Anda di halaman 1dari 3

Nama : Amalia Izzati Hanifah

NPM : 1606827725
Kelas : SP. Hukum Koperasi – B

Ideologi Koperasi Sebagai Hasil Asimilasi Ideologi Kapitalisme dan Sosialisme

Menurut Science of the Ideas, kajian tentang ideologi merupakan salah satu bidang kajian
yang penting bagi ilmu sosial, politik dan filsafat. Pada dasarnya ideologi berasal dari bahasa
latin yang terdiri dari dua kata yaitu ideos, artinya pemikiran dan logis artinya logika, ilmu, atau
pengetahuan. Frans Magnis-Suseno juga berpendapat bahwa ideologi adalah keseluruhan sistem
berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau kebudayaa tertentu. Inti dari
ideologi adalah ide (gagasan) yang berisi nilai-nilai.1 Ideologi juga memiliki arti : konsepsi
manusia mengenai politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan untuk diterapkan dalam suatu
masyarakat atau negara.2 Ideologi perekonomian yang dianut oleh negara di dunia diantaranya
adalah ideologi kapitalisme, sosialisme, islamisme, komunisme, fasisme, modernism, feodalisme
dan lain-lain. Dari masing-masing ideologi perekonomian tersebut dapat dibagi lagi baik
berdasarkan karakteristik khusus maupun yang berkembang dalam kurun waktu tertentu maupun
berdasarkan sebuah aliran dari sebuah ideologi atau merupakan hasil campuran dari bermacam
ideologi tersebut. Sebelum membahas koperasi sebagai sebuah ideologi, ada baiknya penulis
akan membahas dua ideologi besar sepanjang sejarah yang menjadi kerangka dasar
perekonomian dunia yaitu ideologi kapitalis dan ideologi sosialis.

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni
kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi
barang lainnya. Ebenstein menyebutkan kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh,
lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai
bagian dari gerakan individualisme. Kapitalisme sebagai suatu ideologi atau paham yang percaya
bahwa modal merupakan sumber utama untuk dapat menjalankan sistem perekonomian di suatu
negara. Dengan demikian, semua proses dalam kehidupan manusia bersumber pada pengelolaan
modal baik itu modal milik perorangan, milik sekelompok masyarakat, maupun milik
perusahaan-perusahaan swasta. Pemilik modal dalam mengelola sumber ekonomi itu bertujuan
untuk mengakselerasi perkembangan modalnya dengan cara berusaha seefisien mungkin untuk
mendapatkan keuntungan maksimal.3 Dalam kapitalisme penghidupan ekonomi dipengaruhi oleh
nafsu kepada keuntunga.4

Dalam ideologi kapitalisme yang berkembang adalah persaingan, pelaku utama dalam
ideologi perekonomian ini adalah kaum kapitalis,5 keberadaaan sebuah negara (dan rakyatnya)
hanya digunakan untuk menjadi tempat dan obyek yang aman dalam membuat dan menerapkan
ketentuan-ketentuan hukum yang dirancang untuk meligitimit dan melindungi kepemilikan
modal kaum kapitalis. Para pengusaha kapitalis selalu mencari hal-hal baru yang mendorong
inovasi dan penemuan teknologi, alat pengangkutan, organisasi perusahaan dan lain-lain yang

1
Franz Magnis-Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 230
2
Sukarna, Suatu Studi Ilmu Politik Ideologi (Bandung, Alumni, 1981) hlm. 113
3
Adjar Pachta W., Myra Rosana B., Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia : Pemahaman,
Regulasi, Pendidikan dan Modal Usaha , (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 4.
4
Muhammad Hatta, Pengantarke Djalan Ekonomi Sosialis Indonesia, (Jakarta, Fasco , 1957), hlm. 57.
5
William Ebenstein & Edmin Fogelman, Isme-Isme Dewasa Ini, Edisi 9 (Jakarta: Erlangga, 19900 hlm. 151.
serba baru. Hal ini karena adanya tujuan profit motive sehingga mereka lebih giat dan tekun
mencari dan menggunakan cara-cara baru dalam proses produksi dan bekerja dengan efisian,
sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal.6 Pada intinya ideologi kapitalis mengajarkan
kepada pengikutnya bahwa pengaturan tentang kegiatan ekonomi dan pelaksanaan pembangunan
harus diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar, pengusaha dan perusahaan-perusahaan
swasta agar dapat diperoleh keuntungan yang maksimal, baik secara individual maupun secara
perusahaan.

