Anda di halaman 1dari 21

KD : 3.

18 Mengevaluasi tata cara perawatan jenazah


1. Memandikan jenazah
Memandikan artinya membersihkan dan mensucikan jenazah dari kotoran dan najis
yang menempel padanya. Jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki dan jenazah
perempuan dimandikan oleh perempuan, kecuali bagi mahram atau suami terhadap
istri, dan sebaliknya itu boleh. Apabila di suatu daerah ada laki-laki atau perempuan
yang meninggal dan di daerah itu tidak ada satupun laki-laki atau perempuan selain
yang mati tersebut, maka tidak perlu dimandikan, tetapi cukup ditayamumkan saja.

Orang yang paling berhak memandikan jenazah adalah suami/istri dari mayat
tersebut, baru kemudian karib kerabatyang lebih dekat hubungan keluarganya. Hal
ini berkaitan dengan aib si mayat agar jangan sampai sepeninggalnya terjadi fitnah.

Adapun syarat-syarat jenazah yang wajib dimandikan adalah:


a. Jenazahnya beragama Islam.
b. Didapati anggota tubuhnya walaupun sedikit.
c. Matinya bukan mati syahid.

Tata cara memandikan jenazah adalah sebagai berikut:


a. Dimulai dengan menyiram anggota badan sebelah kanan, kemudian mewudlukan
lalu menyiram anggota badan sebelah kiri.

b. Menyiram dari arah kepala sampai kaki hingga membasahi seluruh badannya
dengan air sabun sebanyak tiga sampai tujuh kali agar benar-benar bersih.

Pembilasan yang terakhir disunatkan menggunakan air yang dicampur dengan wangi-
wangian (bunga atau kapur barus).

2. Mengkafani jenazah
Mengkafani artinya membungkus atau menutupi jenazah dengan kain yang dapat
menutup seluruh tubuhnya. Kain kafan yang paling baik menurut Nabi ialah
berwarna putih. Nabi bersabda:
“Dari Ibnu Abbas RA. Bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: “Pakailah di antara
kainmu yang putih, sesungguhnya kain putih itu adalah sebaik-baik kain dan
kafanilah mayatmu itu dengan kain putih.”” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)

Jika memang tidak ada kain putih, maka boleh dengan menggunakan kain apa saja
asal dapat menutup seluruh tubuh. cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:
a. Kain kafan dihamparkan di atas tikar yang bersih.
b. Letakkan jenazah dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan yang kiri,
seperti posisi bersedekap dalam salat.
c. Bagian tubuh, seperti kemaluan, dubur, mulut, hidung, mata, dan telinga ditutup
dengan kapas.
d. Taburi tubuh jenazah dengan wangi-wangian.
e. Sehelai demi sehelai kain kafan dibungkuskan ke tubuh jenazah dengan
mendahulukan sebelah kiri dari yang kanan.
f. Diikat dengan tali yang terbuat dari potongan kain kafan pada bagian kepala, dada,
perut, lutut dan kaki.

3. Shalat jenazah
Shalat jenazah dimaksudkan sebagai doa atau permohonan dan permintaan ampun
dosa atas diri si mayat. Dasar hukum menshalatkan jenazah sebagaimana sabda
Rasulullah Saw:

“Shalatkanlah orang-orang yang meninggal dunia antara kamu” (H.R. Ibnu Majah).

Tata cara menshalatkan jenazah sebagai berikut:


a. Imam berdiri didekat kepala bagi mayat laki-laki dan berdiri di tengah badannya
bagi mayat perempuan.
b. Makmum membuat saf di belakang imam. Jumlah saf yang paling utama menurut
Nabi adalah tiga baris, apabila memungkinkan. Niat disertai dengan takbir yang
pertama, lalu membaca surah Al-Fatihah.
c. Takbir kedua lalu membaca salawat kepada Nabi.
d. Takbir ketiga, lalu berdoa untuk mayat dan keluarganya.
e. Takbir keempat, lalu membaca doa.
f. Salam.
4. Mengubur jenazah
Cara penguburan jenazah adalah sebagai berikut :
a. Jenazah dimasukkan kedalam lubang lahat yang telah disediakan sambil membaca
doa: “Bismillahi Wa’ala Millati Rasuulillah”
b. Semua pengikat/tali dilepaskan sehingga pipi jenazah dapat menyentuh tanah.
c. Jenazah dibaringkan di atas lambung kanannya menghadap kiblat.
d. Menimbun jenazah dengan tanah galian hingga rapat.
e. Mendoakan jenazah.

3.19 Menganalisis pelaksanaan khutbah, tablig, dan dakwah


A. Khotbah 
Khotbah berasal dari kata khataba, yakhtubu, khutbatan yang berarti ceramah
atau pidato. Khotbah Jum’at ialah bentuk ceramah yang berisi nasehat dan wasiat
keagamaan yang disampaikan kepada jamaah yang diikat oleh syarat dan rukun.
Khutbah jumat punya syarat dan rukun yang tidak boleh ditinggalkan, sebab
terkait erat dengan sah atau tidaknya sebuah ibadah mahdhah. Orang yang
menyampaikan khotbah disebut dengan khotib.

Syarat Khotbah 
1. a) Syarat khotbah yaitu suatu hal yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan
khotbah jum’at. Adapun syarat dua khotbah yaitu :
2. b) Dimulai sesudah masuk waktu dhuhur.
3. c) Khotib hendaknya berdiri jika mampu.
4. d) Khotib hendaklah duduk sebentar antara khotbah satu dan khotbah kedua.
5. e) Suara khotib harus dapat didengar jamaah.
6. f) Khotib harus suci dari hadats dan najis.
7. g) Khotib harus menutup aurotnya.
8. h) Tertib.
 

Rukun Khotbah 
Rukun khotbah ialah suatu hal yang harus dikerjakan ketika melaksanakan
khotbah jum’at. Adapun rukun dua khotbah adalah sebagai berikut :

1. Membaca puji-pujian (hamdalah).


2. Membaca syahadatain.
3. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.
4. Berwasiat tentang taqwa.
5. Membaca ayat Al-Qur’an dalam salah satu khotbah.
6. Mendoakan kaum muslimin pada khotbah kedua.
 
Sunat Khotbah 
Sunat khotbah yaitu suatu hal yang sebaiknya dilaksanakan dalam khotbah
jum’at. Adapun sunat khotbah adalah :

a  Khotbah disampaikan diatas tempat yang lebih tinggi.

b Khotib menyampaikan khotbah dengan kalimat yang jelas, sistematis dan tidak
terlalu panjang.

c  Khotib hendaklah menghadap kearah jama’ah.

d  Khotib hendaklah memberi salam pada awal khotbah.

e  Khotib duduk sebentar sesudah memberi salam.

f  Khotib membaca surat Al-Ikhlas ketika duduk antara dua khotbah.

g Khotib menertibkan tiga rukun khotbah yaitu, puji-pujian, sholawat Nabi saw,
dan wasiat taqwa’.

h Jama’ah hendaklah memperhatikan khotbah. Rasulullah saw Praktik Berkhotbah


Dalam praktek berkhotbah hendaklah diperhatikan syarat dan rukun khotbah.

Fungsi Khotbah 
Fungsi khotbah jum’at antara lain: Untuk mengingatkan kaum muslimin agar
meningkatkan iman dan taqwa, meningkatkan amal sholeh, memperbaiki akhlaq,
dorongan menuntut ilmu, mempererat ukhuwah islamiyah dan lain-lainnya.

B. TABLIGH 
Tabligh berasal dari kata ballagha, yuballighu tablighon yang berarti
menyampaikan. Menurut istilah tabligh adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam
kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman agar memperoleh kebahagiaan
dunia dan akherat. Di dalam tabligh, yang menjadi inti masalah adalah bagaimana
agar sebuah informasi tentang agama Islam bisa sampai kepada objek dakwah.
Tapi tidak ada tuntutan lebih jauh untuk mendalami suatu masalah itu .

C. Dakwah 
Kata da’wah merupakan masdar (kata dasar) dari kata kerja da’aa yad’uu yang
berarti seruan, panggilan, ajakan. Menurut istilah dakwah ialah setiap kegiatan
yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang atau kelompok orang
untuk beriman kepada Allah swt, sesuai dengan ajaran aqidah (keyakinan),
syari’ah (hukum) dan akhlak Islam.

Adapun metode berdakwah menurut Q.S. An-Nahl : 125 adalah dengan cara :

Ø Bilhikmah (kebijaksanaan) artinya dengan cara yang jelas dan tegas sehingga


dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil.
Ø Mauidhah hasanah artinya berdakwah dengan nasehat yang baik maksudnya
dengan menyenangkan hati, tidak menyakitkan dan tidak memaksakan tetapi
dengan cara persuasif yaitu memberikan kesempatan kepada orang untuk berfikir
dan menentukan sendiri.
Ø Mujadalah (diskusi) ialah berdakwah dengan saling tukar fikiran dan informasi.
Cara ini biasanya dilakukan kepada orang yang mempunyai kemampuan berfikir
logis dan kritis.

