Anda di halaman 1dari 15

RESUME AGAMA

NAMA : Meiska Vonnyta


NIM : 211012115401011
PRODI : DIII KEBIDANAN TK I

A. PENYELENGGARAAN JENAZAH
Penyelenggaraan jenazah merupakan suatu kegiatan yang wajib yang harus dilakukan
oleh umat muslim yang masih hidup. Dalam hukum islam, ada 4 kewajiban yang harus
diperlakukan pada seseorang yang sudah meninggal dunia, seperti: memandikannya,
mengafaninya, menyalatkannya, dan menguburkannya. Menyelenggaraan jenazah merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan terhadap seseorang yang sudah meninggal dunia.
1. Memandikan jenazah
Syarat jenazah yang dimandikan:
 Jenazah islam laki-laki atau perempuan
 Tidak mati syahid, yaitu tidak mati dalam keadaan membela agama Allah
 Tubuhnya ada meskipun hanya sebagian
a) Tata cara memandikan jenazah
 Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi ditempat yang disediakan.
Pastikan orang yang memandikan jenezah memakai sarung tangan
 Ambil kain peunutup jenazah dang anti dengan kain basah supaya
auratnya tertutup. Bersihkan giginya, ubang hidung, lubang telinga, celah
ketiak, celah jari tangan dan kaki, serta rambutnya
 Bersihkan kotoran jenazah baik dari sepan maupun belakang. Dengan
cara, tekan perutnya perlahan-lahan agar apa yang ada didalamnya keluar.
Lalu siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun
 Siram dengan air bersih sambil berniat sesuai dengan jenis kelamin
jenazah. Niat untuk jenazah laki-laki:
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa.
Artinya: saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit
(lski-laki) ini karena Allah Ta’al
Niat untuk jenazah perempuan:
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzihil mayyitati lillaahi ta'aalaa.
Artinya: saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit
(perempuan) ini karena Allah Ta’al
 Kemudian, meiringkan jenazah kekanan, basuh bagian lambung kirinya
sebelah belakang. Siram dengan air bersih dari kepala hingga ujung kaki
dan siram lagi dengan air kapur barus
 Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudu sebelum
sholat.
 Jika keluar najis dari jenazah setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kafan,
tidak perlu dimandikan lagi, cukup dengan membuang najirnya
 Bagi jenazah wanita, rambut harus terurai kebelakang. Setelah disiram dan
dimandikan, lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang. Keringkan
tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak
membasahi kain kafan
 Selesai mandi, jenazah diberi wewangian yang tidak menagndung alcohol
sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus
2. Mengkafani
a) Jenazah perempuan:
 Bentangkan 2 lembar kain kafan yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah. Letakkan kain sarung tepat pada badan anatara pusar dan kedua
lututnya. Kemudian, persiapkan baju gamis dan kerudung di tempatnya
 Sediakan 3-5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan. Sediakan
kapas yang sudah diberi wewangian, yang akan diletakkan pada anggota
badan tertentu. Jika kain kafan sudah siap, angkat dan baringkan jenazah
diatas kain kafan
 Letakkan kapas tadi ke tempat anggota badan tubuh seperti halnya pada
