2598-3252
Akhmad Suyono
Universitas Islam Riau
Akhmad@edu.uir.ac.id
Abstrak
Kajian ini berfokus pada pembahasan kasus ekonomi kerakyatan pada masa krisis
ekonomi 1998, ketika Orde Baru berperan membantu usaha mikro, UKM dan koperasi.
Penting bagi negara memahami penguasaan atas kepentingan hidup rakyat banyak, dan
tatanan pemerintahan memahami apa yang terdapat di bumi dan air, serta menggunakannya
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penulisan artikel ini bertujuan untuk
mendefinisikan apa yang dipikirkan ekonomi Islam tentang perekonomian nasional dalam
kaitannya dengan pemikiran Mohammad Hatta dan Indonesia. Metodelogi dalam tulisan
ini adalah kualitatif studi kepustakaan.. Hasil tinjauan pustaka ini menunjukkan bahwa
pemikiran ekonomi kerakyatan ini relevan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Jika
aturan seperti ini terbukti membuahkan hasil, secara otomatis pemerintahan telah
menunaikan segala kewajibannya dalam memakmurkan suatu tatanan masyarakat.
44
PeKA: Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR Vol 9 No 2 Tahun 2021 P-ISSN: 2337-652x | E- ISSN:
2598-3252
45
PeKA: Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR Vol 9 No 2 Tahun 2021 P-ISSN: 2337-652x | E- ISSN:
2598-3252
dari 'ko' yang berarti bersama dan akan menjadi hasil dari orang-orang
'operation' yang berarti bekerja. Jadi kaya dan dermawan.
koperasi adalah bekerja sama. Rivewnya, jika koperasi adalah
Perkumpulan yang disebut koperasi tujuan utama untuk mengatur kebutuhan
adalah koperasi untuk mencapai hidup bersama sejauh mungkin, dan
tujuannya. Tidak ada anggota dalam untuk memperbaiki nasib ekonomi
koperasi yang bekerja sama secara lemah melalui kerjasama. Dalam
penuh untuk mencapai tujuan bersama. menjelaskan tujuan koperasi, Hatta
Koperasi menumbuhkan demokrasi membandingkan tusuk sate, sejenis
yang berakar pada hidup dengan rasa tusuk sate antar orang. Ibarat tusuk sate
tanggung jawab untuk kehidupan yang itu mudah patah saat di letakkan sendiri.
demokratis. Sesuai dengan prinsip Tetapi ketika banyak dan diikat begitu
kolektivisme ini, manajer tidak kuat, itu adalah ikatan kokoh, sehingga
menerima pendapatan dalam koperasi. sulit untuk memutuskannya. Berbeda
Hanya karyawan penuh waktu yang dengan korporasi biasa yang mencari
menerima penghasilan harian. Dia laba, koperasi tidak mencari keuntungan
(manajemen koperasi) hanya menerima seperti korporasi. Koperasi pada
biaya perjalanan dan hukum yang akhirnya menghasilkan laba, tetapi laba
dibebankan ketika dia muncul di itu bukanlah tujuan. Seperti yang telah
pengadilan. Di sisi lain, masa percobaan disebutkan sebelumnya, bentuk
hanya dapat digunakan seminggu sekali koperasi adalah untuk memenuhi
selama 2 minggu, dan dapat kebutuhan rakyat kecil. Mendapatkan
ditangguhkan jika terjadi keadaan kebutuhan hidup dengan biaya minimal,
darurat. tujuan seperti itu bukanlah keuntungan.
Dengan kebijakan kolektivis,
Hatta berpendapat bahwa koperasi KESIMPULAN
merupakan bentuk ideal bagi Berdasarkan beberapa literatur dan
pembangunan. Bagi Hutta, pembahasan di atas maka dapat di ambil
perkembangan koperasi tidak dimulai beberapa kesimpulan;
dari profesor, dokter, orang kaya, dan 1. Demokrasi yang berkedaulatan
orang pintar lainnya yang sudah menurut pandangan Hatta yaitu rakyat
memiliki kebijakan hidup bahagia untuk memiliki hak yang sama dalam hal
dirinya dan keluarganya. Bagi Hatta, berekonomi. Oleh karnanya segala
perkembangan koperasi dimulai dari upaya pemerintah diarahkan untuk
buruh miskin, petani miskin, dan kesejahteraan dan kemaslahatan dari
pengrajin miskin. Mereka terpesona sebahagian besar masyarakat.
dengan cita-cita koperasi yang 2. Kebijakan pemerintah dalam
digambarkan oleh orang-orang pintar mendorong terciptanya masyarakat
yang ingin membawa kemakmuran, yang berkeadilan dan makmur perlu
tetapi memahami bahwa jika mendapat dorongan dari berbagai
perkembangan koperasi tidak pihak. Terutama yang terlibat
diharapkan, perkembangan koperasi
46
PeKA: Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR Vol 9 No 2 Tahun 2021 P-ISSN: 2337-652x | E- ISSN:
2598-3252
47