3.20 Menganalisis Prinsip-prinsip dan Praktik Ekonomi dalam


Islam
Pengertian prinsip dan praktik ekonomi Islam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
prinsip dan aturan-aturan syariat Islam yang harus dipatuhi dalam praktik kegiatan ekonomi.
Mulai dari transaksi jual-beli, tukar-menukar barang, hingga persoalan hutang-piutang.

Segala hal yang berkaitan dengan proses transaksi tersebut diatur sedemikian rupa agar
pelaksaannya tidak melanggar peraturan Islam sehingga tidak terjerumus dalam praktik riba.
Dalam praktiknya, prinsip dan praktik ekonomi Islam sangat mengandalkan yang namanya akad.
Akad menjadi kunci dan fokus utama yang menentukan apakah transaksi yang dilakukan sudah
sesuai syariat Islam atau belum. Jika terbukti ada pelanggaran dari segi akad dalam transaksi
tersebut maka bisa jadi transaksi yang dilakukan mengandung unsur riba sehingga haram
dilakukan.

Untuk lebih memahami megnenai ekonomi Islam, Grameds dapat menjadikan buku Pengantar
Ekonomi Islam sebagai referensi yang membahas mengenai awal kemunculan dari Ilmu.

Islam mengatur seluruh urusan dalam kehidupan kaum muslim, termasuk juga pada masalah
ekonomi. Ada cara jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, dan juga utang piutang yang
semuanya termasuk dalam kegiatan perekonomian yang diatur dalam Islam. Tujuannya tentu
agar kehidupan masyarakat menjadi tertib dan baik, menjaga hubungan satu sama lain tetap
rukun, dan menjaga ketertiban pasar dan perbankan tetap aman. Semua diatur oleh Islam
karena manusia dan sifat tamaknya mampu berbuat semaunya sendiri, serakah dan
mementingkan diri sendiri, juga mengambil hak orang lain. Jika sudah begitu, masyarakat akan
tak tenang, gelisah dan resah dalam menjalankan perekonomiannya. Hukum yang mengatur
hubungan antar sesama manusia ini disebut mu’amalah. Dalam bermu’amalah, Islam mengatur
agar tatanan kehidupan berjalan dengan baik dan saling menguntungkan.

Pengertian Mu’amalah Mengutip buku Pendidikan Agama Islam kelas XI, mu’amalah artinya
hal-hal yang termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dan sebagainya). Berbeda
dengan pengertian dalam fikih, mu’amalah bermakna tukar menukar barang atau sesuatu yang
memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, upah-
mengupah, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.

Ada beberapa transaksi yang dilarang dalam Islam, yaitu tidak boleh:

- Memakai cara yang batil

- Melakukan kegiatan riba

- Melakukan dengan cara

- zalim/aniaya
- Mengurangi takaran,timbangan, kualitas dan kehalalan

- Dengan cara judi atau spekulasi

- Transaksi jual beli barang haram.

Macam-macam mu’amalah

1. Jual beli

Melakukan jual beli secara halal dibenarkan, dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wata’ala:

“... dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. Al-Baqarah: 275).

Melakukan jual beli dengan cara utang pun dianjurkan untuk melakukan pencatatan serta ada
saksi, agar tidak terjadi penyelewengan di kemudian hari. Hal itu ada dalam Q.S Al Baqarah ayat
282 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak
mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu)...”.

A. Syarat Jual beli,

1. Pembeli dan penjual harus: balig, berakal sehat, atas kemauan sendiri

2. Uang dan barang harus:

- halal dan suci (arak, babi, berhala dilarang)


- bermanfaat. Jika membeli barang yang tak bermanfaat maka sama
dengan mubazir. Mubazir adalah hal yang dilarang seperti dalam QS
Surat Al-Isra’ ayat 27 yang artinya:

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al Isra’/17:27).

* barang bisa diserahterimakan. Tidak sah menjual barang yang belum ada misalnya ikan
yang ada di laut atau barang yang sudah jadi jaminan.

* kondisi barang diketahui penjual dan pembeli. Kekurangan barang diberitahukan.

* milik sendiri. Hal itu berdasarkan hadist Rasulullah “Tak sah jual beli melainkan atas bara

3. Ijab qobul

Melakukan ijab qobul atau serah terima dengan pernyataan penjual “Saya jual barang
ini dengan harga...” dan pembeli “Baiklah saya beli.” Hal itu seperti hadist Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka,” (HR. Ibnu Hibban).

B. Khiyar

Khiyar adalah bebas memutuskan meneruskan jual beli atau tidak. Jika suka maka kedua
penjual dan peembeli boleh meneruskan transaksi. Jika tidak sepakat dengan harga maka
keduanya boleh menghentikan transaksi.

1. Macam khiyar

-Khiyar majelis: penjual dan pembeli masih di tempat transaksi.


-Khiyar syarat: adanya syarat dalam jual beli, misalnya penjual memberi batas waktu 3 hari
pada pembeli untuk memutuskan jadi membeli atau tidak. Dalam waktu tersebut penjual tidak
akan menjual pada orang lain (3 hari adalah masa khiyar).

-Khiyar aibi (cacat): jika barang cacat maka peembeli boleh mengembalikannya ke penjual.

C. Riba
Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Apapun bentuknya, riba
hukumnya haram. Dalam sebuah hadis disebutkan: “Rasulullah mengutuk orang yang
mengambil riba, orang yang mewakilkan, orang yang mencatat, dan orang yang
menyaksikannya,” (HR. Muslim). Agar terhindar dari riba maka jika melakukan jual beli barang
sejenis seperti emas dengan emas atau perak dengan perak syaratnya:

-sama timbangan ukurannya;

-dilakukan serah terima saat itu juga,

- secara tunai.

Macam macam riba:

*Riba fadli: adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya. Misal cincin 2
gram dengan cincin 3 gram. Nilai kelebihannya itu adalah riba.

*Riba qordi: pinjam meminjam dengan syarat memberi kelebihan saat mengembalikan.
*Riba yadi: akad jual beli barang sejenis dan sama timbangannya tapi penjual dan pembeli
berpisah sebelum transaksi serah terima. Misal jual ubi tapi ubinya masih di pohon. Tidak
diserah terimakan.

*Riba nasi’ah: adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu kemudian.
Misal mangga masih kecil di pohon sudah dibeli, akan diambil jika sudah besar.

2. Utang Piutang

Utang piutang adalah menyerahkan harta dan benda pada orang lain dengan perjanjian akan
dikembalikan di masa depan.

Harta dan benda tersebut tidak berubah keadaannya saat dikembalikan. Misal utang 100 perak
harus dikembalikan 100 perak juga.

Rukun utang piutang ada 3 yakni seperti dilansir laman Sumber Belajar:

- Ada yang berpiutang dan yang berutang

- Ada harta atau barang

- Ada lafaz kesepakatan. Contoh: “Saya utangkan 100 perak kepadamu,”


lalu yang berutang menjawab “Ya, saya utang dulu, dua hari lagi saya
bayar atau jika sudah punya saya lunasi.”

Proses utang piutang sebaiknya dicatatkan dan ada saksinya. Jika yang berutang kesulitan
membayar maka berikan tenggang waktu sampai ia mendapat rejeki. Allah berfirman:

“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia
memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui..” (Q.S. al-Baqarah/2: 280).
Jika dalam pengembalian itu yang berhutang memberi kelebihan tanpa diminta, maka
kelebihan itu halal bagi pemberi hutang diterima. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling
baik di antara kamu ialah orang yang dapat membayar utangnya dengan yang lebih baik,” (HR.
Ahmad dan Tirmidzi).

3. Sewa menyewa

Secara fikih, sewa menyewa disebut juga ijarah. Ijarah adalah imbalan yang harus diterima oleh
seseorang atas jasa berupa penyediaan tenaga, pikiran, biaya, atau hewan yang diberikannya.

Firman Allah SWT:

“...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut...” (QS. Al-Baqarah: 233)

Juga dalam firman QS At-Talaq ayat 6 yang artinya:

“...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah imbalannya kepada


mereka...”.

Syarat dan rukun sewa menyewa

-Yang menyewa dan memberi sewa harus sudah balig dan berakal sehat.

-Dengan kemauan masing-masing, tidak dipaksa.

-Benda atau tempat itu sepenuhnya hak yang menyewakan.

- Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.

-Manfaat dari benda yang disewakan harus diketahui jelas kedua pihak. Misal sewa rumah,
nanti akan ditinggali atau dibuat usaha sehingga pemilik akan memikirkan risiko kerusakan.

-Berapa lamanya harus jelas. Misal sewa rumah 1 tahun.


-Harga dan cara pembayaran ditentukan di awal dan disepakati.

-Untuk kontrak tenaga kerja, diberitahu jenis pekerjaan, jam kerja, masa kerja, gaji, sistem
pembayaran, tunjangan.

Syirkah (perseroan)

Syirkah maknanya mencampur dua bagian atau lebih hingga tak bisa dibedakan lagi. Menurut
istilah, syirkah adalah akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha
dengan tujuan mendapat untung.

Rukun dan syarat syirkah:

-Pihak yang berakad (‘akidah) harus memiliki kecakapan dalam pengelolaan harta.

-Objek akad (ma’qud ‘alaihi) mencakup pekerjaan atau modal yang halal.

-Akad (sighat) syarat sahnya akad adalah harus berupa tasarruf yaitu ada aktivitas pengelolaan.

Macam-macam syirkah

*Syirkah ‘Inan: Ada syarat kesamaan profesi atau keahlian pada dua pihak mitra usaha.
Modalnya disyaratkan berupa uang. Keuntungan disepakati misalnya 50 : 50 dan jika rugi, maka
kerugian juga ditanggung 50 : 50 oleh masing-masing mitra usaha.
*Syirkah ‘Abdan: Tidak ada syarat kesamaan profesi antar mitra usaha, misal tukang kayu dan
tukang batu bermitra membangun rumah. Pembagian keuntungan misalnya 60 : 40 yang
disepakati bersama kedua mitra. Pekerjaan harus halal.

*Syirkah wujuh: adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau
keahlian (wujuh) seseorang. Hakikatnya termasuk dalam syrikah ‘abdan. Misal A dan B adalah
tokoh dan dipercaya oleh pedagang. A dan B menyuruh pedagang membeli barang, lalu barang
dijual oleh A dan B dengan keuntungan 50 : 50. Modal dikembalikan pada pedagang dan
keuntungan dibagi dengan A dan B.

*Syirkah muwafadah: menggabungkan semua jenis syrikah di atas. Misal: A adalah pemodal,
memberi modal pada B dan C. Lalu B dan C juga ikut menanam modal membeli barang secara
kredit. Awalnya syirkah ‘abdan, lalu berubah jadi syirkah wujuh karena berdasar pada
ketokohan. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, jika rugi juga ditanggung sesuai jenis
syirkahnya yakni sebesar prosentase modal.

*Mudarabah: adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak. Pihak pertama menyediakan
modal (shahibul mal) pihak lain jadi pengelola (mudarrib). Keuntungan usaha mudarabah dibagi
menurut kesepakatan dalam kontrak perjanjian. Sementara kerugian ditanggung pemilik modal,
jika kesalahan bukan karena pengelola. Mudarabah dibagi dua yaitu: Mudarabah mutlaqah:
bentuk kerja sama antara pemilik modal dan pengelola yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Mudarabah muqayyadah: yaitu
usaha yang akan dijalankan dengan dibatasi oleh jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.

*Musaqah: kerja sama antara pemilik kebun dan petani, pemilik menyerahkan urusan semua
pada petani, keuntungan ditentukan diawal akad.

*Muzara’ah dan mukhabarah. Muzara’ah adalah kerja sama bidang pertanian antara pemilik
lahan dan petani, namun bibit disediakan petani. Sementara mukhabarah, bibit berasal dari
pemilik lahan.

Perbankan

Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan disalurkan
dalam bentuk pinjaman dengan sistem bunga. Dilihat dari penerapan bunganya, bank dibagi
dua:
Bank Konvensional: adalah bank yang menghimpun dana untuk disalurkan kepada perorangan
maupun badan usaha, guna mengembangkan usahanya dengan menggunakan sistem bunga.

Bank Islam atau Bank syariah: adalah bank yang menjalankan operasinya menurut syariat
Islam. Istilah bunga tidak ada dalam bank Islam karena bank syariah memakai cara yang bersih
dari riba, misalnya mudarabah, musyarakah, wadi’ah, qardul hasan.

- Mudarabah adalah: kerja sama pemilik modal dan pengusaha dengan


perjanjian bagi hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai
perjanjian.

- Musyarakah adalah: kerja sama antara pihak bank dan pengusaha di mana
masing-masing memiliki saham. Jadi, kedua belah pihak mengelola usaha
bersama-sama dan untung ruginya bersama-sama pula.

