELITIAN
(NOVELTY)
1 Evaluasi Deddy Membahas Lokus dan
Penilaian RusyRr. mengenai fokus
Kinerja Rachmawat permasalahan penelitian di
dengan menggunakan Wilayah
Menggunakan kriteria SMART perusahaan PT
Metode Penelitian yang BJB.Tbk serta
SMART dan digunakan adalah Teori SMART
Dampaknya deskriptif yang
Terhadap kualitatif dipergunakan
Kepuasan
Kerja (2017)
2 Pengaruh Aldo Sugih Penelitian Pendekatan
Anggaran Bebasis Prayogo dilakukan di yang
Kinerja Aparatur Instansi digunakan
pada Badan pemerintahan adalah
Pengelolaan pendekatan
Pendapatan Daerah Kuantitatif
Kota Bandung serta fokus
(2018) pembahasan
yang
berkenaan
dengan kinerja

3 Evaluasi Kinerja Wide Enardi Penelitian Fokus


Instansi Pemerintah dilakukan di penelitian ada
DaerahBerdasarkan Instansi pada kinerja,
LAKIP (Studi Pemerintah, Data Kriteria yang
Kasus LAKIP Bersumber dari diteliti adalah
Kantor Ketahanan LAKIP dan SMART tanpa
Pangan Kabupaten Pendekatan pada Kriteria
Tanah Datar Tahun penelitian adalah Continously
2014-2015) (2017) Kualitatif Improve
36

Penelitian mengenai kriteria SMARTC dilakukan bisa menggunakan

pendekatan kualitatif ataupun kuantitatif, hal tersebut karena teori ini mampu

menjadi sebuah indikator kinerja ataupun mendeskripsikan sasaran dari suatu

tujuan. Selain itupun lokus yang bisa diteliti dengan teori ini bisa sebuah

perusahaan ataupun instansi pemerintahan, karena baik perusahaan atau instansi

pasti akan selalu menetapkan suatu sasaran pada tujuan yang dibuat. Peneliti

menemukan beberapa penelitian akan tetapai kriteria yang digunakan hanya

SMART tanpa kriteria Continously Improve, selain itupun penelitian ini bisa

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menghitung data statistik ataupun

dengan pendekatan kualitatif yang mayoritas mendeskripsikan pelaksanaan kriteria

SMART. Untuk perbedaannya sendiri terdapat pada teori yang digunakan serta lebih

berfokus pada analisis penerapan kriteria SMART-C pada sasaran yang telah

disusun pemerintah daerah. Adapun penelitian terdahulu yang peneliti temukan

adalah sebagai berikut.

Pertama penelitian yang berjudul Evaluasi Penilaian Kinerja dengan

Menggunakan Metode SMART dan Dampaknya Terhadap Kepuasan Kerja (2017)

yang disusun oleh Deddy Rusyandi, Rr. Rachmawati Membahas mengenai

permasalahan menggunakan kriteria SMART Penelitian yang digunakan adalah

deskriptif kualitatif untuk lokus dan fokus penelitian di wilayah perusahaan PT

BJB.Tbk serta Teori SMART yang dipergunakan. Untuk hasilnya penelitiannya

sendiri ialah penilaian kinerja dengan indikator SMART belum bisa digunakan

karena beberapa indikator belum maksimal, serta kepuasan kinerja belum tercapai.
37

Kedua, penelitian yang berjudul Pengaruh Anggaran Bebasis Kinerja

Aparatur pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung (2018), yang

disusun oleh Aldo Sugih Prayogo, Penelitian dilakukan di Instansi pemerintahan

kemudian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Kuantitatif serta fokus

pembahasan yang berkenaan dengan kinerja, hasil dari penelitian ini adalah

anggaran berbasis kinerja memiliki kategori yang sangat tinggi sehingga dapat

disimpulkan apabila terdapat pengaruh simultan anggaran berbasis kinerja terhadap

kinerja aparatur BPPD Kota Bandung.

Ketiga, Evaluasi Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Berdasarkan LAKIP

(Studi Kasus LAKIP) Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Tanah Datar Tahun

2014-2015) (2017), disusun oleh Wide Enardi Penelitian dilakukan di Instansi

Pemerintah, Data Bersumber dari (LAKIP) dan Pendekatan pada penelitian adalah

Kualitatif Fokus penelitian ada pada kinerja, Kriteria yang diteliti adalah SMART

tanpa Kriteria Continously Improve. Adapun hasil dari penelitian ini adalah dalam

pelaporan kinerja instansi tersebut melaksanakan program dan kegiatan secara

ekonomis, efisien dan efektif. Namun LAKIP yang dihasilkan oleh intansi tersebut

belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria.

E. Proposisi

Sasaran Strategis yang disusun oleh Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon

akan terlaksana dengan baik, apabila sesuai dengan kriteria specific, measureable,

achievable, relevant, time bond, dan continously improve.

Anda mungkin juga menyukai