Anda di halaman 1dari 3

2.

KEBIJAKAN MENGATASI EKSTERNALISASI


Salah satu cara untuk mengatasi kegagalan pasar atau inefisiensi akibat
terjadinya ekonomi eksternal adalah regulasi atau larangan pemerintah. Dengan
melarang sebuah aktivitas yang meningkatkan ekonomi eksternal, maka disekonomis
eksternal tersebut bisa dicegah. Sebagai contoh, dengan melarang penggunaan
mobil, emisi mobil dapat dihilangkan. Demikian pula, dengan melarang pekerjaan
kayu di malam hari yang dilakukan oleh individu A dalam panel kiri Figur 12-1,
kebisingan eksternal yang ditimbulkan pekerjaan itu terhadap individu B dapat
dihindarkan. Walau demikian, pelarangan tersebut juga menghilangkan manfaat yang
muncul dari kegiatan yang menimbulkan eksternalitas tersebut. Karena itu, yang lebih
baik adalah regulasi yang mengizinkan kegiatan yang menimbulkan eksternalitas,
hingga titik ketika manfaat sosial marginal dari kegiatan tersebut sama dengan biaya
sosial marginalnya. Sebagai contoh, pemerintah dapat mengizinkan individu A untuk
melakukan pekerjaannya hanya selama 3 jam per malam pada panel kiri di Figur 12-
1, sehingga manfaat pribadi (dan sosial) marginal dari pekerjaan furnitur di malam
hari yang dilakukan individu A sama dengan biaya marginal sosialnya (yaitu, biaya
marginal bagi individu A ditambah biaya marginal bagi individu (B-lihat titik Es dalam
panel figur tersebut). Walaupun begitu, karena regulasi langsung sering kali
menentukan teknik produksi yang harus digunakan untuk membatasi disekonomis
eksternal, biasanya regulasi langsung tidaklah efisien.
Cara yang lebih efisien untuk membatasi eksternalitas pada tingkat ketika
manfaat sosial marginal dari aktivitas itu sama dengan biaya sosial marginalnya
adalah dengan pajak atau pemberian subsidi. Hal ini ditunjukkan dalam Figur 12-2,
yang merupakan perluasan dari Figur 12-1. Dalam panel kiri Figur 12-2, kurva putus-
putus MPCA+1 diperoleh ketika pemerintah mengenakan pajak sebesar t = $3 per
jam untuk pembuatan furnitur di malam hari yang dilakukan individu A. Karena kurva
MPCA+t memotong kurva MPBA, pada titik ES individu A akan terdorong untuk
melakukan pekerjaannya dalam waktu yang optimal secara social (3 jam per malam),
sehingga manfaat sosial marginal (MSB, yang kini berimpitan dengan MPB A) sama
dengan biaya sosial marginal (yaitu, MSC =
MSCA + MSCB).
Dalam panel kanan figure 12-2, kurva putus-putus MPB A+S diperoleh ketika
pemerintah memberikan subsidi kepada idividu A sebesar s=$3 per jam untuk
merawat halamannya. Karena kurva MPBA+S memotong kurva MPCA pada titik ES,
individu A akan terdorong untuk berkerja dihlamanya dalam waktu yang optimal
secara social (yatu 10 jam per minggu) sehingga manfaat social marginalnya (MSB =
MPBA + MPBB) sama dengan biaya social marginal (MSC = MPC A). Jenis pajak lain
yang dikenakan untuk mengatasi eksternalitas negative atau disekonomis eksternal
(dan meningkatkan pendapatan untuk memberikan pelayanan pemerintah) adalah
pajak minuman keras, rokok, dan bensin. Subsidi lain yang diberikan untuk
mengoreksi eksternalitas positif atau ekonomis eksternal adalah pemotongan pajak
investasi untuk meningkatkan investasi, tunjangan penyusutan untuk menunjang
pembangunan sumber daya alam, dan bantuan untuk pendidikan.

Figur 12-2

Selain pelarangan dan regulasi, serta pajak dan subsidi, eksternalitas


negatif dan positif kadang-kadang dapat diatasi dengan pembayaran sukarela.
Misalnya, jika sebuah perusahaan mengotori udara dan menghasilkan bau yang
tidak sedap, penduduk di daerah tersebut bisa bergabung dan memberikan
kontribusi terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengadakan
alat-alat antipolusi, atau perusahaan dapat memberikan kontribusi pada biaya
relokasi pemukiman penduduk. Namun begitu, cara ini tidak praktis jika di daerah
tersebut terdapat banyak penduduk yang bertempat tinggal. Cara lain untuk
mengatasi disekonomis eksternal yang diakibatkan oleh sebagian perusahaan
adalah mengizinkan atau mendorong terjadinya merger, sehingga disekonomis
eksternal terinternalisasi dan secara eksplisit dihitung oleh perusahaan yang
mengalami merger. Sebagai contoh, jika sebuah pabrik kertas berlokasi di hulu
sebuah pabrik penyulingan minuman, limbah pabrik kertas yang dibuang ke dalam
sungai menimbulkan disekonomis eksternal bagi pabrik penyulingan minuman
karena pabrik tersebut harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memurnikan
air yang digunakan untuk membuat bir
Walaupun demikian, jika pabrik kertas dan pabrik bir bergabung, biaya
pemurnian air untuk membuat bir akan menjadi biaya eksplisit dan langsung,
sehingga perusahaan yang mengalami merger harus memperhitungkannya dalam
keputusan produksi (kertas dan bir).
Cara lain yang jauh berbeda untuk membatasi jumlah eksternalitas
negative hingga tingkat yang optimal secara sosial adalah penjualan izin polusi
oleh pemerintah. Dalam sistem ini, pemerintah menentukan jumlah polusi yang
dianggapnya optimal secara social (berdasarkan manfaat yang dihasilkan dari
kegiatan yang menghasilkan polusi itu) dan melarang lisensi bagi perusahaan-
perusahaan untuk menghasilkan polusi sampai pada tingkat tertentu. Dengan
demikian biaya polusi diinternalisasikan (artinya, dianggap sebagai bagian biaya
produksi biasa) oleh perusahaan, dan jumlah polusi yang diizinkan akan
dimanfaatkan dalam aktivitas yang paling berharga. Cara ini dan cara lainnya
dalam mengatasi eksternalitas. sayangnya, didasarkan pada asumsi bahwa
manfaat dan biaya pribadi dan sosial dari kegiatan yang menghasilkan
eksternalitas bisa diukur atau diperkirakan dengan akurat. Padahal ini jarang
dapat dilakukan. Namun begitu, kebijakan yang telah kita kaji di atas, memberikan
sebuah indikasi tentang apa yang perlu diukur dan prosedur apa yang perlu
digunakan untuk mencapai keputusan atau kebijakan yang optimal secara sosial,
dalam hal menangani masalah yang berkaitan dengan eksternalitas.

Salvatore, Dominick. 2011. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global, Edisi


Kelima, Buku 2 (terjemahan). Jakarta: Salamba Empat.
https://www.kompasiana.com/yassyigah/5cef8c367191375e2c0b4315/kebijakan-
pemerintah-terhadap-eksternalitas

Anda mungkin juga menyukai