- Wadi’ah adalah: jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga
kepada bank. Bank punya hak untuk menggunakan dana yang dititipkan dan
menjamin bisa mengembalikan dana tersebut sewaktu-waktu.

- Qardul hasan adalah: pembiayaan lunak pada nasabah dalam keadaan


darurat. Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan simpanan pokok pada saat jatuh
tempo. Biasanya ini hanya diberikan untuk nasabah yang memiliki deposito di
bank itu.

- Murabahah adalah: suatu jenis penjualan yang penjual sepakat dengan


pembeli untuk menyediakan produk, dengan ditambah jumlah keuntungan
tertentu di atas biaya produksi. Jadi bank membelikan barang untuk nasabah
dengan tambahan keuntungan.

Asuransi syariah

Asal kata asuransi adalah ‘assurantie’ yang diambil dari bahasa Belanda bermakna
‘pertanggungan’. Dalam bahasa Arab dikenal At Ta’min yang artinya pertanggungan,
perlindungan, keamanan, ketenangan atau bebas dari rasa takut. Asuransi adalah bagian dari
mu’amalah yang hukum fiqhnya dibolehkan (jaiz) dengan syarat sesuai hukum Islam. Memiliki
asuransi bisa disebut sebagai upaya yang didasarkan nilai tauhid bahwa sesungguhnya setiap
jiwa tidak memiliki daya apa pun ketika menerima musibah dari Allah Swt. Musibah bisa berupa
kematian, kecelakaan, bencana alam maupun lainnya. Untuk menghadapi musibah, ada 3 cara
yakni menanggungnya sendiri, kedua mengalihkan risiko ke pihak lain. Ketiga, mengelolanya
bersama-sama. Musibah menurut Islam bukan hanya masalah individu melainkan juga masalah
kelompok dimana individu tinggal. Dalam firman Allah Swt dalam QS Al Ma’idah 5 : 2 yang
artinya:

“... dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...”

Beda asuransi syariah dan asuransi konvensional

Pada asuransi konvensional, orang membayar premi untuk mengalihkan risiko yang
tidak mampu dia pikul kepada perusahaan asuransi atau ‘jual-beli’ atas resiko kerugian. Ada
mekanisme dana hangus, sehingga peserta tak bisa menarik lagi premi jika ingin keluar dari
keanggotaan sebelum jatuh tempo. Pada asuransi syariah, mekanismenya tidak mengenal dana
hangus. Jika peserta ingin menarik dana premi maka bisa dilakukan.

3.21 Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Keemasan Bani Umayyah

Setelah masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir, maka pemerintahn umat Islam
dilanjtkan oleh Daulah Bani Umayyah. Bani Umayyah adalah salah satu kabilah dalam struktur
masyarakat Arab Quraisy yang berasal dari keturunan dari Umayyah bin Abi Syams bin Abdi
Manaf. Pada Daulah Bani Umayyah dipimpin oleh raja-raja yang berasal dari Bani Umayyah itu
sendiri.

Setelah masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin yang terakhir yaitu masa pemerintahan Ali bin
Abi Thalib wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putra dari Ali bin Abi Thalib yaitu Hasan bin Ali.
Tetapi selama masa pemeritahan yang dipegang oleh Hasan bin Ali tidak bertahan lama hanya
bertahan beberapa bulan saja. Muawiyah pun berusaha untuk mengambil tahkta dari Hasan bin
Ali, dan Muawiyah melakukan beberapa upaya strategi yang cukup efektif demi bisa
mewujudkan keinginannya dalam mendirikan daulah Bani Umayyah agar posisi dan dukungan
terhadap Muawiyah semakin kuat, diantara strategi Bani Umayyah antara lain yaitu:

1. Mengadu domba kabilah-kabilah yang menjadi lawan politiknya.

2. Menumbuhkan fanatisme Arab.

3. Politasi pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan dengan meminta pertanggungjawaban


khalifah untuk segera menghukum orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan tersebut. Jika
Tidak, maka khalifah dianggap berada di pihak pembunuhan tersebut.

4. Membangun kekuatan militer di Damaskus yang hanya tunduk pada perintahnya, serta
dibentuk juga tentara bayaran dari penduduk asli Damaskus dan para imigran Arab.

5. Mengadakan perjanjian dan ajakan perdamaian yang dibuat Muawiyah untuk mencari jalan
yang terbaik guna menyusun langkah-langkah berikutnya.

Dari beberapa upaya tersebut yang dilakukan oleh Muawiyah ternyata mampu mengalahkan
kekuatan dari Hasan bin Ali serta mampu memposisikan dirinya sebagai khalifah. Hasan bin Ali
pun menyerahkan semua kepemimpinannya kepada Muawiyah. Peristiwa penyerahan
kepemimpinan takhta dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah itu dikenal dengan istilah 'Amul
Jama'ah. atau tahun  bersatunya umat islam. Tetapi Hasan bin Ali mengajukan beberapa syarat
kepada Muawiyah yang harus dipenuhi sebelum penyerahan takhta tersebut:

1. Muawiyah dimohon menjaga nama baik Ali bin Abi Thalib dan keluarganya.

2. Muawiyah diminta menjaga keselamatan Hasan dan keluarganya.


3. Bila Muawiyah wafat, kekhalifahan harus diserahkan kepada kaum Muslimin.

4. Pajak tanah di negara Ahwaz diserahkan kepada Hasan setiap tahun dan Muawiyah
diwajibkan menyerahkan uang sebesar 2 juta dirham kepada Husein, adik Hasan.

Pada tahun 41 H/ 661 M tepatnya pada bulan Rabiul Akhir Muawiyah menerima persyaratan
yang diajukan oleh Hasan bin Ali dan sejak itu Muawiyah telah resmi untuk mengendalikan
pemerintahan tersebut kemudian Muawiyah memindahkan pusat pemrintahan dari Madinah
ke Damaskus (Suriah). Selama masa kepemimpinan Muawiyah telah terjadi perubahan di dalam
sistem pemerintahan, yaitu dari sistem musyawarah islami menjadi sistem monarki (kerajaan).

Pada organisasi negara di masa Daulah Bani Umayyah terdir atas lima bidang yang dimana
organisasi negara di masa Umayyah masih sama seperti masa permulaan Islam, diantanya yaitu:

1. An-Nizamus Siyasi (Organisasi Politik)

Pada organisasi politik ini sudah mengalami beberapa perubahan dibandingkan pada masa
permualan Islam yaitu:

a. Penguasa

Terdapat perubahan sistem pemerintahannya, yang dulu menggunakan sistem demokrasi


berubah menjadi sistem monarki.

b. Al-Hijabah

Al-Hijabah adalah dewan urusan pengawalan keselamatan khalifah. Fungsi Al-Hijabah itu sendiri
dibentuk dikarenakan takut akan terulangnya kembali peristiwa pembunuhan bermotif politik
yang telah terjadi di khalifah yang sebelumnya.

c. Al-Kitabah

Al-Kitabah yaitu Dewan Sekretariat yang bertugas mengurusi urusan pemerintahan. Terdapat 5
orang sekretaris yang telah ditetapkan antara lain yaitu:

1) Katib ar-Rasail (Sekretaris Urusan Persuratan)


2) Katib al-Kharraj (Sekretaris Urusan Pajak atau Keuangan)

3) Katib asy-Syurtah (Sekretaris Urusan Kepolisian)

4) Katib al-Qadi (Sekretaris Urusan Kehakiman

5) Katib al-Jund (Sekretaris Tentara)

2. An- Nizamul Idari (Organisasi Tata Usaha Negara)

Daerah-daerah Islam merupakan peninggalan dari daerah Persia dan Romawi, Pada masa
Daulah Bani Umayyah ini administrasi pemerintahannya masih sama seperti dari peninggalan
daerah Persia dan Romawi dahulu, hanya terdapat beberapa perubahan kecil dinataranya yaitu:

a. Ad-Dawawin (dewan-dewan)

Terdapat empat dewan dalam mengurus tata usaha pemerintahan yaitu:

1) Diwan al-Kharraj (sekretaris urusan pajak atau keuangan)

2) Diwan al-Mustagilat al-Mutanawwi'ah (administrasi umum)

3) Diwan al-Rasa'il (surat menyurat)

dan mengurus surat-surat lamaran raja)

b. Barid (organisasi pos)

c. Syurtah (kepolisian)

4) Diwan al-Khatim (menyiarkan, menstempel

d. Al-Imarah 'alal Buldan


3. An-Nizamul Harbi (Organisasi Pertahanan)

Organisasi pertahanan pada masa Daulah Bani Umayyah hampir sama dengan masa Khulafaur
Rasyidin bedanya kalau pada organisasi pertahanan di masa Khulafaur Rasyidin itu tentara islam
adalah tentara sukarela sedangkan pada masa Daulah Bani Umayyah saat itu orang yang masuk
tentara tersebut karena terpaksa.

4. An-Nizamul Mail (Organisasi Keuangan)

Tugas Organisasi Keuangan disini yaitu mengurusi sumber uang yang masuk pada masa Daulah
Umayyah.

5. An-Nizamul Qadar (Organisasi Kehakiman)

Kekuasaan kehakiman di masa Daulah Umayyah ini terbagi menjadi 3 badan, antara lain yaitu:

a. Al-Qada

b. Al-Hisbah

c. An-Nazar fil Mazalim

6. An-Nazar fil Ma

yang ada di bawahnya serta mengadili para hakim dan para pembesar tinggi yang bersalah.
zalim

An-Nazal fil Mazalim adalah pengadilan tertinggi, yang diamana bertugas untuk menerima
banding dari pengadilan
perkembangan Islam pada periode modern.

Dengan adanya penyimpangan-penyimpangan tersebut mendorong munculnya  para


penggagas  dan pembaharu Muslim yang berusaha menyadarkan  terhadap
penyimpangan penyimpangan yang telah di lakukan  agar kembali jalan yang di
ridhoi  Allah SWT. Tokoh-tokoh tersebut antara lain :

1. Muhammad bin Abdul Wahap

       Beliau lahir di Nejd(arab Saudi) pada tahun 1115 H (1703 M) dan wafat di Daryah
tahun 1201H (1787 M) beliau seorang ulama besar yang produktif terbukti  dengan
karangan bukunta tentang islam. Diantaranya bukunya berjudul “kitab At tauhid“.

2. Rifa’ah Badawi Rafi At Tahtawi atau At Tahw

        Lahir di Tahta tahun 1801 M. Pemikirannya tentang ajaran islam adalah antara
lain menyeru kepada umat islam agar hidup di dunia tidak hanya memikirkan
kehidupan akhirat saja ,tetapi harus juga memikirkan kehidupan dunia, agar umat
islam tidak dijajah oleh bangsa lain.

3.Jamaludin Al Afghani

  Lahir di Afganistan tahun 1839M. Wafat di Istambul Turki tahun 1897 M.


Pembaharuan pemikiran yang di munculkan ,antara lain mengajak umat islam
kembali  kepada ajaran yang murni ,mengajak  para  kaum wanita untuk bisa meraih
kemajuan dan bekerja sama dengan kaum laki-laki ,kepemimpinan otokrasi dirubah
menjadi Demokrasi,Artinya islam menghendaki pemerintahan republik yang di
dalamnya  terdapat kebebasan mengemukakan pendapat dan Negara wajib tunduk 
kepada undang-undang, dan Plan Islamisme  yaitu persatuan dan kesatuan umat
islam harus ada karena hal tersebut di atas segalanya.
3.22 menganalisis perkembangan islam pada masa modern 1800-sekarang

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT, kepada Nabinya Muhammad
SAW sebagai rasul terakir yang menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga
akhir zaman.
3 tokoh pembaharuan islam pada masa modern:

1. Muhammad bin Abdul Wahab


2. Muhammad Ali Pasya
3. Al -Tahtawi

Pembahasan
Penjelasan 3 tokoh pembaharuan islam pada masa modern disertai dengan
pemikirannya:

1. 1Muhammad bin Abdul Wahab adalah musafir yang belajar ke berbagai negeri


seperti Basrah, Bagdad, Kurdistan, Hamadan untuk mencari pengetahuan seperti
filsafat dan tasauf. Pemikiranya antara lain tahuid, dan mendukung sistem
pendidikan diubah dengan sistem yang dinamis dan kreatif, Syirik dibersihkan.
2. Muhammad Ali Pasya adalah keturunan turki yang menjadi penguasa di mesir pada
waktu itu. Pemikiran-pemikiranya antara lain membangun kekuatan militer untuk
muslim yang kuat, meningkatkan pendidikan muslim.
3. Al -Tahtawi adalah orang yang lahir di Tahta 1801, banyak mencari pengetahuan
sampai belajar ke Al-azhar kairo. Pemikiran-pemikiranya antara lain pentingnya
kemajuan ekonomi, dari pertanian karena dikelola dalam negara yang
mengakibatkan kesejahteraan ekonomi. Mengajarkan patriotisme untuk
membangun masyarakat yang memiliki perdaban.

Anda mungkin juga menyukai