Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,


PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Jl. Raya By Pass Kedundung, Telp. (0321) 321755
MOJOKERTO

SPESIFIKASI TEKNIS DAN METODE


PELAKSANAAN

PEKERJAAN :

JASA KONSULTAN PERENCANAAN TEKNIS


PEMBANGUNAN GAPURA LINGKUNGAN KECAMATAN
PRAJURIT KULON

LOKASI
PEKERJAAN :

KELURAHAN PRAJURIT KULON


KOTA MOJOKERTO

TAHUN ANGGARAN
2023
TABEL SPESIFIKASI MATERIAL PEKERJAAN

NO. URAIAN BAHAN KETERANGAN


A Pasir, Batu, Tanah dan bahan alam lainya
Air
Pasir Beton Material Lokal
Pasir Pasang Material Lokal
Pasir Urug Material Lokal
Batu Cor/ Koral Beton 2/3 cm Material Lokal
Bata Merah Material Lokal
Bata Tuban Uk. 5 x
Bata Expose 5x10x20 cm 10 x 20 cm (Daya
dan Duta)

B Bahan Kayu dan Lainnya


Kayu Kelas II (Balok)
Kayu Kelas III (Usuk)
Dolken Kayu 8-10 cm Panjang 4 m
Plywood t. 9 mm

C Bahan Semen dan Perekat Pasangan


Semen Gresik, Tiga
Semen Portland
Roda

D Cat, Minyak dan Bahan Lainnya


ProTexOne coating
Cat Coating
batu bata ekspose
Minyak Bekisting

E Bahan Besi, Alumunium, Seng dan Metal


Lainnya
Besi Polos/Ulir
Paku
Kawat beton
Pipa Stainless 2" tbl. 0,8 mm Tebal 0.8 mm
Pipa Galvanis 2" tbl. 4.5 mm Tebal 0.45 mm
Plat Stainless 304 Uk. 1.20 x 2.40 t 0.8 mm Tebal 0.8 mm
Plat Besi 1.2 mm Uk. 1.20 x 2.4 Tebal 1.2 mm
Plat Besi 3 mm (1.20 X 2.40) Tebal 3 mm
Huruf Acrylic Mirror

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 1


SEKSI I
SYARAT-SYARAT
UMUM

A. Umum
Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan
beserta uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan seperti yang diuraikan
didalam buku ini. Bila terdapat ketidakjelasan dan atau perbedaan dalam gambar
dan uraian ini, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Perencanaan
atau Pengawas untuk mendapatkan penyelesaian.

B. Lingkup Pekerjaan
Penyelesaian tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat kerja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan, mengawasi, dan memelihara
bahan- bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan-pekerjaan dapat selesai dengan
sempurna.

C. Sarana Kerja
Kontraktor wajib memasukkan jadwal kerja. Kontraktor juga wajib memasukkan
identifikasi dari tempat kerja, nama, jabatan dan keahlian masing-masing anggota
pelaksana pekerjaan, serta inventarisasi peralatan yang digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan
bahan/material dilokasi yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal
yang dapat mengganggu pekerjaan lain. Semua sarana persyaratan kerja, sehingga
kelancaran dan memudahkan kerja dilokasi dapat tercapai.

D. Gambar-Gambar Dokumen
Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang
ada (Arsitektur, Struktur dan ME) dalam buku uraian pekerjaan ini, maupun
pekerjaan yang terjadi akibat keadaan di lokasi, Kontraktor diwajibkan melaporkan
hal tersebut kepada Perencana/Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan
keputusan pelaksanaan dilokasi setelah Pengawas berunding terlebih dahulu
dengan Perencana. Ketentuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh
Kontraktor untuk memperpanjang waktu pelaksanaan.
1) Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai terpasang.
2) Bila ada keraguan mengenai ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan
pegangan,
- Kontraktor wajib berunding terlebih dahulu dengan Perencana. Mengingat
masalah ukuran ini sangat penting, Kontraktor diwajibkan memperhatikan
dan meneliti terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum seperti peil-peil,
ketinggian, lebar ketebalan, luas penampang dan lain-lainnya sebelum
memulai pekerjaan.
- Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan
Manajemen Konstruksi.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 2


- Kontraktor harus menyediakan dengan lengkap masing-masing dua salinan,
segala gambar-gambar, spesifikasi teknis, agenda, berita-berita perubahan
dan gambar-gambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat pekerjaan.
Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat Pengawasan Direksi setiap saat
sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu, dokumen-
dokumen tersebut akan di dokumentasikan oleh Pemberi Tugas.

E. Gambar-Gambar Pelaksanaan & Contoh-Contoh


1) Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) adalah gambar-gambar, diagram,
ilustrasi jadwal, brosur atau data yang disiapkan Kontraktor atau sub Kontraktor,
supplier atau produsen yang menjelaskan bahan-bahan atau sebagian
pekerjaan.
2) Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk
menunjukan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh
Pengawas untuk menilai dahulu.
3) Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan
dengan segera semua gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh yang
diisyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Manajemen Konstruksi. Gambar-
gambar pelaksanaan dan contoh-contoh harus diberitanda-tanda sebagaimana
ditentukan Manajemen Konstruksi. Kontraktor harus melampirkan keterangan
tertulis mengenai setiap perbedaan dengan Dokumen Kontrak jika ada hal-hal
demikian.
4) Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan atau
contoh-contoh dianggap Kontraktor telah meneliti dan menyesuaikan setiap
gambar atau contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
5) Konsultan Pengawas dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau
menyetujui gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh dalam waktu
sesingkat-singkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan dengan
mempertimbangkan syarat- syarat keindahan.
6) Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta Konsultan
Manajemen Konstruksi dan menyerahkan kembali segala gambar-gambar
pelaksanaan dan contoh- contoh sampai disetujui.
7) Persetujuan Pengawas terhadap gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-
contoh tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas perbedaan
tersebut tidak diberitahukan secara tertulis kepada Manajemen Konstruksi.
8) Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-
contoh yang harus disetujui. Konsultan Manajemen Konstruksi, tidak boleh
dilaksanakan sebelum ada persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
9) Gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh harus dikirim kepada
Konsultan Pengawasan dalam dua salinan, Konsultan Pengawas akan
memeriksa dan mencantumkan tanda-tanda yang "Telah Diperiksa Tanpa
Perubahan" atau"Telah Diperiksa Dengan Perubahan" atau "Ditolak". Satu
salinan ditahan oleh Konsultan Pengawas untuk arsip, sedangkan yang kedua
dikembalikan kepada Sub Kontraktor atau yang bersangkutan lainnya
10) Sebutan Katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut
Konsultan Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang
cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah. Barang cetakan ini juga
harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing- masing jenis dan
diperlukan sama seperti butir diatas.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 3


11) Contoh-contoh (Mock Up) yang disebutkan dalam Spesfikasi Teknis harus
dikirim oleh Kontraktor kepada Konsultan Pengawasan.
12) Biaya pengiriman gambar-gambar pelaksanaan, contoh-contoh, katalog-katalog
kepada Konsultan Pengawas dan Perencanaan menjadi tanggungan Kontraktor.

