A. PENYELENGGARAAN JENAZAH
Penyelenggaraan jenazah merupakan suatu kegiatan yang wajib yang harus dilakukan
oleh umat muslim yang masih hidup. Dalam hukum islam, ada 4 kewajiban yang harus
diperlakukan pada seseorang yang sudah meninggal dunia, seperti: memandikannya,
mengafaninya, menyalatkannya, dan menguburkannya. Menyelenggaraan jenazah merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan terhadap seseorang yang sudah meninggal dunia.
1. Memandikan jenazah
Syarat jenazah yang dimandikan:
Jenazah islam laki-laki atau perempuan
Tidak mati syahid, yaitu tidak mati dalam keadaan membela agama Allah
Tubuhnya ada meskipun hanya sebagian
a) Tata cara memandikan jenazah
Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi ditempat yang disediakan.
Pastikan orang yang memandikan jenezah memakai sarung tangan
Ambil kain peunutup jenazah dang anti dengan kain basah supaya
auratnya tertutup. Bersihkan giginya, ubang hidung, lubang telinga, celah
ketiak, celah jari tangan dan kaki, serta rambutnya
Bersihkan kotoran jenazah baik dari sepan maupun belakang. Dengan
cara, tekan perutnya perlahan-lahan agar apa yang ada didalamnya keluar.
Lalu siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun
Siram dengan air bersih sambil berniat sesuai dengan jenis kelamin
jenazah. Niat untuk jenazah laki-laki:
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa.
Artinya: saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit
(lski-laki) ini karena Allah Ta’al
Niat untuk jenazah perempuan:
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzihil mayyitati lillaahi ta'aalaa.
Artinya: saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit
(perempuan) ini karena Allah Ta’al
Kemudian, meiringkan jenazah kekanan, basuh bagian lambung kirinya
sebelah belakang. Siram dengan air bersih dari kepala hingga ujung kaki
dan siram lagi dengan air kapur barus
Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudu sebelum
sholat.
Jika keluar najis dari jenazah setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kafan,
tidak perlu dimandikan lagi, cukup dengan membuang najirnya
Bagi jenazah wanita, rambut harus terurai kebelakang. Setelah disiram dan
dimandikan, lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang. Keringkan
tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak
membasahi kain kafan
Selesai mandi, jenazah diberi wewangian yang tidak menagndung alcohol
sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus
2. Mengkafani
a) Jenazah perempuan:
Bentangkan 2 lembar kain kafan yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah. Letakkan kain sarung tepat pada badan anatara pusar dan kedua
lututnya. Kemudian, persiapkan baju gamis dan kerudung di tempatnya
Sediakan 3-5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan. Sediakan
kapas yang sudah diberi wewangian, yang akan diletakkan pada anggota
badan tertentu. Jika kain kafan sudah siap, angkat dan baringkan jenazah
diatas kain kafan
Letakkan kapas tadi ke tempat anggota badan tubuh seperti halnya pada
jenazah laki-laki. Kemudian, selimutkan kain sarung pada badan jenazah,
antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan baju gamis berikut kain kafan.
Untuk rambut panjang dikepang dan ditelakkan diatas baju gamis dibagian
dada
Selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar muali dari yang
lapisan atas sampai paling bawah. Lalu ikat dengan beberapa utas tali yang
tadi telah disediakan
b) Jenazah laki-laki:
Siapkan tali pengikat kafan secukupnya. Letakkan secara vertical tepat
dibawah kain kafan yang akan menjadi lapis pertama. Bentangkan kain
kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah
Beri wewangian pada kain kafan lapis pertama. Lalu, bentangkan kain
kafan lapis kedua yang sudah dipotong dan beri wewangian
Bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong. Beri wewangian
pada kain kafan lapis ketiga dan letakkan jenazah di tengah-tengah kain
kafan lapis ketiga
Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari
sisi kanan ke kiri. Kemudian tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke
kanan, kemudian dari sisi kanan ke kiri
3. Menshalatkan
a) Berniat
Jenazah laki-laki:
Usholli ala hadzal mayyiti arba’a takbirotin fardho kifayatin
imaman/ma’muman lillahi ta’ala.
Artinya: "Saya niat sholat atas mayat (laki-laki) ini empat kali takbir fardhu
kifayah, sebagai makmum karena Allah Taala."
