Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Struktur penduduk selalu berubah-ubah, perubahan tersebut

disebabkan karena prosres demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian

(mortalitas), dan migrasi penduduk. Struktur penduduk merupakan aspek yang

statis, yang menggambarkan penduduk dari hasil sensus penduduk pada hari

sensus tersebut. Data yang didapat pada hari sensus dijadikan sebagai basis

perhitungan penduduk. Setelah hari sensus penduduk tersebut dilakukan maka

struktur penduduk akan berubah dari basis penduduk sebelumnya. Unsur-

unsur yang dinamis yang terdiri dari kelahiran, kematian, dan migrasi. Proses

perubahan tersebut disebut pula dengan proses yang dinamis. Permana, (2011)

Menurut Adioetomo, Sri M, dkk.( 2010) masalah kependudukan

sangat mempengaruhi keejahteraan dan perkembangan suatu daerah dalam

suatu negara. Masalah kependudukan di Indonesia dikatergorikan sebagai

suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini

mencakup lima masalah pokok yang terkait satu sama lainnya, yaitu jumlah

penduduk yan tinggi, Tingkat pertumbuhan yang tinggi, Penyebaran penduduk

yang tidak merata, Komposisi umur penduduk yang timpang dan Masalah

mobilitas penduduk.

Berdasarkan 5 unsur pokok masalah kependudukan di atas telah

menjadi induk dari berbagai masalah lain termasuk dengan pertumbuhan

penduduk yang tidak sebanding dengan ketersedian lahan untuk memenuhi

1
2

kebutuhan penduduk yang terus mengalami pertumbuhan dan pertambahan

secara kuantitias, belum lagi secara kualitas tidak didukung dengan jumlah

penduduk yang berkualitas. Adioetomo, Sri M, dkk.( 2010)

Disisi lain Bertambahnya penduduk akan selalu diikuti dengan

bertambahnya bangunan-bangunan permukiman maupun bukan permukiman.

Bangunan-bangunan non-permukiman merupakan bangunan yang

mengakomodasikan kegiatan-kegiatan baru yang menyertai, seperti kegiatan

ekonomi, sosial, kultural, dan politik. Pembangunan permukiman ini

seringkali menyebabkan konflik pemanfaatan lahan, karena mengubah lahan

pertanian menjadi non-pertanian (Zumaeroh 2011).

Kabupaten Muna Barat sebagai salah satu ibu kota kabupaten baru

tentu saja memiliki pengaruh besar pada peluang terjadinya pembangunan

yang massif termasuk di desa Kasimpa Jaya sebagai salah satu desa penopang

ibu kota Kabupaten. Kabupeten Muna Barat juga merupakan wilayah yang

masuk zona hamparan wilayah transmigrasi dimana hampir ¼ dari luas

wilayahnya di huni oleh penduduk di luar dari Kabupaten Muna Barat

khususnya Kecamatan Tiworo Selatan. Selain penduduknya merupakan

masyarakat transmigrasi wilayahnya juga dikategorikan wilayah peri urban.

(Obervasi Juli 2019)

Wilayah peri urban menurut Kurnianingsih (2012), wilayah peri-urban

adalah wilayah yang mampu membentuk 3 tipologi zona perwilayahan

berdasarkan tingkat sifat kekotaan dan pedesaannya, dimana memiliki hasil

yang didominasi pada tipologi yang seimbang antara sifat kekotaan dan

pedesaannya. Masalah yang seringkali melanda wilayah peri urban adalah


3

semakin meningkatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian.

Hilangnya lahan pertanian, menurunnya produktivitas pertanian, menurunnya

komitmen petani terhadap lahan maupun kegiatan pertaniannya, hilangnya

bidang pekerjaan pertanian, ketidaksiapan petani masuk ke sektor non-

pertanian/kekotaan dan hilangnya atmosfir kedesaan dalam berbagai dimensi.

Giyarsih (2010).

Kondisi di atas merupakan beberapa contoh dampak negatif dalam

skala lokal dan regional yang secara langsung maupun tidak langsung telah

berpengaruh terhadap peri kehidupan sektor kedesaan.Kenyataan menurunnya

luasan lahan pertanian di wilayah peri urban adalah suatu keniscayaan, akibat

yang ditimbulkan termasuk juga menurunnya kemampuan menghasilkan

bahan pangan yang terus menerus di satu sisi. Di sisi lain, tuntutan terhadap

kuantitas bahan pangan yang harus disediakan semakin meningkat sejalan

dengan meningkatnya jumlah penduduk(Tati Nurmala,2012).

Kecenderungan tersebut diatas jelas akan terus mengakibatkan

semakin lebarnya disparitas (kesenjangan) antara kemampuan menyediakan

bahan pangan dan meningkatnya tuntutan akan bahan pangan atau disparitas

antara produksi dan konsumsi yang akan semakin lebar. Pada saat ini saja

permasalahan pemenuhan bahan pangan sudah mulai terganggu baik skala

nasional maupun domestik, sehingga pemerintah harus mengimport dari

negara lain. Pada tatanan domestik khsusunya pada masyarakat di desa

Kasimpa Jaya Kecamatan Tiworo dalam pemenuhan kebutuhan tentang

sumber pangan atau beras sudah mulai diperoleh dengan impor dari daerah

lain. Kondisi ini terjadi karena lahan pertanian di desa Kasimpa Jaya
4

Kecamatan Tiworo terus mengalami penurunan sehingga produksi pertanian

juga ikut menurun. (obsrevasi Juli 2019)

Upaya pemerintah dalam menangani masalah di atas teru dilakukan

salah satunya adalah dengan peningkatan kuota impor terhadap pangan atau

lebih spesifik adalah beras, mengimport bahan pangan mungkin tidak

mendatangkan permasalahan yang berarti, namun dalam masa terjadinya

konflik/ketegangan politik antara negara di kawasan Asean, masalah ini

akan menjadi sangat krusial. Oleh karena itu maka sangat penting bagi

pemerintah untuk terus berupaya untuk menjaga kestabilan ketersediaan

barang dan permintaan pangan. namun disisi lain juga harus memperhatikan

tentang luas panen terus berkurang tanpa adanya solusi maka tidak dapat

dipungkiri kelak akan terjadi kesulitan pemenuhan kebutuhan pangan

khususnya di Kabupaten Muna Barat. Berdasarkan latar belakang tersebut,

maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Dampak

Pertumbuhan Penduduk Terhadap Penggunaan Lahan Pertanian Desa Kasimpa

Jaya Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka

penuli akan merumuskan rumusan permasalahan penelitian yaity sebagai

berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk

Desa Kasimpa Jaya Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat ?

2. Bagaimana dampak pertumbuhan penduduk terhadap penggunaan lahan

Desa Kasimpa Jaya Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat ?


5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab laju pertumbuhan penduduk

Desa Kasimpa Jaya Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat.

2. Untuk mengetahui dampak pertumbuhan penduduk terhadap penggunaan

lahan pertanian Desa Kasimpa Jaya Kecamatan Tiworo Selatan

Kabupaten Muna Barat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Desa Kasimpa Jaya

Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat tentang masalah

pertumbuhan penduduk

2. Membantu pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan

dengan penggunaan lahan pertanian.

3. Sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

4. Sebagai salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan program sarjana

(S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi

Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teroritis Penduduk


1. Konsep Penduduk
Penduduk merupakan semua orang yang berdomosili di wilayah

geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan mereka yang

berdomisili kurang dari 6 bulan dengan tujuan untuk menetap (BPS, 2014 :

102). Sedangkan menurut Faqih,A. 2012 kependudukan atau demografi

berasal dari Bahasa Yunani, demos yang berarti rakyat dan grafein yang

berarti menulis. Demografi adalah tulisan tulisan tentang rakyat atau

penduduk.

Ilmu kependudukan menurut Donald J Boque dikutip Faqih,A. ( 2012)

adalah ilmu yang memperlajari secara statistik dan matematik tentang besar,

komposisi dan distribusi penduduk beserta perubahaannya sepanjang masa,

melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas),

kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.

Pandangan yang hampir sama tetang penduduk dikemukakan oleh

Adietomo,Samosir, 2010 Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di

wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka

yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap.

Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas,

mortalitas dan migrasi.

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk atau

demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-

6
7

perubahan penduduk atau dengan perkataan lain segala hal yang berhubungan

dengan komponenkomponen perubahan tersebut, seperti kelahiran, kematian,

migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk

menurut umur dan jenis kelamin tertentu.

2. Pertumbuhan Penduduk
Malthus dalam bukunya yang berjudul principles of population dikutip

Zaenil Mustopa (2011), menyebutkan bahwa perkembangan manusia lebih

cepat di bandingkan dengan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Malthus salah satu orang yang pesimis terhadap masa depan

manusia. Hal itu didasari dari kenyataan bahwa lahan pertanian sebagai salah

satu faktor produksi utama jumlahnya tetap. Kendati pemakaiannya untuk

produksi pertanian bisa ditingkatkan, peningkatannya tidak akan seberapa. Di

lain pihak justru lahan pertanian akan semakin berkurang keberadaannya

karena digunakan untuk membangun perumahan, pabrik-pabrik serta

infrastruktur yang lainnya.

Perkembangan penduduk yang jauh lebih cepat dari pada pertumbuhan

hasil produksi pertanian, maka Malthus meramal akan terjadi malapetaka

terhadap kehidupan manusia. Malapetaka tersebut timbul karena adanya laju

pertumbuhan penduduk. Sementara keberadaan lahan semakin berkurang

karena pembangunan berbagai infrastruktur. Akibatnya akan terjadi bahaya

pangan bagi manusia. Salah satu saran Malthus agar manusia terhindar dari

malapetaka karena adanya kekurangan bahan makanan adalah dengan kontrol

atau pengawasan atas pertumbuhan penduduk. Pengawasan tersebut bisa

dilakukan oleh pemerintah yang berwenang dengan berbagai kebijakan


8

misalnya saja dengan program keluarga berencana (KB). Dengan adanya

pengawasan tersebut diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk,

sehingga bahaya kerawanan pangan dapat teratasi. Kebijakan lain yang dapat

diterapkan adalah dengan menunda usia kawin sehingga dapat mengurangi

jumlah anak. (Zaenil Mustopa,2011).

BPS. (2013) menyebutkan bahwa pertumbahan penduduk adalah

perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan

dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit"

untuk pengukuran. Sebutan pertambahan penduduk merujuk pada semua

spesies, tetapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara

informal untuk sebutan demografi nilai pertambahan penduduk, dan

digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia. Pertambahan

penduduk sendiri di pengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi.

Dalam demografi dikenal istilah pertambahan penduduk alami dan

pertambahan penduduk total. Dimana pertambahan penduduk alami hanya di

pengaruhi oleh kelahiran dan kematian, sedangkan pertambahan penduduk

total di pengaruhi oleh kelahiran, kematian, migrasi masuk (imgrasi) dan

migrasi keluar (emigrasi).

Menurut Samosir, 2010 Pola pertumbuhan penduduk yang hampir

sama secara umum di bagi menjadi 4 tahap

1) Tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi, pada tahap ini tingkat

kematian dan kelahiran berada pada tingkat yang tinggi, sehingga

pertumbuhan penduduk juga terlalu tinggi. Tentu pada situasi ini tidak
9

nyaman karena banyak yang lahir dan meninggal pada usia yang relatif

muda. Tingkat harapan hidup belum tinggi.

2) Penurunan tingkat kematian, pada tahap ini ditandai dengan menurunnya

tingkat kematian karena perbaikan dibanyak hal (kesehatan, nutrisi,

ekonomi, pendidikan, dan sebagainya), sementara kelahiran masih tetap

tinggi karena kesadaran untuk membatasi kelahiran belum ada dan

hasilnya pertumbuhan penduduk tinggi, masyarakat mulai merasakan

tingkat kehidupan yang lebih baik, tetapi mulai muncul berbagai masalah

seperti pengangguran, persebaran penduduk yang cenderung memusat ke

kota, dan tingginya beban yang harus ditanggung oleh penduduk

angkatan kerja produktif.

