OLEH:
Kelompok 1
PENGERTIAN KOPERASI
Koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh
anggota yang sekaligus juga sebagai pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk
mereka atas dasar nirlaba atau atas dasar biaya.
Mulanya koperasi tumbuh di negara industri Eropa Barat saat muncul kolonialisme
( negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan ), kemudian tumbuh di negara-negara berkembang
atau miskin yang menjadi daerah jajahan.
KONSEP KOPERASI
Dampak tidak langsung koperasi terhadap anggota hanya dapat dicapai, bila tidak
langsungnya sudah diraih. Dampak koperasi secara tidak langsung sebagai berikut:
Kegiatan perekonomian dari produksi, distribusi, dan konsumsi serta harga ditetapkan
pemerintah dengan peraturan Negara.
Hak milik perorangan atau swasta tidak diakui, sehingga kebebasan individu dalam
berusaha tidak ada.
Alat-alat produksi dikuasai oleh Negara.
Dalam konteks historis kita mengenal adanya dua sistem ekonomi ekstrim yaitu sistem
kapitalisme dan sosialisme. Pada perkembangannya selanjutnya muncul sistem ekonomi
campuran yang mencoba menggabungkan kedua sistem ekstrim tersebut. Sejarah koperasi
memang tidak bisa dilepaskan hubungannya dengan perkembangan sosialisme yang merupakan
antitesis dari kapitalisme yang berkembang di Eropa. Memburuknya kinerja kapitalisme yang
ditandai dengan terjadinya depresi ekonomi dengan indikasi banyaknya pengangguran dan
kelangkaan barang, mendorong munculnya gerakan dari orang-orang yang tertindas ekonominya
seperti kaum buruh untuk mewujudkan ide tentang koperasi.
Perbedaan aliran dalam koperasi berkaitan erat dengan factor ideologi dan pandangan
hidup (way of life) yang dianut oleh negara dan masyarakat yang bersangkutan. Secara garis
besar, ideology negara-negara di dunia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1) Liberalism / kapitalisme
2) Sosialisme
3) Tidak termasuk liberalism maupun sosialisme
Implementasi dari masing-masing ideologi ini melahirkan sistem perekonomian yang
berbeda-beda. Pada gilirannya, suatu sistem perekonomian tertentu akan saling menjiwai dengan
koperasi sebagai subsistemnya. Misalnya, ideologi Pancasila dan sistem perekonomian yang
bermaksud dalam pasal 33 UUD 1945 akan mewarnai peran dan misi koperasi Indonesia.
Sehingga dapat disimpulakn bahwa, aliran koperasi dalan suatu negara tidak dapat dipisahkan
dari sistem perekonomian yang dianut oleh negara yang bersangkutan.
Keterkaitan ideology, sistem perekonomian, aliran koperasi yang dianut berbagai negara
dapat digambarkan sebagai berikut:
ALIRAN KOPERASI
Dengan mengacu pada keterkaitan ideology dan sistem perekonomian di suatu negara,
maka secara umum aliran koperasi yang di anut oleh berbagai negara di dunia dapat di
kelompokkan berdasarkan peran gerakan koperasi dalam sistem perekonomian dan hubungannya
dengan pemerintah. Paul Hubert Casselman membaginya menjadu 3 aliran:
Aliran Yardstick
Aliran Sosialis
Aliran Persemakmuran (Commonwealth)
1. Aliran Yardstick
Aliran ini pada umumnya dijumpai pada negara-negara yang berideologi kapitalis
atau yang menganut sistem perekonomian liberal. Menurut aliran ini, koperasi dapat
menjadi kekuatan untuk mengimbangi, menetralisasikan, dan mengoreksi berbagai
keburukan yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme. Walaupun demikian, aliran ini
menyadari bahwa organisasi koperasi sebenarnya kurang berperan penting dalam
masyarakat, khususnya dalam sistem dan struktur perekonomiannya.
Hubungan pemerintah dengan gerakan koperasi bersifat netral. Hal ini berarti,
pemerintah tidak melakukan campur tangan terhadap jatuh bangunnya koperasi di
tengah-tengah masyarakat. Pemerintah memperlakukan koperasi dengan swasta secara
seimbang dalam pengembangan usaha. jadi, maju tidaknya koperasi tetap terletak di
tangan anggota koperasi sendiri.
Pengaruh aliran ini cukup kuat, terutama di negara-negara barat di mana industry
berkembang dengan pesat di bawah sistem kapitalisme, seperti Amerika Serikat,
Perancis, Swedia, Denmark, Jerman, Belanda, dan lain-lain.
