Anda di halaman 1dari 6

RESUME

FAKTOR-FAKTOR NON GEOGRAFI TERHADAP BESAR KEPADATAN DAN


DISTRIBUSI PENDUDUK

OLEH :

PUTRI HARTINA (21134008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKUKTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE

2023
A. Aspek fisik Geografi dan Aspek Nonfisik geografi
Geografi merupakan ilmu saintifik yang mempelajari lebih dalam dengan
mengkaji dan mengamati fenomena-fenomena alam yang ada di sekitar kita, yaitu di
Bumi. Nah, sedangkan aspek geografi sendiri disini berperan penting dalam menentukan
pola pikir untuk memikirkan mengenai geografi dimasa yang akan datang seperti apa.
a. Aspek Fisik Geografi
Secara umum, aspek fisik geografi merupakan aspek yang mempelajari semua
fenomena yang terjadi diatas permukaan bumi yang terjadi secara natural atau alami.
Aspek ini dibagi menjadi 3, yaitu aspek biotik, non-biotik dan topografi. Yuk, langsung
saja pahami penjelasan masing-masing ya.
1. Aspek Biotik

Aspek biotik merupakan aspek geografi yang mempelajari secara khusus semua
hal yang berkaitan dengan vegetasi. Misalnya saja, ada flora (tumbuh-tumbuhan), fauna
(hewan) dan juga manusia itu sendiri.

2. Aspek Non Biotik

Kebalikan dari aspek biotik, aspek non biotik ini lebih memahami dan
mempelajari pada semua hal yang bersifat tak hidup alias benda mati. Nah, hal yang
sering dipelajari contohnya masalah keairan (hidrologi), iklim, musim, tanah dan lain
sebagainya. Pada intinya itu adalah bagian dari geografi itu sendiri.

3. Aspek Topografi

Aspek fisik yang terakhir adalah aspek topografi, yang fokus membahas
mengenai letak suatu wilayah. Hal yang dibahas mengenai luas negara, posisi dalam
lintang dan bujur, dan batas-batas suatu negara.

2. Aspek Non Fisik Geografi

Aspek non fisik geografi merupakan aspek dalam geografi yang mempelajari
masalah kejadian alam yang diperbuat atau dipengaruhi oleh campur tangan manusia itu
sendiri. Dalam aspek non fisik, kita nanti akan mempelajari mengenai aspek ekonomi,
aspek sosial dan aspek budaya.
1. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi dalam ilmu geografi merupakan aspek yang mempelajari segala
hal yang mencakup masalah kegiatan ekonomi. Misalnya, seperti transportasi,
perdagangan, distribusi, bahkan hingga kepada pasar.

Mengapa hal ini dibahas dalam ilmu geografi? Sebab, setiap wilayah memiliki
keunikan dan kelebihan produksi masing-masing. Dengan adanya perbedaan ini, untuk
saling bisa bertahan haruslah saling bertransaksi satu wilayah dengan wilayah yang lain.

2. Aspek Sosial

Kedua adalah aspek sosial. Aspek sosial ini mempelajari mengenai unsur-unsur
sosial dari masyarakat, sebab pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial. Contohnya,
mempeljari masalah sebuah komunitas, perbedaan adat dan tradisi, lembaga sosial, dan
kelompok masyarakat.

3. Aspek Budaya

Terakhir adalah aspek budaya dalam geografi. Aspek ini berfokus pada memahami
dan mendalami mengenai unsur pendidikan, agama, bahasa, kesenian, dan budaya yang ada
di suatu negara.

B. Factor yang menyebabkan persebaran penduduk dan kepadatan penduduk

a. Persebaran penduduk

Faktor persebaran penduduk Persebaran penduduk merupakan bentuk dari penyebaran


penduduk di suatu wilayah, apakah merata atau tidak. Hal tersebut dapat dilihat dari
kepadatan penduduk yang merupakan angka jumlah rata-rata penduduk pada setiap
kilometer persegi suatu wilayah negara. Ada tiga faktor yang menyebabkan persebaran
penduduk dan kepadatan penduduk di setiap daerah, yaitu faktor fisiografis, factor
biologis, serta faktor kebudayaan dan teknologi.

Dampak persebaran penduduk Perpindahan penduduk dari desa ke kota di


Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Bahkan ada beberapa
wilayah yang mengalami persebaran penduduk tidak seimbang. Pemusatan penduduk di
beberapa kota besar dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungannya, seperti:
1. Munculnya permukiman liar
2. Sungai tercemar karena dijadikan tempat pembuangan sampah, baik dari masyarakat
maupun pabrik industri.
3. Terjadinya pemcemaran udara karena banyaknya kendaraan dan pabrik.
4. Muncul berbagai masalah sosial, seperti kriminalitas.

b. Kepadatan penduduk

memiliki fungsi untuk mengetahui beberapa hal, di antaranya: Mengetahui


persebaran penduduk suatu wilayah. Mengetahui telah terjadi peledakan penduduk suatu
wilayah atau belum terjadi, dengan cara memonitor. Mengetahui penyebab perbedaan
kepadatan penduduk dengan daerah lain disekitarnya. Mengetahui pusat-pusat
kebudayaan, di mana budaya timbul pada penduduk yang padat dan penduduk padat
budaya yang tinggi.