3) Penurunan tingkat kelahiran, pada tahap ini tingkat kematian masih terus

menurun dan tingkat kelahiran mulai menurun pula, dan hasil akhirnya

adalah tingkat pertumbuhan penduduk yang mulai menurun.

4) Populasi stationer, tingkat kelahiran dan kematian cenderung seimbang

pada tingkat yang rendah. Pertumbuhan penduduk mulai seimbang dalam

tingkat yang rendah. Masyarakat mulai merasakan bahwa masalah-

masalah akibat pertumbuhan penduduk seperti pengangguran, beban

tanggungan usia kerja produktif yang tinggi serta migrasi desa ke kota

mulai menghilang.

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di

suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu. Kegunaannya perhitungan laju

pertumbuhan penduduk adalah memprediksi jumlah penduduk suatu wilayah

di masa yang akan datang.Laju pertumbuhan penduduk geometrik


10

menggunakan asumsi bahwa laju pertumbuhan penduduk sama setiap

tahunnya. Sebagai salah satu desa yang akan diteliti Desa Kasimpa jaya

dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak 2.105 dan pada tahun

2017 dan pada tahun 2018 dengan jumalah 2136 dapat dihitung tentang

petumbuhan penduduknya dalam suatu wilayah yang dapat diketahui dengan

menggunakan rumus perhitungan pertumbuhan penduduk menurut

Adioetomo,(2012) sebagai berikut:

𝑝𝑡 1
𝑃𝑡 = 𝑃0 (1 + 𝑟)𝑡 atau r = ( ) −1
𝑝0 𝑡

Keterangan:

Pt = jumlah penduduk pada tahun t

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar

t = jangka waktu

r = laju pertumbuhan penduduk

Jika nilai r > 0, artinya pertumbuhan penduduk positif atau terjadi

penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya

pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi pengurangan jumlah penduduk

dari tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi perubahan jumlah

penduduk dari tahun sebelumnya. Adioetomo,(2012).

3. Faktor Pendukung Pertumbuhan Penduduk

Indonesia adalah negara yang mempunyai jumlah penduduk yang

banyak. Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan pertama negara di

kawasan Asia Tenggara sedangkan menempati urutan ke-4 di dunia. Dengan

jumlah (215,27 ju ta jiwa), Cina (1,306 milyar jiwa), India (1,068 milyar
11

jiwa). Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia memiliki

masalahmasalah kependudukan yang cukup serius dan harus segera diatasi

agar tidak terjadi ledakan penduduk. Faktor-faktor penyebab terjadinya

ledakan penduduk antara lain adalah :

1) jumlah penduduk yang besar;

2) pertumbuhan penduduk yang cepat;

3) penyebaran penduduk yang tidak merata;

4) banyaknya yang menikah di usia dini.;

5) program kb belum terlaksana dengan baik;

6) menurunnya angka kematian yang disebabkan oleh peningkatan

perkembangan dalam bidang kesehatan atau medis;

7) banyak penduduk desa yang urbanisasi (I Nyoman Suartha 2016)

Menurut Mantra 2009 dikutip Nyoman Suharta 2016 mengemukkan

bahwa tingginya laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan masalah

kependudukan menjadi masalah yang urgen dan harus segera ditangani.

Banyak faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk, antara lain

faktor demografi dan faktor non demografi.

Mantra (Nyoman Suharta, 2016 Faktor faktor demografi yang

mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk didominasi oleh determinan

demografi yakni:

1) Natalitas/Fertility (Kelahiran); Pengukuran fertilitas lebih kompleks

dibandingkan dengan pengukuran mortalitas karena seorang wanita hanya

mati satu kali tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi.

Kompleksnya pengukuran fertilitas juga disebabkan karena keterlibatan


12

dua orang (suami dan istri). Masalah yang lain yang di jumpai dalam

pengukuran fertilitas adalah tidak semua wanita mengalami resiko

melahirkan karena ada kemungkinan beberapa dari mereka tidak mendapat

pasangan untuk berumahtangga juga pada wanita yang bercerai atau

menjanda.

2) Mortality (Kematian) sebagai salah satu variabel demografi yang sangat

penting sebagai barometer tinggi rendahnya tingkat kesehatan penduduk

dari suatu daerah. Yang dimaksud dengan mortalitas adalah peristiwa

menghilangnya tanda-tanda kehidupan seseorang secara pernanen yang

terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

3) Migrasi (Perpindahan Penduduk), migrasi merupakan suatu proses yang

sangat selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

sosial, pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap

faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu juga

bervariasi. Variasi tersebut tidak hanya terdapat pada arus migrasi antar

wilayah pada negara yang sama, tetapi juga pada migrasi antar Negara.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa Determinan

demografi (Kelahiran, Kematian, dan Migrasi), memberikan kontribusi

terhadap laju pertumbuhan penduduk

4. Masalah Kependudukan
Permasalahan kependudukan telah menjadi masalah penting bagi

pemerintah dan para pakar kependudukan di Indonesia (Sunaryanto, 2012).

Hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 menunjukkan kenaikan laju

pertumbuhan penduduk Indonesia dari 1,45 persen pada periode 1990-2000


13

menjadi 1,49 persen pada periode 2000-2010. Jumlah penduduk Indonesia

sebesar 237.641.326 jiwa pada tahun 2010 dan diproyeksikan mencapai

261.890.900 jiwa pada tahun 2017 (Badan Pusat Statistik [BPS], 2013).

Indonesia termasuk negara dengan penduduk terbanyak di dunia setelah

Republik Rakyat Cina, India dan Amerika Serikat.

Selain jumlah penduduk yang tinggi tersebut, Total Fertility Rate (TFR)

Indonesia masih berada pada angka 2,6 di tahun 2012. Menurut data United

Nations (UN), angka TFR Indonesia tersebut tergolong tinggi. Meskipun pada

tahun 2015 sudah mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar 2,5, tetapi

TFR tersebut masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara lain,

misalnya dua kali lebih tinggi dari TFR Singapura, 1,25 kali lebih tinggi dari

TFR Malaysia dan menempati peringkat keempat di ASEAN.

Menurut UN (2015), suatu negara akan mencapai tahap replacement

level fertility ketika TFR berada pada angka 2,1. Ini berarti bahwa Indonesia

belum mencapai tahap replacement level fertility sehingga upaya penurunan

tingkat kelahiran masih diperlukan. Kondisi TFR tersebut menyebabkan

pertumbuhan penduduk menjadi tinggi, serta berakibat pada meningkatnya

angka kelahiran. Apabila angka kelahiran tidak terkendali maka jumlah

penduduk akan semakin besar. Namun, jumlah penduduk yang besar di

Indonesia belum diimbangi dengan kualitas sumber daya manusianya (SDM).

Kualitas SDM dapat dilihat dari Indeks Pembanguan.

Masalah kependudukan sangat mempengaruhi keejahteraan dan

perkembangan suatu daerah dan Negara. Masalah kependudukan di Indonesia

dikatergorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan


14

pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah pokok yang terkait satu

sama lainnya, yaitu:

1) Jumlah penduduk yan tinggi

2) Tingkat pertumbuhan yang tinggi

3) Penyebaran penduduk yang tidak merata

4) Komposisi umur penduduk yang timpang

5) Masalah mobilitas penduduk

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa Paket masalah

kependudukan ini telah menjadi induk dari berbagai masalah lain. Apabila

tidak segera ditanggulangi, tidak mustahil akan mendatangkan efek yang lebih

parah lagi dan dapat melumpuhkan pembangunan nasional.

B. Konsep Lahan
1. Pengertian Lahan

Menurur Muhammad Ilham Arisaputra, (2015) tanah atau lahan dalam

kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting, oleh karena sebagian

besar dari kehidupan manusia adalah bergantung pada tanah. Tanah

mempunyai berbagai macam arti dalam kehidupan kita sehari-hari, oleh

karena itu dalam penggunaannya maka perlu adanya batasan untuk

mengetahui dalam arti apa istilah tanah itu digunakan. Tanah adalah tempat

bermukim dari sebagian besar umat manusia disamping sebagai sumber

penghidupan bagi mereka yang mencari nafkah melalui usaha pertanian dan

atau perkebunan sehingga pada akhirnya tanah pulalah yang menjadi tempat

peristirahatan terakhir bagi manusia.


15

Menurut Vink dalam Su Ritohardoyo (2013:15) secara geografis lahan

adalah suatu wilayah tertentu di permukaan bumi, khususnya meliputi semua

benda penyusun biosfer yang dapat dianggap bersifat menetap atau berpindah

berada di atas wilayah meliputi atmosfer, dan di bawah wilayah tersebut

mencakup tanah, batuan bahan induk, topografi, air, tumbuh-tumbuhan,

binatang, dan berbagai akibat kegiatan manusia pada masa lalu maupun

sekarang, yang semuanya memiliki pengaruh nyata terhadap penggunaan

lahan oleh manusia pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Dari pengertian lahan menurut Ritohardoyo 2013:15 di atas

mengandung makana sebagai berikut:

a. Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaat

bagi manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.

b. Lahan selalu terkait dengan permukaan bumi dengan segala faktor

yang mempengaruhi (letak, kesuburan, lereng, dan lainnya)

c. Lahan bervariasi dengan faktor topografi, iklim, geologi, tanah,

dan vegetasi penutup.

d. Lahan merupakan bagian permukaan bumi dan segala faktor

yang mempengaruhi.

e. Lahan merupakan permukaan bumi yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia terbentuk secara kompleks oleh faktor-faktor

fisik maupun nonfisik yang terdapat di atasnya.

Menurut Tupi, Rio Diharjo (2014) lahan memiliki pengertian yang

hampir serupa dengan sebelumnya bahwa lahan adalah bagian dari bentang

alam yang mencakup pengertian fisik termasuk iklim, topografi/relief,


16

hidrologi, bahkan keadaan vegetasi yang secara potensial akan

berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Pandangan lain tentang lahan dikemukakan oleh Arsyad (2010)

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, dan

bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara

potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam

pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai

aktivitas flora, fauna, dan manusia baik di masa lalu maupun sekarang.

Sebagai contoh aktifitas dalam penggunaan lahan pertanian, reklamasi lahan

rawa dan pasang surut, atau tindakan konservasi tanah, akan memberikan

karakteristik lahan yang spesifik.

Lebih lanjut menurut Arsyad (2010) penggunaan lahan diartikan

sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materi maupun spiritual.

Penggunaan lahan yang ada pada saat sekarang, merupakan pertanda yang

dinamis dari adanya eksploitasi oleh manusia baik secara perorangan maupun

kelompok atau masyarakat terhadap sekumpulan sumber daya lahan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi

penggunaan lahan umum dan penggunaan lahan khusus atau tipe penggunaan

lahan.

Penggunaan lahan secara umum meliputi pertanian tadah hujan,

pertanian beririgasi, padang rumput penggembalaan, kehutanan, daerah

rekreasi, dan sebagainya, sedangkan tipe penggunaan lahan adalah


17

penggunaan lahan yang lebih detail dengan mempertimbangkan sekumpulan

rincian teknis yang didasarkan pada keadaan fisik dan sosial dari satu jenis

tanaman atau lebih.

