Anda di halaman 1dari 3

Evolusi Sejarah dari Tanggung jawab Sosial Bisnis

Selama kuartal pertama abad ke-20, bisnis dibebaskan beroperasi untuk beroperasi seperti
yang mereka inginkan. Perlindungan pemerintah terhadap pekerja dan konsumen sangat minim.
Akibatnya, orang-orang harus menerima apa yang bisnis tawarkan atau hidup tanpanya. Kondisi
kerja sering kali sangat menyedihkan dibandingkan dengan standard saat ini. Rata-rata jam kerja
karyawan sebagaian besar industri melebihi 60 jam, tanpa upah minimum, dan kesejahteraan
karyawan hampi tidak ada.
Selama periode ini, konsumen umumnya tunduk pada dokrin caveat emptor, arti frase
latin “biarkan pembeli waspada”. Dengan kata lain, “apa yang anda lihat adalah apa yang anda
lihat adalah apa yang anda dapatkan”, dan jika terjadi sesuatu yang tidak anda harapkan, itu
nasib anda. Meskipun korban praktik bisnis yang tidak bermoral jika mengambil tindakan
hukum, berupaya ke pengadilan akan sangat mahal, dan konsumen jarang memenangkan kasus
mereka.
Sebelum tahun 1930-an kebanyakan orang percaya bahwa persaingan dan tindakan pasar,
pada akhirnya, akan memperbaiki pelanggaran. Oleh karena itu, pemerintah menjadi terlibat
dalam kegiatan sehari-hari bisnis hanya dalam kasus-kasus pelecehan yang jelas terjadi dari
sister pasar bebas. Enam dari undang-undang federal terkait bisnis yang telah disahkan antara
tahun 1889 sampai dengan 1914 dijelaskan pada tabel 1.1. hukum-hukum lebih ditunjukkan
untuk mendorong persaingan daripada mengoreksi pelanggaran meskipun dua hari mereka
melakukan pemurnian produk makanan dan obat.
Runtuhnya pasar saham pada 29 oktober 1929 memicu depresi besar dan tahun-tahun
masalah ekonomi yang mengerikan bagi amerika serikat. Produk pabrik turun hamper
setengahnya, dan sampai 25 persen dari angkatan kerja negara menganggur. Tak lama, tekanan
publik pada pemerintah meningkat agar “melakukan sesuatu” pada ekonomi dan memburuknya
kondisi sosial. Segera setelah Franklin D. Roosevelt menjadi presiden Amerika pada 1933, ia
mengadakan program untuk memulihkan ekonomi dan meningkatkan kondisi sosial. Pemerintah
mengeluarkan undang-undang untuk mempebaiki apa yang banya dilihat sebagai pelanggaran
monopoli bisnis besar, dan memberikan pelayanan sosial sebagai individu. Program-program
besar federal menjadi dasar bagi meningkatnya keterlibatan pemerintah dalam urusan antara
bisnis dan masyarakat.

Tabel 1.1 Regulasi Pemerintah Awal yang mempengaruhi Bisnis Amerika


Enam hukum federal penting yang berkaitan dengan bisnis yang dikeluarkan antara 1887 sampai dengan
1914 yang lebih diarahkan untuk mendorong persaingan daripada mengoreksi penyalahgunaan.
Rugulasi pemerintah Provisi utama
UU perdagangan UU federal pertama yang meregulasi praktik bisnis; memberi regulasi tariff
Antarnegara Bagian kereta api dan pengiriman.
(1887)
UU Antritrust Sherman Mencegah monopoli atau merger dimana persaingan terancam.
(1890)
UU Makanan dan Obat- Menetapkan pengawasan terbatas terhadap penjualan makanan dan obat-
obatan murni (1960) obatan antarnegara bagian.
UU Inspektif Daging Menetapkan pengawasan terbatas pada penjualan daging dan produk daging
(1906) antar negara bagian.
UU Komisi Menciptakan komisi perdagangan federal untuk menyelidiki praktik-praktik
Perdagangan Federal perdagangan ilegal.
(1914)
UU Antitrust Clayton Menghapuskan banyak dari bentuk-bentukdiskriminasi harga yang memberi
(1914) keunggulan kompetitif bagi bisnis besar terhadap perusahaan yang lebih
kecil.

Pro dan Kontra Tanggung Jawab Sosial


Pemilik bisnis, manager, pelanggan, dan para pejabat pemerintah telah memperdebatkan
pro dan kontra dari model ekonomi dan model sosial ekonomi selamabetahun-tahun. Masing-
masing pihak tampaknya memiliki empat argumen utama untuk memperkuat pandangannya.

