CORONA VIRUS
1. TUJUAN
4. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab.
5. Media
Leaflet.
lOMoARcPSD|28717547
6. Kegiatan Penyuluhan
2. Memberi 2. Mendengarkan
dan
kesimpulan memperhatikan
mengenai penyaji.
3. Mendengarkan
materi.
dan memberi
3. Memberikan
pertanyaan
kesempatan
kepada
kepada
penyaji.
masyarakat
4. Menjawab
untuk
salam.
bertanya.
4. Mengakhiri
kegiatan
dengan salam.
8. Evaluasi Pembelajaran
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
Seiring berjalannya waktu, virus corona mengalami mutasi gen. Mutasi gen adalah
perubahan gen secara spontan dan merupakan turunan partikel virus induk ke
partikel virus anakannya. Berikut ini penamaan baru untuk 10 varian baru virus corona :
(Parwanto, 2021)
B.1.1.7 adalah varian dari virus corona, yang pertama kali muncul di Inggris pada
September 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus ini dapat meningkatkan
penularan dan resiko kematian sebesar 50% dari virus aslinya sehingga penderita
diharuskan rawat inap. Virus corona jenis baru ini memiliki beberapa gejala, yaitu : batuk,
demam, anosmia, sakit kepala, nyeri otot, diare, sakit dada, dan ruam di kulit.
Pencegahannya dapat dengan melakukan vaksin AstraZeneca, karena dengan
efektivitasnya yang sebesar 70,4% dapat melawan varian ini.
Virus corona varian B.1.351 pertama kali ditemukan pada Mei 2020 di Afrika Selatan,
tepatnya di Teluk Nelson Mandela. Dugaan dari penurunan efikasi vaksin Covid-19
dikarenakan pengaruh netralisasi antibody dari varian virus corona Beta. Varian ini lebih
berpotensi menyebabkan kematian yang tinggi dan penularan yang lebih cepat. Gejalanya
berupa demam, anosmia, dan nyeri otot.
Varian virus corona yang ditemukan di Brazil pada November 2020 dinamakan varian P.1.
Gejalanya berupa demam, anosmia, kelelahan, batuk dan nyeri otot.
Varian ini ditemukan di India pada Oktober 2020. Varian ini dipandang dapat lebih
menular dan bisa menyebar lebih cepat. Varian ini menjadi paling kuat dengan tingkat
kecepatan penyebaran
50% dari varian alpha. Varian virus corona Delta juga sudah menyebar ke sejumlah
wilayah di Indonesi seperti Jakarta. Gejala khusus varian ini berupa sakit perut, hilangnya
selera makan, mual dan muntah, nyeri sendi, diare, dan gangguan pendengaran. Keluhan
penyakit akibat infeksi varian delta ini juga semakin buruk, jika terjadi pada pasien covid-
19 yang berusia tua dan memiliki komorbid seperti hipertensi dan diabetes mellitus.
e. Varian B.1.525 (Eta)
lOMoARcPSD|28717547
Virus corona variaan B.1525 adalah varian yang baru-baru ini diidentifikasi di Inggris
pada September 2020. Varian ini belum dinyatakan lebih menular dan lebih berbahaya
dari varian Delta. Tetapi para peneliti sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk
mendapatkan analisa yang mendalam. Gejalanya seperti demam, anosmia, kelelahan,
batuk dan nyeri otot.
Virus corona varian B.1526 mulai ditemukan pada Desember 2020 di New York. Belum
diketahui apakah varian virus corona Iota lebih menular dibandingkan virus aslinya. Virus
corona Iota sudah cukup menyebar ke wilayah metropolitan New York dan sekitarnya.
Gejalanya sama seperti varian lain berupa demam, anosmia, kelelahan, batuk dan nyeri
otot. Dan penyebaran di Indonesia masih sangat minim.
Varian virus corona Kappa merupakan varian baru yang ditemukan di India pada Oktober
2020. Varian ini terbukti dapat melawan antibodi yang digunakan untuk pengobatan
COVID-19. Penularan varian ini pun tinggi namun masih dibawah Delta. Gejalanya
berupa ruam disekujur tubuh, demam tinggi, batuk, pilek, mata merah dan berair, serta
anosmia. Vaksin AstraZeneca dipercaya oleh para peneliti mampu mencegah varian ini.
Varian ini sudah menyebar di Indonesia lebih tepatnya di daerah Jakarta dan Sumatera
Selatan.
h. Varian Lambda
Pertama ditemukan pada tahun 2020 di Peru. Penelitian lebih lanjut terkait varian ini
masih dibutuhkan. Namun WHO telah mengklaim bahwa vaksinasi tetap menjadi upaya
yang efektif dalam mencegah penyebaran Covid-19 varian Lambda. Gejala dari varian ini
berupa demam, nyeri otot dan anosmia. (Parwanto, 2021)
Penularan simtomatik mengacu pada penularan dari seseorang saat mereka mengalami
gejala. Cara penularannya adalah sebagai berikut :
a. Dari orang yang bergejala ke orang lain yang sehat, misalnya melalui droplet
atau percikan liur saat bersin dan batuk.
Hal ini didukung oleh pengalaman terperinci yang dibagikan oleh mitra teknis melalui
WHO, dan laporan serta presentasi oleh Kementerian Kesehatan. Data dari studi klinis dan
virologi yang telah mengumpulkan sampel biologis berulang dari pasien yang
dikonfirmasi memberikan bukti bahwa penyebaran virus COVID-19 paling tinggi di
lOMoARcPSD|28717547
saluran pernapasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) sejak awal perjalanan penyakit
yaitu, dalam 3 hari pertama sejak timbulnya gejala. (WHO., 2020).
Gejala ringan seperti demam, batuk kering dan kelelahan. Gejala ini kerap diremehkan
pasien karena gejalanya mirip dengan flu sehingga, padahal berbeda antara covid dengan
flu biasa, infeksi virus corona berjalan lebih cepat, apalagi dengan pasien yang memiliki
masalah kesehatan lainnya. Gejala sedang kasus infeksi virus corona nyeri dan tidak
nyaman, nyeri tenggorokan, diare, konjungtivis (mata merah), sakit kepala, hilangnya
indera penciuman atau perasa, ruam pada kulit. (Hafizhdillah et al., 2021)
Gejala berat kasus infeksi virus corona berupa kesulitan bernapas dan nyeri dada,
pneumonia, sakit di bagian perut, dan nafsu makan turun. Organ pernapasan merupakan
sasaran utama dari infeksi virus corona. Penyakit paling umum setelah terinfeksi adalah
pneumonia, namun tidak semua pasien mengalami pneumonia atau gangguan pernapasan
akut. (Hafizhdillah et al., 2021)
a. Bersihkan tangan secara teratur dan menyeluruh dengan cairan berbasis alkohol atau
dengan sabun dan air.
b. Pertahankan jarak setidaknya 1 meter (3 kaki) dengan orang lain.
c. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Tangan menyentuh banyak
permukaan dan virus bisa menempel disana, setelah terkontaminasi tangan
dapat memindahkan virus ke mata, hidung, atau mulut dan dapat menimbulkan
penyakit.
d. Pastikan untuk selalu menjaga kebersihan organ pernapasan, yaitu dengan menutup
mulut dan hidung dengan siku atau bagian lainnya yang tertekuk seperti tisu
saat batuk atau bersin kemudian segera buang tisu bekas.
e. Tetap dirumah jika merasa tidak sehat. Ketika mengalami batuk, demam dan
kesulitan bernapas, cari bantuan medis dan hubungi fasilitas kesehatan terlebih
dahulu serta ikuti arahan otoritas kesehatan setempat.
f. Baca perkembangan terbaru tentang COVID-19 dan ikuti saran yang diberikan
oleh penyedia layanan kesehatan, otoritas kesehatan publik nasional dan lokal
tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain dari COVID-19. (Zendrato,
2020)
5. Vaksinasi Covid-19
Kemungkinan vaksin memiliki efek samping. Efek samping yang umum dirasakan di
lengan bagian suntikan berupa rasa sakit, pegal, dan dapat terjadi pembengkakan dan
kemerahan diarea bekas suntikan. Efek lain yang sebagian orang rasakan seperti demam,
batuk, kelelahan, dan sakit kepala. Efek samping ini dapat mempengaruhi kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi akan hilang dalam beberapa hari. (Pakpahan,
A.K., et.al, 2021)
lOMoARcPSD|28717547
DAFTAR PUSTAKA
Hafizhdillah, A. R., Purwaningrum, R., Kheru, A., Eksa, D. R., Mustofa, F. L., & Rafie, R.
(2021). Penyuluhan Pencegahan Penularan Corona Virus dengan Mematuhi Protokol Kesehatan
di Puskesmas Rawat Inap Kota Karang Bandar Lampung. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (Pkm), 4(1), 200–206. https://doi.org/10.33024/jkpm.v4i1.3674
Pakpahan, A.K., Martha, J., Triwibowo, A., Bhaskara, I.L.A., Tasya, V., Angelique,
J., Stevanus. R., & Tania, V. (2021). Pedoman Menghadapi Pandemia Covid-19 Bagi
Mahasiswa. Hal. 13-17. Dari https://fisip.unpar.ac.id/wp- content/uploads/sites/33/2021/08/Buku-
Saku-Pedoman-Menghadapi-Pandemi-Covid-
19-FISIP-UNPAR-2021.pdf.
WHO. (2020). WHO. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Situation Report − 105.
WHO.
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Situation Report − 105., 2019(April), 18.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa2001316.4.