Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN INVESTASI

Inflasi Terhadap Kinerja Saham Perusahaan PT Kalbe Farma Tbk Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia

DISUSUN OLEH :

RENDI BAYU SATRIA

215213039

MANAJEMEN BISNIS S1

POLIBISNIS

STIEB PERDANA MANDIRI PURWAKARTA


Kata pengantar

Saya dengan senang hati mempersembahkan kata pengantar ini yang membahas tentang hubungan
antara inflasi dan kinerja saham perusahaan PT Kalbe Farma Tbk, yang merupakan salah satu
perusahaan terkemuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Inflasi, sebagai fenomena yang umum terjadi di berbagai negara di seluruh dunia, memiliki dampak
yang signifikan terhadap berbagai aspek ekonomi, termasuk pasar saham. Inflasi adalah kenaikan
umum dan terus-menerus dalam harga barang dan jasa yang diukur dengan indeks harga konsumen.
Hal ini menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan berbagai perubahan dalam kegiatan
ekonomi.

Dalam konteks perusahaan publik seperti PT Kalbe Farma Tbk, fluktuasi inflasi dapat berdampak
pada kinerja saham dan nilai pasar perusahaan. Sebagai perusahaan yang beroperasi di sektor
farmasi dan kesehatan, PT Kalbe Farma Tbk terpapar risiko inflasi yang dapat mempengaruhi
sejumlah variabel penting dalam operasionalnya.

Salah satu dampak inflasi terhadap PT Kalbe Farma Tbk adalah kenaikan biaya produksi. Inflasi yang
tinggi dapat menyebabkan peningkatan harga bahan baku, tenaga kerja, dan faktor produksi lainnya.
Sebagai perusahaan farmasi, biaya produksi yang meningkat dapat mengurangi profitabilitas
perusahaan dan berdampak negatif pada kinerja sahamnya.

Selain itu, inflasi juga dapat mempengaruhi daya beli konsumen. Ketika inflasi meningkat, harga
barang dan jasa naik secara keseluruhan, dan konsumen cenderung mengurangi pengeluaran
mereka. Hal ini dapat berdampak negatif pada penjualan PT Kalbe Farma Tbk dan kinerja
keuangannya. Jika konsumen mengurangi pembelian produk farmasi dan kesehatan, pendapatan
perusahaan dapat terpengaruh, dan ini dapat tercermin dalam kinerja sahamnya.

Namun, meskipun inflasi memiliki potensi dampak negatif pada kinerja saham perusahaan, PT Kalbe
Farma Tbk juga memiliki faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi performa sahamnya. Misalnya,
inovasi produk, pengembangan pasar, efisiensi operasional, dan kekuatan merek perusahaan juga
dapat menjadi penentu kinerja saham yang positif.

Sebagai pembaca, penting bagi kita untuk memahami hubungan kompleks antara inflasi dan kinerja
saham perusahaan PT Kalbe Farma Tbk. Penelitian lebih lanjut dan analisis mendalam diperlukan
untuk menggali dampak inflasi secara khusus terhadap perusahaan ini, serta strategi yang diadopsi
oleh manajemen perusahaan untuk mengatasi tantangan inflasi.

Saya berharap bahwa kata pengantar ini memberikan wawasan awal yang berguna dan mendorong
para pembaca untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai hubungan antara inflasi dan kinerja
saham PT Kalbe Farma Tbk. Semoga informasi yang diperoleh dapat membantu kita mem ahami dan
menganalisis dampak inflasi terhadap kinerja saham perusahaan tersebut dengan lebih mendalam.

Dalam menghadapi risiko inflasi, PT Kalbe Farma Tbk kemungkinan telah mengadopsi sejumlah
langkah strategis. Misalnya, perusahaan dapat menerapkan kebijakan harga yang bijaksana untuk
mengimbangi kenaikan biaya produksi. Selain itu, diversifikasi produk dan penetrasi pasar yang
cerdas juga dapat membantu perusahaan mengurangi dampak negatif inflasi. Dengan menawarkan
produk dan layanan yang beragam, PT Kalbe Farma Tbk dapat memitigasi risiko inflasi dengan
mengandalkan portofolio bisnis yang kuat.

Selain itu, perusahaan juga mungkin telah melakukan inovasi dalam proses produksi dan manajemen
rantai pasokan untuk meningkatkan efisiensi operasional. Dengan mengoptimalkan penggunaan
sumber daya dan mengurangi pemborosan, PT Kalbe Farma Tbk dapat mengurangi biaya produksi
dan mempertahankan margin keuntungan yang sehat meskipun dihadapkan pada inflasi.

Tidak kalah pentingnya, kekuatan merek PT Kalbe Farma Tbk juga dapat memainkan peran penting
dalam menghadapi dampak inflasi terhadap kinerja saham perusahaan. Merek yang kuat dan
reputasi yang baik memungkinkan perusahaan mempertahankan pangsa pasar yang stabil dan
mempertahankan loyalitas pelanggan. Hal ini dapat membantu PT Kalbe Farma Tbk untuk mengatasi
tantangan inflasi dengan lebih baik daripada pesaingnya.

Namun demikian, perlu diingat bahwa hubungan antara inflasi dan kinerja saham perusahaan tidak
selalu berjalan secara linear. Ada faktor-faktor lain seperti kondisi pasar secara keseluruhan,
kebijakan moneter, dan faktor ekonomi makro lainnya yang juga dapat mempengaruhi kinerja saham
perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi investor dan pemangku kepentingan lainnya untuk
mempertimbangkan berbagai variabel ini saat mengevaluasi kinerja saham PT Kalbe Farma Tbk atau
perusahaan lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dalam kesimpulan, inflasi memiliki potensi dampak terhadap kinerja saham PT Kalbe Farma Tbk yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun, dengan strategi yang tepat, seperti kebijakan harga yang
bijaksana, diversifikasi produk, efisiensi operasional, dan memanfaatkan kekuatan merek,
perusahaan dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dan mempertahankan kinerja saham yang
kuat. Melalui pemahaman yang mendalam tentang hubungan ini, investor dan pemangku
kepentingan lainnya dapat membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi.

Terima kasih atas perhatian dan semoga informasi ini bermanfaat.

Hormat saya,

[Rendi bayu satria]


BAB I

PENDAHULUAN

1.Pendahuluan

Bursa Efek Indonesia (BEI) menjalankan dua fungsi yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau
investor. Kedua sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti
saham, obligasi reksadana dan lain-lain. Investasi di bursa efek dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik faktor ekonomi maupun non ekonomi, yang mempengaruhi kegiatan investasi ini adalah kondisi
mikro ekonomi dimana kondisi tersebut tercermin dari perilaku ekonomi individu rumah tangga,
perusahaan dan pasar dalam mengelola sumber daya ekonomi secara efisien. Sedangkan ekonomi
makro tentang perekonomian secara keseluruhan pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi dan
perdagangan internasional. Dan inilah indikator yang akan menentukan naik turunnya indeks harga
saham. Naik turunnya indeks suatu saham dapat dibaca sebagai cermin dinamika ekonomi suatu
Negara.

Penelitian yang dilakukan oleh Naipospos (2014) dengan judul Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja
Saham Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menunjukkan secara parsial
inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja saham.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri
dari 11 perusahaan. Dalam hal ini ialah PT. Kalbe Farma, Tbk yang merupakan market leader untuk
produk kesehatan masyarakat dan market leader untuk produk ethical yang mengalami
permasalahan dalam menghadapi inflasi yang terjadi, Laju kenaikan barang atau inflasi kerap
membuat penjualan menurun, sehingga adanya inflasi mempengaruhi kinerja harga saham
perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk. Kinerja saham perusahaan yang mengalami kenaikan dan
penurunan dari tahun ke tahun, hal ini dapat mengakibatkan berpalingnya para investor ke
perusahaan lain. Hal ini juga dapat dipengaruhi pada kinerja saham perusahaan yang kurang baik.
Berdasarkan uraian di atas dan dengan memperhatikan keadaan ekonomi yang terus berkembang,
maka penulis berminat untuk melakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja
Saham Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
2.Teoritis

2.1 Inflasi

Menurut Putong (2013:417) "inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus,
sedangkan kebalikan dari

inflasi adalah deflasi yaitu penurunan harga secara terus-menerus”.

“Inflasi adalah kondisi di mana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari jumlah permintaan
sehingga akan

mengakibatkan terjadinya kenaikan harga yang meluas dalam sistem perekonomian secara
keseluruhan” (Murhadi,2013:72).

Sedangkan Menurut Iskandar (2013:133) “inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik
secara umum dan terus

menerus”. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan
tersebut meluas kepada

(atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar harga barang-barang lain.

Menurut Sihaloho (2013) “Inflasi adalah kondisi dimana harga barang – barang meningkat secara
terus menerus”.

Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tingkat inflasi yang terjadi pada penutupan
tahun. Data inflasi

diperoleh dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik.

Menurut Putong (2013:417) “Salah satu penyebab dari terjadinya inflasi secara umum adalah
menurunnya daya beli

masyarakat karena secara riel tingkat pendapatannya juga menurun”. Jadi misalkan besarnya inflasi
pada tahun yang

bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riel pendapatan
mengalami penurunan

sebesar 5% yang akibatnya secara relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.

Menurut Putong (2013:418) Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu
perekonomian

sedang dilanda inflasi atau tidak. Indikator tersebut ialah :

1. Indeks Harga Konsumen (IHK)

IHK adalah Angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh konsumen pada
masing-masing

harganya. Untuk menghitung IHK digunakan rumus :

IHK =
Harga Sekarang x 100 %

(1)

Harga pada tahun dasar

Manfaat IHK yaitu :

a. Mengetahui perubahan harga dari kelompok tetap barang dan jasa yang pada umumnya
dikonsumsi masyarakat

b. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan inflasi atau deflasi.

c. Indeksasi upah dan tunjangan gaji pengawai

d. Penyesuaian nilai kontrak

e. Penentuan target inflasi

f. Indeksasi anggaran pendapatan dan belanja Negara

2.2 Berdasarkan Penyebab Inflasi

Menurut Putong (2013:423) Berdasarkan penyebab inflasi terdiri dari dua yaitu sebagai berikut:

1. Demand Pull Inflation

Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disatu pihak, di pihak lain kondisi
produksi telah

mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hokum
permintaan, bila permintaan

banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus
menerus akan

mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan, oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan adanya
keterbukaan kapasitas

produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru. Secara grafis, demand pull inflation ini bias
digambarkan sebagai

berikut :

2. Cost Push Inflation

Inflasi ini terjadi disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya
produksi dapat terjadi karena

tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang Negara yang bersangkutan jatuh/menurun,
kenaikan harga bahan baku

industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat
naiknya biaya produksi maka
ada dua hal yang bias dilakukan oleh produsen yaitu : pertama, langsung menaikan harga produknya
dengan jumlah

penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran)
karena penurunan

jumlah produksi.

2.3 Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Asal atau Sumbernya

Menurut Putong (2013:423) Berdasarkan asal atau sumbernya, maka inflasi dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu

sebagai berikut :

1. Inflasi dalam Negeri (Domestic inflation)

Inflasi yang terjadi akibat defisit anggaran pembiayaan belanja Negara (APBN) yang terlihat pada
anggaran belanja

Negara. Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik
dikarenakan musim

paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan lain sebagainya.

2. Inflasi Luar Negeri (International inflation)

inflasi yang disebabkan karena Negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu Negara mengalami
inflasi yang tinggi,

dapatlah diketahui bahwa harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila
terpaksa negara lain

harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.

2.4 Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Menurut Putong (2013:423) Sifat inflasi terbagi menjadi empat yaitu :

1. Inflasi Ringan : Pengertian inflasi ringan adalah inflasi yang belum terlalu mengganggu keadaan
ekonomi. Inflasi ringan

mampu dikendalikan dengan tingkat nilai dibawah 10% per tahun

Inflasi Sedang : Pengertian inflasi sedang adalah inflasi yang dapat menurunkan kesejahteraan
masyarakat bagi

penghasilan tetap dengan tingkat laju inflasi sebesar 10%-30% per tahun.

3. Inflasi Berat : Pengertian inflasi berat adalah inflasi yang mampu mengacaukan perekonomian yang
berakibat pada

kurangnya minat masyarakat dalam menabung karna bunga bank lebih rendah dari laju angkat inflasi,
inflasi berat

memiliki laju sekitar 30%-100% per tahun.


4. Inflasi Sangat Berat atau Hiperinflasi : Pengertian inflasi sangat berat adalah inflasi yang telah
mengacaukan kondisi

perekonomian dan sulit dikendalikan walapun dengan melakukan kebijakan moneter atau kebijakan
fiskal dengan laju

inflasi diats 100% per tahun.

2.5 Dampak Inflasi

Menurut Putong (2013:426) “Inflasi pada umumnya memberikan dampak yang kurang
menguntungkan dalam

perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka
pendek ada trade off antara

inflasi dan pengangguran menunjukan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat pengangguran, atau
inflasi dapat dijadikan

salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya”.

Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif adalah sebagai berikut :

1. Bila harga barang secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan

normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong barang sementara yang
kekurangan uang

tidak bias membeli barang, akibatnya Negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkan.

2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untukk menarik tabungan
guna membeli dan

menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada
tutup atau bangkrut,

atau rendahnya dana investasi yang tersedia

3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harag untuk memperbesar keuntungan


dengan cara

mempermainkan harga di pasaran, sehingga harga akan terus menerus menerus naik.

4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada
daerah yang

masyarakatnya dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.

5. Bila inflasi berkepanjangan maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relative akan
semakin mahal

sehingga tidak ada yang mampu membeli.


6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentiment
dan kecemburuan

ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.

7. Dampak positif dan inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah yang mana barangnya
lebih laku pada saat

harganya semakin tinggi.

8. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi atas diusahakan seefisien
mungkin dan kumulatifisme

dapat ditekan.

9. Inflasi yang berkepanjangan dapat menambahkan industry kecil dalam negeri menjadi semakin
dipercaya dan tangguh.

10. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan bergerak untuk
melakukan kegiatan produksi

dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

2.6 Saham

Menurut Fahmi (2013:270) “Saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada
suatu perusahaan. Istilah

saham dapat diartikan sebagai sertifikat penyertaan modal dari seseorang atau badan hukum
terhadap suatu perusahaan”.

Menurut Sihaloho (2013) “saham sebagai tanda penyertaan/ pemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan

atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
adalah pemilik

perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut”.

Menurut Fahmi (2013:271) Berdasarkan cara peralihannya, saham dapat dibedakan menjadi saham
atas tunjuk dan

saham atas nama.

a. Saham Atas Tunjuk

Saham atas tunjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemliknya agas penulis dipindah tangankan
dari satu investor ke

investor lain, sehingga wujudnya mirip dengan uang. Pemegang saham atas tunjuk secara hokum
dianggap sebagi pemilik

dan berhak ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
pEmilik saham ini harus

berhati-hati dalam membawa dan menyimpanya, karena jika hilang tidak dapat dimintakan duplikat
atau saham pengganti.
b. Saham Atas Nama

Saham atas nama adalah saham ayng ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya
harus melalui tertentu,

yaitu dengan dokumen peralihan dan nama pemiliknyya dibuat dalam buku perusahaan yang khusus
memuat daftar

pemegang saham. Apakah sertfikat saham ini hilang, maka pemilik dapat meminta penggantian
karena namanya sudah ada

di dalam buku perusahaan

Menurut Fahmi (2013:272) Ditinjau dari segi manfaatnya saham dapat digolongkan ke dalam saham
biasa dan saham

preferen sebagimana diuraikan sebagai berikut ini:

1. Saham Biasa (common stock)

Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian
deviden dan hak atas harta

kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Saham ini biasanya mempunyai harga nominal yang
ditetapkan oleh

emiten atau disebut nilai pari (par value) ynag berbeda dengan harga perdana (primary price) atau
harga sebelum saham

dicatatkan di bursa efek. Jika harga terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi dari harga nominal
maka selisihnya

disebut agio saham. Saham biasa terdiri dari lima jenis saham yaitu :

a. Blue Chip Stock (Saham Unggulan), yakni saham biasa dari suatu perusahaan yang mempunyai
reputasi tinggi, sebagai

leader dari perusahaan sejenisnya dan memiliki pendapatannya yang stabil, serta konsisten dalam
membayar deviden.

b. Income Stock, yakni saham dari suatu emiten yang dapat membayar deviden lebih tinggi dari rata-
rata deviden yang

dibayarkan pada tahun sebelumnya.

c. Growth Stock, yakni saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang
tinggi, sebagi leader

perusahaan sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

d. Speculative Stock, yakni saham dari emiten yang tidak bias secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke

tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun
belum pasti.
e. Counter Cycling Stock, yakni saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun
situasi bisnis secara

umum.

2. Saham Preferen

Saham jenis ini adalah saham yang berbentuk gabungan antara oligasi dengan saham biasa, karena
dapat menghasilkan

pendapatan tetap seperti yang dikehendaki investor. Saham ini serupa dengan saham biasa karena
mewakili kepemilikan

ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut.
Saham preferen

diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepala nvestor, maka saham ini dapat dipandang
sebagi surat berharga

pendapatan tetap menduduki tempat lebih senior dibanding dengan saham preferen. Dalam praktek
pasar modal terdapat

beberapa jenis saham preferen antara lain :

a. Cumulative Preferred Stock yaitu saham jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas
pembagian deviden yang

sifatnya kumulatif salam suatu prosentase atau jumlah tertentu.

b. Non Cumulative Preferred Stock, pemegang saham ini mendapat prioritas dalam pembagian
dividen sampai pada suatu

persentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif.

c. Participating Preferred Stock, pemilik saham ini selain memperoleh ekstra dividen apabila
perusahaan dapat mencapai

sasaran yang telah ditetapkan.

d. Convertible Preferred Stock, yaitu pemegang saham ini mempunyai hak lebih dibandingkan
pemegang saham lainnya.

Hak itu terutama dalam penunjukkan direksi perusahaan.

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibagi menjadi tiga :

1. Faktor yang bersifat Fundamental

Faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dan faktor lain yang dapat
mempengaruhinya antara lain:

a. Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan

b. Prospek pemasaran

c. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan


2. Faktor Yang Bersifat Teknis

Menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu efek baik secara iindividu atau kelompok

a. Perkembangan kurs

b. Keadaan pasar modal

c. Volume dan frekuensi transaksi suku bunga

3. Faktor Sosial Politik

a. Tingkat inflasi yang terjadi

b. Kebijakan moneter pemerintah

c. Kondisi perekonomian

d. Keadaan politik suatu Negara

3. METODELOGI PENELITIAN
3.Masalah inflasi di PT Kalbe Farma dan penangannya

3.1 Masalah Inflasi

masalah inflasi yang dapat dihadapi oleh PT Kalbe Farma Tbk :

 Kenaikan biaya bahan baku: Inflasi dapat menyebabkan kenaikan harga bahan baku yang
digunakan oleh PT Kalbe Farma Tbk dalam produksi produk farmasi. Hal ini dapat
mengurangi margin keuntungan perusahaan.
 Kenaikan biaya tenaga kerja: Inflasi dapat menyebabkan kenaikan upah tenaga kerja, yang
dapat meningkatkan biaya produksi perusahaan.
 Penurunan daya beli konsumen: Inflasi dapat mengurangi daya beli konsumen, yang
berpotensi mempengaruhi penjualan produk PT Kalbe Farma Tbk.
 Penurunan laba perusahaan: Jika inflasi tidak diimbangi dengan penyesuaian harga produk,
hal ini dapat mengurangi laba perusahaan.
 Fluktuasi nilai tukar: Inflasi seringkali berhubungan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang,
yang dapat mempengaruhi margin keuntungan perusahaan.
 Pengurangan investasi: Inflasi yang tinggi dapat mengurangi minat investor untuk
berinvestasi dalam saham PT Kalbe Farma Tbk.
 Pengaruh negatif terhadap pertumbuhan perusahaan: Inflasi yang tidak terkendali dapat
menghambat pertumbuhan perusahaan dan ekspansi bisnis.
 Permintaan yang menurun: Inflasi dapat mengurangi daya beli konsumen dan menyebabkan
penurunan permintaan terhadap produk PT Kalbe Farma Tbk.
 Rendahnya efektivitas kebijakan moneter: Jika kebijakan moneter yang diterapkan oleh
pemerintah dalam mengendalikan inflasi tidak efektif, dapat menyebabkan ketidakpastian
dan volatilitas di pasar.
 Ketidakstabilan ekonomi: Inflasi yang tinggi dapat menjadi indikator ketidakstabilan ekonomi
secara keseluruhan.
 Penurunan kepercayaan konsumen: Inflasi yang tinggi dapat mempengaruhi kepercayaan
konsumen terhadap kondisi ekonomi dan stabilitas harga.
 Pengaruh terhadap operasional perusahaan: Kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi
dapat mempengaruhi operasional perusahaan secara keseluruhan.
 Risiko reputasi: Jika PT Kalbe Farma Tbk tidak mampu mengatasi dampak inflasi dengan baik,
dapat berdampak pada citra dan reputasi perusahaan.
 Pengaruh terhadap karyawan: Inflasi yang tinggi dapat berdampak pada kesejahteraan
karyawan, terutama jika tidak diikuti dengan penyesuaian upah yang memadai.
 Keterbatasan akses ke modal: Inflasi yang tinggi dapat membuat sulit bagi PT Kalbe Farma
Tbk untuk mendapatkan akses ke modal dengan suku bunga yang terjangkau.

3.2 Penanganannya

Penanganan yang bisa dilakukan oleh PT Kalbe Farma Tbk :

 Perusahaan dapat melakukan negosiasi dengan pemasok untuk mendapatkan harga yang
lebih baik.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat mencari alternatif bahan baku yang lebih murah namun tetap
berkualitas.
 Perusahaan dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja dengan memperkenalkan teknologi
yang lebih canggih dalam proses produksi.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat melakukan perbaikan manajemen sumber daya manusia
untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
 Perusahaan dapat menyesuaikan strategi harga untuk tetap bersaing di pasar yang
terpengaruh inflasi.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat melakukan peningkatan pemasaran dan promosi untuk
meningkatkan minat konsumen.
 PT Kalbe Farma Tbk dapat melakukan peninjauan ulang harga produk secara berkala dan
menyesuaikan dengan tingkat inflasi.
 Perusahaan juga dapat meningkatkan efisiensi operasional untuk mengurangi biaya produksi.
 PT Kalbe Farma Tbk dapat melakukan lindung nilai mata uang untuk melindungi diri dari
fluktuasi nilai tukar yang merugikan.
 Perusahaan juga dapat mempertimbangkan diversifikasi pasar dan mencari peluang bisnis di
negara dengan stabilitas mata uang yang lebih tinggi.
 Perusahaan dapat meningkatkan komunikasi dengan investor dan memberikan informasi
yang transparan tentang langkah-langkah yang diambil untuk menghadapi inflasi.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat meningkatkan kinerja keuangan dan memberikan hasil yang
menarik bagi investor.
 Perusahaan dapat melakukan penelitian pasar untuk mengidentifikasi tren dan kebutuhan
konsumen yang baru.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat mengembangkan produk-produk inovatif yang sesuai dengan
preferensi konsumen.
 Perusahaan dapat melakukan pemantauan dan analisis terhadap kebijakan moneter yang
ada.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat menjalin komunikasi dengan pemerintah dan organisasi
terkait untuk memberikan masukan mengenai kebijakan yang dapat mendukung
pertumbuhan sektor farmasi.
 Perusahaan dapat melakukan diversifikasi portofolio bisnis untuk mengurangi risiko yang
terkait dengan ketidakstabilan ekonomi.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat menjaga keuangan yang sehat dan mengelola risiko secara
efektif.
 Perusahaan dapat melakukan kampanye dan program yang meningkatkan kepercayaan
konsumen terhadap merek dan produk PT Kalbe Farma Tbk.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat memberikan informasi yang jelas dan transparan mengenai
upaya perusahaan dalam mengatasi dampak inflasi.
 PT Kalbe Farma Tbk dapat melakukan efisiensi dalam rantai pasokan dan mengoptimalkan
proses produksi untuk mengurangi biaya operasional.
 Perusahaan juga dapat melakukan negosiasi dengan pemasok dan mencari alternatif yang
lebih efisien.
 Perusahaan perlu melakukan komunikasi yang efektif dengan pemangku kepentingan, seperti
pelanggan, investor, dan regulator, untuk menjelaskan langkah-langkah yang diambil dalam
menghadapi inflasi.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaporan keuangan dan kegiatan bisnisnya.
 Perusahaan dapat memberikan insentif atau penyesuaian upah yang adil kepada karyawan
sebagai respons terhadap inflasi yang tinggi.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat memberikan pelatihan dan pengembangan karyawan untuk
meningkatkan keterampilan dan produktivitas mereka, sehingga dapat mengatasi dampak
inflasi secara individu.
 Perusahaan dapat menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan yang memiliki pemahaman
yang baik tentang industri farmasi dan memahami tantangan yang dihadapi oleh
perusahaan.
 PT Kalbe Farma Tbk juga dapat menjaga hubungan yang baik dengan investor dan mencari
sumber pendanaan alternatif yang lebih terjangkau.

Dalam menghadapi masalah inflasi, PT Kalbe Farma Tbk perlu mengadopsi pendekatan yang
komprehensif, termasuk manajemen biaya yang efektif, inovasi produk, diversifikasi pasar,
manajemen risiko mata uang, serta komunikasi yang baik dengan pemangku kepentingan. Dengan
melakukan langkah-langkah ini, perusahaan dapat mengatasi dampak negatif dari inflasi dan tetap
berkembang dalam industri farmasi yang kompetitif.

BAB II

Anda mungkin juga menyukai