F. Jaminan Kualitas
Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa
semua bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali
ditentukan lain, serta Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan
dengan baik, bebas dari cacat teknis dan estetis serta sesuai dengan Dokumen
Kontrak. Apabila diminta, Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai
hal-hal tersebut pada butir ini. Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas, bahwa pekerjaan telah diselesaikan dengan sempurna, semua
pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

G. Nama Pabrik/ Merk Yang Ditentukan


Apabila pada spesifikasi teknis ini disebutkan nama pabrik/ merk dari suatu jenis
bahan/ komponen, maka Kontraktor menawarkan dan memasang sesuai dengan
yang ditentukan.

H. Contoh-Contoh
1) Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
harus segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-contoh tersebut
diambil dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap
bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti. Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh
Pemberi Tugas atau wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan tidak sesuai
dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
2) Kontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari
material yang akan dipakai/ dipasang, untuk mendapatkan persetujuan
Manajemen Konstruksi.
3) Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti/
sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang/ material-material
tersebut.
4) Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui
pemesanan), maka Kontraktor diwajibkan menyerahkan : Brochure, katalogue,
gambar kerja atau shop drawing dan sample, yang dianggap perlu oleh
Perencana/ Pengawas dan harus mendapatkan persetujuan Perencana/
Pengawas.

I. Subtitusi
1) Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama pabriknya dalam
RKS, Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkan dalam Spesifikasi
Teknis, atau dapat mengajukan produk pengganti yang berstandar SNI, disertai
data-data yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Perencana
sebelum pemesanan.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 4


2) Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris dan produk-produk yang tidak
disebutkan nama pabriknya didalam Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus
mengajukan secara tertulis nama negara dari pabrik yang menghasilkannya
katalog dan selanjutnya menguraikan data-data yang menunjukan secara benar
bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi
Teknis dan kondisi proyek untuk mendapatkan persetujuan dari pemilik/
Perencana/ Manajemen Konstruksi.

J. Material Dan Tenaga Kerja


Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru.
Seluruh peralatan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap pekerja
harus mempunyai ketrampilan yang memuaskan, dimana latihan khusus bagi
pekerja sangat diperlukan dan Kontraktor harus melaksanakannya.

K. Klausal Disebutkan Kembali


Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausal-klausal yang disebutkan kembali
pada butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan
pengertian lebih menegaskan masalahnya. Jika terjadi hal yang saling bertentangan
antara gambar atau terhadap Spesifikasi Teknis, maka diambil sebagai patokan
adalah yang mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang
paling tinggi. Pemilik proyek dibebaskan dari hak patent dan lain-lain untuk segala
"Claim" atau tuntutan terhadap hak-hak asasi manusia.

L. Koordinasi Pekerjaan
1) Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh bagian
yang terlibat didalam kegiatan proyek ini. Seluruh aktifitas yang menyangkut
dalam proyek ini, harus dikoordinir lebih dahulu agar gangguan dan konflik satu
dengan yang lainnya dapat dihindarkan. Melokalisasi/ memerinci setiap
pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari gangguan dan konflik, serta
harus mendapat persetujuan dari Konsultan/ Pengawas.
2) Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat-
syarat pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi-instruksi tertulis dari
Pengawas.
3) Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada
setiap waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Pengawas dalam pengontrolan
terhadap kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Kontraktor, tidak berarti Kontraktor bebas dari tanggung jawab.
4) Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan
(spesifikasi) atau gambar atau instruksi tertulis dari Pengawas harus diperbaiki
atau dibongkar. Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
M. Perlindungan Terhadap Orang, Harta Benda Dan Pekerjaan
1) Perlindungan terhadap milik umum :
Kontraktor harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari alat-alat
mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran
lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak
berlangsung.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 5


2) Orang-orang yang tidak berkepentingan :
Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki
tempat pekerjaan dan dengan tegas memberikan perintah kepada ahli tekniknya
yang bertugas dan para penjaga.
3) Perlindungan terhadap bangunan yang ada:
Selama masa-masa pelaksanaan kontrak, Kontraktor bertanggung jawab penuh
atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran
pembuangan dan sebagainya ditempat pekerjaan, dan kerusakan-kerusakan
sejenis yang disebabkan operasi-operasi Kontraktor, dalam arti kata yang luas.
Itu semua harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga dapat diterima oleh Pemberi
Tugas.
4) Penjagaan dan perlindungan pekerjaan:
Kontraktor bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan
terhadap pekerjaan yang dianggap penting selama pelaksanaan Kontrak, siang
dan malam. Pemberi Tugas tidak bertanggung jawab terhadap Kontraktor, atas
kehilangan atau kerusakan bahan-bahan bangunan atau peralatan atau
pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.
5) Kesejahteraan Keamanan dan Pertolongan Pertama :
Kontraktor harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan dan
tindakan pengaman yang layak untuk melindungi para pekerja dan tamu yang
akan datang kelokasi. Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini disyaratkan
harus memuaskan Pemberi Tugas dan juga harus menurut (memenuhi)
ketentuan Undang-Undang yang berlaku pada waktu itu.
Dilokasi pekerjaan, Kontraktor wajib mengadakan perlengkapan yang cukup
untuk pertolongan pertama, yang mudah dicapai.
6) Gangguan pada tetangga
Segala pekerjaan yang menurut Pemberi Tugas mungkin akan menyebabkan
adanya gangguan pada penduduk yang berdekatan, hendaknya dilaksanakan
pada waktu sebagainya Pemberi Tugas akan menentukannya dan tidak akan
ada tambahan, yang mungkin ia keluarkan

N. Peraturan Hak Paten


Kontraktor harus melindungi Pemilik (owner) terhadap semua "claim" atau
tuntutan, biaya atau kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan dengan
merk dagang atau nama produksi, hak cipta pada semua material dan peralatan
yang digunakan dalam proyek ini.

O. Iklan
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun didalam sempadan
(batas) site atau ditanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas.

P. Peraturan Teknis Pembangunan Yang Digunakan


1) Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan
yang ada di dalam SNI (Standard Nasional lndonesia).
2) Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan
mengikat pula.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 6


a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh
Kontraktor dan sudah disahkan/ disetujui Direksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan.
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Berita Acara Penunjukan.
e. Surat Keputusan Pemimpin Proyek tentang Penunjukan Kontraktor. f. Surat
Perintah Kerja (SPK)
f. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
Kontrak/ Surat Perjanjian Kontraktoran

Q. Shop Drawing
1) Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur
berdasarkan disain yang ada dan harus dimintakan persetujuan tertulis dari
Pengawas.
2) Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data yang diperlukan
termasuk keterangan produk bahan, keterangan pemasangan, data-data tertulis,
dan hal-hal lain yang diperlukan.
3) Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing
fabrikasi dan ketepatan penyetelan/ pemasangan semua bagian konstruksi baja.
4) Semua bahan untuk pekerjaan baja difabrikasikan di workshop, kecuali atas
Persetujuan Pengawas.
5) Semua baut, baik yang dikerjakan di workshop maupun dilapangan harus selalu
memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang baut
tersebut.
6) Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan dilapangan pada waktu
pemasangan yang diakibatkan oleh kurang teliti atau kelalaian Kontraktor,
harus dilakukan atas biaya Kontraktor.
7) Keragu-raguan terhadap kebenaran dan kejelasan gambar dan spesifikasi harus
ditanyakan kepada Pengawas/ Perencana.
8) Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar "As Built Drawing"
sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara kenyataan.
Untuk kebutuhan pemeriksaan dikemudian hari. Gambar-gambar tersebut
diserahkan kepada Pengawas.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 7


SEKSI II
SYARAT – SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PERSIAPAN

A. PEMBONGKARAN PADA LOKASI EKSISTING


1) Area terbangun terlebih dahulu harus dibersihkan dari sampah, barang tidak
terpakai dan bekas bongkaran.
2) Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih dan
aman dari pegawai dan masyarakat.
3) Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bongkaran harus
dikeluarkan dari tapak proyek, dan tidak dibenarkan untuk di timbun di luar
pagar meskipun untuk sementara.
4) Semua sisa-sisa bongkaran bangunan lama, seperti jaringan listrik/ pipa-pipa-
pipa, rabat beton dan lain-lain yang masih ada menurut penilaian Konsultan
Pengawas jika dibiarkan ditempat akan mengganggu pekerjaan tapak, dan lain-
lain harus dibongkar dan dikeluarkan dari tapak. Semua biaya pembongkaran
sisa-sisa tersebut di atas adalah persetujuan tertulis dari Pemberi
Tugas/Pengawas (Bongkaran di pakai kembali).

B. PEMINDAHAN PORTAL
1) Sebelum memindahkan portal yang terdapat pada lahan eksisting, portal
terlebih dahulu dicopot dari pondasi yang tersambung pada portal.
2) Sebelum memasang portal kembali, pondasi portal diharap sudah disiapkan
terlebih dahulu, dengan memakai Beton K-175 secukupnya ataupun memakai
pas. Batu kali sesuai kebutuhan.
3) Jika pondasi sudah siap maka baru bisa dilakukan pemasangan kembali untuk
portal yang sudah ada.

C. PENEBANGAN POHON
1) Penebangan pohon tidak boleh dilakukan asal asalan yang bisa
mengakibatkann kerugian pada berbagai pihak
2) Penebangann pohon dilakukan bersamaan dengan permbersihan lahan
sebelum adanya galian untuk pondasi gapura.
3) Penebangan pohon harus dilakukan dengan petugas K3 serta dengan
kelengkapan APK dan APD.
4) Penebangan pohon baru bisa dilaksannakan Ketika semua aspek K3 sudah
lengkap serta pengkondisian lahan sudah selesai dilakukan.
5) Setelah penebahangan pohon selesai tidak lupa untuk membersihkan area
pekerjaan dari ranting ataupun kotoran serpihan batang pohon.
6) Batang pohonn tidak boleh untuk dimanfaatkann sebagai material pendukung
pekerjaan tetapi dikoordinasikaan dengan warga setempat atau pemerintah
daerah setempat dan dinas terkait.

D. PAPAN DASAR PELAKSANAAN (BOUWPLANK)


1) Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu kasau, tertancap di
tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak
maksimum 2m satu sama lain.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 8


2) Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh perencana/pengawas.
3) Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan, kontraktor harus
melaporkan kepada perencana/pengawas.
4) Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan termasuk tanggungan
kontraktor.

C. PEKERJAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


1) Kontraktor harus menerapkan standar Protokol Tatalaksana COVID 19.
2) Kontraktor harus menerapkan standar K3 dalam pelaksanaan baik persiapan,
maupun pelaksanaan konstruksi bangunan.
3) Mengikuti program Jaminan Keselamatan Kerja BPJS Ketenagakerjaan.
4) Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerjasama
dengan instansi yang terkait K3, yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.
5) Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan :
- Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang
melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan
K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan.
- Safety supervisor; adalah petugas yang ditunjuk manajer proyek untuk
mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari
segi K3.
- Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan
safety patrol maupun safety supervisor.
6) Pelaporan dan penanganan kecelakaan, terdiri
dari:
- Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan
- Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat
- Pelaporan dan penanganan kecelakaan dengan korban meninggal
- Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan berat
7) Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini,
maka Kontraktor diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna
kepentingan si korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut
kepada instansi dan departement yang bersangkutan/berwenang (dalam hal
ini Polisi dan Department Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
8) Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan
pertama pada kecelakaan harus selalu ada di tempat pekerjaan.
9) Secara garis besar alat-alat pelindung anggota badan yang wajib disediakan
dilapangan adalah meliputi :
- Pakaian kerja.
- Pelindung tangan, berupa sarung tangan dan sejenisnya :
- Metal mesh, sarung tangan yang tahan terhadap ujung bnda tajam
dan melindungi tangan dari terpotong.Leather gloves, melindungi
tangan dari permukan yang kasar.
- Vinyl dan neoprene gloves, melindungi tangan dari bahan kimia
beracun.
- Padded doth gloves, melindungi tangan dari sisi yang tajam,
bergelombang dan kotor.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 9


- Heat resistant gloves, melindungi tangan dari panas dan api.
- Latex disposable gloves, melindungi tangan dari bakteri dan kuman.
- Pelindung kaki, sepatu boot dengan jenis yang sesuai dengan kondisi
di lapangan.
- Pelindung kepala, wajib menggunakan topi/helm proyek.
- Pelindung mata, kaca mata safety yang sesuai pada konsisi
masing- masing pekerjaan.
- Pelindung wajah, seperti helm pengelas yang wajib digunakan saat
pelaksanaan pekerjaan las.
- Pelindung bahaya jatuh. Pelaksanaan pekerjaan dengan fungsi
ketinggian wajib menggunakan pakaian penahan bahaya jatuh.
Pakaian ini juga dilengkapi dengan tali kaitan lentur dan tempat
penyangkut kaitan yang mampu menahan beban minimal 500 kg.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 10


SEKSI III
PEKERJAAN
TANAH

A. PEKERJAAN GALIAN
1) Lingkup Pekerjaan
- Penyediaan tenaga kerja, peralatan, fasilitas pelaksanaan dan
kebutuhan- kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan tanah yang sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi.
- Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau
pembuangan tanah, batu-batuan atau material lain yang tidak
berguna dari tempat proyek, pembuangan lapisan tanah atas (top
soil), pembuangan bekas-bekas longsoran, yang kesemuanya
disesuaikan dengan spesifikasi ini.

2) Prosedur Penggalian
- Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput
harus dibersihkan dari sisa-sisa tanah bawah (sub soil) bekas-bekas
pohon, akar- akar, batu-batuan, atau bahan – bahan lain.
- Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang
ketempat yang sudah disetujui oleh Pengawas, atas biaya Kontraktor.
- Selama proses penggalian, lapangan harus di jaga agar selalu
mendapatkan sistem drainage yang baik
- Penggunaan mesin untuk penggalian di perbolehkan, kecuali untuk
tempat- tempat di mana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat
merusak benda- benda yang berada didekatnya, bangunan-
bangunan ataupun pekerjaan yang telah rampung. Dalam hal ini
metode pekerjaan dengan tangan yang harus dilaksanakan.
- Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang
cukup untuk bagian-bagian pekerjaan diatas maupun di bawah
tanah, drainage, saluran- saluran pembuang dan rintangan-
rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan.
Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab kontraktor.
- Kemiringan galian harus dibuat seminimal mungkin dengan
perbandingan 1 (satu) horisontal dengan 1 (satu) vertikal, kecuali
diperlihatkan lain dalam gambar.
- Penggalian dibagi hanya dalam satu macam/jenis yaitu galian tanah
keras.
- Sebelum memulai, pekerjaan galian, Kontraktor harus
memberitahukan Pengawas, sehingga penampang, peil dan
pengukurannya dapat dilakukan pada keadaan tanah belum
terganggu.
- Galian untuk pondasi foot plat (pelat setempat), balok sloof atau
konstruksi lainnya harus digali sampai pada batas-batas kemiringan
dan peil yang tercantum pada gambar rencana atau atas petunjuk
Pengawas. Galian tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup
agar penempatan konstruksi dengan dimensi yang sesuai dengan

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 11


gambar rencana, dapat dengan mudah dikerjakan. Pengawas dapat
menentukan perubahan dimensi atau peil dari dasar galian bila
dipandang perlu. Sesudah galian selesai dilaksanakan, Kontraktor
harus memberitahukan kepada Pengawas.

3) Pengukuran dan Pembayaran


- Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang
melintang yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang
diukur untuk pembayaran.
- Dasar perhitungan volume galian haruslah gambar penampang
melintang profil tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan
gambar pekerjaan galian akhir dengan garis, kelandaian dan elevasi
yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan haruslah metoda
luas ujung rata-rata menggunakan penampang melintang pekerjaan
dengan jarak tidak lebih dari 25 meter
- Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang
dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut :
a. Bidang atas adalah bidang horizontal seluas bidang dasar
pondasi yang melalui titik terendah dari terrain tanah asli. Diatas
bidang horizontal ini galian tanah diperhitungkan sebagai galian
tanah biasa
b. Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi
c. Bidang tegak adalah bidang vertical keliling pondasi.
- Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang
diuraikan di atas atau sebagai pengembangan tanah selama
pemancangan, tambahan galian karena kelongsoran, bergeser,
runtuh atau karena sebab- sebab lain
a. Kuantitas galian yang diuukur menurut ketentuan di atas, akan
dibayar menurut satuan pengukuran pekerjaan galian tanah
biasa, dengan satuan m3.

B. PEKERJAAN URUGAN TANAH


1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengurugan untuk isian gapura

2) Bahan
Bahan yang digunakan untuk isian gapura ini adalah Pasir Urug lokal

3) Prosedur Pekerjaan
a. Pengurungan tanah untuk isian gapura dilakukan sesuai dengan
ukuran yang sudah ada pada gambar
b. Pengurugan tanah baru bisa dilakukan ketika pas. Bata pengisi gapura
sudah selesai dipasang
c. Setelah pengurugan sudah dilakukan dilakukan pemadatan yang
sederhana tanpa alat dan tidak boleh terlalu keras agar pas. Bata tidak
rusak.
d. Urugan diharapkan dikerjaan dengan rapi karena untuk pekerjaan
rabat pengikat beton

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 12


SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 13
SEKSI IV
PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL I
PEKERJAAN PONDASI
STROUSS

A. LINGKUP PEKERJAAN
1) Pekerjaan yang berhubungan :
Kontraktor bertanggung jawab atas fasilitas-fasilitas yang berkepentingan
untuk pekerjaan ini seperti jalan-jalan diproyek, tempat penumpukan
tulangan untuk plat setempat, galian pada setiap titik, perlindungan
terhadap fasilitas-fasilitas yang telah ada seperti pipa air, kabel telpon,
kabel listrik, pipa gas, saluran-saluran umum dan fasilitas-fasilitas lainnya
baik yang berada dilokasi proyek maupun dilokasi yang bersebelahan
dengan proyek
2) Pekerjaan yang termasuk :
Pekerjaan Strouss ini harus terdiri dari hal-hal
berikut :
a. Pekerjaan penggalian dengan alat-alat yang
sesuai untuk itu b. Pembuangan tanah sisa galian.

B. JAMINAN MUTU
1) Standar-standar
Semua bahan-bahan dan pengerjaan harus sesuai dengan standar-
standar berikut :
a. SNI 2847:2013 : Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang
Untuk Bangunan
Gedung
b. SNI 1727:2013 : Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Stuktur Lain
c. ACI 318-08 : American Concrete Institute Building Code
2) Jaminan pekerja :
a. Pekerjaan pemasangan strouss ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja
dan pengawas yang berpengalaman.
b. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer
untuk menunjukkan bahwa pekerja yang akan terlibat dalam
pekerjaan ini berpengalaman untuk pekerjaan demikian.

3) Persyaratan lapangan :
a. Kontraktor bertanggung jawab untuk memasang strouss dengan
ukuran dan detail seperti disyaratkan pada posisi seperti dinyatakan
pada gambar denah lokasi titik strouss, seperti yang telah disetujui oleh
Engineer.
b. Kontraktor harus didukung oleh team supervise yang dapat
dipertanggung jawabkan yang dilengkapi dengan peralatan yang presisi
dan sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan dari setiap tiang
pedestal/kolom.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 14


c. Strouss harus dipasang sesuai dengan gambar atau sesuai dengan
petunjuk “pengawas yang ditunjuk”
d. Urutan pemasangan strouss harus sesuai dengan petunjuk ‘pengawas
yang ditunjuk’
e. Besi tulangan yang cacat atau ditolak menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan harus disingkirkan dari proyek.
C. BAHAN-BAHAN/PRODUKSI
1) Spesifikasi Strouss
Mutu beton = K-175
Ukuran = Diameter 30 cm, Kedalaman 3 m
= Diameter 20 cm, Kedalaman 2 m

Mutu baja tulangan = D ≥ 12mm fy = 400 MPa (Polos)


d < 10 mm fy = 240 Mpa (polos)
2) Bahan-bahan lain yang harus disediakan
Penggunaan bahan-bahan
khusus :
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dalam penggunaan
bahan khusus seperti bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah
karat dan semua bahan lain yang tidak disyaratkan disini.
Percobaan-percobaan ataupun biaya tambah lainnya sehubungan
dengan pemakaian dari bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya
tanggung jawab Kontraktor.

D. PELAKSANAAN
1) Kontraktor harus mengukur kembali posisi titik-titik pondasi dan kolom
apabila ada perbedaan dengan gambar rencana, maka harus segera
dikonsultasikan dengan Perencana/Konsultan Pengawas
2) Jika pada waktu pengeboran didapati berkas-berkas saluran, septic tank,
dan berkas- berkas konstruksi lain, maka konstruksi tersebut harus
dibongkar, kemudian bekas lubangnya diisi dengan tanah yang
dipadatkan, atau bahan lain yang disetujui direksi.
3) Dasar pondasi harus masuk ke dalam tanah keras (qc > 150 kg/cm²)
sedikitnya sebesar diameter pondasi
4) Ketentuan mengenai tanah keras tsb. dapat mengacu pada hasil
penyelidikan tanah, dan jenis tanah yang diperoleh dari pengeboran
5) Dalam segala hal, dasar pondasi harus benar-benar besih dari lumpur sisa
galian atau
pengeboran. Pembersihan lumpur sisa galian ini dilakukan baik pada saat
pengeboran maupun pada saat pengecoran (dengan tremie)
6) Dinding lubang bor harus dijaga agar tidak runtuh, apabila perlu harus
dipergunakan casing untuk sepanjang lubang
7) Dalam segala hal, didekat permukaan lubang harus di pasang casing untuk
mencegah runtuhnya, tanah permukaan akibat beban pada saat
pelaksanaan. Panjang casing ini disesuikan dengan kebutuhan dan atas
persetujuan direksi.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 15


PASAL II
PEKERJAAN PILECAP, KOLOM, BALOK

A. PEKERJAAN BETON
1) Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar. Konstruksi dengan
memperhatikan ketentuan- ketentuan tambahan dari Arsitek dalam uraian
syarat-syarat pelaksanaan.

2) Pedoman Pelaksanaan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan-persyaratan selanjutnya, maka
sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
a. SNI 1727:2013 tentang Beban Minimun untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain.
b. SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung
c. SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
d. SNI 03-6816-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung e)
e. SNI 2052:2017 tentang Baja Tulangan Beton
f. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987
g. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) NI-3 h)
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5)
h. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat
i. Pentujuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan Direksi/Konsultan Pengawas
j. SII 0013-81 “Mutu dan Cara Uji Semen Portland l) SII 0052-80 “Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton”
k. SII 0784-83 “Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton”
l. SNI 2049:2015 tentang Semen Portland
m. SNI 03-1974-1990 tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton
n. SNI 03-2834-200 tentang Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran
Beton Normal
o. SNI 8140:206 tentang Persyaratan Beton Strukturan untuk Rumah Tinggal

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 16


3) Peraturan yang diperlukan supaya disediakan Kontraktor dilapangan (site)
a. Keahlian dan Pertukangan.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton
sesuai dengan kententuan-ketentuan yang di syaratkan, termasuk kekuatan
toleransi dan penyelesaiannya.
c. Khususnya untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas
tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan mutu
minimal K-175 Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau
tukang-tukang yang berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.
4) Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding
dengan standar yang umum berlaku. Apabila Direksi Pengawas memandang
perlu. Kontraktor dapat meminta nasihat-nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk
Direksi Pengawas atas beban Kontraktor.

5) Gambar Kerja
Sebelum pekerjaan dilapangan dimulai, kontraktor harus menyiapkan gambar-
gambar kerja yang menunjukan detail-detail lengkap dari semua komponen,
panjang serta ukuran dan detail-detail lain yang lazimnya diperlukan untuk
pekerjaan beton.

6) Bahan-Bahan
a. Portland cement :
- Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 atau type-I menurut
ASTM dan memenuhi S.400 menurut standard Portland cement yang
digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia serta memenuhi persyaratan SII
0013-16, atau ber SNI.
- Untuk pekerjaan beton yang berhubungan langsung dengan tanah, dimana
air tanah mengandung kadar sulfat lebih dari 300 ppm, maka harus
digunakan semen khusus yang memiliki ketahanan terhadap sulfat (semen
type V).
- Merek yang di pilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali
dengan persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas. Pertimbangan Direksi
Pengawas hanya dapat dilakukan dalam keadaan tidak adanya persediaan
dipasaran dari merek yang telah dipilih. Usulan merek lain tersebut harus
disertai dengan data-data teknis yang menunjukan bahwa mutu semen
tersebut adalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas
b. Agregat
- Kualitas agregat harus memenuhi syarat-syarat P.B.I. 1971. Agregat kasar
harus berupa koral atau batu pecah yang mempunyai susunan gradasi
yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar
lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 4% berat.
- Dimensi maksimum dari angregat kasar tidak lebih dari 2,5 cm dan tidak
lebih dari seperempat dimesi beton yang terkecil dari bagian konstruksi
yang bersangkutan.
- Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih tajam dan bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 17


c. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
menurunkan mutu pekerjaan. Apabila dipandang perlu, Direksi Pengawas
dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
d. Aditive/admixture
- Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat
tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture.
- Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Kontraktor diminta
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Direksi Pengawas
mengenai hal tersebut. Untuk itu Kontraktor diharapkan
memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan
keterangan mengenai tujuan, data- data bahan, nama pabrik produksi,
jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko
dan keterangan - keterangan lain yang dianggap perlu.
- Penggunaan bahan-bahan additive dalam pencampuran beton harus
sudah ditentukan dalam mix disign.
- Bahan additive hanya dipergunakan dengan tujuan untuk mempercepat
proses pengeringan.
- Pekerjaan berton bertulang ini juga harus disesuaikan dengan
P.B.I.1971.
e. Penyimpanan
- Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus
sesuai dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
- Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak
terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera
setelah diturunkan dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung
dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari
tanah. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
- Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan
bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya
(misalnya minyak dan lain-lain).
- Agregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut
jenis dan gradasinya serta harus beralaskan lantai beton untuk
menghindari tercampurnya dengan tanah.
- Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan
memeberikan kepada Direksi/Konsultan Pengawas “Certificate Test” dari
bahan-bahan besi dan Portland Cement dari produsen/pabrik.

7) Kualitas Beton
a. Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah f’c 14.53
Mpa kuat tekan beton untuk benda uji silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm
pada usia 28 hari. Dengan jumlah semen minimal 350 kg/m3 beton. Mutu
beton K.175 digunakan pada umumnya untuk lantai dasar pilecap/poer.
b. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 18


dilain tempat atau dengan mengadakan trial-mix dilaboratorium yang ditunjuk
oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-
ketentuan yang disebut dalam pasal 4.7 dan 4.9 dari P.B.I.1971 mengingat
bahwa W/C factor yang sesuai disini adalah sekitar 0.52 - 0.55 maka
pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji dilakukan menurut pasal 4.9.
ayat 3 P.B.I. 1971 tanpa menggunakan penggetar. Pada masa-masa
pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per 1,5 m3 beton
hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama. Bisa juga
dibuat benda uji untuk setiap beton struktur yang dipakai seperti Beton
Pondasi Strous, Beton Poer, Sloof, Kolom lantai 1 dan lantai 2, Balok, Plat
Lantai dan Tangga yang masing masing tergantung pada kebutuhan.
Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan
d. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi Pengawas dan laporan tersebut
harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut
harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan laboratorium harus
dengan persetujuan Direksi Pengawas.
e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 7,5 cm dan
maksimum 10 cm, cara pengujian slump adalah sebagai berikut : Contoh :
beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting).
Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat
beton. Cetakan disi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan
tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm Panjang
30cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan
dengan cara serupa untuk dau lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-
tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan yang
dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penurunannya (nilai slumpnya).
f. Pengujian kubus/silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang
disetujui oleh Direksi Pengawas.
g. Perawatan benda uji tersebut adalah dalam pasir bawah tapi tidak
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka
yang terlindung dari sinar matahari langsung.
h. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan silinder percobaan
untuk umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh
kurang dari 65% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat tekan
benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka
harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-cara seperti yang
ditetapkan dalam P.B.I.1971/ SNI 2847:2013 dengan tidak menambah
beban biaya bagi pemberi tugas.
i. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung
setelah seluruh komponen adukan masuk kedalam mixer.
j. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan
komponen-komponen beton.
k. Harus digunakan vibrator/drill untuk pemadatan beton.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 19


l. Harus menggunakan mesin trowel untuk merapikan lantai plat beton m)
Penggunaan Beton Ready Mix dapat diijinkan, dengan catatan :
- Prosedur persetujuan adukan beton ready mix tiap mutu beton tidak
berbeda bila beton dilaksanakan sendiri oleh Kontraktor.
- Kontraktor bertanggung jawab penuh, atas kualitas beton ready mix
sesuai dengan syarat-syarat dalam spesifikasi ini.
- Dalam hal penggunaan truck mixer, penambahan air tidak dapat
dilakukan setelah kendaraan tiba di lapangan, dan beton yang
dihasilkan harus mempunyai tingkat kualitas yang sama seperti
adukan beton yang dihasilkan di lapangan.
- Tidak ada tambahan biaya untuk Kontraktor untuk memakai beton
ready mix.

8) Siar-siar Pelaksanaan
a. Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang
tidak ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti pasal 5.8. dan 6.5. dari
P.B.I 1971.
b. Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat
sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui
oleh Direksi Pengawas.

9) Perawatan
a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan
c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.
10) Perbaikan Permukaan Beton
a. Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, kropos dengan cara grouting
setelah pembukaan acuan, hanya boleh dilakukan setelah mendapat
persetujuan dan sepengetahuan Direksi/Konsultan Pengawas. Bahan
grouting yang akan dipergunakan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi Pengawas.
b. Jika ketidak-sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan
permukaan yang diharapkan dan diterima oleh Direksi Pengawas, maka harus
dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali atas beban biaya
Kontraktor
c. Ketidak-sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur,
pecah/retak, ada gelembung udara, kropos, berlubang, tonjolan dan yang lain
yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.

11) Penyambungan Beton dan Water Stop


a. Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan/dikasarkan dan
diberi bahan bonding agent seperti: EMAGG atau sejenis yang dapat
menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan yang baru
b. Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak dibawah
permukaan tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan genangan
air hujan/air kotor harus diberi PVC water stop LWG (9") dan dipasang sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas/produsen.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 20


12) Contruction joint (Sambungan Beton)
a. Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian
satu struktur secara menyeluruh.
b. Dalam schedule tersebut konsultan pengawas/perencana akan memberikan
persetujuan dimana letak construction joints tersebut
c. Dalam keadaan mendesak konsultan pengawas/perencana dapat merubah
letak construction joints.
d. Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat
dengan menyemprotkan air pada permukaan beton, sesudah 2 jam tapi
kurang dari 4 jam sejak beton dituang.
e. Bila pada sambungan beton/coran timbul retak atau bocor, perbaikan
dilakukan dengan concresive SGB Process.

13) Bagian yang tertanam dalam beton


Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.

1. BAJA TULANGAN
1) Baja Tulangan/Besi Beton
a. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton. Memenuhi syarat SNI 2052:2017. Kecuali
ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi dari jenis BJTP 280 untuk
diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm dan besi dari jenis BJTD.40
untuk diameter lebih besar dengan 12 mm, (Kontraktor harus menunjukkan
hasil test laboratorium untuk masing-masing diameter tulangan). Semua besi
beton harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Uraian Pekerjaan Besi yang dipakai


Strouss Dia. 30 cm Tul. Utama Ø12
Spiral Ø10
Pondasi Plat Setempat Tul. Arah Y Ø12
Tul. Arah X Ø12
Kolom Tul. Utama Ø12
Begel/Sengkang Ø10
Balok Tul. Utama Ø12
Begel/Sengkang Ø10

b. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk


mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada
tempatnya. Besi tulangan harus terpasang dengan kokoh sehingga tidak
terjadi pergerakan/pergeseran pada saat pengecoran, ukuran, bentuk dan
posisi spacer harus memperoleh persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas
sebelum pekerjaan dimulai.

2) Penggantian Besi
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 21


b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian
yang ada maka :
- Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal ini diberitahukan
pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
- Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai
pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan
setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
- Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
Perencana Konstruksi. Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas
adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor.
c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter
besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
- Harus ada persetujuan dari Direksi Pengawas
- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah jumlah luas). Khusus untuk balok induk, jumlah luas
penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari
pembesian aslinya.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 22


SKESI V
PEKERJAAN
ARSITEKTUR

PASAL 1
PEKERJAAN PASANGAN
BATA PENGISI

A. Lingkup pekerjaan
Adapaun untuk lingkup pekerjaan meliputi penyediaan bahan, pelaksanaan
pekerjaan, perapihan dan pekerjaan pasangan bata.

B. Persyaratan bahan
4) Batu bata
a. Batu bata yang akan digunakan harus baru, terbuat dari tanah yang baik
sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam SH-0285-84 dengan ukuran
24 x 10 x 4,5 cm, berkualitas baik dan telah diperiksa/disetujui Direksi.
b. Batu bata harus berkekuatan tekan /compressive strength sebesar 30
kg/cm2, dan bisa menahan gaya horizontal/shear strength sebesar 1,7
kg/cm2.
c. Batu bata harus matang, bila direndam air akan tetap utuh, tidak pecah atau
hancur
d. Batu bata yang pecah/retak tidak dibenarkan digunakan untuk dipasang,
kecuali untuk melengkapi, misalnya sudut.
e. Sebelum dipasang batu bata. harus direndam air hingga jenuh air.
f. Ukuran-ukuran bata harus seragam dan dapat disesuaikan berdasarkan
tebal dinding akhir yang disyaratkan dalam gambar kerja.

5) Portland Cement
a. Mutu/kwalitas harus sama dengan PC yang digunakan untuk konstruksl
beton, tidak keras, tidak mengandung butiran dan tidak adanya gejala-gejala
membatu.
b. Pemakaian semen di dalam satu adukan tidak dibenarkan lebih dari satu
merk.
c. Untuk bahan bangunan ramuan adukan menggunakan semen (berdasarkan
kwalitas yang ditetapkan dalam SKSNI-1991).
d. Semen yang datang dl tempat pekerjaan/lapangan harus disimpan dalam
gudang yang lantainya kering dan minimum 30 cm lebih tinggi dari
permukaan tanah sekitarnya.

3) Pasir Pasang
Pasir yang digunakan harus bersih, bebas dari segala macam kotoran, baik dari
bahan organis dan alkalis maupun lumpur, tanah karang, garam./basa dan
sebagainya sesuai dengan syarat-syarat dalam PBI 1971.

4) Jenis Adukan
a. Adukan untuk pasangan kedap air adalah 1 bagian semen pc dan 2 bagian
pasir pasang (trasram)
b. Adukan untuk pasangan dinding biasa (di atas trasram) adalah 1 bagian
semen pc dan 4 bagian pasir pasang.
C. Pelaksanaan Pembuatan Adukan
a. Adukan harus dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk (molen) sesuai
kapasitas yang dibutuhkan, semen dan pasir harus dicampur dalam keadaan
kering, yang kernudian diberi air sesuai persyaratan sampai didapat campuran
yang baik.
b. Adukan vang sudah mongering/kering tidak boleh dicampur dengan adukan
yang baru.

D. Pelaksanaan
Pasangan batu bata yang dilaksanakan harus rata, tegak dan lajur penaikannya
diukur tepat dengan tiang lot, setiap pemasangan tidak boleh lebih dari 1,00 m baru
boleh dilanjutkan setelah betul-betul mengeras. Sebelum dipasang batu bata harus
direndam dalam air/direndam terlebih dahuiu. Pada proses pemasangan dinding
bata agar sudah diperhitungkan adanya fasilitas conduit/sparing yang harus
tertanam didalam pasangan batu bata. Rangka penguat berupa, kolom praktis dan
ringbalk dari beton dipasang untuk setiap luas dinding maksimun 6 m2 dan sesuai
persyaratan pabrik pembuat batu bata atau yang disetujul Direksi.

E. Perlindungan
Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan batu bata yang belum selesai, harus ditutup
(dilindungi) dengan kertas semen, atau dengan cara-cara lain yang disetujui oleh
Direksl. Untuk dinding-dinding yang sudah kering (berumur 6 jam keatas) harus
disiram dengan air bersih setiap pagi, atau sesuai dengan persyaratan.

PASAL 2
PEKERJAAN PASANGAN
BATA EXPOSE

A. LINGKUP PEKERJAAN
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang
baik dan rapi.
B. STANDARD
1) Batu bata harus memenuhi SNI-10
2) Semen Portland harus memenuhi SNI-8
3) Pasir harus memenuhi SNI-3 Pasal 14 ayat 2
4) Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9

C. BAHAN/PRODUK
Semua bata harus baru dan bermutu paling baik. Bata-bata itu harus keras utuh dan
diproses dengan baik, sama ukurannya, kuat, lurus dan tajam sudut-sudutnya atau
yang ditentukan oleh Direksi atau disesuaikan yang ada di pasar local.

D. PELAKSANAAN
1) Pasangan bata, dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 3 pasir pasang.
2) Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof
sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding didaerah
basah setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang pada
gambar menggunakan simbol aduk trassram/ kedap air digunakan aduk rapat
air dengan campuran 1 pc : 2 pasir pasang.
3) Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga
jenuh.
4) Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/ siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm
dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
5) Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
6) Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
7) Bidang dinding % batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 11 x 11 cm, dengan tulangan
pokok diameter 10 mm, beuge/ diameter 6 mm jarak 20 c m.
8) Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
9) Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada
bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata
sekurang-kurangnya 30 c m kecuali ditentukan lain.
10) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%.
Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh dipergunakan.
11) Pasangan batu bata untuk dinding % batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
PASAL 3
PEKERJAAN
PENGECATAN

A. LINGKUP PEKERJAAN
1) Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
2) Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan.
3) Pengecatan semua permukaan dan area yang ada gambar tidak disebutkan
secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Konsultan
Perencana.

B. STANDAR PENGERJAAN (MOCK UP)


1) Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock up ini akan
ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.
2) Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Pengawas dan
Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal keseluruhan
pekerjaan pengecatan.

C. CONTOH DAN BAHAN UNTUK PERAWATAN


1) Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan pada bidang-bidang
tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan
jenis lapisan (dari cat dasar sid lapisan akhir).
2) Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Konsultan Pengawas
dan Perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh
Pengawas dan Perencana, barulah Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan
mock up seperti tercantum pada 11.2) di atas.
3) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan, untuk kemudian
diteruskan kepada Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang
dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan
dengan jelas identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai
cadangan untuk perawatan, oleh Pemberi Tugas.

4) Cat Coating
Bahan : Cat Coating ProTexOne coating batu bata ekspose
a. Pengapliaskian Coating dilakukan setelah Bata Expose selesai dipasang
b. Permukaan bata harus dibersihkan terlebih dahulu
c. Setelah permukaan bersih coating bisa dilakukan
d. Setelah coating pertama selesai tunggu kering dan aplikasikan kembali
PASAL 4
PEKERJAAN PEMASANGAN
PAPAN NAMA GAPURA

A. Lingkup pekerjaan papan nama gapura meliputi penyedaain bahann, perakitan


papan nama serta pemasangan papann nama pada gapura

B. BAHAN
Adapun bahan yang diperlukan untuk pekerjaan ini antara lain, yaitu:
1) Pipa Galvanis 2” tbl 4.5 mm
2) Plat besi 1.2 mm
3) Frame Plat Besi Timbul 3 mm
4) Huruf Nama Acrilic Mirror tinggi 30 cm Lebar 20 cm
5) Angkur Ø16
6) Base Plat
7) Cat besi

C. PROSEDUR PELAKSANAAAN
1) Sebelum memulai pemasangan papan nama gapura, yang dipersipakan
pertama adalah angkur
2) Fabrikasi papan nama bisa dikerjakan pada saat atau sebelum angkur dipasang
pada kolom
3) Fabriksi pemasangan rangka papan nama gapura menggunakan Pipa Galvanis
2” dengan Sambungan Las
4) Pipa galvanis sebelum dilakukan penyambungan dengan plat harus di finishing
terlebih dahulu
5) Setelah rangka sudah siap maka dapat dipasang juga untuk Plat yang digunakan
untuk papan nama tersebut.
6) Papan nama dengan desain plat 1.2 mm sebagai papan inti dan plat 3 mm
sebagai framenya disambung dengan Sambungan Las
7) Tidak lupa setelah perakitan plat selesai maka plat dapat di finishing dengan cat
besi sesuai yaang disayaratkan
8) Setelah papan sudah selesai dirakit maka dapat disambung dengan rangka yang
sudah jadi.
9) Untuk menjadi catatan pada papaan nnama tidak lupa memberikan lubang kecil
sesuai gambar atau mengikuti perakitan, untuk arus angin.
10) Setelah rangka dan papan plat sudah menyambung. Huruf nama dapat dipasang
sesuai dengan rencana dan gambar.
11) Setelah fabrikasi selesai dilakukan maka penyambungan papan nama dengan
gapura bisa dilakukan dengan pemasangan Base Plat dan RB plat terlebih
dahulu pada rangka papan nama dengan sambungan las, setelah base plat
tersambung maka penyambungan dengan angkur bisa dilakukann dan
PASAL 5
PEKERJAAN PEMASANGAN
GAPURA STAINLESS STEEL

A. Lingkup pekerjaan papan nama gapura meliputi penyedaain bahann, perakitan


papan nama serta pemasangan papann nama pada gapura

B. BAHAN
Adapun bahan yang diperlukan untuk pekerjaan ini antara lain, yaitu:
1) Pipa Stainless 2” tbl 0.8 mm
2) Plat Stainless 304 Uk. 1.20 x 2.40 t 0.8 mm
3) Huruf Nama Acrilic Mirror tinggi 30 cm Lebar 20 cm
4) Angkur Ø16
5) Base Plat, RB Plat

C. PROSEDUR PELAKSANAAAN
1) Sebelum memulai pemasangan papan nama gapura, yang dipersipakan pertama
adalah angkur
2) Fabrikasi papan nama dan Rangka Gapura Stainless bisa dikerjakan pada saat
atau sebelum angkur dipasang pada kolom beton
3) Fabriksi pemasangan rangka papan nama dan gapura dengan Sambungan Las
4) Setelah rangka sudah siap maka dapat dipasang juga untuk Plat yang digunakan
untuk papan nama tersebut.
5) Papan nama menggunaakan bahan Plat Stainless 304 Uk. 1.20 x 2.40 t 0.8 mm
6) Setelah papan sudah selesai dirakit maka dapat disambung dengan rangka yang
sudah jadi.
7) Setelah rangka dan papan plat sudah menyambung. Huruf nama dapat dipasang
sesuai dengan rencana dan gambar.
8) Setelah fabrikasi selesai dilakukan maka penyambungan papan nama dengan
gapura bisa dilakukan dengan pemasangan Base Plat dan RB plat terlebih
dahulu pada rangka papan nama dengan sambungan las, setelah base plat
tersambung maka penyambungan dengan angkur bisa dilakukann dan
BAB II
GAMBAR PERENCANAAN

A. GAMBAR ARSITEKTUR
Sebagaimana Terlampir

B. GAMBAR STRUKTUR
Sebagaimana Terlampir
BAB III
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)

A. KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI PEKERJA DALAM KESELAMATAN


KONSTRUKSI
Kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam keselamatan kerja merupakan hal
mendasar dalam mewujudkan keselamatan konstruksi. Oleh karena itu setiap
persahaan jasa konstruksi harus menerapkan program keselamtan konstruksi agar
tercipta lingkungan kerja yang aman dan meminimalisisr kecelakan kerja.
a. KEPEDULIAN PELAKU PROYEK TERHADAP ISU EKSTERNAL DAN
INTERNAL
Komitmen dalam pelaksanaan konstruksi yang tepat waktu, tepat mutu dan tepat
biaya tanpa menggabaikan aspek-aspek kesehatan, keselamatan kerja dan
kelestarian lingkungan hidup sehingga tercapai sasaran pekerjaan yang
diharapkan, dengan penerapan program perbaikan berkelanjutan melalui sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara :
- Menetapkan tujuan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
sasarandan program K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja ) secara berkala
agar selaras, baik dengan perkembangan kondisi perusahaan, peraturan
atau standar yang berlaku dan harapan pengguna;
- Mematuhi perundang - undangan dan persyaratan lainnya yang
berkaitandengan K3, serta mengintegrasikannya ke dalam semua aspek
kegiatan operasi;
- Melakukan identifikasi bahaya sesuai dengan sifat dan skala resiko - resiko
K3;
- Menyediakan kerangka kerja bagi penetapan dan peninjauan sasaran K3;
- Menyediakan sumber daya yang cukup untuk mengimplementasikan Sistem
manajemen K3;
- Mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara Sistem Manajemen K3;
- Memelihara program lindungan lingkungan terhadap kegiatan di semua
lokasi proyek;
- Mengkomunikasikan dan menanamkan kesadaran kebijakan ini kepada
semua personil secara berkala;
- Mengelola dan menangani semua material, baik yang berbahaya maupun
yang tidak berbahaya, termasuk mengendalikan potensi bahaya terhadap
pekerja;
- Meningkatkan kompetensi pekerja sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya;
- Meninjau Aspek Manajemen K3 secara periodik agar selalu relevan.
B. STANDAR DAN PERATURAN PERUNDANGAN
Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan sebagai
acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU yaitu Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manjemen
Keselamatan Konstruksi.

C. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO, PENGENDALIAN DAN PELUANG


Mengacu pada hasil dokumen pekerjaan jasa Konsultansi Konstruksi perancangan
dan/atau berkonsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi dalam menetapkan uraian
pekerjaan, identifikasi bahaya, dan penetapan tingkat Risiko Keselamatan
Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi. Berikut di bawah ini uraian identifikasi bahaya
yang berotensi terjadi pada pekerjaan konstruksi
BAB IV
PENUTUP

A. Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-
bahan, pekerjaan-pekerjaan, yang tidak disebut perkataan atau kalimat
"diselenggarakan oleh pemborong" maka hal ini harus dianggap seperti
disebutkan.
B. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata
termasuk didalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi
kata dalam RKS ini, haruslah diselenggarakan oleh pemborong dan diterima
sebagai "hal" yang disebutkan dan segala biaya yang timbul menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
C. Kontraktor harus memasukkan segala resiko kekeliruan perhitungan kubikasi dan
lain-lain sebagainya sehubungan dengan keadaan setempat yang
memungkinkan tidak sesuai dengan dugaan Kontraktor. Dan segala kerusakan
jalan masuk akibat dari lewatnya kendaraan-kendaraan dan lain-lain
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
D. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh
pihak Direksi/ Pemberi Tugas, bila perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.

Mojokerto, 11 Mei 2023

Dibuat Oleh

Konsultan Perencana
CV ANDHI KARYA KONSULTAN

ANDHI BAYU ANGGRIAWAN, ST


Direktur

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN 37

Anda mungkin juga menyukai