jenazah laki-laki. Kemudian, selimutkan kain sarung pada badan jenazah,
antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan baju gamis berikut kain kafan.
Untuk rambut panjang dikepang dan ditelakkan diatas baju gamis dibagian
dada
 Selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar muali dari yang
lapisan atas sampai paling bawah. Lalu ikat dengan beberapa utas tali yang
tadi telah disediakan
b) Jenazah laki-laki:
 Siapkan tali pengikat kafan secukupnya. Letakkan secara vertical tepat
dibawah kain kafan yang akan menjadi lapis pertama. Bentangkan kain
kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah
 Beri wewangian pada kain kafan lapis pertama. Lalu, bentangkan kain
kafan lapis kedua yang sudah dipotong dan beri wewangian
 Bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong. Beri wewangian
pada kain kafan lapis ketiga dan letakkan jenazah di tengah-tengah kain
kafan lapis ketiga
 Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari
sisi kanan ke kiri. Kemudian tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke
kanan, kemudian dari sisi kanan ke kiri
3. Menshalatkan
a) Berniat
Jenazah laki-laki:
Usholli ala hadzal mayyiti arba’a takbirotin fardho kifayatin
imaman/ma’muman lillahi ta’ala.
Artinya: "Saya niat sholat atas mayat (laki-laki) ini empat kali takbir fardhu
kifayah, sebagai makmum karena Allah Taala."
Jenazah perempuan:
Usholli ‘ala hadzahihil mayyitati arba’a takbirotin fardho kifayatin
imaman/ma’muman lillahi ta’ala.
Artinya: "Saya niat sholat atas mayat (perempuan) ini empat kali takbir
fardhu kifayah, sebagai makmum karena Allah Taala."
b) berdiri bagi yang mampu
c) melakukan 4 kali takbir (tidak ruku’ dan sujud)
 takbir pertama: imam dan makmum membaca Al-Fathihah dengan suara
tidak dilantangkan dan cukup dalam hati
 takbir kedua: imam dan makmum membaca shalawat nabi
Allahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa
shollaita ‘alaa Ibroohiima wa ‘alaa aali Ibroohim, innaka hamiidum majiid.
Allahumma 8 baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa
baarokta ‘alaa Ibroohiima wa ‘alaa aali Ibroohim, innaka hamiidum majiid.
 Takbir ketiga: bacaan do’a yang bisa dibacakan
Jenazah laki-laki:
Allâhummaghfir lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim nuzulahu
wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa
naqqihi minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi,
wa abdilhu dâran khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi wa
zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil
qabri wa min adzâbinnâr.
Jenazah perempuan:
Allâhummaghfir lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ
wa wassi’ madkhalahâ waghsilhâ bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa
naqqihâ minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi,
wa abdilhâ dâran khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa
zaujan khairan min zaujihâ wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil
qabri wa min adzâbinnâr
 takbir keempat:
jenazah laki-laki:
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu
Jenazah perempuan:
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ
4. membaca salam

B. ETIKA BERGAUL DALAM PANDANGAN ISLAM


Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu,
individu dengan kelompok. Pergauran merupakan salah satu cara seseorang untuk berinteraksi
dengan alam sekitar. Terdapat pada surah Al Hujurat ayat 13, yang menjelaskan bahwa selain
mengemban misi ibadah dan misi memakmurkan bumi, tujuan penciptaan manusia adalah untuk
mengemban misi sosial. Agama islam menganjurkan kita untuk begaul dengan orang-orang
yang berbeda agama dengan agama kita. Pada dasarnya mereka pun sama dengan kita, hanya
saja berbeda keyakinan, banyak beraneka sifat perilaku dan keinginan, juga terpercaya dan
keyakinan yang berbeda namun merupakan bagian dari masyarakat bangsa.
1. Bergaul dengan teman sebaya
a) Mengucapkan salam => diajarkan dalam agama islam, member dan
mengucapkan salam merupakan salah satu kewajiban manusia diantara sesame
muslim. Mengucapkan slam kepada orang lain merupakan adab pergaulan yang
dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW
b) Memilih teman dalam bergaul => untuk menjaga agama dan etika sosial,
hendaknya kita memilih dan memilah siapa yang akan dijadikan teman bergaul.
Karena yang menjadi teman dekat pasti akan memberikan pengaruh baik dalam
urusan agama maupun akhlak seseorang
c) Mencintai teman karena Allah => islamm adalah agama yang menyerukan cinta,
silaturahmi, dan kasih saying sesame. Islam melarang untuk meninggalkan
saudara dalam iman. Salah satnya bentuk cinta antar teman adalah dengan
melarang atau meninggalkan satu sama lain ketika ada yang melakukan
kekufuran
d) Saling tolong menolong => dimana antara teman dalam hal kebaikan dan taqwa
sangatlah dianjurkan. Dan terlarang jika saling member bantuan atas dosa.
e) Saling menghormati hak teman => selama bergaul dengan sesame hendakya
melakukan dengan baik dan saling menghormati hak-hak dan saling menzdamili
f) Menjauhi hal yang menimbulkan keburukan => antara teman hendaknya tidak
berprasangka buruk dan mengunjingi, yaitu tidak menyebarkan aib dna
kekurangannya
g) Menjaga keharmonisan hubungan pertemanan => Ketika terjadi persoalan yang
menyangkut harga diri masing-masing teman hendaknya tetap bertegur sapa.
Jika tidak memungkinkan, Rasulullah SAW memberi ruang maksimal tiga hari
untuk tidak bertegur sapa.
2. Pergaulan dengan orang yang lebih tua
a) Sikap hormat dan sopan santun dimana berada
b) Sikap rendah hati
c) Sikap tolong menolong dalam kebaikan dan jangan bertolong menolong dalam
kejahatan
d) Berkata jujur dan mulia serta tidak menyakiti hati
e) Berbicara dengan baik apabila tidak bisa lebih baik diam
3. Pergaulan dengan lawan jenis
a) Menutup aurat => seorang wanita yang ingin melakukan komunikasi dengan
pria yang bukan mahramnya, maka hendak selalu menjaga auratnya tertutup.
Jangan sampai menggunakan pakaian yang menarik perhatian hingga
menimbulkan bisikan setan
b) Dilarang berduaan => tidak ada larangan untuk bergaul dengan lawan jenis,
namun membutuhkan lebih banyak kewaspadaan dan kehati-hatian dalam
melakukannya. Hal ini untuk mencegah terjadinya fitnah apalagi terjerumusan
kedalam dosa besar
c) Menundukkan pandangan => baik laki-laki maupun perempuan, sebaiknya
ketika melakukan komunikasi saling menundukkan oandangan. Hal ini karena
dalam pandangan terdapat godaan untuk melakukan zina dengan
diperhatikannya keindahan dan kenikmatan yang sebenarnya menjebak
d) Tidak menyentuh => interaksi antar lawan jenis diperbolehkan dalam islam,
selama masih dalam batas yang diperbolehkan dalam islam. Salah latunya yaitu
dilarang bersentuhan
e) Tidak berdandang => dalam islam, seorang wanita hanya diperbolehkan untuk
berdandan dihadapan suaminya. Begitu pula ketika bergaul dengan lawan jenis.
Wanita yang dengan sengaja berdandan bahkan menggunakan wewangian untuk
memikat laki-laki merupakan wanita yang sangat rendah dalam Islam.
f) Menjaga batas intensitas komunikasi => Ingatlah bahwa bergaul dengan lawan
jenis memiliki banyak resiko, terutama fitnah dan zina. Maka dari itu, jagalah
agar tidak terlalu sering melakukan komunikasi dengan lawan jenis agar tidak
terjadi hal yang membuat kita terjerumus dalam dosa. Terlalu berlebihan dalam
berkomunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman hingga menimbulkan
fitnah.

