Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN HASIL OBSERVASI DAN INTERVIEW

Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya dan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani
Kegiatan Studi Ekskursi Mahasiswa Mata Kuliah Hukum dan Kesejahteraan Sosial ke Panti Sosial
Karya Wanita Mulyajaya dan Panti Sosial Marsudi Putra Handayani dilaksanakan pada hari Selasa, 5
Desember 20017. Kunjungan pertama dilangsungkan pada pukul 09.00-11.00 WIB di PSKW dan
kunjungan kedua pukul 13.00-15.00 WIB di PSMB. Acara di kedua panti tersebut adalah mendengarkan
pemaparan dari pihak pengelola panti dan observasi panti sosial / observasi dengan warga binaan atau
penerima manfaat.

1. Deskripsi secara singkat tentang PSKW dan PSMB

- Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya

Terdapat 22 Panti Sosial Karya Wanita yang memberikan pelayanan rehabilitasi eks-WTS di
Indonesia yang terdapat di 21 propinsi. Dua puluh satu panti ditangani langsung oleh pemerintah daerah
setempat dan satu panti ditangani oleh Kementerian Sosial, yakni Panti Sosial Karya Wanita "Mulya
Jaya" Jakarta disingkat sebagai (PSKW). PSKW “Mulya Jaya” ini berlokasi di komplek Departemen Sosial
RI jalan Tat Twam Asi Nomor 47 RT. 08 RW. 02 Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur.

PSKW Mulya Jaya Jakarta merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan
Kementerian Sosial RI yang berfokuspada Rehabilitasi Sosial Penyandang Masalah Tuna Susila yaitu
Wanita Tuna Susila. Kegiatan eterdiri dari kegiatan di dalam panti dan luar panti. Kapasitas tamping
untuk dalam panti 80 Penerima Manfaat. Rehabilitasi sosial dalam Panti dilaksanakan selama 6 bula.
Kegiatan yang dilaksanakan pembinaan fisik, mental, soiaal dan keterampilan pembinaan Lanjut.

Panti ini adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Sosial RI yang bersifat
preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif, dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial dan ketermapilan,
resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi para wanita tuna susila agar mandiri dan berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat. Sesuai Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009, PSKW “Mulya
Jaya” Jakarta adalah Panti Rehabilitasi Sosial yang menangani penyandang masalah tuna susila.

2. Apakah intervensi yang dilakukan oleh pemerintah/ kemsos untuk Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) melalui PSKW PSMB ini sudah tepat? berikan kritik anda

3. Apakah kelebihan ataupun manfaat positif dari keberadaan PSKW ini.

Kebijakan dalam pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi Wanita Tuna Susila adalah sebagai
berikut :

1. Meningkatkan dan memantapkan peranan masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan dan


rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah sosial dengan melibatkan semua unsur dan
komponen masyarakat yang didasari oleh nilai – nilai swadaya, gotong royong dan
kesetiakawanan sosial, sehingga upaya tersebut merupakan usaha – usaha kesejahteraan sosial
yang melembaga dan berkesinambungan.
2. Meningkatkan jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang lebih adil dan merata, agar
setiap warga negara khususnya penyandang masalah kesejahteraan sosial berhak untuk
memperoleh pelayanan yang sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

3. Meningkatkan mutu pelayanan dan rehabilitasi sosial yang semakin profesional, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial.

4. Memantapkan manajemen pelayanan sosial yang dilakukan dengan penyempurnaan yang terus
menerus dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, mengevaluasi dan melaporkan serta
mengkoordinasikan dan memadukan dengan sektor-sektor lain dan pemerintah daerah,
sehingga pelayanan dan rehabilitasi sosial menjadi semakin berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada public.

Kelebihan ataupun manfaat positif dari keberadaan PSKW ini berdapak setidaknya kepada
masyarakat dan si penerima manfaat (mantan wts) tersbut. Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan
pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi wanita tuna susila, antara lain :

1. Adanya perubahan perilaku dan sikap hidup yang konstruktif, untuk meningkatkan
harkat dan martabatnya sebagai wanita
2. Tidak lagi melakukan prostitusi atau sebagai wanita tuna susila.
3. Tidak berkumpul kembali dengan teman-teman wanita tuna susila.
4. Diterima kembali dan hidup secara normatif ditengah-tengah keluarga dan masyarakat.
5. Timbulnya dorongan semangat untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak
6. Berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak untuk meningkatkan taraf ekonomi atau
kehidupannya.
7. Melakukan pekerjaan yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan memperoleh
penghasilan yang halal.
8. Melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh sehingga mutu dan kualitasnya baik/
tinggi
9. Timbulnya kemampuan untuk mengendalikan diri dan disiplin diri
10. Timbuilnya keinginan atau dorongan untuk hidup sehat, teratur, tertib.

5. Deskripsikan wawancara anda dengan Penerima Manfaat

Kami mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dalam kesempatan wawancara bersama


Teteh Tayem (44 tahun, dari Karawang). Keadaan nya sekarang saat berada di PSKW baik-baik saja. Ia
menceritakan asal-usulnya bisa masuk kedalam panti rehabilitasi sosial ini, singkatnya saat malam itu ia
sedang berjualan kopi (profesi sehari-harinya sebagai penjual kopi) di daerah prostitusi tersebut.
Kemudian ada petugas satpol pp yang menangkap semua orang yang berada di wilayah itu. Sialnya ia
juga tertangkap dan di tuduh sebagai wts kemudian ditangkap dan harus melalui beberapa tahapan tes
wawancara dan tes kesehatan dan kelamin (tidak diberi tahu hasilnya oleh pihak rehabiltasi) kemudian
ia di bawa sebagai penerima manfaat ke PSKW untuk di rehabilitasi.

Ia pasrah saja. Ia masuk ke PSKW bersama 14 orang lainnya, kemudian 3 orang dipulangkan karena
masih menyusui dan memiliki anak masih kecil. Di PSKW ia tidak diperbolehkan membawa handphone.
Ia bercerita saat ia masuk ke PSKW awalnya bingung, merasa bersalah, menyesal, tidak betah, sedih dan
menolak rehabilitasi di PSKW karena merasa bukan sebagai wts dan takut di cap negative oleh
lingkungan keluarga serta masyarakat di desanya, teteh juga sering rindu karena jauh dari keluarganya
terutama kedua anaknya yang masih smp kelas 2 dan sudah menikah. Seminggu dua kali penerima
manfaat diperbolehkan dikunjungi keluarganya, Komunikasi tetap terjalin, keluarga boleh mengunjungi
penerima manfaat saling bertukar informasi dan melepas kerinduan diantara mereka.

Kemudian saat ini setelah menjalani 3 bulan masa rehabilitasinya, ia merasa bimbingan di PSKW
sangat bermanfaat. Di PSKW ia dianggap setara dengan penerima manfaat lainnya dan mereka baik-
baik, pekerja sosial (Peksos) nya juga baik. Fasilitas dan Saranya prasarana yang ada di PSKW menurut
teteh sudah baik. Terdapat jam makan siang yang teratur dan untuk tempat tidurnya satu kamar terdiri
dari 3-4 orang. Ia mendapat banyak manfaat dari berbagai kegiatan yang ada di PSKW yaitu Rehabilitasi
sosial yang terdiri dari Pendekatan Awal yaitu konsultasi, dan motivasi. Kemudian ada Bimbingan fisik
dan mental yang terdiri dari Olahraga jasmani, dan bimbingan kerohanian. Bimbingan sosial yang terdiri
dari penyuluhan, terapi kelompok, grup season dan konselling. Terdapat juga Bimbingan Keterampilan
Sosial yang terdiri dari border, menjahit manual, tata rias rambut dan kecantikan kulit,tata rias
pengantin, olahan pangan dan kuliner. Ia merasakan semua energi positif dari hipnoterapi dan segala
kegiatan yang didapatkan dari seluruh rangkaian rehabilitasi tersebut, ia menjadi pribadi yang lebih baik
dan taat pada agama, disini solatnya berjamaah dan tertib. Kemudian untuk bimbingan keterampilan
pada awalnya ia di berikan pelatihan ke semua bidang yang memiliki guru atau pengajar bidang
tersebut, kemudian ia memilih peminatan Olahan Pangan, di bidang olahan pangan ia diajarkan cara
membuat kue-kue kering dan di fasilitasi bahan dan gurunya oleh PSKW.

Menurutnya, program dan seluruh kegiatan yang ada di PSKW berjalan dengan sukses membina
seluruh penerima manfaatnya. Peraturan tata tertib disini juga berdampak dengan terlaksananya
seluruh kegiatan pembinaan sehingga para penerima manfaat dapat secara maksimal memperoleh nilai-
nilai sosial dan keterampilan yang diajarkan. Program Rehabilitasi sosial ini sangat bermanfaat bagi
teteh terutama ia merasakan meningkatnya mutu kualitas dirinya yang telah dibekali oleh bimbingan
sosial dan bimbingan keterampilan. Harapannya setelah selesai masa rehabilitasinya teteh ingin
mendapat modal bantuan awal buka usaha dari PSKW guna membuka usaha warung makan yang layak
dan halal seperti berjualan nasi uduk, mie rebus dll (kantin) di tempat yang ramai, seperti kantin sekolah
dan sambil menjual kue kering buatannya saat bulan ramadhan. Ia akan berusaha bersungguh-sungguh
dalam menjalankan usaha tersebut. Ia tidak mau kembali lagi ke lingkungan prostitusi tersebut.

6. Deskripsikan wawncara anda dengan Petugas/ Pekerja Sosial

Sasaan Utama Pelayanan PSKW Mulya Jaya yaitu kepada PWanita Tuna Susila (dengan waktu
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi 6 bulan) dan Wanita korban Trafiking yang dipaksa menjadi pelacur (3
bulan sesuaai dengan tingkat permasalahan klien) Program pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi wanita
tuna susila ini bertujuan untk memulihkan kondisi fisik, mental, psikis, sosial, sikap dan perilaku wanita
tuna susila agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam kehidupan keluarga
maupun dalam masyarakat.

Persayaratnnya :

Penyandang Masalah Tuna Susila Penyandang Masalah TRAFIKING


a. Usia 15 s/d 58 tahun a. Usia 145 s/d 35 tahun
b. sehat jasmani dan rohani b. masih memiliki/tidak memiliki
orangtua
c. tidak dalam keadaan hami/menyusui c. masih sekolah/tidak sekolah./ putus
sekolah
d. tidak mengidap penyakit berat dan d. pernah dan masih bekerja/ tidak
menular kecuali penyakit kelamin bekerja
e. Wajib tinggal di asrama dengan e. wajib tinggal di asarama dengan
mematuhi tata tertib dan ketentuan mematuhi tata tertib yang berlaku.
f. wajib mengikuti bimbingan mental,
fisik serta keterampilan selama 6 bulan

Dimulai dari Proses Penerimaan eks. WTS dari hasil razia kemudian pihak panti sudah menjalankan
assessment (penelaahan dan mengungkapan masalah) dengan sebaik mungkin apakah para pihak yang
tertangkap dari hasil razia tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai warga binaan atau tidak. Jika
memenuhi syarat maka eks. WTS tersebut akan masuk ke tahap pembinaan dan bimbingan selama 6
bulan yag terdiri atas pembinaan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, pelatihan keterampilan dan
tahap resosialisasi /penyaluran.

Pada saat itu ada warga binaan/penerima manfaat yang kabur, kemudian dibiarkan saja dan tidak di
teriyaki. Karena itu kan panti sosial buat merehabilitasi dan bukan seperti hukuman pidana. Mereka
sudah berusaha menjalankan tugasnya semaksimal mungkin.

Kemudian sempat kami tannya kan juga kepada petugas perihal warga binaan yang mengatakan
bahwa dirinya hanya sebagai penjual kopi disekitar wilayah prostitusi misalnya, apakah dia juga pantas
direhabilitasi dan juga dianggap sama seperti wts lainnya? Kemudian petugas memberikan pemaparan
secara mendetail terkait “kita tidak semata2 mengamini apa yang mereka sampaikan, kita punya
pembuktiannya yaitu assessment kesehatan, berati hasilnya positive dan mereka teridentifikasi infeksi
menular seksual yang diakibatkan oleh hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Tidak semata2 hasil
razia langsung dikatakan sebagai wtskita tidakpunya kewanangan untuk itu, ada Ada psikolog dan
pekerja sosial yang membantu juga. Semua yang ada disini sudah periksa kesehatannya dan terbukti
memenuhi syarat-syarat kalau mereka wts warga binaan kami. Mereka memang tidak semuanya benar-
benar mengaku 100% psk, ada yang alibi atau alasan sebagai misalnya saya hanya pemandu lagu, saya
hanya sedang dudukdi café, saya hanya pemilik warung, saya hanya. Kalo tidak memenuhi syarat maka
akan dikembalikan ke keluarga masing-masing itu apabila ia teridentifikasi rahimnya bersih dan bisa
dibuktikan kalau ia bukan psk dan tidak ada penyakit kelamin menular seperti itu ia akan dikembalikan
ke keluarganya, ataupun dikembalikan karena masih memiliki tanggung jawab mengasuh anak yang
masih disusui atau masih kecil.”

Singkatnya, pihak dari PSKW sudah berusaha semaksimal mungkin dalam tahap seleksi
pemerima manfaat yang berhak direhabilitasi melalui beberapa tahapan proses tes kesehatan, aspek
psikokogisnya dan juga melalui pekerja sosialnya. Tujuan dari rehabilitasi ini adalah untuk memulihkan
sikap dan perilaku mantan wanita tuna susila agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara
wajar dalam kehidupan keluarga maupun dalam masyarakat sesuai dengan indicator keberhasilan yang
sudah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai