Tawuran adalah suatu perkelahian yang dilakukan secara beramai-ramai oleh kelompok
tertentu. Tawuran bisa pula dimaknai sebagai perkelahian massal. Adapun mereka yang
mendukung tawuran adalah pihak yang pro sementara mereka yang menentang atau menolak
tawuran adalah pihak yang kontra.
Tawuran menurut saya adalah tindakan yang wajar sebab merupakan salah satu cara untuk
menyampaikan protes, pendapat dan sebagainya yang tidak tersampaikan dengan baik. Melalui
tawuran suatu kelompok akan bisa didengar lebih baik mengenai kekecewaannya sehingga
pihak-pihak tertentu bisa mengambil tindakan yang tepat lebih mawas dan sebagainya.
Tawuran adalah tindakan yang dilarang sebab seringnya hanya menimbulkan kerugian.
Kerugian ini bukan sekedar luka pada pihak yang terlibat tapi pengrusakan sejumlah fasilitas
umum, mengganggu keamanan warga, mengganggu kegiatan ekonomi hingga ke hilangnya
nyawa. Tawuran adalah tindakan kriminal sehingga wajib dicegah juga wajib ditindak sesuai
hukum yang berlaku.
simpulan:
saya memilih argumen kontra,karna ya benar,wajar tak wajar,tawuran tetap lah salah,bila ingin
menyelesai kan masalah antar sekolah,bisa di selesai kan baik baik tanpa tawuran.dengan
tawuran bisa membuat diri sendiri bahkan orang lain rugi,bahkan fasilitas umum juga bisa ikut
kena dampak nya,bisa hancur,rusak dan lain lain.jadi stop tawuran,ada banyak cara untuk
menyelesaikan nya
Tata Cara Mengafani Jenazah
Mayat biasanya dibungkus dengan kain kafan dan diletakkan miring, dengan pandangan menghadap
ke arah Mekah. (Kredit gambar: Asosiasi Budaya El Patiaz)
Setelah memandikan jenazah, langkah kedua dalam rangkaian tata cara pengurusan jenazah adalah
mengafani. Mengafani jenazah dilakukan dengan membungkus jenazah dengan sesuatu (biasanya
kain kafan) yang mampu menutupi seluruh tubuhnya. Berikut cara mengafani jenazah :
a. Menggunakan kain kafan yang baik, bersih dan mampu menutup jenazah secara menyeluruh
c. Batas minimal kain kafan yang digunakan untuk jenazah laki-laki atau perempuan adalah selembar
kain. Sedangkan batas sempurna dan disunnahkan penggunaan kain kafan pada jenazah laki-laki
sebanyak tiga lapis dan pada jenazah perempuan sebanyak lima lapis, termasuk dua lapis kain kafan,
kerudung, baju kurung dan kain.
d. Kain kafan diberi wewangian terlebih dahulu dan tidak berlebihan dalam mengkafani jenazah.
a. Kain kafan yang digunakan haruslah halal, yaitu merupakan harta peninggalan jenazah, ahli waris,
baitul mal atau dari orang islam yang mampu.
a. Jenazah Laki-Laki
- Bentangkan kain satu-satu dan yang terlebar diletakkan di lapisan paling bawah serta menggunakan
kapur barus di setiap helainya.
- Mengangkat jenazah tetap dalam keadaan tertutup, letakkan di atas kain kafan lalu beri wewangian.
- Menutup lubang-lubang pada badan jenazah, seperti hidung, telinga, mulut, qubul dan dubur
dengan kapas.
- Tutupkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, lalu ujung lembar sebelah kiri. Kemudian
lakukan seperti itu seterusnya selembar demi lembar dengan perlahan.
- Jika jumlah kain kafan yang tersedia tidak cukup untuk menutupi seluruh bagian tubuh, maka Anda
dapat menutup kepala dan membiarkan bagian kaki ditutup dengan daun, rumput atau kertas. Jika
tidak ada kain kafan sama sekali, maka tutuplah dengan apapun yang bisa menutup auratnya.
b. Jenazah Perempuan
- Lima lembar kain kafan pada jenazah perempuan digunakan untuk satu lembar kain untuk menutupi
semua badan, satu lembar untuk kerudung, satu lembar untuk baju kurung, satu lembar untuk
menutup pinggang hingga kaki dan satu lembar lainnya untuk menutup pinggul serta paha.
- Setelah siap lima lembar kain kafan tersebut, lalu susunlah masing-masing bagiannya dengan tertib.
- Angkat jenazah dengan keadaan masih tertutup lalu letakkan di atas kain kafan dan berilah
wewangian.
- Bungkus kedua paha jenazah dengan kain lalu pakaikanlah sarung dan baju kurungnya.
- Meletakkan lembar terakhir dengan mengggulung kedua ujung kain, kiri dan kanan ke dalam
Orang-orang yang diutamakan turut serta dalam menyalatkan jenazah, yaitu orang yang diwasiatkan
dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah, ulama atau pemimpin di sekitar tepat tinggal, orang
tua jenazah, anak-anak jenazah, keluarga dan kaum muslim semuanya.
a. Suci dari hadats besar dan kecil, suci secara jasmani, tempat yang digunakan terhindar dari najis,
menutup aurat dan menghadap kiblat.
b. Imam menempatkan diri sejajar dengan kepala jenazah jika jenazah adalah seorang laki-laki dan
sejajar dengan perut jenazah jika jenazah merupakan perempuan.
c. Jenazah berada di arah kiblat orang yang menyalatkan kecuali jika sholatnya di atas kubur atau
shalat gaib.
d. Memperbanyak makmum, minimal tiga shaf, jika tidak memungkinkan boleh lebih dan ketika
jamaahnya hanya sedikit, tetaplah dibuat tiga shaf.
a. Niat
a. Niat
Artinya : “ Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia (mayat), selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang
tidak disukai), maafkanlah dia dan muliakanlah tempat tinggalnya (Surga) dan
lapangkanlah kuburannya. Basuhlah dia dengan air, salju dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan,
sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari noda. Gantikanlah rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya
(di dunia), pasangan yang lebih baik daripada pasangan hidupnya di dunia dan masukkanlah dia
ke dalam Surga. Lindungilah dia dari azab kubur dan Neraka." (HR. Muslim no. 963).
Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu
Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami untuk memperoleh pahalanya, janganlah kami
memperoleh fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan ia.
Untuk jenazah perempuan, kata –hu diganti –haa.
c. Lebih baik tanah untuk menguburkan jenazah digali lebih dalam agar jenazah terhindar dari
binatang buas dan bau jenazah tidak keluar
d. Melengkapi lubang kubur dengan liang lahat, bukan syaq seperti pada jenazah non muslim.
e. Memasukkan jenazah dari arah kaki kuburan, kemudian diturunkan ke dalam liang kubur pelan-
pelan.
a. Menghindari mengubur jenazah pada tiga waktu yang disarankan, yaitu ketika matahari baru terbit,
matahari berada persis di atas kepala atau saat dzuhur tiba dan ketika matahari akan terbenam.
- Masukkan jenazah mulai dari kepala dan lakukan melalui arah kaki atau jika tidak mungkin, boleh
dari arah kiblat.
- Letakkan jenazah dalam posisi miring di atas lambung kanan bagian bawah serta dihadapkan ke
kiblat.
- Tempelkan pipi dan kaki jenazah ke tanah dengan membuka kain kafan serta tali-tali pengikatnya.
- Ketika menurunkan jenazah, membaca doa
- Setelah jenazah di letakkan di liang lahat serta tali-tali pengikat selain kepala dan kaki dilepas, lalu
liang lahat dapat ditutup dengan papa kayu atau bambu dari atas dengan posisi agak menyamping
tidak tegak lurus.
- Setelah semuanya sudah dilakukan, maka keluarga dapat mulai menimbun kubur dengan
memasukkan tiga genggaman tanah terlebih dahulu lalu ditimbun hingga selesai.
- Setelah selesai lalu akhiri dengan doa untuk memohon ampunan, rahmat dsb
- Tidak membuat bangunan di atas kuburan, termasuk dari semen, marmer atau batu pualam.
Nah, demikian rangkaian tata cara pengurusan jenazah dari memandikan hingga menguburkan.
Selalu pastikan untuk melakukan rangkaian tata cara pengurusan jenazah dengan baik dan benar.