2. Aliran Sosialis
Lahirnya aliran ini tidak terlepas dari berbagai keburukan yang ditimbulkan oleh
kapitalisme. Karena itu, pada abad XIX, pertumbuhan koperasi di negara-negara barat
sangat didukung oleh kaum sosialis. Menurut aliran ini, koperasi dipandang sebagai alat
yang paling efektif untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, di samping itu
menyatukan rakyat lebih mudah melalui organisasi koperasi.
Akan tetapi dalam perkembangannya, kaum sosialis kurang berhasil
memanfaatkan koperasi bagi kepentingan mereka. Kemudian, kaum sosialis yang di
antaranya berkembang menjadi kaum komunis mengupayakan gerakan koperasi sebagai
alat sistem komunis sendiri. Koperasi dijadikan sebagai alat pemerintah dalam
menjalankan program-programnya. Dalam hal ini, otonomi koperasi menjadi hilang.
Pengaruh aliran ini banyak dijumpai di negara-negara Eropa Timur dan Rusia.
3. Aliran Persemakmuran
Aliran persemakmuran (commonwealt) memandang koperasi sebagai alat yang
efisien dan efektif dalam meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat. Koperasi sebagai
wadah ekonomi rakyat berkedudukan strategis dan memegang peranan utama dalam
struktur perekonomian masyarakat. Mereka yang menganut aliran ini berpendapat bahwa,
untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi ekonomi rakyat terutama yang berskala kecil
akan lebih mudah dilakukan apabila melalui organisasi koperasi. Menurut aliran ini,
organisasi ekonomi sistem kapitalis masih tetap dibiarkan berjalan akan tetapi tidak
menjadi sokoguru perekonomian. Koperasi berperan untuk mencapai kemakmuran
masyarakat yang adil dan merata di mana koperasi memegang peranan yang utama dalam
struktur perekonomian masyarakat.
Hubungan pemerintah dengan gerakan koperasi bersifat “kemitraan (partnership),
dimana pemerintah bertanggung jawab dan berupaya agar iklim pertumbuhan koperasi
tercipta dengan baik. Dengan demikian, pemerintah harus terus berupaya untuk
menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dan pertumbuhan koperasi ditengah-
tengah masyarakat. Kendati demikian, otomoni koperasi dalam aliran ini tetap
dipertahankan.
Secara singkat, perbedaan ketiga aliran koperasi tersebut (berdasarkan peranan
gerakan koperasi dan hubungannya dengan pemerintah) dapat ditunjukan pada tabel 1.2
Tabel 1.2 Perbedaan Aliran Koperasi
Komunisme/ Sistem ekonomi Sosialis Koperasi berperan sebagai Koperasi merupakan alat
Sosialisme sosialis alat dalam mencapai pemerintah dan menjadi bawahan
masyarakat sosialis yang pemerintah sehingga koperasi
Bercorak kolektif tidak memeiliki otonomi
Campuran Sistem ekonomi Persemakm Koperasi berperan untuk Hubungan koiperasi dengan
campuran uran mencapai kemakmuran pemerintah bersifat kemitraan
(commonw masayarakat yang adil dan (patnership). Koperasi tetap
ealth) merata dimana koperasi mempunyai otonomi dan
Memegang peranan yang Pemerintah mempunyai tanggung
utama dalam jawab untuk ikut Mengembangkan
Struktur perekonomian koperasi di tengah- tengah
masayarakat masyarakat.
Koperasi di dunia yang berkembang dewasa ini lahir pertama kali di Inggris, yaitu di kota
Rochdale pada tahun 1844. Koperasi timbul pada masa perkembangan kapitalisme sebagai akibat
revolusi industry. Pada awalnya, Koperasi Rochdale berdiri dengan usaha penyediaan barang –
barang konsumsi untuk kebutuhan sehari – hari. Akan tetapi seiring dengan terjadinya
pemupukan modal koperasi, koperasi mulai merintis untuk memproduksi sendiri barang yang
akan dijual. Kegiatan ini menimbulkan kesempatan kerja bagi anggota yang belum bekerja dan
menambah pendapatan bagi mereka yang sudah bekerja. Pada tahun 1851, koperasi tersebut
akhirnya dapat mendirikan sebuah pabrik dan mendirikan perumahan bagi anggota-anggotanya
yang belum mempunyai rumah.
The Women’s Cooperative Guild yang dibentuk pada tahun 1883, besar pengaruhnya
terhadap perkembangan gerakan koperasi, disamping memperjuangkan hak-hak kaum wanita
sebagai ibu rumah tangga, warga Negara, dan sebagai konsumen. Beberapa tahun kemudian,
koperasi memulai kegiatan di bidang pendidikan dengan menyediakan tempat membaca surat
kabar dan perpustakaan. Perpustakaan koperasi merupakan perpustakaan bebas pertama di
Inggris, sekaligus digunakan untuk tempat berbagai kursus dan pemberantasan buta huruf.
Kemudian Women Skill Guild Youth Organization membentuk sebuah pusat yaitu Cooperative
Union. Pada tahun 1919, didirikanlah Cooperative College di Manchester yang merupakan
lembaga pendidikan tinggi koperasi pertama.
Kemudian pelopor yang bernama Friedrich Wilhelm Raiffeissen (1818-1888) kepala desa
di Flemmerfeld, Weyerbush di Jerman. Raiffeissen menganjurkan, agar para petani menyatukan
diri dalam perkumpulan simpan-pinjam yang membentuk koperasi-koperasi kredit berdasarkan
solidaritas dan tanggungan tidak terbatas, yang dipikul oleh para anggota perkumpulan koperasi
tersebut, dan dibimbing berdasarkan prinsip menolong diri sendiri, mengelola diri sendiri, dan
mengawasi diri sendiri.
Dalam perjalanan sejarah, koperasi tumbuh dan berkembang ke seluruh dunia di samping
badan usaha lainnya. Setengah abad setelah pendirian Koperasi Rochdale, seiring dengan
berkembangnya koperasi di berbagai Negara, para pelopor koperasi sepakat untuk membentuk
International Cooperative Alliance (ICA-Persekutuan Koperasi Internasional) dalam Kongres
Koperasi Internasional yang pertama pda tahun 1896, di London. Dengan terbentuknya ICA,
maka koperasi telah menjadi suatu gerakan internasional.
Menurut Sukuco dalam bukunya “Seratus tahun Koperasi di Indonesia”, badan hukum
koperasi pertama di Indonesia adalah sebuah koperasi di Leuwiliang, yang didirikan pada
tanggal 16 Desember 1895.
Pada hari itu, Raden Ngabeu Ariawiriatmadja, Patih Purwokerto, bersama kawan-kawan,
telah mendirikan Bank Simpan-Pinjam untuk mendorong sejawatnya para pegawai negeri
pribumi melepaskan diri dari cengkeraman pelepas uang, yang di kala itu merajalela. Bank
Simpan-Pinjam tersebut, semacam Bank Tabungan jika dipakai istilah UU No. 14 Tahun 1967
tentang Pokok-Pokok Perbankan, diberi nama “De Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank der
Inlandsche Hoofden”. Dalam bahasa Indonesia, artinya kurang lebih sama dengan Bank Simpan
Pinjam para “priyayi” Purwokerto. Dalam bahasa Inggris (bagi generasi pasca bahasa Belanda)
sama dengan “the Purwokerto Mutual Loan and Saving bank for Native Civil Servants”. Para
pegawai (punggawa atau ambtenaar) pemerintah kolonial Belanda biasa disebut “priyayi”,
sehingga banknya disebut sebagai “bank priyayi”. Gebrakan Patih Wiriatmadja ini mendapat
dukungan penuh, Asisten Residen Purwokerto E. Sieburg, atasan sang Patih.
Tidak lama kemudian, E. Sieburg diganti oleh WPD de Wolf van Westerode yang baru
datang dari negeri Belanda, dan ingin mewujudkan cita-citanya menyediakan kredit bagi petani
melalui konsep koperasi Raiffeisen. Koperasi tersebut adalah koperasi kredit pertanian yang
dicetuskan Friedrich Wilhelm Raiffeisen, Jerman, dan dipelajari de Wolf van Westerrode selama
ia cuti di negeri itu. De Wolf van Westerrode memperluas lingkup dan jangkauan “De
Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden” sampai ke desa-desa dan
mencakup pula kredit pertanian, sehingga pada tahun 1896 berdirilah “De Poerwokertosche
Hulp, Spaar en Landbouw Creditbank” atau bank simpan Pinjam dan Kredit Pertanian
Purwokerto. Dalam pelaksanaan bank Simpan-Pinjam dan Kredit Pertanian tersebut dan
sekaligus sebagai perwujudan gagasan membangun koperasi, maka didirikanlah Lumbung-
Lumbung Desa di pedesaan Purwokerto. Lumbung Desa adalah lembaga simpan-pinjam para
petani dalam bentuk bukan uang, namun in-natura (simpan padi, pinjam uang). Maklum, satu
abad yang silam uang (tunai) teramat langka di pedesaan
Pada tahun 1915, Indonesia baru mengenal perundang-undangan koperasi, yaitu dengan
diterbitkannya “Verordening op de Cooperative vereninging”, Kononklijk besluit 7 April 1915,
Indisch Staatsblad No. 431. Peraturan tersebut tidak ada bedanya dengan Undang-Undang
Koperasi Negeri Belanda menurut Staatsblad tahun 1876 No. 277. Jadi, karena perundang-
undangan koperasi baru ada pada tahun 1915, maka pada tahun 1895 badan hukum koperasi
belum dikenal Indonesia.
Pada tahun 1920, diadakan Cooperative Commissie yang diketahui oleh Dr. JH. Boeke
sebagai Adviseur voor Volks-credietwezen. Komisi ini diberi tugas untuk menyelidiki, apakah
koperasi bermanfaat di Indonesia. Hasilnya diserahkan kepada Pemerintah pada bulan
Sepetember 1921, dengan kesimpulan bahwa koperasi dibutuhkan untuk memperbaiki
perekonomian rakyat.
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan lingkungan strategis, maka pada tahun
1927 dikeluarkanlah Regeling Inlandsche Cooperative Vereenigingen (sebuah peraturan tetang
Koperasi yang khusus berlaku bagi golongan bumi putra). Untuk menggiatkan pergerakan
koperasi yang diatur menurut Peraturan Koperasi 1927,
Pada akhir tahun 1930 didirikanlah Jawatan koperasi. Jawatan koperasi waktu itu
dipimpin oleh Prof. J.H. Boeke. Sejak lahirnya, Jawatan Koperasi (1930-1934) masuk dalam
lingkungan Departemen Jawatan Koperasi (1930-1934) masuk dalam lingkungan Departemen
BB (Departemen Dalam Negeri). Kemudian pada tahun 1935, Jawatan Koperasi dipindahkan ke
Departemen EZ. (Departemen Kehakiman).
Tahun-tahun selanjutnya diusahakan perkembangan koperasi oleh para pakar dan politik
nasional. Di zaman pendudukan Jepang (1942-1945) usaha-usaha koperasi di koordinasikan /di
pusatkan dalam badan-badan koperasi tersebut ”kumiai” yang berfungsi sebagai pengumpul
barang-barang logistik untuk kepentingan perang. Tujuan kumiai tersebut bertentangan dengan
kepentingan ekonomi masyarakat. Fungsi koperasi hanya sebagai alat untuk mendistribusikan
bahan-bahan kebutuhan pokok, untuk kepentingan perang jepang, bukan untuk kepentingan
rakyat Indonesia.
Pada tanggal 12 Juli 1947, diselenggarakan kongres gerakan koperasi se-Jawa yang
pertama di Tasikmalaya. Dalam kongres tersebut, diputuskan terbentuknya Sentral Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia yang disingkat SOKRI, menjadikan tanggal 12 Juli sebagai Hari
Koperasi, serta dianjurkan diadakaannya pendidikan koperasi di kalangan pengurus, pegawai dan
masyarakat.
Pada tahun 1949, peraturan koperasi tahun 1933 diubah dengan Regeling Cooperative
Verenegingen 1949. Tetapi, perubahan itu tidak disertai dengan pencabutan, yang berlaku bagi
semua golongan rakyat, sehingga pada tahun 1949, di Indonesia terdapat dualisme peraturan.
Pada tahun 1953, Gerakan Koperasi Indonesia mengadakan kongres kedua, dimana salah
satu keputusannya adalah menetapkan Bapak M. Hatta sebagai bapak koperasi Indonesia.
Pada tahun 1958, pemerintah mengekuarkan UU Koperasi No. 79 Tahun 1958. UU ini
dibuat berdasarkan UUD Sementara 1950 pasal 38, dimana isinya sama dengan ketentuan pasal
33 UUD 1945. Setelah dikeluarkan UU tersebut, maka peraturan koperasi tahun 1933 dan tahun
1949 dinyatakan batal. Akhirnya, dengan dikeluarkan UU Koperasi No. 79 Tahun 1958 yang
berdasarkan UUD Sementara 1950 pasal 50, koperasi semakin maju dan berkembang dimana-
dimana.
Pada tahun 1960, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 140 tentang
Penyaluran Bahan Pokok dan menugaskan koperasi sebagai pelaksananya. Kemudian pada tahun
1961, diselenggarakan Musawarah Nasional Koperasi I (Munaskop I) di Surabaya untuk
melaksanakan prinsip Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin. Sejak saat itu, langkah-
langkah mempolitikkan koperasi mulai tampak.
Pada tahun 1965, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1965, dimana
prinsip NASAKOM diterapkan pada koperasi. Pada tahun itu juga dilaksanakan Munaskop II di
Jakarta, yang merupakan pengambilalihan koperasi oleh kekuatan-kekuatan politik sebagai
pelaksanaan UU baru. Perlu diketahui bahwa, pada tahun yang sama pula terjadi pemberontakan
Gerakan Tiga Puluh September yang digerakkan Partai Komunis Indonesia (G 30 S PKI), yang
berpengaruh besar terhadap perkembangan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA