Anda di halaman 1dari 289

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA


TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

TIM PENYUSUN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA


BADAN PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,

karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Bangka tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah

selesai dilaksanakan. Pengaturan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan untuk

meningkatkan local taxing power atau yurisdiksi pemajakan / kewenangan untuk

merumuskan dan memberlakukan ketentuan perpajakan dengan tetap menjaga

kemudahan berusaha di Daerah.

Kebijakan yang dilaksanakan, salah satunya menurunkan administration dan

compliance cost atau pajak yang dapat dipungut dengan efektif, serta dengan biaya

pemungutan dan biaya kepatuhan yang rendah, melalui restrukturisasi jenis Pajak

Daerah khususnya yang berbasis konsumsi seperti pajak hotel, restoran, hiburan,

parkir, dan pajak penerangan jalan menjadi Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT),

serta rasionalisasi retribusi dari 32 (tiga puluh dua) jenis layanan menjadi 18 (delapan

belas) jenis layanan, selain itu juga dengan memperluas basis pajak dan harmonisasi

dengan peraturan perundangan lain.

Penyusunan Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Bangka tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini dilakukan untuk melaksanakan

kewajiban desentralisasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

Kabupaten Bangka untuk menyusun Kebijakan Daerah yang mengatur pajak dan

retribusi daerah dalam 1 (satu) Peraturan Daerah, sebagaimana amanat dari Pasal 94

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah.

Naskah Akademik ini merupakan kajian yang disusun sesuai dengan kaidah

penyusunan Naskah Akademik yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

NASKAH AKADEMIK
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
i
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Naskah Akademik ini disusun

dalam rangka untuk memberikan pembenaran secara akademis dan sebagai landasan

pemikiran atas materi pokok Rancangan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah yang didasarkan pada hasil kajian (data) dan diskusi terhadap

substansi materi muatan yang terdapat di berbagai peraturan perundang-undangan,

serta kebutuhan hukum masyarakat akan pengaturan Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah yang merupakan salah satu sumber pendapatan asli Daerah Kabupaten

Bangka.

Melalui penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah ini, Pemerintah Kabupaten Bangka berkomitmen menyelenggarakan

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan,

dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, manfaat

untuk masyarakat, Kabupaten Bangka serta taat pada ketentuan peraturan perundang-

undangan. Naskah Akademik ini merupakan karya penelitian hukum yang terbuka

untuk menerima masukan dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaannya.

Terima kasih disampaikan kepada Bupati Bangka dan Pimpinan serta tim Badan

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Kabupaten Bangka dan

Pimpinan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Bangka Belitung

terhadap dukungan dan kepercayaannya serta fasilitasi data dan masukannya sehingga

tim penyusun dapat menyelesaikan Naskah Akademik dan Draft (konsepsi) Rancangan

Peraturan Daerah ini, semoga bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Bangka.

Sungailiat, Kabupaten Bangka,


November 2022

Tim Penyusun

NASKAH AKADEMIK
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
ii
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1


A. Latar Belakang ......................................................................1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................6
C. Maksud dan Tujuan ..............................................................7
D. Metode ..................................................................................8

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS .................................. 11


A. Kajian Teoretis .................................................................... 11
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip yang Terkait Dengan
Penyusunan Norma ............................................................. 27
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang
Ada Serta Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat ............ 38

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN


TERKAIT...................................................................................... 56

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS ................... 74


A. Landasan Filosofis .............................................................. 76
B. Landasan Sosiologis ............................................................ 77
C. Landasan Yuridis ................................................................ 79

BAB V JANGKAUAN ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI


MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH .............................. 82
A. Sasaran Yang Ingin Diwujudkan.......................................... 82
B. Jangkauan dan Arah Pengaturan ........................................ 82
C. Ruang Lingkup Materi Muatan ............................................ 84

BAB VI PENUTUP .................................................................................. 279


A. Kesimpulan....................................................................... 279
B. Saran................................................................................ 281

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 282

LAMPIRAN : RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA


TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

NASKAH AKADEMIK
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
iii
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pembangunan kesejahteraan masyarakat oleh Pemerintah, secara

mendasar mengacu kepada tujuan dari sila ke-lima Pancasila yang menekankan

pada prinsip keadilan sosial dan secara eksplisit konstitusinya pada Pasal 27 dan

Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI

1945) yang mengamanatkan tanggungjawab pemerintah dalam pembangunan

kesejahteraan masyarakat. Selain itu tertuang dalam Pembukaan UUD NRI 1945,

negara dibentuk dengan tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pembangunan kesejahteraan bidang sosial oleh Pemerintah Kabupaten

Bangka memerlukan adanya suatu strategi yang sesuai dengan kondisi wilayah

yang meliputi semua aspek potensi di Daerah Kabupaten Bangka. Pentingnya

perencanaan dan strategi ini dimaksudkan agar konsep kesejahteraan yang

merupakan basis historis dan teoritis pembangunan kesejahteraan sosial relatif

dapat berjalan secara maksimal, salah satunya melalui Penyelenggaraan fungsi

Pemerintahan Daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan

urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang

cukup kepada Daerah.

Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah

yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Hal itu berarti

bahwa agar dapat memberikan dampak kesejahteraan yang nyata bagi masyarakat,

pembangunan daerah harus didukung pendanaan yang memadai dalam kerangka

NASKAH AKADEMIK
1
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
pengelolaan keuangan daerah yang baik salah satunya dengan mendesain

kebijakan daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Mencoba melihat konsep otonomi daerah sebagai salah satu mata rantai

penting dalam pelaksanaan urusan Pemerintahan, dimana Negara Kesatuan

Republik Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas terdiri dari pulau-pulau

besar dan kecil dengan penghuninya banyak. Tapi yang terpenting, otonomi daerah

adalah fondasinya alat untuk mendorong pelaksanaan dan realisasi demokrasi

selain menjaga integritas negara tunggal, dan ada kemanfaatan umum.

Desentralisasi dilihat dari dimensi kepentingan Pemerintah merupakan

wahana pendidikan politik, latihan kepemimpinan dan menciptakan stabilitas

politik. Sedangkan dari sisi Pemerintah Daerah, desentralisasi dimaksudkan untuk

mewujudkan kesempatan bagi masyarakat berpartisipasi dalam berbagai aktivitas

politik di tingkat lokal (political equality), meningkatkan kemampuan hak-hak dari

komunitasnya (local accountability) serta meningkatkan akselerasi pembangunan

sosial dan ekonomi di daerah (local responsiveness).1 Desentralisasi merupakan

konsep yang dianggap mampu mengatasi masalah pelayanan publik di berbagai

sektor. Dengan konsep desentralisasi, diharapkan akan terjadi efisiensi, efektivitas

dan pemerataan, yang bermuara pada terciptanya kesejahteraan rakyat.

Pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah

untuk mengelola keuangan daerah (desentralisasi fiskal)2 berdasarkan aset yang

dimiliki oleh masing-masing daerah. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di setiap daerah. Kewenangan pengelolaan keuangan yang diberikan

kepada kabupaten ini didasarkan pada kenyataan bahwa pemerintah daerah

memiliki pemahaman-pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi dan potensi

masing-masing kabupaten.

1
Murtir Jeddawi, Memacu Investasi di Era Ekonomi Daerah, Kajian Beberapa Perda tentang Penanaman Modal, UII Pres,
Yogyakarta, 2005, hlm. 39-40
2
Simposium Nasional Keuangan Negara 2018.

NASKAH AKADEMIK
2
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Adanya otonomi daerah semakin mewujudkan desentralisasi kekuasaan

yang diberikan oleh pemerintah, dan otonomi daerah adalah kewenangan penuh

pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan di

wilayahnya. Dalam hal ini pemerintah daerah mempunyai kekuasaan penuh untuk

mengatur dan mengurus pemerintahan sesuai dengan keadaan sosial daerah

masing-masing. Pelaksanaan pemerintahan sendiri Indonesia tidak dicapai melalui

desentralisasi secara keseluruhan, tetapi sebagai bagian dari kekuasaan

pemerintah pusat (yurisdiksi daerah) untuk mengelola dan melaksanakan tugas-

tugas pemerintahan.

Salah satu bentuk otonomi daerah yaitu pemerintah daerah diberikan

kewenangan untuk mengelola keuangan daerahnya masing-masing dalam bentuk

APBD yang disusun setiap tahunnya. Pada sisi penerimaan, pemerintah pusat

diberikan kewenangan untuk mengurus pajak, retribusi, dana perimbangan dan

pendapatan daerah lainnya yang diakui sebagai bentuk dari pendapatan

pemerintah yang digunakan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan

pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemudian

pada sisi belanja, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

mengalokasikan sumber daya yang ada di masing-masing daerah dengan lebih

efektif dan efisien karena pemerintah daerah dianggap lebih memahami kebutuhan

masyarakatnya. Kedua kewenangan tersebut merupakan wujud dari adanya

desentralisasi fiskal yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Dalam menjalankan pemerintahannya, pemerintah daerah diberikan

kewenangan untuk mengelola keuangan daerahnya secara mandiri yang

diwujudkan dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD)3 agar pemerintah daerah

dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

daerahnya. Pelimpahan keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah

harus disesuaikan dengan tanggung jawab atau beban dari masing-masing daerah,
3
Optimalisasi Kebijakan Penerimaan Daerah, Prof. Carunia Mulya Firdausy, MADE, Ph. D., APU, 2018

NASKAH AKADEMIK
3
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
sehingga pelaksanaan tugas pemerintah dapat terlaksana dengan baik dimasing-

masing daerah dengan dijamin adanya keseimbangan keuangan. Pada kasus

desentralisasi di Indonesia, pemerintah daerah juga diberikan hak untuk

mengusulkan Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada pemerintah ketika keuangan

pemerintah daerah tidak mencukupi untuk melaksanakan kewenangannya dalam

menjalankan pelayanannya kepada masyarakat terutama pelayanan yang bersifat

mendasar. Dalam hal ini pemerintah pusat dapat mengalokasikan DAK untuk

membantu daerah yang mengalami masalah keuangan sesuai dengan prioritas

nasional yang ditargetkan.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 11 tahun 2020

tentang Cipta Kerja sebagaimana mengatur sistem desentralisasi di Indonesia

terkait dengan otonomi daerah. Otonomi daerah yang dicanangkan oleh pemerintah

merupakan usaha untuk memperbaiki sistem pembangunan untuk mencapai

kesejahteraan rakyat dengan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah

untuk menjalankan pembangunan ekonomi berdasarkan basis ekonomi yang

dimiliki wilayah yang dipimpin.

Selama ini, pungutan retribusi Daerah diatur berdasarkan Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1997 Jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-undang tersebut hanya mengatur prinsip-

prinsip dalam menetapkan jenis retribusi yang dapat dipungut Daerah. Daerah

diberi kewenangan untuk menetapkan jenis retribusi selain yang ditetapkan dalam

Peraturan Pemerintah. Selanjutnya, Peraturan Pemerintah menetapkan lebih rinci

ketentuan mengenai objek, subjek, dan dasar pengenaan dari 27 jenis retribusi

yang dapat dipungut oleh Daerah.

Namun demikian, pemberian peluang untuk menetapkan pungutan baru

yang semula dimaksudkan untuk dapat meningkatkan pendapatan Daerah, dalam

NASKAH AKADEMIK
4
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
kenyataannya tidak banyak diharapkan dapat menutupi kekurangan kebutuhan

pengeluaran Daerah. Dengan kriteria yang ditetapkan undang-undang, nyaris tidak

ada jenis pungutan retribusi baru yang dapat dipungut oleh Daerah. Oleh karena

itu, hampir seluruh pungutan baru yang ditetapkan oleh Daerah memberikan

dampak yang tidak signifikan terhadap iklim investasi, bahkan mengakibatkan

ekonomi biaya tinggi karena tumpang tindih dengan pungutan Pusat, serta

merintangi arus barang dan jasa antardaerah.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah telah melakukan perubahan

terhadap kebijakan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah, yang semula

diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Jo. Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Khusus di

bidang retribusi daerah, perubahan yang dilakukan sangat mendasar, bahkan

bersifat paradigmatis, antara lain : (1) Pemberian kewenangan yang lebih besar

kepada Daerah di bidang retribusi daerah, dengan memperluas basis retribusi

daerah dan memberikan kewenangan kepada Daerah dalam penetapan tarif; (2)

Perluasan terhadap beberapa objek retribusi daerah; (3) Penambahan jenis retribusi

daerah; dan (4) Adanya peluang, walaupun sangat kecil, untuk menambah jenis

retribusi daerah, yang dimaksudkan untuk mengantisipasi penyerahan fungsi

pelayanan dan perizinan dari Pemerintah kepada Daerah, yang diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka kemampuan Daerah untuk membiayai

kebutuhan pengeluarannya semakin besar, karena Daerah dapat dengan mudah

menyesuaikan pendapatannya, sejalan dengan adanya peningkatan basis retribusi

daerah dan diskresi dalam penetapan tarif.

NASKAH AKADEMIK
5
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Hal ini akan mengurangi ketergantungan Daerah terhadap dana

perimbangan, yang dalam banyak hal kurang mencerminkan akuntabilitas Daerah.

Di sisi lain, dengan kecilnya peluang Daerah untuk menetapkan jenis retribusi

baru, maka hal ini akan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan dunia

usaha, yang pada gilirannya diharapkan akan memberikan dampak positif berupa

peningkatan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban untuk membayar

retribusi daerah.

Sejalan dengan perubahan paradigma di bidang pajak daerah dan retribusi

daerah tersebut, perlu dilakukan pengaturan mengenai penyelenggaraan pajak

daerah dan retribusi daerah yang ditetapkan dalam bentuk Peraturan Daerah

Kabupaten Bangka.

B. Identifikasi Masalah

Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonomi mampu berotonomi

terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat

mempunyai proporsi yang semakin kecil, sehingga diharapkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) harus menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk menjamin kesinambungan dan

kelangsungan pemerintahan dimana pemerintah daerah berkewajiban

meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara

berdayaguna sesuai dengan aspirasi masyarakat, maka Pemerintah Daerah

Kabupaten Bangka terus berupaya meningkatkan penerimaan khususnya PAD.

Oleh karena itu sudah sewajarnya bila aturan perundang-undangan dalam bentuk

peraturan daerah perlu dibentuk sedemikian rupa dengan harapan peraturan

daerah tersebut tidak merugikan pihak-pihak tertentu dan mampu diaplikasikan

sesuai dengan kondisi kekinian yang menjadi kebutuhan pemerintah daerah dalam

NASKAH AKADEMIK
6
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
memenuhi upaya pelayanan maksimal kepada masyarakat tanpa menimbulkan

gejolak dalam masyarakat.

Mengoptimalkan pendapatan daerah salah satunya dapat dilakukan

melalui pajak daerah dan retribusi daerah yang diperuntukkan sebagai penunjang

pembangunan daerah serta tersedianya jasa layanan publik. Berdasarkan pada

perlunya peningkatan pendapatan pajak dan retribusi, sehingga inventarisasi

terkait isu strategis diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada

sehingga dapat merumuskan kebijakan strategis. Berikut ini beberapa isu strategis

yang dapat menjadi dasar dalam rancangan peraturan daerah terkait dengan pajak

daerah dan retribusi daerah di Kabupaten Bangka.

1. Bagaimana prinsip dasar pemungutan pajak dan retribusi di Kabupaten

Bangka?

2. Mengapa diperlukan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah di Pemerintah Kabupaten Bangka?

3. Bagaimana argumentasi filosofis, sosiologis, dan yuridis terkiat urgensi

pembentukan peraturan daerah tentang jaka daerah dan retribusi daerah?

4. Bagaimana sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup serta arah

jangkauan pengaturan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah di Pemerintah Kabupaten Bangka?

C. Maksud dan Tujuan

Penyusunan Naskah Akademik ini merupakan serangkaian kegiatan yang

meliputi kajian dan telaahan atas suatu permasalahan baik secara sosial maupun

hukum terkait pajak daerah dan retribusi daerah di Kabupaten Bangka. Sesuai

dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan tersebut, tujuan

penyusunan Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut:

NASKAH AKADEMIK
7
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
1. Menganalisis dan merumuskan dasar pengaturan dan kerangka regulasi

Peraturan Daerah Kabupaten Bangka tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah. Memuat informasi urgensi, konsepsi, landasan hukum, prinsip-prinsip

yang digunakan serta pemikiran terkait norma-norma yang disajikan secara

sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan;

2. Merumuskan perlu atau tidaknya membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah di Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka;

3. Menganalisis dan merumuskan landasan filosofis, sosiologis, yuridis terkait

pembentukan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di

Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka; dan

4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup serta arah

jangkauan pengaturan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah di Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka.

D. Metode

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan Naskah

Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum

doktrinal. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum yang bertujuan

mencari kaedah, norma atau das sollen. Pengertian kaedah dalam hal ini meliputi

asas hukum, kaedah hukum, sistem hukum dan peraturan hukum kongkrit

khususnya terhadap seluruh perangkat perundang-undangan atau peraturan

daerah yang berhubungan dengan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Selain itu, penelitian ini disebut juga dengan penelitian hukum normatif

yang bersifat deskriptif, karena dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang

rinci tentang fokus yang diteliti dengan memanfaatkan norma-norma hukum yang

ada, sehingga dapat menjawab permasalahan yang diteliti.

NASKAH AKADEMIK
8
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum normatif

yakni bahan hukum yang diperoleh dari bahan literatur dan dokumen-dokumen.

Bahan hukum terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan

bahan hukum tertier. Bahan hukum primer ialah bahan-bahan hukum yang

mempunyai kekuatan mengikat, seperti Peraturan Perundang-Undangan terkait,

bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang membantu menganalisis bahan

hukum primer, sedangkan bahan hukum tertier ialah bahan hukum yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder, seperti kamus (hukum) dan ensiklopedia. Sumber data yang diperoleh

dari bahan hukum berupa literatur, peraturan perundang-undangan, hasil kajian,

dan hasil penelitian, yang kemudian dideskripsikan secara terstruktur dan

sistematis.

Tahap berikutnya yakni analisis hukum terhadap bahan hukum yang yang

telah diperoleh. Menurut Gijssels dan Van Hoecke analisis data dilakukan dalam

tiga tataran4 yaitu: Pertama, sistematisasi data (tataran deskriptif). Kedua,

penjelasan (tataran eksplikatif). Ketiga, perbaikan dan pembaharuan (tataran

preskriptif atau normatif).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka data (bahan hukum) Naskah

Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah harus diolah sehingga tampak sistematis atau saling

keterkaitan. Sistematisasi data untuk mewujudkan tataran deskriptif. Sesudah itu

dijelaskan mengenai data atau bahan-bahan hukum yang dikumpulkan dan

mengapa saling berkaitan. Penjelasan yang demikian itu mewujudkan tataran

kedua yaitu tataran eksplikatif. Terhadap dua tataran di atas ditambahkan tataran

ketiga yaitu tataran normatif dengan usulan perbaikan dan pembaharuan. Dengan

4
Merujuk pada cara kerja metodis-sistematis dengan bersaranakan seperangkat lambang dalam pengelolaan dan penjelasan
gejala-gejala terberi serta penataan gejala-gejala tersebut ke dalam sebuah sistem.

NASKAH AKADEMIK
9
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
demikian pada tataran ketiga ini memberikan jawaban atas pertanyaan “bagaimana

seharusnya” atau “bagaimana sebaiknya”.

Dalam penelitian Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Bangka Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini sebelum bahan

hukum dianalisis diadakan terlebih dahulu pengorganisasian terhadap bahan

hukum sekunder yang didapat melalui studi dokumen, dan bahan hukum primer

yang didapat melalui studi wawancara dengan narasumber. Bahan hukum tersebut

kemudian diklasifikasi dan dicatat secara sistematis dan konsisten untuk

memudahkan analisisnya. Selanjutnya analisa dilakukan menyangkut isi dari

bahan hukum dan informasi yang disajikan serta keterkaitannya dengan peraturan

perundang-undangan dan substansi Rancangan Peraturan Daerah.

Selanjutnya analisa dilakukan menyangkut isi dari bahan hukum dan

informasi yang disajikan serta keterkaitannya dengan peraturan perundang-

undangan dan substansi rancangan peraturan daerah yang dibuat, kemudian

dilakukan kegiatan penyempurnaan dengan melalui acara Focus group discussion

(FGD) dengan para pengambil kebijakan (stakeholder) di Kabupaten Bangka.

NASKAH AKADEMIK
10
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoretis

1. Desentralisasi Fiskal dan Otonomi Daerah

Teori desentralisasi fiskal merupakan salah satu bagian dari konsep

desentralisasi secara luas. Perkembangan teori desentralisasi fiskal sejalan

dengan desentralisasi politik dan desentralisasi administrasi. Ketiganya saling

berkaitan erat satu dengan lainnya, dan seyogianya dilaksanakan bersama-sama

agar berbagai tujuan otonomi daerah seperti peningkatan kualitas pelayanan

publik tidak terbengkalai.5

Desentralisasi fiskal memiliki tiga asas yaitu:

a. Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat di daerah dalam rangka

dekonsentrasi dibiayai dari dan atas beban APBN.

b. Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Daerah sendiri dalam rangka

desentralisasi dibiayai dan atas beban APBD.

c. Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah

tingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugas Pemerintah Pusat

atau Pemerintah Daerah dibiayai oleh Pemerintah Pusat atas beban APBN atau

oleh Pemerintah Daerah tingkat atasnya atas beban APBD-nya sebagai pihak

yang menugaskan.

Desentralisasi menjadi wajib dilaksanakan karena desentralisasi merupakan

amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI

1945). Dalam pasal 18 UUD NRI 1945 dan amandemennya disebutkan bahwa:

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

5
Kementerian Keuangan, Draf Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Jakarta, 2018.

NASKAH AKADEMIK
11
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur

dengan undang-undang.

(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan.

Secara garis besar, isu desentralisasi fiskal adalah tentang pencarian

sebuah cara yang efektif untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat

melalui otoritas Pemerintah di bidang keuangan Negara. Desentralisasi fiskal

dipercaya mampu memberikan kesejahteraan yang lebih bagi masyarakat. Hal

tersebut berdasarkan pemikiran bahwa Pemerintah Daerah yang lebih mampu

mengetahui apa saja yang benar-benar dibutuhkan masyarakat, mengingat

karakter dan latar belakang masyarakat di berbagai daerah berbeda-beda, maka

kebutuhan mereka pun juga berbeda-beda.6 Selain itu, ada beberapa alasan-

alasan strategis lain yang memperkuat pelaksanaan agenda desentralisasi fiskal

ini. Alasan-alasan dasar diterapkannya pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah

sebagai berikut:7

a. Negara yang luas wilayahnya tidak mungkin melakukan sentralisasi.

b. Sentralisasi menyebabkan ketimpangan dan ketidakadilan.

c. Kebutuhan daerah lebih dikenal dan diketahui oleh orang yang tinggal

didalamnya.

d. Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah lebih efesien dari manfaat

pembiayaan.

Dari beberapa penjelasan tersebut, maka pelaksanaan otonomi daerah

merupakan kebutuhan dasar bagi Indonesia untuk mewujudkan pembangunan

nasional yang berkeadilan sesuai amanat UUD NRI 1945. Otonomi daerah pada

hakikatnya merupakan hak penuh suatu daerah dalam mengurus dan

6
Anggi Rahajeng, Perencanaan Penganggaran Keuangan Daerah, Yogyakarta; Gadjah Mada University Press, 2016.
7
Kementerian Keuangan, Draf Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Jakarta, 2018.

NASKAH AKADEMIK
12
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
menjalankan sendiri apa yang menjadi bagian atau wewenangnya. Oleh sebab itu,

otonomi daerah yang ideal adalah membutuhkan keleluasaan dalam segala hal.

Otonomi daerah di Indonesia adalah pelimpahan sebagian wewenang dari pusat

ke daerah (subnational jurisdictions) untuk mengurus dan menjalankan tugas-

tugas pemerintahan. Otonomi daerah di sini tidak merupakan pendelegasian

wewenang, melainkan pemberian atau pelimpahan kewenangan. Dengan

demikian si penerima wewenang mempunyai otoritas penuh untuk mengatur dan

menjalankannya sesuai dengan caranya masing-masing.8

Penyerahan kewenangan keuangan dari otoritas negara ke daerah baik

berupa pajak daerah dan retribusi daerah maupun berupa dana perimbangan

merupakan konsekuensi dari adanya penyerahan urusan pemerintahan kepada

daerah yang diselenggarakan berdasarkan asas otonomi atau biasa dikenal

dengan desentralisasi fiskal. Keleluasaan untuk menentukan anggaran dan

mengalokasikan sumber daya yang dimiliki daerah untuk membiayai pelayanan

publik yang menjadi tugas daerah.

Di sisi belanja, diberikannya kewenangan fiskal kepada sebuah daerah

otonom didasarkan kepada prinsip agar alokasi sumber daya lebih efisien dan

efektif karena Pemerintah Daerah lebih memahami kebutuhan masyarakat di

daerahnya dibandingkan dengan pemerintah pusat.

Untuk menjalankan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya,

daerah harus mempunyai sumber keuangan agar daerah tersebut mampu

memberikan pelayanan dan kesejahteraan kepada rakyat di daerahnya.

Pemberian sumber keuangan kepada daerah harus seimbang dengan beban atau

urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Keseimbangan sumber

keuangan ini merupakan jaminan terselenggaranya urusan pemerintahan yang

diserahkan kepada daerah. Ketika daerah mempunyai kemampuan keuangan

8
Juli Panglima Saragih, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, Hal 41-
42.

NASKAH AKADEMIK
13
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
yang kurang mencukupi untuk membiayai urusan pemerintahan dan khususnya

urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar, pemerintah pusat

dapat menggunakan instrumen dana alokasi khusus (DAK) untuk membantu

daerah sesuai dengan prioritas nasional yang ingin dicapai.9 Ketentuan ini

bermakna bahwa otonomi daerah memberikan ruang legitimasi bagi daerah

untuk berinovasi dan berkreasi meningkatkan potensi daerah sebagai sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan tidak hanya bertumpu pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN), namun daerah mampu secara mandiri membiayai penyelenggaraan

pemerintahan dengan daya dukung kemampuan fiskal daerah.10

2. Pentingnya Pengelolaan Keuangan Daerah

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara

optimal jika penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian

sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu pada

undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

daerah yang besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian

kewenangan antara pemerintah dan daerah. Semua sumber keuangan yang

melekat pada setiap urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah

menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberi hak untuk mendapatkan

sumber keuangan yang antara lain berupa:

a. Kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan

pemerintahan yang diserahkan.

b. Kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah.

c. Hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang

berada di daerah dan dana perimbangan lainnya.

9
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
10
Indrawati, Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, 2017.

NASKAH AKADEMIK
14
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
d. Hak untuk mengelola keuangan daerah dan mendapatkan sumber

pembiayaan.11

3. Teori Earmarking Revenue12

Earmarking atau earmarked merupakan salah satu pendekatan dalam

bidang pengelolaan keuangan publik, khususnya bidang penganggaran atau

pengalokasian belanja. Istilah earmarked atau earmarking dalam konteks

pengelolaan keuangan publik didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana sumber

pendapatan negara tertentu dialokasikan kepada kegiatan atau pelayanan publik

tertentu. Earmarking sering dikaitkan dalam konteks perpajakan, sehingga

kemudian muncul dan populer istilah earmarked taxes.

Salah seorang ekonom yang pertama kali mendalami pendekatan

earmarking adalah James M Buchanan dari Virginia University. Dalam salah satu

karya tulisnya berjudul The Economics of Earmarked Taxes, Buchanan

menyatakan bahwa “earmarking is practice of designating or dedicating specific

revenue to the financing of specific public service” atau pendekatan earmarked

merupakan kebijakan untuk mendesain suatu pendapatan tertentu menjadi

sumber pendanaan bagi kegiatan pelayanan umum yang juga tertentu.

Berbagai literatur menjelaskan bahwa tujuan pendekatan earmarking

adalah menjamin dan melindungi program-program prioritas tertentu dari

pergeseran anggaran oleh program prioritas lain. Selain itu, pendekatan

earmarking juga bertujuan mengurangi inefisiensi dan mencegah terjadinya

korupsi. Namun demikian, banyak juga ekonom yang skeptis terhadap

pendekatan earmarking ini. Mereka menilai sulit untuk merencanakan sumber

dana dan mengalokasikan belanjanya secara tepat, tanpa membutuhkan proses

administrasi yang panjang.

4. Pajak Daerah

11
Basuki, Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, 2008, hal 9-10
12
Kementerian Keuangan, Draf Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Jakarta, 2018.

NASKAH AKADEMIK
15
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Para ahli ekonomi telah mengemukakan banyak teori atau prinsip-prinsip

perpajakan pada saat yang berbeda untuk mengarahkan negara (pusat dan

daerah) tentang bagaimana keadilan perpajakan dapat dicapai. Teori atau prinsip

utama secara singkat adalah sebagai berikut:

1) Benefit Theory

Berdasarkan teori ini, negara seharusnya mengenakan pajak kepada

masyarakat sesuai dengan manfaat yang diterima semakin banyak manfaat

yang diterima dari kegiatan negara maka semakin banyak pula pajak yang

harus dibayar kepada negara.

2) The Cost of Service Theory

Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa jika negara mengenakan pungutan

secara langsung dari pelayanan yang diberikan, akan dipenuhi ide tentang

keadilan dalam perpajakan. Biaya dari prinsip pelayanan tidak diragukan lagi

diterapkan pada tingkat tertentu dalam kasus-kasus dimana pelayanan

disediakan atas dasar harga dan sedikit lebih mudah menentukan, misalnya

pelayanan telepon dan listrik. Tetapi sebagian besar pengeluaran yang dibuat

oleh negara tidak dapat ditetapkan untuk setiap masyarakat karena tidak

dapat ditentukan secara tepat. Sebagai contoh, bagaimana kita dapat

mengukur biaya pelayanan polisi, tentara, jaksa dan sebagainya terhadap

individu yang berbeda.Dalto juga telah menolak teori ini atas dasar

pertimbangan bahwa tidak ada kompensasi dalam suatu pajak.

3) Ability to Pay Theory

Prinsip yang paling umum diterima dan paling populer adalah keadilan dalam

perpajakan, yaitu bahwa penduduk suatu negara seharusnya membayar pajak

kepada pemerintah sesuai dengan kemampuannya membayar. Hal itu terlihat

sangat beralasan dan adil karena pajak seharusnya dikenakan atas dasar

kemampuan perpajakan dari setiap individu. Sebagai contoh, jika kapasitas

NASKAH AKADEMIK
16
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
perpajakan si A adalah lebih besar dari si B maka si A seharusnya diminta

untuk membayar Pajak lebih besar daripada si B. Terlihat bahwa jika pajak

dikenakan atas dasar prinsip ini seperti disebut di atas, maka keadilan dapat

dicapai. Tetapi kesulitan kita tidak berakhir disini, kenyataan bahwa bila kita

menempatkan teori ini dalam praktik, kesulitan kita sebenarnya telah dimulai.

Masalah timbul berkaitan dengan definisi kemampuan membayar. Ahli

ekonomi tidak sepakat tentang apa yang seharusnya menjadi ukuran yang

tepat tentang kemampuan orang atau kemampuan untuk membayar.

Suatu sistem pajak harus fokus terhadap prinsip-prinsip yang baik. Ada

4 (empat) prinsip pajak yang baik, sebagaimana dikemukakan oleh Adam

Smith, yaitu kesederhanaan, netralitas, stabilitas, dan fleksibilitas. Sistem

pajak yang sederhana adalah sistem pajak yang aturan pajak dan kewajiban

mudah dipahami dan jelas dan kewajiban pajaknya jelas. Dengan sistem pajak

yang sederhana, wajib pajak dapat mengantisipasi dan memperhitungkannya

dalam pengambilan keputusan dengan beban yang minimal dan

ketidakpastian dan konsekuensi tindakan atas pajak.

Sistem pajak yang sederhana memperbaiki transparansi yang pada

gilirannya akan meningkatkan akuntabilitas politik dan pemerintah. Sistem

yang mudah dimengerti memperkecil beban baik kepada pembayar pajak dan

petugas pajak dan meningkatkan kepatuhan. Sistem pajak yang sederhana

juga akan menjadi lebih adil, karena dapat meningkatkan aksesibilitas. Juga

dapat meningkatkan integritas sistem dengan meminimumkan waktu dan

biaya yang dikeluarkan bagi konsultan pajak dalam menghitung beban pajak.

Terkait dengan hal ini, prinsip keadilan horizontal mempunyai tujuan

menjamin bahwa individu tertentu atau usaha yang melaksanakan aktivitas

yang sama luasnya harus diperlakukan dengan cara yang sama.

NASKAH AKADEMIK
17
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau

badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

pembangunan daerah. Pajak daerah sebagai salah satu pendapatan asli daerah

diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan

memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu

melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri.13

Kebijakan otonomi daerah mengharuskan adanya beberapa kewenangan

atau penyediaan barang publik dilakukan oleh tingkat pemerintah yang lebih

rendah. Tentunya hal itu harus diikuti pula dengan penyerahan atau

pemberian kewenangan memungut pajak atau retribusi kepada pemerintah

yang lebih rendah. Apabila kewenangan untuk memperoleh pendapatan lebih

rendah dibandingkan dengan yang dimiliki oleh tingkat pemerintah yang

diatasnya, maka akan terjadi ketidakseimbangan kemampuan fiskal (vertical

fiscal imbalance) antar level pemerintahan yang selanjutnya gap tersebut dapat

ditutup dengan adanya transfer.14

Untuk itu, perlu dipikirkan jenis pajak dan retribusi apa saja yang sesuai

untuk diberikan kepada tiap level pemerintahan.15 Jenis pajak yang mungkin

bagus untuk daerah adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut: (a) basis

pajaknya tidak bergerak/tetap dalam suatu wilayah (immobile); (b) jenis basis

pajaknya terdistribusi merata antar daerah; dan (c) mampu menghasilkan

13
Ahmad, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Jakarta, 2008, hal 52-53.
14
Bird, R. M. (1993). “Threading the fiscal labyrinth: Some issues in fiscal decentralization”. National Tax Journal 46 p.207–227
15
Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, 2021,hlm 49 ( Musgrave, Richard A. (1983). “Who Shoud Tax, Where and What?”, In Tax Assignment in
Federal Countries, Ed. By Charles E. McLure Jr., Canberra: Center For Research On Federal Financial Relations, Australian
National Universit.

NASKAH AKADEMIK
18
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
penerimaan yang stabil.16 Berbagai literatur menyebutkan bahwa pajak

properti (tanah dan bangunan) adalah jenis pajak yang sesuai kriteria untuk

daerah. Selain itu, terdapat beberapa jenis pajak daerah yang objek pajaknya

bersifat immobile dan bukan merupakan pajak yang dikenakan oleh

pemerintah pusat. Contoh dari jenis pajak tersebut adalah pajak hotel dan

pajak reklame yang diterapkan di Indonesia.

Namun terdapat beberapa macam pajak yang dikelola oleh pemerintah

pusat yang bisa diserahkan kepada daerah dengan beberapa skema

diantaranya adalah pajak pendapatan, pajak pertambahan nilai, dan pajak

penjualan. Skema pemberian kewenangan pajak ke daerah tersebut dapat

menjadi indikator seberapa besar tingkat otonomi yang diberikan kepada

daerah. Terdapat 3 (tiga) skema pemberian kewenangan pajak ke daerah yaitu:

(1) murni menjadi pajak daerah dimana kontrol atas basis dan tarif pajak

dimiliki oleh daerah; (2) overlapping taxes/piggyback dimana basis pajak

merupakan basis pajak nasional namun ada bagian daerah dalam menentukan

besar tarif pajak; (3) bagi hasil pajak dimana basis dan tarif pajak di bawah

kendali pemerintah pusat untuk kemudian dibagikan ke daerah dengan porsi

tertentu (Anwar Shah, 1994). Terkait administrasi perpajakan antar level

pemerintahan, terdapat 4 (empat) model yang dapat diterapkan menurut

Charles L. Vehorn dan Ehtisham Ahmad, yaitu:

a. administrasi perpajakan hanya dilakukan oleh pemerintah pusat, namun

terdapat skema bagi hasil dan transfer ke daerah;

b. administrasi perpajakan hanya dilakukan oleh pemerintah pusat, namun

dengan memberikan kewenangan jenis pajak tertentu kepada daerah;

c. multilevel administration, pusat dan daerah melaksanakan administrasi

perpajakan dengan disertai skema bagi hasil dan transfer;

16
Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, 2021 hlm 50 (Ter-Minassian, T. (1997). “Intergovernmental in a Macroeconomic Perspective: An
Overview”. Fiscal Federalism in Theory and Practice. T. Ter-Minassian. Washington DC: International Monetary Fund, p.3-24

NASKAH AKADEMIK
19
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
d. daerah melakukan administrasi perpajakan sendiri atas jenis pajak yang

telah diserahkan kewenangannya oleh pemerintah pusat.

Untuk meningkatkan local taxing power dan kemampuan keuangan

pemerintah daerah, dapat dilakukan beberapa hal diantaranya adalah:

(1) memperluas basis pajak;

(2) menambah jenis pajak;

(3) memberikan piggyback tax;

(4) menyederhanakan jenis pajak;

(5) memperbaiki sistem perpajakan daerah;

(6) menaikkan tarif.

Overlapping taxes/piggybacking taxes dapat menjadi salah satu alternatif

penambahan penerimaan daerah. Dalam hal ini, pemerintah daerah diberikan

kewenangan tarif atas basis pajak nasional disamping tarif lain yang

dikenakan oleh pemerintah pusat. Dengan kata lain, dalam satu basis pajak

dikenakan dua macam tarif pajak. Salah satu jenis pajak yang dapat

diterapkan dengan menggunakan sistem piggyback adalah pajak pendapatan.

Namun hal ini tidak berarti bahwa terjadi administrasi ganda, dimana setiap

level pemerintahan melakukan administrasi perpajakan untuk jenis pajak yang

sama. Penerapan piggyback ini akan lebih baik apabila dilakukan harmonisasi

dimana pengelolaan administrasi perpajakan hanya dilakukan oleh pemerintah

pusat saja, sehingga dapat mengurangi atau meminimalkan biaya yang

mungkin timbul dan ditanggung, baik oleh administratornya maupun wajib

pajaknya.17

17
Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, 2021, hlm 50.(Martínez, Jorge; Vázquez. (2008). “Revenue Assignments in the Practice of Fiscal
Decentralization” in Núria Bosch & José M. Durán (ed.). Fiscal Federalism and Political Decentralization, chapter 2. Edward
Elgar Publishing)

NASKAH AKADEMIK
20
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Dari berbagai teori mengenai tax assignment, dapat ditarik suatu

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dalam penentuan tax

assignment18, yaitu:

(1) prinsip manfaat, yang menekankan bahwa sumber pendapatan harus

berkorelasi dengan benefit yang disediakan pemerintah, harus

diimplementasikan semaksimal mungkin;

(2) sumber-sumber pendapatan daerah harus memiliki basis pajak yang relatif

merata antar daerah. Pajak yang dikelola oleh daerah tidak boleh memiliki

basis pajak yang berbeda-beda antar daerah untuk membantu

meminimalkan kesenjangan fiskal antar pemerintah daerah dan

mengurangi beban equalization grant;

(3) sumber pajak daerah sebaiknya memiliki basis pajak yang tidak bergerak

untuk meminimalisasi kecenderungan kompetisi pajak antardaerah.

Meskipun begitu, tidak semua kompetisi pajak tidak diinginkan. Kompetisi

yang moderat dapat memberikan insentif untuk menjadi lebih efisien;

(4) pajak yang dikelola oleh daerah harus netral secara geografis, dalam arti

tidak mengganggu kepentingan nasional dan internasional, tidak

mendistorsi lokasi dari aktivitas ekonomi di seluruh wilayah nasional, dan

tidak diekspor keluar daerah. Sebab, ekspor keluar daerah akan

menyebabkan orang yang membayar pajak tersebut bukanlah orang yang

akan menerima manfaat dari pelayanan publik yang disediakan

pemerintah daerah tersebut;

(5) harus ada persyaratan kelayakan administratif, sehingga pajak daerah

dapat diimplementasikan tanpa meningkatkan compliance cost dan

administrative cost;

(6) pajak daerah harus memiliki basis pajak yang secara umum stabil;

18
Ibid.

NASKAH AKADEMIK
21
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
(7) pajak daerah harus terlihat dengan jelas, sehingga beban pajaknya benar-

benar dipahami oleh penduduk setempat meskipun pemerintah daerah

bisa memiliki pemikiran lain tentang hal ini; dan

(8) tax assignment harus stabil dari waktu ke waktu. Penetapan tax

assignment yang berubah-ubah dan tidak stabil akan dapat

mengakibatkan kurangnya keseragaman, kompleksitas yang tidak perlu,

dan insentif negatif terhadap mobilisasi pendapatan.

Berkaitan dengan konteks Indonesia19, Sidik mengutarakan bahwa secara

luas pajak daerah yang baik harus memenuhi ketiga belas kriteria ini:

a. The tax must be suitable as a regional government tax;

b. The tax must be politically acceptable at national and regional levels;

c. The tax base must not overlap (double taxation);

d. There is wisdom in avoiding very high tax rate;

e. The estimated potential yield of the new revenue source should represent a

substantial additional contribution to the present total of local revenue;

f. The gross costs of collecting the revenue must be acceptably small compared

to the yield of the revenue;

g. The tax must not prejudice national economic policies or is not heavily

redistributive;

h. The tax must not seriously change the allocation of economic resources within

the regional government area or between regions, nor disrupt intra-or inter-

regional trade;

i. The tax burden must be affordable;

j. The tax must not be regressive;

k. The tax must not unfairly discriminate between particular sections of the

community;

19
Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, 2021, hlm 53. (Sidik, Machfud. 2007. A New Perspective on Intergovernmental Fiscal Relations: Lessons
from Indonesia's Experience. Jakarta: Ripelge)

NASKAH AKADEMIK
22
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
l. Ease of administration; and

m. The tax must not deter taxpayers from taking proper action to comply with

environmental conservation needs.

Ketiga belas kriteria pajak daerah yang secara luas telah diterima di

Indonesia tersebut adalah bahwa pajak berada atau muncul dalam wilayah

pemerintah daerah, diterima secara politis pada level nasional dan regional, tidak

tumpang tindih dengan jenis pungutan pajak lain, ada kebijaksanaan untuk

menghindari tarif pajak yang sangat tinggi, estimasi penerimaan pajak

memberikan kontribusi yang berarti bagi penerimaan daerah, total biaya

pemungutan lebih rendah dibandingkan penerimaannya, tidak merugikan

kebijakan ekonomi, tidak mengubah alokasi sumber daya ekonomi dan

mengganggu perdagangan dalam atau antar wilayah, beban pajak terjangkau,

tidak harus regresif, tidak diskriminatif, administrasi yang mudah, dan pajak

tidak menghalangi wajib pajak dalam mengambil tindakan yang tepat untuk

memenuhi kebutuhan konservasi lingkungan.

5. Retribusi Daerah

Retribusi merupakan salah satu jenis pungutan yang dikenakan pemerintah

daerah kepada masyarakat di samping pajak. Retribusi bersama-sama dengan

pajak digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan kata lain, pajak dan

retribusi adalah harga yang dibayar oleh masyarakat atas pelayanan atau

barang/jasa yang disediakan oleh pemerintah. Pajak merupakan harga atas

barang/jasa yang dikenakan kepada masyarakat tanpa mengkaitkan langsung

dengan pelayanan yang diterima masyarakat, namun hasil pajak tersebut

digunakan oleh pemerintah untuk menyediakan pelayanan yang dapat dinikmati

oleh seluruh masyarakat. Berbeda dengan pajak, retribusi merupakan harga yang

NASKAH AKADEMIK
23
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
dibayarkan oleh masyarakat atas pelayanan atau konsumsi barang/jasa yang

secara khusus disediakan bagi masyarakat tersebut.

Secara tradisional, untuk membedakan apakah suatu pelayanan jasa cocok

dibiayai dengan pajak atau retribusi adalah dengan membedakan apakah layanan

tersebut merupakan public goods atau private goods. Public goods adalah layanan

yang konsumsinya tidak mempengaruhi kesempatan konsumsi orang lain (non-

rivalry) dan sulit/mahal untuk menghindari orang lain yang tidak bersedia

membayar untuk mengkonsumsinya (nonexcludable) atau sulit untuk

menghindari orang lain mendapatkan manfaat dari layanan tersebut (free-rider)

atau dengan kata lain layanan tersebut disediakan secara kolektif dan tidak

diskriminatif. Sebaliknya, private goods adalah layanan yang konsumsinya

mempengaruhi kesempatan konsumsi orang lain atau hanya memberikan

manfaat bagi orang tertentu. Secara teoritis, layanan yang bersifat public goods

dibiayai dari pajak dan layanan yang bersifat private goods dibiayai dari retribusi.

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Retribusi daerah,

sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah

diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan

kesejahteraan masyarakat. Daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam

menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis

retribusi selain yang telah ditetapkan namun harus berdasarkan Peraturan

Pemerintah.20

Retribusi merupakan salah satu jenis pungutan yang dikenakan pemerintah

daerah kepada masyarakat di samping pajak. Retribusi bersama-sama dengan

pajak digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai penyelenggaraan


20
Lihat Pasal 88 Undang-Undang No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

NASKAH AKADEMIK
24
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan kata lain, pajak dan

retribusi adalah harga yang dibayar oleh masyarakat atas pelayanan atau

barang/jasa yang disediakan oleh pemerintah. Pajak merupakan harga atas

barang/jasa yang dikenakan kepada masyarakat tanpa mengkaitkan langsung

dengan pelayanan yang diterima masyarakat, namun hasil pajak tersebut

digunakan oleh pemerintah untuk menyediakan pelayanan yang dapat dinikmati

oleh seluruh masyarakat. Berbeda dengan pajak, retribusi merupakan harga yang

dibayarkan oleh masyarakat atas pelayanan atau konsumsi barang/jasa yang

secara khusus disediakan bagi masyarakat tersebut. Perbedaan pengertian pajak

dan retribusi tersebut dapat dilihat dari pendapat Ronald C. Fisher21 yang

menyatakan bahwa:

“User charges, prices charged by governments for specific services or privileges

and used to pay for all or part of the cost of providing those services, have

always been important but have become increasingly so in the past decade. They

are to be distinguished from financing services through general taxes, with no

direct relationship between tax payment and service received.”

Praktik pengenaan retribusi di Indonesia tidak berbeda dengan yang

dilakukan di beberapa negara. Daerah cenderung untuk memungut berbagai

jenis retribusi, yang sebagian besar hasil penerimaannya kurang memadai. Dari

berbagai macam pungutan retribusi, sebagian menghasilkan penerimaan yang

cukup besar, khususnya yang dikenakan dengan alasan untuk biaya perizinan,

walaupun belum sepenuhnya digunakan untuk pelayanan kepada penerima izin

dan juga bukan untuk melindungi kepentingan masyarakat. Namun fokus

pengenaan retribusi tersebut adalah memperoleh pendapatan untuk tujuan

umum, sehingga pada kenyataannya pengenaan retribusi tersebut menyerupai

pajak atas kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.

21
Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, 2021, hlm 55 (Fisher, Ronald C. 1996. State and Local Public Finance: Institutions, Theory, and Policy. 2nd
Edition Burr Ridge, Illinois: Richard D. Irwin Incorporated p.174-175.)

NASKAH AKADEMIK
25
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Oleh karena itu, sejalan dengan prinsip dasar retribusi yang merupakan

pungutan/pembayaran atas suatu layanan khusus yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan, maka

kewenangan pemungutan retribusi akan sangat tergantung pada jenis layanan

yang dapat disediakan oleh Pemerintah Daerah. Sesuai dengan prinsip

desentralisasi, terdapat pembagian kewenangan antar level pemerintahan

termasuk dalam penyediaan layanan umum dan perizinan. Namun, pemungutan

retribusi atas layanan umum/perizinan harus dilakukan secara sangat selektif

sehingga tidak kontraproduktif pada akses dan jangkauan masyarakat kepada

layanan dasar publik yang sebenarnya merupakan tugas mendasar dari

Pemerintah Daerah. Di sisi lain, masih terdapat berbagai layanan komersial yang

tidak diatur dalam pembagian kewenangan, sehingga Pemerintah Daerah dapat

memungut retribusi atas berbagai jenis layanan komersial sepanjang dapat

disediakan oleh Pemerintah Daerah.

Namun demikian, keterlibatan Pemerintah Daerah dalam penyediaan

layanan komersial harus dilakukan secara hati-hati (prudent) dan selektif,

sehingga tidak berdampak negatif pada perekonomian di daerah. Sementara itu,

untuk jenis retribusi yang dapat dipungut dan berpotensi mendapatkan hasil

yang besar, pemerintah daerah umumnya menunjukkan kebijakan tarif yang

lemah, tidak berhubungan secara langsung dengan biaya penyediaan layanan,

kurangnya perhatian yang diberikan terhadap perbedaan tarif sesuai dengan

kemampuan masyarakat, serta jarangnya dilakukan peninjauan tarif.

Konsep pengaturan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang

Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mencakup

konsepsi bahwa retribusi sebagai suatu hal yang berbeda dengan pajak, hanya

dapat dipungut dengan mempertimbangkan pemberian layanan yang jelas kepada

pembayar retribusi, atau mempertimbangkan penerbitan izin yang berkaitan

NASKAH AKADEMIK
26
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
dengan kegiatan yang harus dikendalikan untuk kepentingan masyarakat.

Konsep retribusi dimaksud sama dengan konsep retribusi di Indonesia selama ini

harus ditentukan dalam salah satu dari tiga kategori berikut, yang masing-

masing dihubungkan dengan tujuan tarif:

(1) layanan umum, untuk masing-masing jenis retribusi daerah harus

ditetapkan kebijakan tarifnya secara jelas dalam peraturan daerah yang

bersangkutan. Kebijakan tersebut harus memperhatikan setiap petunjuk

dari pemerintah pusat untuk sektor yang bersangkutan, biaya yang

dikeluarkan Pemda dalam pemberian layanan, dan pertimbangan

kemampuan masyarakat;

(2) layanan komersial, tarif harus ditetapkan sesuai dengan prinsip-prinsip

komersial untuk mendapatkan keuntungan yang layak; dan

(3) biaya perizinan, terbatas pada perizinan dengan kepentingan umum yang

jelas, yang tarifnya harus berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan

pemerintah daerah dalam mengatur kegiatan yang diberikan izinnya, serta

perkiraan biaya eksternal (biaya dampak pemberian izin).

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait Dengan Penyusunan Norma

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah ini disusun dengan melihat konsep pengaturan sebagaimana

diarahkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Rancangan Peraturan

Daerah ini menginternalisasi asas sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang

tersebut.

1. Asas Universalitas (kelengkapan)22

Asas ini memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan terjadinya

percampuran antara penerimaan negara dengan pengeluaran negara. Asas ini

22
Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, 2021.hlm 59.

NASKAH AKADEMIK
27
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
juga mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh ke

dalam dokumen anggaran. Oleh karena itu, di dalam Rancangan Peraturan

Daerah ini menghendaki agar setiap penerimaan daerah melalui Pajak Daerah

dan retribusi daerah, baik itu kebijakannya maupun alokasinya dituangkan ke

dalam peraturan daerah terkait Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maupun

perda APBD.

2. Asas Equality

Asas ini mensyaratkan bahwa pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara

harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak

boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak. Oleh karena itu, dalam

menentukan tarif pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, muatan

Rancangan Peraturan Daerah ini ini menerapkan prinsip progresif dimana

kepemilikan kendaraan ke dua dan berikutnya akan dikenakan tarif lebih tinggi.

3. Asas Certainty

Asas ini mensyaratkan bahwa semua pungutan pajak harus berdasarkan

peraturan perundang-undangan, sehingga bagi yang melanggar akan dapat

dikenai sanksi hukum. Berdasarkan asas ini, maka di dalam pengaturan

kebijakan ini bahwa jenis, objek, wajib pajak dan retribusi daerah beserta tarifnya

harus diatur dalam peraturan daerah.

4. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil

Asas ini mengandung makna bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan

pengelolaan keuangan negara atau daerah harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-udangan yang berlaku.

5. Asas Efficiency

Asas ini mengharuskan bahwa biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat

mungkin, jangan sampai terjadi biaya (cost) pemungutan pajak lebih besar dari

NASKAH AKADEMIK
28
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
hasil (benefit) pemungutan pajak. Dengan demikian di dalam rancangan

peraturan daerah ini, beberapa simplifikasi dilakukan terhadap pajak dan

retribusi daerah. Beberapa jenis retribusi yang tidak memberikan hasil besar

namun berpotensi menghambat pelayanan publik juga dihapus di dalam

pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjadi acuan

dalam penyusunan raperda ini.

6. Asas Keterbukaan dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

Asas ini mewajibkan adanya keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan

perhitungan anggaran, serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang

independen. Oleh karena itu, di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022

tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

juga mengatur bahwa informasi keuangan daerah bersifat terbuka dan dapat

diakses oleh publik.

7. Prinsip Perpajakan23

Prinsip-prinsip perpajakan yang berlaku umum juga berlaku untuk

perpajakan daerah dan retribusi. Berikut ini adalah prinsip-prinsip perpajakan

yang dapat digunakan untuk menentukan sumber penerimaan yang cocok untuk

sumber yang cocok untuk pemerintah daerah.

a. Kecukupan dan Elastisitas

Persyaratan yang pertama dari suatu sumber penerimaan tentu saja adalah

kecukupan dari perolehan sumber tersebut terutama apabila dikaitkan dengan

biaya pelayanan yang mesti diberikan. Akan tetapi, hal yang tak boleh

dilupakan adalah bahwa berbagai biaya cenderung tidak statis. Mereka

meningkat karena berbagai sebab, seperti misalnya inflasi, pertumbuhan

penduduk (khususnya di daerah perkotaan), naiknya standar hidup yang

menuntut standar pelayanan yang lebih tinggi, dan karena perencanaan


23
Ahmad, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Jakarta, 2008, hal 51-52.

NASKAH AKADEMIK
29
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
pembangunan nasional memang menetapkan pelayanan untuk diperbaiki dan

dikembangkan. Karena itu, sumber-sumber penerimaan seyogianya cukup

elastis, yakni kapasitas untuk meningkatkan pendapatan cukup besar sebagai

respons terhadap tekanan meningkatnya permintaan (belanja publik). Basis

pajak juga seyogianya meningkat (otomatis) seiring dengan meningkatnya

harga-harga, bertambahnya jumlah penduduk, dan ekspansi ekonomi.

b. Keadilan

Persyaratan atau kriteria utama yang kedua adalah keadilan (atau

pemerataan), yakni bahwa beban untuk belanja publik seyogianya ditanggung

oleh masyarakat secara proporsional dengan kekayaan mereka. Dengan

demikian, maka sistem perpajakan akan baik apabila progresif, yaitu apabila

persentase pendapatan seseorang yang dibayarkan sebagai pajak meningkat

seiring dengan peningkatan pendapatan. Sistem tersebut cukup memadai

apabila proporsional, yakni persentase pendapatan yang dipajaki sama untuk

setiap tingkat pendapatan. Akan tetapi sistem ini buruk apabila regresif, yaitu

jika persentase pendapatan yang dipajaki menurun seiring dengan

meningkatnya pendapatan.

Dalam hal pajak daerah, persoalan keadilan ini mesti dilihat dari tiga

dimensi. Pertama, beban pajak mesti seimbang antara kelompok masyarakat

yang berada di tingkat pendapatan yang berbeda (masalah keadilan vertikal).

Kedua, beban mesti seimbang antara kelompok dengan sumber pendapatan

yang berbeda. Orang yang menerima pendapatan tetap (gaji) seyogianya tidak

diberi beban lebih dibandingkan dengan mereka yang punya pendapatan sama

tetapi dari usaha sendiri atau misalnya, dari sektor pertanian (masalah

keadilan horizontal). Ketiga, beban pajak juga seyogianya tidak boleh berbeda

hanya karena seseorang tinggal di daerah yang berbeda (keadilan secara

NASKAH AKADEMIK
30
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
geografis). Yang terakhir ini sangat mungkin terjadi untuk mereka yang tinggal

di perbatasan daerah (kota) satu dengan lain.

Keadilan juga semestinya dinilai dengan melihat kaitan antara

penerimaan dan belanja. Adalah cukup adil apabila pajak yang lebih tinggi

dikenakan kepada mereka yang tinggal di daerah dengan kualitas pelayanan

pemerintah yang sangat baik. Sementara adalah tidak adil apabila orang

secara relatif dikenakan pajak yang lebih berat sementara mereka hanya

menikmati pelayanan di bawah standar.

Oleh karena itu, dengan alasan keadilan, maka struktur pajak yang

progresif sangat diinginkan. Artinya, masyarakat yang berada pada kelompok

pendapatan terbawah mestinya menanggung beban pajak yang sangat ringan

atau dibebaskan sama sekali. Namun demikian, pengaturan serupa itu lebih

mudah dilakukan di negara-negara maju/industri. Di negara-negara sedang

berkembang, dimana sebagian besar masyarakat berada pada kelompok

pendapatan bawah, besar kemungkinan basis pajak yang dari kelompok

pendapatan menengah atas relatif terlalu kecil untuk bisa menanggung semua

(atau sebagian besar) belanja publik.

c. Kapasitas Administratif

Tuntutan kemampuan administrasi dalam hal keahlian, integritas, dan

determinasi sangat bervariasi (berbeda-beda) untuk berbagai sumber

penerimaan. Variasi yang sangat besar juga terjadi dalam hal waktu dan uang

yang digunakan dalam rangka pengumpulan hasilnya. Di banyak negara

berkembang mayoritas penduduk bekerja di sektor informal dengan

kecenderungan bekerja sendiri, dimana pendapatan atau penghasilannya sulit

untuk diperkirakan. Biaya administrasi untuk menilai dan menghimpun pajak

langsung (pajak pendapatan atau pajak kekayaan) dari masyarakat yang

NASKAH AKADEMIK
31
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
punya karakteristik sedemikian cenderung sangat tinggi, walaupun perolehan

rata-ratanya sangat mungkin rendah.

Di sisi lain, perolehan sangat signifikan bisa diperoleh lewat pajak atas

bahan bakar, misalnya, dengan biaya administrasi yang relatif rendah. Dalam

perekonomian serupa itu ada kecenderungan kuat (atas dasar kemudahan

administrasi) untuk banyak bergantung pada pajak-pajak tidak langsung,

dimana pembebanan bisa dilakukan secara formal atas transaksi-transaksi

komersial kepada importir, pabrikan, distributor, pemilik toko, dan lain-lain.

Ini tentu saja belum tentu konsisten dengan pertimbangan pemerataan beban

pajak.

d. Kesepakatan Politis

Tidak ada satu pajak pun yang populer. Orang punya kecenderungan untuk

menghindari membayar pajak, apabila ada peluang untuk itu. Oleh karena

itulah membayar pajak merupakan kewajiban bagi masyarakat dengan

konsekuensi hukum bagi pelanggarnya. Namun demikian, antara satu pajak

dengan lainnya tidak memiliki kadar popularitas yang sama. Sehingga dengan

demikian, terutama sekali untuk pajak-pajak yang tidak populer, dibutuhkan

kemauan politis untuk menerapkannya.

Kadang-kadang, sensitivitas politik menyebabkan terbawanya fokus

pembahasan kepada isu-isu spesifik seperti misalnya apakah tanah mesti

dipajaki, atau apakah air bersih mesti dikenakan pungutan, dan lain-lain.

Atau, fokus juga bisa terbawa kepada kepentingkan kelompok-kelompok

tertentu, seperti pemilik tanah, pegawai negeri, pengusaha, dan lainnya.

Secara umum, pajak-pajak akan kurang sensitif secara politik apabila

dikenakan secara tidak langsung, dan tidak terlalu melibatkan banyak pihak

(seperti DPR/D) dalam penentuan tarif, misalnya. Pada akhirnya, keputusan

pembebanan pajak sangat tergantung pada kepekaan masyarakat, pandangan

NASKAH AKADEMIK
32
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
masyarakat secara umum tentang pajak, dan nilai-nilai yang berlaku pada

masyarakat di suatu daerah. Oleh karenanya, dibutuhkan suatu kesepakatan

bersama bila dirasakan perlu dalam pengambilan keputusan perpajakan

e. Efesiensi Ekonomi

Perpajakan pada dasarnya memiliki dua tujuan: untuk menyediakan dana bagi

kepentingan publik dan mempengaruhi perilaku ekonomi. Pajak jelas sekali

amat memengaruhi keputusan-keputusan individual. Sebagai misal, pajak

tanah dan bangunan sangat memengaruhi keuntungan dalam membangun

dan menyewakan rumah, pajak penjualan sangat memengaruhi harga

pembelian pakaian, pajak hiburan sangat mempengaruhi ongkos untuk

menonton film di bioskop, dan seterusnya. Oleh karena itu, penilaian atas

suatu pajak juga mesti dilihat dari pengaruhnya atas keputusan wajib pajak,

keinginannya untuk bekerja, mengkonsumsi produk, menabung, dan

berinvestasi.

Kriteria efisiensi ekonomi ini secara umum lebih bermanfaat untuk

digunakan dalam menilai pajak pusat ketimbang pajak daerah. Ada dua alasan

yang mendasari hal ini. Pertama, adalah pemerintah pusat yang bertanggung

jawab akan manajemen perekonomian secara keseluruhan (makro), dan yang

bisa menggunakan pajak untuk memengaruhi perilaku ekonomi. Kedua, skala

dari pajak-pajak daerah pada umumnya tidak mencukupi untuk mengubah

pilihan-pilihan masyarakat. Namun demikian, apakah pajak daerah akan

mempunyai dampak yang buruk atau tidak terhadap perekonomian daerah,

haruslah menjadi perhatian yang serius.

f.Kesesuaian sebagai Pajak Daerah

Administrasi perpajakan oleh daerah memunculkan berbagai pertanyaan yang

terkait dengan persoalan layak atau tidak. Beberapa isu yang menyangkut

kemampuan administratif telah disinggung. Beberapa hal lain akan disebut

NASKAH AKADEMIK
33
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
berikut ini. Pertama, terkait dengan persoalan apakah sudah cukup jelas

kepada pemerintah daerah mana kewajiban pajak mesti dibayarkan. Kedua,

terkait dengan persoalan pertama itu, apakah tempat pengumpulan pajak yang

feasible adalah juga tempat pembayaran secara efektif dilakukan. Ketiga,

menyangkut kemungkinan variasi dalam penerapan tarif pajak atau

aturanaturan penilaian pajak. Idealnya, pemerintah daerah punya kewenangan

dalam menentukan tarif, membuat keputusan akan berbagai tingkatan pajak,

serta menentukan pelayanan yang diberikannya.

8. Asas Pemungutan Pajak

Dalam memungut suatu pajak, terdapat asas-asas atau prinsip-prinsip yang

harus diperhatikan dalam sistem pemungutan pajak. Menurut Adam Smith,

pemungutan pajak hendaknya didasarkan atas empat asas, yaitu equity,

certainty, convenience, dan economy; sedangkan menurut Dora Hancock dalam

bukunya Taxation: Policy and Practice, mengutip pendapat Stiglitz pemenang

Nobel Ekonomi, menyatakan lima karakteristik yang diharapkan ada dalam suatu

system perpajakan, yaitu:24

a. Economically efficient: It should not have an impact on allocation of resources;

b. Administratively simple: It should be easy and inexpensive to administer;

c. Flexible: It should be easy for the system to respond to changing economic

circumstances;

d. Politically accountable: taxpayers should be able to determine what they are

actually paying to so that the political system can more accurately reflect the

preferences of individuals;

e. Fair: it should be seen to be fair in its impact on all individuals.

Asas yang perlu diperhatikan dalam memungut pajak yaitu revenue

productivity, equity/equality, dan ease of administration. Sebagai dasar berpijak,

24
Dora Hancock, Taxation: Policy & Practice, 1997/1998 Edition (UK: Thomson Business Press, 1997), hal. 44 dalam Haula
Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan: Teori dan Aplikasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 117-118.

NASKAH AKADEMIK
34
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
sudah seharusnya ketiga asas perpajakan itu dipegang teguh dan dijaga

keseimbangannya agar tercapai sistem perpajakan yang baik. The Revenue

Adequacy Principle adalah kepentingan pemerintah, The Equity Principle adalah

kepentingan masyarakat, dan The Certainty Principle adalah untuk kepentingan

pemerintah dan masyarakat.25

Apabila digambarkan secara sederhana, sistem perpajakan yang baik (ideal)

adalah seperti sebuah tiga sama sisi (Gambar 1). Pada perkembangan tingkat

implementasi, tampaknya keseimbangan tersebut tidak lagi terjaga, sering kali

karena alasan kepentingan (penerimaan) Negara.

Gambar 1.
Asas dalam Sistem Perpajakan yang Ideal

Berikut penjelasan masing-masing asas dalam sistem perpajakan yang ideal:26

a. Equity/Equality

Keadilan merupakan salah satu asas yang sering kali menjadi pertimbangan

penting dalam memilih policy option yang ada dalam membangun sistem

perpajakan. Suatu sistem perpajakan dapat berhasil apabila masyarakatnya

merasa yakin bahwa pajak-pajak dipungut pemerintah telah dikenakan secara

adil dan setiap orang membayar sesuai dengan bagiannya. Asas equaty

25
R. Mansury, Pajak Penghasilan Lanjutan, Jakarta: Ind Hill-Co, 1996, hal. 16 dalam Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan,
Perpajakan: Teori dan Aplikasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 119.
26
Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan: Teori dan Aplikasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 119-141.

NASKAH AKADEMIK
35
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
(keadilan) mengatakan bahwa pajak itu harus adil dan merata. Pajak

dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya

untuk membayar pajak tersebut dan juga sesuai dengan manfaat yang

diterimanya dari negara.

b. Asas Revenue Productivity

Revenue Productivty principle merupakan asas yang lebih menyangkut

kepentingan pemerintah sehingga asas ini oleh pemerintah yang bersangkutan

sering dianggap sebagai asas yang terpenting. Pajak mempunyai fungsi utama

sebagai penghimpun dana dari masyarakat untuk membiayai kegiatan

pemerintah, baik pembiayaan rutin maupun pembiayaan pembangunan (fungsi

budgetair). Oleh karena itu dalam pemungutan pajak, harus selalu dipegang

teguh asas produktivitas penerimaan. Upaya ektensifikasi maupun

intensifikasi sistem perpajakan nasional serta penegakan hukum, tidak akan

berarti bila hasil yang diperoleh tidak memadai.

c. Asas Ease of Administration terdiri dari:

1) Asas Certainty

Asas certainty (kepastian) menyatakan bahwa harus ada kepastian, baik

bagi petugas pajak maupun semua wajib pajak dan seluruh masyarakat.

Asas kepastian antara lain mencakup kepastian mengenai siapa-siapa yang

harus dikenakan pajak, apa-apa saja yang dijadikan sebagai objek pajak,

serta besarnya jumlah pajak yang harus dibayar dan bagaimana jumlah

pajak yang terutang itu harus dibayar. Artinya, kepastian bukan hanya

menyangkut kepastian mengenai subjek pajak (dan pengecualiannya), objek

pajak (dan pengecualiannya), dasar pengenaan pajak, tetapi juga mengenai

prosedur pemenuhan kewajibannya, antara lain prosedur pembayaran dan

pelaporan, serta pelaksanaan hak-hak perpajakannya.

NASKAH AKADEMIK
36
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
2) Asas Convenience

Asas convenience (kemudahan/kenyamanan) menyatakan bahwa saat

pembayaran pajak hendaklah dimungkinkan pada saat yang

“menyenangkan”/ memudahkan wajib pajak, misalnya pada saat menerima

gaji atau penghasilan lain seperti saat menerima bunga deposito. Asas

convenience bisa juga dilakukan dengan cara membayar terlebih dahulu

pajak yang terutang selama satu tahun pajak secara berangsur-angsur

setiap bulan (seperti PPh Pasal 25). Dengan demikian, pada akhir tahun

pajak, wajib pajak tidak terlalu berat dalam membayar pajaknya

dibandingkan dengan jika pajak yang terutang selama satu tahun pajak

tersebut dibayar sekaligus pada akhir tahun.

3) Asas Efficiency

Asas efficiency dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi fiskus pemungutan

pajak dikatakan efisien jika biaya pemungutan pajak yang dilakukan oleh

kantor pajak (antara lain dalam rangka pengawasan kewajiban wajib pajak)

lebih kecil daripada jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan. Dari sisi

wajib pajak, system pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya yang

harus dikeluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya bisa seminimal mungkin. Dengan kata lain, pemungutan

pajak dikatakan efisien jika cost of compliance-nya rendah.

4) Asas Simplicity

Pada umumnya peraturan yang sederhana akan lebih pasti, jelas, dan

mudah dimengerti oleh wajib pajak. Oleh karena itu dalam menyusun suatu

undang-undang perpajakan, harus diperhatikan juga asas kesederhanaan,

sebagaimana diungkapkan oleh C.V. Brown dan P.M. Jackson “Taxes should

be sufficiently simple so that those affected can be understand them”27

27
C.V. Brown dan P.M. Jackson, Public Sector Economics, Basil Blackwell, 1982, hal. 241 dalam Haula Rosdiana dan Rasin
Tarigan, Perpajakan: Teori dan Aplikasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hal.140.

NASKAH AKADEMIK
37
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
5) Asas Neutrality

Asas neutrality mengatakan bahwa pajak itu harus bebas dari distorsi, baik

distorsi terhadap konsumsi maupun distorsi terhadap produksi serta faktor-

faktor ekonomi lainnya. Artinya pajak seharusnya tidak memengaruhi

pilihan masyarakat untuk melakukan konsumsi dan juga tidak

memengaruhi pilihan produsen untuk menghasilkan barang-barang dan

jasa, serta tidak mengurangi semangat orang untuk bekerja. Oleh karena

itu, dalam menentukan tarif, hendaklah jangan dipilih tariff yang termasuk

dalam prohibited area.

C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada, Serta


Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat

1. Penyelenggaraan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan Undang-

Undang-Undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Sebelum Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah dicabut oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 2022 tentang

Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Undang-Undang

28 tahun 2009 ini menetapkan 16 jenis pajak daerah, yang terdiri dari 5 (lima)

jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota. Adapun 5 (lima) jenis

pajak Provinsi tersebut terdiri dari:

1) Pajak Kendaraan Bermotor;

2) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

4) Pajak Air Permukaan; dan

5) Pajak Rokok.

Sedangkan 11 (sebelas) jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari:

1) Pajak Hotel;

2) Pajak Restoran;

NASKAH AKADEMIK
38
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
3) Pajak Hiburan;

4) Pajak Reklame;

5) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

6) Pajak Parkir;

7) Pajak Penerangan Jalan;

8) Pajak Air Tanah;

9) PBB-P2;

10) BPHTB; dan

11) Pajak Sarang Burung Walet.

Dari 11 (sebelas) jenis pajak tersebut, PBB-P2 dan BPHTB merupakan

jenis pajak baru yang dialihkan kewenangan pemungutannya dari Pemerintah

pusat kepada Pemerintah daerah dalam UU PDRD. Selain itu, terdapat beberapa

objek pajak yang diperluas yaitu objek pajak hotel dan restoran. Selain perluasan

objek pajak, kepada pemerintah Daerah juga diberikan diskresi penetapan tarif

sesuai dengan batasan tarif yang ditetapkan dalam undang-undang. Terdapat

sekitar 30 jenis retribusi dengan kewenangan penetapan tarif sepenuhnya

diserahkan kepada daerah, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam

undang-undang. Dalam perjalanannya jumlah retribusi dalam UU PDRD tersebut

ditambahkan dengan 2 retribusi baru yang ditetapkan dalam PP Nomor 97 Tahun

2012 yaitu Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin

Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), sehingga jumlah retribusi daerah

menjadi 32 jenis.

Melalui bauran kebijakan berupa pembatasan jenis pajak daerah dan

retribusi daerah yang diikuti dengan adanya perluasan basis pajak daerah dan

pemberian kewenangan penetapan tarif, pelaksanaan UU Nomor 28 Tahun 2009

NASKAH AKADEMIK
39
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
telah mampu meningkatkan penerimaan PDRD dan kemandirian fiskal daerah

tanpa menimbulkan dampak negatif berlebih terhadap perekonomian daerah.28

Dengan jenis pajak dan retribusi tersebut, selama 10 tahun terakhir

pendapatan APBD Kabupaten/Kota masih bertumpu pada Dana Perimbangan.

Meskipun secara nominal PDRD mengalami peningkatan sejak ditetapkannya

Undang-Undang PDRD, namun secara proporsi masih belum memperlihatkan

perkembangan yang signifikan sebagaimana ditunjukkan pada grafik berikut:

Grafik 1
Rata-rata Komposisi Pendapatan APBD 2010 - 2019

Sumber : Kemenkeu (data diolah)

Berbeda dengan provinsi, struktur pendapatan kabupaten/kota masih

belum optimal dan sangat tergantung pada dana transfer ke daerah dari

pemerintah pusat. Secara nasional peranan PAD dalam APBD kabupaten/kota di

tahun 2018 hanya sebesar 14,75 persen sebagaimana ditunjukkan pada grafik 2

Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun dalam Undang-Undang PDRD telah

terdapat penambahan 2 jenis pajak baru yaitu PBB-P2 dan BPHTB yang

berdampak pada kenaikan penerimaan pajak, namun kenaikan penerimaan pajak

tersebut belum mampu mengikuti kenaikan kebutuhan belanja APBD yang jauh

lebih besar sehingga masih mengandalkan dana transfer dari pemerintah pusat

untuk menutup selisihnya.

28
Santoso, P. (2017). ‘The Effects of Local Taxes and Charges Assignment Policy on The Local Governments’ Fiscal Autonomy
and Local

NASKAH AKADEMIK
40
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Grafik 2
Rata-rata Komposisi Pendapatan APBD 2010 - 2019

Sumber : Kemenkeu (data diolah)

Peranan PAD yang sangat terbatas akan mempersulit daerah dalam

meningkatkan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan belanja yang selalu

meningkat. Dalam ilustrasi berikutnya akan dilakukan analisis sensitivitas

perubahan PAD terhadap Pendapatan APBD antara Pemerintah provinsi dengan

Pemerintah kabupaten/kota sebagaimana pada grafik 3.

Grafik 3
Analisis Sensitivitas Perubahan PAD terhadap Perubahan APBD

Sumber : Kemenkeu (data diolah)

Dalam grafik 3 terlihat bagaimana sensitivitas perubahan PAD provinsi

dan kabupaten/kota dalam merespons kenaikan perubahan kebutuhan belanja

APBD dari Pd029 menjadi Pd130. Dalam grafik di atas, belanja APBD mengalami

29
Pd0 = Pendapatan daerah awal (t=0) yang dibutuhkan untuk membiayai belanja daerah
30
Pd1 = Pendapatan daerah tahun berikutnya (t=1) yang dibutuhkan untuk membiayai belanja daerah dengan kenaikan 10%

NASKAH AKADEMIK
41
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
peningkatan sebesar 10 persen, sehingga dibutuhkan pendapatan tambahan

sebesar 10 persen.

Dalam kondisi dimana pendapatan dari non PAD (yang mayoritas berasal dari

dana transfer) tetap dan tidak mengalami kenaikan, maka:

1) Pada pemerintah provinsi, dimana proporsi PAD : nonPAD sebesar 48:52,

dibutuhkan kenaikan PAD sehingga PAD setelah penambahan menjadi sebesar

(48% + 10%) / 48% = 58%/48% = 120,8% PAD awal atau dengan kata lain

dibutuhkan kenaikan PAD sebesar 20,8% untuk menutupi 10% kenaikan

belanja.

2) Pada pemerintah kabupaten dan kota, dimana proporsi PAD : non-PAD sebesar

11:89, dibutuhkan kenaikan PAD sehingga PAD setelah penambahan menjadi

sebesar (11% + 10%) / 11% = 21%/11% = 190,9% PAD awal atau dengan kata

lain dibutuhkan kenaikan PAD sebesar 90,9% untuk menutupi 10% kenaikan

belanja.

Berdasarkan analisis tersebut, terlihat bahwa keleluasaan pemerintah

provinsi dalam menyesuaikan PAD-nya untuk menutup setiap tambahan

kenaikan belanja jauh lebih tinggi daripada keleluasaan pemerintah

kabupaten/kota dalam menutup setiap tambahan kenaikan belanja. Hal ini juga

mengindikasikan bahwa melalui perubahan kebijakan pajak daerah dan retribusi

daerah yang akan dilakukan dalam RUU HKPD, Pemerintah akan lebih fokus

pada penguatan diskresi dan kewenangan perpajakan (local taxing power)

khususnya bagi pemerintah kabupaten/kota. Dengan adanya penguatan local

taxing power diharapkan kontribusi PDRD terhadap PAD akan semakin

meningkat utamanya bagi Pemerintah Kabupaten/Kota.

2. Kinerja Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Bangka31

31
Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 14 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Tahun 2019-2023

NASKAH AKADEMIK
42
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Untuk mendapatkan gambaran utuh dan memahami optimalisasi

pelaksanaan pengelolaan keuangan Kabupaten Bangka, secara detail perlu

mencermati kinerja pengelolaan keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa

lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya. Adapun struktur

Adapun struktur pendapatan daerah Kabupaten Bangka terdiri dari:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain

Pendapatan Asli Daerah yang sah.

b. Pendapatan Transfer yang terdiri dari transfer Pemerintah Pusat dan transfer

antar Daerah.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri dari Hibah, Dana Darurat dan

lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Sumber-sumber pendapatan daerah tersebut merupakan sumber

pendanaan bagi Pemerintah Daerah untuk mendanai belanja daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Disamping

berasal dari sumber-sumber pendapatan diatas, juga didukung oleh dana

lainnya yang juga berasal dari pemerintah pusat yakni dana Dekonsentrasi

(Dekon) dan dana Tugas Pembantuan (TP) yang disalurkan melalui kementerian

dan provinsi.

Dalam kurun lima tahun, Pemerintahan Kabupaten Bangka telah

menunjukkan hasil yang cukup signifikan dalam pencapaian realisasi

pendapatan daerah. Hal ini terlihat dari realisasi pendapatan daerah tahun 2015

sebesar 1,07 triliun rupiah atau 101,57% dari target yang ditetapkan, dan

meningkat sebesar 1,26 triliun rupiah atau 101,06% dari target yang ditetapkan

pada tahun 2019. Dengan demikian, persentase realisasi peningkatan

pendapatan dari tahun 2015 ke tahun 2019 mencapai 17,27%.

NASKAH AKADEMIK
43
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah. Pajak Daerah

terdiri dari 11 (sebelas) jenis pajak, sebagai berikut:

No JENIS PAJAK KAB BANGKA


1 Pajak Hotel

2 Pajak Restoran

3 Pajak Hiburan

4 Pajak Reklame

5 Pajak Penerangan Jalan

6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

7 Pajak Parkir

8 Pajak Air Tanah

9 Pajak Sarang Burung Walet

10 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

11 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

sedangkan retribusi daerah terdiri dari 3 (tiga) jenis retribusi yakni Retribusi

(Ret) Jasa Umum, Retribusi (Ret) Jasa Usaha dan Retribusi (Ret) Perizinan

Tertentu, yang terdiri atas:

No RETRIBUSI JASA UMUM = 11 Retribusi


1 Ret. Pelayanan Kesehatan (Dinas Kesehatan)

2 Ret. Pelayanan Persampahan/Kebersihan (Dinas Lingkungan Hidup)

3 Ret. Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum (Dinas Perhubungan)

4 Ret. Pelayanan Pasar ( Disperindag)

5 Ret. Pengujian Kendaraan Bermotor ( Di.Perhubungan)

6 Ret. Penggantian Biaya Cetak Peta (Dinas Pertanian)

7 Ret. Penggantian Biaya Cetak Peta (PUPR)

8 Ret. Penggantian Biaya Cetak Peta Di.Pertambangan

NASKAH AKADEMIK
44
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
9 Ret. Penggantian Biaya Cetak Peta (Dinas Hutbun)

10 Ret. Penggantian Biaya Cetak Peta (Bappeda)

11 Ret. Pengendalian Menara Telekomunikasi (PUPR)

No RETRIBUSI JASA USAHA = 17 Retribusi


1 Ret. Pemakaian Kekayaan Daerah (PUPR)

2 Ret. Pemakaian Kekayaan Daerah (Setda)

3 Ret. Pemakaian Kekayaan Daerah (Dispora)

4 Ret. Pemakaian Kekayaan Daerah (Dinparbud)

5 Ret. Pemakaian Kekayaan Daerah (Dinkes)

6 Ret. Pemakaian Kekayaan Daerah (BPPKAD)

7 Ret. Pemakaian Kekayaan Daerah (Din Perikanan)

8 Ret. Pasar Grosir dan/atau Pertokoan (Disnakerperindag)

9 Ret. Penyedia Fasilitas Pasar/ Pertokoan yang dikontrakan (Setda)

10 Ret. Terminal (Di. Perhubungan)

11 Ret. Tempat Khusus Parkir Khusus (Di. Perhubungan)

12 Ret. Tempat Khusus Parkir Khusus (Disperindag)

13 Ret. Rumah Potong Hewan (Di.Pertanian)

14 Ret. Tempat Rekreasi dan Olahraga (Dinparbud)

15 Ret. Tempat Rekreasi, Pariwisata dan Olahraga (Dispora)

16 Ret. Penjualan Produksi Usaha Daerah (Dinas Perikanan)

17 Ret. Tera-tera Ulang (Disperindag)

No RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU = 6 Retribusi


1 Ret. Izin Mendirikan Bangunan (PUPR)

2 Ret. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol (Di.Pariwisata)

3 Ret. Izin Gangguan (HO) (Di. Lingkungan Hidup)

4 Ret. Izin Trayek (Di.Perhubungan)

NASKAH AKADEMIK
45
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
5 Ret. Izin Usaha Perikanan (Di. Perikanan)

6 Ret. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (Disperindag)

Tabel 1
Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka
Tahun 2015 – 2019 (ribuan rupiah)

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka, 2020 (Data diolah)

Untuk tahun 2019 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bangka

sebesar 144,67 milyar rupiah atau 112,19% dari target yang ditetapkan,

meningkat cukup siginifikan jika dibandingkan pada tahun 2015 yang hanya

NASKAH AKADEMIK
46
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
sebesar 115,96 milyar rupiah. Adapun komponen PAD meliputi Pajak Daerah,

Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-Lain

Pendapatan yang Sah.

Grafik 4
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten
Bangka Tahun 2015-2019 (ribuan rupiah)

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka, 2020 (Data diolah)

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bangka selama lima tahun (2015 –

2019) memiliki pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 6,68% dan

kontribusinya terhadap total pendapatan daerah rata-rata per tahun sebesar

3,86%. Kontribusi transfer daerah terhadap total pendapatan daerah dalam setiap

tahunnya rata-rata sebesar (1,27%) dari total pendapatan Kabupaten Bangka,

dan lain-lain pendapatan yang sah rata-rata hanya sebesar 79,04% total

pendapatan daerah Kabupaten Bangka. Rata-rata pertumbuhan pendapatan

selama lima tahun terakhir berkisar 3,44% per tahun. Pertumbuhan rata-rata

terbesar dari lain-lain pendapatan yang sah yaitu sebesar 81,70% per tahun,

sementara pertumbuhan rata-rata Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya sebesar

6,68% per tahun, sedangkan pendapatan transfer mengalami pertumbuhan rata-

rata sebesar 2,22% per tahun.

NASKAH AKADEMIK
47
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Tabel 2
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Terhadap
Total Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Tahun 2015 – 2019
(ribuan rupiah)

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka, 2020

3. Kinerja Pajak Daerah

a. Tahun 2015 – 2019

Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bangka

merupakan pos yang cukup besar peningkatannya dibandingkan dua pos

lainnya (retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan), memiliki kontribusi selama tahun 2015–2019 berkisar antara

29,21%-41,04%. Sedangkan untuk realisasi anggaran terhadap target bergerak

pada tingkat 79,64% - 113,07%.

Grafik 5
Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD dan Persentase
Realisasi Anggaran terhadap Target

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka, 2020

NASKAH AKADEMIK
48
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi

pada tahun 2019 yaitu sebesar 41,04% dan terendah pada tahun 2015 yaitu

hanya sebesar 29,21%. Sedangkan realisasi anggaran terhadap target tertinggi

pada tahun 2018 yaitu sebesar 113,07% dan terendah terjadi pada tahun 2016

yaitu hanya sebesar 79,64%. Pertumbuhan realisasi pajak daerah Kabupaten

Bangka rata-rata per tahun mencapai (44,52%) sedangkan pertumbuhan

tertinggi terjadi pada tahun 2017 yakni sebesar 65,97%.

Grafik 6
Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD dan Persentase
Realisasi Anggaran terhadap Target

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka, 2020

Pencapaian pajak daerah pada tahun 2019 sebesar 59,37 milyar rupiah,

angka ini meningkat jika dibandingkan dengan pencapaian pajak daerah pada

tahun 2015 yang hanya sebesar 33,87 milyar rupiah. Dengan demikian trend

peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2019 rata-rata per tahun mencapai

12,79%.

b. Tahun 2020 - 2021

Pada tahun 2020 target penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Bangka

yaitu Rp.51.960.117.000,00 dan realisasinya meningkat 116,77% menjadi

Rp.60.672.648.246,45, dan angka ini mengalami peningkatan pada Tahun

2021 menjadi realisasinya yaitu Rp.61.743.109.152,82, yang dapat dilihat

pada diagram berikut:

NASKAH AKADEMIK
49
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Grafik 7
Realisasi Pajak Daerah Tahun 2020 - 2021

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka, 2020

Dari diagram tersebut Pemerintah Kabupaten Bangka pada Tahun 2020

menaikan target penerimaan yang sebelummya di angka 51,96 milyar rupiah

menjadi 59,14 milyar rupiah terjadi pada Tahun 2021, persentase penerimaan

Pajak Daerah meningkat pada Tahun 2020 yaitu di angka 116,77% namun

persentase penerimaan Pajak Daerah Tahun 2021 terlihat sedikit menurun

dari target yaitu diangka 104,39%.

4. Kinerja Retribusi Daerah

a. Tahun 2015 – 2019

Retribusi daerah berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

pada tahun 2015 sampai tahun 2019 berkisar antara 4,70% -12,50%,

sedangkan realisasi anggaran terhadap target berkisar antara 82,81%-

118,28%. Retribusi daerah diperoleh dari objek-objek retribusi yaitu: (i)

retribusi jasa umum; (ii) retribusi jasa usaha; dan (iii) retribusi perizinan

tertentu.

NASKAH AKADEMIK
50
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Grafik 8
Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD dan Persentase
Realisasi Anggaran terhadap Target

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka, 2020

Dari tabel diatas kontribusi retribusi daerah dalam mendukung

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bangka tertinggi terjadi pada tahun 2015

yakni mencapai hingga 12,50%, sedangkan kontribusi terendah terjadi pada

tahun 2017 yakni hanya sebesar 4,70%. Dari sisi realisasi retribusi daerah

terhadap target tertinggi terjadi pada tahun 2019 dengan realisasi sebesar

118,28% dan realisasi terendah terjadi pada tahun 2017 yaitu 4,70%.

Pertumbuhan realisasi retribusi daerah tahun 2015 terhadap tahun 2014

sebesar 34,59%, pada tahun 2017 pertumbuhan menurun hingga menjadi

(11,11%). Tahun 2019 pertumbuhan retribusi daerah mencapai 17,05%,

dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai (3,75)%

Grafik 9
Penerimaan Retribusi Daerah 2015-2019

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka, 2020

NASKAH AKADEMIK
51
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Penerimaan retribusi daerah dalam kurun waktu lima tahun cenderung

menunjukkan trend yang fluktuatif. Pada tahun 2015 retribusi daerah hanya

sebesar 14,49 milyar rupiah namun justru mengalami penurunan pada tahun

2019 menjadi hanya sebesar 10,38 milyar rupiah. Dengan demikian, trend

pertumbuhan retribusi daerah dari tahun 2015 – 2019 rata-rata mencapai

(9,12%).

b. Tahun 2020 – 2021

Pada tahun 2020 target penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Bangka

diperoleh dari objek-objek retribusi yaitu: (i) retribusi jasa umum; (ii) retribusi

jasa usaha; dan (iii) retribusi perizinan tertentu.

1) Retribusi Jasa Umum Tahun 2020 terdiri atas 11 jenis Retribusi dengan

realisasi sebagai berikut:

Grafik 10
Penerimaan Retribusi Jasa Umum Kabupaten Bangka
Tahun 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka

NASKAH AKADEMIK
52
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
2) Retribusi Jasa Usaha Tahun 2020 terdiri atas 17 jenis Retribusi dengan

realisasi sebagai berikut:

Grafik 11
Penerimaan Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Bangka
Tahun 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka

3) Retribusi Perizinan Tertentu Tahun 2020 terdiri atas 6 jenis Retribusi

dengan realisasi sebagai berikut:

Grafik 12
Penerimaan Retribusi Perizinan Tertentu Kabupaten Bangka
Tahun 2020

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka

NASKAH AKADEMIK
53
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Pada tahun 2021 target penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Bangka

diperoleh dari objek-objek retribusi yaitu: (i) retribusi jasa umum; (ii) retribusi

jasa usaha; dan (iii) retribusi perizinan tertentu.

1) Retribusi Jasa Umum Tahun 2021 terdiri atas 11 jenis Retribusi dengan

realisasi sebagai berikut:

Grafik 13
Penerimaan Retribusi Jasa Umum Kabupaten Bangka
Tahun 2021

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka

NASKAH AKADEMIK
54
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
2) Retribusi Jasa Usaha Tahun 2021 terdiri atas 17 jenis Retribusi dengan

realisasi sebagai berikut:

Grafik 14
Penerimaan Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Bangka
Tahun 2021

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka

3) Retribusi Perizinan Tertentu Tahun 2021 terdiri atas 6 jenis Retribusi

dengan realisasi sebagai berikut:

Grafik 15
Penerimaan Retribusi Perizinan Tertentu Kabupaten Bangka
Tahun 2021

Sumber : BPKAD Kabupaten Bangka

NASKAH AKADEMIK
55
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945), bahwa tujuan

kemerdekaan Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pernyataan tersebut

mengisyaratkan bahwa secara konstitusional seluruh kegiatan berkebangsaan dan

bernegara, diarahkan pada tujuan untuk menyejahterakan bangsa dan masyarakat

Indonesia, tanpa ada yang dikecualikan. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum

pada Sila Ke-5 Pancasila yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.”

Selanjutnya berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 memberikan implementasi otonomi seluas-luasnya kepada

daerah untuk membuat kebijakan sebagai dasar hukum pelaksanaan otonomi

daerah. Kewenangan pembentukan peraturan daerah menurut Pasal 18 ayat (6)

Undang-Undang Dasar 1945 yang meyebutkan bahwa pemerintahan daerah berhak

menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan

otonomi dan tugas pembantuan. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18 ayat (6)

Undang-Undang Dasar 1945 maka kewenangan peraturan daerah berada di tangan

pemerintahan daerah.

Keberadaan peraturan daerah dibuat dalam rangka penyelenggaraan otonomi

daerah dan tugas pembantuan.32 Selain itu, keberadaan peraturan daerah sebagai

kebijakan daerah disebabkan adanya perintah peraturan perundang-undangan

sebagai penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

32
Menurut Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
menyatakan bahwa Materi muatan Peraturan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah
dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi”.

NASKAH AKADEMIK
56
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Pembentukan peraturan daerah juga harus memperhatikan kondisi, kekhasan, dan

kearifan lokal dalam penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan.

Peraturan daerah yang dibuat oleh daerah hanya berlaku dalam batas-batas

yurisdiksi daerah yang bersangkutan. Walaupun demikian peraturan daerah yang

ditetapkan oleh daerah tidak boleh bertentangan dengan ketetentuan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya sesuai dengan hierarki

peraturan perundang-undangan. Disamping itu, peraturan daerah sebagai bagian

dari sistem peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan

kepentingan umum sebagaimana diatur dalam kaidah penyusunan peraturan

daerah.33

B. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sumber

pendapatan daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 285 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Kerja, sebagai berikut:

Pasal 285

(1) Sumber pendapatan Daerah, terdiri atas:

a. pendapatan asli Daerah meliputi:

1. pajak daerah;

2. retribusi daerah;

3. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan

4. lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;

b. pendapatan transfer; dan

c. lain-lain pendapatan Daerah yang sah.

33
Lihat Penjelasan Umum Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

NASKAH AKADEMIK
57
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
(2) Dihapus.

Kemudian dalam Pasal 286 ayat (1) UU Pemda, mengatakan bahwa Pengaturan

tentang pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah

ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaan di daerah diatur lebih lanjut

dengan Perda. Oleh karenanya pengaturan dalam Perda tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah perlu dilakukan sinkronisasi dengan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah.

C. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Pasal 114 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja memuat

bahwa: Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049)

diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 141 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 141

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu meliputi:

a. Retribusi Perizinan Berusaha terkait persetujuan bangunan gedung yang

selanjutnya disebut Retribusi Persetujuan Bangunan Gedung;

b. Retribusi Perizinan Berusaha terkait tempat penjualan minuman beralkohol

yang selanjutnya disebut Retribusi lzin Tempat Penjualan Minuman

Beralkohol;

c. Retribusi Perizinan Berusaha terkait trayek yang selanjutnya disebut

Retribusi Izin Trayek; dan

d. Retribusi Perizinan Berusaha terkait perikanan yang selanjutnya disebut

Retribusi Izin Usaha Perikanan.

2. Pasal 144 dihapus

NASKAH AKADEMIK
58
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
3. Di antara Bab VII dan Bab VIII disisipkan 1 (satu) bab, yakni Bab VIIA sehingga

berbunyi sebagai berikut:

D. Kebijakan Fiskal Nasional Yang Berkaitan Dengan Pajak Dan Retribusi

4. Di antara Pasal 156 dan Pasal 157 disisipkan 2 (dua) pasal yaitu Pasal 156A dan

Pasal 1568 sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 156A

(1) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan fiskal nasional dan untuk mendukung

kebijakan kemudahan berinvestasi serta untuk mendorong pertumbuhan

industri dan/atau usaha yang berdaya saing tinggi serta memberikan

pelindungan dan pengaturan yang berkeadilan, Pemerintah sesuai dengan

program prioritas nasional dapat melakukan penyesuaian terhadap kebijakan

Pajak dan Retribusi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Kebijakan fiskal nasional yang berkaitan dengan Pajak dan Retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. dapat mengubah tarif Pajak dan tarif Retribusi dengan penetapan tarif

Pajak dan arif Retribusi yang berlaku secara nasional; dan

b. pengawasan dan evaluasi terhadap Peraturan Daerah mengenai Pajak dan

Retribusi yang menghambat ekosistem investasi dan kemudahan dalam

berusaha.

(3) Penetapan tarif Pajak yang berlaku secara nasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a mencakup tarif atas jenis Pajak Provinsi dan jenis Pajak

Kabupaten/Kota yang diatur dalam Pasal 2.

(4) Penetapan tarif Retribusi yang berlaku secara nasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a mencakup objek Retribusi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 108.

NASKAH AKADEMIK
59
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
(5) Ketentuan mengenai tata cara penetapan tarif Pajak dan tarif Retribusi yang

berlaku secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih

lanjut dalam Peraturan Pemerintah dapat mengubah tarif Pajak dan tarif

5. Diantara Di antara Pasal 157 ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni

ayat (5a) sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 157

(1) Rancangan Peraturan Daerah provinsi tentang Pajak dan Retribusi yang telah

disetujui bersama oleh gubernur dan DPRD provinsi sebelum ditetapkan

disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lambat

3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud.

(2) Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota tentang Pajak dan Retribusi yang

telah disetujui bersama oleh bupati/wali kota dan DPRD kabupaten/kota

sebelum ditetapkan disampaikan kepada gubernur, Menteri Dalam Negeri, dan

Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal

persetujuan dimaksud.

(3) Menteri Dalam Negeri melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk menguji kesesuaian

Rancangan Peraturan Daerah dengan ketentuan Undang-Undang ini,

kepentingan umum, dan/atau peraturan perundang-undangan lain yang lebih

tinggi.

(4) Gubernur melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk menguji kesesuaian Rancangan

Peraturan Daerah dengan ketentuan Undang-Undang ini, kepentingan umum,

dan/atau peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi.

(5) Menteri Dalam Negeri dan gubernur dalam melakukan evaluasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) berkoordinasi dengan Menteri Keuangan.

NASKAH AKADEMIK
60
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
(5a)Dalam pelaksanaan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5),

Menteri Keuangan melakukan evaluasi dari sisi kebijakan fiskal nasional.

(6) Hasil evaluasi yang telah dikoordinasikan dengan Menteri Keuangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa persetujuan atau penolakan.

(7) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan oleh Menteri

Dalam Negeri kepada gubernur untuk Rancangan Peraturan Daerah provinsi

dan oleh gubernur kepada bupati/wali kota untuk Rancangan Peraturan

Daerah kabupaten/kota dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari

kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Daerah dengan tembusan kepada

Menteri Keuangan.

(8) Hasil evaluasi berupa penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

disampaikan dengan disertai alasan penolakan.

(9) Dalam hal hasil evaluasi berupa persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(7), Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat langsung ditetapkan.

(10) Dalam hal hasil evaluasi berupa penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat

(7), Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat diperbaiki oleh gubernur,

bupati/wali kota bersama DPRD yang bersangkutan, untuk kemudian

disampaikan kembali kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan

untuk Rancangan Peraturan Daerah provinsI dan kepada gubernur dan Menteri

Keuangan untuk Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota.

6. Ketentuan Pasal 158 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 158

(1) Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh gubernur/bupati/wali kota

disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama

7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan untuk dilakukan evaluasi.

(2) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan melakukan evaluasi Peraturan

Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Pajak dan Retribusi yang telah

NASKAH AKADEMIK
61
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
berlaku untuk menguji kesesuaian antara Peraturan Daerah dimaksud dan

kepentingan umum serta antara ketentuan peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi dan kebijakan fiskal nasional.

(3) Dalam hal berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2), Peraturan Daerah bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi, dan/atau kebijakan fiskal nasional,

Menteri Keuangan merekomendasikan dilakukannya perubahan atas

Peraturan Daerah dimaksud kepada Menteri Dalam Negeri.

(4) Penyampaian rekomendasi perubahan Peraturan Daerah oleh Menteri

Keuangan kepada Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya

Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Berdasarkan rekomendasi perubahan Peraturan Daerah yang disampaikan

oleh Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri memerintahkan

gubernur/bupati/wali kota untuk melakukan perubahan Peraturan Daerah

dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja.

(6) Jika dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja, gubernur/bupati/wali kota tidak

melakukan perubahan atas Peraturan Daerah tersebut, Menteri Dalam Negeri

menyampaikan rekomendasi pemberian sanksi kepada Menteri Keuangan.

7. Ketentuan Pasal 159 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 159

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157

ayat (1) dan ayat(2), serta Pasal 158 ayat (5) oleh Daerah dikenakan sanksi

berupa penundaan atau pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana

Bagi Hasil.

(2) Pemberian sanksi oleh Menteri Keuangan dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

NASKAH AKADEMIK
62
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
8. Di antara Pasal 159 dan Pasal 160 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 159A

sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 159A

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara:

a. evaluasi Rancangan Peraturan Daerah mengenai Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157;

b. pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah mengenai Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah dan aturan pelaksanaannya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 158; dan

c. pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

Materi muatan yang tercantum pasal 114 Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2020 tentang Cipta Kerja telah mengatur beberapa perubahan atas ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Namun, ketentuan ini kemudian dinyatakan dalam Pasal 189 ayat (1) Bab XII

Ketentuan Penutup Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Hubungan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, bahwa Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan juga perubahan yang diatur

dalam oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku.

E. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa pemerintahan daerah diberikan kewenangan

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan. Untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah perlu adanya pedoman

NASKAH AKADEMIK
63
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
penyelenggaraan keuangan yang mengatur hak dan kewajiban antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah yang dilaksanakan secara adil, transparan, akuntabel,

dan selaras. Objek pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah meliputi

hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan sinergi

kebijakan fiskal pusat dan daerah. Dalam rangka mengalokasikan sumber daya

nasional agar lebih efisien, maka Pemerintah memberikan kewenangan kepada

Daerah untuk memungut Pajak dan Retribusi dengan penguatan melalui

restrukturisasi jenis Pajak, pemberian sumber-sumber perpajakan Daerah yang

baru, dan penyederhanaan jenis Retribusi. Salah satu objek yang menjadi materi

muatan dalam undang-undang ini menjangkau antara lain mengenai pengaturan

pajak daerah dan retribusi daerah mengenai jenis, subjek, objek, wajib pajak, dasar

pengenaan, tarif serta tata cara pemungutan. Berikut uraian penjabarannya.

1. Pengaturan mengenai Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Hubungan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, ada beberapa jenis pajak yang

dipungut oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota terdiri atas:34

a. PBB-P2;

b. BPHTB;

c. PBJT;

d. Pajak Reklame;

e. PAT;

f. Pajak MBLB;

g. Pajak Sarang Burung Walet;

h. Opsen PKB; dan

i. Opsen BBNKB.

34
Lihat Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah

NASKAH AKADEMIK
64
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Berikut uraian mengenai masing-masing Pajak.

a. Pengaturan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan

Perkotaan (PBB-P2)

1) Subjek Pajak, Wajib Pajak, dan cara penghitungan PBB-P2

2) Dasar Pengenaan PBB-P2 berupa Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sama

dengan pengaturan dalam UU PDRD. Namun demikian, dalam undang-

undang ini diperkenalkan range NJOP yang digunakan dalam

penghitungan PBB-P2 terutang, yaitu sebesar 20% s.d. 100%. Dengan

pengaturan ini, Pemerintah Daerah akan lebih leluasa dalam melakukan

assessment terhadap kaitan antara tarif PBB-P2 yang ditetapkan dalam

Perda dan kenaikan NJOP, dengan kemampuan membayar Wajib Pajak.

Dengan kata lain, meskipun Pemda melakukan pemutakhiran NJOP

secara berkala sehingga NJOP meningkat, namun Pemda dapat mengatur

persentase NJOP yang akan dikenakan PBB-P2 (20% s.d. 100%) sehingga

tetap dapat memperhatikan kemampuan membayar (ability to pay) Wajib

Pajak. Dengan demikian, diharapkan NJOP akan mendekati nilai pasar

namun tetap tidak menambah beban Wajib Pajak secara signifikan.

3) Objek PBB-P2 adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,

dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan

yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan.

4) Tarif maksimum PBB-P2 yakni 0,5%.

b. Pengaturan mengenai BPHTB

1) Subjek Pajak, Wajib Pajak, dan cara penghitungan BPHTB

2) Dasar pengenaan BPHTB berupa Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)

Namun demikian pengurang NPOP berupa NPOP Tidak Kena Pajak diatur

berbeda dengan menambahkan frasa “untuk perolehan pertama Wajib

NASKAH AKADEMIK
65
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Pajak di satu wilayah kabupaten/kota”. Hal ini dimaksudkan agar

penerapan NPOP Tidak Kena Pajak tidak menimbulkan multi-interpretasi

dalam penerapannya. Selain itu, pengaturan BPHTB dalam undang-

undnag ini juga dimaksudkan untuk peka terhadap bentuk objek pajak

yang berkaitan dengan keluhuran budaya dan adat istiadat yang beragam

di Indonesia. Oleh karena itu, khusus untuk perolehan tanah/bangunan

karena waris dan hibah wasiat dalam kebudayaan dan adat istiadat

tertentu, pengurang NPOP dapat diberikan lebih tinggi daripada perolehan

hak lainnya (sehingga BPHTB terutang lebih kecil), misalnya dalam hal

terdapat perolehan waris tanah dan bangunan yang tidak dapat dijual

kembali atau kelak harus diwariskan kembali oleh penerima waris.

3) Objek BPHTB juga ada yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 44 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Hubungan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

4) Tarif maksimum BPHTB yaitu sebesar 5%.

c. Pengaturan mengenai PBJT

1) Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) merupakan nomenklatur pajak

baru dalam undang-undang ini, namun pada dasarnya merupakan

integrasi 5 jenis pajak daerah dalam yang berbasis konsumsi, yaitu Pajak

Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, dan Pajak Penerangan

Jalan.

2) Tujuan lain penyederhanaan pajak berbasis konsumsi menjadi PBJT

adalah dalam rangka harmonisasi dengan pajak pusat (PPN) yang juga

dikenakan atas konsumsi. Objek PBJT makanan dan minuman yang

disediakan restoran diatur dengan batasan kriteria restoran agar selaras

dengan pengenaan PPN di daerah, sehingga atas suatu Wajib Pajak

NASKAH AKADEMIK
66
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
pengusaha restoran tidak dikenakan 2 jenis pajak yang berbeda

(menghindari pajak berganda antara pajak daerah dengan PPN).

3) Tarif PBJT ditetapkan seragam sebesar maksimum 10%. Namun

demikian, meskipun pada dasarnya PBJT menganut prinsip tarif tunggal,

tetap diberikan ruang bagi Pemerintah Daerah untuk menetapkan tarif

pajak yang lebih tinggi untuk aktivitas hiburan yang sifatnya mewah

(luxury) atau yang sifatnya perlu dikendalikan, seperti mandi uap/spa,

diskotik, kelab malam, karaoke, dan bar, yang tarif minimum ditetapkan

sebesar 40% dan maksimum 75% sebagaimana diatur dalam Pasal 58

ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

d. Pengaturan mengenai Pajak Reklame

Terkait dengan subjek pajak, wajib pajak, cara perhitungan dan tarif

maksimum untuk pajak reklame sama dengan pengaturan dalam Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Adapun

untuk perhitungan nilai sewa Reklame ditetapkan dengan Peraturan Kepala

Daerah. Sedangkan tarif pajak reklame ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

e. Pengaturan mengenai Pajak Air Tanah

Terkait dengan subjek pajak, wajib pajak, cara perhitungan dan tarif

maksimum untuk pajak air tanah sama dengan pengaturan dalam Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

f. Pengaturan mengenai MBLB

1) Tarif Pajak MBLB ditetapkan paling tinggi sebesar 20 % (dua puluh

persen).

2) Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan Daerah provinsi yang tidak

terbagi dalam Daerah kabupaten/kota otonom, tarif Pajak MBLB

ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen).

NASKAH AKADEMIK
67
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
3) Tarif Pajak MBLB ditetapkan dengan Perda.

g. Pengaturan mengenai Pajak Sarang Burung Walet

1) Subjek/wajib pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau Badan

yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang Burung

Walet.

2) Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

(sepuluh persen).

3) Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan dengan Perda.

h. Pengaturan mengenai Opsen PKB dan BBNKB

1) Opsen dipungut secara bersamaan dengan Pajak yang dikenakan Opsen.

Tarif Opsen ditetapkan sebagai berikut:

a. Opsen PKB sebesar 66% (enam puluh enam persen);

b. Opsen BBNKB sebesar 66% (enam puluh enam persen).

2) Besaran tarif Opsen ditetapkan dengan Perda.

2. Pengaturan mengenai Retribusi Daerah

Penyederhanaan Retribusi dilakukan melalui rasionalisasi jumlah Retribusi.

Retribusi diklasifikasikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu Retribusi Jasa Umum,

Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu.35 Objek retribusi pada

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Hubungan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah berbeda dengan pengaturan dalam Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Berikut

analisis/uraian mengenai retribusi.

a. Retribusi Jasa Umum

Beberapa jenis retribusi jasa umum dihapuskan yaitu yang bersifat

pelayanan wajib kepada masyarakat yang pada prinsipnya dapat didanai dari

belanja APBD Pemerintah Daerah, seperti Retribusi Penggantian Biaya Cetak

35
Lihat Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah

NASKAH AKADEMIK
68
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
KTP dan Akta Capil, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan pengabuan,

Retribusi Tera dan Tera Ulang, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, dan

sebagainya. Penghapusan jenis-jenis retribusi dimaksud dilakukan untuk

menghindari biaya ekonomi tinggi (high cost economy) yang ditimbulkan dari

banyaknya pungutan retribusi Pemerintah Daerah, sekaligus mengembalikan

prinsip pelayanan publik oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat untuk

pelayanan wajib yang didanai dari APBD tanpa pungutan kepada

masyarakat. Dengan demikian, jenis pelayanan Retribusi Jasa Umum yang

diatur dalam undang-undang ini hanya terdiri dari 5 jenis (sebelumnya 15

jenis dalam Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi

Daerah dan aturan pelaksanaannya), yaitu:36

a) pelayanan kesehatan;

b) pelayanan kebersihan;

c) pelayanan parkir di tepi jalan umum;

d) pelayanan pasar; dan

e) pengendalian lalu lintas.

Kelima jenis pelayanan tersebut masih dapat dipungut retribusi oleh Pemda

mengingat biaya penyediaan layanannya masih membutuhkan burden

sharing antara pendanaan APBD dan pembayaran masyarakat.

b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha diubah dari sebelumnya 11 jenis menjadi hanya 10 jenis

pelayanan dalam. Adapun 1 jenis retribusi jasa usaha yang dihapus adalah

Retribusi Terminal, mengingat selama ini pungutan retribusi di terminal

sering disalahgunakan menjadi pungutan liar oleh oknum tertentu, sehingga

menyebabkan biaya ekonomi tinggi pada pelaku usaha di area terminal.

36
Lihat Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah

NASKAH AKADEMIK
69
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Selain itu, pada prinsipnya aktivitas ekonomi di terminal telah dikenakan

pajak daerah lainnya, misalnya warung makan di terminal telah dikenakan

Pajak Restoran (PBJT makanan dan minuman), parkir di dalam terminal

telah dikenakan Pajak Parkir (PBJT Jasa Parkir), kendaraan umum di

terminal bahkan merupakan objek PKB atas kendaraan umum. Oleh karena

itu, untuk mengurangi banyaknya pungutan di terminal, Retribusi Terminal

dihapus dalam undang-undang ini.

Terkait dengan retribusi pemanfaatan aset, dalam undang-undang ini juga

dipertegas bahwa tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan daerah pada

dasarnya adalah melayani kepentingan publik bukan menjalankan usaha,

sehingga pemanfaatan aset daerah yang dipungut retribusi jasa usaha hanya

untuk aset menganggur (idle asset) bukan aset yang khusus sengaja

dibangun/diadakan Pemerintah Daerah untuk dijadikan objek usaha.

Adapun jenis penyediaan barang dan/atau jasa yang menjadi objek Retribusi

Jasa Usaha meliputi:37

a) penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar grosir, pertokoan, dan

tempat kegiatan usaha lainnya;

b) penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan

termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan tempat pelelangan;

c) penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan;

d) penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/vila;

e) pelayanan rumah pemotongan hewan ternak;

f) pelayanan jasa kepelabuhanan;

g) pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga;

h) pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan

kendaraan di air;

37
Lihat Pasal 88 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah

NASKAH AKADEMIK
70
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
i) penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah; dan

j) pemanfaatan aset Daerah yang tidak mengganggu penyelenggaraan tugas

dan fungsi organisasi perangkat Daerah dan/atau optimalisasi aset Daerah

dengan tidak mengubah status kepemilikan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu diubah dari sebelumnya 6 jenis dalam UU

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan aturan

pelaksanaannya, menjadi hanya 3 jenis.38 Adapun jenis retribusi perizinan

tertentu yang dihapus adalah Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Tempat

Menjual Minuman Beralkohol, Retribusi Izin Trayek, dan Retribusi Izin Usaha

Perikanan. Dengan demikian dua jenis retribusi perizinan tertentu yang

diatur kembali dalam undang-undang ini adalah Persetujuan Bangunan

Gedung (PBG) dan Penggunaan Tenaga Kerja Asing (PTKA). Undang-Undang

ini juga menambahkan satu jenis perizinan tertentu yaitu Pengelolaan

Pertambangan Rakyat (PPR).

a) Retribusi Persetujuan Bangunan Gedung. Retribusi Persetujuan

Bangunan Gedung (PBG) menggantikan nama Retribusi Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) agar selaras dengan UU Cipta Kerja.

b) Retribusi Penggunaan Tenaga Kerja Asing (PTKA) menggantikan nama

Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)

agar selaras dengan perubahan UU Ketenagakerjaan dalam UU Cipta

Kerja.

38
Berdasarkan Pasal 87 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bahwa:
“Jenis pelayanan pemberian izin yang merupakan objek Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 87 ayat (1) huruf c meliputi:
a. persetujuan bangunan gedung;
b. penggunaan tenaga kerja asing; dan
c. pengelolaan pertambangan rakyat.”

NASKAH AKADEMIK
71
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
c) Retribusi Pengelolaan Pertambangan Rakyat, adalah retribusi baru yang

merupakan amanat UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan UU

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Terhadap jenis Retribusi ini perlu menjadi kajian lebih lanjut apakah

retribusi pengelolaan pertambangan rakyat menjadi kewenangan

pemerintah daerah kabupaten/kota atau hanya dapat dipungut oleh

pemerintah daerah provinsi.

d) Retribusi Izin Gangguan dihapuskan agar harmonis dengan pengaturan

dalam UU Cipta Kerja yang menghapuskan jenis retribusi dimaksud.

e) Retribusi Tempat Menjual Minuman Beralkohol dan Retribusi Izin Trayek

dihapus karena aktivitas usaha dimaksud pada prinsipnya telah

dikenakan pajak daerah lainnya. Penjualan minuman merupakan objek

PBJT dalam undang-undang ini sedangkan kendaraan yang digunakan

dalam pelaksanaan izin trayek merupakan objek PKB dan BBNKB. Selain

itu bangunan (establishment) yang digunakan untuk tempat usaha

penjualan minuman beralkohol juga merupakan objek PBB-P2.

f) Adapun Retribusi Izin Usaha Perikanan dihapuskan dengan

memperhatikan semakin banyaknya pungutan pada sektor perikanan.

Selain dikenakan PNBP, sektor perikanan juga dikenakan PBB Sektor

lainnya yang merupakan pajak pusat.

3. Pengaturan mengenai pengaturan Pajak dan Retribusi Daerah dalam peraturan


Daerah
Amanah dalam Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bahwa

agar jenis pajak dan retribusi, subjek pajak dan wajib pajak, subjek retribusi dan

wajib retribusi, objek pajak dan retribusi, dasar pengenaan pajak, tingkat

penggunaan jasa retribusi, saat terutang pajak, wilayah pemungutan pajak,

serta tarif pajak dan retribusi, untuk seluruh jenis pajak dan retribusi

ditetapkan dalam 1 (satu) Perda dan menjadi dasar pemungutan Pajak dan

NASKAH AKADEMIK
72
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Retribusi di Daerah.

Analisis terkait materi muatan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022

tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

bahwa pengaturan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah juga dimaksudkan untuk

mendukung iklim investasi dan kemudahan berusaha. Penegasan perubahan

terkait mekanisme evaluasi terhadap Raperda Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah yang bertujuan untuk mempercepat penyelesaian penyusunan Perda

PDRD serta memberikan ruang kepada Menteri Keuangan untuk melakukan

evaluasi dari aspek kebijakan fiskal. Selain itu, pengaturan terkait pemberian

insentif fiskal dari Pemerintah Daerah kepada pelaku usaha (Wajib Pajak)

melalui Peraturan Kepala Daerah dengan pemberitahuan kepada DPRD, hal ini

diberikan kepada pelaku usaha yang telah mendukung kebijakan kemudahan

berinvesatsi di daerah.

NASKAH AKADEMIK
73
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah, Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan. Tujuan diberikannya otonomi luas adalah agar daerah dapat mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri guna meningkatkan daya guna dan hasil guna

dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan pelaksanaan

pembangunan. Implementasi otonomi seluas-luasnya tersebut, daerah diberikan

kewenangan oleh Pemerintah Pusat untuk membuat kebijakan daerah sebagai dasar

hukum pelaksanaan otonomi daerah.

Kewenangan pembentukan Peraturan Daerah dalam Pasal 18 ayat (6) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) menyebutkan

bahwa pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Selain itu,

Peraturan Daerah sebagai kebijakan daerah dibentuk karena adanya perintah

peraturan perundang-undangan sebagai penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi. Pembentukan Peraturan Daerah juga harus

memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan

pemerintahan secara keseluruhan.

Peraturan Daerah yang dibuat oleh daerah hanya berlaku dalam batas-batas

yurisdiksi daerah yang bersangkutan. Walaupun demikian, peraturan daerah yang

ditetapkan oleh daerah tidak boleh bertentangan dengan ketetentuan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya sesuai dengan hierarki peraturan

perundang-undangan. Disamping itu, peraturan daerah sebagai bagian dari sistem

peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum

sebagaimana diatur dalam kaidah penyusunan peraturan daerah.

NASKAH AKADEMIK
74
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Negara kita berdasarkan hukum (rechstaat) dan tidak berdasarkan atas

kekuasaan belaka (maachsstaat), hal ini ditemukan pada beberapa ketentuan yakni: (a)

penjelasan UUD NRI 1945mengenai sistem pemerintahan, (b) penegasan penolakan

terhadap kekuasaan yang bersifat absolutisme, (c) negara hukum di Indonesia, (d)

sejalan dengan negara demokrasi, (e) kekuasaan kepala negara terbatas bukan tak

terbatas, (f) dan dalam batang tubuh mengatur rumusan tentang hak-hak

kemanusiaan. Dalam negara hukum yang bertujuan mensejahterakan seluruh warga

negaranya (welfare state), pemungutan pajak negara dan pungutan lain yang bersifat

memaksa harus didasarkan pada undang-undang. Hal ini sejalan dengan politik

hukum nasional di bidang perpajakan, yang termuat dalam UUD NRI 1945

Amandemen ke-tiga Bab VII B Pasal 23A, yang menyatakan bahwa “pajak dan

pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-

undang”.

Pembentukan Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

merupakan wujud pelaksanaan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2022 Tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah yang merupakan kewenangan atribusi Pemerintah Daerah. Urgensi

pembentukan peraturan daerah tertuang dalam rumusan konsiderans yang menjadi

landasan materiil pembentukan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan

ketentuan yang terdapat dalam Lampiran II Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pokok pikiran pada konsiderans

Peraturan Daerah memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi

pertimbangan dan alasan pembentukan Peraturan Daerah ini.

NASKAH AKADEMIK
75
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Berikut uraian yang menjadi landasan pembentukan Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Bangka tentang Pajak dan Retribusi:

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi

suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila

dan Pembukaan UUD NRI 1945. Peraturan Perundang-undangan dikatakan

mempunyai landasan filosofis (filisofische grondslag) apabila rumusannya atau

normanya mendapatkan pembenaran dikaji secara filosofis. Jadi mendapatkan

alasan sesuai dengan cita-cita dan pandangan hidup manusia dalam pergaulan

hidup bermasyarakat dan sesuai dengan cita-cita kebenaran, keadilan, jalan

kehidupan (way of life), filsafat hidup bangsa, serta kesusilaan.

Dalam Pembukaan UUD NRI 1945 alinea ke-4, disebutkan bahwa

tujuan dari pembentukan pemerintah Negara Indonesia adalah untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial,39 maka dengan kata lain keberadaan

negara dan pemerintah bertujuan untuk menciptakan sebuah welfare state.

Selaras dengan tujuan Pembukaan UUD NRI 1945, secara filosofis tujuan

pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka tentang Pajak dan Retribusi

adalah untuk membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat, dalam rangka

mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik di

daerah. Pemerintah Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat

yang diatur berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan ketentuan Undang-

39
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Pembukaan Alinea IV.

NASKAH AKADEMIK
76
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintahan Daerah.

B. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis, merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan

dari otonomi daerah itu sendiri, sumber pendapatan daerah terdiri atas pendapatan

asli daerah daerah meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan sumber

pendapatan daerah yang mendukung pelaksanaan dari otonomi daerah itu sendiri.

Sumber pendapatan Daerah terdiri atas pendapatan asli daerah meliputi pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, pendapatan transfer, dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah. Di antara sumber-sumber pendapatan asli daerah

(PAD) adalah dalam bidang pajak daerah dan retribusi daerah, dimana keduanya

merupakan aset potensial daerah untuk menggali kemampuan daerah dalam

bidang pendapatan daerah, sekalipun terdapat perbedaan konsep antara keduanya,

yakni : pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau

badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah Daerah dan

pembangunan daerah.

Berikut jenis pajak dan retribusi yang dimuat dalam peraturan Daerah

Kabupaten Bangka :

(1) Pajak yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota terdiri atas:

a. PBB-P2;

b. BPHTB;

NASKAH AKADEMIK
77
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
c. PBJT;

d. Pajak Reklame;

e. PAT;

f. Pajak MBLB;

g. Pajak $arang Burung Walet;

h. Opsen PKB; dan

i. Opsen BBNKB.

(2) Jenis pelayanan yang merupakan objek Retribusi Jasa Umum meliputi:

a. Pelayanan kesehatan;

b. pelayanan kebersihan;

c. Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; dan

d. Pelayanan Pasar;

(3) Jenis retribusi jasa usaha meliputi:

a. penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar grosir, pertokoan, dan

tempat kegiatan usaha lainnya;

b. penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan

termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan tempat pelelangan;

c. penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan;

d. penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/vila;

e. pelayanan rumah pemotongan hewan ternak;

f. pelayanan jasa kepelabuhanan;

g. pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga;

h. pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan

kendaraan di air;

i. penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah; dan

NASKAH AKADEMIK
78
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
j. pemanfaatan aset Daerah yang tidak mengganggu penyelenggaraan tugas

dan fungsi organisasi perangkat Daerah dan/atau optimalisasi aset Daerah

dengan tidak mengubah status kepemilikan sesuai.

(4) Jenis Pelayanan Retribusi Perizinan Tertentu:

a. Persetujuan Bangunan Gedung; dan

b. Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Melalui pungutan terhadap jenis pajak dan retribusi sebagaimana tersebut di atas

diharapkan dapat memberikan umpan balik (feed back) kepada masyarakat dalam

meningkatkan kesejahteraannya.

C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk

mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan

dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan.

Peraturan Perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan yuridis

(rechtsground) apabila mempunyai dasar hukum, legalitas, atau landasan yang

terdapat dalam ketentuan hukum yang lebih tinggi derajatnya. Di samping itu

landasan yuridis mempertanyakan apakah peraturan yang dibuat sudah dilakukan

berdasarkan kewenangannya sebagaimana yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan undang-undang yang

menjadi pedoman atau acuan dalam kebijakan pajak dan retribusi di daerah.

Dalam rangka mengalokasikan sumber daya nasional secara lebih efisien,

Pemerintah melalui kebijakan yang diatur Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022

tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

NASKAH AKADEMIK
79
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
memberikan kewenangan kepada daerah untuk memungut Pajak dan Retribusi

dengan penguatan melalui restrukturisasi jenis Pajak, pemberian sumber-sumber

perpajakan Daerah yang baru, penyederhanaan jenis retribusi, dan harmonisasi

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Restrukturisasi Pajak dilakukan melalui reklasifikasi 5 (lima) jenis Pajak

yang berbasis konsumsi menjadi satu jenis Pajak, yaitu PBJT. Hal ini memiliki

tujuan untuk (i) menyelaraskan Objek Pajak antara pajak pusat dan pajak daerah

sehingga menghindari adanya duplikasi pemungutan pajak; (ii) menyederhanakan

administrasi perpajakan sehingga manfaat yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan

dengan biaya pemungutan; (iii) memudahkan pemantauan pemungutan Pajak

terintegrasi oleh Daerah; dan (iv) mempermudah masyarakat dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya, sekaligus mendukung kemudahan berusaha dengan

adanya simplifikasi administrasi perpajakan. Selain integrasi pajak-pajak Daerah

berbasis konsumsi, PBJT mengatur perluasan Objek Pajak seperti atas parkir valet

objek rekreasi, dan persewaan sarana dan prasarana olahraga (objek olahraga

permainan. Daerah juga diberikan kewenangan dalam pemungutan Opsen Pajak

antara level pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota, yaitu PKB, BBNKB, dan

Pajak MBLB. Hal tersebut dapat meningkatkan kemandirian Daerah tanpa

menambah beban Wajib Pajak, karena penerimaan perpajakan akan dicatat sebagai

PAD, serta memberikan kepastian atas penerimaan Pajak dan memberikan

keleluasan belanja atas penerimaan tersebut pada tiap-tiap level pemerintahan

dibandingkan dengan skema bagi hasil. Opsen Pajak juga mendorong peran Daerah

untuk melakukan ekstensifikasi perpajakan Daerah.

Penyederhanaan Retribusi dilakukan melalui rasionalisasi jumlah

Retribusi. Retribusi diklasifikasikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu Retribusi Jasa

Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu. Lebih lanjut,

jumlah atas jenis Objek Retribusi disederhanakan dari 32 (tiga puluh dua) jenis

NASKAH AKADEMIK
80
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
menjadi 18 (delapan belas) jenis pelayanan. Rasionalisasi tersebut memiliki tujuan

agar Retribusi yang akan dipungut Pemerintah Daerah adalah Retribusi yang dapat

dipungut dengan efektif, serta dengan biaya pemungutan dan biaya kepatuhan

yang rendah. Selain itu, rasionalisasi dimaksudkan untuk mengurangi beban

masyarakat dalam mengakses layanan dasar publik yang menjadi kewajiban

Pemerintah Daerah. Rasionalisasi juga sejalan dengan implementasi Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentatg Cipta Kerja dalam rangka mendorong

kemudahan berusaha, iklim investasi yang kondusif, daya saing Daerah, dan

penciptaan lapangan kerja yang lebih luas.

Ketentuan yang mendasari dibentuknya Peraturan Daerah Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah dalam 1 (satu) Peraturan Daerah di atur dalam Pasal

94 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah berbunyi: Jenis Pajak dan Retribusi,

Subjek Pajak dan Wajib Pajak, Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi, objek Pajak

dan Retribusi, dasar pengenaan Pajak, tingkat penggunaan jasa Retribusi, saat

terutang Pajak, wilayah pemungutan Pajak, serta tarif Pajak dan Retribusi, untuk

seluruh jenis Pajak dan Retribusi ditetapkan dalam 1 (satu) Perda dan menjadi

dasar pemungutan Pajak dan Retribusi di Daerah. Berdasarkan ketentuan

tersebut, Pemerintah Kabupaten Bangka menyusun Peraturan Daerah Tentang

Pajak dan Retribusi sebagai pedoman untuk meminimalisir potensi kehilangan

pendapatan asli daerah dari sektor pajak dan retribusi.

NASKAH AKADEMIK
81
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
RANCANGAN PERATURAN DAERAH

A. Sasaran Yang Ingin Diwujudkan

Adapun sasaran yang akan diwujudkan dalam penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah (Raperda) Kabupaten Bangka Tentang Pajak dan Retribusi yaitu

untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan kualitas belanja daerah, serta

harmonisasi kebijakan fiskal pusat dan daerah sehingga saat kapasitas fiskal

daerah meningkat, maka pendapatan asli daerah pun akan meningkat. Lebih

khusus bahwa pengaturan pajak dan retribusi daerah dilakukan untuk

meningkatkan local taxing power (kewenangan untuk merumuskan dan

memberlakukan ketentuan perpajakan) dengan tetap menjaga kemudahan berusaha

di daerah. Selain itu pembentukan peraturan tentang pajak dan retribusi daerah

sebagai pelaksanaan desentralisasi fiskal yaitu penentuan sumber-sumber

penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri dengan potensinya

masing-masing.

B. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Adapun sasaran yang akan diwujudkan dalam penyusunan Raperda

Kabupaten Bangka Tentang Pajak dan Retribusi yaitu untuk meningkatkan

kapasitas fiskal daerah dan kualitas belanja daerah, serta harmonisasi kebijakan

fiskal pusat dan daerah sehingga saat kapasitas fiskal daerah meningkat, maka

pendapatan asli daerah pun akan meningkat. Lebih khusus bahwa pengaturan

pajak dan retribusi daerah dilakukan untuk meningkatkan local taxing power

dengan tetap menjaga kemudahan berusaha di daerah. Selain itu pembentukan

peraturan tentang pajak dan retribusi daerah sebagai pelaksanaan desentralisasi

fiskal yaitu penentuan sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali

dan digunakan sendiri dengan potensinya masing-masing.

NASKAH AKADEMIK
82
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Jangkauan dan arah pengaturan dalam penyusunan Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Bangka Tentang Pajak dan Retribusi meliputi Jenis Pajak dan

Retribusi, Subjek Pajak dan Wajib Pajak, Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi,

objek Pajak dan Retribusi, dasar pengenaan Pajak, tingkat penggunaan jasa

Retribusi, saat terutang Pajak, wilayah pemungutan Pajak, serta tarif Pajak dan

Retribusi, untuk seluruh jenis Pajak dan Retribusi ditetapkan dalam 1 (satu) Perda

dan menjadi dasar pemungutan Pajak dan Retribusi di Daerah. Pajak yang dapat

dipungut oleh pemerintah kabupaten terdiri atas:

1) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2);

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Pajak atas bumi

dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan / atau dimanfaatkan oleh

orang pribadi atau Badan.

2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Pajak atas perolehan

hak atas tanah dan/atau Bangunan.

3) PBJT

Pajak Barang dan Jasa Tertentu adalah Pajak yang dibayarkan oleh

konsumen akhir atas konsumsi barang dan/ atau jasa tertentu.

4) Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah Pajak atas penyelenggaraan reklame.

5) PAT

Pajak Air Tanah adalah Pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air

tanah.

6) Pajak MBLB;

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan dari sumber alam di dalam

dan/atau di permukaan bumi untuk dimanfaatkan

NASKAH AKADEMIK
83
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
7) Pajak Sarang Burung Walet;

Pajak Sarang Burung Walet adalah Pajak atas kegiatan pengambilan

dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

8) Opsen PKB; dan

Opsen Pajak Kendaraan Bermotor adalah Opsen yang dikenakan oleh

kabupaten/kota atas pokok PKB sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

9) Opsen BBNKB.

Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Opsen yang

dikenakan oleh kabupaten/kota atas pokok BBNKB sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jenis retribusi antara lain:

1) Retribusi Jasa Umum;

2) Retribusi Jasa Usaha; dan

3) Retribusi Perizinan Tertentu.

C. Ruang Lingkup Materi Muatan

Berdasarkan sasaran, jangkauan dan arah pengaturan Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Bangka tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, maka ruang lingkup materi muatan norma sebagai berikut:

I. Ketentuan Umum

Ketentuan umum dalam rancangan Peraturan Daerah ini meliputi:

1. Provinsi adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Daerah adalah Kabupaten Bangka.

3. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu

oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Pemerintah Daerah adalah Bupati Bangka sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan


NASKAH AKADEMIK
84
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

5. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.

6. Bupati adalah Bupati Bangka.

7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD

adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka.

8. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah

kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

9. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan

Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu

yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

10. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenai

Pajak.

11. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar

Pajak, pemotong Pajak, dan pemungut Pajak, yang mempunyai hak

dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

12. Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan barang, jasa, dan/ atau perizinan.

13. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut

peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut retribusi tertentu.

14. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan

usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara

melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

NASKAH AKADEMIK
85
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
dipisahkan.

15. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan

usaha yang seluruh atau Sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

16. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,

perseroan lainnya, badan usaha milik negara, BUMD, atau badan usaha

milik desa, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,

koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan

bentuk badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk

usaha tetap.

17. Pajak Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat PKB adalah Pajak

atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

18. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat

BBNKB adalah Pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor

sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan

yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau

pemasukan ke dalam badan usaha.

19. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya

disingkat PBB-P2 adalah Pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,

dikuasai, dan / atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan.

20. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan

pedalaman.

21. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan

secara tetap di atas permukaan Bumi dan di bawah permukaan Bumi.

22. Objek Pajak Khusus adalah objek Pajak PBB-P2 yang memiliki konstruksi

khusus atau keberadaannya memiliki arti yang khusus seperti jalan tol,

galangan kapal, dermaga, lapangan golf, pabrik semen/pupuk, tempat

NASKAH AKADEMIK
86
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
rekreasi, tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas pipa minyak,

stasiun pengisian bahan bakar; dan menara.

23. Nilai Jual Objek Pajak yang selanjutnya disingkat NJOP adalah harga

rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar,

dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui

perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan

baru, atau NJOP pengganti.

24. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak

untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam

suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-

Undang ini.

25. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya I (satu) tahun

kalender, kecuali apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak

sama dengan tahun kalender.

26. Pajak Yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,

dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun

Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan Daerah.

27. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang selanjutnya

disingkat BPHTB adalah Pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau

Bangunan.

28. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan

atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah

dan/atau Bangunan oleh orang pribadi atau Badan.

29. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak

pengelolaan, beserta Bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang di bidang pertanahan dan Bangunan.

30. Pajak Barang dan Jasa Tertentu yang selanjutnya disingkat PBJT adalah

Pajak yang dibayarkan oleh konsumen akhir atas konsumsi barang dan/

NASKAH AKADEMIK
87
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
atau jasa tertentu.

31. Barang dan Jasa Tertentu adalah barang dan jasa tertentu yang dijual

dan/atau diserahkan kepada konsumen akhir.

32. Makanan dan/atau Minuman adalah makanan dan/atau minuman yang

disediakan, dijual dan/atau diserahkan, baik secara langsung maupun

tidak langsung, atau melalui pesanan oleh restoran.

33. Restoran adalah fasilitas penyediaan layanan Makanan dan/atau

Minuman dengan dipungut bayaran.

34. Tenaga Listrik adalah tenaga atau energi yang dihasilkan oleh suatu

pembangkit tenaga listrik yang didistribusikan untuk bermacam peralatan

listrik.

35. Jasa Perhotelan adalah jasa penyediaan akomodasi yang dapat

dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan,

dan/atau fasilitas lainnya.

36. Jasa Parkir adalah jasa penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir

di luar badan jalan dan/atau pelayanan memarkirkan kendaraan untuk

ditempatkan di area parkir, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan

tempat penitipan Kendaraan Bermotor.

37. Jasa Kesenian dan Hiburan adalah jasa penyediaan atau

penyelenggaraan semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,

ketangkasan, rekreasi, dan/ atau keramaian untuk dinikmati.

38. Pajak Reklame adalah Pajak atas penyelenggaraan reklame.

39. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan

corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,

menganjurkan, mempromosikan, atau menarik perhatian umum terhadap

sesuatu.

40. Pajak Air Tanah yang selanjutnya disingkat PAT adalah Pajak atas

pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

NASKAH AKADEMIK
88
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
41. Air Tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di

bawah permukaan tanah.

42. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan dari sumber alam di dalam

dan/atau di permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

43. Mineral Bukan Logam dan Batuan yang selanjutnya disingkat MBLB adalah

mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam

peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batu bara.

44. Pajak Sarang Burung Walet adalah Pajak atas kegiatan pengambilan

dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

45. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalta, yaitu collncalia

fuchliap haga, Collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.

46. Opsen adalah pungutan tambahan Pajak menurut persentase tertentu.

47. Opsen Pajak Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut Opsen PKB

adalah Opsen yang dikenakan oleh kabupaten atas pokok PKB sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

48. Opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut

Opsen BBNKB adalah Opsen yang dikenakan oleh kabupaten/kota atas

pokok BBNKB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

49. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat

SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran Pajak, objek Pajak dan/

atau bukan objek Pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

50. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP adalah

surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan

objek PBB-P2 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan Daerah.

51. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

NASKAH AKADEMIK
89
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang

terutang.

52. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti

pembayaran atau penyetoran Pajak yang telah dilakukan dengan

menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas

Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

53. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang yang selanjutnya disingkat

SPPT adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib

Pajak.

54. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat

SKPDKB adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah

pokok Pajak, jumlah kredit Pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok

Pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah Pajak yang masih harus

dibayar.

55. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat

untuk melakukan tagihan Pajak dan/ atau sanksi administratif berupa

bunga dan/ atau denda.

56. Penagihan adalah serangkaian tindakan agar penanggung Pajak

melunasi utang Pajak dan biaya Penagihan Pajak dengan menegur atau

memperingatkan, melaksanakan Penagihan seketika dan sekaligus,

memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan

penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

57. Utang Pajak adalah Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi

administratif berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam

surat ketetapan Pajak daerah atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan

perundang-undangan perpajakan Daerah.

58. Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk

menegur Wajib Pajak atau Wajib Retribusi untuk melunasi Utang Pajak atau

NASKAH AKADEMIK
90
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
utang Retribusi.

59. Surat Paksa adalah surat perintah membayar Utang Pajak dan biaya

Penagihan Pajak.

60. Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi

penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan

dan penyanderaan.

61. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud peraturan

perundang-undangan mengenai Jabatan Notaris.

62. Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah selanjutnya disebut adalah

pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta

otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.

63. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

64. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah yang dapat bersifat mencari keuntungan karena pada dasarnya

dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

65. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah

dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber

daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

66. Pelelangan adalah Penjualan dihadapan orang banyak (dengan tawaran yang

atas mengatas) dipimpin pejabat lelang.

67. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak

untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.

NASKAH AKADEMIK
91
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
68. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi

yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya

berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi

sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau

tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,

budaya, maupun kegiatan khusus.

69. Persetujuan Bangunan Gedung yang selanjutnya disingkat PBG adalah

perizinan yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk

membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat

bangunan gedung sesuai dengan standar teknis Bangunan Gedung.

70. Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung yang selanjutnya disingkat

SBKBG adalah surat tanda bukti hak atas status kepemilikan bangunan

gedung.

71. Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung yang selanjutnya disingkat

SLF adalah sertifikat yang diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

menyatakan kelaikan fungsi Bangunan Gedung sebelum dapat

dimanfaatkan.

72. Tenaga Kerja Asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan

maksud bekerja di wilayah Indonesia.

73. Pemberi Kerja TKA adalah Badan hukum yang didirikan berdasarkan

hukum Indonesia atau badan lainnya yang mempekerjakan TKA dengan

membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

74. Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat PTKA adalah

penggunaan warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di

wilayah Indonesia.

75. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat

RPTKA adalah rencana penggunaan TKA pada jabatan tertentu dan jangka

waktu tertentu.

NASKAH AKADEMIK
92
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
76. Dana Kompensasi penggunaan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya

disingkat DKPTKA adalah kompensasi yang harus dibayar oleh Pemberi

Kerja Tenaga Kerja Asing atas setiap Tenaga Kerja Asing yang dipekerjakan

sebagai penerimaan Negara bukan Pajak atau pendapatan Daerah.

77. Retribusi Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disebut

Retribusi PTKA adalah retribusi yang berasal dari pembayaran DKPTKA atas

pengesahan RPTKA perpanjangan bagi TKA yang bekerja di lokasi dalam

Daerah.

78. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah

surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok

Retribusi yang terutang.

79. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah

sistem yang diterapkan oleh satuan kerja perangkat Daerah atau unit

satuan kerja perangkat daerah pada satuan kerja perangkat Daerah dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas

dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan

pengelolaan keuangan Daerah pada umumnya.

80. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah

pegawai negeri sipil yang diberi tugas melakukan penyidikan terhadap

pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang- undangan.

81. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah

kerjanya.

82. Puskesmas Pembantu adalah unit dari puskesmas yang menyelenggarakan

pelayanan rawat jalan dan pelayanan kesehatan lainnya di lokasi tertentu

diluar puskesmas.

NASKAH AKADEMIK
93
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
83. Puskesmas Keliling adalah pelayanan Kesehatan oleh puskesmas dengan

menggunakan kendaraan roda 4 (empat), kendaraan roda 2 (dua) atau

transportasi lainnya di lokasi yang jauh dari sarana pelayanan yang ada.

II. Jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah meliputi:

a. Jenis Pajak Daerah:

1. PBB-P2 (Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan);

2. BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan);

3. PBJT (Pajak Barang dan Jasa Tertentu) atas:

a) Makanan dan/atau Minuman;

b) Tenaga Listrik;

c) Jasa Perhotelan;

d) Jasa Parkir; dan

e) Jasa Kesenian dan Hiburan;

4. Pajak Reklame;

5. Pajak Mineral bukan logam dan batuan (MBLB);

6. Pajak Air Tanah;

7. Pajak Sarang Burung wallet;

8. Opsen PKB; dan

9. Opsen BBNKB.

b. Jenis Retribusi Daerah:

1. Retribusi Jasa Umum, terdiri atas:

a) Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

c) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; dan

d) Retribusi Pelayanan Pasar.

2. Retribusi Jasa Usaha, terdiri atas:

a) Retribusi pemanfaatan aset Daerah;

b) Retribusi penyediaan tempat kegiatan usaha berupa Pasar Grosir,

pertokoan dan tempat kegiatan usaha lainnya;

NASKAH AKADEMIK
94
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
c) Retribusi penyediaan tempat Pelelangan ikan, ternak, hasil bumi,

dan hasil hutan termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan tempat

pelelangan;

d) Retribusi penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan;

e) Retribusi penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/

vila;pelayanan rumah pemotongan hewan ternak;

f) Retribusi pelayanan jasa kepelabuhanan;

g) Retribusi pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga;dan

h) Retribusi penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu, meliputi:

a) Retribusi Pelayanan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG); dan

b) Retribusi Pelayanan Penggunaan Tenaga Kerja Asing (PTKA).

III. Penjabaran Materi Muatan Dalam Batang Tubuh Peraturan Daerah

1. PBB-P2 (Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan)

a. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Subjek PBB-P2 adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi,

dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas

Bangunan.

Wajib PBB-P2 adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi

dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas

Bangunan.

b. Objek Pajak

Objek PBB-P2 adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,

dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali Kawasan

yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan. Bumi termasuk permukaan Bumi hasil kegiatan reklamasi

NASKAH AKADEMIK
95
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
atau pengurukan. Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah:

1) jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti

hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan

dengan kompleks Bangunan tersebut;

2) jalan tol;

3) kolam renang;

4) pagar mewah;

5) tempat olahraga;

6) galangan kapal, dermaga;

7) taman mewah;

8) tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan

9) menara.

Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB-P2 adalah kepemilikan, penguasaan,

dan/atau pemanfaatan atas:

1) Bumi dan/atau Bangunan kantor Pemerintah, kantor Pemerintahan

Daerah, dan kantor penyelenggara negara lainnya yang dicatat sebagai

barang milik negara atau barang milik Daerah;

2) Bumi dan/atau Bangunan yang digunakan semata-mata untuk melayani

kepentingan umum di bidang keagamaan, panti sosial, liesehatan,

pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan;

3) Bumi dan/atau Bangunan yang semata-mata digunakan untuk tempat

makam (kuburan), peninggalan purbakala, atau yang sejenis;

4) Bumi yang menrpakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,

taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah

negara yang belum dibebani suatu hak;

5) Bumi dan/atau Bangunan yang digunakan oleh perwakilan diplomatik

dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;

6) Bumi dan/atau Bangunan yang digunakan oleh badan atau perwakilan

NASKAH AKADEMIK
96
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
lembaga internasional yangditetapkan dengan Peraturan Menteri;

7) Bumi dan/atau Bangunan untuk jalur kereta api, moda raya terpadu

(Mass Rapid Transit), lintas raya terpadu (Light Rail Transifl, atau yang

sejenis;

8) Bumi dan/atau Bangunan tempat tinggal lainnyaberdasarkan NJOP

tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Daerah; dan

9) Bumi dan/atau Bangunan yang dipungut pajak bumi dan bangunan oleh

Pemerintah.

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar

Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak. Dalam hal

Wajib Pajak memiliki atau menguasai lebih dari satu objek PBB-P2 di satu

wilayah kabupaten/kota, NJOP tidak kena pajak hanya diberikan atas salah

satu objek PBB-P2 untuk setiap Tahun Pajak.

c. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan PBB-P2 adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP

ditetapkan berdasarkan proses penilaian PBB-P2. NJOP yang digunakan

untuk perhitungan PBB-P2 ditetapkan paling rendah 20% (dua puluh persen)

dan paling tinggi 100% (seratus persen) dari NJOP setelah dikurangi NJOP

tidak kena pajak Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali

untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan

perkembangan wilayahnya. Besaran NJOP ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Penetapan besarnya NJOP ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah

berkonsultasi dengan DPRD berdasarkan Klasifikasi Objek Pajak.

d. Tarif dan Cara Menghitung Pajak

Tarif PBB-P2 ditetapkan sebagai berikut:

Tarif PBB-P2 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,5% (nol koma lima persen).

Tarif PBB-P2 yang berupa lahan produksi pangan dan ternak ditetapkan lebih

rendah daripada tarif untuk lahan lainnya. Tarif PBB-P2 harus ditetapkan

dengan Peraturan Daerah. Untuk Tarif PBB-P2 di Kabupaten Bangka yaitu:


NASKAH AKADEMIK
97
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
1) untuk NJOP sampai dengan Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) per tahun;

2) buntuk NJOP diatas Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan

sebesar 0,2 % (nol koma dua persen) per tahun;

3) tarif PBB-P2 yang berupa lahan produksi pangan dan ternak ditetapkan

sebesar 0,09 % (nol koma nol sembilan persen) per tahun;

4) untuk nilai jual Objek Pajak Khusus seperti jalan tol, galangan kapal,

dermaga, lapangan golf, pabrik semen/pupuk, tempat rekreasi, tempat

penampungan/kilang minyak, air dan gas pipa minyak, stasiun pengisian

bahan bakar; dan menara ditetapkan sebesar 0,3 % (nol koma tiga

persen).

Besaran pokok PBB-P2 yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

PBB-P2 yang telah ditetapkan oleh Perda di atas dengan dasar pengenaan

pajak berdasarkan Penetapan besarnya NJOP ditetapkan dengan Peraturan

Bupati setelah berkonsultasi dengan DPRD berdasarkan Klasifikasi Objek

Pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar

Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

e. Wilayah Pemungutan

PBB-P2 yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat tanah dan/atau

bangunan berada yang meliputi letak objek PBB-P2. Termasuk dalam

wilayah pemungutan PBB-P2 yaitu wilayah Daerah tempat Bumi dan/atau

Bangunan antara lain:

1) laut pedalaman dan perairan darat serta bangunan di atasnya, dan

2) Bangunan yang berada di luar laut pedalaman dan perairan darat yang

konstruksi tekniknya terhubung dengan bangunan yang berada di

daratan, kecuali pipa dan kabel bawah laut.

f. Tahun Pajak dan Saat Terutang PBB-P2

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender. Saat yang

menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada
NASKAH AKADEMIK
98
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
tanggal 1 Januari. Saat terutang PBB-P2 ditetapkan pada saat terjadinya

kepemilikan, penguasaan, dan/atau pemanfaatan Bumi dan/atau bangunan.

2. BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)

a. Subjek Pajak dan Wajib Pajak BPHTB

Subjek Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak

atas Tanah dan/atau Bangunan. Wajib Pajak BPHTB adalah orang pribadi

atau Badan yang memperoleh Hak atasTanah dan/atau Bangunan.

b. Objek Pajak BPHTB

Objek Pajak BPHTB adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan meliputi:

1) Pemindahan Hak karena:

a) jual beli;

b) tukar menukar;

c) hibah;

d) hibah wasiat;

e) waris;

f) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;

g) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;

h) penunjukan pembeli dalam lelang;

i) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum

tetap;

j) penggabungan usaha;

k) peleburan usaha;

l) pemekaran usaha; atau

m) hadiah.

2) Pemberian hak baru karena:

a) kelanjutan pelepasan hak; atau

b) di luar pelepasan hak.

Hak atas tanah adalah:

NASKAH AKADEMIK
99
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
a) hak milik;

b) hak guna usaha;

c) hak guna bangunan;

d) hak pakai;

e) hak milik atas satuan rumah susun; dan

f) hak pengelolaan.

Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang

diperoleh:

a. untuk kantor Pemerintah, Pemerintahan Daerah, penyelenggara

negara dan lembaga negara lainnya yang dicatat sebagai barang

milik negara atau barang milik Daerah;

b. oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau

untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;

c. untuk badan atau perwakilan lembaga internasional dengan

syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di

luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan lembaga tersebut

yang diatur dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang keuangan negara;

d. untuk perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik;

e. oleh orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena

perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;

f. oleh orang pribadi atau Badan karena wakaf;

g. oleh orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk

kepentingan ibadah; dan

h. untuk masyarakat berpenghasilan rendah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

c) Dasar Pengenaan BPHTB

Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP).

NASKAH AKADEMIK
100
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NPOP antara lain:

1) jual beli adalah harga transaksi;

2) tukar menukar adalah nilai pasar;

3) hibah adalah nilai pasar;

4) hibah wasiat adalah nilai pasar;

5) waris adalah nilai pasar;

6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah


nilai pasar;
7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;

8) peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang

mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar;

9) pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan

hak adalah nilai pasar;

10) pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai

pasar;

11) penggabungan usaha adalah nilai pasar;

12) peleburan usaha adalah nilai pasar;

13) pemekaran usaha adalah nilai pasar;

14) hadiah adalah nilai pasar; dan/atau

15) penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang

tercantum dalam risalah lelang.

Jika NPOP yang disebutkan diatas dari angka 1 sampai dengan angka

15 tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan

dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya

perolehan, dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP Pajak Bumi

dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan. Dalam hal NJOP

Pajak Bumi dan Bangunan belum ditetapkan pada saat terutangnya

BPHTB, NJOP Pajak Bumi dan Bangunan dapat didasarkan pada

Surat Keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan. Surat

Keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan adalah bersifat


NASKAH AKADEMIK
101
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
sementara. Surat Keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan dapat

diperoleh pada Kantor Pelayanan Pajak atau instansi yang

berwenang.

Dalam menentukan besaran BPHTB terutang, Pemerintah Daerah

menetapkan nilai perolehan objek Pajak tidak kena Pajak sebagai

pengurang dasar pengenaan BPHTB. Besarnya Nilai Perolehan

Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan sebesar Rp.

80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) untuk perolehan hak

pertama wajib pajak di wilayah Kabupaten Bangka tempat

terutangnya BPHTB. Dalam hal perolehan hak karena waris atau

hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam

hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu

derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah,

wasiat, termasuk suami/istri, NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Atas perolehan hak karena

hibah wasiat atau waris tertentu, Pemerintah Daerah dapat

menetapkan nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak yang lebih

tinggi daripada nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak.

d) Tarif BPHTB dan cara perhitungan BPHTB

Tarif BPHTB ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen).Untuk

Kabupaten Bangka Tarif BPHTB yang beraku saat ini ditetapkan

sebesar 5% (lima persen). Besaran pokok BPHTB yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif BPHTB (5%) dengan dasar

pengenaan pajak yaitu NPOP setelah dikurangi NPOPTKP. Dalam hal

NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang

digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan,

besaran pokok BPHTB yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif BPHTB (5%) dengan NJOP PBB setelah dikurangi

NPOPTKP.

NASKAH AKADEMIK
102
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
e) Wilayah Pemungutan

BPHTB yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat tanah

dan/atau bangunan berada.

f) Saat Terutangnya Pajak

Saat terutangnya BPHTB ditetapkan pada saat terjadinya

perolehan tanah dan/atau Bangunan dengan ketentuan:

1) pada tanggal dibuat dan ditandatanganinya perjanjian pengikatan

jual beli untuk jual beli;

2) pada tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta untuk tukar-

menukar, hibah, hibah wasiat, pemasukan dalam perseroan atau

badan hukum lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan

peralihan, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran

usaha, dan/atau hadiah;

3) pada tanggal penerima waris atau yang diberi kuasa oleh

penerima waris mendaftarkan peralihan haknya ke kantor bidang

pertanahan untuk waris;

4) pada tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan

hukum yang tetap untuk putusan hakim;

5) pada tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak

untuk pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari

pelepasan hak;

6) pada tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak

untuk pemberian hak baru di luar pelepasan hak; atau

7) pada tanggal penunjukan pemenang lelang untuk lelang.

Dalam hal jual beli tanah dan/atau Bangunan tidak

menggunakan perjanjian pengikatan jual beli, maka saat terutang

BPHTB untuk jual beli adalah pada saat ditandatanganinya akta jual

beli. Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya

perolehan hak.

NASKAH AKADEMIK
103
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
g) Kewajiban dan Sanksi Administratif dalam Penyelenggaraan BPHTB;

Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris wajib:

a. meminta bukti pembayaran BPHTB kepada Wajib Pajak,

sebelum menandatangani akta pemindahan hak atas tanah

dan/atau Bangunan; dan

b. melaporkan pembuatan akta atas tanah dan/atau

Bangunan kepada Bupati paling lambat pada tanggal 10

(sepuluh) bulan berikutnya.

Dalam hal Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris melanggar

kewajiban, dikenakan sanksi administratif berupa:

a. denda sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap

pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan/atau

b. denda sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk setiap

laporan.

Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara wajib:

a. meminta bukti pembayaran BPHTB kepada Wajib Pajak,

sebelum menandatangani risalah lelang; dan

b. melaporkan risalah lelang kepada Bupati paling lambat pada

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara yang

melanggar di atas dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Kepala kantor bidang pertanahan

hanya dapat melakukan pendaftaran hak atas tanah atau

pendaftaran peralihan hak atas tanah setelah Wajib Pajak

menyerahkan bukti pembayaran BPHTB. Kepala kantor bidang

pertanahan yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. PBJT (Pajak Barang dan Jasa Tertentu)

Objek PBJT merupakan penjualan, penyerahan, dan/atau konsumsi


NASKAH AKADEMIK
104
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
barang dan jasa tertentu yang meliputi :

a. Makanan dan/atau Minuman;

b. Tenaga Listrik;

c. Jasa Perhotelan;

d. Jasa Parkir; dan

e. Jasa Kesenian dan Hiburan.

Subjek Pajak PBJT adalah konsumen barang dan jasa tertentu. Wajib

Pajak PBJT adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan penjualan,

penyerahan, dan/ atau konsumsi barang dan jasa tertentu. Dasar pengenaan

PBJT adalah jumlah yang dibayarkan oleh konsumen barang atau jasa tertentu

meliputi:

1) jumlah pembayaran yang diterima oleh penyedia Makanan dan/atau

Minuman untuk PBJT atas Makanan dan/atau Minuman;

2) nilai jual Tenaga Listrik untuk PBJT atas Tenaga Listrik;

3) jumlah pembayaran kepada penyedia Jasa Perhotelan untuk PBJT atas Jasa

Perhotelan;

4) jumlah pembayaran kepada penyedia atau penyelenggara tempat parkir

dan/atau penyedia layanan memarkirkan kendaraan untuk PBJT atas Jasa

Parkir; dan

5) jumlah pembayaran yang diterima oleh penyelenggara Jasa Kesenian dan

Hiburan untuk PBJT atas kesenian dan hiburan.

Dalam hal tidak terdapat pembayaran, dasar pengenaan PBJT dihitung

berdasarkan harga jual barang dan jasa sejenis yang berlaku di wilayah Daerah

yang bersangkutan. Dalam hal Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan

pengendalian penggunaan kendaraan pribadi dan tingkat kemacetan, khusus

untuk PBJT atas Jasa Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

Pemerintah Daerah dapat menetapkan dasar pengenaan sebesar tarif parkir

sebelum dikenakan potongan. Nilai jual Tenaga Listrik ditetapkan untuk:

a. Tenaga Listrik yang berasal dari sumber lain dengan pembayaran; dan
NASKAH AKADEMIK
105
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
b. Tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri.

Nilai jual Tenaga Listrik yang ditetapkan untuk Tenaga Listrik yang berasal dari

sumber lain dengan pembayaran, dihitung berdasarkan:

a. jumlah tagihan biaya/beban tetap ditambah dengan biaya pemakaian

kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik, untuk pascabayar; dan

b. jumlah pembelian Tenaga Listrik untuk prabayar.

Nilai jual Tenaga Listrik yang ditetapkan untuk Tenaga Listrik yang dihasilkan

sendiri dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik,

jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah

Daerah.

Berdasarkan nilai jual Tenaga Listrik yang ditetapkan untuk Tenaga Listrik yang

berasal dari sumber lain dengan pembayaran, penyedia Tenaga Listrik sebagai

Wajib Pajak melakukan penghitungan dan Pemungutan PBJT atas Tenaga

Listrik untuk penggunaan Tenaga Listrik yang dijual atau diserahkan.

Tarif PBJT ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif

PBJT atas jasa hiburan pada diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi

uap/spa ditetapkan paling rendah 40% (empat puluh persen). Khusus tarif PBJT

atas Tenaga Listrik untuk:

a. konsumsi Tenaga Listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak

bumi dan gas alam, ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen); dan

b. konsumsi Tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri, ditetapkan paling tinggi 1,5%

(satu koma lima persen).

Besaran pokok PBJT yang terutang dihitung dengan cara mengalikan dasar

pengenaan PBJT dengan tarif PBJT sebagaimana dimaksud dalam PBJT yang

terutang dipungut di wilayah Daerah tempat penjualan, penyerahan, dan/ atau

konsumsi barang dan jasa tertentu dilakukan. Saat terutangnya PBJT dihitung

sejak saat pembayaran/penyerahan/konsumsi barang dan jasa tertentu

dilakukan.

NASKAH AKADEMIK
106
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
a) Pajak Makanan dan Minuman

Penjualan dan/atau penyerahan Makanan dan/atau Minuman meliputi

Makanan dan/atau Minuman yang disediakan oleh:

1) Restoran yang paling sedikit menyediakan layanan penyajian Makanan

dan/atau Minuman berupa meja, kursi, dan/atau peralatan makan dan

minum;

2) penyedia jasa boga atau katering yang melakukan:

a. proses penyediaan bahan baku dan bahan setengah jadi, pembuatan,

penyimpanan, serta penyajian berdasarkan pesanan;

b. penyajian di lokasi yang diinginkan oleh pemesan dan berbeda dengan

lokasi dimana proses pembuatan dan penyimpanan dilakukan; dan

c. penyajian dilakukan dengan atau tanpa peralatan dan petugasnya.

Yang dikecualikan dari objek PBJT makanan dan minuman adalah

penyerahan Makanan dan/atau Minuman:

a. dengan nilai penjualan tidak melebihi tidak melebihi

Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) per bulan;

b. dilakukan oleh toko swalayan dan sejenisnya yang tidak semata-

mata menjual Makanan dan/atau Minuman;

c. dilakukan oleh pabrik Makanan dan/atau Minuman; atau

d. disediakan oleh penyedia fasilitas yang kegiatan usaha utamanya

menyediakan pelayanan jasa menunggu pesawat (lounge\ pada

bandar udara.

b) Pajak Tenaga Listrik

Konsumsi Tenaga Listrik adalah penggunaan Tenaga Listrik oleh pengguna

akhir. Yang dikecualikan dari konsumsi Tenaga Listrik meliputi:

a. konsumsi Tenaga Listrik oleh instansi pemerintah, Pemerintah Daerah

dan penyelenggara negara lainnya;

b. konsumsi Tenaga Listrik pada tempat yang digunakan oleh kedutaan,

konsulat, dan perwakilan asing berdasarkan asas timbal balik;

NASKAH AKADEMIK
107
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
c. konsumsi Tenaga Listrik pada rumah ibadah, panti jompo, panti asuhan,

dan panti sosial lainnya yang sejenis;

d. konsumsi Tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas

tertentu yang tidak memerlukan izin dai instansi teknis terkait.

c) Pajak Jasa perhotelan

Jasa Perhotelan meliputi jasa penyediaan akomodasi dan fasilitas penunjangnya,

serta penyewaan ruang rapat/pertemuan pada penyedia jasa perhotelan seperti:

1) hotel;

2) hostel;

3) vila;

4) pondok wisata;

5) motel;

6) losmen;

7) wisma pariwisata;

8) pesanggrahan;

9) rumah penginapan/guesthouse/bungalo/resort/cottage;

10) tempat tinggal pribadi yang difungsikan sebagai hotel; dan

11) glamping.

Yang dikecualikan dari Jasa Perhotelan meliputi:

1) Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah;

2) jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat,

3) panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis;

4) jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

5) jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata; dan

6) jasa persewaan ruangan untuk diusahakan di hotel.

d) Pajak Parkir (Jasa Parkir) Jasa Parkir meliputi:

1) penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir; dan/atau

NASKAH AKADEMIK
108
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
2) pelayanan memarkirkan kendaraan (parkir valet).

e) Yang dikecualikan dari jasa penyediaan tempat parkir meliputi:

1) jasa tempat parkir yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah

Daerah;

2) jasa tempat parkir yang diselenggarakan oleh perkantoran yang hanya

digunakan untuk karyawannya sendiri;

3) jasa tempat parkir yang diselenggarakan oleh kedutaan, konsulat, dan

perwakilan negara asing dengan asas timbal balik; dan

4) jasa tempat parkir lainnya yang diatur dengan Perda.

f) Pajak Jasa Kesenian dan Hiburan Jasa Kesenian dan Hiburan meliputi:

1) tontonan film atau bentuk tontonan audio visual lainnya yang

dipertontonkan secara langsung di suatu lokasi tertentu;

2) pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;

3) kontes kecantikan;

4) kontes binaraga;

5) pameran;

6) pertunjukan sirkus, akrobat, dan sulap;

7) pacuan kuda dan perlombaan kendaraan bermotor;

8) permainan ketangkasan;

9) olahraga permainan dengan menggunakan tempat/ruang dan/atau

peralatan dan perlengkapan untuk olahraga dan kebugaran;

10) rekreasi wahana air, wahana ekologi, wahana pendidikan, wahana

budaya, wahana salju, wahana permainan, pemancingan, agrowisata,

dan kebun binatang;

11) panti pijat dan pijat refleksi; dan

12) diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap/spa.

Yang dikecualikan dari Jasa Kesenian dan Hiburan adalah Jasa Kesenian

dan Hiburan yang semata-mata untuk:

1) promosi budaya tradisional dengan tidak dipungut bayaran;

NASKAH AKADEMIK
109
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
2) kegiatan layanan masyarakat dengan tidak dipungut bayaran; dan/atau

3) bentuk kesenian dan hiburan lainnya yang diatur dengan Perda.

Wilayah pemungutan PBJT yang terutang merupakan wilayah Daerah tempat

penjualan, penyerahan, dan/atau konsumsi barang dan jasa tertentu

dilakukan. Saat terutang PBJT ditetapkan pada saat:

1) pembayaran/penyerahan atas Makanan dan/atau Minuman untuk PBJT

atas Makanan dan/atau Minuman;

2) konsumsi/pembayaran atas Tenaga Listrik untuk PBJT atas Tenaga

Listrik;

3) pembayaran/penyerahan atas jasa perhotelan untuk PBJTatas Jasa

Perhotelan;

4) pembayaran/penyerahan atas jasa penyediaan tempat parkir untuk

PBJT atas Jasa Parkir; dan

Pembayaran/penyerahan atas Jasa Kesenian dan Hiburan untuk PBJT

atas Jasa Kesenian dan Hiburan.

4. Pajak Reklame

a. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan

reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang

menyelenggarakan Reklame. Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri secara

langsung oleh orang pribadi atau Badan, Wajib Reklame adalah orang pribadi atau

Badan tersebut. Dalam hal Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak

ketiga tersebut menjadi Wajib Pajak Reklame.

b. Objek Pajak

Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame. Objek Pajak

meliputi :

1) reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;

2) reklame kain;

NASKAH AKADEMIK
110
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
3) reklame melekat, stiker;

4) reklame selebaran;

5) reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;

6) reklame udara;

7) reklame apung;

8) reklame suara;

9) reklame film/slide; dan

10) reklame peragaan.

Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah:

1) penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian,

warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya;

2) label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang

berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;

3) nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan

tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang

mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;

4) reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

dan

5) Reklame yang diselenggarakan dalam rangka kegiatan politik,

sosial, dan keagamaan yang tidak disertai dengan iklan komersial.

6) reklame yang diselenggarakan oleh kegiatan sosial, partai politik dan

organisasi kemasyarakatan.

c. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa Reklame. Dalam hal Reklame

diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame ditetapkan berdasarkan

nilai kontrak Reklame. Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, nilai sewa

reklame dihitung dengan memperhatikan faktor sebagai berikut:

1) jenis reklame;

NASKAH AKADEMIK
111
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
2) bahan yang digunakan;

3) lokasi penempatan;

4) jangka waktu penyelenggaraan;

5) jumlah media reklame;

6) ukuran media Reklame.

Dalam hal Nilai Sewa Reklame (NSR) tidak diketahui dan/atau dianggap tidak

wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor yang

telah disebutkan sebelumnya. Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame

NSR = HDPP + Nilai Strategis/NS

HDPP = Harga Dasar Pemasangan dan Pemeliharaan NS= perkalian faktor-

faktor dengan HDPP

d. Tarif Pajak

Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen).

e. Cara Perhitungan Pajak

Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan

tarif dengan dasar pengenaan pajak.

f. Wilayah pemungutan pajak

Pajak Reklame yang terutang dipungut terhadap Reklame yang diselenggarakan di

wilayah Daerah Kabupaten Bangka tempat penyelenggaraan reklame. Khusus

untuk Reklame berjalan, Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah

Daerah tempat usaha penyelenggara Reklame terdaftar.

5. Pajak Air Tanah

a. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang

melakukanpengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Wajib Pajak Air Tanah

adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau

pemanfaatan Air Tanah.

b. Objek Pajak

Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

Yang dikecualikan dari objek PAT adalah pengambilan untuk:

NASKAH AKADEMIK
112
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
1) keperluan dasar rumah tangga;

2) pengairan pertanian rakyat;

3) perikanan rakyat;

4) peternakan rakyat;

5) keperluan keagamaan; dan

6) kegiatan lainnya yang diatur dengan Perda.

c. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan PAT adalah nilai perolehan Air Tanah. Nilai perolehan Air

Tanah adalah hasil perkalian antara harga air baku dengan bobot Air Tanah.

Harga air baku ditetapkan berdasarkan biaya pemeliharaan dan pengendalian

sumber daya Air Tanah. Bobot Air Tanah dinyatakan dalam koefisien yang

didasarkan atas faktor berikut:

1) jenis sumber air;

2) lokasi sumber air;

3) tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;

4) volume air yang diambil dan/ atau dimanfaatkan;


5) kualitas air; dan

6) tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/

atau pemanfaatan air.

Besarnya nilai perolehan air tanah ditetapkan dengan Peraturan Bupati

dengan berpedoman pada nilai perolehan air tanah yang ditetapkan oleh

Gubernur.

d. Tarif Pajak

Tarif Pajak Air Tanah di dalam perda yang lama ditetapkan sebesar 15% (lima

belas persen). Tarif PAT ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua puluh persen).

e. Cara Perhitungan Pajak

Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan

tarif pajak air tanah dengan dasar pengenaan pajak air tanah.

f. Wilayah Pemungutan Pajak dan Saat Terutang PAT

Pajak Air Tanah yang terutang dipungut di wilayah Daerah Kabupaten Bangka
NASKAH AKADEMIK
113
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Saat terutangnya PAT

dihitung sejak pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

6. Pajak Mineral bukan logam dan batuan (MBLB)

a. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan

yang mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan. Wajib Pajak Mineral Bukan

Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil Mineral

Bukan Logam dan Batuan.

b. Objek Pajak

Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan

Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi:

1) asbes;

2) batu tulis;

3) batu setengah permata;

4) batu kapur;

5) batu apung;

6) batu permata;

7) bentonit;

8) dolomit;

9) feldspar;

10) garam batu (halite);

11) grafit;

12) granit/andesit;

13) gips;

14) kalsit;

15) kaolin;

16) leusit;

17) magnesit;

18) mika;
NASKAH AKADEMIK
114
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
19) marmer;

20) nitrat;

21) opsidien;

22) oker;

23) pasir dan kerikil;

24) pasir kuarsa;

25) perlit;

26) phospat;

27) talk;

28) tanah serap (fullers earth);

29) tanah diatome;

30) tanah liat;

31) tawas (alum);

32) tras;

33) yarosit;

34) zeolit;

35) basal;

36) trakhit;

37) belerang

38) Zirkon

39) MBLB ikutan dalam suatu pertambangan mineral; dan

40) Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Dikecualikan dari objek Pajak MBLB, meliputi pengambilan MBLB:

1) untuk keperluan rumah tangga dan tidak diperjualbelikan/

dipindahtangankan;

2) untuk keperluan pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel,

penanaman pipa, dan sejenisnya yang tidak mengubah fungsi permukaan

NASKAH AKADEMIK
115
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
tanah; dan

3) untuk keperluan lainnya yang ditetapkan dengan Perda.

c. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan Pajak MBLB adalah nilai jual hasil pengambilan MBLB. Nilai

jual dihitung berdasarkan perkalian volume/tonase pengambilan MBLB dengan

harga patokan tiap-tiap jenis MBLB. Harga patokan dihitung berdasarkan harga

jual rata-rata tiap-tiap jenis MBLB pada mulut tambang yang berlaku di wilayah

Daerah yang bersangkutan. Harga patokan ditetapkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dengan berpedoman pada harga patokan yang

ditetapkan Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

di bidang pertambangan mineral dan batu bara.

d. Tarif Pajak

Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 20% (dua

puluh persen).

e. Cara Perhitungan Pajak

Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dihitung

dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak.

f. Wilayah pemungutan pajak dan Saat Terutang Pajak

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang di wilayah Daerah tempat

pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan. Saat terutang Pajak MBLB

ditetapkan pada saat terjadinya pengambilan MBLB di mulut tambang.

7. Pajak Sarang Burung wallet

a. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang

melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet. Wajib

Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan

pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.

b. Objek Pajak

Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan

NASKAH AKADEMIK
116
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
sarang Burung Walet. Yang dikecualikan dari objek Pajak Sarang Burung Walet

adalah:

1) pengambilan sarang Burung Walet yang telah dikenakan penerimaan

negara bukan pajak; dan

2) kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang Burung Walet

lainnya yang ditetapkan dengan Perda..

c. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung

Walet. Nilai Jual Sarang Burung Walet dihitung berdasarkan perkalian antara

harga pasaran umum Sarang Burung Walet yang berlaku di daerah Kabupaten

Bangka dengan volume Sarang Burung Walet.

d. Tarif Pajak

Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

e. Cara Perhitungan Pajak

Besaran Pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif Pajak Sarang Burung Walet dengan dasar pengenaan pajak.

f. Wilayah Pemungutan Pajak Saat Terutang Pajak

Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dipungut di wilayah Daerah

Kabupaten Bangka tempat pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung

Walet. Saat terutang Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan pada saat terjadinya

pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

8. Opsen PKB

Opsen dikenakan atas Pajak terutang dari PKB Wajib Pajak untuk Opsen PKB

merupakan Wajib Pajak atas jenis Pajak PKB. Tarif Opsen PKB sebesar 66%

(enam puluh enam persen). Opsen dipungut secara bersamaan dengan Pajak

yang dikenakan Opsen.

Subjek Pajak Opsen PKB merupakan subjek PKB. Wajib Pajak Opsen PKB

merupakan Wajib Pajak PKB. Wajib Pungut Opsen PKB adalah instansi

Pemerintah Daerah Provinsi bersangkutan yang berwenang memungut PKB.

Pemungutan Opsen PKB dilakukan bersamaan dengan pemungutan Pajak


NASKAH AKADEMIK
117
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
terutang dari PKB.

Besaran pokok Opsen PKB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan

dasar pengenaan untuk Opsen PKB yaitu PKB terutang dengan tarif Opsen PKB.

Wilayah pemungutan Opsen PKB yang terutang merupakan wilayah Daerah

tempat kendaraan bermotor terdaftar. Saat terutang Opsen PKB ditetapkan pada

saat terutangnya PKB.

9. Opsen BBNKB

Opsen dikenakan atas Pajak terutang dari BBNKB Wajib Pajak untuk Opsen BBNKB

merupakan Wajib Pajak atas jenis Pajak BBNKB. Tarif Opsen BBNKB sebesar 66%

(enam puluh enam persen). Opsen dipungut secara bersamaan dengan Pajak yang

dikenakan Opsen.

Subjek Pajak Opsen BBNKB merupakan Subjek Pajak BBNKB. Wajib Pajak Opsen

BBNKB merupakan Wajib Pajak BBNKB. Wajib Pungut Opsen BBNKB adalah

instansi Pemerintah Daerah Provinsi bersangkutan yang berwenang memungut

BBNKB. Pemungutan Opsen BBNKB dilakukan bersamaan dengan pemungutan

Pajak terutang dari BBNKB. Dasar pengenaan untuk Opsen BBNKB merupakan

BBNKB terutang.

Tarif Opsen BBNKB sebesar 66% (enam puluh enam persen) dihitung dari

besaran Pajak terutang. Besaran pokok Opsen BBNKB yang terutang dihitung

dengan cara mengalikan dasar pengenaan Pajak untuk Opsen BBNKB yaitu BBNKB

terutang dengan tarif Opsen BBNKB.

10. Masa Pajak Dan Tahun Pajak

Saat terutang Pajak ditetapkan pada saat orang pribadi atau Badan telah memenuhi

syarat subjektif dan objektif atas suatu jenis Pajak dalam satu kurun waktu

tertentu dalam masa Pajak, dalam tahun Pajak, atau dalam Bagian tahun Pajak

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah. Masa

Pajak berlaku untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penghitungan

sendiri oleh Wajib Pajak kecuali untuk BPHTB. Masa Pajak ditetapkan untuk jangka

waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain paling lama 3 (tiga) bulan

kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,

NASKAH AKADEMIK
118
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
menyetor, dan melaporkan Pajak yang terutang. Tahun Pajak merupakan jangka

waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan

tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Masa Pajak dan Tahun

Pajak ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

11. Penggunaan Hasil Penerimaan Pajak Untuk Kegiatan Yang Telah Ditentukan Hasil

penerimaan Opsen PKB dialokasikan paling sedikit 10% (sepuluh persen) untuk

pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana

transportasi umum. Hasil penerimaan PBJT atas Tenaga Listrik, dialokasikan

paling sedikit 10% (sepuluh persen) untuk penyediaan penerangan jalan umum.

Kegiatan penyediaan penerangan jalan umum meliputi penyediaan dan

pemeliharaan infrastruktur penerangan jalan umum serta pembayaran biaya atas

konsumsi Tenaga Listrik untuk penerangan jalan umum.

12. Retribusi Jasa Umum

Jenis pelayanan yang merupakan objek Retribusi Jasa Umum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 71 huruf a meliputi:

a. pelayanan kesehatan;

b. pelayanan kebersihan;

c. pelayanan parkir di tepi jalan umum; dan

d. pelayanan Pasar.

Pelayanan disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah termasuk

pelayanan yang diberikan oleh BLUD. Rincian objek atas pelayanan yang

diberikan oleh BLUD akan diatur dalam Peraturan Bupati sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Detail rincian objek pelayanan yang

diberikan BLUD tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan lebih tinggi, tidak menghambat iklim investasi di

Kabupaten Bangka, dan tidak menimbulkan biaya yang tinggi.

Subjek Retribusi Jasa Umum merupakan orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan Jasa Umum. Wajib Retribusi Jasa Umum

merupakan orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-

undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi atas pelayanan


NASKAH AKADEMIK
119
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Jasa Umum. Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan Jasa Umum

merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya

yang dipikul Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang

bersangkutan. Besaran Retribusi Jasa Umum yang terutang dihitung dengan

cara mengalikan tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi. Pemerintah

Daerah dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya

penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

1) Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi

Subjek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah orang pribadi atau Badan yang

memperoleh sarana/fasilitas pelayanan Kesehatan yang dimiliki dan/atau

yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

2) Objek Retribusi

Objek Objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah Pelayanan kesehatan

di Puskesmas, Puskesmas keliling, balai pengobatan seperti PSC (Public

Safety Center), Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) dan tempat pelayanan

kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah kecuali Pelayanan administrasi.

Dikecualikan dari objek retribusi pelayanan Kesehatan adalah pelayanan

kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, BUMN, BUMD dan

pihak swasta. Terhadap RSUD dan Puskesmas yang telah berstatus BLUD

dan mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan, Retribusi

pelayanan kesehatan dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan

Perundang-undangan mengenai BLUD.

Tingkat penggunaan jasa pelayanan kesehatan diukur berdasarkan

jumlah, jenis, pemakaian perbekalan kesehatan dan frekuensi pelayanan

kesehatan dan/atau jangka waktu yang diberikan.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi pelayanan kesehatan

ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan

NASKAH AKADEMIK
120
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan

tersebut.

Biaya meliputi biaya operasional dan pemeliharaan, biaya modal,

biaya pemeriksaan dan tindakan medis, biaya pengobatan dan biaya rawat

inap. Struktur dan besaran tarif atas Retribusi pelayanan kesehatan

tercantum dalam Lampiran I. Jenis pemeriksaan atas pelayanan

kesehatan yang meliputi:

a. pemeriksaan laboratorium kesehatan menurut kategori; dan

b. macam pemeriksaan kesehatan, tercantum dalam Lampiran II.

Komponen tarif pelayanan rawat jalan, pengujian kesehatan,

tindakan darurat medik, rawat inap, tindakan keperawatan rawat inap,

penunjang diagnostik laboratorium, konsultasi gizi, laundry, pengelolaan

kefarmasian, pengelolaan incinerator, rehabilitasi medik, sterilisasi alat

medis, pemulasaran jenazah dan kedokteran forensik di rumah sakit

umum Daerah terdiri atas:

a. jasa sarana; dan

b. jasa pelaksana.

Komponen tarif penggunaan mobil ambulance dan mobil jenazah di

rumah sakit umum Daerah terdiri atas:

a. jasa sarana;

b. jasa pelaksana; dan

c. biaya operasional.

Pasien darurat medik yang memerlukan tindakan medik dan

terapi, dibayar tersendiri sesuai dengan tarif tindakan medik dan terapi

tersebut. Bahan dan alat yang digunakan adalah bahan dan alat rutin

kecuali menggunakan alat dan bahan di luar itu, dikenakan tarif sesuai

dengan standar harga yang ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku.

Tarif tindakan poliklinik spesialistik yang dilakukan di Instalasi Gawat

Darurat dikenakan tarif 2 (dua) kali tarif rawat jalan. Penderita yang

NASKAH AKADEMIK
121
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
memerlukan pengawasan khusus (observasi) dikenakan tarif 2 (dua) kali

tarif rawat inap kelas III (tiga).

Bayi normal dan cukup umur yang baru lahir dikenakan biaya

akomodasi sebesar 50 % (lima puluh persen) jasa akomodasi ibunya. Bayi

baru lahir yang memerlukan perawatan tersendiri, dikenakan biaya

kelas mana orang tua/keluarganya menghendaki yang biayanya di atas.

Perawatan diruang pemulihan ditetapkan sebesar 1 (satu) hari tarif

perawatan sesuai kelas perawatannya. Perawatan intensif per hari

ditetapkan sebesar 2 (dua) kali tarif perawatan sesuai kelasnya. Tarif

perawatan Bayi dengan inkubator dan penggunaan fototerapi

ditetapkan sebesar tarif kelas II (dua) perharinya. Tarif perawatan isolasi

dikenakan minimal sesuai perawatan kelas II (dua). Tarif perawatan

intensif dari gawat darurat perhari ditetapkan sebesar 2 (dua) kali tarif

perawatan kelas II (dua). Besarnya tarif tindakan perawatan intensif sama

dengan tarif tindakan perawatan kelas II (dua).

Tindakan bedah segera (cito), jasa pelaksana operator dan

anestesi ditambah 50% (lima puluh persen). Kasus dengan penyulit antara

lain: kelainan anatomi, bekas operasi, penyakit metabolik, penyakit jantung,

ASA III & IV. jasa pelaksana operator dan anestesi ditambah tarif 10%

(sepuluh persen).

Tindakan bilateral (kanan dan kiri) dengan tindakan operasi sama

dikenakan tambahan biaya sebesar 100% (seratus persen) dari tarif

operasi unilateral (satu sisi). Tarif operasi belum termasuk obat, cairan,

gas, bahan habis pakai, sterilisasi dan linen. Jika menurut pertimbangan

medis dalam operasi diperlukan keberadaan dokter spesialis lain dan turut

serta selama proses operasi, maka ditambah jasa pelaksana pendamping

sebesar 20% (dua puluh persen) dari jasa pelaksana operator.

Operasi yang dikerjakan oleh beberapa operator/dokter dengan

spesialisasi yang berbeda, maka dikenakan tarif 100% (seratus persen)

NASKAH AKADEMIK
122
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
untuk masing-masing tindakan. Pemeriksaan segera (Cito) ditambah 50%

(lima puluh persen) dari tarif penunjang diagnostik laboratorium di rumah

sakit umum Daerah.

Pemeriksaan di luar jam kerja ditambah 50% (lima puluh

persen) dari tarif jasa pelaksana pemeriksaan elektromedik dan radio

diagnostik di rumah sakit umum Daerah. Pembacaan hasil elektromedik

dilakukan secara seksama dan dikenakan biaya konsultasi.

Laundry rutin selalu dilakukan setiap hari sesuai hari rawat yang terdiri

dari sprei, sarung bantal dan selimut untuk paviliun dan kelas utama

ditambah sarung guling. Tarif laundry rutin hanya dikenakan 1 (satu) kali

selama pasien rawat inap sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

Laundry pribadi dapat dilakukan sesuai dengan pemintaan pasien yang

dikenakan sesuai dengan tarif pelayanan laundry. Tarif kartu dan

administrasi sistem informasi meliputi:

a. pembuatan kartu baru/mengganti kartu yang hilang;

b. administrasi sistem informasi;

Besarnya tarif rehabilitasi poli VIP ditetapkan sebesar dua kali tarif

tindakan reguler.

Tindakan rehabilitasi medik untuk rawat inap kelas perawatan

kelas I (satu), kelas II (dua) dan kelas III (tiga)dikenakan tarif sama dengan

rawat jalan poliklinik reguler. Tindakan rehabilitasi medik untuk rawat

inap kelas Paviliun dan VIP dikenakan tarif sama dengan poli VIP. Tarif

sterilisasi alat medis hanya dikenakan pada penggunaan alat/instrumen

medis yang harus disteril ulang setelah penggunaan.

Penggunaan mobil ambulance di rumah sakit umum Daerah untuk

biaya masuk airport, parkir dan tol ditanggung pemakai. Jika memakai

angkutan lain, seperti pesawat terbang / kapal maka tiket perjalanan

pulang pergi ditanggung pemakai. Akomodasi hotel dan makan pelaksana

dan pendamping, atas penggunaan mobil ambulance di rumah sakit

NASKAH AKADEMIK
123
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
umum Daerah ditanggung pemakai. Besarnya tarif jasa pelaksana

penggunaan mobil jenazah rumah sakit umum Daerah ditetapkan

sebesar 2 (dua) kali tarif jasa pelaksana penggunaan mobil ambulance.

Bedah jenazah atau autopsi dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran

forensik. Akomodasi dan transportasi untuk mendatangkan dokter

spesialis kedokteran forensik ditanggung peminta visum.

Setiap pelayanan kesehatan di rumah sakit umum Daerah yang

memerlukan bahan dan alat di luar bahan dan alat kesehatan rutin

dikenakan tarif yang besarnya dihitung tersendiri sesuai dengan jumlah

dan jenis pemakaiannya berdasarkan standar harga yang ditetapkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Retribusi Pelayanan Kebersihan;

1) Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi

Subjek Retribusi Pelayanan Kebersihan adalah orang pribadi atau Badan

yang mendapatkan dan memanfaatkan atau menikmati pelayanan

Kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi Pelayanan Kebersihan adalah pelayanan kebersihan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi:

a) Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi

pembuangan sementara;

b) Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan

sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah;

c) Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.

d) penyediaan dan/atau penyedotan kakus; dan

e) pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri.

Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan kebersihan jalan

umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya.

3) Cara mengukur tingkat penggunaan jasa

NASKAH AKADEMIK
124
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Tingkat penggunaan jasa pelayanan kebersihan diukur berdasarkan jenis

layanan, frekuensi layanan, volume, jenis sampah/limbah kakus/limbah cair.

4) Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

Prinsip Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

Retribusi pelayanan kebersihan ditetapkan dengan memperhatikan biaya

penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas

pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya Retribusi pelayanan kebersihan

meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal.

5) Struktur dan Besar Tarif Retribusi

Struktur dan besaran tarif Retribusi pelayanan kebersihan digolongkan

berdasarkan pelayanan yang diberikan dan kemampuan masyarakat dan

tercantum dalam Lampiran I.

c. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

1) Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi

Subjek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi

atau Badan yang memanfaatkan tempat parkir di tepi jalan umum yang

ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan jasa

pelayanan parkir bagi yang memanfaatkan parkir di tepi jalan umum yang

ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3) Cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Tingkat Tingkat penggunaan jasa pelayanan parkir di tepi jalan umum diukur

berdasarkan jenis kendaraan, frekuensi layanan dan/atau jangka waktu

pemakaian tempat parkir.

4) Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

Prinsip yang digunakan dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum berdasarkan tujuan

NASKAH AKADEMIK
125
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
mengendalikan permintaan dan penggunaan jasa pelayanan dalam rangka

memperlancar lalu lintas jalan dengan tetap memperhatikan biaya

penyelenggaraan pelayanan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan

efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya di atas meliputi biaya

operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

5) Struktur dan Besar Tarif Retribusi

Struktur Struktur dan besaran tarif Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan

umum ditetapkan berdasarkan jenis kendaraan. Struktur dan besaran tarif

Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum tercantum dalam Lampiran I.

d. Retribusi Pelayanan Pasar;

1) Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi

Subjek Retribusi pelayanan pasar adalah orang pribadi atau Badan yang

memanfaatkan/menggunakan/menikmati pelayanan penyediaan fasilitas

Pasar.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar

tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola oleh

Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang. Dikecualikan

dari objek retribusi adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN,

BUMD, dan pihak swasta.

3) Cara Menguikur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa pelayanan pasar diukur berdasarkan frekuensi

layanan, jangka waktu pemakaian fasilitas pasar dan/atau jenis pemakaian

fasilitas pasar.

4) Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

5) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi pelayanan pasar

ditetapkan didasarkan untuk menutup biaya penyelenggaraan pelayanan

fasilitas Pasar dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat, aspek

keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya meliputi

biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

NASKAH AKADEMIK
126
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
6) Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Struktur dan besaran tarif Retribusi pelayanan pasar ditetapkan

berdasarkan jenis, luas ukuran dan jangka waktu pemakaian dari setiap

fasilitas serta kelas pasar yang digunakan. Tarif Retribusi pelayanan pasar

ditetapkan dalam Lampiran I.

13. Retribusi Jasa Usaha

Jenis penyediaan/pelayanan barang dan/atau jasa yang merupakan objek

Retribusi Jasa Usaha meliputi:

a. Retribusi pemanfaatan aset Daerah;

b. Retribusi penyediaan tempat kegiatan usaha berupa Pasar Grosir,

pertokoan dan tempat kegiatan usaha lainnya;

c. Retribusi penyediaan tempat Pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil

hutan termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan tempat pelelangan;

d. Retribusi penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan;

e. Retribusi penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/ vila;

f. Retribusi pelayanan rumah pemotongan hewan ternak;

g. Retribusi pelayanan jasa kepelabuhanan;

h. Retribusi pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga;dan

i. Retribusi penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.

Pelayanan termasuk pelayanan yang diberikan oleh BLUD. Dikecualikan

dari objek jenis Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan jasa yang

dilakukan oleh Pemerintah Pusat, BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Subjek

Retribusi Jasa Usaha merupakan orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan Jasa Usaha. Wajib Retribusi Jasa Usaha

merupakan orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan

perundang- undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi atas

jenis pelayanan Jasa Usaha. Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan

Jasa Usaha merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar

alokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan

NASKAH AKADEMIK
127
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
jasa yang bersangkutan. Besaran Retribusi Jasa Usaha yang terutang dihitung

dengan cara mengalikan tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.

a. Retribusi Pemanfaatan Aset Daerah

1) Subjek Retribusi

Subyek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah Orang Pribadi atau

Badan yang menggunakan, memakai dan memanfaatkan aset daerah.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi pemanfaatan aset Daerah merupakan pemanfaatan

terhadap aset Daerah yang tidak mengganggu penyelenggaraan tugas dan

fungsi organisasi perangkat Daerah dan/atau optimalisasi aset Daerah

dengan tidak mengubah status kepemilikan termasuk pemanfaatan

barang milik Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan mengenai pengelolaan barang milik Daerah.

3) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa atas objek Retribusi pemanfaatan aset Daerah

diukur berdasarkan diukur berdasarkan jenis layanan, frekuensi

layanan, dan/atau jangka waktu pemakaian kekayaan/aset Daerah

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

Retribusi pemanfaatan aset Daerah didasarkan pada tujuan untuk

memperoleh keuntungan yang layak. Struktur dan besaran tarif Retribusi

pemanfaatan aset Daerah tercantum dalam Lampiran I.

b. Retribusi Penyediaan Tempat Kegiatan Usaha berupa Pasar Grosir,

pertokoan dan tempat kegiatan usaha lainnya

1) Subjek Retribusi

Subjek Retribusi penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar grosir,

pertokoan dan tempat kegiatan usaha lainnya adalah orang pribadi atau

Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa yang disediakan

oleh Pemerintah Daerah atas penggunaan/pemanfaatan tempat

NASKAH AKADEMIK
128
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
berjualan di pasar yang menjual berbagai jenis barang yang dijual

secara grosir dan/atau eceran.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi penyediaan tempat kegiatan usaha berupa Pasar

Grosir, pertokoan dan tempat kegiatan usaha lainnya merupakan

penyediaan tempat kegiatan usaha berupa fasilitas Pasar Grosir, dan

fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, serta tempat kegiatan usaha

lainnya yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

Dikecualikan dari objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau pertokoan

atau tempat kegiatan usaha lainnya adalah fasilitas pasar yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak

swasta.

3) Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa atas objek Retribusi penyediaan tempat kegiatan

usaha berupa pasar grosir, pertokoan dan tempat kegiatan usaha lainnya

diukur berdasarkan luas tempat usaha, frekuensi layanan, dan/atau

jangka waktu pemakaian fasilitas Pasar Grosir, pertokoan, dan/atau

tempat usaha lainnya.

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran penetapan struktur dan besarnya tarif

penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar grosir, pertokoan dan

tempat kegiatan usaha lainnya didasarkan pada tujuan untuk

memperoleh keuntungan yang layak. Struktur dan besaran tarif

Retribusi penyediaan tempat kegiatan usaha tercantum dalam

Lampiran I.

c. Retribusi Penyediaan Tempat Kegiatan Usaha berupa Pasar Grosir, Pertokoan

dan tempat kegiatan usaha lainnnya (Retribusi Penyediaan Tempat Kegiatan

Usaha)

1) Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi


NASKAH AKADEMIK
129
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Subyek Retribusi penyediaan tempat kegiatan usaha berupa Pasar Grosir,

pertokoan dan tempat kegiatan usaha lainnya adalah Orang Pribadi atau

Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa yang disediakan

oleh Pemerintah Daerah atas penggunaan/pemanfaatan tempat berjualan

di pasar yang menjual berbagai jenis barang yang dijual secara grosir

dan/atau eceran. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan

untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong Retribusi Jasa Usaha.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah penyediaan

fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/ pertokoan

yang dikontrakkan, yang disediakan/ diselenggarakan oleh Pemerintah

Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah fasilitas pasar yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak

swasta.

3) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan luas tempat

usaha, frekuensi layanan, dan/atau jangka waktu pemakaian fasilitas

Pasar Grosir, pertokoan, dan/atau tempat usaha lainnya

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi didasarkan

pada tujuanuntuk memperoleh keuntungan yang layak.

d. Retribusi Penyediaan Tempat Pelelangan Ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil

hutan termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan tempat pelelangan

(Retribusi Tempat Pelelangan)

1) Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi

Subjek Retribusi penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi,

NASKAH AKADEMIK
130
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
dan hasil hutan termasuk fasilitas lainnya dalam lingkungan tempat

pelelangan adalah orang pribadi dan Badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah atas penggunaan/pemanfaatan penyediaan tempat

Pelelangan.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi penyediaan tempat Pelelangan merupakan tempat

Pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk

melakukan Pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan/atau hasil hutan

termasuk jasa Pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat

Pelelangan. Termasuk penyediaan tempat Pelelangan adalah

tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk

dijadikan sebagai tempat Pelelangan.

Dikecualikan dari objek Retribusi penyediaan tempat Pelelangan

adalah Tempat Pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola

oleh Pemerintah Pusat, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

3) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa atas objek Retribusi penyediaan tempat

Pelelangan diukur berdasarkan luas tempat pelelangan, frekuensi

layanan, dan/atau jangka waktu pemakaian fasilitas tempat Pelelangan.

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Prinsip

dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada

tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Untuk jasa

penyelenggaraan pelelangan dipungut Retribusi sebesar 5% (lima persen).

Retribusi sebesar 5% (lima persen) tersebut, diambil dari jumlah harga

yang ditetapkan pada saat lelang dan diatur atas beban/tanggungan

sebagai berikut:

a. 2% (dua persen) dipungut dari penjual; dan

b. 3% (tiga persen) dipungut dari pembeli/pedagang bakulan.

NASKAH AKADEMIK
131
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
e. Retribusi Penyediaan Tempat Khusus parkir di luar badan jalan

1) Subjek Retribusi

Subjek Retribusi Penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan

adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati

pelayanan jasa tersebut yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola

oleh Pemerintah Daerah.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi Penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan

adalah penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Dikecualikan dari objek Retribusi tempat khusus parkir di luar badan

jalan merupakan pelayanan tempat parkir khusus yang disediakan,

dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Pusat, BUMN, BUMD, dan

pihak swasta.

3) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa atas objek Retribusi penyediaan tempat khusus

parkir di luar badan jalan diukur berdasarkan jenis kendaraan, frekuensi

layanan, dan/atau jangka waktu pemakaian fasilitas tempat khusus

parkir di luar badan jalan.

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

Retribusi penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan

didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

Struktur dan besaran tarif Retribusi penyediaan tempat khusus

parkir di luar badan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

tercantum dalam Lampiran I.

f. Retribusi Penyediaan Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

1) Subjek Retribusi

NASKAH AKADEMIK
132
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Subjek Retribusi penyediaan tempat penginapan/ pesanggrahan/villa

adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan pelayanan tempat

penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau

dikelola oleh Pemerintah Daerah.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi penyediaan tempat penginapan/

pesanggrahan/villa adalah pelayanan tempat penginapan/

pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi tempat

penginapan/pesanggrahan/villa merupakan tempat penginapan/

pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/ Pemerintah Pusat,

BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

3) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa atas objek Retribusi penyediaan tempat

penginapan/pesanggrahan/villa dihitung berdasarkan berdasarkan jenis

fasilitas, frekuensi layanan, dan/atau jangka waktu pemakaian fasilitas

tempat penginapan/pesanggrahan/ villa.

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

Retribusi penyediaan tempat penginapan/ pesanggrahan/villa didasarkan

pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Struktur dan

besaran tarif Retribusi penyediaan tempat penginapan/

pesanggrahan/villa tercantum dalam Lampiran I.

g. Retribusi pelayanan Rumah Potong Hewan (Rumah pemotongan hewan

ternak)

1) Subjek Retribusi

Subjek Retribusi pelayanan rumah pemotongan hewan ternak adalah

orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa

atau fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki,

NASKAH AKADEMIK
133
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi pelayanan rumah pemotongan hewan ternak adalah

pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak

termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah

dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah

Daerah.

Dikecualikan dari objek Retribusi rumah pemotongan hewan ternak

adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak

yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Pusat,

BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

3) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa atas objek Retribusi pelayanan rumah

pemotongan hewan ternak diukur berdasarkan jenis hewan ternak,

jenis layanan, frekuensi layanan, dan/atau jangka waktu pemakaian

fasilitas rumah potong hewan.

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

Retribusi pelayanan rumah pemotongan hewan ternak didasarkan pada

tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Struktur dan

besaran tarif Retribusi pelayanan rumah pemotongan hewan ternak

tercantum dalam Lampiran I.

h. Retribusi Pelayanan Jasa Kepelabuhanan

1) Subjek Retribusi

Subjek Retribusi pelayanan jasa kepelabuhanan adalah orang pribadi

atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa

kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

2) Objek Retribusi
NASKAH AKADEMIK
134
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Objek Retribusi pelayanan jasa kepelabuhanan merupakan pelayanan

kepelabuhanan di lingkungan Pelabuhan yang disediakan, dimiliki,

dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan jasa

kepelabuhanan merupakan pelayanan jasa kepelabuhanan yang

disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Pusat, BUMN,

BUMD, dan pihak swasta.

3) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa Retribusi pelayanan jasa kepelabuhanan diukur

berdasarkan frekuensi layanan, jangka waktu pemakaian fasilitas

kepelabuhan, jenis layanan, dan/atau volume penggunaan layanan.

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

Retribusi pelayanan jasa kepelabuhanan didasarkan pada tujuan untuk

memperoleh keuntungan yang layak.

Struktur dan besaran tarif Retribusi pelayanan jasa

kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam

Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

i. Retribusi Penyediaan Tempat Rekreasi, Pariwisata dan Olahraga;

1) Subjek Retribusi

Subjek Retribusi penyediaan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga

adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati

pelayanan jasa tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) huruf h merupakan pelayanan

tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki,

NASKAH AKADEMIK
135
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Dikecualikan dari objek Retribusi tempat rekreasi, pariwisata dan

olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Pusat, BUMN,

BUMD, dan pihak swasta.

3) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa atas objek Retribusi tempat rekreasi, pariwisata

dan olahraga diukur berdasarkan jenis fasilitas, frekuensi layanan,

dan/atau jangka waktu pemakaian fasilitas tempat rekreasi, pariwisata,

dan olah raga.

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

Retribusi tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga didasarkan pada

tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Struktur dan

besaran tarif Retribusi tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga

tercantum dalam Lampiran I.

j. Retribusi Penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah.

1) Subjek Retribusi

Subjek Retribusi penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah

adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati jasa

pelayanan tersebut.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah

adalah hasil produksi usaha dan lokasi/tempat serta sarana dan

prasarana atas kegiatan bibit/benih pertanian, peternakan, perikanan,

perkebunan dan kehutanan yang diusahakan oleh Pemerintah Daerah.

3) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa atas objek Retribusi penjualan hasil produksi

usaha Pemerintah Daerah dihitung berdasarkan jenis dan/atau volume

NASKAH AKADEMIK
136
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
produksi usaha Daerah.

4) Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

Retribusi penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah didasarkan

pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Struktur dan

besaran tarif Retribusi penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah

tercantum dalam Lampiran I.

14. Retribusi Perizinan Tertentu

Jenis pelayanan pemberian izin yang merupakan objek Retribusi

Perizinan Tertentu meliputi:

a) pelayanan PBG (Persetujuan Bangunan Gedung); dan

b) pelayanan PTKA (Penggunaan Tenaga Kerja Asing);

Dikecualikan dari objek jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan

perizinan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, BUMN, BUMD, dan pihak

swasta. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu merupakan orang pribadi atau

Badan yang menggunakan/menikmati pemberian Perizinan Tertentu.

Wajib Retribusi Perizinan Tertentu merupakan orang pribadi atau Badan

yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi atas pemberian Perizinan Tertentu.

Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan Perizinan Tertentu merupakan

jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul

Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.

Besaran Retribusi Perizinan Tertentu yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.

a. Retribusi Pelayanan Persetujuan Bangunan Gedung; (PBG)

1) Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi

Subjek Retribusi pelayanan PBG adalah orang pribadi atau badan

yang memperoleh PBG. Wajib Retribusi pelayanan PBG adalah orang

pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk melakukan

NASKAH AKADEMIK
137
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
pembayaran Retribusi pelayanan PBG.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi pelayanan PBG meliputi penerbitan PBG dan SLF oleh

Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Penerbitan PBG dan SLF meliputi:

a. kegiatan layanan konsultasi pemenuhan standar teknis;

b. penerbitan PBG;

c. inspeksi Bangunan Gedung;

d. penerbitan SLF dan SBKBG; dan e. pencetakan plakat SLF.

Penerbitan PBG dan SLF diberikan untuk permohonan persetujuan:

a. pembangunan baru;

b. Bangunan Gedung yang sudah terbangun dan belum memiliki

PBG dan/atau SLF;

c. PBG perubahan untuk:

1. perubahan fungsi Bangunan Gedung;

2. perubahan lapis Bangunan Gedung;

3. perubahan luas Bangunan Gedung;

4. perubahan tampak Bangunan Gedung;

5. perubahan spesifikasi dan dimensi komponen pada Bangunan

Gedung yang mempengaruhi aspek keselamatan dan/atau

kesehatan;

6. perkuatan Bangunan Gedung terhadap tingkat

kerusakan sedang atau berat;

7. perlindungan dan/atau pengembang Bangunan Gedung cagar

budaya; atau

8. perbaikan Bangunan Gedung yang terletak di kawasan cagar

budaya.

d. PBG perubahan tidak diperlukan untuk pekerjaan

pemeliharaan dan pekerjaan perawatan. Dikecualikan dari objek

NASKAH AKADEMIK
138
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Retribusi pelayanan PBG adalah penerbitan PBG untuk bangunan

milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau bangunan yang

memilki fungsi keagamaan/peribadatan.

3) Cara mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa atas pelayanan PBG diukur berdasrakan formula

yang mencerminkan biaya penyelenggaraan penyediaan layanan. Formula

tersebut terdiri atas:

a. formula untuk Bangunan Gedung, meliputi:

1. luas total lantai;

2. indeks terintegrasi; dan

3. indeks Bangunan Gedung terbangun, dan

b. formula untuk prasarana Bangunan Gedung, meliputi:

1. volume;

2. indeks prasarana Bangunan Gedung; dan

3. indeks Bangunan Gedung Terbangun.

4) Prinsip dan Sasaran Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran penetapan struktur dan besaran tarif

Retribusi pelayanan PBG didasarkan pada tujuan untuk menutup

sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan penerbitan PBG.

Tarif penyelenggaraan penerbitan PBG meliputi penerbitan dokumen

izin, pengawasan, penegakan hukum, penatausahaan dan/atau biaya

dampak negatif dari penerbitan PBG. Pelayanan PBG meliputi biaya

penyelenggaraan pelayanan memperhatikan pada rincian layanan

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai

Bangunan Gedung. Tarif Retribusi merupakan nilai rupiah yang

ditetapkan untuk menghitung besaran Retribusi yang terutang.

Dalam hal tarif Retribusi dinyatakan dalam satuan mata uang

selain rupiah, pembayaran Retribusi dimaksud tetap harus dilakukan

dalam satuan mata uang rupiah dengan menggunakan kurs yang

NASKAH AKADEMIK
139
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang keuangan untuk kepentingan perpajakan.

5) Struktur dan Besaran Tarif Retribusi

Struktur dan besarnya tarif Retribusi pelayanan PBG ditetapkan

berdasarkan kegiatan pemeriksaan pemenuhan standar teknis dan layanan

konsultasi untuk Bangunan Gedung dan prasarana Bangunan Gedung.

Perhitungan struktur dan besaran tarif Retribusi pelayanan PBG serta

nilai dari komponen perhitungan Retribusi pelayanan PBG ditetapkan

dalam Lampiran III. Standar harga satuan tertinggi dalam perhitungan

Retribusi pelayanan PBG ditetapkan dalam Peraturan Bupati.

b. Retribusi pelayanan PTKA (Penggunaan Tenaga Kerja Asing).

1) Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi

Subjek Retribusi pelayanan PTKA adalah Pemberi Kerja TKA di Daerah.

2) Objek Retribusi

Objek Retribusi pelayanan PTKA merupakan pelayanan pengesahan RPTKA

perpanjangan bagi Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Daerah.

Dikecualikan dari pengenaan Retribusi pelayanan PTKA adalah

penggunaan Tenaga Kerja Asing oleh:

a. instansi Pemerintah Pusat;

b. perwakilan negara asing;

c. badan internasional;

d. lembaga sosial;

e. lembaga keagamaan; dan

f. jabatan tertentu di lembaga pendidikan.

3) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi pelayanan PTKA

didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya

penyelenggaraan pemberian izin yang diberikan. Biaya pelayanan PTKA

atau penyelenggaraan pemberian izin meliputi biaya penerbitan dokumen

NASKAH AKADEMIK
140
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
izin, pengawasan, penegakan hukum, penatausahaan, dan/atau biaya

dampak negatif dari pemberian izin tersebut.

Pelayanan pengesahan RPTKA perpanjangan meliputi biaya

penyelenggaraan pemberian izin memperhatikan pada rincian layanan

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan mengenai

penggunaan Tenaga Kerja Asing.

4) Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa pelayanan PTKA diukur berdasarkan frekuensi

penyediaan layanan dan/atau jangka waktu layanan. Besaran tarif

Retribusi pelayanan PTKA ditetapkan berdasarkan tingkat

penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.

Besarnya tarif Retribusi PTKA sebesar US$ 100 (seratus dolar Amerika

Serikat) per jabatan per orang per bulan. Dalam hal tarif Retribusi

pelayanan PTKA dinyatakan dalam satuan mata uang selain rupiah,

pembayaran Retribusi dimaksud tetap harus dilakukan dalam satuan

mata uang rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

keuangan untuk kepentingan perpajakan.

Pemberi Kerja TKA yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing kurang dari 1

(satu) bulan wajib membayar Retribusi Penggunaan Tenaga Kerja Asing

sebesar 1 (satu) bulan penuh.

15. Peninjauan Tarif Retribusi

Tarif Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan

Tertentu ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. Peninjauan tarif

Retribusi dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan

perekonomian, tanpa melakukan penambahan objek Retribusi.

Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) khusus

pelayanan PBG hanya terhadap besaran harga/indeks dalam tabel harga satuan

NASKAH AKADEMIK
141
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
bangunan gedung negara / standar harga satuan tertinggi dan indeks lokalitas.

Peninjauan tarif Retribusi khusus pelayanan PTKA berdasarkan tarif yang

ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah mengenai jenis dan tarif atas jenis

penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan. Tarif

Retribusi hasil peninjauan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

16. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

1) Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan umum dan tata cara pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, dimana ketentuan umum dan tata cara pemungutan Pajak dan

Retribusi tersebut meliputi pengaturan mengenai:

a. pendaftaran dan pendataan;

b. penetapan besaran Pajak dan Retribusi terutang;

c. pembayaran dan penyetoran;

d. pelaporan;

e. pengurangan, pembetulan dan pembatalan ketetapan;

f. pemeriksaan Pajak;

g. penagihan Pajak dan Retribusi;

h. keberatan;

i. gugatan;

j. penghapusan piutang Pajak dan Retribusi oleh Bupati; dan

k. pengaturan lain yang berkaitan dengan tata cara pemungutan Pajak dan

Retribusi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan Pemungutan Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah ini akan diatur dengan Peraturan Bupati

dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

NASKAH AKADEMIK
142
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
2) Pemungutan Retribusi oleh Pihak Ketiga

Pemerintah Daerah dapat melakukan pemungutan Retribusi dengan

melibatkan Pihak Ketiga melalui mekanisme Kerja Sama, namun Kerja sama

atau penunjukan pihak ketiga tersebut dibatasi dan tidak termasuk

penetapan tarif, pengawasan, dan pemeriksaan. (Pemungutan Retribusi yang

dilaksanakan oleh pihak ketiga dilaksanakan berdasarkan pertimbangan

efisiensi dan efektivitas pemungutan Retribusi. Ketentuan lebih lanjut

mengenai penyelenggaraan kerja sama atau penunjukan pihak ketiga diatur

dengan Peraturan Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

3) Kedaluwarsa Penagihan Pajak dan Retribusi

Hak untuk melakukan Penagihan Pajak menjadi kedaluwarsa setelah

melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya Pajak,

kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

Daerah.

Dalam hal saat terutang Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut

berdasarkan penetapan Kepala Daerah berbeda dengan saat penetapan

SKPD atau SPPT, jangka waktu 5 (lima) tahun dihitung sejak saat penetapan

SKPD atau SPPT. Kedaluwarsa Penagihan Pajak tertangguh apabila sebelum

jangka waktu:

a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa; atau

b. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa; atau

c. ada pengakuan Utang Pajak dari Wajib Pajak, baik langsung maupun tidak

langsung.

Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa, kedaluwarsa

Penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran dan/atau

Surat Paksa tersebut. Pengakuan Utang Pajak secara langsung

merupakan Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih

mempunyai Utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

NASKAH AKADEMIK
143
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Pengakuan Utang Pajak secara tidak langsung dapat diketahui dari

pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan

permohonan keberatan oleh Wajib Pajak. Dalam hal ada pengakuan Utang

Pajak dari Wajib Pajak kedaluwarsa Penagihan dihitung sejak tanggal

pengakuan tersebut.

Hak untuk melakukan Penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa

setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya

Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang

Retribusi. Kedaluwarsa Penagihan Retribusi tertangguh jika:

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung

maupun tidak langsung.

Dalam hal diterbitkan Surat Teguran, kedaluwarsa Penagihan dihitung

sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut. Pengakuan utang

Retribusi secara langsung merupakan Wajib Retribusi dengan kesadarannya

menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya

kepada Pemerintah Daerah. Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung

dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan

pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

4) Penghapusan Piutang Pajak Dan Retribusi

Bupati melakukan pengelolaan piutang Pajak untuk menentukan

prioritas Penagihan Pajak. Bupati atau pejabat yang ditunjuk

memerintahkan Jurusita Pajak untuk melakukan Penagihan Pajak sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Piutang Pajak yang tidak

mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan Penagihan sudah

kedaluwarsa dapat dihapuskan.

Piutang Pajak yang dihapuskan dalam Keputusan Bupati. Keputusan

Bupati ditetapkan setelah Penagihan telah dilakukan sampai dengan batas

waktu kedaluwarsa Penagihan, dibuktikan dengan dokumen-dokumen

NASKAH AKADEMIK
144
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
pelaksanaan Penagihan.

Penetapan Keputusan Bupati dilakukan dengan mempertimbangkan hasil

koordinasi dengan aparat pengawas internal Pemerintah Daerah Piutang

Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan

Penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. Bupati menetapkan

Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa.

5) Penegakan Ketentuan Pajak dan Retribusi Melalui Sanksi Administratif

Dalam hal Wajib Pajak atau Wajib Retribusi tidak memenuhi kewajibannya,

dikenakan sanksi administratif berupa:

a. teguran tertulis;

b. bunga;

c. denda; dan/atau

d. kenaikan Pajak atau Retribusi.

Besaran sanksi administratif Pajak ditetapkan sebesar tarif bunga perbulan

yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang keuangan atas jumlah Pajak yang kurang dibayar.

Besaran sanksi administratif Retribusi ditetapkan sebesar tarif bunga

perbulan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang keuangan atas jumlah Retribusi yang kurang

dibayar.

Pemberian insentif fiskal ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan

diberitahukan kepada DPRD. Pemberitahuan kepada DPRD disertai dengan

pertimbangan Bupati dalam memberikan insentif fiskal. Bupati atau

Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan keringanan, pengurangan,

pembebasan, dan penundaan pembayaran atas pokok dan/atau sanksi Pajak

dan/atau Retribusi dengan memperhatikan kondisi Wajib Pajak atau Wajib

Retribusi dan/atau objek Pajak atau objek Retribusi. Pemberian keringanan,

pengurangan, pembebasan, dan penundaan pembayaran dilakukan dengan

NASKAH AKADEMIK
145
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
memperhatikan kondisi Wajib Pajak atau Wajib Retribusi dan/atau objek

Pajak atau objek Retribusi.

Kondisi Wajib Pajak meliputi kemampuan membayar Wajib Pajak atau

tingkat likuiditas Wajib Pajak. Kondisi objek Pajak meliputi lahan pertanian

yang sangat terbatas, tanah dan bangunan yang ditempati Wajib Pajak dari

golongan tertentu, nilai objek Pajak sampai dengan batas tertentu, dan

objek Pajak yang terdampak bencana alam, kebakaran, huru-hara, dan/atau

kerusuhan.

17. Pemberian Fasilitas Pajak dan Retribusi dalam Rangka Mendukung Kemudahan

Berusaha dab Berivestasi di Daerah.

Sebagai tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang, beberapa kebijakan di

dalamnya antara lain bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja yang seluas-

luasnya bagi rakyat indonesia secara merata dalam rangka memenuhi hak atas

penghidupan yang layak. Undang-undang menuangkan tujuan tersebut melalui

kebijakan: peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha, peningkatan

perlindungan dan kesejahteraan pekerja, kemudahan, pemberdayaan, dan

perlindungan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah; dan peningkatan

investasi dan percepatan proyek strategis nasional.

Oleh karena itu dalam rangka mendukung kebijakan kemudahan

berusaha dan berinvestasi, Bupati dapat memberikan insentif fiskal kepada

pelaku usaha di Daerah. Insentif fiskal tersebut berupa pengurangan,

keringanan, dan pembebasan atau penghapusan atas pokok Pajak, pokok

Retribusi, dan/atau sanksinya. Insentif fiskal dapat diberikan atas permohonan

Wajib Pajak dan/atau Wajib Retribusi atau diberikan secara jabatan oleh Bupati

berdasarkan pertimbangan, meliputi:

a. kemampuan membayar Wajib Pajak dan/atau Wajib Retribusi;

NASKAH AKADEMIK
146
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
b. kondisi tertentu objek Pajak, seperti objek Pajak terkena bencana alam,

kebakaran, dan/atau penyebab lainnya yang terjadi bukan karena adanya

unsur kesengajaan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan/atau pihak lain yang

bertujuan untuk menghindari pembayaran Pajak;

c. untuk mendukung dan melindungi pelaku usaha mikro dan ultra mikro;

d. untuk mendukung kebijakan Daerah dalam mencapai program prioritas

Daerah; dan/atau

e. untuk mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dalam mencapai program

prioritas nasional.

Pemberian insentif fiskal ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan diberitahukan

kepada DPRD. Pemberitahuan kepada DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat

disertai dengan pertimbangan Bupati dalam memberikan insentif fiskal.

Selanjutnya fasilitas Pajak dan Retribusi dapat diberikan Pemerintah

Daerah dalam rangka mendukung kebijakan kemudahan berusaha dan

berinvestasi, dimana Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan

keringanan, pengurangan, pembebasan, dan penundaan pembayaran atas pokok

dan/atau sanksi Pajak dan/atau Retribusi. Pemberian keringanan,

pengurangan, pembebasan, dan penundaan pembayaran dilakukan dengan

memperhatikan kondisi Wajib Pajak atau Wajib Retribusi dan/atau objek Pajak

atau objek Retribusi.

Kemudian Pemerintah Daerah dalam rangka penetapan Target Penerimaan

Pajak dan Retribusi dalam APBD mempertimbangkan paling sedikit: kebijakan

makroekonomi Daerah, dan potensi Pajak dan Retribusi; dan potensi Pajak dan

Retribusi. Kebijakan makroekonomi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a meliputi: struktur ekonomi Daerah; proyeksi pertumbuhan ekonomi

Daerah, ketimpangan pendapatan, indeks pembangunan manusia, kemandirian

fiskal, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, dan daya saing Daerah.

NASKAH AKADEMIK
147
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
18. Kerahasiaan Data Wajib Pajak

Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala

sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam

rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perpajakan Daerah. Larangan berlaku juga

terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan

Daerah. Yang dikecualikan dari ketentuan adalah:

a. pejabat dan/atau tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau ahli dalam

sidang pengadilan; dan

b. pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati untuk

memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi

Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang

Keuangan Daerah.

Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberikan izin tertulis

kepada pejabat dan tenaga ahli, agar memberikan keterangan, memperlihatkan

bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.

Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau

perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan hukum acara pidana dan hukum

acara perdata, Kepala Daerah dapat memberikan izin tertulis kepada pejabat,

dan tenaga ahli, untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan

keterangan Wajib Pajak yang ada padanya.

Permintaan hakim harus menyebutkan nama tersangka atau nama

tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau

perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta. Pejabat atau

tenaga ahli yang melanggar larangan kerahasiaan data Wajib Pajak, diancam

dengan pidana berdasarkan peraturan perundang-undangan.

NASKAH AKADEMIK
148
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
19. Ketentuan Pidana

Dalam rangka penegakan norma dan ketentuan Peraturan Daerah tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dirumuskan ketentuan Pidana, yang

memuat rumusan yang menyatakan penjatuhan pidana atas pelanggaran

terhadap ketentuan yang berisi norma kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (5) rancangan peraturan daerah ini, yang rumusannya sebagai

berikut:

Rumusan ketentuan pidana ini telah diselaraskan dengan ketentuan Pasal 181

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (UU HKPD), pengaturan ketentuan

Pidana berdasarkan UU HKPD ini berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat (3)

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

NASKAH AKADEMIK
149
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Perundang-undangan bahwa Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana

sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan lainnya.

Kemudian dinyatakan bahwa Pidana berupa denda merupakan

pendapatan negara. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran. Kemudian

Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dapat dituntut apabila telah

melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat Pajak terutang atau

masa Pajak berakhir atau bagian Tahun Pajak berakhir atau Tahun Pajak yang

bersangkutan berakhir.

Penegakan atas pelanggaran tindak pidana di bidang perpajakan

Daerah dilakukan oleh PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) tertentu di

lingkungan Pemerintah Daerah yang memiliki wewenang khusus sebagai

Penyidik untuk melakukan Penyidikan tindak pidana di bidang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum

Acara Pidana. Penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan

Daerah dilakukan oleh pejabat penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

20. Ketentuan Peralihan

Ketentuan Peralihan dirumuskan sebagai bagian penegasan norma

rumusan dalam batang tubuh sebelumnya yang telah disusun terkait hal kapan

mulai berlaku (norma) peraturan Daerah tersebut, dan bagaimana status (hak

dan kewajiban subjek hukum yang terdampak) yang telah dilakukan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang lama.

Ketentuan mengenai Opsen PKB dan Opsen BBNKB, mulai berlaku

pada tanggal 5 Januari 2025, hal ini dirumuskan sebagai bagian dari transisi

pengenaan jenis nomenklatur Pajak baru yaitu Opsen (pungutan tambahan

Pajak menurut persentase tertentu) atas PKB dan BBNKB sejatinya merupakan

pengalihan dari bagi hasil pajak provinsi. Hal tersebut dapat meningkatkan

kemandirian Daerah tanpa menambah beban Wajib Pajak, karena penerimaan

NASKAH AKADEMIK
150
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
perpajakan akan dicatat sebagai PAD. Kemudian Pada saat Peraturan Daerah ini

mulai berlaku, terhadap hak dan kewajiban Wajib Pajak dan Wajib Retribusi

yang belum diselesaikan sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan,

penyelesaiannya dilakukan berdasarkan peraturan perundang- undangan di

bidang Pajak dan Retribusi yang ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan

Daerah ini.

21. Ketentuan Penutup

Ketentuan penutup dirumuskan sebagai bagian penegasan terkait status

peraturan perundang-undangan terkait Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang

sudah berlaku sebelumnya berdasarkan Undang-Undang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah uang lama. Sehingga dengan ketentuan penutup ini

merupakan norma pencabutan dan menyatakan tidak berlaku lagi beberapa

Peraturan Daerah yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Bangka terkait

materi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

22. Penjelasan Umum dan Pasal demi Pasal Peraturan Daerah

Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal demi Pasal dalam Peraturan Daerah ini

dirumuskan sebagai tujuan untuk:

a. menguraikan lebih rinci maksud dan tujuan dari pembentukan Peraturan

Daerah (Perda) yang dimuat dalam Penjelasan Umum sebagaimana

dimaksud ketentuan teknik angka 183 Lampiran II teknik penyusunan

peraturan perundang-undangan Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan jo UU No. 13 Tahun 2022

yang menyatakan “Penjelasan umum memuat uraian secara sistematis

mengenai latar belakang pemikiran, maksud, dan tujuan penyusunan

Peraturan Perundang-undangan (Perda) yang telah tercantum secara singkat

dalam butir konsiderans, serta asas, tujuan, atau materi pokok yang

terkandung dalam batang tubuh Peraturan Perundang-undangan

b. sebagai sarana tafsir resmi rumusan Norma dalam Perda sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan teknik angka 176 Lampiran II teknik


NASKAH AKADEMIK
151
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
penyusunan peraturan perundang-undangan Undang-Undang No.12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan jo UU No. 13

Tahun 2022, bahwa Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk

Peraturan Perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh.

23. Lampiran Peraturan Daerah

Lampiran Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah ini merupakan penjabaran dari norma Pasal

tentang struktur atau jenis, besaran tarif, dan aspek perhitungan terkait

beberapa retribusi Daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah, dan merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, sebagai berikut:

a. Lampiran I berisikan materi tentang Jenis Dan Tarif Retribusi Daerah Yang

Berlaku Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka;

b. Lampiran II berisikan materi tentang Jenis Pemeriksaan Laboratorium

Kesehatan Menurut Kategori Pelayanan Kesehatan;dan

c. Lampiran III berisikan materi tentang Perhitungan Struktur dan Besaran

Tarif Serta Nilai dari Komponen Perhitungan Retribusi Pelayanan

persetujuan bangunan gedung.

Penjabaran lampiran sebagaimana dimaksud di atas dapat dilihat dalam matriks

atau tabel berikut:

LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

JENIS DAN TARIF RETRIBUSI DAERAH


YANG BERLAKU PADA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

I RETRIBUSI JASA UMUM

NASKAH AKADEMIK
152
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

A. RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

1. Rawat Jalan Puskesmas

a. Jasa Pelayanan per jasa Rp. 5.000,-


b. Tambahan Layanan Konseling Kesehatan
Masyarakat per jasa Rp. 5.000,-

2. Rawat Jalan Puskesmas Pembantu per jasa Rp. 5.000,-

3. Rawat Jalan Pusat Kesehatan Desa dan


per jasa Rp. 5.000,-
Poliklinik Desa / Pos Kesehatan Desa

a. Jasa Pelayanan ANC (Pemeriksaan per jasa Rp. 5.000,-


Kehamilan)
b. Jasa Konsultasi Pasien Pelayanan Dasar per jasa Rp. 0,-
Umum
4. Rawat Inap

a. Konsultasi (dokter umum) per jasa Rp. 10.000,-

b. Jasa Visit Maksimal 2 (dua) kali per hari, per visit Rp. 10.000,-
per pasien

c. Makan Pasien per porsi Rp. 15.000,-

d. Rawat per hari Rp. 15.000,-

1) laundry per pasien


a) bahan habis pakai per helai Rp. 2.000,-

b) jasa Pelaksana per jasa Rp. 3.000,-

2) cleaning service per pasien per jasa Rp. 3.000,-

3) oksigen

a) tabung per tabung Rp. 60.000,-

b) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-

5. Pemeriksaan Elektromedik (USG dan EKG)

a. USG (ekokardiografi)
per bahan
1) bahan dan alat Rp. 5.000,-
dan alat
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 55.000,-

b. EKG (ultrasonografi)
per bahan
1) bahan dan alat Rp. 5.000,-
dan alat
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-

NASKAH AKADEMIK
153
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

6. Tindakan Medis Jam Dinas Pagi

a. Tindakan Medik Ringan


1) perawatan luka tanpa jahitan per jasa Rp. 5.000,-

2) perawatan luka plus jahitan(1-3 jahitan) per jasa Rp. 7.500,-

3) perawatan luka plus jahitan ke-4 dan


per jahitan Rp. 2.500,-
seterusnya
4) sirkumsisi/sunat/khitanan per jasa Rp. 50.000,-
5) tindik per jasa Rp. 50.000,-
6) angkat jahitan 1-10 per jasa Rp. 10.000,-
7) angkat jahitan 11 dan seterusnya per jahitan Rp. 1.000,-
8) incise hordeleum (bisul mata) per jasa Rp. 10.000,-
9) pemeriksaan dan perawatan
per jasa Rp. 5.000,-
mata (visus)
10) ekstraksi benda asing (pencabutan) per jasa Rp. 5.000,-
11) perawatan luka gigitan binatang per jasa Rp. 15.000,-
12) pasang spalk (gips) anak per jasa Rp. 10.000,-
13) pasang spalk (gips) dewasa per jasa Rp. 15.000,-
14) insisi abses (pengeluaran nanah pada
per jasa Rp. 10.000,-
gigi)
15) pengobatan luka terinfeksi per jasa Rp. 10.000,-
16) perawatan luka bakar tingkat I
a) kurang dari 5% per jasa Rp. 10.000,-
b) 6 % - 10 % per jasa Rp. 15.000,-
17) iritasi mata per jasa Rp. 10.000,-
18) ekstraksi kuku (pencabutan kuku) per jasa Rp. 10.000,-
19) suntikan per jasa Rp. 1.000,-
20) skin test per jasa Rp. 1.000,-
21) pasang kateter (saluran kencing) per jasa Rp. 10.000,-
22) cabut kateter per jasa Rp. 10.000,-
23) nebulizer per jasa Rp. 15.000,-

b. Tarif Tindakan Kebidanan


1) Pasang IUD (spiral) per jasa Rp. 15.000,-
2) Angkat IUD (spiral) per jasa Rp. 15.000,-
3) Pasang Implant (susuk) per jasa Rp. 20.000,-

NASKAH AKADEMIK
154
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
4) Cabut Implant (susuk) per jasa Rp. 20.000,-
5) KB suntik per jasa Rp. 5.000,-
6) persalinan normal di Pos Kesehatan
per jasa Rp. 500.000,-
Desa (Poskesdes)

7) persalinan normal di Puskesmas per jasa Rp. 500.000,-

8) persalinan patologis / vacum (dengan


per jasa Rp. 700.000,-
penyulit) di Puskesmas

c. Tarif Tindakan Medik Gigi


1) cabut gigi per batang per jasa Rp. 5.000,-
2) cabut gigi dengan komplikasi (cabut gigi
per jasa Rp. 15.000,-
karena patah)
3) pembersihan karang gigi per jasa Rp. 15.000,-
4) kuretase gigi per jasa Rp. 3.000,-
5) pengobatan saraf gigi per jasa Rp. 5.000,-
6) operasi M3 / gigi bungsu miring per jasa Rp. 300.000,-
7) penambalan amalgam (logam hitam) per jasa Rp. 10.000,-

8) penambalan komposit resin dan


penambalan pit and fissure sealant per jasa Rp. 10.000,-
(tidak termasuk bahan habis pakai)

9) penambalan sementara per jasa Rp. 2.000,-


10) incisi abces gigi per jasa Rp. 5.000,-
11) bedah mulut kecil per jasa Rp. 12.500,-
12) orthodontie
a) orthodontie alat removable per jasa Rp. 200.000,-
b) aktivir / kunjungan per jasa Rp. 12.500,-
13) prosthodontie
a) pencetakan per jasa Rp. 20.000,-
b) plat acrylie dengan gigi pertama per jasa Rp. 35.000,-
c) gigi tambahan per gigi per jasa Rp. 20.000,-
d) full denture (gigi tiruan penuh) per jasa Rp. 300.000,-

d. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


1) sederhana per jasa Rp. 5.000,-
2) sedang per jasa Rp. 25.000,-
3) canggih per jasa Rp. 30.000,-

NASKAH AKADEMIK
155
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

e. Pemeriksaan Kesehatan

1) pemeriksaan kesehatan untuk pelajar per jasa Rp. 3.000,-

2) pemeriksaan kesehatan bagi umum/


per jasa Rp. 5.000,-
calon penganten

f. Tarif Kedokteran Forensik

1) pemeriksaan luar jenazah per jasa Rp. 15.000,-


2) pemeriksaan kasus asusila per jasa Rp. 25.000,-
3) pembuatan visum et repertum per jasa Rp. 30.000,-
4) Saksi Ahli di Pengadilan sekali datang per jasa Rp. 100.000,-

7. Tarif Tindakan Medik Puskesmas Sore

a. Jasa pelayanan rawat jalan Puskesmas sore per jasa Rp. 10.000,-

b. Pemeriksaan Elektromedik (USG dan EKG)


Puskesmas Sore
1) USG (ekokardiografi)
per bahan
a) bahan dan alat Rp. 5.000,-
dan alat
b) jasa pelaksanaan per jasa Rp. 55.000,-
2) EKG (ultrasonografi)
per bahan
a) bahan dan alat Rp. 5.000,-
dan alat
b) jasa pelaksanaan per jasa Rp. 25.000,-
3) Rontgen
per bahan
a) bahan dan alat Rp. 25.000,-
dan alat
b) jasa pelaksanaan per jasa Rp. 15.000,-
c. Tarif Tindakan Medik Ringan Selama Jam
Dinas Puskesmas Sore
1) perawatan luka tanpa jahitan per jasa Rp. 10.000,-

2) perawatan luka plus jahitan (1 sd 3


per jasa Rp. 17.500,-
jahitan)

3) perawatan luka plus jahitan ke-4 dst


a) jasa pelaksanaan per jasa Rp. 17.500,-
b) jahitan per jahitan Rp. 1.000,-
4) sirkumsisi per jasa Rp. 55.000,-

NASKAH AKADEMIK
156
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
5) tindik per jasa Rp. 15.000,-
6) angkat jahitan 1-10 per jasa Rp. 15.000,-
7) angkat jahitan ke-11 dst
a) jasa pelaksanaan per jasa Rp. 1.000,-
b) jahitan per jahitan Rp. 1.000,-
8) incise hordeleum per jasa Rp. 15.000,-
9) pemeriksaan dan perawatan mata
per jasa Rp. 10.000,-
(visus)
10) ekstraksi benda asing per jasa Rp. 15.000,-
11) perawatan luka gigitan binatang per jasa Rp. 20.000,-
12) pasang spalk anak per jasa Rp. 15.000,-
13) pasang spalk dewasa per jasa Rp. 20.000,-
14) insisi abses per jasa Rp. 15.000,-
15) pengobatan luka terinfeksi per jasa Rp. 15.000,-
16) perawatan luka bakar tingkat I
a) kurang dari 5% per jasa Rp. 15.000,-
b) 6%-10% per jasa Rp. 20.000,-
17) iritasi mata per jasa Rp. 15.000,-
18) ekstraksi kuku per jasa Rp. 15.000,-
19) suntikan per jasa Rp. 15.000,-
20) skin test per jasa Rp. 2.000,-
21) pasang kateter per jasa Rp. 15.000,-
22) pasang kateter per jasa Rp. 10.000,-
23) nebulaizer per jasa Rp. 20.000,-

8. Tarif Tindakan Medik Gigi Jam Dinas


Puskesmas Sore

a. cabut gigi per batang per jasa Rp. 10.000,-

b. cabut gigi dengan komplikasi per jasa Rp. 40.000,-

c. pembersihan karang gigi per jasa Rp. 20.000,-


d. kuretase gigi per jasa Rp. 8.000,-
e. pengobatan saraf gigi per jasa Rp. 10.000,-
f. operasi M3 / gigi bungsu miring per jasa Rp. 350.000,-
g. penambalan amalgam (logam hitam) per jasa Rp. 15.000,-

NASKAH AKADEMIK
157
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
h. penambalan komposit resin dan
penambalan pit and fissure sealant (tidak per jasa Rp. 15.000,-
termasuk bahan habis pakai)
i. penambalan sementara per jasa Rp. 7.000,-
j. incisi abces gigi per jasa Rp. 10.000,-
k. bedah mulut kecil per jasa Rp. 17.500,-
l. orthodontie
m. orthodontie alat removable per jasa Rp. 250.000,-
n. alat orthodontie fix appliane per jasa Rp. 1.000.000,-
o. aktivir alat ortodontie removable per jasa Rp. 17.500,-
p. aktivir alat ortodontie fix per jasa Rp. 60.000,-
q. prosthodontie
r. pencetakan per jasa Rp. 25.000,-
s. plat acrylie dengan gigi pertama per jasa Rp. 45.000,-
t. gigi tambahan per gigi per jasa Rp. 26.000,-
u. full denture (gigi tiruan penuh) per jasa Rp. 500.000,-
v. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Jam
Dinas Sore
1) sederhana per jasa Rp. 10.000,-
2) sedang per jasa Rp. 30.000,-
3) canggih per jasa Rp. 35.000,-

w. Pemeriksaan Kesehatan Puskesmas Sore

1) pemeriksaan kesehatan untuk pelajar per jasa Rp. 8.000,-


2) pemeriksaan kesehatan bagi umum/
per jasa Rp. 10.000,-
calon penganten
9. Tarif Kedokteran Forensik Puskesmas Sore

a. pemeriksaan luar jenazah per jasa Rp. 20.000,-

b. pemeriksaan kasus asusila per jasa Rp. 20.000,-

c. pembuatan visum et repertum per jasa Rp. 35.000,-

d. saksi ahli di pengadilan sekali datang per jasa Rp. 125.000,-

10. Tarif Tindakan Medik UGD Rawat Inap

a. perawatan luka tanpa jahitan per jasa Rp. 10.000,-

b. perawatan luka plus jahitan (1-3 jahitan) per jasa Rp. 17.500,-

c. perawatan luka plus jahitan ke-4 dst

NASKAH AKADEMIK
158
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa pelaksanaan per jasa Rp. 17.500,-
2) jahitan per jahitan Rp. 3.500,-

d. sirkumsisi per jasa Rp. 65.000,-

e. tindik per jasa Rp. 13.000,-

f. angkat jahitan per jasa Rp. 13.000,-

g. ekstraksi benda asing per jasa Rp. 13.000,-

h. pasang spalk anak per jasa Rp. 12.000,-

i. pasang spalk dewasa per jasa Rp. 17.000,-

j. insisi abses per jasa Rp. 15.000,-

k. pemasangan NGT per jasa Rp. 15.000,-

l. bilas lambung per jasa Rp. 52.000,-

m. perawatan luka bakar tingkat I


1) kurang dari 5% per jasa Rp. 12.000,-
2) kurang dari 10% per jasa Rp. 15.000,-
3) lebih dari 10% per jasa Rp. 20.000,-

n. observasi per 6 jam per jasa Rp. 15.000,-

o. irigasi mata per jasa Rp. 15.000,-

p. irigasi telinga per jasa Rp. 15.000,-

q. ekstrasi kuku per jasa Rp. 15.000,-

r. nekrotomi per jasa Rp. 27.000,-

s. operasi kecil per jasa Rp. 62.000,-

t. pengambilan benda asing dimata per jasa Rp. 17.000,-

u. pengambilan benda asing dihidung per jasa Rp. 17.000,-

v. pengambilan benda asing ditelinga per jasa Rp. 17.000,-

w. suntikan per jasa Rp. 1.000,-

x. infus per jasa Rp. 15.000,-

y. skin test per jasa Rp. 1.000,-

z. suction per jasa Rp. 10.000,-

aa. pasang kateter per jasa Rp. 12.000,-

bb. tranfusi per jasa Rp. 15.000,-

cc. cabut kateter per jasa Rp. 10.000,-

dd. nebulaizer per jasa Rp. 15.000,-

NASKAH AKADEMIK
159
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
11. Tarif Penunjang diagnostik laboratorium
Puskesmas dengan Rawat Inap

a. sederhana/rutin per item Rp. 5.000,-

b. sedang per jasa Rp. 25.000,-

c. canggih per jasa Rp. 30.000,-


12. Tarif Jasa Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Keliling

a. Pemeriksa kesehatan per jasa Rp. 5.000,-


13. Tarif Ambulance di Puskesmas

a. 1 – 5 Km (dalam wilayah kecamatan)


1) bahan bakar minyak 5 (lima) liter per liter sesuai harga pasar
2) jasa sopir per jasa Rp. 5.000,-
3) jasa pendamping per jasa Rp. 25.000,-
b. lebih dari 5 km (diluar wilayah
kecamatan)
a) bahan bakar minyak 5 (lima) liter + 1
per liter sesuai harga pasar
liter per 5 km
b) jasa sopir per jasa Rp. 5.000,-
c) jasa pendamping per jasa Rp. 25.000,-

14. Tarif Tindakan Kebidanan Puskesmas


Rawat Inap

a. pasang IUD per jasa Rp. 20.000,-

b. angkat IUD per jasa Rp. 20.000,-

c. pasang implant per jasa Rp. 25.000,-

d. cabut implant per jasa Rp. 25.000,-

e. KB suntik per jasa Rp. 10.000,-

f. persalinan normal di pos kesehatan desa per jasa Rp. 500.000,-


(poskesdes)
g. persalinan normal di Puskesmas per jasa Rp. 500.000,-

h. persalinan patologis / vacum (dengan per jasa Rp. 700.000,-


penyulit) di Puskesmas

i. kuretase per jasa Rp. 350.000,-

15. Tarif Tindakan Pelayanan Gigi Puskesmas


Rawat Inap

a. cabut gigi per batang per jasa Rp. 5.000,-


b. cabut gigi dengan komplikasi per jasa Rp. 30.000,-

NASKAH AKADEMIK
160
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
c. pembersihan karang gigi per jasa Rp. 15.000,-
d. kuretase gigi per jasa Rp. 3.000,-
e. pengobatan saraf gigi per jasa Rp. 5.000,-
f. operasi M3 / gigi bungsu miring per jasa Rp. 300.000,-
g. penambalan amalgam (logam hitam) per jasa Rp. 10.000,-
h. penambalan komposit resin dan
penambalan pit and fissure sealant (tidak per jasa Rp. 10.000,-
termasuk bahan habis pakai)
i. penambalan sementara per jasa Rp. 2.000,-
j. incisi abces gigi per jasa Rp. 5.000,-
k. bedah mulut kecil per jasa Rp. 12.500,-
l. orthodontie
m. orthodontie alat removable per jasa Rp. 200.000,-
n. aktivir/kunjungan per jasa Rp. 12.500,-
o. prosthodontie
1) pencetakan per jasa Rp. 20.000,-
2) plat acrylie dengan gigi pertama per jasa Rp. 35.000,-
3) gigi tambahan per gigi per jasa Rp. 20.000,-
4) full denture (gigi tiruan penuh) per jasa Rp. 300.000,-
16. Tarif Public Safety Center (PSC)
a. tindakan (all in) per jasa Rp. 100.000,-
b. bahan dan obat yang tidak ditanggung
per jasa Rp. 100.000,-
pemerintah
ditambah harga
obat dan bahan
habis pakai di
apotek

17. Tarif Pelayanan Rawat Jalan Poliklinik


Reguler di Rumah Sakit Umum Daerah
a. Poliklinik Umum dan Gigi
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.500,-
b. Poliklinik Spesialis
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
c. Poliklinik Khusus

NASKAH AKADEMIK
161
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-

18. Tarif Tindakan Poliklinik Bedah di Rumah


Sakit Umum Daerah

a. Pasang Foley kateter


1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.500,-
b. Pasang Metal kateter
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.500,-
c. Biopsi (pengambilan jaringan)
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.500,-
d. Gips kecil anak
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
e. Gips kecil dewasa
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
f. Gips sedang anak
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 30.000,-
g. Gips sedang dewasa
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 40.000,-
h. Gips besar anak
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 50.000,-
i. Gips besar dewasa
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 60.000,-
j. Ganti balut / verban
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-

NASKAH AKADEMIK
162
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-
k. Angkat jahitan
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
l. Anoskopi
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-
m. Collar and cuff (penyanggah leher)
1) jasa sarana per jasa Rp. 11.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.500,-
n. Angkat wire / pen
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.000,-
o. Elastic verban
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
p. Perawatan luka tanpa jahitan
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.700,-
q. Sirkumsisi (Khitanan)

1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 66.000,-

19. Tarif Tindakan Poliklinik Penyakit Dalam


di Rumah Sakit Umum Daerah

a. Pemasangan WSD / selang di dada untuk


pengeluaran cairan
1) jasa sarana per jasa Rp. 37.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-

b. Inhalasi terapi / penyakit dalam


1) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-

a. Punctie pleura /pengambilan cairan di


paru-paru

NASKAH AKADEMIK
163
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-
b. Punctie ascites / perut
1) jasa sarana per jasa Rp. 29.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 50.000,-
c. BMP
1) jasa sarana per jasa Rp. 43.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 13.500,-
d. Aspirasi jarum halus
1) jasa sarana per jasa Rp. 30.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-
e. Siprometri komputerized
1) jasa sarana per jasa Rp. 40.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-
20. Tarif Tindakan Poliklinik Anak di Rumah
Sakit Umum Daerah
a. BMP

1) jasa sarana per jasa Rp. 41.000,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 13.000,-

b. Inhalasi terapi
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
c. PPD tes
1) jasa sarana per jasa Rp. 34.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.500,-
d. EKG simple
1) jasa sarana per jasa Rp. 12.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.000,-

21. Tarif Tindakan Poliklinik Kebidanan dan


Penyakit Kandungan di Rumah Sakit
Umum Daerah

a. Biopsi
1) jasa sarana per jasa Rp. 13.000,-

NASKAH AKADEMIK
164
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
b. Pap smear
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.500,-

c. Vaginal swab

1) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-


2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.500,-
d. Kolposkopi
1) jasa sarana per jasa Rp. 18.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 38.000,-

e. Kauter elektrik

1) jasa sarana per jasa Rp. 12.000,-


2) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
f. Pasang IUD
1) jasa sarana per jasa Rp. 12.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 13.500,-
g. Angkat IUD
1) jasa sarana per jasa Rp. 13.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
h. Pasang implant
1) jasa sarana per jasa Rp. 12.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-
i. Cabut implant
1) jasa sarana per jasa Rp. 12.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-
j. KB Suntik
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
k. Ganti verban
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.500,-
l. Angkat jahitan

NASKAH AKADEMIK
165
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.500,-
m. Ganti tampon
1) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.500,-

n. Hidrotubasi
1) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
o. Kauter Albohy
1) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.500,-
22. Tarif Tindakan Poliklinik Mata di Rumah
Sakit Umum Daerah
a. Amotio corpus alienum
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.900,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.100,-
b. Kalazion
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.900,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.100,-
c. Pterigium
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 31.000,-
d. SBL (bleparoplasty)
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 56.000,-
e. Perimetri 1 mata
1) jasa sarana per jasa Rp. 15.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
f. Perimetri 2 mata
1) jasa sarana per jasa Rp. 17.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-
g. Keratometri
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-

NASKAH AKADEMIK
166
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.500,-
h. Pemeriksaan fundus indirect
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
i. Tonometri aplanasi
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.500,-
j. Water drinking
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.000,-
k. Retinoskopi
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
l. Gonioskopi
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-
m. Anei tes
1) jasa sarana per jasa Rp. 12.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 13.000,-

n. Angkat jahitan di palpebra dan


konjunctiva

1) jasa sarana per jasa Rp. 11.500,-


2) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.000,-
a. Angkat jahitan di kornea
1) jasa sarana per jasa Rp. 12.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.000,-
b. Irigasi
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.000,-
c. Refraktometer
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
d. Ekstirpasi kista konjuctiva

NASKAH AKADEMIK
167
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 24.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 31.000,-
e. Ekstirpasi tumor/kista di palpebra
1) jasa sarana per jasa Rp. 24.000,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 31.000,-

23. Tarif Tindakan Poli Umum di Rumah Sakit


Umum Daerah

a. Perawatan luka tanpa jahitan


1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-

b. Tindik
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 2.000,-
c. Ganti balutan / Angkat jahitan
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 2.000,-
d. Ektraksi benda asing
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-

e. Insisi Abses
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
f. Irigasi Mata
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.000,-
g. Irigasi telinga
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.000,-
h. Ekterpasi kuku
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
i. Necrotomy

NASKAH AKADEMIK
168
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.100,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 40.900,-
j. Pengambilan Benda Asing di Mata
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.900,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.100,-
k. Pengambilan Benda Asing di Hidung
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 22.500,-
l. Pengambilan Benda Asing di Telinga
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-
m. Suntikan
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.000,-
n. Skin tes / tes alergi
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.000,-
o. Evakuasi cerumen
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
p. Pasang Foley kateter
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 9.500,-
24. Tarif Tindakan Poliklinik Gigi di Rumah
Sakit Umum Daerah

a. Pencabutan Gigi (Extraksi)


1) Gigi Sulung Topical
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.500,-
2) Gigi Sulung Suntikan
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
3) Gigi Tetap Anterior

NASKAH AKADEMIK
169
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
4) Gigi Tetap Posterior
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
5) Gigi Tetap dengan Komplikasi
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 27.000,-

b. Penambalan Gigi (Conservasi)


1) Tambalan Sementara
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
2) Tambalan Silikat/Glass lonomer (Fuji)
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 18.000,-
3) Tambalan Composite
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 34.500,-
4) Perawatan Saluran Akar
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-

c. Bedah Mulut Sederhana


1) Bedah kecil
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 26.500,-
2) Bedah sedang
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 190.000,-

d. Orthodonti
1) Orthodonti Removable / Rahang
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-

NASKAH AKADEMIK
170
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

b) jasa pelaksana per jasa Rp. 250.000,-

2) Actifier dan Konsul / Kunjungan


a) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 29.000,-

e. Prosthodonti
1) Pencetakan Gigi Tiruan Removable
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 18.500,-
2) Plat akrilik dengan 1 gigi pertama
a) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 40.500,-
3) Gigi tambahan
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 21.500,-
4) Gigi Tiruan Full / Rahang
a) jasa sarana per jasa Rp. 40.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 260.000,-

f. Periodonti
a. Scalling/Root Planning/Rahang
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 30.000,-
b. Kuretase Dry Socket
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
c. Periodontitis / Gingivitis
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 9.000,-

g. Lain-Lain
1) Pemeriksaan / Pengujian Kesehatan
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 9.000,-

NASKAH AKADEMIK
171
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

25. Tarif Pelayanan Rawat Jalan Poliklinik


VIP di Rumah Sakit Umum Daerah

a. Pemeriksaan dan Konsultasi Poliklinik


Umum/Gigi

1) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-


2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-

b. Pemeriksaan dan Konsultasi Poliklinik


Spesialis

1) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-


2) jasa pelaksana per jasa Rp. 44.000,-

26. Tarif Pengujian Kesehatan di Rumah Sakit


Umum Daerah

a. Pemeriksaan Kesehatan Dasar


1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 9.000,-
b. Tim Penguji Kesehatan
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 70.000,-

c. Lain-Lain (Pemeriksaan Kesehatan dalam


rangka Penerbitan/pengisian klaim
asuransi/jasa raharja

1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-


2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-

d. Tarif Pemeriksaan Dokter Pengujian


Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah

1) Dokter Umum per jasa Rp. 10.000,-

2) Dokter Spesialis per jasa Rp. 25.000,-

3) Dokter Gigi Spesialis per jasa Rp. 25.000,-

27. Tarif Tindakan Darurat Medik di Rumah


Sakit Umum Daerah

a. Pemeriksaan IGD dokter umum / gigi


1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.500,-

b. Pemeriksaan IGD dokter spesialis


(diluar jam kerja)

NASKAH AKADEMIK
172
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-
c. Pemeriksaan IGD dokter spesialis
(jam kerja)
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 44.000,-
d. Perawatan luka tanpa jahitan
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.700,-
e. Perawatan luka 1 - 5 jahitan
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 17.000,-
f. Perawatan luka 6 - 10 jahitan
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 22.000,-
g. Perawatan luka 11 - 20 jahitan
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 27.500,-
h. Perawatan luka lebih dari 20 jahitan
1) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 55.000,-
i. Sirkumsisi (Khitanan)
1) jasa sarana per jasa Rp. 7.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 69.000,-
j. Tindik
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.600,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.400,-
k. Ganti balutan / Angkat jahitan *
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.600,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.400,-
l. Ektraksi benda asing
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.000,-

NASKAH AKADEMIK
173
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
m. Perawatan luka gigitan binatang*
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.600,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 18.900,-
n. Pasang spalk kecil anak *
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.100,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.900,-
o. Pasang spalk sedang anak*
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.500,-
p. Pasang spalk besar anak*
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.600,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 13.900,-
q. Pasang spalk kecil dewasa*
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.000,-
r. Pasang spalk sedang dewasa*
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.600,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.900,-
s. Pasang spalk besar dewasa*
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 19.500,-
t. Insisi Abses
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.900,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.100,-
u. Pungsi Lumbal
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.200,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 27.300,-
v. Pungsi Pleura
1) jasa sarana per jasa Rp. 13.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 52.500,-
w. Pungsi Kandung Kemih
1) jasa sarana per jasa Rp. 13.500,-

NASKAH AKADEMIK
174
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 52.500,-
x. Pungsi Asites
1) jasa sarana per jasa Rp. 13.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 52.500,-
y. Resusitasi tanpa endotracheal tube
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.400,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 22.600,-
z. Resusitasi dengan endotracheal
1) jasa sarana per jasa Rp. 13.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 52.500,-
aa. Pemasangan NGT / Maag Slang
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.600,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.900,-
bb. Venaseksi
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.100,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 69.900,-
cc. Bilas lambung
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.100,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 69.900,-
dd. Perawatan luka bakar tingkat 1
1) < 5%
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.300,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.700,-
2) < 6-10%
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 13.000,-
3) > 10 %
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.900,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 22.100,-
ee. Perawatan luka bakar tingkat 2
1) < 5%
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.900,-

NASKAH AKADEMIK
175
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

b) jasa pelaksana per jasa Rp. 13.600,-

2) < 6-10%
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.100,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 22.900,-
3) > 10 %
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.900,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 34.600,-
ff. Perawatan luka bakar tingkat 3
1) < 5%
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.000,-
2) < 6-10%
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.100,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 41.900,-
3) > 10 %
a) jasa sarana per jasa Rp. 13.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 52.500,-
gg. Perawatan luka bakar tingkat 4
1) < 5%
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.900,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 59.600,-
2) < 6-10%
a) jasa sarana per jasa Rp. 13.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 101.500,-
3) > 10 %
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 127.500,-
hh. Nebulizer
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
ii. Observasi per 6 jam
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-

NASKAH AKADEMIK
176
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
jj. Irigasi Mata
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.700,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 9.300,-
kk. Irigasi telinga
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.600,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.900,-

ll. Ekterpasi kuku


1) jasa sarana per jasa Rp. 3.900,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.100,-
mm. Amputasi jari
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.700,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 52.500,-
nn. Necrotomy
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.100,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 40.900,-
oo. Operasi kecil
1) jasa sarana per jasa Rp. 12.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 87.500,-
pp. Pengambilan Benda Asing di Mata
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.900,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.100,-
qq. Pengambilan Benda Asing di hidung
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 22.500,-
rr. Pengambilan Benda Asing di telinga
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-
ss. Suntikan
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.000,-
tt. Infus

NASKAH AKADEMIK
177
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.500,-
uu. Skin test/ tes alergi
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.000,-

vv. Evakuasi cerumen


1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
ww. Lavement
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-
xx. Suction
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-
yy. Pasang elastic verban ( 3 inch)
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
zz. Pasang elastic verban ( 4,5 inch)
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.500,-
aaa. Pasang elastic verban ( 6 inch)
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
bbb. Pasang ransel verban
1) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-
ccc. Pasang Foley kateter
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 9.500,-
ddd. Pasang metal kateter
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 9.500,-

NASKAH AKADEMIK
178
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
eee. Pelayanan Darah / transfusi
1) jasa sarana per jasa Rp. 150.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 50.000,-

28. Tarif Rawat Inap Rumah Sakit Umum


Daerah

a. Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 100.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 75.000,-
b. VIP
1) jasa sarana per jasa Rp. 75.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 50.000,-
c. Kelas I Utama
1) jasa sarana per jasa Rp. 60.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 40.000,-
d. Kelas I
1) jasa sarana per jasa Rp. 45.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 30.000,-
e. Kelas II
1) jasa sarana per jasa Rp. 37.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.500,-
f. Kelas III
1) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-

29. Tarif Tindakan Medik dan Terapi di


Rumah Sakit Daerah

a. Pemeriksaan/Konsultasi Dokter Spesialis


1) jam kerja
1) Paviliun per jasa Rp. 50.000,-
2) VIP per jasa Rp. 35.000,-
3) Kelas I dan Kelas Utama per jasa Rp. 25.000,-
4) Kelas II per jasa Rp. 20.000,-
5) Kelas III per jasa Rp. 12.500,-

NASKAH AKADEMIK
179
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) luar jam kerja (dokter datang)
a) Paviliun per jasa Rp. 70.000,-
b) VIP per jasa Rp. 50.000,-
c) Kelas I dan Kelas Utama per jasa Rp. 40.000,-
d) Kelas II per jasa Rp. 30.000,-
e) Kelas III per jasa Rp. 15.000,-
3) luar jam kerja (per telepon)
a) Paviliun per jasa Rp. 20.000,-
b) VIP per jasa Rp. 15.000,-
c) Kelas I dan Kelas Utama per jasa Rp. 10.000,-
d) Kelas II per jasa Rp. 7.500,-
e) Kelas III per jasa Rp. 2.500,-
b. Pemeriksaan/Konsultasi Dokter
umum/jaga

1) Paviliun per jasa Rp. 15.000,-

2) VIP per jasa Rp. 13.000,-

3) Kelas I dan Kelas Utama per jasa Rp. 12.000,-

4) Kelas II per jasa Rp. 11.000,-

5) Kelas III per jasa Rp. 10.000,-

30. Tarif Tindakan Bagian Kandungan dan


Kebidanan di Rumah Sakit Daerah

a. Persalinan Normal

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 300.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 850.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 250.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 750.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 100.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 600.000,-

NASKAH AKADEMIK
180
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 75.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 560.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 50.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 500.000,-

b. Persalinan Patologis Ringan (KPD)

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 250.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 750.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 250.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 750.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 250.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 750.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 110.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 650.000,-
5) Kelas III
c) jasa sarana per jasa Rp. 110.000,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 600.000,-
c. Persalinan Patologis Sedang (Pres bo)
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 275.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 800.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 275.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 800.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 275.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 800.000,-

NASKAH AKADEMIK
181
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 125.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 700.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 100.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 650.000,-

d. Persalinan Patologis Berat (tindakan)

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 275.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 820.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 275.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 820.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 275.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 820.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 125.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 700.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 100.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 650.000,-
e. Plasenta manual
1) Paviliun
c) jasa sarana per jasa Rp. 200.000,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 450.000,-
2) VIP
c) jasa sarana per jasa Rp. 110.000,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 330.000,-
3) Kelas I
c) jasa sarana per jasa Rp. 71.500,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 214.500,-

NASKAH AKADEMIK
182
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
4) Kelas II
c) jasa sarana per jasa Rp. 49.500,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 148.500,-
5) Kelas III
c) jasa sarana per jasa Rp. 33.000,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 99.000,-
f. Kuretase
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 500.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 750.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 400.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 600.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 250.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 350.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 200.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 300.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 160.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 240.000,-

g. Dilatasi Cervix

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 125.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 200.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 90.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1250.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 60.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 90.000,-

NASKAH AKADEMIK
183
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 40.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 60.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 25.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 45.000,-

h. Cardiotokografi

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 25.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 30.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 25.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 26.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 25.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 22.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 25.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-
5) Kelas III

a) jasa sarana per jasa Rp. 25.000,-

b) jasa pelaksana per jasa Rp. 17.500,-

i. Reposisi Uterus

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 500.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 750.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 400.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 600.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 250.000,-

NASKAH AKADEMIK
184
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 35.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 200.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 300.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 160.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 240.000,-

31. Tarif tindakan Bagian Haemodialisa di


Rumah Sakit Umum Daerah

a. jasa sarana per jasa Rp. 530.000,-

b. jasa pelaksana per jasa Rp. 120.000,-


32. Tarif Tindakan Bedah dan lain-lain di
Rumah Sakit Umum Daerah
a. Tindakan Medik Kecil dengan Anethesi
lokal
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 125.000,-
b) jasa medik per jasa Rp. 200.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 100.000,-
b) jasa medik per jasa Rp. 150.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 75.000,-
b) jasa medik per jasa Rp. 100.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 60.000,-
b) jasa medik per jasa Rp. 75.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 50.000,-
b) jasa medik per jasa Rp. 50.000,-

b. Tindakan Medik Kecil dengan Narkose

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 140.000,-

NASKAH AKADEMIK
185
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa operator per jasa Rp. 400.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 160.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 115.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 300.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 120.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 100.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 250.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 105.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 80.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 200.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 80.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 62.500,-
b) jasa operator per jasa Rp. 85.500,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 34.000,-

c. Tindakan Medik Sedang

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 210.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 900.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 360.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 190.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 675.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 270.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 165.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 450.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 180.000,-
4) Kelas II

NASKAH AKADEMIK
186
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 130.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 450.000,-

c) jasa anethesi per jasa Rp. 180.000,-

5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 100.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 260.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 105.000,-

d. Tindakan Medik Besar

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 430.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 1.800.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 720.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 400.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 1.400.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 550.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 375.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 1.100.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 430.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 240.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 900.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 360.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 220.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 640.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 225.000,-

e. Tindakan Medik Khusus

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.060.000,-

NASKAH AKADEMIK
187
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa operator per jasa Rp. 2.850.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 1.425.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 960.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 2.430.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 1.215.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 800.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 1.944.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 972.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 720.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 1.620.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 810.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 720.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 1.296.000,-
c) jasa anethesi per jasa Rp. 648.000,-

f. Tindakan Medik Resusitasi bayi normal

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 17.500,-
b) jasa operator per jasa Rp. 32.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 17.500,-
b) jasa operator per jasa Rp. 28.000,-
3) Kelas I
c) jasa sarana per jasa Rp. 17.500,-
d) jasa operator per jasa Rp. 24.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 17.500,-
b) jasa operator per jasa Rp. 16.000,-

5) Kelas III

NASKAH AKADEMIK
188
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 17.500,-
b) jasa operator per jasa Rp. 10.000,-

g. Tindakan Medik Resusitasi bayi


bermasalah

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 20.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 90.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 20.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 78.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 20.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 67.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 20.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 45.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 20.000,-
b) jasa operator per jasa Rp. 27.000,-

33. Tarif Tindakan Keperawatan Rawat Inap


di Rumah Sakit Umum Daerah

a. Suntikan

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.800,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 800,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.200,-
4) Kelas II

NASKAH AKADEMIK
189
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 2.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
b. Infus
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.800,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 28.200,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 18.800,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 750,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 11.750,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 600,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 9.400,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
c. Lavemen
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.500,-
2) VIP
c) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.500,-
3) Kelas I
c) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 23.000,-
4) Kelas II

NASKAH AKADEMIK
190
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-
5) Kelas III
c) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 17.500,-
d. Suction
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.800,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 19.200,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.800,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.800,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 800,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.200,-

e. Pemasangan Foley Kateter

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.500,-

b) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.500,-

2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.500,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.000,-
4) Kelas II

NASKAH AKADEMIK
191
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.300,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 11.700,-

f. Perawatan luka /ganti verban

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.500,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
5) Kelas III
c) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.500,-

g. Sonde Hidung

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 18.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 60.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 12.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 40.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-
4) Kelas II

NASKAH AKADEMIK
192
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-

h. Observasi tiap 6 jam

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
i. Resusitasi tanpa ETT
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 22.500,-
4) Kelas II

NASKAH AKADEMIK
193
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 18.000,-

j. Pemasangan tanpa ETT

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 19.500,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 19.500,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 18.500,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 17.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-

k. Pemasangan NGT

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 8.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 72.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 8.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 72.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 71.000,-
4) Kelas II

NASKAH AKADEMIK
194
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 70.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 69.000,-

l. Bilas lambung

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 8.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 72.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 8.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 72.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 71.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 70.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 69.000,-

m. Perawatan DM

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.000,-
4) Kelas II

NASKAH AKADEMIK
195
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-

n. Perawatan tali pusat

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-

o. Perawatan setelah operasi

1) Paviliun
c) jasa sarana per jasa Rp. 8.000,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.000,-
2) VIP

c) jasa sarana per jasa Rp. 8.000,-

d) jasa pelaksana per jasa Rp. 22.000,-

3) Kelas I
c) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
d) jasa pelaksana per jasa Rp. 21.000,-

NASKAH AKADEMIK
196
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 18.000,-
p. Hecting
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 24.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 40.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.000,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
q. Nebulizer
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 16.000,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.500,-

NASKAH AKADEMIK
197
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.500,-
r. Skin tes
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.500,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.500,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.500,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.500,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.500,-
s. Necrotomy
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 44.500,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 44.500,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 42.800,-

NASKAH AKADEMIK
198
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 41.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 40.500,-
t. Necrotomy
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-

b) jasa pelaksana per jasa Rp. 20.000,-

2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 18.800,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.800,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 14.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 700,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 11.750,-
34. Tarif Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Laboratorium di Rumah Sakit Umum
Daerah
a. Laju Endap Darah
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
b. Hematokrit
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
c. Hemogblobin (HB)
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-

NASKAH AKADEMIK
199
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
d. Eritrosit
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
e. Reticulosit
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
f. Leukosit
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
g. Hitung Jenis Leukosit
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
h. Trombosit
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
i. Eosonofil
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
j. Malaria
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
k. Pecobaan Pembendungan
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
l. Masa Perdarahan
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
m. Masa Pembekuan
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
n. Golongan Darah

NASKAH AKADEMIK
200
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
o. Cross Match
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.000,-
p. Morphologi Darah Tep
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.000,-
q. Masa Protrombin Plasma Serum
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.000,-
r. Gula Darah Puasa
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.000,-
s. Gula Darah 2 jam Post Prandial
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.000,-
t. Asam Urat Darah
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.500,-
u. Kreatinin Darah
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-

v. Kreatinin Urine
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
w. Fosfatase Alkali
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
x. Ureum Darah
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-

NASKAH AKADEMIK
201
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
y. Ureum Urine
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
z. cholesterol
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.500,-
aa. Bilirubin Total
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
bb. Bilirubin Direk
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
cc. Bilirubin Indirek
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
dd. Protein Total
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
ee. SGOT
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.500,-
ff. SGPT
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.500,-
gg. Trigliserida
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
hh. Urine Rutin (Makroskopis, PH, Protein,
Reduksi, Mikroskopis)
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
ii. Urobilin
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-

NASKAH AKADEMIK
202
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
jj. Bilirubin
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
kk. Aseton
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
ll. Sedimen
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
mm. Tinja Rutin (Makroskopis, Mikroskopis)
1) jasa sarana per jasa Rp. 300,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.700,-
nn. Test widal Pendahuluan
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
oo. Test widal Lanjutan
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
pp. Test Kehamilan
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.000,-
qq. HBs Ag/Anti Hbs (RPHA)
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-
rr. Bakteriologi Gram
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
ss. Protein Esbach
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
tt. Basil Tahan Asam

NASKAH AKADEMIK
203
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
uu. BTA ( Sputum )
1) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
35. Tarif Pemeriksaan Elektromedik dan
Radio Diagnostik di Rumah Sakit Umum
Daerah
a. Foto Rontgen Film 35 cm x 35 cm
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.500,-
b. Foto Rontgen Film 30 cm x 40 cm
1) jasa sarana per jasa Rp. 2.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.500,-
c. Foto Rontgen Film 24 cm x 30 cm
1) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-
d. Foto Rontgen 2 Foto 1 Film Besar
1) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
e. Foto Rontgen 2 Foto 1 Film Kecil
1) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
f. EKG (Rekam Fungsi Jantung)
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
g. USG (Ultrasonagrafi) 2 D = Obgyn
1) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 45.000,-
h. USG (Ultrasonagrafi) 2 D = Abdomen
1) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 45.000,-
i. USG (Ultrasonagrafi) 2 D = Transvaginal

NASKAH AKADEMIK
204
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) jasa sarana per jasa Rp. 20.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 45.000,-
j. USG 4D
1) jasa sarana per jasa Rp. 500.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 150.000,-
k. EEG (Rekam Fungsi Otak)
1) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 45.000,-
l. Ventilator per hari
1) jasa sarana per jasa Rp. 145.000,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 60.000,-

m. CT Scan
1) jasa sarana per jasa Rp. 400.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 400.000,-
n. MRI
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.000.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 500.000,-

36. Tarif Konsultasi Gizi di Rumah Sakit Umum


Daerah

a. Rawat Jalan
1) jasa sarana per jasa Rp. 100.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 75.000,-
b. Rawat Jalan VIP
1) jasa sarana per jasa Rp. 100.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 75.000,-
c. Rawat Inap
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.000,-
3) Kelas I

NASKAH AKADEMIK
205
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 750,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
37. Tarif Laundry di Rumah Sakit Umum
Daerah
a. Pelayanan Rutin
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-

b) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.000,-

3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.500,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 750,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
6) Kamar Operasi Minor
a) jasa sarana per jasa Rp. 250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
7) UGD / Ruang Bersalin
a) jasa sarana per jasa Rp. 250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
8) ICU

NASKAH AKADEMIK
206
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
b. Pelayanan Pribadi
1) Sprei double
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 750,-
2) Sprei single
a) jasa sarana per jasa Rp. 400,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 600,-
3) Selimut biasa
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 750,-
4) Selimut tebal
a) jasa sarana per jasa Rp. 400,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 600,-
5) Bed cover besar
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 750,-
6) Bed cover kecil
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.250,-
7) Sarung bantal
a) jasa sarana per jasa Rp. 200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 300,-
8) Sarung guling
a) jasa sarana per jasa Rp. 200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 300,-
9) Handuk besar
a) jasa sarana per jasa Rp. 400,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 600,-
10) Handuk sedang
a) jasa sarana per jasa Rp. 250,-

NASKAH AKADEMIK
207
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 500,-
11) Handuk kecil
a) jasa sarana per jasa Rp. 200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 100,-
12) Hem/blus panjang
a) jasa sarana per jasa Rp. 400,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.100,-
13) Hem/blus pendek
a) jasa sarana per jasa Rp. 200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 800,-
14) Celana/rok pendek
a) jasa sarana per jasa Rp. 200,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 550,-
15) Celana/rok panjang
a) jasa sarana per jasa Rp. 400,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.100,-
16) Celana Jeans
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.500,-
17) T-shirt
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.500,-
18) Jaket
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.500,-
19) Daster
a) jasa sarana per jasa Rp. 400,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 600,-
20) Kain / jarik
a) jasa sarana per jasa Rp. 400,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 350,-
21) Sarung

NASKAH AKADEMIK
208
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 400,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 350,-
22) Rukuh
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 1.000,-

38. Tarif Jasa Pengelolaan Kefarmasian di


Rumah Sakit Umum Daerah

a. Rawat Jalan (Racikan)


1) jasa sarana per jasa Rp. 750,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.250,-
b. Rawat Jalan (Non Racikan)
1) jasa sarana per jasa Rp. 750,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.250,-
c. Rawat Inap (Racikan)
1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 9.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 750,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 7.250,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.500,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 2.750,-

d. Rawat Inap (Non Racikan)

1) Paviliun
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.000,-

NASKAH AKADEMIK
209
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 8.000,-
2) VIP
a) jasa sarana per jasa Rp. 750,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.250,-
3) Kelas I
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 4.0500,-
4) Kelas II
a) jasa sarana per jasa Rp. 500,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.000,-
5) Kelas III
a) jasa sarana per jasa Rp. 250,-
b) jasa pelaksana per jasa Rp. 2.250,-

39. Tarif Pengelolaan Incenerator di Rumah


Sakit Umum Daerah

a. Sampah Medik Kering Per meter kubik

1) jasa sarana per jasa Rp. 74.500,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 12.500,-

b. Sampah Medik Kering Per meter kubik

1) jasa sarana per jasa Rp. 119.500,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-

40. Tarif Rehabilitasi Medik Rawat Jalan


Reguler di Rumah Sakit Umum Daerah

a. Massage

1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-


2) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.500,-
b. Infra Red
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.500,-
c. Gait Traning
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-

NASKAH AKADEMIK
210
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.500,-
d. Exercise Theraphi
1) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 3.500,-
e. Short Wave Diathemi
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.500,-
f. Ultra Sonic
1) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.500,-

41. Tarif Sterilisasi Alat Medis di Rumah Sakit


Umum Daerah

a. Operasi Besar/Khusus

1) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-


2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-
b. Operasi Sedang
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-
c. Operasi Kecil / Ruang Bersalin
3) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
4) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-
d. UGD / Hemodialisis
3) jasa sarana per jasa Rp. 5.000,-
4) jasa pelaksana per jasa Rp. 5.000,-
e. Ruang Perawatan

5) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-

6) jasa pelaksana per jasa Rp. 2.000,-

42. Tarif Penggunaan Mobil Ambulance di


Rumah Sakit Umum Daerah

a. Penggunaan 1 – 5 Km, bahan bakar


dihitung sebesar harga 10 liter jenis per liter minyak sesuai
bahan bakar minyak yang digunakan harga pasar

NASKAH AKADEMIK
211
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

b. Penggunaan melebihi 5 Km,


dihitung sebesar harga 10 liter jenis bahan bakar
bahan bakar minyak yang digunakan, per liter minyak sesuai
ditambah Rp. 500,- per kilometer harga pasar
selanjutnya

c. Penggunaan diluar kota,


dihitung sebesar harga 10 liter jenis bahan bakar
bahan bakar minyak yang digunakan, per liter minyak sesuai
ditambah Rp. 750,- per kilometer harga pasar
selanjutnya

d. Jasa Pelaksana Sopir di dalam Kota


per jasa Rp. 25.000,-
Sungailiat

e. Jasa Pelaksana Sopir di luar Kota


per jasa Rp. 50.000,-
Sungailiat

Sebesar jasa
penggunaan di
f. Jasa Pelaksana penggunaan di luar kota per jasa dalam kota
ditambah Rp. 500,- per
kilometer

Sebesar Biaya
g. Jasa Sarana per jasa
Operasional

penambahan 100%
h. bila menginap (bermalam) dan ditunggu per jasa
dari tarif perharinya

i. Tambahan Tarif Mobil Ambulance jika


didampingi tenaga medis

1) Dalam Kota Per hari


a) Perawat per jasa Rp. 10.000,-
b) Dokter per jasa Rp. 25.000,-
c) Dokter Spesialis per jasa Rp. 100.000,-
2) Luar Kota Per hari
a) Perawat per jasa Rp. 50.000,-
b) Dokter per jasa Rp. 100.000,-
c) Dokter Spesialis per jasa Rp. 300.000,-
3) Luar Daerah Per hari
a) Perawat per jasa Rp. 350.000,-
b) Dokter per jasa Rp. 400.000,-
c) Dokter Spesialis per jasa Rp. 500.000,-

43. Tarif Pelayanan Jenazah di Rumah Sakit


Umum Daerah

NASKAH AKADEMIK
212
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a. Perawatan Jenazah per hari
1) jasa sarana per jasa Rp. 31.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 6.500,-
b. Pengawetan Jenazah per hari
1) jasa sarana per jasa Rp. 138.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 88.000,-
c. Rekonstruksi Jenazah per hari
1) jasa sarana per jasa Rp. 74.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 69.000,-
d. Pemeriksaan Luar Jenazah
1) jasa sarana per jasa Rp. 8.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 25.000,-
e. Pemeriksaan Kasus Asusila
1) jasa sarana per jasa Rp. 25.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 175.000,-
f. Bedah Jenazah
1) jasa sarana per jasa Rp. 130.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 210.000,-
g. Pembongkaran Jenazah di Daerah
1) jasa sarana per jasa Rp. 236.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 670.000,-
h. Pembuatan Visum et Repertum
1) jasa sarana per jasa Rp. 24.500,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 36.000,-
i. Penitipan Jenazah di Lemari Pendingin
per hari
1) jasa sarana per jasa Rp. 110.000,-

2) jasa pelaksana per jasa Rp. 10.000,-


j. Saksi Ahli di Pengadilan sekali datang
1) jasa sarana per jasa Rp. 20.000,-
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 100.000,-
k. Penggunaan Kamar Jenazah dan
Penerbitan Surat Keterangan kematian
1) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-

NASKAH AKADEMIK
213
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) jasa pelaksana per jasa Rp. 15.000,-

B. RETRIBUSI PELAYANAN KEBERSIHAN

1. Tarif Pelayanan Kebersihan


Wajib Retribusi Komersil

a. Hotel bintang 1 atau lebih per bulan Rp. 420.000,-


b. Hotel Melati, Mess, Losmen per bulan Rp. 105.000,-
c. Penginapan, Kos-kosan > 5 (per kamar) per bulan Rp. 7.500,-
d. Toko / Rumah Tinggal dan Toko (Ruko) per bulan Rp. 35.000,-
e. Swalayan / Supermarket / Mall per bulan Rp. 420.000,-
f. Hotel + Cafe per bulan Rp. 435.000,-
g. Mini market per bulan Rp. 140.000,-
h. Restoran per bulan Rp. 140.000,-
i. Showroom per bulan Rp. 140.000,-

j. Showroom + bengkel per bulan Rp. 200.000,-

k. Bengkel Kendaraan Bermotor per bulan Rp. 35.000,-


l. Bengkel + Sparepart Motor per bulan Rp. 100.000,-
m. Tempat olah raga/fitnes/rekreasi per bulan Rp. 25.000,-
n. Warung Makan per bulan Rp. 25.000,-
o. Warkop per bulan Rp. 25.000,-
p. Cafe per bulan Rp. 25.000,-

q. Apotek / toko obat per bulan Rp. 40.000,-

r. Konter HP per bulan Rp. 25.000,-


s. Pencucian motor/mobil per bulan Rp. 25.000,-
t. Bioskop per bulan Rp. 100.000,-

u. Salon per bulan Rp. 25.000,-

v. Pedagang kaki lima (jualan aksesoris,


per hari Rp. 2.000,-
makanan, minuman, gerobyakan, dll)
w. Kios (jualan makanan, kebutuhan pokok,
per hari Rp. 2.000,-
dll)

x. Lapak per hari Rp. 2.000,-

y. Kantor / Yayasan Swasta / tempat Praktek


per bulan Rp. 70.000,-
Profesi

NASKAH AKADEMIK
214
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

z. Rumah Sakit

1) Menggunakan kontainer per rit Rp. 70.000,-

2) Menggunakan Bak Sampah Beton (TPS) per bulan Rp. 200.000,-

aa. Puskesmas/Pustu, Klinik Kesehatan/


per bulan Rp. 70.000,-
Lab kesehatan
2. Tarif Pelayanan Kebersihan Wajib Retribusi
Non Komersil

a. Rumah Penduduk
1) di dalam kompleks per bulan Rp. 35.000,-
2) di luar kompleks per bulan Rp. 35.000,-

b. Kantor Pemerintah, BUMD/ BUMN/


per bulan Rp. 100.000,-
Yayasan Milik Pemerintah

3. Tarif Pelayanan Kebersihan pada saat


Penyelenggaraan Hiburan atau Keramaian per rit Rp. 280.000,-
per hari

4. Tarif retribusi pembuangan sampah


langsung ke TPA yang bukan dilakukan
oleh petugas kebersihan dari instansi per M3 Rp. 5.000,-
terkait

5. Tarif retribusi untuk pelayanan insidentil


pembuangan sampah langsung dari sumber per rit Rp. 175.000,-
sampah ke TPA oleh petugas dengan truck

6. Tarif penyediaan dan/atau penyedotan


kakus dari tangki septik kluster individual,
komunal, dan Badan Usaha dengan Volume per M3 Rp. 260.000,-
per 1 (satu) M3
7. Tarif pembuangan sampah oleh orang
pribadi yang belum menjadi wajib retribusi
tetap yang kedapatan dan/atau diketahui
membuang sampah ke TPS/ Kontainer
yang di bangun Pemerintah Daerah,
dengan Volume:
3 per kejadian Rp. 2.000,-
a. ≤ 50 liter atau ≤ 0,05 M
3
b. > 50 liter s.d ≤ 200 liter atau > 0,05 M s.d
per kejadian Rp. 5.000,-
3
≤ 0,2 M
3 per kejadian Rp. 20.000,-
c. > 200 liter atau > 0,2 M
8. Tarif pembuangan sampah oleh badan
usaha/pelaku usaha yang belum menjadi
wajib retribusi tetap yang kedapatan

NASKAH AKADEMIK
215
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
membuang sampah ke TPS/Kontainer yang
dibangun Pemerintah Daerah, dengan
Volume:
3 per kejadian Rp. 25.000,-
a. ≤ 200 liter atau ≤ 0,2 M
3
b. > 200 liter s.d ≤ 500 liter atau > 0,2 M s.d
per kejadian Rp. 50.000,-
3
≤ 0,5 M
3 per kejadian Rp. 100.000,-
c. > 500 liter atau > 0,5 M
9. Pemakaian Kendaraan Persampahan (Dump
Truck dan/atau Arm Roll) dan Kendaraan
Sky Life
a. Kendaraan Persampahan:
Pengangkutan benda/barang oleh petugas
kebersihan menggunakan Dump Truck,
per rit Rp. 220.000,-
berupa benda/barang yang bukan
golongan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga
b. Kendaraan Skylife penggunaan untuk:
1) Tarif Pelayanan Pemangkasan Pohon
Non Komersil
a) Pemangkasan Pohon di Kantor dan
Lembaga Pendidikan dengan per pohon Rp. 200.000,-
ketinggian < 5 meter
b) Pemangkasan Pohon di Kantor dan
Lembaga Pendidikan dengan per pohon Rp. 300.000,-
ketinggian >5 - 10 meter
c) Pemangkasan Pohon di Kantor dan
Lembaga Pendidikan dengan per pohon Rp. 400.000,-
ketinggian >10 meter
2) Tarif Pemangkasan pohon diluar tanah
milik pemerintah daerah (pribadi) oleh
petugas di ruang lingkup kecamatan
sungailiat

a) Pemangkasan pohon dengan


per pohon Rp. 300.000,-
ketinggian < 5 meter oleh petugas

b) Pemangkasan pohon dengan


per pohon Rp. 400.000,-
ketinggian >5-10 meter oleh petugas

c) Pemangkasan pohon dengan


per pohon Rp. 500.000,-
ketinggian >10 meter oleh petugas
3) Tarif Pelayanan Penebangan Pohon Non
Komersil
a) Penebangan pohon dengan diameter
< 40 cm di Kantor dan Lembaga per pohon Rp. 300.000,-
Pendidikan
b) Penebangan pohon dengan diameter
<40- 50 cm di Kantor dan Lembaga per pohon Rp. 400.000,-
Pendidikan

NASKAH AKADEMIK
216
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
c) Penebangan pohon dengan diameter
<50- 60 cm di Kantor dan Lembaga per pohon Rp. 500.000,-
Pendidikan
d) Penebangan pohon dengan diameter
<60 cm di Kantor dan Lembaga per pohon Rp. 500.000,-
Pendidikan
4) Tarif Penebangan pohon diluar tanah
milik pemerintah daerah (pribadi) oleh
petugas di ruang lingkup kecamatan
sungailiat:
a) Penebangan pohon dengan diameter
per pohon Rp. 500.000,-
< 40 cm oleh petugas
b) Penebangan pohon dengan diameter
per pohon Rp. 600.000,-
> 40 - 50 cm oleh petugas

c) Penebangan pohon dengan diameter


per pohon Rp. 700.000,-
> 50 - 60 cm oleh petugas

d) Penebangan pohon dengan diameter


per pohon Rp. 800.000,-
> 60 cm oleh petugas

5) Tarif Pembersihan dan pengangkutan


hasil pemangkasan dan/atau
penebangan oleh petugas di ruang
lingkup kecamatan sungailiat:
a) Pembersihan dan pengangkutan hasil
pemangkasan dan/atau penebangan
ritasi Rp. 150.000,-
dengan menggunakan armada
kendaraan roda empat
b) Pembersihan dan pengangkutan hasil
pemangkasan dan/atau penebangan
ritasi Rp. 220.000,-
dengan menggunakan armada
kendaraan roda enam
10. Tarif Penyediaan dan/atau Penyedotan
Kakus yang berlokasi di atas 25 km kilometer Rp. 8.000,-
(penambahan per 1 km)
11. Tarif Penyediaan dan/atau Penyedotan
Kakus yang dikelola pihak swasta dan/atau
penyedia lainnya akan diolah di IPLT per M3 Rp. 98.000,-
(retribusi pengolahan)

C. RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI


JALAN UMUM

1. Tarif Setiap Kali Parkir

a. Parkir Kendaraan Truck dengan per unit Rp. 2.500,-


Gandengannya, trailer dan sejenisnya

b. kendaraan truck, bus dan alat besar/berat per unit Rp. 2.000,-
lainnya

NASKAH AKADEMIK
217
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

c. truck mini dan kendaraan lain sejenis per unit Rp. 1.500,-

d. mobil penumpang seperti sedan, pick up, per unit Rp. 1.000,-
oplet dan sejenisnya

e. sepeda motor per unit Rp. 500,-

f. sepeda per unit Rp. 200,-

2. Tarif kendaraan yang diparkir di tempat-


tempat parkir insidentil

a. Parkir Kendaraan Truck dengan per unit Rp. 5.000,-


Gandengannya, trailer dan sejenisnya

b. kendaraan truck, bus dan alat besar/berat per unit Rp. 4.000,-
lainnya

c. truck mini dan kendaraan lain sejenis per unit Rp. 3.000,-

d. mobil penumpang seperti sedan, pick up, per unit Rp. 2.000,-
oplet dan sejenisnya

e. sepeda motor per unit Rp. 1.000,-

f. sepeda per unit Rp. 400,-

D. RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

1. Tarif Memanfaatkan Fasilitas Pasar

a. Pemakaian Los/Petak
1) Menggunakan seluruh fasilitas yang per hari/
Rp. 7.000,-
disediakan per unit
2) Menggunakan salah satu fasilitas yang per hari/
Rp. 5.000,-
disediakan per unit
per hari/
b. Pemakaian Pelataran dan Selasar Pasar per unit
Rp. 5.000,-

c. WC Umum / Mandi Cuci Kakus


per hari/
1) Mandi Rp. 5.000,-
per unit
per hari/
2) Buang Air Besar Rp. 5.000,-
per orang

per hari/
3) Buang Air Kecil Rp. 5.000,-
per orang

NASKAH AKADEMIK
218
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

2. Tarif Tempat Bongkar Muat Barang

per
a. Tonase dibawah 1.000 Kg bongkar Rp. 1.500,-
muat
per
b. Tonase antara 1.000-2.500 Kg bongkar Rp. 2.500,-
muat
per
c. Tonase > 2.500 Kg bongkar Rp. 5.000,-
muat

II RETRIBUSI JASA USAHA

A. RETRIBUSI PEMANFAATAN ASET DAERAH

1. Pemakaian Tanah
per unit /
a. Sarana Media Luar Ruangan < 1 M Maju per bulan
Rp. 10.000,-

b. Tanaman Hias, Ukiran, Patung-Patung


Kesenian, Penjualan Satwa, dan Lapak- per bulan Rp. 10.000,-
lapak ( m2 )

c. Kegiatan Hiburan, Kegiatan Pertunjukan,


dan Kegiatan Pameran

1) 25 m2 sd 50 m2 per hari Rp. 150.000,-

2) 51 m2 sd 100 m2 per hari Rp. 200.000,-

3) > 101 m2 per hari Rp. 250.000,-

2. Pemakaian Gedung / Penggunaan Tanah

a. Gedung Sepintu Sedulang

1) Organisasi / umum
a) hari minggu per hari Rp. 6.500.000,-
b) hari sabtu per hari Rp. 4.000.000,-
c) hari senin sd jumat per hari Rp. 3.500.000,-
2) Pertunjukan, Hiburan dan Kesenian
a) hari minggu per hari Rp. 6.500.000,-
b) hari sabtu per hari Rp. 4.000.000,-
c) hari senin sd jumat per hari Rp. 3.500.000,-
3) Resepsi

NASKAH AKADEMIK
219
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) hari minggu per hari Rp. 6.500.000,-
b) hari sabtu per hari Rp. 4.000.000,-
c) hari senin sd jumat per hari Rp. 3.500.000,-

b. Gedung Wanita
1) Organisasi / umum
a) hari minggu per hari Rp. 3.000.000,-
b) hari sabtu per hari Rp. 2.000.000,-
c) hari senin sd jumat per hari Rp. 1.500.000,-
2) Pertunjukan, Hiburan dan Kesenian
a) hari minggu per hari Rp. 3.000.000,-
b) hari sabtu per hari Rp. 2.000.000,-
c) hari senin sd jumat per hari Rp. 1.500.000,-
3) Resepsi
a) hari minggu per hari Rp. 3.000.000,-
b) hari sabtu per hari Rp. 2.000.000,-
c) hari senin sd jumat per hari Rp. 1.500.000,-

c. Gedung Dinas
1) Organisasi / umum per hari Rp. 150.000,-
2) Pertunjukan, Hiburan dan Kesenian per hari Rp. 200.000,-
3) Resepsi per hari Rp. 375.000,-

d. Gedung Diklat
1) Ruang Pertemuan I dan II per hari Rp. 150.000,-
2) Kamar
a) umum per hari Rp. 7.500,-
b) instalasi per hari Rp. 5.000,-

e. Gedung Sekolah
1) Organisasi / umum per hari Rp. 150.000,-
2) Pertunjukan, Hiburan dan Kesenian per hari Rp. 200.000,-
3) Resepsi per hari Rp. 350.000,-
f. Gedung Serba Guna, Balai Pertemuan
Kecamatan dan Balai Pertemuan
Kelurahan
1) Organisasi / umum per hari Rp. 150.000,-

NASKAH AKADEMIK
220
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) Pertunjukan, Hiburan dan Kesenian per hari Rp. 200.000,-
3) Resepsi per hari Rp. 350.000,-
per hari /
4) Olahraga Rp. 100.000,-
per klub
g. Gedung Milik Pemerintah dalam Kawasan
Hutan Kota
1) Teras Nusantara per kegiatan Rp. 100.000,-

2) Cafetaria per bulan Rp. 100.000,-

3. Pemakaian Bangunan / Gedung Olahraga,


Kios dan Toko

a. Kios / Toko Kolam Renang per bulan Rp. 250.000,-


(Bisnis / Komersil)

b. Kios / Toko Bina Karya per bulan Rp. 150.000,-


(Bisnis / Komersil)

c. Kios / Toko Bagian Bawah Tribun Orom per bulan Rp. 200.000,-
(Bisnis / Komersil)

d. Kios / Toko Bagian Bawah Tribun Orom per bulan Rp. 100.000,-
(Sosial)

e. Kios / Toko Tempat Rekreasi Pariwisata per bulan Rp. 150.000,-


(bisnis/komersi)

4. Sewa Kios Kuliner dan Ruko per bulan Rp. 300.000,-

5. Pemakaian Kendaraan dan Alat - Alat

a. Motor Grader per jam Rp. 325.000,-

b. Wheel Loader per jam Rp. 427.000,-

c. Bachoe per jam Rp. 250.000,-

d. Roller 3 W 6-8 Ton per jam Rp. 125.000,-

e. Vibrator Roller per jam Rp. 225.500,-

f. Dump Truck per jam Rp. 55.000,-

g. Truck Tronton Kecil (Trailer) per jam Rp. 316.000,-

h. Generator per jam Rp. 334.000,-

i. Tyre Roller per jam Rp. 215.000,-

j. Truck Plat Bad per jam Rp. 297.000,-

k. Truck Crane per jam Rp. 298.000,-


l. Excavator (tidak termasuk BBM dan per jam Rp. 275.000,-
operator)
m. Excavator Mini (tidak termasuk BBM dan per jam Rp. 125.000,-

NASKAH AKADEMIK
221
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
operator)

n. Buldoser per jam Rp. 491.000,-

o. Trailer per jam Rp. 316.000,-

p. Cutting Asphalt per jam Rp. 25.000,-

q. Dynapac per jam Rp. 125.000,-


r. Traktor Roda Dua (Hand Traktor) per unit/Ha Rp. 125.000,-
(tidak termasuk BBM dan operator)
s. Traktor Roda Empat per unit/ha Rp. 500.000,-
(tidak termasuk BBM dan operator)
t. Mesin Pemipil / Perontok Jagung per unit/
Rp. 75.000,-
(tidak termasuk BBM dan operator) 50 Kg

u. Mesin UPPO ( Pencacah tanaman/batang ) per unit/


Rp. 75.000,-
(tidak termasuk BBM dan operator) 50 Kg

v. Bus
1) 23 Kursi per trip Rp. 750.000,-
2) 36 Kursi per trip Rp. 850.000,-

w. Tenda Ukuran 4 x 6 M2 per hari Rp. 240.000,-


per buah/
x. Kursi per hari
Rp. 500,-

6. Pemakaian Peralatan Laboratorium


Pekerjaan Umum (Jasa unit Laboratorium
pada Dinas Pekerjaan Umum Jasa
Penelitian dan Pengembangan Bidang
Bahan dan Perkerasan Jalan)

a. Pemeriksaan Bahan Aspal di Laboratorium

1) Aspal Keras

a) Penetrasi dengan Jarum per sampel Rp. 60.000,-

b) Berat Jenis per sampel Rp. 35.000,-

c) Kelekatan per sampel Rp. 40.000,-

2) Campuran Beraspal

a) Ekstraksi (proanalys) per sampel Rp. 1.255.000,-

b) Ekstraksi (Teknis) per sampel Rp. 180.000,-

c) Kadar aspal per sampel Rp. 40.000,-

NASKAH AKADEMIK
222
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
3) Agregat Kasar Untuk Campuran
Beton, Aspal dan Semen

a) analisa saringan per sampel Rp. 50.000,-

b) berat jenis dan penyerapan per sampel Rp. 50.000,-

c) berat isi per sampel Rp. 50.000,-

d) abrasi per sampel Rp. 50.000,-

e) kelekatan terhadap aspal per sampel Rp. 50.000,-

f) lolos saringan no.200 per sampel Rp. 50.000,-

4) Agregat Halus Untuk Campuran


Beton, Aspal dan Semen

a) analisa saringan per sampel Rp. 50.000,-

b) berat jenis dan penyerapan per sampel Rp. 50.000,-

c) berat isi per sampel Rp. 50.000,-

d) sand equivalent per sampel Rp. 105.000,-

e) organik impurities per sampel Rp. 80.000,-

5) Rencana Campuran Aspal dan


per sampel Rp. 500.000,-
Semen ( Briket Marshall ) 15 unit
6) Rencana Campuran (Agregat) Untuk
Base dan Sub Base

a) analisa saringan per sampel Rp. 50.000,-

b) berat jenis dan penyerapan per sampel Rp. 50.000,-

c) berat isi per sampel Rp. 50.000,-

d) abtrasi per sampel Rp. 50.000,-

e) Atterberg limit per sampel Rp. 40.000,-

f) Pemadatan dan modified


per sampel Rp. 450.000,-
(di uji sebanyak 5 (lima) sampel)

g) CBR modified (di uji 3 (tiga) sampel) per sampel Rp. 360.000,-

7) Pengujian Sub Base (Tanah Timbunan


Pilihan)
a) Analisa saringan per sampel Rp. 50.000,-

NASKAH AKADEMIK
223
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

b) Berat Jenis tanah per sampel Rp. 40.000,-

c) Berat isi per sampel Rp. 50.000,-

d) Kadar Air per sampel Rp. 10.000,-

e) Atterberg Limit per sampel Rp. 40.000,-

f) Pemadatan dan modified (di uji


per sampel Rp. 450.000,-
sebanyak 5 (lima) sampel )

g) CBR modified ( di uji 3(tiga) sampel ) per sampel Rp. 360.000,-

8) Tanah untuk Sub Grade

a) analisa saringan per sampel Rp. 50.000,-

b) berat jenis per sampel Rp. 40.000,-

c) Atterberg limit per sampel Rp. 40.000,-

d) Pemadatan dan modified per sampel Rp. 50.000,-

e) CBR modified per sampel Rp. 110.000,-

b. Pengujian Perkerasan di Lapangan


1) California Bearing Ratio (CBR) dengan per titik Rp. 45.000,-
Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
2) Pengambilan sample inti ( Core Drill) per titik Rp. 100.000,-

3) Kepadatan dengan Sand Cone per titik Rp. 50.000,-

c. Pengujian Laboratorium
(Desain Mix Formula / DMF)
per item
1) Campuran Beraspal ( HRS BASE ) Rp. 1.135.000,-
pekerjaan
per item
2) Campuran Beraspal ( HRS WC ) Rp. 1.135.000,-
pekerjaan
per item
3) Campuran Agregat Kls A Rp. 1.050.000,-
pekerjaan
per item
4) Campuran Agregat Kls B Rp. 1.050.000,-
pekerjaan
per item
5) Campuran Beton Rp. 1.080.000,-
pekerjaan
per item
6) Timbunan Pilihan Rp. 1.000.000,-
pekerjaan
per item
7) Sub Grade ( Tanah Dasar ) Rp. 710.000,-
pekerjaan

NASKAH AKADEMIK
224
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

d. Pengujian Laboratorium

1) Penetrasi dengan jarum per sampel Rp. 60.000,-

2) Berat jenis per sampel Rp. 35.000,-

3) Kelekatan per sampel Rp. 40.000,-

e. Pengujian di Lapangan

1) California Bearing Ratio ( CBR ) dengan per titik Rp. 45.000,-


Dynamic Cone Penetrometer ( DCP )

2) Pengambilan Sample Inti ( Core Drill ) per titik Rp. 100.000,-

3) Kepadatan Dengan Sand Cone per titik Rp. 50.000,-

4) Sondir Ringan, 2,5 Ton per meter Rp. 250.000,-

5) Uji Kuat Tekan Beton ( KUBUS ) per sampel Rp. 40.000,-

6) Uji Kuat Tekan Beton ( SLINDER ) per sampel Rp. 50.000,-

7) Hammer Test per titik Rp. 90.000,-

8) Test Exstraction per sampel Rp. 180.000,-

7. Jasa Penelitian dan Pengembangan Bidang


Geoteknik Jalan

a. Pengujian Tanah di Laboratorium


1) Index Properties

a) Atterberg limit per sampel Rp. 40.000,-

b) Shrinkage Limit per sampel Rp. 20.000,-


c) Berat Isi per sampel Rp. 50.000,-
d) Berat Jenis Tanah per sampel Rp. 40.000,-

e) Kadar Air per sampel Rp. 10.000,-

2) Soil Compaction
a) Pemadatan Standard per sampel Rp. 50.000,-

b) Pemadatan Modified per sampel Rp. 90.000,-

c) CBR Standard soaked per sampel Rp. 55.000,-

d) CBR Standard unsoaked per sampel Rp. 45.000,-

NASKAH AKADEMIK
225
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

e) CBR Modified soaked per sampel Rp. 65.000,-

f) CBR Modified unsoaked per sampel Rp. 55.000,-

b. Pengujian Tanah dan Batuan di Lapangan per meter Rp. 250.000,-


Sondir Ringan 2,5 ton

8. Jasa Penelitian dan Pengembangan Bidang


Jembatan dan Bangunan Jalan

a. Pengujian Bahan di Laboratorium


1) Semen untuk campuran Beton kuat
per sampel Rp. 50.000,-
tekan
b. Pengujian Agregat Kasar untuk Campuran
Beton Semen
1) Analisa saringan per sampel Rp. 50.000,-

2) Berat jenis dan penyerapan per sampel Rp. 50.000,-

3) Berat isi per sampel Rp. 50.000,-


4) Abrasi per sampel Rp. 50.000,-
c. Pengujian Agregat halus untuk campuran
beton dan semen
1) Analisa saringan per sampel Rp. 50.000,-

2) Berat jenis dan penyerapan per sampel Rp. 50.000,-


3) Berat isi per sampel Rp. 50.000,-

4) Organic impurities per sampel Rp. 80.000,-

d. Rencana campuran beton (20 benda uji) per sampel Rp. 600.000,-

e. Pengujian untuk Sub Grade (Tanah Dasar)

1) analisa saringan per sampel Rp. 50.000,-

2) berat jenis per sampel Rp. 40.000,-

3) Atterberg limit per sampel Rp. 40.000,-

4) Pemadatan dan modified


per sampel Rp. 250.000,-
(di uji sebanyak 5 (lima) sampel)

5) CBR Standard (di uji 3 (tiga) sampel) per sampel Rp. 330.000,-

f. Pengujian Beton dan Jembatan


1) Hammer test per titik Rp. 90.000,-
9. Pemakaian Peralatan Laboratorium
Kesehatan

NASKAH AKADEMIK
226
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

a. Pemeriksaan Hematologi
(jenis pemeriksaan)

1) Hemoglobin (Spectrofotometer)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

2) Hemoglobin (Blood Cell Counter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

3) Leukosit (Blood Cell Counter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-


4) Hitung jenis Leukosit (Blood Cell
Counter)
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

5) Laju Endap Darah (Westergreen)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-


6) Entirosit (Blood Cell Counter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

7) Trombosit (Blood Cell Counter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

8) Retikulosit (Blood Cell Counter)

c) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

d) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

9) Hematokrit (Blood Cell Counter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

10) MCV (Blood Cell Counter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

NASKAH AKADEMIK
227
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

11) MCH (Blood Cell Counter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

12) MCHC (Blood Cell Counter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

13) Golongan Darah + Rhesus Factor


(Aglutinasi)

a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-

14) Waktu Pendarahan (BT) / (Ivy)

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-


15) Waktu Pembekuan (CT) / Lee & White

a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-
16) Rumple Leed (Makroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-
17) Retraksi Bekuan (Makroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-
18) PTT
a) jasa sarana per jasa Rp. 12.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 28.000,-
19) APTT
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.000,-
20) Sel LE (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 12.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 28.000,-
21) Gambaran Sel Darah Tepi/Blood Film
(Mikroskopis)

NASKAH AKADEMIK
228
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 18.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 42.000,-
22) Jumlah Eosinofil (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.400,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 5.600,-

b. Pemeriksaan Urinalisa (jenis pemeriksaan)


1) Urine Lengkap
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
2) pH (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
3) Protein (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
4) Reduksi (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
5) Bilirubin (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
6) Urobilin (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
7) Benzidin (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
8) Keton (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
9) Nitrit (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-

NASKAH AKADEMIK
229
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
10) Berat Jenis (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
11) Lekosit (carik celup)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
12) Sedimen (mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 7.000,-

13) Analisa Sperma (mikroskopis)


a) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 14.000,-

c. Pemeriksaan Kimia Klinik (Fungsi


Metabolisme Karbohidrat) / (Jenis
Pemeriksaan)

1) Gula Darah Puasa (Spectrofotometer)


a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
2) Gula Darah 2 Jam PP (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
3) Gula Darah Sewaktu (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-

d. Kimia Klinik (Profil Lipid)


1) Cholesterol Total (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
2) HDL (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
3) LDL (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-

NASKAH AKADEMIK
230
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
4) Trigliserida (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-

e. Kimia Klinik : Fungsi Hati


1) SGOT (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
2) SGPT (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-

3) Bilirubin Total (Spectrofotometer)

a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-

4) Bilirubin Direk/Indirek
(Spectrofotometer)

a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
5) Alkalis Phosphatase (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
6) Gamma GT (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-
7) Total Protein (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
8) Albumin (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
9) Globulin (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-

NASKAH AKADEMIK
231
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

f. Kimia Klinik : Fungsi Ginjal


1) Ureum (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
2) Uric Acid (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
3) Creatinine (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
4) Creatiinine Clearance Test
(Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-

g. Kimia Klinik : Elektrolit


1) Calsium (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
2) Phospor (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
3) Natrium, Kalium, Chlorida
(Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 33.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 77.000,-
4) Magnesium (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-

h. Kimia Klinik : Fungsi Pankreas


1) Lipase (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 16.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 38.500,-
2) Amylase (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 16.500,-

NASKAH AKADEMIK
232
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 38.500,-

i. Kimia Klinik : Fungsi Jantung


1) CPK (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 21.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 49.000,-
2) CK-MB (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
3) LDH (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-

j. Kimia Klinik : Iron (Spectrofotometer)


1) jasa sarana per jasa Rp. 24.000,-
2) jasa pelayanan per jasa Rp. 56.000,-

k. Kimia Klinik : TIBC (Spectrofotometer)


1) jasa sarana per jasa Rp. 13.500,-
2) jasa pelayanan per jasa Rp. 31.500,-

l. Immunologi (Jenis Pemeriksaan)


1) Widal (Aglutinasi)
a) jasa sarana per jasa Rp. 16.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 38.500,-
2) CRP (Aglutinasi)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
3) Rhematoid Factor (RF) (Aglutinasi)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
4) ASTO (Anti Streptomysin) (Aglutinasi)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
5) DHF Ig G/ IgM (Dengue Blot)
a) jasa sarana per jasa Rp. 30.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 70.000,-

NASKAH AKADEMIK
233
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
6) DHF Ig G/ IgM (Dipstick)
a) jasa sarana per jasa Rp. 45.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 105.000,-
7) Anti HIV (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 30.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 70.000,-
8) Anti HIV (Dipstick)
a) jasa sarana per jasa Rp. 21.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 49.000,-
9) CD Four (Point Care)
a) jasa sarana per jasa Rp. 21.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 49.000,-
10) HBsAg (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 24.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 56.000,-
11) HBsAg (Dipstick)
a) jasa sarana per jasa Rp. 18.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 42.000,-
12) Anti HBsAg (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 24.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 56.000,-
13) Anti HBsAg (Dipstick)
a) jasa sarana per jasa Rp. 18.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 42.000,-
14) Anti HCV (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 39.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 91.000,-
15) Anti HCV (Dipstick)
a) jasa sarana per jasa Rp. 43.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 101.500,-
16) Anti HAV Total (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 39.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 91.000,-

NASKAH AKADEMIK
234
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
17) Anti HAV Total (Dipstick)
a) jasa sarana per jasa Rp. 43.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 101.500,-
18) VDRL (Flokulasi)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
19) TPHA (Aglutinasi)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
20) Chikungunya IgM (Dipstick)
a) jasa sarana per jasa Rp. 48.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 112.000,-
21) Test Kehamilan (Dipstick)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
22) Toxo IgG (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 45.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 105.000,-
23) Toxo IgM (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 45.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 105.000,-
24) Rubella IgG (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 45.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 105.000,-
25) Rubella IgM (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 60.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 140.000,-
26) CEA (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 45.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 105.000,-
27) T3 (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 45.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 105.000,-

NASKAH AKADEMIK
235
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
28) T4 (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 45.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 105.000,-
29) TSH (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 45.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 105.000,-
30) LH (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 48.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 112.000,-
31) FSH (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 48.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 112.000,-
32) Progesteron (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 66.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 154.000,-
33) Prolactin (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 51.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 119.000,-
34) Testosteron (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 75.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 175.000,-
35) Cholinesterase (Elisa)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-

m. Mikrobiologi (Kultur)
1) Angka Kuman (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 25.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 59.500,-
2) MPN (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
3) E. Coli (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 19.500,-

NASKAH AKADEMIK
236
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 45.500,-
4) Salmonella (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 27.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 63.000,-
5) Shigella (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 27.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 63.000,-
6) Vibrio cholera (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 24.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 56.000,-
7) Staphylococcus aureus (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 27.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 63.000,-
8) Streptococcus faecalis (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 27.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 63.000,-
9) Clostridium diphteri (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
10) Jamur (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
11) Kuman Anaerob (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 25.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 59.500,-
12) MO (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 39.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 91.000,-
13) GO (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 27.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 63.000,-
14) Trichomonas (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-

NASKAH AKADEMIK
237
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-

15) Resistensi tiap MO (Kultur)


a) jasa sarana per jasa Rp. 18.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 42.000,-
16) Kultur BTA (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 25.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 59.500,-
17) Resistensi BTA (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 28.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 66.500,-

n. Mikroskopis
1) Malaria (tebal & tipis) (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-
2) BTA (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-
3) Gram (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-
4) Filaria (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-
5) GO (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-
6) Jamur (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.750,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 8.750,-
7) Amoeba (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.750,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 8.750,-

NASKAH AKADEMIK
238
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
8) Cell Candida (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.750,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 8.750,-
9) Trichomonas vaginalis (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.750,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 8.750,-
10) Clostridium diphteri (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
11) Feaces Rutin (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 2.250,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-
12) Telur Cacing (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-
13) Darah Samar (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
14) Reitz Serum / Hanzen / Kusta
(Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-

o. Air
1) MPN Coliform (MPN)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
2) MPN Coli tinja (MPN)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
3) ALT / Jumlah Kuman (Kultur)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 59.500,-
p. Kimia Lingkungan / Analisa Air
Fisika (jenis pemeriksaan)

NASKAH AKADEMIK
239
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) Bau (Organoleptik)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
2) Kekeruhan (Visual)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
3) Jumlah Zat Padat Terlarut (Gravimetri)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
4) Rasa (Organoleptik)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
5) Warna (Colorimeter)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-

6) Suhu (termometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
7) Kejernihan (Visual)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
8) Zat Tersuspensi (TSS) (Gavimetri)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
9) Zat Terendap (Gavimetri)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
10) Daya Hantar Listrik (Conductivity)
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 7.000,-
11) Benda Terapung (Mikroskopis)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-

NASKAH AKADEMIK
240
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-
12) Lapisan Minyak (Visual)
a) jasa sarana per jasa Rp. 1.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 3.500,-

q. Kimia Lingkungan / Analisa Air


Kimiawi (jenis pemeriksaan)
1) Arsen (As) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
2) Arsen (As) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 30.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 70.000,-
3) Fluorida (F) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
4) Total Chromium (Cr) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-
5) Chromium Valensi 6 (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
6) Chromium Valensi 6 (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
7) Kadmium (Kd) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
8) Kadmium (Kd) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-

9) Nitrit (NO2) (Spectrofotometer)

a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-

NASKAH AKADEMIK
241
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
10) Nitrat (NO3) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
11) Sianida (CN) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 12.750,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 29.750,-
12) Selenium (Se) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 12.750,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 29.750,-
13) Selenium (Se) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
14) Aluminium (Al) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
15) Aluminium (Al) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
16) Besi (Fe) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
17) Besi (Fe) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
18) Kesadahan (CaCO3) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
19) Chlorida (Cl) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 12.150,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 28.350,-
20) Mangan (Mn) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 16.050,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 37.450,-

NASKAH AKADEMIK
242
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
21) Mangan (Mn) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
22) pH (pH meter)
a) jasa sarana per jasa Rp. 3.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 7.000,-
23) Seng (Zn) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
24) Seng (Zn) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
25) Sulfat (SO4) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.150,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.850,-
26) Tembaga (Cu) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 8.400,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 19.600,-
27) Tembaga (Cu) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
28) Ammonia (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
29) Ammonia (Gas analyzer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
30) Air Raksa (Hg) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
31) Air Raksa (Hg) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-

NASKAH AKADEMIK
243
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
32) Timbal (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-

33) Timbal (AAS)


a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
34) Nikel (Ni) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 19.050,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 44.450,-
35) Nikel (Ni) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
36) Cobalt (Co) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
37) Cobalt (Co) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
38) Calsium (Ca) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
39) Calsium (Ca) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
40) Magnesium (Mg) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
41) Magnesium (Mg) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
42) Natrium (Na) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-

NASKAH AKADEMIK
244
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
43) Natrium (Na) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
44) Kalium (K) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-

45) Kalium (K) (AAS)

a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-

46) Sisa Chlor (Colorimeter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 14.000,-

47) Sisa Chlor (Titrimeter)


a) jasa sarana per jasa Rp. 6.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 14.000,-

48) Chlor Bebas (Titrimeter)

a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
49) Antimon (Sb) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
50) Salinitas (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
51) Sodium absorption (Perhitungan)
a) jasa sarana per jasa Rp. 12.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 28.000,-
52) Strontium (Sr) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-

NASKAH AKADEMIK
245
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
53) Strontium (Sr) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
54) Barium (Ba) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-
55) Barium (Ba) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
56) Perak (Ag) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
57) Perak (Ag) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-

58) Residual Sodium Carbonat (Perhitungan)

a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
59) Timah (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
60) Timah (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
61) Uranil (U) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
62) Uranil (U) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
63) Silika (S) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-

NASKAH AKADEMIK
246
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
64) Silika (S) ) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
65) Lithium (Li) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
66) Lithium (Li) (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
67) Asam Borat (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
68) Boron (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
69) Boron (AAS)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
70) Belerang dioksida (SO2)
(Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
71) Belerang dioksida (SO2) (Gas analyzer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
72) CO2 Agresif (Titrimeter)
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-

b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-

73) Carbon Monoksida (CO)


(Spectrofotometer)

a) jasa sarana per jasa Rp. 7.500,-


b) jasa pelayanan per jasa Rp. 17.500,-
74) Kebasaan (Titrimeter)

NASKAH AKADEMIK
247
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) jasa sarana per jasa Rp. 4.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 10.500,-
75) Oksidan (O3) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
76) Oksidan (O3) (Gas analyzer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
77) Oksida Nitrogen (Nox) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
78) Oksida Nitrogen (Gas analyzer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 22.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 52.500,-
79) Oksigen Terabsopsi (Titrimeter)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
80) Oksigen Terabsopsi (Polentimetri)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
81) H2S (Hidrogen Sulfida)
(Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-
82) H2S (Hidrogen Sulfida) (Ion Selektif)
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-
83) Zat Organik (KMnO4) (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
84) Nitrogen Total (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 19.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 45.500,-

NASKAH AKADEMIK
248
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
85) Fosfat (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
86) Phenol (Spectrofotometer)
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-
87) BOD (Titrimeter)
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-
88) COD (Titrimeter)
a) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-
r. Pemeriksaan Toksikologi
(Bahan Adiktif dan Doping (Nafza))
1) Amphetamin (Rapid Test)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
2) Metamphetamin (Rapid Test)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
3) Morpin (Rapid Test)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
4) Ganja/THC (Rapid Test)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-
5) Benzodiazepam (Rapid Test)
a) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-

s. Pemeriksaan Toksiologi (Pestisida)


1) Golongan Organochlorin (KLT / GC)
a) jasa sarana per jasa Rp. 60.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 140.000,-

NASKAH AKADEMIK
249
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
2) Golongan Organophosphat per parameter
(KLT / GC)
a) jasa sarana per jasa Rp. 60.000,-
b) jasa pelayanan per jasa Rp. 140.000,-
3) Golongan Karbamat per parameter
(KLT / GC)
1) jasa sarana per jasa Rp. 60.000,-
2) jasa pelayanan per jasa Rp. 140.000,-

t. Pemeriksaan Rhodamin B (Rapid Test)


1) jasa sarana per jasa Rp. 13.500,-
2) jasa pelayanan per jasa Rp. 31.500,-

u. Pemeriksaan Siklamat (Rapid Test)


1) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-

2) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-

v. Pemeriksaan Formalin (Rapid Test)


1) jasa sarana per jasa Rp. 10.500,-
2) jasa pelayanan per jasa Rp. 24.500,-

w. Pemeriksaan Methanyl Yellow (Rapid Test)


1) jasa sarana per jasa Rp. 9.000,-
2) jasa pelayanan per jasa Rp. 21.000,-

x. Pemeriksaan Pork / Babi (Rapid Test)


1) jasa sarana per jasa Rp. 15.000,-
2) jasa pelayanan per jasa Rp. 35.000,-

y. Pemeriksaan Pork / Babi (PCR)


3) jasa sarana per jasa Rp. 75.000,-
4) jasa pelayanan per jasa Rp. 175.000,-
B. RETRIBUSI PENYEDIAAN TEMPAT KEGIATAN
USAHA BERUPA PASAR GROSIR, PERTOKOAN
DAN TEMPAT KEGIATAN USAHA LAINNYA

1. Petak Toko / Rumah Toko (Ruko)

a. Petak Toko / Ruko Permanen


1) Luas 0 M2 – 9 M2 per tahun Rp. 1.700.000,-

2) Luas 9 M2 – 12 M2 per tahun Rp. 2.000.000,-

3) Luas 13 M2 – 20 M2 per tahun Rp. 2.500.000,-

NASKAH AKADEMIK
250
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

4) Luas 21 M2 – 30 M2 per tahun Rp. 4.100.000,-

5) Luas diatas 30 M2 per tahun Rp. 4.500.000,-

b. Petak Toko / Ruko Semi Permanen


1) Luas 0 M2 – 9 M2 per tahun Rp. 1.000.000,-

2) Luas di atas 9 M2 per tahun Rp. 1.250.000,-


2. Los

a. Luas 0 M2 – 4 M2 per tahun Rp. 500.000,-

b. Luas diatas 4 M2 per tahun Rp. 650.000,-

3. Meja setiap M2 per tahun Rp. 400.000,-


C. RETRIBUSI PENYEDIAAN TEMPAT KHUSUS
PARKIR DI LUAR BADAN JALAN

1. Truck dengan gandengan/box dan Trailer

a. 1-2 jam per unit Rp. 5.000,-


per unit/
b. di atas 2 jam dikenakan Rp.2.500/jam per jam
Rp. 2.500,-

2. Truck Kecil, Bus dan Alat Berat / Besar

a. 1-2 jam per unit Rp. 4.000,-


per unit/
b. di atas 2 jam dikenakan Rp.2.000/jam per jam
Rp. 2.000,-

3. Mobil Penumpang (Minibus dan Pick Up)

a. 1-2 jam per unit Rp. 2.000,-


per unit/
b. di atas 2 jam dikenakan Rp.1.000/jam per jam
Rp. 1.000,-

4. Sepeda Motor

c. 1-2 jam per unit Rp. 1.000,-


per unit/
d. di atas 2 jam dikenakan Rp.500/jam per jam
Rp. 500,-

D. RETRIBUSI PENYEDIAAN TEMPAT


PENGINAPAN/PERSANGGRAHAN/VILA

1. Mess Pemda Kamar Anggrek

a. VIP
per kamar/
1) untuk Dinas Rp. 200.000,-
per hari
per kamar/
2) untuk Umum Rp. 250.000,-
per hari

NASKAH AKADEMIK
251
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

b. Biasa
per kamar/
3) untuk Dinas Rp. 125.000,-
per hari
per kamar/
4) untuk Umum Rp. 175.000,-
per hari
2. Mess Pemda Kamar Melati

a. VIP
per kamar/
a. untuk Dinas Rp. 200.000,-
per hari
per kamar/
b. untuk Umum Rp. 250.000,-
per hari

b. Biasa
per kamar/
1) untuk Dinas Rp. 20.000,-
per hari
per kamar/
2) untuk Umum Rp. 25.000,-
per hari
c. Barak
per kamar/
1) untuk Dinas Rp. 125.000,-
per hari
per kamar/
2) untuk Umum Rp. 150.000,-
per hari

3. Ruang Belajar / Pertemuan

per kamar/
a. untuk Dinas Rp. 250.000,-
per hari

per kamar/
b. untuk Umum Rp. 300.000,-
per hari
E. RETRIBUSI PELAYANAN RUMAH
PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

1. Penyewaan kandang (karantina)


Setara dengan
a. Sapi / Kerbau per ekor harga 1/3 kg
per ekor
Setara dengan
b. Babi per ekor harga 1/3 kg
per ekor
Setara dengan
c. Kambing / Domba per ekor harga 1/3 kg
per ekor
2. Pemeriksan kesehatan ternak
sebelum/sesudah dipotong pasar kelas
1 (satu)
a. Sapi / Kerbau per ekor Setara dengan
NASKAH AKADEMIK
252
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
harga 1/2 kg
per ekor
Setara dengan
b. Babi per ekor harga 1/2 kg
per ekor
Setara dengan
c. Kambing / Domba per ekor harga 1/2 kg
per ekor
Setara dengan
d. Ayam / Itik per ekor harga Ro. 250,-
per ekor

3. Pemakaian tempat Pelayuan Daging


Setara dengan
a. Sapi / Kerbau per ekor harga 1/6 kg
per ekor
Setara dengan
b. Babi per ekor harga 1/6 kg
per ekor
Setara dengan
c. Kambing / Domba per ekor harga 1/6 kg
per ekor
4. Pemeriksaan ulang daging/kesehatan
daging dari luar daerah yang belum
dilengkapi dengan Surat Keterangan
Pemeriksaan oleh Instansi yang
berwenang di daerah asal.
a. Sapi / Kerbau per kg Rp. 1.000,-

b. Babi per kg Rp. 500,-

c. Ayam / Itik per kg Rp. 250,-

F. RETRIBUSI PELAYANAN JASA


KEPELABUHANAN

1. Jasa Labuh
a. Kapal yang melakukan kegiatan niaga di
pelabuhan umum

per GT
1) Kapal Angkutan Laut luar Negeri USD. 0.035,-
per 15 hari

per GT
2) Kapal angkutan laut dalam Negeri Rp. 40,-
per 15 hari
per GT
3) Kapal pelayaran rakyat/perintis Rp. 20,-
per 15 hari

4) Kapal melakukan kegiatan tetap di


perairan pelabuhan

NASKAH AKADEMIK
253
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
per GT
a) Kapal angkutan laut dalam negeri Rp. 70,-
per bulan

b) Kapal pelayaran rakyat/kapal per GT


Rp. 35,-
perintis per bulan

b. Kapal tidak melaksanakan kegiatan niaga


per GT
1) Kapal Angkutan Laut luar Negeri USD. 0.018,-
per 15 hari
per GT
2) Kapal angkutan laut dalam neger Rp. 20,-
per 15 hari
per GT
3) Kapal pelayaran rakyat/perintis Rp. 10,-
per 15 hari
c. Kapal yang melakukan kegiatan di
terminal untuk kepentingan sendiri dan
di Terminal Khusus
per GT
1) Kapal angkutan laut luar negeri USD. 0.021,-
per 15 hari
per GT
2) Kapal angkutan laut dalam Negeri Rp. 25,-
per 15 hari
2. Jasa Tambat
a. Kapal yang melakukan kegiatan di
pelabuhan umum
1) Tambatan Dermaga (Besi, Beton dan
Kayu)
per GT
a) Kapal angkutan laut luar negeri USD. 0.035,-
per Etmal
per GT
b) Kapal angkutan laut dalam Negeri Rp. 30,-
per Etmal
per GT
c) Kapal pelayaran rakyat/perintis Rp. 15,-
per Etmal
2) Tambatan Breasting, Dolphin,
Pelampung
per GT
a) Kapal angkutan laut luar negeri USD. 0.020,-
per Etmal
per GT
b) Kapal angkutan laut dalam Negeri Rp. 20,-
per Etmal
per GT
c) Kapal pelayaran rakyat/perintis Rp. 10,-
per Etmal
3) Tambatan Pinggiran/Talud
per GT
a) Kapal angkutan laut luar negeri USD. 0.005,-
per Etmal

per GT
b) Kapal angkutan laut dalam Negeri Rp. 10,-
per Etmal

per GT
c) Kapal pelayaran rakyat/perintis Rp. 0,-
per Etmal
b. Kapal Yang Melakukan Kegiatan di TUKS
dan TERSUS

NASKAH AKADEMIK
254
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
1) Tambatan Dermaga (Besi, Beton dan
Kayu)
per GT
a) Kapal angkutan laut luar negeri USD. 0.0175,-
per Etmal
per GT
b) Kapal angkutan laut dalam Negeri Rp. 15,-
per Etmal

per GT
c) Kapal pelayaran rakyat/perintis Rp. 7,5,-
per Etmal

2) Tambatan Breasting, Dolphin,


Pelampung
per GT
a) Kapal angkutan laut luar negeri USD. 0.010,-
per Etmal
per GT
b) Kapal angkutan laut dalam Negeri Rp. 10,-
per Etmal

3) Tambatan Pinggiran/Talud
per GT
a) Kapal angkutan laut luar negeri USD. 0.025,-
per Etmal
per GT
b) Kapal angkutan laut dalam Negeri Rp. 5,-
per Etmal
per GT
c) Kapal pelayaran rakyat/perintis Rp. 0-
per Etmal

3. Jasa Dermaga

a. Barang yang Dibongkar/Dimuat melalui


Pelabuhan Umum
per ton
1) Barang ekspor dan impor Rp. 550,-
per M3
2) Barang antar pulau
a) Garam, Pupuk dan barang Buloq per ton
Rp. 175,-
(beras dan gula) per M3
per ton
b) Barang lainnya Rp. 350,-
per M3

3) Hewan
per ton
a) Kerbau, Sapi, Kuda dan sejenisnya Rp. 350,-
per M3
per ton
b) Kambing, Babi dan sejenisnya Rp. 200,-
per M3
b. Barang yang Dibongkar/Dimuat melalui
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri
(TUKS) dan Terminal Khusus (TERSUS)

1) Barang yang merupakan bahan baku


hasil produksi dan peralatan per ton
Rp. 0-
penunjang produksi untuk kepentingan per M3
sendiri

NASKAH AKADEMIK
255
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

2) Barang kepentingan umum termasuk


barang yang berdasarkan dokumen
angkutan bukan barang kepentingan
sendiri berdasarkan dokumen
angkutan bukan barang kepentingan
sendiri
per ton
a) Barang ekspor dan impor Rp. 275,-
per M3
b) Barang antar pulau berupa Garam, per ton
Pupuk dan barang Buloq (beras dan Rp. 87,5-
per M3
gula)
per ton
c) Barang antar pulau Barang Lainnya Rp. 175,-
per M3
4) Hewan
a) Kerbau, Sapi, Kuda dan sejenisnya per ekor Rp. 175,-

b) Kambing, Babi dan sejenisnya per ekor Rp. 100,-

4. Jasa Penumpukan
per ton
a. Gudang Tertutup per M3 Rp. 80,-
per hari
per ton
b. Lapangan per M3 Rp. 60,-
per hari

c. Penyimpanan hewan
per ekor
1) Kerbau, Sapi, Kuda dan sejenisnya Rp. 200,-
per hari
per ekor
2) Kambing, Babi dan sejenisnya Rp. 125,-
per hari
d. Peti kemas (Container)
1) Ukuran 20’
per unit
a) kosong Rp. 1.500,-
per hari
per unit
b) isi Rp. 3.000,-
per hari
2) Ukuran 40’
per unit
a) kosong Rp. 3.000,-
per hari
per unit
b) isi Rp. 6.000,-
per hari
3) Ukuran di atas 40’
per unit
a) kosong Rp. 6.000,-
per hari
per unit
b) isi Rp. 12.000,-
per hari

NASKAH AKADEMIK
256
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

e. Chasis
per unit
1) Ukuran 20’ Rp. 750,-
per hari
per unit
2) Ukuran 40’ Rp. 1.500,-
per hari
per unit
3) Ukuran di atas 40’ Rp. 3.000,-
per hari

5. Jasa Pemanduan di Pelabuhan Umum, di


TUKS dan TERSUS

a. Pemanduan dengan jarak 0 s/d 10 mil


1) Kapal angkutan laut luar negeri

a) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT per kapal USD. 27,-


per gerakan

b) Di atas 1000 GT, tiap kelebihan GT per GT


kelebihan USD. 0.012,-
ditambah
per gerakan
2) Kapal angkutan laut dalam negeri

a) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT per kapal Rp. 33.000,-


per gerakan

b) Di atas 1000 GT, tiap kelebihan GT per GT


kelebihan Rp. 14,-
ditambah
per gerakan

b. Pemanduan dengan jarak 10 s/d 20 mil

1) Kapal angkutan laut luar negeri

a) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT per kapal USD. 30,-


per gerakan

b) Di atas 1000 GT, tiap kelebihan GT per GT


kelebihan USD. 0.012,-
ditambah
per gerakan

2) Kapal angkutan laut dalam negeri

a) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT per kapal Rp. 36.000,-


per gerakan

b) Di atas 1000 GT, tiap kelebihan GT per GT


kelebihan Rp. 14,-
ditambah
per gerakan
c. Pemanduan dengan jarak di atas 20 mil

1) Kapal angkutan laut luar negeri

a) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT per kapal USD. 33,-


per gerakan

NASKAH AKADEMIK
257
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

b) Di atas 1000 GT, tiap kelebihan GT per GT


kelebihan USD. 0.012,-
ditambah
per gerakan
2) Kapal angkutan laut dalam negeri

a) Ukuran 500 GT s/d 1000 GT per kapal Rp. 41.000,-


per gerakan

b) Di atas 1000 GT, tiap kelebihan GT per GT


kelebihan Rp. 14,-
ditambah
per gerakan
6. Jasa Penundaan di Pelabuhan Umum, di
TUKS dan TERSUS (Apabila menggunakan
kapal tunda yang dimiliki pelabuhan
umum

a. Kapal angkutan laut dalam negeri


per unit
1) Kapal s/d 1500 GT USD. 80,-
per jam
per unit
2) Kapal 1501 GT s/d 8000 GT USD. 200,-
per jam
per unit
3) Kapal 8001 GT s/d 18000 GT USD. 400,-
per jam
per unit
4) Kapal 18001 GT s/d 75000 GT USD. 700,-
per jam
per unit
5) Kapal di atas 75000 GT USD. 1.050,-
per jam
b. Kapal angkutan laut dalam negeri
per unit
1) Kapal s/d 1500 GT Rp. 100.000,-
per jam
per unit
2) Kapal 1501 GT s/d 8000 GT Rp. 250.000,-
per jam
per unit
3) Kapal 8001 GT s/d 18000 GT Rp. 500.000,-
per jam
per unit
4) Kapal 18001 GT s/d 75000 GT Rp. 900.000,-
per jam
per unit
5) Kapal di atas 75000 GT Rp. 1.300.000,-
per jam

7. Jasa Tanda Masuk (Pas) Pelabuhan


Pelayanan Terminal Penumpang Kapal
Laut

a. Pelayanan Terminal Penumpang Kapal


Laut
1) Terminal Penumpang Kelas A
a) Penumpang yang berangkat per orang Rp. 1.500,-
per orang
b) Pengantar / Penjemput per sekali Rp. 1.000,-
masuk
2) Terminal Penumpang Kelas B

NASKAH AKADEMIK
258
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

a) Penumpang yang berangkat per orang Rp. 1.000,-


per orang
b) Pengantar / Penjemput per sekali Rp. 500,-
masuk

3) Terminal Penumpang Kelas C

a) Penumpang yang berangkat per orang Rp. 500,-


per orang
b) Pengantar / Penjemput per sekali Rp. 250,-
masuk
b. Pas Orang
per orang
1) Pas harian halaman per sekali Rp. 200,-
masuk
per orang
2) Pas tetap (per bulan) Rp. 3.000,-
per bulan
per orang
3) Pas tetap (per tahun) Rp. 30.000,-
per tahun
c. Pelayanan Terminal Penumpang Kapal
Laut (termasuk uang parkir)

1) Pas Harian

per unit dan


pengemudi
a) Trailer, Truk gandengan + kene per Rp. 600,-
sekali
masuk
per unit dan
pengemudi
b) Truk, Bus besar + kene per Rp. 500,-
sekali
masuk
per unit dan
pengemudi
c) Pick up, Mini Bus, Sedan dan Jeep + kene per Rp. 400,-
sekali
masuk
per unit dan
pengemudi
d) Sepeda Motor + kene per Rp. 200,-
sekali
masuk
per unit dan
pengemudi
e) Gerobak, Cikar, Dokar, Sepeda + kene per Rp. 100,-
sekali
masuk

2) Pas Tetap

NASKAH AKADEMIK
259
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

a) Trailer, Truk gandengan per bulan Rp. 12.000,-

b) Trailer, Truk gandengan per tahun Rp. 120.000,-

c) Truk, Bus besar per bulan Rp. 10.000,-

d) Truk, Bus besar per tahun Rp. 100.000,-

e) Pick up, Mini Bus, Sedan dan Jeep per bulan Rp. 8.000,-

f) Pick up, Mini Bus, Sedan dan per tahun Rp. 80.000,-

g) Sepeda Motor per bulan Rp. 4.000,-

h) Sepeda Motor per tahun Rp. 40.000,-

i) Gerobak, Cikar, Dokar, Sepeda per bulan Rp. 2.000,-

j) Gerobak, Cikar, Dokar, Sepeda per tahun Rp. 20.000,-

8. Jasa Sewa Tanah dan Perairan pada


wilayah pelabuhan milik Pemerintah
Daerah, Penggunaan Ruangan dan
Bangunan serta Pelayanan Air Bersih

a. Untuk Bangunan-bangunan Industri


Galangan dan Dok kapal

1) Persewaan tanah pelabuhan per M2 Rp. 1.000,-


per tahun
2) Penggunaan perairan untuk bangunan per M2 Rp. 250,-
dan kegiatan lainnya di atas air per tahun

3) Penggunaan perairan untuk bangunan


dan kegiatan lainnya di atas air pada per M2 Rp. 250,-
terminal khusus per tahun

b. Untuk Bangunan-bangunan Industri


Perusahaan-perusahaan

1) Persewaan tanah pelabuhan per M2 Rp. 1.500,-


per tahun
2) Penggunaan perairan untuk bangunan per M2 Rp. 250,-
dan kegiatan lainnya di atas air per tahun
3) Penggunaan perairan untuk bangunan
dan kegiatan lainnya di atas air pada per M2 Rp. 250,-
terminal khusus per tahun

c. Untuk Kepentingan Lainnya

NASKAH AKADEMIK
260
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

1) Toko, Warung dan sejenisnya per M2 Rp. 500,-


per tahun
2) Perumahan penduduk per M2 Rp. 250,-
per tahun
per M2
d. Sewa ruangan pelabuhan Rp. 5.000,-
per bulan
per tarif
25% dari tarif
e. Pelayanan Air PDAM
PDAM
setempat

G. RETRIBUSI PELAYANAN TEMPAT REKREASI,


PARIWISATA DAN OLAHRAGA

1. Tarif Masuk Tempat Wisata Pantai

a. Pantai yang telah memiliki sarana dan


prasarana yang disediakan oleh
Pemerintah Kabupaten Bangka (Masuk)

1) Dewasa per orang Rp. 4.000,-

2) Anak-anak per orang Rp. 2.000,-

b. Pantai yang belum memiliki sarana dan


prasarana yang disediakan oleh
Pemerintah Kabupaten Bangka (Masuk)

1) Dewasa per orang Rp. 3.000,-

2) Anak-anak per orang Rp. 1.000,-

2. Tarif Masuk Tempat Rekreasi selain Pantai

a. Wisata Air
1) Dewasa per orang Rp. 4.000,-

2) Anak-anak per orang Rp. 2.000,-

b. Wisata Religi
1) Dewasa per orang Rp. 4.000,-

2) Anak-anak per orang Rp. 2.000,-

c. Wisata Budaya
1) Dewasa per orang Rp. 4.000,-

2) Anak-anak per orang Rp. 2.000,-

d. Wisata Sejarah
1) Dewasa per orang Rp. 4.000,-

2) Anak-anak per orang Rp. 2.000,-

NASKAH AKADEMIK
261
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

3. Tarif pemakaian sarana prasarana


Stadion-Stadion dan Fasilitas Olahraga

a. Stadion Sepakbola

1) Kegiatan Sosial per hari Rp. 3.000.000,-

2) Klub per 1 jam Rp. 250.000,-

3) Pertandingan Olahraga per kegiatan Rp. 6.000.000,-

4) Pertunjukan dan Hiburan per hari Rp. 8.000.000,-

b. Lapangan Bulutangkis Orom

1) Pertandingan Olahraga lainnya per hari Rp. 500.000,-


per 1 jam
2) Klub per lapangan
Rp. 50.000,-

c. Stadion Sepakbola Bina Satria

1) Kegiatan Sosial per hari Rp. 2.500.000,-


per 1 jam
2) Klub (per lapangan) per lapangan
Rp. 150.000,-

3) Pertandingan Olahraga per kegiatan Rp. 5.000.000,-

4) Pertunjukan dan Hiburan per hari Rp. 7.500.000,-

d. Lapangan Tenis Bina Satria


1) Kegiatan Sosial per hari Rp. 500.000,-

2) Klub per 1 jam Rp. 25.000,-

3) Pertunjukan dan Hiburan per hari Rp. 1.500.000,-

e. Lapangan Volley Bina Satria


1) Kegiatan Sosial per hari Rp. 300.000,-
per 1 jam
2) Klub per lapangan
Rp. 50.000,-

3) Pertunjukan dan Hiburan per hari Rp. 1.500.000,-

f. Lapangan Basket Bina Karya


1) Perorangan
a) Dewasa per hari Rp. 5.000,-
b) Anak-Anak per hari Rp. 3.000,-

2) Kegiatan Sosial per hari Rp. 3.000.000,-

3) Pertunjukan dan Hiburan per hari Rp. 5.000.000,-

g. Gedung Senam
1) Perorangan
NASKAH AKADEMIK
262
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) Dewasa per 2 jam Rp. 10.000,-
b) Anak-Anak per 2 jam Rp. 8.000,-
c) Pelajar per 2 jam Rp. 5.000,-

2) Kegiatan Sosial per hari Rp. 3.000.000,-

3) Pertunjukan dan Hiburan per hari Rp. 5.000.000,-

h. Kolam Renang Loka Tirta (perorangan)


per satu kali
1) Dewasa masuk
Rp. 15.000,-
per satu kali
2) Anak-Anak masuk
Rp. 10.000,-

per satu kali


3) Pelajar masuk
Rp. 7.000,-

i. Eks Gudang Beras

1) Persatuan/ Ikatan / Klub per 1 jam Rp. 150.000,-

4. Gedung Olah Raga (GOR) Mini Tipe B

a. Cabang Olahraga

1) Basket
a) Pertandingan Olahraga per hari Rp. 1.500.000,-
per 1 jam Rp. 100.000,-
b) Klub
per kegiatan Rp. 5.000.000,-

2) Takraw
a) Pertandingan Olahraga per hari Rp. 1.500.000,-
per 1 jam Rp. 35.000,-
b) Klub
per kegiatan Rp. 5.000.000,-

3) Futsal
a) Pertandingan Olahraga per hari Rp. 1.500.000,-
per 1 jam Rp. 150.000,-
b) Klub
per kegiatan Rp. 5.000.000,-

4) Bulutangkis
a) Pertandingan Olahraga per hari Rp. 1.500.000,-
per 1 jam Rp. 50.000,-
b) Klub
per kegiatan Rp. 5.000.000,-

5) Volly

NASKAH AKADEMIK
263
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
a) Pertandingan Olahraga per hari Rp. 1.500.000,-
per 1 jam
Rp. 80.000,-
b) Klub per lapangan
per kegiatan Rp. 5.000.000,-

6) Tenis Meja
a) Pertandingan Olahraga per hari Rp. 1.500.000,-
per 1 jam
Rp. 35.000,-
b) Klub per lapangan
per kegiatan Rp. 5.000.000,-

7) Panahan

a) Pertandingan Olahraga per hari Rp. 1.500.000,-

b) Dewasa (perorangan) per 2 jam Rp. 50.000,-


c) Anak-Anak (perorangan) per 2 jam Rp. 35.000,-

b. Kegiatan Lainnya
1) Kegiatan Sosial per hari Rp. 1.500.000,-

2) Kegiatan Keagamaan per hari Rp. 1.500.000,-

3) Perlombaan dan lain-lain per hari Rp. 1.500.000,-

H. RETRIBUSI PENJUALAN HASIL PRODUKSI


USAHA PEMERINTAH DAERAH

1. Bibit Pertanian

per-batang
a. Bibit Lengkeng ukuran 15 Rp. 5.000,-
cm ke atas
per-
b. Benih Jagung kilogram Rp. 1.000,-
/Label Biru
per-
c. Benih Kacang Tanah kilogram Rp. 1.000,-
/Label Biru
2. Bibit Peternakan Sapi umur 1 (satu) Tahun Rp. 300.000,-
ke atas per-ekor

3. Benih Perikanan

a. Benih Guram

1) ukuran 2-3 cm (1 inchi) per-ekor Rp. 1.500,-

2) ukuran 3-5 cm (1,5 inchi) per-ekor Rp. 2.000,-

3) ukuran 5-7 cm (2 inchi) per-ekor Rp. 2.500,-

NASKAH AKADEMIK
264
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

4) ukuran 7-9 cm (2,5 inchi) per-ekor Rp. 3.000,-

b. Benih Mas
1) ukuran 2-3 cm (1inchi) per-ekor Rp. 200,-

2) ukuran 3-5 cm (1,5 inchi) per-ekor Rp. 300,-

3) ukuran 5-7 cm (2 inchi) per-ekor Rp. 500,-

4) ukuran 7-9 cm (2,5 inchi) per-ekor Rp. 1.000,-

c. Benih Bawal
1) ukuran 2-3 cm (1inchi) per-ekor Rp. 250,-

2) ukuran 3-5 cm (1,5 inchi) per-ekor Rp. 350,-

3) ukuran 5-7 cm (2 inchi) per-ekor Rp. 500,-

4) ukuran 7-9 cm (2,5 inchi) per-ekor Rp. 600,-

d. Benih Lele Dumbo


1) ukuran 2-3 cm (1inchi) per-ekor Rp. 200,-

2) ukuran 3-5 cm (1,5 inchi) per-ekor Rp. 225,-

3) ukuran 5-7 cm (2 inchi) per-ekor Rp. 325,-

4) ukuran 7-9 cm (2,5 inchi) per-ekor Rp. 425,-

e. Benih Lele Sangkuriang


1) ukuran 2-3 cm (1inchi) per-ekor Rp. 200,-

2) ukuran 3-5 cm (1,5 inchi) per-ekor Rp. 255,-

3) ukuran 5-7 cm (2 inchi) per-ekor Rp. 325,-

4) ukuran 7-9 cm (2,5 inchi) per-ekor Rp. 425,-

f. Benih Nila Gift


1) ukuran 2-3 cm (1inchi) per-ekor Rp. 175,-

2) ukuran 3-5 cm (1,5 inchi) per-ekor Rp. 225,-

3) ukuran 5-7 cm (2 inchi) per-ekor Rp. 325,-

4) ukuran 7-9 cm (2,5 inchi) per-ekor Rp. 450,-

g. Benih Nila Merah


1) ukuran 2-3 cm (1inchi) per-ekor Rp. 175,-

2) ukuran 3-5 cm (1,5 inchi) per-ekor Rp. 225,-

3) ukuran 5-7 cm (2 inchi) per-ekor Rp. 325,-

4) ukuran 7-9 cm (2,5 inchi) per-ekor Rp. 450,-

h. Benih Baung

NASKAH AKADEMIK
265
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

1) ukuran 2-3 cm (1inchi) per-ekor Rp. 900,-

2) ukuran 3-5 cm (1,5 inchi) per-ekor Rp. 1.500,-

3) ukuran 5-7 cm (2 inchi) per-ekor Rp. 2.250,-

4) ukuran 7-9 cm (2,5 inchi) per-ekor Rp. 2.500,-

i. Benih Patin

1) ukuran 2-3 cm (1inchi) per-ekor Rp. 250,-

2) ukuran 3-5 cm (1,5 inchi) per-ekor Rp. 350,-

3) ukuran 5-7 cm (2 inchi) per-ekor Rp. 500,-

4) ukuran 7-9 cm (2,5 inchi) per-ekor Rp. 750,-

4. Hasil Produksi Bidang Tanaman


Hortikultura / Palawija / Pangan
a. Kelengkeng (Sambung pucuk 5 - 8 bulan
per batang Rp. 40.000,-
( 25 - 30 cm))
b. Alpukat (Sambung pucuk umur 5 bulan
per batang Rp. 35.000,-
( 30 – 35 cm ))
c. Durian (Sambung pucuk 5 – 12 bulan
per batang Rp. 35.000,-
( 25 - 30 cm))
d. Rambutan (Sambung pucuk umur 5 Rp. 20.000,-
bulan ( 30 – 35 cm )) per batang

e. Duku (Sambung pucuk umur 5 bulan


per batang Rp. 20.000,-
( 20 – 25 cm ))
f. Manggis (Sambung pucuk umur 5 bulan
per batang Rp. 20.000,-
( 20 – 25 cm ))

g. Petai (Umur 6 – 12 bulan) per batang Rp. 15.000,-


/bibit

h. Nanas (anakan) per bibit / Rp. 350,-


anakan
i. Sawo (Cangkok umur 4 bulan
per batang Rp. 15.000,-
( 30 – 35 cm )
j. Jeruk (Cangkok (umur 4 bulan (30 – 35 Rp. 25.000,-
cm) per batang

k. Jambu air (Cangkok umur 4 bulan ( 30 – Rp. 20.000,-


35 cm ) per batang

l. Jambu biji (Cangkok umur 4 bulan ( 30 – Rp. 20.000,-


35 cm ) per batang

m. Salak klonal (anakan (5 – 7 bulan)) per batang Rp. 35.000,-

n. Pisang Cavendish (anakan (5 – 7 bulan)) per bibit / Rp. 15.000,-


anakan

NASKAH AKADEMIK
266
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF
5. Hasil Samping Produksi Hortikultura /
Palawija / Pangan (Sesuai Grade)
a. Kelengkeng kg / berat Rp. 10.000,-

b. Jagung Konal kg / berat Rp. 4.500,-

c. Cabe Kecil Klonal kg / berat Rp. 35.000,-

d. Cabe Panjang Klonal kg / berat Rp. 35.000,-

a. Kacang Tanah kg / berat Rp. 15.000,-

b. Jenis Umbi Kayu kg / berat Rp. 2.500,-

c. Nanas kg / berat Rp. 4.000,-

6. Hasil Produksi Bidang Perkebunan

a. Mata entres karet (Klon anjungan) per bibit Rp. 250,-

b. Stum okulasi mata tidur (Klon anjungan) per bibit Rp. 2.500,-

c. Bibit karet polybag (Klon anjungan) per bibit Rp. 6.000,-

d. Bibit lada (sahang) (5-7 ruas) per bibit Rp. 5.000,-

e. Bibit Cabe jawa ( cabe jamu) (5-7 ruas) per bibit Rp. 3.500,-

f. Bibit sawit (8 – 12 bulan) per bibit Rp. 40.000,-

g. Bibit kakao (7 – 12 bulan) per bibit Rp. 7.500,-

h. Bibit pinang (7 – 12 bulan) per bibit Rp. 8.000,-

i. Bibit kelapa hybrid/ klonal (7 – 12 bulan) per bibit Rp. 10.000,-

j. Bibit kemiri (7 – 12 bulan) per bibit Rp. 8.000,-

k. Bibit kopi / klonal (7 – 12 bulan) per bibit Rp. 7.500,-

l. Bibit panilli (5 – 7 ruas) per bibit Rp. 7.000,-

7. Hasil Samping Produksi Perkebunan

a. TBS (tandan buah segar) sawit kg / berat Rp. 600,-

b. Bokar (bahan olah karet) kg / berat Rp. 4.000,-

c. Biji lada kering kg / berat Rp. 55.000,-

d. Biji cabe jawa/ cabe jamu kg / berat Rp. 40.000,-

e. Biji kakao kg / berat Rp. 20.000,-

NASKAH AKADEMIK
267
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
NO JENIS RETRIBUSI SATUAN TARIF

f. Biji kopi kering kg / berat Rp. 20.000,-

g. Biji pinang kering kg / berat Rp. 8.000,-

h. Buah kelapa hybrid/ klonal kg / berat Rp. 7.500,-

LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

JENIS PEMERIKSAAN ATAS PELAYANAN KESEHATAN

I. JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN MENURUT


KATEGORI PELAYANAN KESEHATAN

No Jenis Pemeriksaan Sederhana Sedang Canggih


1. Laju endap darah √
2. Hematokrit √
3. Hemoglobin √
4. Eritrosit √
5. Retikulosit √
6. Leukosit √
7. Hitung jenis Leukosit √
8. Trombosit √
9. Eosinofil √

NASKAH AKADEMIK
268
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
No Jenis Pemeriksaan Sederhana Sedang Canggih
10. Malaria √
11. Percobaan Pembendungan √
(Rumple Lid Test)
12. Masa perdarahan √
13. Masa Pembekuan √
14. Gol. Darah √
15. Cross Match √
16. Mo hologi darah tepi √
17. Masa Protrombin Plasma √
Serum
18. Gula Darah Puasa √
19. Gula Darah 2 jam Post √
Prandial
20. Kreatinin darah √
21. Kreatinin Urine √
22. Fosfatase alkali √
23. Ureum darah √
24. Ureum urine √
25. Cholesterol √
26. Bilirubin Total √
27. Bilirubin Direct √
28. Bilirubin indirect √
29. Protein total √
30. SGOT √
31. SGPT √
32. Trigliseride √

33. Urine rutin ( Makroskopis, PH, Protein, Reduksi,


√ Mikroskopis )

34. Urobilin √
35. Bilirubin √
36. Aseton √
37. Sedimen √
38. Tinja rutin (Makroskopis, √
mikroskopis)
39. Tes Widal Pendahuluan √
40. Tes Widal Lanjutan √
NASKAH AKADEMIK
269
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
No Jenis Pemeriksaan Sederhana Sedang Canggih
41. Tes Kehamilan √
42. HBs Ag/Anti Hbs ( HA ) √
43. Bakteriologi Gram √
44. Protein Esbach √
45. Basil Tahan asam √

II. MACAM PEMERIKSAAN KESEHATAN


Pemeriksaan
No Tingkat Pemeriksaan
penunjang
1. Dasar Dokter Umur
a. Berat badan, tinggi
badan
b. Vital sign

2. General check up Dokter Sp. penyakit Laboratorium


dasar dalam a. Darah rutin
b. Urin rutin
c. Feses rutin
d. Golongan darah Ro
thoraks

3. General check up Dokter Spesialis Pemeriksan dasar


dasar standar penyakit dalam ditambah:
Dokter Spesialis Laboratorium
Mata a. SGOT, SGPT
a. Funduskopi Dokter b. Gula darah puasa
Sp. THT Dokter Sp & 2 jam setelah
Obgyn (perempuan) makan
Dokter Sp Obgyn c. Ureum, kreatinin
(perempuan) d. Kolesterol
b. pap smear e. Trigliserid
EKG

4. General check up Dokter Sp. penyakit Pemeriksan standar


lengkap dalam Dokter ditambah:
Spesialis Mata Laboratorium
a. funduskopi Dokter a. GTT
Spesialis. THT b. Alkali fosfatase
Dokter Sp Obgyn c. HDL, LDL
(perempuan) d. HBS Ag
b. pap smear Drg.
Spesialis

NASKAH AKADEMIK
270
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Pemeriksaan
No Tingkat Pemeriksaan
penunjang
5. General check up Dokter Spesialis Pemeriksaan lengkap
eksekutif penyakit dalam ditambah:
Dokter Spesialis Laboratorium
Mata a. Albumin, globulin
a. funduskopi Dokter b. Anti HBs
Spesialis THT c. HBc, Anti HBc
Dokter Sp Obgyn d. VDRL
(perempuan) e. TORCH
b. pap smear Drg. f. AFP
Spesialis Dokter g. CEA
Sp. Bedah h. USG abdomen
c. anuskopi Dokter
Spesialis Jantung

LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PERHITUNGAN STRUKTUR DAN BESARAN TARIF SERTA


NILAI DARI KOMPONEN PERHITUNGAN RETRIBUSI PELAYANAN
PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG

I. BANGUNAN GEDUNG
A. Standar Harga Satuan Tertinggi ( SHST )
SHST diperoleh secara tersistemasi melalui aplikasi Perhitungan Standar
Harga Satuan Tertinggi yang disediakan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
B. Struktur dan besaran tarif pelayanan Persetujuan Bangunan Gedung
(PBG) ditetapkan sebagai berikut:
1. Rumus Perhitungan Tarif Bangunan Gedung:
Tarif Retribusi pelayanan PBG untuk bangunan Gedung dihitung
berdasarkan Luas Total Lantai (LLt) dikalikan Indeks Lokalitas (llo)
dikalikan Standar Harga Satuan Tertinggi (SHST) dikalikan Indeks

NASKAH AKADEMIK
271
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Terintegrasi (lt) dikalikan Indeks Bangunan Gedung Terbangun (lbg)
atau dengan rumus:

Nilai retribusi (Nr) = LLt x (llo x SHST) x lt x lbg

LLt : ∑ ( LLi + LBi )

Lt : If x ∑ (bp x Ip) x FM

2. Rumus Perhitungan Prasarana Bangunan Gedung


Tarif Retribusi pelayanan PBG untuk Prasarana Bangunan Gedung
dihitung berdasarkan Volume (V) dikalikan Indeks Prasarana
Bangunan Gedung (I) dikalikan Indeks Bangunan Gedung Terbangun
(lbg) dikalikan harga satuan retribusi prasarana bangunan gedung
(HSpbg) atau dengan rumus:

V x I x Ibg x HSpbg

3. Indeks terintegrasi (lt) sebagaimana dimaksud pada angka 1 dihitung


berdasarkan indeks fungsi (lf) dikalikan indeks parameter (lp)
dikalikan faktor kepemilikan (Fm) atau dengan rumus:

Lf x ∑ (bp x lp) x Fm

Keterangan:

a) LLt = Luas Total Lantai.


b) SHST = Standar Haga Satuan Tertinggi, atau yang sebelum
Peraturan Pemerintah ini dikenalkan dengan HSBGN (Harga
Satuan Banguan Gedung Negara).
c) llo = Indeks Lokalitas, yang merupakan persentase pengali
terhadap SHST yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dengan
nilai paling tnggi 0,5 %.
d) lt = Indeks Terintegrasi
e) Ibg = Indeks BG Terbangun
f) Lli = Luas Lantai ke-i
g) Lbi = Luas Besmen Ke-i

NASKAH AKADEMIK
272
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
h) If adalah Indeks Fungsi
i) bp = Bobot Parameter
j) Ip = Indeks parameter
k) Fm = Faktor Kepemilikan.
l) V = Volume
m) I = Indeks prasarana Bangunan Gedung
n) Ibg = Indeks BG Terbangun
o) HSpbg = Harga Satuan Retribusi Prasarana Bangunan Gedung

C. Indeks Lokalitas (llo)


Indeks Lokalitas (Ilo) ditetapkan sebesar 0,5% (nol koma lima persen)
atau Indeks Lokalitas (Ilo) ditetapkan sebagai berikut:

Indeks lokalitas
Fungsi
Keterangan
Bangunan Jalan Jalan Jalan Jalan
Nasional Provinsi Kabupaten Lingkungan
sederhana 0,5 0,5 0,5 0,4
Hunian
Tidak
0,5 0,5 0,5 0,4
Sederhana
Usaha Mikro 0,4 0,4 0,4 0,3

Non Mikro 0,5 0,5 0,5 0,5


Sosial PAUD s/d
0,1 0,1 0,1 0,1
Budaya SLTA
Perguruan
0,2 0,2 0,2 0,2
Tinggi
Sosial
0,3 0,3 0,3 0,3
Budaya
0,3 0,3 0,3 0,3

Khusus 0,5 0,5 0,5 0,5

D. Nilai Komponen Perhitungan Retribusi Persetujuan Bangunan Gedung

1. Tabel I. Indeks Terintegrasi (It)

Indeks Bobot Indeks


Fungsi Fungsi Klasifikasi Parameter Parameter Parameter
(lf) (bp) (Ip)
Kompleksit a. Sederhana
Usaha 0,7 0,3 12
as b. Tidak

NASKAH AKADEMIK
273
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Sederhana
a. Non
Usaha (UMKM
0,5 Permanensi 0,2 Permanen 12
Prototipe)
b. Permanen
Hunian Ketinggian 0,5 *) Mengikuti *)Mengikuti
a. <100m2 Tabel Koofisien Tabel
0,15 Jumlah Lantai Koofisien
dan <2 Lantai
0,17 Jumlah
b. >100M2 dan
2 Lantai Lantai

Keagamaan 0

Fungsi Khusus 1
Faktor a. Negara
SosialBudaya 0,3 Kepemilika b.Perorangan 01
(Fm) /Badan Usaha
Ganda/
Campuran

2. Tabel II. Indeks Bangunan Gedung Terbangun (lbg)

Jenis Pembangunan Indeks BG Terbangun

Bangunan Gedung Baru 1


Rehabilitasi/Renovasi BG
Sedang 0,45 x 50% = 0,225
Berat 0,65 x 50% = 0,325
Pelestarian/Pemugaran
Pratama 0,65 x 50% = 0,325
Madya 0,45 x 50% = 0,225
Utama 0,30 x 50% = 0,150

3. Tabel III. Koefisien Jumlah Lantai


Koefisien Jumlah Jumlah Koefisien Jumlah
Jumlah Lantai
Lantai Lantai Lantai
Basemen 3 lapis + (n) 1.393 + 0.1 (n) 31 1.686
Basemen 3 lapis 1.393 32 1.695
Basemen 2 lapis 1.299 33 1.704
Basemen 1 lapis 1.197 34 1.713
1 1 35 1.722
2 1.090 36 1.730
3 1.120 37 1.738
4 1.135 38 1.746
5 1.162 39 1.754
6 1.197 40 1.761
7 1.236 41 1.768
8 1.265 42 1.775
9 1.299 43 1.782
10 1.333 44 1.789
11 1.364 45 1.795

NASKAH AKADEMIK
274
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
12 1.393 46 1.801
13 1.420 47 1.807
14 1.445 48 1.813
15 1.468 49 1.818
16 1.489 50 1.823
17 1.508 51 1.828
18 1.525 52 1.833
19 1.541 53 1.837
20 1.556 54 1.841
21 1.570 55 1.845
22 1.584 56 1.849
23 1.597 57 1.853
24 1.610 58 1.856
25 1.622 59 1.859
26 1.634 60 1.862
27 1.645 60 + (n) 1.862 + 0.003 (n)
28 1.656
29 1.666
30 1.676

Keterangan:
a) Untuk basemen disebut Koefisien jumlah lapis;
b) Untuk lantai disebut Koefisien Jumlah Lantai;
c) Koefisien Jumlah Lantai/ Lapis digunakan sesuai dengan jumlah
lantai
d) atau lapis basemen pada bangunan gedung;
e) Diatas 3 lapis basemen, koefisien ditambahkan 0,1 setiap lapisnya;
f) Diatas 60 lantai, koefisien ditambah 0,003 setiap lantainya.

Koefisien Ketinggian Bangunan Gedung:

(∑ (LLi x KL)) + (∑ (LBi x KB))

(∑ LLi + ∑ LBi)

Keterangan:
a) LLi : Luas lantai ke-1
b) KL : Koefisien jumlah lantai
c) LBi : Luas Basemen ke-1
d) KBi: Koefisien Jumlah Lapis

NASKAH AKADEMIK
275
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
II. PRASARANA BANGUNAN GEDUNG
RUSAK RUSAK
BERAT/PEKERJAA SEDANG/PEKERJA
JENIS PEMBANGUN N KONSTRUKSI AN KONSTRUKSI
NO BANGUNAN SATUAN
PRASARANA AN BARU SEBESAR 65% SEBESAR 45%
DARI BANGUNAN DARI BANGUNAN
BARU BARU
Indeks Indeks Indeks
1 2 3 4 5 6 7
1 Konstruksi Pagar m' 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
pembatas /
Tanggul /
penahan / m' 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
retaining wall
pengaman
Turap batas
kaveling / m' 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
persil
2 Konstruksi Gapura m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
penanda
Gerbang m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
masuk lokasi
3 Konstruksi Jalan m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
perkerasan
Lapangan
m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
upacara
Lapangan
olahraga m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
terbuka
4 Konstruksi
perkerasan m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
aspal, beton
5 Kontruksi
perkerasan m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
grassblok
6 Konstruksi Jembatan m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
penghubung
Gerbang m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
7 Kontruksi
penghubung
m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
(jembatan
atar gedung)
8 Kontruksi
penghubung
(jembatan
m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
penyebrangan
orang/barang
)
9 Kontruksi
penghubung
(jembatan
m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
bawah
tanah/underp
ass)
10 Konstruksi Kolam renang m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
kolam /
Kolam
reservoir
pengolahan air
bawah tanah m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
resoir di bawah
tanah
11 Konstruksi
septic tank,
m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
sumur
resapan
12 Konstruksi Menara
Per 5 m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
menara reservoir
Cerobong Per 5 m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
13 Konstruksi
Per 5 m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
menara air
14 Konstruksi Tugu Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
monumen
Patung Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%

NASKAH AKADEMIK
276
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Di dalam persil Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
Di luar persil Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
15 Konstruksi Instalasi listrik Unit
instalasi / (luas
gardu listrik maksim
um 10
m²)
apabila
unit
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
lebih
dari 10

dikenaka
n biaya
tambaha
n per m²
Instalasi Unit
telepon / (luas
komunikasi maksim
um 10
m²)
apabila
unit
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
lebih
dari 10

dikenaka
n biaya
tambaha
n per m²
Instalasi Unit
Pengolahan (luas
maksim
um 10
m²)
apabila
unit
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
lebih
dari 10

dikenaka
n biaya
tambaha
n per m²
16 Konstruksi Billboard papan Unit dan
reklame / iklan penamba 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
papan nama hannya
Papan nama
(berdiri sendiri Unit dan
atau berupa penamba 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
tembok pagar) hannya

17 Pondasi
Unit
mesin (diluar 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
mesin
bengunan)
18 Konstruksi Unit
menara (tinggi
televisi maksima
l 100 m,
selebihn 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
ya
dihitung
kelipatan
nya)
19 Konstruksi
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
antena radio
1) Standing Ketinggian 25-
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
tower dengan 50 m
konstruksi 3- Ketinggian 51-
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
4 kaki : 75 m

NASKAH AKADEMIK
277
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Ketinggian 76-
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
100 m
Ketinggian 101-
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
125 m
Ketinggian 126-
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
150 m
Ketinggian
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
diatas 150 m
2) Sistem guy Ketinggian 0-50
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
wire / m
bentang Ketinggian 51-
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
kawat 75 m
Ketinggian 76-
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
100 m
Ketinggian
1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
diatas 101 m
20 Konstruksi
antena (tower
Menara
telekomunika
bersama
si
a) Ketinggian
kurang dari 25 Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
m
b) Ketinggian
Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
25-50 m
c) Ketinggian
Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
diatas 50 m
Menara mandiri
a) Ketinggian
kurang dari 25 Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
m
b) Ketinggian
Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
25-50 m
c) Ketinggian
Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
diatas 50 m
21 Tangki tanam
bahan bakar Unit 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%

22 Pekerjaan 1) Saluran
drainase m' 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
(dalam persil)
2) Kolam
m² 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
tampung
23 Konstruksi
penyimpanan m³ 1.00 0.65 x 50% 0.45 x 50%
(silo)

Keterangan:
1. RB = Rusak Berat
2. RS = Rusak Sedang
3. Jenis konstruksi bangunan lainnya yang termasuk prasarana bangunan Gedung ditetapkan oleh
pemerintah daerah

NASKAH AKADEMIK
278
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah dijabarkan dalam bab-bab

Naskah Akademik sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengenaan pungutan kepada

masyarakat harus dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang. Sesuai dengan

amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI

Tahun 1945) yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan

kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak

dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Undang-Undang,

sebagaimana Politik hukum nasional di bidang perpajakan dalam UUD NRI Tahun

1945 Amandemen ke-tiga Pasal 23A, yang mengatakan bahwa “Pajak dan

pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan

undang-undang”;

2. Bahwa sumber pendapatan daerah diatur dalam Pasal 285 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2020 tentang Cipta Kerja, yang mengatakan bahwa Sumber Pendapatan Daerah

yang merupakan pendapatan asli Daerah dua diantaranya yaitu pajak daerah dan

retribusi daerah, dimana dalam pelaksanaannya di Daerah diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Daerah, yang terlebih dahulu Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah ditetapkan dengan Undang-Undang (Pasal 286 ayat (1) UU Pemda).

Selanjutnya Pengaturan dalam Perda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

perlu dilakukan sinkronisasi dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022

tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(UU HKPD) dan peraturan pelaksana atau aturan turunan lainnya dari UU HKPD.

Materi Muatan Perda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berisikan

Jenis Pajak dan Retribusi, Subjek Pajak dan Wajib Pajak, Subjek Retribusi dan
NASKAH AKADEMIK
279
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Wajib Retribusi, objek Pajak dan Retribusi, dasar pengenaan Pajak, tingkat

penggunaan jasa Retribusi, saat terutang Pajak, wilayah pemungutan Pajak, serta

tarif Pajak dan Retribusi, untuk seluruh jenis Pajak dan Retribusi, wajib

ditetapkan dalam 1 (satu) Perda dan menjadi dasar pemungutan Pajak dan

Retribusi di Daerah hal ini diatur dalam Pasal 94 UU HKPD.

3. Berdasarkan data Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, pada tahun

2020 target penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Bangka yaitu

Rp.51.960.117.000,00 dan realisasinya meningkat 116,77% menjadi

Rp.60.672.648.246,45, dan angka ini mengalami peningkatan pada Tahun 2021

menjadi realisasinya yaitu Rp.61.743.109.152,82. Pemerintah Kabupaten Bangka

pada Tahun 2020 menaikan target penerimaan yang sebelumnya di angka 51,96

milyar rupiah menjadi 59,14 milyar rupiah terjadi pada Tahun 2021, persentase

penerimaan Pajak Daerah meningkat pada Tahun 2020 yaitu di angka 116,77%

namun persentase penerimaan Pajak Daerah Tahun 2021 terlihat sedikit menurun

dari target yaitu diangka 104,39%.

4. Kemudian pada tahun 2020 target penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten

Bangka diperoleh dari objek-objek retribusi yaitu: (i) retribusi jasa umum; (ii)

retribusi jasa usaha; dan (iii) retribusi perizinan tertentu. Penerimaan Retribusi

Jasa Umum Kab. Bangka 2020 sebesar 100,28%. Penerimaan Retribusi Jasa

Usaha Kab. Bangka 2020 sebesar 110,34%. Penerimaan Retribusi Perizinan

tertentu Kab. Bangka 2020 sebesar 119,01%. Penerimaan Retribusi Jasa Umum

Kab. Bangka 2021 sebesar 112,93% mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya. Penerimaan Retribusi Jasa Usaha Kab. Bangka 2021 sebesar 110,94

mengalami sedikit peningkatan pada tahun sebelumnya. Penerimaan Retribusi

Perizinan Tertentu Kab. Bangka 2020 sebesar 51,75% mengalami penurunan lebih

dari 50% dari penerimaan tahun sebelumnya.

5. Keterlibatan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka dalam penyediaan layanan

komersial harus dilakukan secara hati-hati (prudent) dan selektif, sehingga tidak

berdampak negatif pada perekonomian di daerah. Sementara itu, untuk jenis

NASKAH AKADEMIK
280
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
retribusi yang dapat dipungut dan berpotensi mendapatkan hasil yang besar,

pemerintah daerah umumnya menunjukkan kebijakan tarif yang lemah, tidak

berhubungan secara langsung dengan biaya penyediaan layanan, kurangnya

perhatian yang diberikan terhadap perbedaan tarif sesuai dengan kemampuan

masyarakat, serta jarangnya dilakukan peninjauan tarif.

6. Konsep pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang

Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mencakup

konsepsi bahwa retribusi sebagai suatu hal yang berbeda dengan pajak, hanya

dapat dipungut dengan mempertimbangkan pemberian layanan yang jelas kepada

pembayar retribusi, atau mempertimbangkan penerbitan izin yang berkaitan

dengan kegiatan yang harus dikendalikan untuk kepentingan masyarakat.

7. Selama 10 (sepuluh) tahun terakhir pendapatan APBD Kabupaten/Kota masih

bertumpu pada Dana Perimbangan. Meskipun secara nominal Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (PDRD) mengalami peningkatan sejak ditetapkannya Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

namun secara proporsi masih belum memperlihatkan perkembangan yang

signifikan.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas, dapat disampaikan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Bahwa Pembentukan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pajak dan

Retribusi di Daerah harus segera dibentuk mengingat jangka waktu yang

diberikan paling lama 2 tahun terhitung sejak tanggal diundangkan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah (UU HKPD) serta arahan dari Direktorat Jenderal

Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri Pemerintah Daerah segera

menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah kepada Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan untuk

segera di evaluasi sekurang-kurangnya pertengahan Tahun 2023.

NASKAH AKADEMIK
281
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
2. Dalam pembentukan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi ini

agar disatukan persepsi atau pemahaman yang sama sehingga tidak salah dalam

pelaksanaannya dengan meningkatkan kerja sama dan koordinasi diantara

pemangku kepentingan, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat, juga

diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia yang

kompeten dalam bidang keuangan daerah, memahami karakteristik daerah dan

mampu melakukan simulasi untuk menghitung dampak penetapan tarif pajak

dan retribusi terhadap kondisi ekonomi dan penerimaan daerah.

3. Selain itu untuk kesempurnaan penyusunan naskah akademik perlu dilengkapi

dengan kegiatan diskusi atau Focus Group Discussion dan rapat dengar pendapat

dengan pemangku kepentingan terkait untuk mengeksplorasi kebutuhan hukum

serta permasalahan yang spesifik yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas

untuk menghindari pemaknaan (penafsiran) yang salah dari peneliti atau

konsultan terhadap permasalahan disebabkan subjektivitas peneliti dalam

penyusunan naskah akademik.

NASKAH AKADEMIK
282
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Jurnal Penelitian

Bird, R. M. “Threading the fiscal labyrinth: Some issues in fiscal decentralization”.


National Tax Journa, 1993.

Devas, Nick, Fiscal Autonomy and Efficiency, Local Government and Public Service
Reform Initiative, Budapest, 2002.

Saragih, Juli Panglima, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Hancock, Dora, Taxation: Policy & Practice, 1997/1998 Edition (UK: Thomson
Business Press, 1997), hal. 44 dalam Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan,
Perpajakan: Teori dan Aplikasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.

Jeddawi, Murtir, Memacu Investasi di Era Ekonomi Daerah, Kajian Beberapa Perda
tentang Penanaman Modal, UII Pres, Yogyakarta, 2005.

Rosdiana, Haula dan Rasin Tarigan, Perpajakan: Teori dan Aplikasi, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005.

Brown, C.V. dan P.M. Jackson, Public Sector Economics, Basil Blackwell, 1982, hal.
241 dalam Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan: Teori dan Aplikasi,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.

Mansury, R., Pajak Penghasilan Lanjutan, Jakarta: Ind Hill-Co, 1996, hal. 16 dalam
Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan: Teori dan Aplikasi, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005.

Ahmad, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,


Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.

Basuki, Pengelolaan Keuangan Daerah, Kerasi Kencana, Yogyakarta, 2008.

Rahajeng, Anggi, Perencanaan Penganggaran Keuangan Daerah, Yogyakarta; Gadjah


Mada University Press, 2016.

Indrawati, Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Peningkatan


Pendapatan Asli Daerah, 2017.
P. Santoso, ‘The Effects of Local Taxes and Charges Assignment Policy on The Local
Governments’ Fiscal Autonomy and Local, 2017.

Firdausy, Carunia Mulya, Optimalisasi Kebijakan Penerimaan Daerah, Yayasan


Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2018.

Kementerian Keuangan, Draf Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang


Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta, 2018.

NASKAH AKADEMIK
283
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, 2021,hlm 49
(Musgrave, Richard A. (1983). “Who Shoud Tax, Where and What?”, In Tax
Assignment in Federal Countries, Ed. By Charles E. McLure Jr., Canberra:
Center For Research On Federal Financial Relations, Australian National
University.

Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, 2021 hlm 50 (Ter-
Minassian, T. (1997). “Intergovernmental in a Macroeconomic Perspective: An
Overview”.

Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, 2021, hlm
50.(Martínez, Jorge; Vázquez. (2008). “Revenue Assignments in the Practice of
Fiscal Decentralization” in Núria Bosch & José M. Durán (ed.). Fiscal Federalism
and Political Decentralization, chapter 2. Edward Elgar Publishing).

Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, 2021, hlm 53.
(Sidik, Machfud. 2007. A New Perspective on Intergovernmental Fiscal Relations:
Lessons from Indonesia's Experience. Jakarta: Ripelge).

Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, 2021, hlm 55
(Fisher, Ronald C. 1996. State and Local Public Finance: Institutions, Theory,
and Policy. 2nd Edition Burr Ridge, Illinois: Richard D. Irwin Incorporated p.174-
175.).

Kementerian Keuangan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Hubungan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, 2021.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022
tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6801)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
NASKAH AKADEMIK
284
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6757);

Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 9 Tahun 2018 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Tahun 2019-2023
(Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tahun 2018 Nomor 5 Seri D, Lembaran
Daerah Kabupaten Bangka Nomor 1) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 14 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Tahun 2019-2023 (Lembaran
Daerah Kabupaten Bangka Tahun 2020 Nomor 9 Seri D, Lembaran Daerah
Kabupaten Bangka Nomor 2);

NASKAH AKADEMIK
285
RAPERDA KABUPATEN BANGKA TENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Anda mungkin juga menyukai