Anda di halaman 1dari 16

1

PROJECT PROPOSAL
PEMBERDAYAAN EKONOMI PONDOK PESANTREN
MELALUI USAHA PENGGADUHAN DAN PENGGEMUKAN SAPI
Kelompok Petani Ternak Pondok pesantren Al-Mannan Bagik Nyaka
Dusun Bagik Nyaka Desa Kembang Kerang Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur NTB

1. PENDAHULUAN
Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan di daerah adalah tersedianya
penyelenggara pemerintahan yang handal yang didukung oleh infra dan supra struktur
pemerintahan yang kuat. Ketersediaan resources atau anggaran yang cukup, sesuai
dengan tingkat kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan adalah prasyarat utama bagi
jalannya proses pembangunan di daerah.

Sejalan dengan desentralisasi kekuasaan sebagaimana yang diatur dalam Undang-


Undang Otonomi Daerah No. 22 tahun 1999, memberikan isyarat kepada pemerintah
daerah untuk tidak lagi banyak menggantungkan segala kebutuhan anggaran yang
diperlukan bagi penyelenggaraan pemerintahan dari bantuan anggaran (grant) dari
pemerintah pusat.

Oleh karenanya pemerintah daerah harus secara jeli melihat setiap potensi ekonomi untuk
dikembangkan, sehingga pada akhirnya pemerintah dapat memperoleh sumbangan dari
sektor-sektor ekonomi yang ada dalam meningkatkan pendapatan Asli Daerah (PAD),
yang kemudian diharapkan dapat menjadi sumber pembiayaan utama penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di daerah.

Otonomi sebagai bentuk desentralisasi kekuasaan dimana sebagian besar hak dan
tanggung jawab yang selama ini dikendalikan oleh pemerintah pusat (sentral) diserahkan
ke tangan pemerintahan daerah baik itu menyangkut pembiayaan pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah maupun dalam upaya pemberdayaan ekonomi
masyarakatnya. Pelimpahan wewenang di bidang pembiayaan pembangunan bukanlah
ssesuatu yang mudah bagi pemerintahan di daerah, dikarenakan selama ini sumber
keuangan yang diperuntukkan bagi jalannya roda pemerintahan daerah sebagian besar
berasal dari bantuan pemerintah pusat yang disalurkan dalam bentuk dana alokasi umum
(DAU).

Retribusi merupakan sumber dana bukan pajak yang dapat dijadikan sebagai altrernatif
sumber penerimaan pemerintah daerah. Besar kecilnya retribusi yang dapat diterima oleh

1
2

pemerintah daerah sangat ditentukan oleh kondisi dan aktifitas ekonomi masyarakat.
Semakin tinggi aktifitas ekonomi masyarakat maka semakin besar kebutuhan masyarakat
akan penyediaan fasilitas dan pelayanan oleh pemerintah. Penggunaan fasilitas atau
pelayanan oleh pemerintahan suatu daerah bagi kegiatan ekonomi masyarakat akan
menyebabkan bertambahnya penerimaan daerah dari retribusi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa bertambahnya peranan pemerintah dalam menyediakan


fasilitas dan pelayanan bagi kegiatan ekonomi masyarakat, akan inheren dengan
bertambahnya penerimaan pemerintah. Oleh karenanya upaya pemerintah untuk
memperoleh pendapatan yang semakin besar dari retribusi harus memperhatikan sektor-
sektor ekonomi yang secara potensial dapat dikembangkan. Sektor-sektor ekonomi yang
dimaksud memerlukan interpensi pemerintah baik dalam menyediakan fasilitas ataupun
memberi pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

a. LATAR BELAKANG

Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Barat yang
memiliki populasi hewan ternak yang cukup banyak. Keberadaan hewan ternak yang
diusahakan secara tradisonal memiliki arti penting bagi masyarakat Lombok Timur.
Selain sebagai sumber makanan, beberapa jenis ternak seperti kerbau, sapi, kuda telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat petani yang merupakan kelompok terbesar
dalam struktur masyarakat. Bagi petani keberadaan hewan ternak disamping sebagai
sumber bagi penyediaan tenaga yang akan digunakan bagi kebutuhan usaha taninya, juga
diusahakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Hal inilah yang
menyebabkan populasi hewan ternak di daerah ini cukup besar.

Cukup besarnya ketersediaan populasi hewan ternak, tentunya belum menjamin bahwa
ketersediaan ternak akan tetap ada. Kebiasaan pemeliharaan secara tradisional dan
belum membangun organisasi secara baik dalam sebuah kelompok petani ternak dengan
manajemen yang rapi, teratur dan sederhana sehingga keberadaan kelompok petani
ternak tersebut belum mampu mengembangkan ternaknya secara maksimal.

Persoalan itu hampir terjadi seluruh kabupaten yang ada di pulau Lombok. Tentunya,
upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengelolaan
ternaknya, menjadi bagian penting guna menjaga populasi hewan ternak, terutama pada
ternak sapi potong yang memang dapat memberikan keuntungan ganda kepada petani.

2
3

Sapi potong merupakan salah satu komoditas andalan NTB yang memiliki nilai komersial
baik pasar lokal, antar pulau maupun ekspor. Permintaan sapi potong baik berupa ternak
potong maupun bibit terus meningkat dari tahun ke tahunnya.

Permintaan pasar lokal rata-rata 40.000 ekor/tahun. Sementara permintaan DKI Jakarta
dan propinsi lain di Indonesia rata-rata 30.000 ekor/tahun. Permintaan tersebut akan
semakin besar dengan beroperasinya RPH Aikmel (Kapasitas 50 ekor/hari atau 18.000
ekor/tahun). Sehingga kebutuhan kebutuhan sapi potong yang harus disiapkan peternak
untuk memenuhi pasar setahun mencapai 88.000 ekor.

Kecendrungan permintaan pasar yang terus meningkat, sementara pada sisi lain
ketersediaan komoditi tersebut terbatas dan merupakan tantangan semua pihak
(pemerintah, swasta, dan masyarakat pesantren) untuk lebih konsisten mengembangkan
kemampuan produksi dan produktifitas melalui pemberdayaan sumberdaya ternak dan
masyarakat secara maksimal.

Berdasarkan hasil analisa ekonomi menunjukkan bahwa usaha penggemukan sapi


mampu memberikan keuntungan yang layak. Hal ini ditunjang pengalaman dan potensi
tenaga kerja keluarga peternak, tersedianya pakan dan kandang kolektif serta pasar
ternak potong yang kondusif. Sementara itu, hasil Survey Quality Control dari Tim UGM
terhadap proyek penggemukan sapi PUTP di pulau Lombok tahun 1978 menunjukkan
bahwa kenaikan bobot badan sapi bali yang digemukan masyarakat rata-rata 0,6
Kg/ekor/hari. Dan, menurut laporan penelitian Dinas Peternakan DKI Jakarta menunjukkan
bahwa kualitas sapi NTB menempati urutan teratas dari sejumlah daging yang dipasok
oleh berbagai produsen ternak potong di Indonesia.

Permintaan akan sapi yang berupa bibit dari daerah lain di Indonesia setiap tahunnya
mencapai 21.000 ekor/tahun. Akan tetapi kemampuan populasi dan produksi yang
terbatas hanya mampu dipenenuhi rata-rata 3.000 ekor/tahun, termasuk kegiatam ekspor
ke negara Timur Leste dan Malaysia yang di mulai tahun 2001.

Melihat hal itu, tentunya potensi yang ada bila dikembangkan secara maksimal
sesungguhnya mampu meningkatkan kehidupan petani yang ada di Lombok Timur.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan, dengan meningkatnya permintaan, baik itu berupa
bibit atau daging potong akan Sapi Bali yang dikembangkan di NTB, maka NTB terutama
Lombok Timur menjadi pemasok utama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

3
4

Pondok Pesantren Al-Mannan Bagik Nyaka adalah sebuah yayasan yang setiap harinya
selain bergerak dibidang dakwah islamiyah juga memiliki berbagai program
pemberdayaan masyarakat pesantren yang berlokasi di 48 dusun di kabupaten lombok
timur. Jumlah santri Pondok Pesantren Al-Mannan tahun 2009 adalah 311 orang terdiri dari
siswa-siswi tsanwiyah dan aliyah. Desa yang berbatasan langsung wilayah Kota madya
Mataram ini memiliki wilayah seluas 8.207 km 2 dengan jumlah penduduk kurang lebih
8,517 jiwa yang terdiri dari 4365 jiwa penduduk laki-laki sementara itu jumlah penduduk
perempuan sebanyak 4152 jiwa.

Kedua desa ini terdiri dari sembilan dusun yaitu, Dusun Karang Bongkot, Dusun Nyamarai,
dusun Perampuan Desa, dusun Perampuan Timur, yang masuk kledalam wilayah Desa
Karang Bongkot, sedangkan wilayah desa Perampuan terdiri dari dusun Perampuan barat,
Dusun Kapitan, dusun Kerepet, dusun Pengsong Indah dan dusun Karang Bayan Desa ini
terdiri dari enam dusun serta terdapat 54 RT. Jarak dari desa Karang Bongkot dan
Perampuan ke ibu kota Kabupaten ± 20 Km. Sementara itu jarak antara satu dusun
dengan dusun lain antara 3 sampai dengan 5 Km dan jarak rata-rata antara dusun dengan
kantor desa ± 2 (dua) sampai dengan (tiga) Kilo Meter.

Mata pencarian sebagian besar penduduk yang tinggal di desa Karang Bongkot dan
Perampuan ini disamping petani juga sebagai peternak. Adapun jumlah ternak yang ada di
desa Karang Bongkot dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :

Tabel 1
Jumlah Peternak di Desa Karang Bongkot Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Timur.

No. Jenis Ternak Ekor Jumlah KK Pemilik


1. Kerbau 15 15
2. Kuda 98 79
3. Sapi 56 25
5. Kambing 15 7
6. Domba 32 20
7. Ayam 3.123 1.253
8. Itik 500 90
Jumlah 1.904 3.324
Sumber : Data profil Desa, tahun 2000.

Tingginya minat petani dalam mengelola ternak, disebabkan karena disamping pengerjaan
dan perawatan ternak tidak terlalu sulit, juga dalam penyediaan kandangnya dilakukan
secara berkelompok yang tergabung dalam kelompok petani ternak.

4
5

Untuk diketahui di setiap dusun terdapat kelompok petani peternak. Dari kelompok petani
ternak tersebut, yang sudah berkembang jauh lebih baik adalah kelompok Petani Peternak
Mele Berubah yang memiliki anggota sebanyak 41 orang. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2 : Kelompok Petani Ternak Desa Karang Bongkot


dan Desa Perampuan Kecamatan Labuapi
Kabupaten Lombok Timur.

No. Nama Kelompok Dusun Anggota (KK)


1. Mele Berubah Kr. Bongkot 41
2. Beriuk pacu Nyamarai 20
3. Patuh Karya Perampuan Desa 21
4. Adeng-adeng Perampuan Timur 25
5. Pade Taok Perampuan Barat 23
6. Rahmad Selapu’ Karang Bayan 22
7. Beriuk Pacu Kerepet 35
8. Selamat Doang Kapitan 32
Jumlah 209
Sumber : Data profil Desa, tahun 2000.

Kelompok petani peternak Mele berubah merupakan kelompok petani peternak yang
terdapat di dusun Karang Bongkot dengan kapasitas anggota sebanyak 41 KK (kepala
keluarga). Dalam perkembangnya, disamping sebagai kelompok usaha bersama (KUBA)
kelompok petani peternak ini bergerak dalam bidang yaitu , Lumbung Tani untuk
ketahanan pangan serta pembinaan teknis baik menyangkut bercocok tanam maupun
dalam pengembangan usaha perternakan.

Secara kelembagaan pengelolaan kelompok petani peternak Mele Berubah memiliki


kapasitas permodalan yang potensial. Bahkan sejak didirikannya modal yang semula
berjumlah Rp. 2.000.000 juta diproyeksikan akan meningkat menjadi Rp. 12.000.000 juta
dipertengahan tahun 2003. Namun, untuk mencapai hal ini tidaklah mudah. Peningkatan
pengelolaan dan perluasan usaha harus senantiasa dilakukan yang diharapkan tidak saja
mampu membantu anggotanya, tetapi juga dapat mendorong kegiatan ekonomi pada
masyarakat sekitarnya.

Usaha peternakan merupakan salah satu upaya yang sedang dilakukan. Berdasarkan
uraian di atas tadi disebutkan bahwa di Lombok Barat usaha peternakan terutama ternak
sapi baik untuk kebutuhan bibit maupun daging potong, memiliki potensi yang cukup besar
untuk dikembangkan sebagai solusi program pemberdayaan ekonomi kerakyatan,
penyediaan lapangan usaha produktif bagi masyarakat serta terobosan peningkatan
pendapatan kesejahteraan masyarakat.

5
6

Sayangnya, dari kelompok petani ternak yang ada, keterbatasan permodalan dalam
mengusahakan bibit ternak menjadi kendala untuk mengembangkan usaha yang potensial
ini. Sehingga, untuk mencari solusi ini, dibutuhkan keterlibatan pihak pemerintah
kabupaten dalam hal ini dinas dan instansi terkait dalam mendukung usaha ternak sebagai
alternatif solusi untuk meningkatkan taraf hidup petani.

A. 3. PERMASALAHAN

Melihat dari uraian latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat ditarik antara lain :
1. Peternak memiliki potensi dan peluang dalam mengembangkan usaha sapi potong,
tetapi.
2. Pendapatan peternak masih jauh di bawah Upah Minumum (Skala usaha kecil 1-2
ekor/KK).
3. Produksi dan produktivitasnya per unit ternak remdah akibat desakan kebutuhan pasar
yang tinggi.
4. Terjadinya penggangguran musiman (tidak kentara) bagi anggota keluarga peternak,
oleh karenanya skala pemilikan ternak maupun lahan sawah relatif kecil (untuk desa
Perampaun dan Karng Bongkot rata-rata 0,25 Ha/KK).

B. 4. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

Dari uraian permasalahan tersebut, strategi pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
1. Penguatan modal peternak melalui dukungan kredit bunga rendah/terjangkau dan
atau pola dana bergulir.
2. Bimbingan sistem dan usaha agribisnis berbasis petrnakan dengan skala usaha yang
layak (rata-rata 3 ekor/KK)
3. Penguatan kelembagaan/kelompok tani ternak ke arah pembentukan kelompok
usaha bersama yang mandiri (KUBA) dan koperasi peternakan.
4. Pembinaan dan pengawasan produktivitas melalui sistem pemeliharaan kandang
kolektif/kandang kelompok.

5. TUJUAN
C. a. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari program ini secara umum adalah : Penyediaan lapangan usaha
produktif bagi masyarakat serta peningkatan pendapatan kesejahteraan masyarakat.
D. b. Tujuan Khusus
Secara khusus, tujuan dari program ini adalah :

6
7

1. Meningkatkan pendapatan petani peternak melebihi Upah Minimum Regional (UMR).


2. Meningkatkan kemampuan wirausaha bagi keluarga petani peternak.
3. Memperluas penyediaan lapangan usaha produktif bagi masyarakat.
4. Meningkatkan kualitas produktivitas peternak mengantisipasi pasar global.
5. Meningkatkan produksi daging dalam rangka mengurangi ketergantungan impor daging
sapi dan sapi bakalan dari luar negeri.

6. METODE PENDEKATAN
Dalam mengembangkan program pemberdayaan ekonomi keluarga peternak ini metode
pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan Domisili, yaitu
dimana setiap anggota kelompok bertempat tinggal langsung diwilayah kerja kelompok
petani peternak tersebut. Sehingga, kelemahan dari sistem pedekatan hamparan, yaitu
tidak adanya komunikasi dan koordinasi menjadi tertutupi. Karena memang, dari
pengalaman yang ada, ternyata pendekatan hamparan tidak berjalan secara efektif
disebabkan, sebagian besar anggota kelompok walaupun memiliki lahan diwilayah kerja
kelompok tersebut, namun tempat tinggalnya terkadang tidak berada di wilayah kerja dari
kelompok.

Oleh karena itu, pendekatan domisili ini menjadi alternatif dalam program ini. Sehingga,
upaya koordinasi dan komunikasi serta pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan
berjalan secara efektif.

7. RASIONALISASI PROGRAM
Guna memudahkan program ini berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan dan
untuk memudahkan dalam mengukur tingkat capaian hasil, maka kegiatan dapat
rasionalisasikan melalui beberapa tahap, diantaranya, adalah dengan jalan :
Tahap I.
Perencanaan bersama di tingkat kelompok untuk menginventarisasi, memetakan dan
menggali potensi yang ada. Lalu, dilanjutkan dengan persiapan dan pematangan kegiatan
bersama. Adapun dalam tahap ini keterlibatan semua anggota kelompok untuk
memperoleh dan mendapat sebanyak-banyaknya informasi kebutuhan dasar yang mampu
dikembangkan.
Indikator capaian :
Adanya perencanaan dan tahapan kerja/matrik kerja.

7
8

Tahap II.
Ditahap ini lebih pada pelaksanaan kegiatan. Dimana kegiatan yang sudah
dilaksanakan harus dilakukan evalusi untuk memperoleh sejauh mana kegiatan yang telah
dilakukan dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan yang ingin dicapai. Disamping
itu juga, dalam tahap ini dilakukan beberapa kegiatan teknis menyangkut efektifitas
pelaksanaan program dan upaya pengembangan usaha dan perputaran kridit bergulir
termasuk juga pola sistem pemasaran dari pengembangan ternak sapi ini.
Indikator capaian :
Adanya kegiatan teknis baik menyangkut kegiatan fisik berupa kadang kolektif,
usaha simpan pinjam (kredit), bantuan teknis ternak, pemeliharaan dan kegiatan-kegiatan
lain sebagai upaya mengembangkan usaha ternak .
Tahap III.
Untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang ada, disisi lain kelengkapan administrasi dan
kelancaran penerimaan informasi merupakan hal penting untuk dikembangkan. Tahap ini
lebih bersifat membantu memperlancar semua jalannya kegiatan yang akan dilaksanakan.
Indikator capaian :
Adanya data perkembangan dan pelaporan program

8. KEGIATAN
Adapun kegiatan yang akan dilakukan diklasifikasi menjadi tiga yaitu :
a. Penguatan Modal Kelompok, terdiri dari :
- Kegiatan Fisik, berupa revitalisasi kandang kolektif.
- Pengadaan Sapi Bakalan
- Pengadaan Obat-obatan
- Penguatan modal simpan pinjam kelompok.
b. Penguatan Kelembagaan Petani, terdiri dari :
- Pelatihan manajemen usaha
- Temu Usaha
- Pertemuan Anggota
- Administrasi Kelompok
- Demplot Pupuk Organik.
c. Operasional Pembinaan, terdiri dari :
- Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi
- Administrasi dan Pelaporan.

8
9

9. WAKTU
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengembangan sistem dan usaha
agribisnis sapi potong ini diharapkan dapat dilaksanakan dalam tahapan sebagai berikut :
1. Jangka Pendek :
Sebagai tahap pembinaan, lamanya dari 3 (tiga) sampai 4 (empat) tahun.
2. Jangka Panjang :
Sebagai tahap kemandirian peternak/kelompok, lamanya dari 5 sampai 8 tahun.

10. LOKASI
Kegiatan program ini akan dilaksanakan dikawasan/sentra pertumbuhan sapi potong yang
ada di desa Karang Bongkot dan Desa Perampuan Kecamatan Labuapi Kabupaten
Lombok Timur. Walaupun ada 8 kelompok petani peternak, di dusun Karang Bongkot
merupakan salah satu dusun yang memiliki kelompok petani peternak yang lebih dahulu
berkembang di banding kelompok petani ternak lainmya yang ada diwilayah kerja
administratif desa Karang Bongkot dan Desa Perampuan.

Nama kelompok petani ternak Mele Berubah ( mau merubah diri) merupakan nama
kelompok yang diambil dari keinginan masyarakat yang dulunya ada yang berprofesi
sebagai preman dan ingin merubah dirinya sehingga masyarakat yang masuk kedalam
kelompok ini benar-benar merasa memiliki dan betul-betul ingin merubah dirinya baik
menjadi lebih baik dan lebih sejahtera tentunya, disamping itu juga untuk merubah
anggapan terhadap desa Karang Bongkot dan Perampuan yang selalu dianggap sebagai
sarang kriminalitas. Hal ini disesuaikan dengan pola pendekatan yang mempergunakan
pendekatan domisili. Kelompok petani ternak ini, didirikan pada tahun 2000 Dalam
perkembangannya, kelompok petani ternak ini memiliki tiga tugas pokok, yaitu :
1. Sebagai Kelompok Usaha Bersama (KUBA) dan Koperasi
2. Sebagai Lumbung Tani untuk ketahanan pangan, serta
3. Pembinaan teknis baik menyangkut sistem bercocok tanam maupun dalam
pengembangan usaha perternakan.

Adapun anggota dari kelompok petani peternak sampai saat ini berjumlah 41 KK yang
diharapkan akan terus bertambah pada masa mendatang.
Kelompok petani peternak ini, memiliki kandang kolektif yang belum sesuai dengan
kebutuhan ideal sebuah kandang kolektif, sehingga daya tampung dari kandang kolektif ini
masih perlu perluasan supaya mampu menampung ternak sesuai dengan tujuan yang
dimaksud.

9
10

Adapun jumlah Kandang kolektif dalam kelompok petani ternak ini sebanyak 3 (tiga)
kandang, yang seperti disebutkan diatas, kondisinya masih sangat jauh dikatakan ideal
untuk sebuah kandang kolektif berkapasitas 100-an ternak. Sebagian besar dari kandang
kolektif ini, di isi ternak berupa kerbau, sapi, kambing maupun kuda dan hampir sebagian
besar anggota memiliki minimal 1 (satu) ekor ternak.

11. SASARAN
Sasaran kegiatan pengembangan usaha berbasis sapi potong ini adalah anggota
kelompok petani ternak yang ada di Desa kasrang Bongkot dan Perampuan Kecamatan
Labuapi Kabupaten Lombok Timur propinsi Nusa Tenggara Barat.

12. TARGET INGIN DICAPAI


Target yang ingin dicapai dengan kegiatan pengembangan usaha ternak sapi potong ini
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya pendapatan petani peternak sapi potong melebihi Upah Minimum
Regional (UMR).
b. Meningkatnya nilai tambah produksi per unit ternak serta tersedianya ternak potong
kualitas super yang mampu berdaya saing pasar.
c. Berkembangnya jumlah peternak yang melaksanakan usaha agribisnis sapi potong.
d. Berkembangnya kelembagaan/kelompok tani ternak yang mandiri dan tumbuhnya
kelompok usaha dan koperasi peternakan.

13. USULAN PEMBIAYAAN


Adapun total kebutuhan dalam program ini sebesar Rp. 1.108.595.000 yang terdiri atas :
1. Swadaya (kebutuhan yang dibiayai sendiri) sebesar : @Rp. 61.100.000
2. Lembaga Donatur yang terdiri dari :
 Penguatan modal kelompok sebesar @Rp. 1.020.600.000
 Penguatan kelembagaan petani peternak @Rp. 19.895.000
 Operasional pembinaan @Rp. 6.000.000

Total @Rp. 1.108.595.000


Sehingga dari total kebutuhan dan kemampuan membiayai jalan program bantuan yang
dibutuhkan sebesar Rp.1.071.800.000 (terbilang : Satu Miliar Seratus Delapan Juta Lima
Ratus Lima Puluh Sembilan Ribu Rupiah). Untuk rincin anggaran terlampir.

10
11

14. PELAKSANA
- Ketua
: Suhardi
- Wakil ketua : Ahmad Juaini
- Bendahara : Murni
- Sekretaris : Sarudin Ahmad
- Anggota :
No Nama 26 Baharudin
.
1. Muridin 27 Saidah
.
2. Ahmad 28 Seliman
.
3. Ruslan 29 Saini
4. Basir 30 Muslimat
.
5. Mahyun 31 Sairi
.
6. Mahyudin 32 Daisah
.
7. Suparman 33 Asahar
.
8. Sudirman 34 Sahli
.
9. Muldan 35 Sapri
.
10 Heldiana Surya 36 Jatimah
. .
11. Erniawati 37 Jalaludin
.
12 Subaidi 38 Jayadi
. .
13 H. Suherman 39 Mastur
. .
14 H. Muslim 40 A. Dalinah
. .
15 H. Abdi 41 Junan
. .
16 Musri 42 Hasim
. .
17 Burhanudin 43 A. Naseh
. .
18 Akmal 44 Muslim
. .
19 Rusdi 45 Marsa’it
. .
20 Mi’at 46 Maisah Ocong
. .
21 Saiman 47 Munawar
. .

11
12

22 Sariah 48 Sukawan
. .
23 Sukawan 49 Muldan
. .
24 Wahit 50 Mahsun
. .
25 Hamit
.

1.

15. PENUTUP
Demikian Proposal Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Usaha Agribisnis sapi
Potong ini buat. Semoga apa yang menjadi niat baik kita dalam memajukan NTB,
khususnya Lombok Timur dapat berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan. Dan, hal-hal
lain menyangkut kegiatan teknis, bila ternyata dianggap kurang kami bisa segera
melangkapinya. Akhirnya, teriring do’a buat kita semua kami sampaikan terima kasih.

Labuapi, 10 januari 2002

Kelompok Petani Ternak


“ Mele Berubah “
Ketua Kelompok, Sekretaris

12
13

(______________S u h a r d i _________) ( ___________Juaini Ahmad___________ )

13
14

RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)


PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI USAHA
AGRIBISNIS SAPI POTONG

NO KEGIATAN VOLUME FREK. H. SATUAN (Rp) SWADAYA BANTUAN JUMLAH


(RP) (Rp) (Rp)
I. PENGUATAN MODAL KELOMPOK
1. Revitalisasi kandang kelompok
a. Persiapan :
Pembersihan lokasi kandang 200 M2 4 kdg 300.000 600.000 600.000 1.200.000
b. Pembuatan pagar pembatas
- Kayu usuk 1 M3 4 kdg 300.000 300.000 900.000 1.200.000
- Bambu 1.000 btg 4 kdg 5.000 5.000.000 15.000.000
- Paku 100 Kg 4 Kdg 3500 - 1.400.000 1.400.000
- Tali kasat/ serat 400 M 4 kdg 750 - 1.200.000 1.200.000
c. Pembuatan alas dan dinding kandang -
- Semen 50 sak 4 kdg 30.000 - 6.000.000 6.000.000
- Batu bata 3000 buah 4 kali 100 - 1.200.000 1.200.000
d. Pembuatan atap kandang -
- seng 300 buah 4 kali 15.000 - 18.000.000 18.000.000
- Kayu balok 2 M3 4 kali 450.000 - 3.600.000 3.600.000
e. Pembuatan pembuangan limbah kotoran ternak
- semen 30 sak 4 kali 25.000 - 3.000.000 3.000.000
- Batu bata 1500 4 kali 100 - 600.000 600.000
- pasir 1 truk 4 kali 75.000 - 300.000 300.000
2. Pengadaan sapi bakalan 100 agt 3 sapi 3.000.000 - 900.000.000 900.000.000
3. Obat-obatan dan vitamin 100 agt 3 sapi 250.000 - 75.000.000 75.000.000
4. Penguatan modal simpan pinjam kelompok 100 agt 1 kali 500.000 - 50.000.000 50.000.000
Sub total 5.900.000 1.071.800.000 1.077.700.000
II. PENGUATAN KELEMBAGAAN PETANI PETERNAK
1. Pelatihan managemen usaha
a. Kesekretariatan :
- kertas, ATK, dll 1 pkt 1 kali 200.000 - 200.000 200.000
- foto copy 250 lbr 1 kali 100 - 25.000 25.000
- transportasi 1 pkt 1 pkt 75.000 - 75.000 75.000
Sub total - 300.000 300.000
b. Akomodasi -
- Ruangan 2 hr 1 pkt 100.000 - 200.000 200.000
- Alat perlengkapan 1 pkt 1 kali 100.000 - 100.000 100.000
Sub total - 300.000 300.000

14
15

c. Konsumsi -
- snack, kopi + the 100 org 4 kali 2.500 - 1.000.000 1.000.000
- makan siang 100 org 2 kali 7.500 - 1.500.000 1.500.000
Sub total - 2.500.000 2.500.000
d. Transportasi (PP)
- Peserta 100 org 2 kali 10.000 - 2.000.000 2.000.000
- Narasumber 3 org 2 kali 15.000 - 90.000 90.000
Sub Total 2.090.000 2.090.000
e. Dokumentasi : -
- film 1 roll 1 kali 25.000 - 25.000 25.000
- cuci cetak 1 roll 1 kali 30.000 - 30.000 30.000
- spanduk 1 bh 1 kali 150.000 - 150.000 150.000
Sub total - 205.000 205.000
f. Honorarium -
- panitia 3 org 1 kali 100.000 - 300.000 300.000
- narasumber 3 org 1 kali 250.000 - 750.000 750.000
Sub total - 1.050.000 1.050.000
2. Temu usaha : -
a. Transportasi 100 org 1 pkt 50.000 - 5.000.000 5.000.000
b. Konsumsi 100 0rg 1 pkt 20.000 - 2.000.000 2.000.000
Sub total - 7.000.000 7.000.000
3. Pertemuan anggota 1pkt 6 ptm 200.000 - 1.200.000 1.200.000
4. Demplot pupuk organic 100 org 1 pkt 50.000 - 5.000.000 5.000.000
5. Administrasi kelompok 1 pkt 1 kali 250.000 - 250.000 250.000
Sub total - 19.895.000 19.895.000
III OPERASIONAL PEMBINAAN -
1. Pembi, monitoring & evaluasi 1 pkt 1 thn 5.000.000 - 5.000.000 5.000.000
2. Administrasi laporan 1 pkt 1 thn 1.000.000 - 1.000.000 1.000.000
Sub total - 6.000.000 6.000.000
Jumlah 5.900.000 1.071.800.000 1.103.595.000
Catatan :
1. Kebutuhan total dari program ini adalah sebesar Rp. 1.103.595.000
2. Swadaya dari kelompok petani ternak adalah sebesar Rp. 5.900.000
3. Jumlah bantuan program yang diharapkan dari donatur Rp. 1.097.695.000

15
16

Terbilang : ( Satu Miliar Sembilan Puluh Tujuh Juta Enam Ratus Sembilan Puluh Lima Ribu Rupiah )

16

Anda mungkin juga menyukai