Ayu N.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-
Nya makalah in dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima
kasih atas bantuan darl pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangsih baik
dalam bentuk materi maupun pikiran.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca agar di lain kesempatan dapat memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih
baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan makalah ini.
Penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB I PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia diciptakan unik. Inilah yang sejak lama dalam ilmu pendidikan dikenal dengan
konsep perbedaan individual. Oleh karena itu, sistem klasikal sebenarnya tidak sesuai
dengan konsep perbedaan individual karena sistem klasikal menganggap semua siswa yang
ada dalam suatu kelas dipandang homogen.
Kondisi in lebih diperparah lag dengan penggunaan metode ceramah dalam proses belajar
mengajar. Adanya metode ceramah, materi yang diajarkan sama, prasyarat kemampuan
yang dimiliki siswa dianggap sama, tugas-tugas yang diberikan Kepada siswa juga sama, dan
media dan alat peraga yang digunakan juga sama.
Akhirnya, hasil akhir pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau yang disebut sebagai tujuan
instruksional yang diharapkan juga sama, Bahkan tes hasil belajar yang digunakan untuk
mengukur kompetensi siswa juga sama. Itulah karakteristik sistem klasikal dalam proses
pembelajaran. Pelaksanaan sistem itulah yang kemudian memperoleh kritik dari banyak
pakar yang berpihak kepada sistem pendidikan individual, Salah satunya adalah Howard
Gardner, seorang profesor ilmu saraf (neurology), dari Universitas Harvard pada tahun 1984
(Suparlan, 2004:1 98).
Kontribusi Gardner yang sangat besar dalam ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan pada
umumnya adalah teori tentang kecerdasan ganda, sebagaimana tertuang dalam bukunya
bertajuk Frame of Mind: The Theory of Multiple Intelligence yang menyebutkan tujuh tipe
kecerdasan manusia, yakni sebagai berikut.
1. Linguistic intelligence atau kecerdasan linguistik (bahasa).
2. Musical intelligence atau kecerdasan musikal
3. Logical-mathematical intelligence tau kecerdasan
4. Visual/spatial intelligence atau kecerdasan visual/spasial
5. Body/kinesthetic intelligence atau kecerdasan
6. Ragawi/kinestetik
7. Intrapersonal intelligence atau kecerdasan intrapersonal
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Teori Multiple Intelligences tidak saja dapat diukur oleh kemampuan matematika, logika, dan
bahasa sebagaimana konsep kecerdasan klasik, melainkan setidaknya ada delapan
kecerdasan manusia yang dapat dikembangkan, Ke delapan jenis kecerdasan tersebut
adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan visual-spasial,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal dan kecerdasan naturalis.
Teori Multiple Intelligences pada perkembangannya tidak saja merubah paradigma berfikir
tentang kecerdasan tetapi juga menjelma menjadi metode pembelajaran yang inovatif dan
kreatif sehingga proses pembelajaran dapat menyenangkan dan tidak monoton.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dan jauh dan
kesempurnaan. Penyusun akan memperbaiki makalah in dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran mengenai penyajian makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dalton, J. 1990. Creative Thinking and Cooperative Talk in Small Group, Australia: Thomas
Nelson.
Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Mandbook: A Creative Guide to Designing and
Delivering Faster, More Effective Training Programs. Massachusetts: Allyn and Bacon.