PENDAHULUAN
Masalah tuna susila tumbuh berkembang seiring dengan lajunya
pembangunan dan pekembangan yang semakin pesat. Perkembangan masalah
tuna susila berkaitan erat dengan keadaan demografi, dimana adanya masalah
kepadatan penduduk dengan laju pertumbuhan yang tinggi, penyebaran yang tidak
merata, struktur usia yang tidak seimbang, kesempatan kerja yang terbatas,
lowongan pekerjaan yang sedikit dan kualitas manusia yang kurang memadai
merupakan tantangan yang harus mereka dihadapi di jaman yang semakin
berkembang seperti saat ini.
Adanya Wanita Tuna Susila ditengah masyarakat dianggap sebagai
permasalahan sosial dan sangat mengganggu masyarakat disekitarnya. Hal ini
karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tercela dan dilarang oleh
agama maupun norma-norma masyarakat luas yang mana perbuatan tersebut
adalah dosa besar.
Salah satunya adalah mereka yang bekerja sebagai Wanita Tuna Susila
(WTS), WTS atau PSK (Pekerja Seks Komersial) adalah salah satu bentuk
perilaku yang menyimpang di kalangan masyarakat yaitu perilaku yang tidak bisa
menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat. Masalah wanita tuna susila pada dasarnya merupakan bentuk
pelanggaran atau penyimpangan baik dalam norma keluarga, norma sosial,
maupun norma agama.
Dampak masalah ini banyak berkaitan dengan masalah-masalah keluarga,
kriminalitas, pendidikan, kesehatan utamanya penyakit kelamin. Sebagai bentuk
penyimpangan norma keluarga, maka para wanita tuna susila dipandang tidak
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Lembaga
Pusat pelayanan karya Wanita (PPSKW) adalah pusat Rehabilitasi Sosial
Wanita Tuna Susila yang memiliki tugas memberikan pelayanan Rehabilitasi
sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, membantu memperbaiki
sikap dan tingkah laku, melalui pelatihan keterampilan dan resosialisasi serta
pembinaan berkelajutan bagi Tuna Susila agar mampu aktif dalam kehidupan
bermasyarakat.
Upaya pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada penyandang
masalah sosial tuna susila di Provinsi Sulawesi Selatan diawali melalui proyek
penyantunan dan pembinaan tuna susila pada tahun 1979/1980 oleh Kantor
Wilayah Departemen Sosial Provinsi Sulawesi Selatan dengan sistem panti yang
berlokasi pada Wisma Kare di Ujung Pandang. Keberhasilan dari sistem tersebut,
pada tahun 1980/1981 melalui proyek penyantunan Tuna Susila (PTS) Mattiro
Deceng, yang peresmiannya pada tanggal 25 Agustus 1983 oleh Mensos RI (Ny.
Nani Soedarsono, SH) sejak berdirinya Panti ini telah beberapakali mengalami
pergantian, pada tanggal 24 April 1994 kembali berganti Nama “Panti Sosial
Karya Wanita” (PSKW) Mattiro Deceng. Saat ini bernama Unit pelaksana Teknis
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
B. Tunasusila
Menurut Koentjoro dalam Hasneli (2015: 49) Secara legal pemerintah
Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial No. 23/HUK/96 yang
menyebut pelacur dengan istilah Wanita Tuna Susila (WTS). Penggunaan istilah
tersebut merupakan upaya pemerintah untuk memperhalus istilah pelacuran.
Wanita tuna susila dianggap memiliki etika dan perilaku yang cenderung
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
C. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi Sosial Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 mengenai
Kesejahteraan Sosial diatur mengenai rehabilitasi sosial sebagai
penyelenggaraan kesejahteraan sosial, adapun pengertian dari rehabilitasi sosial
menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2009: “Rehabilitasi sosial dimaksudkan
untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami
disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
PEMBAHASAN
1. Waktu dan Tempat Observasi
Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat 1 Desember 2023 bertempat di
Ppskw Mattirodecceng Makassar.
2. Responden 1
Nama Lindah
Asal Takalar
Usia 29
Pendidikan Terakhir SMP
Dirazia pertama kalinya oleh petugas ketika sedang berada disalah satu
hotel di Makassar kemudian langsung diamankan oleh pihak berwenang. Lindah
melalui beberapa proses pemeriksaan, hingga akhirnya kini terdaftar sebagai
penerima manfaat untuk direhabilitasi di Dinas Sosial PPSKW Mattiro Deceng
sejak 9 september 2023 lalu.
Lindah mengaku menjalankan ini (PSK) sebagai sumber untuk
menghasilkan uang, dijalani sudah 5 bulan lamanya, dimana transaksi dilakukan
melalui metode online dan offline. Seringnya menggunakan aplikasi hijau (mi-
chat) untuk mendapatkan pelanggan, namun terkadang kesepakatan terjalin antara
Lindah dan pelanggan ketika sedang bertemu langsung di salah satu cafe yang ada
di Makassar.
a. Latar Belakang Keluarga
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
Lindah adalah anak pertama dari 2 bersaudara, Ayah dan Ibunya merupakan
penjual bakso. Ibunya meninggal Ketika Lindah masih duduk dibangku kelas 3
SD. Setelah ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi dan sejak saat itu Lindah
dan ayahnya menjadi sangat jarang bertemu. Sejak kematian ibunya, Lindah
tinggal bersama tantenya yang merupakan seorang perawan tua. Seluruh
keperluan Lindah ditanggung oleh tantenya, hingga ia bisa menyelesaikan
pendidikannya sampai SMP. Lindah mengaku berhenti sekolah karena ingin
bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Pada tahun 2012 silam
Lindah menikah dan dikaruniai 3 orang anak. Suaminya bekerja disalah satu
pabrik semen yang ada di pangkep, dan saat itu Lindah menjadi ibu Rumah
Tangga yang nyambi bekerja di kebun jagung tetangga untuk mengisi waktu luang
dengan niat membantu menambah penghasilan untuk keperluan rumah-
tangganya. Pada tahun 2018 suami Lindah meninggal karena kecelakaan kerja.
Sejak kematian suaminya, Lindah belum Kembali berkeluarga lagi hingga kini.
b. Riwayat Pekerjaan
Ada banyak pekerjaan yang pernah diambil sebelumnya oleh Lindah,
pekerjaan pertamanya setelah putus sekolah saat itu adalah kerja di pabrik roti, ia
juga pernah menjadi karyawan toko, jadi asisten rumah tangga, dan pernah juga
merantau ke Jakarta tahun 2020 untuk kerja sebagai baby sitter namun berhenti
dan kembali lagi ke Makassaar di awal tahun 2023. Saat kembali pulang dari
tanah rantau, Lindah menganggur dan saat itu mencari-cari info lowongan kerja
ke temannya dan ditawari lah menjadi ladies disalahsatu cafe di Makassar.
Di tempat kerjanya itu (cafe) juga menjadi tempat pertama kalinya Lindah
mendapat tawaran untuk menjadi PSK oleh salahsatu pelanggan yang ada di cafe
tersebut. Sejak saat itu, Lindah terjung ke dunia PSK ini. Ia bekerja sebagai ladies
cafe yang juga sekaligus sebagai PSK atau pengguna aplikasi hijau.
c. Faktor Penyebab Terjerumus
PM mengaku membutuhkan biaya untuk menghidupi ketiga anaknya, ia
memerlukan uang untuk membeli kebutuhan pokok keluarganya, dan ia juga
butuh untuk membayar utang-utang tante nya yang nominalnya cukup besar.
Walaupun pm mengaku tidak dituntut keharusan untuk membayar utang tersebut,
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
namun ia merasa punya kewajiban sebagai bentuk balas budinya kepada tante
yang sudah dianggapnya sebagai orangtua sendiri.
d. Informasi Lainnya
1. Lokasi transaksi: hotel-hotel di Makassar
2. Tarif: Rp. 800.000 - 1.000.000
3. Siapa pelanggannya: Orang-orang yang sudah berkerja dengan
background pekerjaan yang berbeda-beda mulai dari kerja kantoran
hingga driver ojol juga ada
4. Pemeriksaan kesehatan: tidak ada pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan, hanya mengonsumsi antibiotic tanpa resep dokter, dan pm
mengaku sejauh ini tidak ada gangguan kesehatan.
5. Keinginan untuk berhenti: besar keinginan untuk berhenti dan sudah ada
niat untuk setelah ini mencari pekerjaan yang baik dan halal walaupun
dengan gaji kecil, tidak lagi ingin terjerumus kedalam dunia malam.
6. Apakah selama menjadi PSK ini keluarga mengetahui? ; keluarga tidak
mengetahui bahwa pm adalah PSK, pm mengaku bekerja ditempat
laundry. Karena pm tinggal sendiri di kost sejak jadi PSK maka keluarga
tidak terbuka kesempatan untuk memantau. Hal ini pun baru terbongkar
dan baru diketahui keluarga Ketika PM terjaring Razia dan harus
direhabilitasi.
7. Bagaimana tanggapan keluarga setelah mengetahui ini?; keluarga merasa
sangat kecewa dan terluka karena mengetahui pm selama ini bekerja di
laundry tapi ternyata begitu jauh dari realitanya.
8. Apakah selama rehabilitasi ada kunjungan keluarga?; tante dan anak
keduanya pernah berkunjung 2x selama pm direhabilitasi disini.
9. Apakah ada orang lain yang mengetahui?; tidak ada yang mengetahui
kecuali hanya teman-teman yang berasal dari background yang sama.
10. Apakah punya mucikari?; tidak punya mucikari semua dilakukan sendiri
sehingga tidak ada potongan dari upah yang ia dapatkan
11. Apakah pernah mengalami kekerasan: tidak pernah ia bahkan sering
dikasihani pelanggannya hingga mendapatkan tip tambahan
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
3. Responden 2
Nama Ita
Asal Makassar
Usia 32
Pendidikan Terakhir -
Status Belum menikah
Tanggal Masuk 17 Agustus
Latar belakang ibu ita sebelumnya pernah bekerja dibali sebagai pelayan
restoran selama beberapa bulan. Kemudian, ibu ita memutuskan untuk pulang
kampung pada saat terjadi wabah penyakit (covid). Setelah beberapa bulan
dimakassar karena banyaknya pengeluaran dan pada saat itu pekrjaan susah untuk
didapatkan sehingga dia menghubungi temannya untuk menanyakan info
lowongan kerja dan disitulah dia ditawari pekerjaan yaitu sebagai psk. Tapi
pekerjaan itu tanpa sepengetahuan orang tuanya
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
KESIMPULAN
Kesimpulan:
wanita tuna susila adalah seseorang atau kelompok yang terlibat dalam pekerjaan
melacurkan diri, yang dikenal dengan sebutan pelacur, PSK, kupu-kupu malam,
dan sebagainya. Tidak semua wanita tuna susila ingin menjalankan pekerjaan
sebagai pelacur sepanjang hidupnya, dan banyak yang kembali hidup di
lingkungan masyarakat pada umumnya dan memilih menjalani pekerjaan lain.
Adaptasi sosial eks wanita tuna susila dilakukan dengan berbagai upaya, seperti
merubah penampilan, perilaku, ataupun sikap sesuai dengan norma-norma di
masyarakat, serta menjauhi pergaulan dan kebiasaan yang dilakukan dimasa lalu.
Saran:
1. Pengembangan Keahlian: Manfaatkan keahlian memasak sebagai modal
untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
2. Aspirasi Pribadi: Tetap pertahankan tekad untuk berubah dan berusaha
mencapai pekerjaan yang lebih baik