Jenazah perempuan:
Usholli ‘ala hadzahihil mayyitati arba’a takbirotin fardho kifayatin
imaman/ma’muman lillahi ta’ala.
Artinya: "Saya niat sholat atas mayat (perempuan) ini empat kali takbir
fardhu kifayah, sebagai makmum karena Allah Taala."
b) berdiri bagi yang mampu
c) melakukan 4 kali takbir (tidak ruku’ dan sujud)
takbir pertama: imam dan makmum membaca Al-Fathihah dengan suara
tidak dilantangkan dan cukup dalam hati
takbir kedua: imam dan makmum membaca shalawat nabi
Allahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa
shollaita ‘alaa Ibroohiima wa ‘alaa aali Ibroohim, innaka hamiidum majiid.
Allahumma 8 baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa
baarokta ‘alaa Ibroohiima wa ‘alaa aali Ibroohim, innaka hamiidum majiid.
Takbir ketiga: bacaan do’a yang bisa dibacakan
Jenazah laki-laki:
Allâhummaghfir lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim nuzulahu
wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa
naqqihi minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi,
wa abdilhu dâran khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi wa
zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil
qabri wa min adzâbinnâr.
Jenazah perempuan:
Allâhummaghfir lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ
wa wassi’ madkhalahâ waghsilhâ bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa
naqqihâ minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi,
wa abdilhâ dâran khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa
zaujan khairan min zaujihâ wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil
qabri wa min adzâbinnâr
takbir keempat:
jenazah laki-laki:
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu
Jenazah perempuan:
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ
4. membaca salam
C. NIKAH
Pernikahan dalam islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam UU No.1 Tahun
1974 mengatakan bahwa “ perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorannita dan seorang
pria sebagai suami instri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”.
Dalam kompilasi Hukum Islam mengatakan bahwa “perkawinan yang sah menurut
hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.
Tujuan pernikahan yaitu untuk membentuk kekeluargaan yang bahagia dan kekal.
Sehingga baik suami maupun istri harus saling melengkapi agar masing-masing dapat
mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dam material.
Adapun rukun nikah adalah:
a) Wali
b) Saksi
c) Akad nikah => yaitu perjanjian yang berlangsung antara 2 pihak yang
melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah penyerahan
dari pihak pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab
dari pihak wali si perempuan dengan ucapannya “saya nikahkan anak saya yang
bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab RIyadhus Shalihin”. Qabul
adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapan “saya terima nikahannya anak
bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab Riydhus Shalihin”
syarat aqad nikah dan kewajiban yang harus dipenuhi:
Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai
Adanya ijab qabul
Adanya mahar
Adanya wali
Adanya saksi-saksi
d) Mahar (mas kawin) => merupakan tanda kesungguhan seorang laki-laki untuk
menikahi seorang wanita. Mahar meruakan pemberian seorang laki-laki kepada
perempuan yang dinikahinya, yang selanjutnya akan menajdi hak milik istri
secara penuh.
Dalam pernikahan berlaku hukum taklifi yaitu:
a) Wajib bagi orang yang sudah mampu nikah, sedangkan nafsunya telah mendesak
untuk melakukan persetubuh yang dikhawatirkan akan menjadi terjerumus dalam
perzinaan
b) Haram bagi orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah lahir dan batin
kepada calon istrinya, sedangkan nafsunya belum mendesak
c) Sunnah bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mempunyai kemampuan
untuk menikah, tetapi ia masih dapat menahan diri dari berbuat haram
d) Makruh bagi orang yang lemah syahwatnya dan tidak mampu memberikan
belanja calon istrinya
e) Mubah bagi orang tidak terdesak oleh alasan yang mewajibkan segera nikah atau
karena alasan yang mengharamkan untuk nikah
D. PRAKTEK KEEHATAN
a) Donor Darah
Donor darah adalah suatu kegiatan pemberian atau sumbangan darah yang
dilakukan oleh seseorang secara sengaja dan sukarela kepada siapa saja yang membutuhkan
transfusi darah. Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia dengan cara
memindahkannya dari tubuh orang yang sehat kepada tubuh orang yang membutuhkannya, untuk
mempertahankan hidupnya/menyelamatkan jiwanya. darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia
termasuk najis menurut hukum Islam. Maka agama Islam melarang mempergunakannya, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Keterangan tentang haramnya mempergunakan darah,
terdapat pada beberapa ayat yang dalalahnya shahih. Antara lain berbunyi: