Salah satu cara untuk mengatasi kegagalan pasar atau inefisiensi akibat terjadinya ekonomi eksternal adalah regulasi atau larangan pemerintah. Dengan melarang sebuah aktivitas yang meningkatkan ekonomi eksternal, maka disekonomis eksternal tersebut bisa dicegah. Sebagai contoh, dengan melarang penggunaan mobil, emisi mobil dapat dihilangkan. Demikian pula, dengan melarang pekerjaan kayu di malam hari yang dilakukan oleh individu A dalam panel kiri Figur 12-1, kebisingan eksternal yang ditimbulkan pekerjaan itu terhadap individu B dapat dihindarkan. Walau demikian, pelarangan tersebut juga menghilangkan manfaat yang muncul dari kegiatan yang menimbulkan eksternalitas tersebut. Karena itu, yang lebih baik adalah regulasi yang mengizinkan kegiatan yang menimbulkan eksternalitas, hingga titik ketika manfaat sosial marginal dari kegiatan tersebut sama dengan biaya sosial marginalnya. Sebagai contoh, pemerintah dapat mengizinkan individu A untuk melakukan pekerjaannya hanya selama 3 jam per malam pada panel kiri di Figur 12- 1, sehingga manfaat pribadi (dan sosial) marginal dari pekerjaan furnitur di malam hari yang dilakukan individu A sama dengan biaya marginal sosialnya (yaitu, biaya marginal bagi individu A ditambah biaya marginal bagi individu (B-lihat titik Es dalam panel figur tersebut). Walaupun begitu, karena regulasi langsung sering kali menentukan teknik produksi yang harus digunakan untuk membatasi disekonomis eksternal, biasanya regulasi langsung tidaklah efisien. Cara yang lebih efisien untuk membatasi eksternalitas pada tingkat ketika manfaat sosial marginal dari aktivitas itu sama dengan biaya sosial marginalnya adalah dengan pajak atau pemberian subsidi. Hal ini ditunjukkan dalam Figur 12-2, yang merupakan perluasan dari Figur 12-1. Dalam panel kiri Figur 12-2, kurva putus- putus MPCA+1 diperoleh ketika pemerintah mengenakan pajak sebesar t = $3 per jam untuk pembuatan furnitur di malam hari yang dilakukan individu A. Karena kurva MPCA+t memotong kurva MPBA, pada titik ES individu A akan terdorong untuk melakukan pekerjaannya dalam waktu yang optimal secara social (3 jam per malam), sehingga manfaat sosial marginal (MSB, yang kini berimpitan dengan MPB A) sama dengan biaya sosial marginal (yaitu, MSC = MSCA + MSCB). Dalam panel kanan figure 12-2, kurva putus-putus MPB A+S diperoleh ketika pemerintah memberikan subsidi kepada idividu A sebesar s=$3 per jam untuk merawat halamannya. Karena kurva MPBA+S memotong kurva MPCA pada titik ES, individu A akan terdorong untuk berkerja dihlamanya dalam waktu yang optimal secara social (yatu 10 jam per minggu) sehingga manfaat social marginalnya (MSB = MPBA + MPBB) sama dengan biaya social marginal (MSC = MPC A). Jenis pajak lain yang dikenakan untuk mengatasi eksternalitas negative atau disekonomis eksternal (dan meningkatkan pendapatan untuk memberikan pelayanan pemerintah) adalah pajak minuman keras, rokok, dan bensin. Subsidi lain yang diberikan untuk mengoreksi eksternalitas positif atau ekonomis eksternal adalah pemotongan pajak investasi untuk meningkatkan investasi, tunjangan penyusutan untuk menunjang pembangunan sumber daya alam, dan bantuan untuk pendidikan.
Figur 12-2
Selain pelarangan dan regulasi, serta pajak dan subsidi, eksternalitas
negatif dan positif kadang-kadang dapat diatasi dengan pembayaran sukarela. Misalnya, jika sebuah perusahaan mengotori udara dan menghasilkan bau yang tidak sedap, penduduk di daerah tersebut bisa bergabung dan memberikan kontribusi terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengadakan alat-alat antipolusi, atau perusahaan dapat memberikan kontribusi pada biaya relokasi pemukiman penduduk. Namun begitu, cara ini tidak praktis jika di daerah tersebut terdapat banyak penduduk yang bertempat tinggal. Cara lain untuk mengatasi disekonomis eksternal yang diakibatkan oleh sebagian perusahaan adalah mengizinkan atau mendorong terjadinya merger, sehingga disekonomis eksternal terinternalisasi dan secara eksplisit dihitung oleh perusahaan yang mengalami merger. Sebagai contoh, jika sebuah pabrik kertas berlokasi di hulu sebuah pabrik penyulingan minuman, limbah pabrik kertas yang dibuang ke dalam sungai menimbulkan disekonomis eksternal bagi pabrik penyulingan minuman karena pabrik tersebut harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memurnikan air yang digunakan untuk membuat bir Walaupun demikian, jika pabrik kertas dan pabrik bir bergabung, biaya pemurnian air untuk membuat bir akan menjadi biaya eksplisit dan langsung, sehingga perusahaan yang mengalami merger harus memperhitungkannya dalam keputusan produksi (kertas dan bir). Cara lain yang jauh berbeda untuk membatasi jumlah eksternalitas negative hingga tingkat yang optimal secara sosial adalah penjualan izin polusi oleh pemerintah. Dalam sistem ini, pemerintah menentukan jumlah polusi yang dianggapnya optimal secara social (berdasarkan manfaat yang dihasilkan dari kegiatan yang menghasilkan polusi itu) dan melarang lisensi bagi perusahaan- perusahaan untuk menghasilkan polusi sampai pada tingkat tertentu. Dengan demikian biaya polusi diinternalisasikan (artinya, dianggap sebagai bagian biaya produksi biasa) oleh perusahaan, dan jumlah polusi yang diizinkan akan dimanfaatkan dalam aktivitas yang paling berharga. Cara ini dan cara lainnya dalam mengatasi eksternalitas. sayangnya, didasarkan pada asumsi bahwa manfaat dan biaya pribadi dan sosial dari kegiatan yang menghasilkan eksternalitas bisa diukur atau diperkirakan dengan akurat. Padahal ini jarang dapat dilakukan. Namun begitu, kebijakan yang telah kita kaji di atas, memberikan sebuah indikasi tentang apa yang perlu diukur dan prosedur apa yang perlu digunakan untuk mencapai keputusan atau kebijakan yang optimal secara sosial, dalam hal menangani masalah yang berkaitan dengan eksternalitas.
Salvatore, Dominick. 2011. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global, Edisi
Kelima, Buku 2 (terjemahan). Jakarta: Salamba Empat. https://www.kompasiana.com/yassyigah/5cef8c367191375e2c0b4315/kebijakan- pemerintah-terhadap-eksternalitas