Kepadatan penduduk biasanya dilihat berdasarkan lahan pertanian yang terbagi


menjadi dua, yaitu:
1. Kepadatan penduduk agraris adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bekerja
di sektor pertanian dengan luas lahan pertanian.
2. Kepadatan penduduk fisiologis adalah perbandingan antara jumlah penduduk total (baik
yang bekerja sebagai petani atau tidak) dengan luas lahan pertanian
C. factor Demografi dan Nondemografi (fasilitas pendidikan dan ekonomi)

a. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, dengan
kepadatan penduduk sebesar 138 jiwa/km2. Mengacu pada Todaro dan Smith (2012:
363), salah satu penghambat pembangunan ekonomi di negara sedang berkembang
adalah adanya ledakan penduduk, sehingga penting bagi pemerintah untuk
mengontrol laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan nilai Total Fertility
Rates (TFR) sebagai salah satu ukuran tingkat fertilitas menunjukkan bahwa
Indonesia mengalami penurunan TFR sampai dengan 2017 menjadi sebesar 2,3,
namun belum mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)
sebesar 2,1. TFR tersebut diukur dari total jumlah anak yang dilahirkan selama kurun
masa usia reproduktif perempuan, yaitu 15-49 tahun.
b. Secara teoritis maupun empiris ditemukan bahwa faktor demografi dan non-
demografi (sosial, ekonomi, dan budaya) turut mempengaruhi TFR di berbagai
wilayah. Sebagian besar penelitian sebelumnya difokuskan pada pengaruh faktor
sosial dan ekonomi, namun faktor budaya masih jarang dilibatkan dalam pemodelan
tingkat fertilitas. Studi ini mencoba untuk memasukkan faktor budaya yang
direpresentasikan oleh faktor agama dan suku dalam mengestimasi TFR di Indonesia,
dengan menggunakan data mikro yang bersumber dari Indonesia Family Life
Survey (IFLS) wave 5, periode 2014 yang mencakup 13 provinsi. Unit observasi pada
studi ini adalah perempuan usia reproduktif yaitu pada kelompok usia 15-49 tahun.
c. Metode regresi ordinary least squares (OLS) digunakan untuk mengestimasi
pengaruh variabel pendapatan, pendidikan ibu, mortalitas anak, status bekerja ibu,
usia kawin pertama, jenis alat kontrasepsi, suku, dan agama terhadap fertilitas di
Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa faktor demografi yaitu usia kawin
pertama perempuan, adanya anak yang meninggal dalam sebuah keluarga, dan jenis
penggunaan alat kontrasepsi (IUD dan Tubektomi) berpengaruh signifikan pada
fertilitas di Indonesia. Sedangkan dari aspek non-demografi yang terdiri dari faktor
ekonomi dengan proksi variabel pendapatan keluarga menunjukkan bahwa semakin
tinggi pendapatan, semakin tinggi pula tingkat fertilitas. Peningkatan pendapatan
cenderung meningkatkan jumlah anak yang dilahirkan dalam sebuah keluarga karena
orang tua merasa mampu untuk mencukupi kebutuhan nutrisi, pangan dan
memberikan investasi Pendidikan pada anak (Adhikari, 2010; Malthus dalam Todaro
& Smith, 2012: 349–350).
d. Faktor sosial yang diwakili oleh tingkat pendidikan perempuan menunjukkan adanya
hubungan negatif antara pendidikan dengan tingkat fertilitas. Salah satu argumen dari
hasil studi ini adalah perempuan dengan pendidikan lebih tinggi cenderung menunda
pernikahan dan menggunakan alat kontrasepsi daripada perempuan yang
berpendidikan rendah (Ariho dkk., 2018) dan Mutwiri (2019). Sementara itu, dari sisi
faktor budaya hanya factor suku yang berpengaruh terhadap fertilitas di Indonesia
terutama suku Makassar, Nias, dan Melayu yang cenderung memiliki jumlah anak
yang lebih banyak. Hasil ini berkaitan dengan nilai anak bagi keluarga Melayu,
bahwa anak merupakan sumber rejeki dan amanah dari Maha pencipta, sumber
pendapatan di masa tua, dan meningkatkan status sosial keluarga. Atas dasar empat
nilai anak tersebut mendorong masyarakat melayu untuk menambah jumlah anak
(Kamaruddin (2016) dan Fahmi dan Pinem (2018). Faktor agama tidak berpengaruh
terhadap TFR di Indonesia, dan hal ini sejalan dengan temuan dari Bessey (2018).
e. Berdasarkan hasil studi ini menunjukkan bahwa baik faktor demografi maupun non-
demografi memiliki pengaruh penting terhadap tingkat fertilitas (TFR) di Indonesia.
Implikasi hasil penelitian ini adalah perlunya upaya untuk menekan jumlah
perempuan yang menikah di usia muda mengingat masih tingginya perempuan yang
menikah di usia yang sangat dini di Indonesia (11,6%). Selain itu, peningkatan
jenjang pendidikan formal bagi perempuan juga tidak kalah penting, bukan hanya
berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan akses perempuan di
pasar kerja nantinya, tetapi juga menjadi aktifitas untuk mendistraksi perempuan dari
menikah pada usia dini.

Anda mungkin juga menyukai