C. NIKAH
Pernikahan dalam islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam UU No.1 Tahun
1974 mengatakan bahwa “ perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorannita dan seorang
pria sebagai suami instri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”.
Dalam kompilasi Hukum Islam mengatakan bahwa “perkawinan yang sah menurut
hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.
Tujuan pernikahan yaitu untuk membentuk kekeluargaan yang bahagia dan kekal.
Sehingga baik suami maupun istri harus saling melengkapi agar masing-masing dapat
mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dam material.
Adapun rukun nikah adalah:
a) Wali
b) Saksi
c) Akad nikah => yaitu perjanjian yang berlangsung antara 2 pihak yang
melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah penyerahan
dari pihak pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab
dari pihak wali si perempuan dengan ucapannya “saya nikahkan anak saya yang
bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab RIyadhus Shalihin”. Qabul
adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapan “saya terima nikahannya anak
bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab Riydhus Shalihin”
syarat aqad nikah dan kewajiban yang harus dipenuhi:
 Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai
 Adanya ijab qabul
 Adanya mahar
 Adanya wali
 Adanya saksi-saksi
d) Mahar (mas kawin) => merupakan tanda kesungguhan seorang laki-laki untuk
menikahi seorang wanita. Mahar meruakan pemberian seorang laki-laki kepada
perempuan yang dinikahinya, yang selanjutnya akan menajdi hak milik istri
secara penuh.
Dalam pernikahan berlaku hukum taklifi yaitu:
a) Wajib bagi orang yang sudah mampu nikah, sedangkan nafsunya telah mendesak
untuk melakukan persetubuh yang dikhawatirkan akan menjadi terjerumus dalam
perzinaan
b) Haram bagi orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah lahir dan batin
kepada calon istrinya, sedangkan nafsunya belum mendesak
c) Sunnah bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mempunyai kemampuan
untuk menikah, tetapi ia masih dapat menahan diri dari berbuat haram
d) Makruh bagi orang yang lemah syahwatnya dan tidak mampu memberikan
belanja calon istrinya
e) Mubah bagi orang tidak terdesak oleh alasan yang mewajibkan segera nikah atau
karena alasan yang mengharamkan untuk nikah

D. PRAKTEK KEEHATAN
a) Donor Darah
Donor darah adalah suatu kegiatan pemberian atau sumbangan darah yang
dilakukan oleh seseorang secara sengaja dan sukarela kepada siapa saja yang membutuhkan
transfusi darah. Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia dengan cara
memindahkannya dari tubuh orang yang sehat kepada tubuh orang yang membutuhkannya, untuk
mempertahankan hidupnya/menyelamatkan jiwanya. darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia
termasuk najis menurut hukum Islam. Maka agama Islam melarang mempergunakannya, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Keterangan tentang haramnya mempergunakan darah,
terdapat pada beberapa ayat yang dalalahnya shahih. Antara lain berbunyi:

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[*], daging babi,


(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah … [Q.S. al-Maidah (5): 3].
Tetapi bila berhadapan dengan hajat manusia untuk mempergunakannya dalam
keadaan darurat, sedangkan sama sekali tidak ada bahan lain yang dapat dipergunakan untuk
menyelamatkan nyawa seseorang, maka najis itu boleh dipergunakannya hanya sekadar
kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan; misalnya seseorang menderita kekurangan darah
karena kecelakaan, maka hal itu dibolehkan dalam Islam untuk menerima darah dari orang lain,
yang disebut “transfusi darah”.
Menyumbangkan darahnya kepada seseorang yang membutuhkan adalah
pekerjaan kemanusiaan yang sangat mulia. Hal ini karena dengan mendonorkan sebagian
darahnya berarti seseorang telah memberikan pertolongan kepada orang lain, sehingga seseorang
selamat dari ancaman yang membawa kepada kematian. Hal ini terdapat dalam surah al-Baqarah
(2) ayat 110;
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya
Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
b) Transpalasi organ
Sebagian dari ulama memperbolehkannya transplantasi organ.Yusuf Qardhawi
membolehkan, akan tetapi sifatnya tidak mutlak melainkan bersyarat. Maka dari itu, tidak
dibenarkan mendonorkan sebagian tubuh yang akan meninggalkan darar atasnya, tidak pula
mendonorkan organ tubuh yang hanya satu-satunya dalam tubuh, seperti hati dan jantung. 37
Mayoritas ulama memperbolehkan tranplantasi berdasarkan argumen berikut:
 Transplantasi yang bertujuan perbaikan (Qs. An-Nisa ayat 29)
 Transplantasi yang didasari pada kedaruratan (Al-an’am ayat 119)
 Transplantasi didasari pada kebutuhan (Al-Maidah ayat 2)
seseorang tidak boleh memberikan atau menjual organ kepada orang lain.
Penjelasannya, organ tubuh bukan hak milik (haqqul milki). Maka dari itu, pengambilan dan
transplantasi organ tubuh tanpa adanya alasan yang dibenarkan secara syar’i hukumnya haram.
Di perbolehkan jika adanya ketentuan-ketentuan mendesak secara syar’i, dan tidak adanya
kemudharatan bagi pendonor. Ketentuan lainnya juga bukan merupakan organ vital yang
mempengaruhi kehidupannya. Dan tidak ada upaya medis lain untuk menyembuhkannya, kecuali
dengan transplantasi. Tidak diperbolehkan karena tubuh manusia adalah amanah yang
menyebutkan manusia sebagai objek material dan menimbulkan mudharat.
c) Donor Sperma
Berdasarkan pada keputusan dewan pimpinan MUI sperma donor difatwakan haram
karna statusnya disamakan dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang
sah (zina) dan berdasarkan kapada sad as-zariah, yaitu untuk menghindari terjadinya perbuatan
zina yang sesungguhnya. Fatwa MUI ini sejalan dengan hadist Nabi yanb artinya “tidak halal
lagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat untuk menyiramkan airnya kepada
tanaman orang lain: (HR. Abu Daud)
d) Donor ASI
Pemberian (Donor) ASI yang berimplikasi hukum bagi hubungan kemahraman
 Ketentuan yang bersumber dari firman Allah SWT, dimana donor ASI
yang berimplikasi hukum bagi hubungan kemahwaman yang bersumber
dari firman Allah SWT, yakni dalam al-Qur’an Surah An-nisa ayat 23,
yang artinya dan ibu-ibunya yang menyusui kamu, saudara perempuan
sepersusuan
 Ketentuan yang bersumber dari Hadis Nabi Muhammad SAW dan Jumur
Ulama, dimana hadis Nabi Muhammad SAW dan Jumhur Ulama yang
berkaitan dengan donor ASI bagi yang berimplikasi hukumbagi hubungan
kemahraman memang relative banyak
Dalam fatwanya MUI menetapkan bahwa
 Seseorang ibu boleh memberikan ASI kepada bayi yang bukan anak
kandungnya. Demikian juga sebaliknya, seorang anak boleh menerima
ASI dari ibu yang bukan ibu kandungnya sepanjang memenuhi ketentuan
syar’i
 Kebolehan memberikan dan menerima ASI harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
o Ibu yang memberikan ASI harus sehat, baik fisik maupun mental
o Ibu tidak sedang hamil
 Pemberian ASI sebagaimana yang dimaksudkan pada ketentuan angka 1
yang menyebabkan terjadinya mahram
 Mahram akibat persusuan sebagaimana pada angka 2 dibagi menjadi:
o Ushulu al-syahki => induk keturunan seseorang
o Al-furuu’ minal-radhaa => keturunan dari anak susuan
o Furu’ al-abawaini min al-radhaa’ => keturunan dari orang tua
susuan
o Al-furu’ al-mubaasyirah min al-jaddi wa al-jaddati min al-radaa =>
keturunan dari kakek dan nenek susunan
o Ummu al-zawjad wa jaddaatiha min al-radaa’ => ibu susuan dari
istri dan nenek moyang
o Zawjatu al-abi wa al-jaddi min al-radaa’ => istri dari bapak
sesusuan dan kakek moyang)
o Zawjatu al-abni wa ibni al-ibni wa ibni al-binti min al-radhaa’ =>
istri dari anak sesusuan dan istri dari cucu sesusuan serta anak laki
dari anak perempuan sesusuan
o Bintu al-zawjah min al-radhaa’ wa banaatu awlaadihaa => anak
perempuan sesusuan dari istri dan cucu perembuan dari anak
lakinya anak perempuan sesusuan dari istri
 Terjadinya mahram (haramnya terjadi pernikaham) akibat radla’
(persusuan) jika:
 Usia anak yang menerima susuan maksimal 2 tahun qamariyah
 Ibu pendonor ASI diketahui identitasnya secara jelas
 Jumlah ASI yang terkosumsi sebanyak minimal 5 kali persusuan
 Cara penyusuannya dilakukan baik secara langsung ke putting susu ibu
maupun melalui perhan
 ASI yang dikonsumsi anak tersebut pengenyakan
 Seorang muslimah boleh memberikan ASI kepada bayinonmuslim, kerena
pemberian ASI bagibayi yang membutuhkan ASI tersebut adalah bagian
dari kebaikan antar umat manusia
e) Bayi Tabung
bayi tabung dengan sperma suami dan ovum istri
ada 2 macam hal yang menyebutkan bayi tabung itu halal, yakni:
▬ sperma tersebut diambil dari suami dan ovum diambil dari istri sahnya
kemudian disemaikan dan dicangkokkan kedalam rahim istrinya
▬ sperma suami diambil kemudian disuntikkan kedalam saluran uterus rahim
istrinya secara langsung
sebagaimana sejalan dengan firman Allah dalam surah an-Nahl ayat ke 72,
kemudian dilihat dari kisah masa awal Rasulullah SAW yang berada di Madinah. Menurut Prof.
Drs. Husein Yusuf, M. H. yang mengatakan bahwa bayi tabung dilakukan bila sperma dan ovum
dari pasangan suami istri yang diproses dalam tabung, setelah terjadi pembuahan kemudian
disarangkan kedalam rahim istrinya sampai saat terjadinya kelahiran, maka secara otomatis anak
tersebut dapat dipertalikan keturunannya dengan ayah serta ibunya, dan anak itu mempunyai
kedudukan yang sah menurut islam.

E. ALKOHOL DENGAN KHAMAR


Khamar terbuat dari hasil fermentasi buah segar seperti anggur, kurma, gandum dan biji-
bijian, sedangkan alkohol berasal dari kayu, akar dan serat tebu, kulit jeruk dan lemon dan juga
terdapat dalam setiap adonan. Sekalipun alkohol adalah zat utama yang menyebabkan mabuk
pada khamar, akan tetapi alkohol tidak dinamakan khamar, baik secara bahasa maupun syariat
(Fatwa Syaikh Muhammad Rasyid Ridha).
Rasulullah telah meletakkan kaidah umum tentang pengertian khamar. Beliau bersabda
bahwa segala sesuatu yang memabukkan hukumnya haram dan namanya adalah
khamar. Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ’anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
,
"Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap yang memabukkan adalah haram"
(HR Muslim).
Dalam hadis ini, Nabi SAW menamakan segala sesuatu yang memabukkan dengan
khamar sekalipun nama asli zat tersebut bukanlah khamar. Nabi juga menyamakan hukum segala
yang memabukkan dengan khamar, yaitu haram.
Maka berdasarkan hadits ini, alkohol dalam syariat dinamakan khamar dan hukumnya
sama dengan khamar, karena alkohol merupakan unsur utama yang memabukkan dalam
minuman khamar.
F. OPERASI PLASTIK DAN SUNTIK SILIKON
Operasi plastik yang baru di jumpai di dalam kitab fiqh jaman modern tersebut,
apabila ditinjau dari tujuan pelaksanaannya ada dua jenis, yaitu:
 Operasi plastik yang bertujuan untuk memperbaiki tulang atau sel-sel yang
rusak agar dapat berfungsi seperti sediakala. Operasi ini dilakukan terhadap
orang yang mempunyai cacat fisik baik cacat sejak lahir maupun cacat yang
disebabkan oleh hal-hal tertentu. Misalnya; bibir sumbing, luka bakar,
maupun cacat-cacat akibat kecelakaan.
 Operasi plastik yang bertujuan untuk memperindah bentuk tubuh, misalnya,
hidung yang pesek dioperasi agar menjadi mancung
Seseorang yang mempunyai cacat sejak lahir maupun cacat yang disebabkan oleh
hal tertentu, untuk memperbaiki keadaan fisiknya tersebut, ia diperbolehkan melakukan operasi,
karena orang yang mempunyai cacat biasanya tersisih dari kehidupan masyarakat yang normal.
Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut, operasi untuk memperbaiki tubuh yang cacat
agar menjadi lebih sempurna sangat dianjurkan karena menolak bahaya dan lebih diutamakan
mengupayakan manfaat. Hal tersebut dapat diphami jika seseorang telah mempunyai organ tubuh
yang sempurna, maka ia tidak diperbolehkan melakukuan operasi plastik, karena hal tersebut
termasuk dalam kategori merubah ciptaan Allah SWT. Operasi tersebut dilarang karena
bertentangan dengan firman Allah SWT dalam surat AlBaqarah (2) ayat 195, yang artinya:
“…… dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan……”
Ulama fiqih memberikan alasan tidak diperbolehkanya melakukan operasi plastik
karena berdasarkan firman Allah dalam surat An-nisa’ (4) ayat 119, yang artinya: “Dan saya
benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada
mereka dan akan saya suruh mereka (merubah ciptaan Allah SWT), lalu benar-benar mereka
merubahnya. Barang siapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah SWT, maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.”
Pandangan Islam terhadap orang yang melakukan operasi plastik maupun yang
tidak melakukannya itu sama derajatnya, jadi kedudukan manusia itu sama di hadapan Allah
SWT bahkan tidak ada keistimewaanya kecuali dengan ketaqwaan. Hal ini karena Hukum Islam
mengatur segala aspek kehidupan, sehingga tidak dibenarkan jika hanya memperhatikan salah
satu diantara mereka. Allah SWT telah menjadikan kekuatan berpikir pada manusia dengan
kadar yang sama, karena Allah hanya menciptakan akal yang tunggal untuk manusia. Allah SWT
adalah dzat yang menciptakan manusia, Dia yang maha mengetahui apa yang tepat bagi makhluk
ciptaan-Nya. Operasi yang dibolehkan dalam islam:
1. Operasi plastik yang dilakukan dalam keadaan dlorurot, karena jika tidak
dilakukan operasi maka akan terjadi efek lain yang lebih besar. Sesuai dengan
kaidah fiqih yaitu; Artinya: “Keadaan dlarurat itu membolehkan (hal- hal)
yang dilarang”.
2. Operasi plastik yang dilakukan akan membawa maslahat yang lebih besar
dari pada madlorotnya, sesuai dengan kaidah fiqih yang artinya:
“Menghindari kerusakan didahulukan atas menarik kemaslahatan”.
3. Operasi Plastik yang Dilarang dalam Hukum Islam
Operasi yang tidak dibolehkan dalam islam:
1. Operasi plastik yang dilakukan berdasarkan hawa nafsu dan pamer, karena
apabila hal ini diperbolehkan maka akan menimbulkan rasa angkuh dan
sombong, sehingga dia akan beranggapan bahwa hidup itu hanya sebagai
tempat bersenang-senang tanpa peduli dengan masalah yang akan timbul
selanjutnya, karena masalah itu akan membawa kerusakan pada dirinya
sendiri. Padahal perbuatan tersebut dilarang oleh Allah SWT yang tersebut
dalam surat AlQashas ayat 77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah SWT kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan
janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah SWT telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan”.
2. Operasi plastik yang dilakukan pada orang yang telah sempurna bentuk organ
tubuhnya, karena hal ini sama saja merubah ciptaan Allah SWT, karena
merubah bentuk yang telah sempurna termasuk berhias dengan perhiasan
palsu sedangkan Allah melarangnya, karena hal itu berbahaya dan merupakan
kebiasaan wanita-wanita kafir, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
Alahzab ayat 33 yang artinya: “Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan
janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah
yang dahulu”.

Anda mungkin juga menyukai