Menurut Ebenstein, sosialisme merupakan suatu ideologi atau paham yang beranggapan
bahwa modal merupakan milik bersama dari seluruh anggota masyarakat atau milik negara yang
dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. 7 Kepemilikan bersama atas modal atau kepemilikan
modal oleh negara tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama sedangkan
distribusi hasil kerja tersebut berdasarkan atas prestasi kerja yang telah diberikan. Kedudukan
negara dalam paham sosialisme adalah sebagai pelayan rakyat. Sehingga negara harus membuat
undang-undang untuk melindungi kepemilikan terhadap alat-alat produksi (barang modal) dan
modal. Disamping itu, negara harus melaksanakan kebijakan politik yang melindungi dan
menguntungkan kaum pekerja atau buruh. Ideologi sosialisme menghendaki bahwa segenap
urusan ekonomi dan pelaksanaan pembangunan merupakan semangat sosial (social motivation)
yang dilaksanakan sepenuhnya oleh negara dan semua perusahaan-perusahaan publik atau
perusahaan yang mendapatkan modal usaha dari negara yang (centrally planned command
economy) didirikan dengan satu maksud dan tujuan yaitu dapat memberi kan kemanfaatan dan
nilai tambah dalam meningkatkan taraf hidup dan kebutuhan memenuhi kepentingan ekonomu
bersama (social benefit). Jadi negara disini menjadi tumpuan utama dari rakyatnya memelihara
dan memenuhi seluruh kebutuhan ekonomi dari seluruh warga dan penduduknya.8

Ide koperasi lahir dalam era kejayaan kapitalisme. Jika kapitalisme berpijak pada paham
tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan ekonomi, maka koperasi lebih mengutamakan
peranan manusia maupun modal. Dengan demikian, perbedaannya terletak pada penekanan
peranan faktor-faktor produksi dalam kegiatan ekonomi, koperasi dama manusianya sedangkan
kapitalisme pada kekuatan modal.9 Dalam hal ini bukanlah berarti bahwa yang satu tidak
memerlukan tidak memerlukan faktor produksi, sedang di dalam koperasi manusia diperlukan
sebagai salah satu faktor produksi, sedang di dalam koperasi manusiadiperlua sebagai anggota
untuk memupuk modal guna menjalankan usahana sekaligus menjadi pengguna jasa dan produk
yang dihasilkan oleh koperasi tersebut.

Koperasi-koperasi yang didirikan di dalam negara-negara yang menganut paham kapitalis


justru memperoleh dan menemukan fungsinya sebagai suatu badan usaha yang melakukan usaha
memperbaiki tingkat kehidupan ekonomi dari orang-orang yang melakukan usaha memperbaiki
tingkat kehidupan ekonomi dari orang-orang yang berasalan dari kelompok pekerja atau orang-
orang yang jatuh miskin sebagai akibat dari pelaksanaan sistem kapitalisme. Mereka akhirnya
menyadari bahwa untuk dapat menaikkan tingkat hidupnya haruslah bekerja sama satu dengan
yang lain dalam satu wadah yang diorganisir dan mempunyai program yang teratur dan dikelola

6
Ibid., hlm. 3.
7
William Ebenstein & Edmin Fogelman, Op. cit., hlm. 220.
8
Adjar Pachta W., Myra Rosana B., Nadia Maulisa Benemay, Op., cit, hlm. 14.
9
Ibid.,
bersama-sama secara demokratis. Dengan demikian dalam berkoprasi ada unsur-unsur yang
dapat dipenuhi secara bersama-sama yaitu kebersamaan dalam menjalankan usaha dalam rangka
meningkatkan kemampuan ekonomi para anggotanya. Sehingga ada pameo yang populer di
kalangan anggota koperasi yaitu dari anggota, untuk anggota dan oleh anggota.

Lalu di manakah keberadaan ideologi koperasi diantara kedua ideologi tersebut?


Koperasi yang menganut prinsip gotong-royong, kemanduruan, ekdilan dan kesetaraan hak
sesama anggota menempatkan koperasi sebagai alternatif bagi tumbuhnya suatu benu
perekonomian yang mengakomodir cita-cita masyarakat untuk memperoleh kemakmuran
bersama tanpa meninggalkan aspek-aspek solidaritas, hak asasi dan demokrasi. 10 Dari sini jelas
bahwa ideologi koperasi menyerap esensi dari kedua ideologi sebelumnya.

Pertama, koperasi sebagai sebuah ideologi berperan untuk menggali ptotensi masyarakat
secara mendasar dengan cara mengusahan kebutuhan secara bersama-saam dan
memanfaatkannya untuk kepentingan dan kemakmuran bersama pula. Kedua, koperasi sebagai
sebuah ideologi menempatkan dirinya sebagai organisasi bagi anggotanya dalam mengelola
modal usaha yang dikumpulkan dari simpanan anggota atau pinjaman modal dari badan usaha
lainynya dan kemudian mengelolanya dalam manajemen finansial dan organisasi yang baik dan
prodesional. Ketiga, mengembangkan prinsip-prinsip dasar koperasi tidak hanya sebagai
ketentuan baku semata tetapi benar-benar menjiwai setiap gerak langkah koperasi dalam
menggali potensi kultural dan mengembangan potensi ekonomi maupun sosialnya. Keempat,
menganalisa dan mengelola setiap kelemahan agar menjadi kekuatan, ancaman menjadi sebuah
peluang dan menentukan sasaran sebagai tujuan berdasarkan fakta empiris yang dialami
sebelumnya hingga kemudian mampu merealisasikannya menjadi sebuah aksi konktet untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan.

Kelima, membangun relasi dengan koperasi lain atau pelaku usaha lain untuk membuka
peluang usaha yang lebih besar. Disinilah cooperative network (jaringan koperasi) mulai
terbentuk. Jaringan kerjasama sebagai penggerak perkembangan koperasidapat juga berfungsi
untuk bertahan dari penetrasi pelaku ekonomi lain yang memiliki daya saing lebih kompetitif.
Keenam, membangun kesinambungan sebagai sebuah ideologi membangun kesinambungan
dengan cara meningkatkan pendidikan anggota sebagai penggerak koperaso dan melihatnya
sebagai suatu learning process dalam koperasi dari waktu kewaktu. Ketujuh, koperasi sebagai
sebuah ideologi dituntuk dapat memberi tempat bagi anggotanya untuk bergerak, mendapatkan
kesadaran aka posisi dan keberadaanya sehingga loyalitas dan solidaritas benar-benar mengakar
dan tumbuh menjadi semangat dalam mengembangkan koperasi. Koperasi sebagai organisasi
ekonomi berwatak sosial (social content) yang menggarap the mutual interest(s) anggotanya dan
memiliki semangat mutual assistance harus dapat menempatkan setiap kegiatan ekonominya
bukan hanya pada prinsip sukarela yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan saja tetapi
untuk mempertahankan keberadaanya sebagai untuk usaha bersama11. Koperasi perlu
membangun kerangka perkembangan dan pertumbuhan usahanya atas dasar organisasi ekonomi
agar dalam persaingan dengan bentuk usaha lainnya tidak mengalami kemunduran.

10
Y. Harsono, P.A. Rubiyanto, Y. Dedi Purbocahyono dkk., Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan,
(Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), hlm. 58.
11
Ibid., hlm. 60.

Anda mungkin juga menyukai