Kemampuan lahan merupakan pencerminan kapasitas fisik lingkungan

yang dicerminkan oleh keadaan topografi, tanah, hidrologi, dan iklim, serta

dinamika yang terjadi khususnya erosi, banjir dan lainnya. Kombinasi karakter

sifat fisik statis dan dinamik dipakai untuk menentukan kelas kemampuan

lahan, yang dibagi menjadi 8 kelas. Kelas I mempunyai pilihan penggunaan

yang banyak karena dapat diperuntukan untuk berbagai penggunaan, mulai

untuk budidaya intensif hingga tidak intensif, sedangkan kelas VIII, pilihan

peruntukannya sangat terbatas, yang dalam hal ini cenderung diperuntukan

untuk kawasan lindung atau sejenisnya (Rustiadi et al., 2010).

Menurut (Rustiadi et al., 2010). Penggunaan lahan adalah bentuk

perwujudan usaha manusia dalam menggunakan sumberdaya alam/lahan, yang

di dalamnya terdapat komponen usaha, sedangkan penutupan lahan adalah

bentuk perwujudan fisik dari penggunaan yang direncanakan ataupun tidak.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan

merupakan tanah dengan segala ciri kemampuan maupun sifatnya beserta

segala sesuatu yang terdapat diatasnya termasuk didalamnya kegiatan

manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki banyak fungsi yang

dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas

hidupnya termasuk dalam pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian pada

umumnya dan juga lahan pemukiman tempat masyarakat membangun tempat

tinggalnya.
18

2. Fungsi Lahan
Menurut FAO (1995) dalam Djayanegara A (2013), lahan

memiliki banyak fungsi yaitu :

a. Fungsi produksi

Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan, melalui

produksi yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan

bakar kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik secara

langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya kolam dan

tambak ikan

a. Fungsi lingkungan biotik

Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terretrial) yang

menyediakan habitat dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan

jasad-mikro diatas dan dibawah permukaan tanah.

b. Fungsi pengatur ikim

Lahan dan penggunaannya merupakan sumber dan rosot gas rumah

kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan

transformasi dari energi radiasi matahari dan daur hidrologi global.

c. Fungsi hidrologi

Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah dan air

permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.

d. Fungsi penyimpanan

Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan

mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia.

e. Fungsi pengendali sampah dan polusi


19

Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyangga dan

penguba senyawa-senyawa berbahaya.

f. Fungsi ruang kehidupan

Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia,

industri, dan aktivitas sosial seperti olahraga dan rekreasi.

g. Fungsi peninggalan dan penyimpanan

Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda-

benda sejarah dan sebagai suatu sumber informasi tentang kondisi

iklim dan penggunaan lahan masa lalu.

h. Fungsi penghubung spasial

Lahan memyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan

produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antar daerah

terpencil dari suatu ekosistem alami

3. Alih Fungsi Lahan

Eka fitrianingsih, 2017 Pengalihan fungsi lahan atau lazimnya disebut

sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh

kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi

fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan

potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai

perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara

garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang

makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan

yang lebih baik.


20

Kehidupan manusia yang semakin maju dan berkembang menuntut

akan banyak hal sebagai suatu perubahan baik dari segi pembangunan dan

kemajuan intelektual hal tersebut sangat perlu dilakukan untuk memenuhi

setiap kebutuhan hidup manusia seperti, pertumbuhan penduduk yang terus

menerus meningkat mengharuskan pembangunan akan perumahan dan

bangunan untuk tempat tinggal semakin dibutuhkan. Cara untuk memenuhi

kebutuhan lahan yaitu dengan pengadaan lahan (Mokoagow, 2012). Seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur

perekonomian, kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian cenderung terus

meningkat. Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian

sulit dihindari.

Lestari 2009, dalam Irsalina 2010 mendefinisikan alih fungsi lahan

atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi

sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang

direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif/ masalah

terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat

diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-

faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan

penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan

mutu kehidupan yang lebih baik.

Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan

struktur perekonomian. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi

terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di
21

sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif. Menurut Mahadi

Dwipradnyana, 2014 alih fungsi lahan adalah suatu proses perubahan

penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain

misalnya ke-non pertanian. Dan biasanya dalam pengalih fungsiannya

mengarah ke hal yang bersifat negatif bagi ekosistem lingkungan alam sawah

itu sendiri.

Malthus dalam Zainal Mustofa 2011 menyebutkan bahwa

perkembagan manusia lebih cepat di bandingkan dengan produksi hasil-hasil

pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal itu didasari dari

kenyatanaan bahwa lahan pertaian sebagai salah satu faktor produksi utama

jumlahnya tetap. Kendati pemakaiannya untuk produksi pertanian bisa

ditingkatkan, peningkatannya tidak akan seberapa. Di lain pihak justru lahan

pertanian akan semakin berkurang keberadaanya karena digunakan untuk

membangun perumahan, pabrik-pabrik serta infrastruktur yang lainnya.

C. Faktor-Faktor dan Dampak Terjadinya Alih Fungsi Lahan

1. Faktor faktor Terjadinya Alih Fungsi Lahan

Menurut Lestari yang dikutip Irsalina,(2010) proses alih fungsi lahan

pertanian ke penggunaan nonpertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa

faktor. Ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan

sawah, yaitu :

1. Faktor eksternal

Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan

perkotaan, baik demografi maupun ekonomi.

2. Faktor internal
22

Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi

rumah tangga pertanian pengguna lahan.

3. Faktor kebijakan

Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat

maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.

Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri terutama terkait

dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi objek lahan

yang dilarang dikonversi.

Sedangkan menurut Wahyunto, 2012 :87 Ada dua hal yang

memengaruhi alih fungsi lahan . Pertama, sejalan dengan pembangunan

kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka

aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk

pengembangan industry dan pemukiman yang akhirnya mendorong

meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah

sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. 22 Kedua, peningkatan harga

lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual

lahan.

Pandangan lain tentang faktor yang menyebabkan alih fungsi lahan

dikemukakan Rustiadi, Ernan (2010) Dari satu sisi, proses alih fungsi lahan

pada dasarnya dapat dipandang merupakan suatu bentuk konsekuensi logis

dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi

masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan yang dimaksud

tercermin dari :
23

1) Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat

meningkatnya permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan

sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per

kapita, serta;

2) Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari

sektorsektor primer khususnya dari sektor-sektor pertanian dan

pengolahan sumberdaya alam ke aktifitas sektor-sektor sekunder

(manufaktur) dan tersier (jasa).

Pandangan lebih kompleks tentang faktor-faktor penyebab alih fungsi

lahan atau konveksi lahan dikemukakakan oleh Pakpahan yang dikutip oleh

Nur Isra 2017 mengemukakan bahwakonversi lahan di tingkat wilayah secara

tidak langsung dipengaruhi oleh:

a. Perubahan Struktur Ekonomi

b. Pertumbuhan Penduduk

c. Arus Urbanisasi

d. Konsistensi Implementasi Rencana Tata Ruang

Secara langsung konversi lahan dipengaruhi oleh:

a. Pertumbuhan Pembangunan Sarana Transportasi

b. Pertumbuhan Lahan untuk Industri

c. Pertumbuhan Sarana Pemukiman

d. Sebaran Lahan Sawah

Berdasarkan uraian di atas maka faktor-faktor yang menyebabkan

konveksi lahan atau alih fungsi lahan cukup kompleks sehingga lahan

pertanian setiap tahunya terus mengalami penurunan.


24

2. Dampak Alih Fungsi Penggunaan Lahan Pertanian

Alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian dapat

berdampak terhadap turunnya produksi pertanian dan dampaknya pada

dimensi yang lebih luas berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi

ekonomi, sosial, budaya, dan politik masyarakat.

Disisi lain terkonsentrasinya pembangunan perumahan dan industri di

Pulau Jawa menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Di satu sisi alih fungsi

lahan ini menambah terbukanya lapangan kerja di sektor non-pertanian seperti

jasa konstruksi, dan industri, akan tetapi juga menimbulkan dampak negatif

yang kurang menguntungkan. Menurut Widjanarko et al dikutip Eka

fitrianingsih, 2017 dampak negatif akibat alih fungsi lahan, antara lain:

a. Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi,

yang mengganggu tercapainya swasembada pangan.

b. Berkurangnya luas sawah yang mangakibatkan bergesernya lapangan kerja

dari sektor pertanian ke non-pertanian, yang apabila tenaga kerja lokal

yang ada tidak terserap seluruhnya justru akan meninggikan angka

pengangguran. Dampak sosial ini akan berkembang dengan meningkatnya

kecemburuan sosial masyarakat setempat terhadap pendatang yang pada

gilirannya berpotensi meningkatkan konflik sosial.

c. Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan

menjadi tidak optimal pemanfaatannya.

d. Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan

maupun indusri sebagai dampak krisis ekonomi atau karena kesalahan

perhitungan mengakibatkan tidak termanfaatkannya tanah yang telah


25

diperoleh sehingga meningkatkan luas lahan tidur yang pada gilirannya

akan menimbulkan konflik sosial seperti penjarahan tanah.

e. Berkurangnya ekosistem sawah terutama di jalur pantai utara Pulau Jawa

yang terbaik dan telah terbentuk puluhan tahun, sedangkan pencetakan

sawah baru yang sangat besar biayanya di luar Pulau Jawa seperti di

Kalimantan Tengah, tidak memuaskan hasilnya.

Pandangan lain tentang dampak alih fungsi atau konversi lahan

Menurut Soemarno (2013) konversi lahan berimplikasi pada perubahan

struktur agraria, beberapa perubahan yang terjadi mencakup:

1. Perubahan pola penguasaan lahan. Pola penguasaan tanah dapat diketahui

dari pemilikan tanah dan bagaimana tanah tersebut diakses oleh orang lain.

Perubahan yang terjadi akibat adanya konversi yaitu terjadinya perubahan

jumlah penguasaan tanah.

2. Perubahan pola penggunaan. Pola penggunaan tanah dapat dilihat dari

bagaimana masyarakat dan pihak-pihak lain memanfaatkan sumber daya

agraria tersebut. Konversi lahan menyebabkan pergeseran tenaga kerja

dalam pemanfaatan sumber agraria, khususnya tenaga kerja dalam

pemanfaatan sumber agraria, khususnya tenaga kerja wanita. Konversi

lahan memengaruhi berkurangnya kesempatan kerja disektor pertanian.

Selain itu, konversi lahan menyebabkan perubahan pada pemanfaatan

tanah dengan intensitas pertanian yang semakin tingggi. Implikasi dari

berlangsungnya perubahan ini adalah dimanfaatkannya lahan tanpa

mengenal sistem “bera”, khususnya untuk lahan sawah.


26

3. Perubahan pola hubungan agraria. Lahan yang makin terbatas

menyebabkan memudarnya sistem bagi hasil tanah “maro” menjadi

“mertelu”. Demikian juga munculnya sistem tanah baru yaitu sistem sewa

dan sistem jual gadai. Perubahan terjadi karena meningkatnya nilai lahan

dan makin terbatasnya lahan.

4. Perubahan pola nafkah agraria. Pola nafkah dikaji berdasarkan sistem

mata pencaharian masyarakat dari hasil-hasil produksi pertanian

dibandingkan dengan hasil non-pertanian. Keterbatasan lahan dan masalah

ekonomi rumah tangga menyebabkan pergeseran sumber mata pencaharian

dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian.

5. Perubahan sosial dan komunitas. Konversi lahan dapat menyebabkan

pendapatan yang semakin menurun. Dampak konversi lahan sawah dapat

dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya lahan sawah diperuntukan

untuk memproduksi padi. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah

ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari

bentuknya perubahan lahan sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana

jalan dan lainnya berimpilkasi dengan besarnya kerugian akibat sudah

diinvestasikan dana untuk mencetak sawah, membangun waduk dan

sistem irigasi. Volume produksi yang hilang akibat konversi lahan sawah

ditentukan oleh pola tanam yang diterapkan di lahan sawah yang belum

dikonversi, produktivitas usahatani dari masing-masing komoditi dari pola

tanam yang diterapkan, dan luas sawah yang terkonversi.

Dampak lain dari alih fungsi lahan adalah hilangnya mata

pencahariannya sebagai petani. Seperti dinyatakan Afandi (2011) bahwa


27

dampak alih fungsi lahan sawah menyebabkan petani kehilangan pendapatan

dari berusaha tani. Dari segi produksi, dengan terkonversinya lahan sawah

maka akan menghilangkan hasil produksi pertanian sebanyak luas lahan yang

terkonversi, Kerugian lain menurut Afandi adalah hilangnya kesempatan kerja

pada usaha tani, serta peluang pendapatan dan kegiatan ekonomi yang

berhubungan dengan usaha tani, seperti asaha penyediaan saprotan, alsintan,

penggilingan padi, penyewaan traktor.

Menurut Sudirja, dalam Irsalina 2010 alih fungsi lahan pertanian

bukan hanya sekedar memberi dampak negatif seperti mengurangi produksi

beras. Akan tetapi dapat pula membawa dampak positif terhadap

ketersediaan lapangan kerja baru bagi sejumlah petani terutama buruh tani

yang terkena imbas oleh alih fungsi tersebut serta meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

D. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu pada penelitian ini adalah :

1. Alif Noor Anna dan Retno Woro Kaeksi (2010) melakukan penelitian di

Kabupaten Sukoharjo dengan judul “Pertumbuhan Penduduk, Alih Fungsi

Lahan, dan Perubahan Struktur Mata Pencaharian Penduduk Tahun 1997

Dengan 2002 di Daerah Sukoharjo”. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pertumbuhan penduduk, perubahan struktur mata

pencaharian, dan alih fungsi lahan di Kabupaten Sukoharjo. Metode yang

digunakan adalah survei dan analisis data sekunder. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sukoharjo

umumnya terjadi di wilayah yang berbatasan langsung dengan Surakarta.


28

Pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Grogol (2,12 %),

Baki (1,41 %), Kartasura (1,39 %), dan Sukoharjo (1,21 %). Adanya

pergeseran mata pencaharian dari pertanian ke nonpertanian. Di daerah

penelitian juga terdapat 7 macam pola alih fungsi lahan.

2. Yuniarti Amelhia Lapatandau 2017. Alih Fungsi Lahan Pertanian di

Kabupaten Minahasa Utara. Hasil penelitian menunjukan bahwa konversi

lahan di Kabupaten Minahasa Utara dari tahun 2013 sampai 2016

cenderung meningkat. Dengan meningkatnya konversi lahan berarti lahan

pertanian semakin sempit, sementara konvensi tanah meningkat.

3. Sugiyantoro pada tahun 2011. Judul penelitiannya adalah “Kebijakan

Perlindungan Lahan Pertanian dan Alih Fungsi Lahan Pertanian di

Kabupaten Bandung. Sedangkan hasil dari penelitian ini adalah Kabupaten

Bandung sangat rawan terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian,

potensi alih fungsi lahan ini terjadi akibat cukup tingginya laju

pertumbuhan penduduk yaitu sebesar 2,7%. Pertumbuhan penduduk akan

meningkatkan kebutuhan akan ruang, yang sebagian besar menempati

lahan pertanian. Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang

diamanatkan Undang-undang perlindungan lahan pertanian pangan

berkelanjutan belum dilaksanakan dan penyesuaian RTRW maupun

peraturan bupati tentang lahan pertanian abadi belum ditetapkan sehingga

alih fungsi lahan pertanian masih berlangsung, sedangkan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW), tidak sepenuhnya melindungi lahan pertanian di

Kabupaten Bandung.
29

E. Kerangka Pikir Penelitian

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun

merupakan akibat dari proses demografi yang berupa natalitas, mortalitas, dan

migrasi. Tingkat kelahiran yang semakin tinggi berjalan seiring dengan usia

harapan hidup yang semakin tinggi sehingga angka mortalitas semakin

menurun. Hal ini mengakibatkan ketimpangan antara jumlah kelahiran dan

kematian. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi dan tumbuh suburnya

kegiatan ekonomi mengakibatkan arus migrasi menuju daerah yang lebih

strategis turut bertambah.

Lahan merupakan sumberdaya strategis yang memiliki nilai ekonomis.

Luasan lahan pertanian tiap tahunnya terus mengalami penurunan.

Berkurangnya jumlah lahan pertanian ini merupakan akibat dari adanya

peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunan. Hal

tersebut mengakibatkan permintaan akan lahan pun meningkat sehingga

timbul alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian seperti permukiman,

industri, manufaktur, dan lain sebagainya untuk memenuhi permintaan yang

ada. Alih fungsi lahan yang terjadi tidak terlepas dari kepentingan berbagai

pihak seperti pemerintah, swasta dan komunitas (masyarakat).

Laju alih fungsi lahan yang tinggi pada daerah pusat perekonomian

ataupun yang berada di sekitar pusat perekonomian yang menyebabkan

tekanan terhadap lahan pertanian pada penggunaan nonpertanian. Tekanan

terhadap lahan pertanian tersebut berwujud terhadap penyempitan rata-rata

penguasaan lahan oleh petani. Keadaan tersebut jelas tidak kondusif bagi
30

keberlangsungan pertanian dan perwujudan kebijakan pangan nasional dalam

jangka panjang.

Pembukaan areal baru yang sangat terbatas dan tidak sebanding

dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus meningkat juga menjadi

faktor pendorong semakin meningkatnya laju alih fungsi lahan selain

petani sendiri yang kurang memiliki motivasi atau keinginan cukup kuat untuk

mempertahankan lahan sawahnya. Kondisi atau dorongan ekonomi bisa

menjadi motivasi atau faktor pendorong petani untuk mengalihfungsikan

lahannya. Untuk mengetahui diagram kerangka berpikir penelitian dapat

dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.

Pertumbuhan PendudukPenduduk
Pertumbuhan Desa Kasimpa Jaya

Kelahiran Kematian Migration


(Fertilitas) (Mortalitas) (Misgrasi)

Kebutuhan Lahan Pemukiman

Penggunaan Lahan Pemukiman dan Dampaknya Pada Lahan


Petanian

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan di wilayah Desa Kasimpa Jaya

Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat yang akan dilakukan pada

bulan September 2019 sampai selesai. Pertimbangan pemilihan lokasi di desa

Kasimpa Jaya Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat dengan

melihat luas lahan pertanian yang semakin mengalami penyusutan dengan

semakin meningkatkan pertumbuhan penduduk di desa Kasimpa Jaya

Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian

yang menggunakan pemaparan data pada umumnya dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi.

Untuk itu peneliti memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya

sehingga dapat memberikan jastifikasi mengenai konsep dan makna yang

terkandung dalam data yang telah diteliti.

Menurut Menurut Swarma, (2015:215) bahwa pendekatan kualitatif

adalah jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak diperoleh melalui

prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara lain yang

menggunakan ukuran angka. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan

aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat di balik empirikal. Oleh karena

31
32

itu bahwa kualitas nilai atau makana hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan

melalui linguistik, bahasa dan kata-kata melalui wawancara. Berdasarkan

pernyataan di atas maka untuk mendapatkan data yang diinginkan peneliti

berupa faktor-faktor penyebab pertumbuhan penduduk di desa Kasimpa Jaya

dan dampaknya pada penggunaan lahan pertanian pada masyarakat.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi
Menurut Silalahi (2012: 253), populasi adalah jumlah total dari seluruh

unit atau elemen yang akan diteliti dan darinya sampel dipilih. Populasi dapat

berupa orang atau organisme, sekelompok masyarakat, organisasi, benda,

peristiwa atau laporan semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara

spesifik dan tidak mendua. Oleh karena itu, pada penelitian ini ditentukan

populasinya adalah seluruh jumlah masyarakatDesa Kasimpa Jaya Kecamatan

Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat sebanyak 62 KK

b. Sampel

Menurut Silalahi (2012: 254), sampel adalah satu subset atau tiap

bagian dari populasi yang dipilih untuk diteliti. Hasil pemilihan sampel dapat

digunakan untuk menjelaskan atau menaksir populasi. Pemilihan sampel dapat

dilakukan apabila populasi terlalu besar dan tersebar, sehingga menyulitkan

untuk dijangkau, dan membutuhkan biaya besar serta waktu yang lama.

Teknik Penentuan Jumlah Sampel purposive sampling yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan atau kriteria- kriteria tertentu Dalam Sebuah

penelitian diperlukan orang-orang yang akan peneliti pilih sebagai pemberi


33

informasi berjumlah 60 orang. masyarakat Desa Kasimpa Jaya Kecamatan

Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat.

D. Jenis Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari lapangan dengan cara observasi,

wawancara mendalam dengan informan selama penelitian berlangsung, dan

data yang diperoleh dari hasil dokumentasi di tempat penelitian berupa Data

penggunaan lahan Kabupaten Muna Barat

2. Sumber Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui dokumen baik literatur, laporan-laporan, arsip,

yang berkenaan dengan penelitian ini. berupa Data kependudukan meliputi

jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, jenis mata

pencaharian, sumber Biro Pusat Statistik Kabupaten Muna Barat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data di lakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Pengamatan(observasi) yaitu aktivis dalam koleksi data dengan cara

mengamati dan mencatat mengenai kondisi objek penelitian.

2. Wawancara (interview), yaitu melakukan Tanya jawab dengan para

informan untuk memperoleh data mengenai kondisi lahan pertanian,

jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, jenis mata

pencaharian.
34

3. Dokumentasi dalam penelitian ini di lakukan untuk memperoleh data

dampak pertumbuhan penduduk selama 3 tahun terakhir dan data

penggunaan lahan pertanian selama 3 tahun terakhir di Desa Kasimpa Jaya

Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat.

4. Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan

pertanyaan tertulis untuk di jawab secara tertulis oleh responden.

F. Teknik Analisis Data

Adapun analisis data pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif

kualitatif.

Teknik analisis data penelitian ini menggunakan rumus :


𝐹
P = 𝑁 X 100% (Sugiono 2012)
Keterangan:
P = kategori

F = frekuensi (jumlah responden yang memilih alternatif sama )

N = Jumlah responden

100%= presentase

G. Instrument Penelitian

Instrument penelitian di gunakan sebagai acuan dalam pengumpulan

data yang di lakukan dengan memberikan pertanyaan kepada responden untuk

mengetahui dampak pertumbuhan penduduk terhadap penggunaan lahan

pertanian Desa Kasimpa Jaya Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna

Barat.
35

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Item Pertanyaan


Penelitian
pertumbuhan Kelahiran 1,2,3
penduduk
Kematian 4,5,6
Migrasi 7,8,9
Dampak Penggunaan Lahan Oleh 10,11
pertumbuhan Penduduk
12,13
penduduk terhadap
Dampak Pertumbuhan
penggunaan lahan
14,15,16
pendudk terhadap alih
pertanian Desa
penggunaan lahan
Kasimpa Jaya
Kecamatan Tiworo
Selatan Kabupaten
Muna Barat
Total pertanyaan 16 nomor

H. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Pertumbuhan Penduduk adalah pertumbuhan penduduk suatu wilayah

dipengaruhi oleh besarnya kelahiran (Birth=B), kematian (Death=D),

migrasi masuk (In Migration=IM), dan migrasi keluar (Out

Migration=OM).

2. Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia terhadap suatu

kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara

keseluruhannya disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-

kebutuhan baik kebendaan maupun spiritual ataupun kedua-duanya


36

3. Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan

lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi

lain yang menjadi dampak negatif/ masalah terhadap lingkungan dan

potensi lahan itu sendiri.

4. Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua

tanda pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan, (relief),

hidrologi, populasi tumbuhan, dan hewan, serta hasil kegiatan manusia

masa lalu dan masa kini, yang bersifat mantap atau mendaur.

Anda mungkin juga menyukai