Argumen Mendukung Peningkatan Tanggung Jawab Sosial


a. Oleh karena bisnis merupakan bagian dari masyarakat, bisnis tidak bisa mengabaikan isu-
isu sosial.
b. Bisnis memiliki sumber daya teknis, keuangan, dan menajerial yang diperlukan untuk
menangani isu-isu sosial yang komplek saat ini.
c. Dengan membantu menyelesaikan masalah sosial, bisnis dapat menciptakan lingkungan
yang lebih stabil untuk keuntangan jangka panjang.
d. Keputasan bertanggung jawab secara sosial yang dibuat oleh perusahaan dapat mencegah
meningkatkan intervensi pemerintah, yang akan memaksa perusahaan uantuk melakukan
apa yang gagal mereka lakukan secara sukarela.

Argument ini didasarkan pada asumsi bahwa bisnis memiliki tanggung jawab tidak
hanya kepada pemegang saham tetapi juga untuk pelanggan, karyawan, pemasok, dan
masyarakat umum.

Argumen Menentang Penimgkatan Tanggung Jawab Sosial


a. Menejer bisnis bertanggung jawab terutama kepada pemegang saham, sehingga
manajemen harus focus pada pengembalian investasi pemilik.
b. Waktu perusahaan, uang, dan bakat harus digunakan untuk memaksimalkan laba, bukan
untuk memecahkan masalah masyarakat.
c. Masalah-masalah sosial mempengaruhi masyarakat secara umum, sehingga usaha
perorangan tidak boleh diharapkan untuk memecahkan masalah ini.
d. Isu-isu sosial merupakan tanggung jawab pejabat pemerintah yang dipilih untuk tujuan
itu dan yang bertanggung jawab kepada pemilih atas keputusan mereka.

Argument ini jelas didasarkan pada asumsi bahwa objek primer bisnis adalah
mendapatkan laba dan bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga sosial harus berurusan dengan
masalah-masalah sosial.

Peraturan Terkait Tanggung Jawab sosial Bisnis


a. Keputusan Menteri BUMN per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina
Lingkungan (PKBL). PKBL terdiri dari program perkuatan usaha kecil melalui
pemberian pinjaman dana bergulir dan pendampingan (disebut program kemitraan), serta
program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sekitar (disebut program bina
ligkungan), dengan dana kegiatan yang bersumber dari laba BUMN.
b. Peraturan mengikat Perseroan Terbatas (PT) yang operasionalnya terkait Sumber Daya
Manusia (SDA), yaitu Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.
Dalam pasal 74 disebutkan:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan
dengan SDA , wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud di ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhiungkan sebagai
biaya perseroan yang peaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.
c. Peraturan Pemerintah (PP) Nomer 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
lingkungan. PP ini melaksanakan ketentuan pasal 74 Undang-Undang Nomer 40 Tahun
2007. Dalam PP ini, perseroan yang kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan
dengan SDA diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Kegiatan dalam memenuhi kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut
harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dilaksanakan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
d. Peraturan yang mengikat jenis perusahaan penanam modal, yaitu Undang-Undang
Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007. Dalam pasal 15 (b) dinyatakan bahwa
“Sanksi-sanksi, diatur dalam pasal 34, berupa sanksi administrasi dan sanksi lainnya,
diantaranya
1. Peringatan tertulis
2. Pembatasan kegiatan usaha
3. Pembekuan kegiatan usaha
4. Pencabuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
e. Peraturan CSR bagi perusahaan Pengelola Minyak dan Gas (Migas), diatur dalam
Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001. Dalam pasal 13 ayat 3
(p) desebutkan kontrakkerja sama sebagainya dimaksudkan dengan ayat (1) wajib
memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu (p) pengembangan masyarakat
sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.
f. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, Undang-
undang ini tidak membahas secara khusus peran dan fungsi perusahaan dalam menangani
fakir miskin, melainkan terdapat klausul dalam pasal 36 ayat 1 “sumber pendanaan dalam
penanganan fakir miskin. Sedangkan pada pasal 41 tentang “Peran Serta Masyarakat”,
dalam ayat 3 dijelaskan bahwa “Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
j berperan serta dlam menyediakan dana pengembangan masyarakat sebagai pewujudan
dari tanggung jawab Sosial terhadap penanganan fakir miskin.
g. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang Forum tanggung jawab dunia
usaha dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial. Kementerian sosial memandang
penting dibentuknya forum CSR pada level provinsi, sebagai sarana kemitraan antara
pemerintah dengan dunia usaha. Rekomenasi permensos adalah dibentuknya Forum CSR
ditingkat provinsi beserta pengisian struktur kepengurusan yang dikukuhkan oleh
Gubernur.
Referensi :

Peraturan terkait tanggung jawab bisnis: http://www.rahmatulah.net/2013/05/regulasi-csr-di-


indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai