Anda di halaman 1dari 5

NAMA: YULIA OKTA VANI

NIM: T202210064
MATKUL: EKSPLORASI PERIKANAN TANGKAP

1. Jelaskan apa pengertian perikanan tangkap terukur berdasarkan kuliah dosen praktisi
Hendra Sugandhi
Kebijakan penangkapan ikan terukur merupakan upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) untuk mewujudkan ekonomi biru. Konsep tersebut mentransformasikan pengelolaan
perikanan yang selama ini sepenuhnya berbasis input control ke dalam pengelolaan berbasis
output control.
Penangkapan ikan terukur yang berdasarkan angka statis JTB semata akan sangat berbahaya
karena jumlah sumber daya ikan sangat dinamis, ikan hidup bermigrasi tentu berbeda dengan
pertambangan. Jika pengelolaan sumber daya ikan berpedoman pada kata kunci terukur maka
seharusnya lebih hati-hati (prudent) dan mengacu data yang valid. Tujuan meningkatkan
kapasitas penangkapan ikan nasional tentu harus didukung semua pihak agar pemanfaatan
sumber daya ikan optimal untuk kemajuan sektor perikanan dan kesejahteraan masyarakat
namun peningkatan kapasitas penangkapan ikan sebaiknya bertahap dan target kuota harus
realistis mengacu pada kapasitas penangkapan ikan saat ini. Penangkapan ikan terukur sistem
kontrak dengan meningkatkan kuota penangkapan ikan dengan peningkatan kapasitas jumlah
GT yang signifikan patut dikaji ulang karena akan sangat membahayakan keberlanjutan sumber
daya ikan.
2. Jelaskan tindakan pengendalian untuk merancang pemanfaatan sumberdaya ikan di
perairan laut?
Kementerian harus mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan paradoksnya pelaku
usaha penangkapan ikan domestik saat ini menghadapi kesulitan karena keterbatasan jumlah
nahkoda handal dan ABK (anak buah kapal) yang tersertifikasi. Tidak mudah
memperolehsumber daya manusia yang handal di sektor usaha penangkapan ikan karena tidak
semua orang dapat bekerja keras dan bertahan berminggu minggu bahkan berbulan bulan
dengan tingkat resiko tinggi mengarungi ombak lautan .

3. Buat 58 kesimpulan dari materi Hendra Sugandhi

1. komisi nasional pengkajian sumberdaya ikan secara periodic melakukan kajian estimasi
potensi stok ikan nasional yang terbaru meningkat 2.61 juta ton dari 9.93 juta ton menjadi
12.54 juta
2. namun jika kita analisis lebih jauh kenaikan potensi sumber daya ikan tidak dibarengi
dengan keleluasaan pemanfaatannya karena stasus tingkat pemanafaatannya didominasi
warna kuning dan merah.
3. Pemberantasan IUU fishing yang selama 5 tahun terakhir faktanya tidak berkorelasi positif
terhadap status tingkat pemanfaatan sumber daya ikannasional.
4. Kesenjangan antara potensisumber daya ikan dibandingkan volume ekspor hasil perikanan
yang semakin melebar hingga 94%.
NAMA: YULIA OKTA VANI
NIM: T202210064
MATKUL: EKSPLORASI PERIKANAN TANGKAP
5. Jadi selama ini hasil kajian komisi nasional pengkajian nasional pengkajian sumber daya ikan
mengenai estimasi potensi.
6. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan, tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di WPPNRI
tidak dijadikan acuan utama dalammanajemen pengelolaan sumberdaya ikan.
7. Hal ini terbukti dengan tidak sinkronnya estimasi potensi dengan sebaran kapal serta
kompossisi jenis alat tangkap yang diizinkan.
8. Fakta adanya mismatch ini seharusnya mendorong KKP untuk secepatnya melakukan re-
evaluasi metode kajian estimasi potensi sumber daya ikan dengan lebih tranfaran dan
kesahihannya dapat dipertanggungjawabkan sekaligus melakukan pembenahan pengelolaan
manajemen pengendalian sumber daya ikan.
9. Tingkat pemanfaatan ikan pelagis besar yang saat ini berwarnakuning merah di seluruh
WPP-NRI patit di kaji ulang.
10. Jangan sampai menimbulkan kecurigaan ada scenario pihak tertentu yang menginginkan
agar Indonesia mengurangi upaya penangkapan ikan pelagis besar di ZEEI dan laut lepas,
sementara negara lain dapat lebih leluasa memanfaatkannya.
11. Pembenahan data dan pengkajian Kembali potensi dan pengelolaan sumber daya perikanan
dan lebih tranparan, bertanggun jawab serta berkelanjutan adalah suatu keniscayaan untuk
kemajuan perikanan Indonesia.
12. Jika kapasitas penangkapan cumi ditingkatkan 2 kali lipat saja jumlah tonase kotornya, keberlanjutan
sumberdaya cumi di WPP 817 hanya tingggal kenangan, cumi akan musnah sebelum terpenuhinya
kuota penangkapan ikan terukur.
13. Jika kapasitas ikan dibandinngkan dengan kuota penabgkapan ikan memiliki kesengajaannya sangat
tingi bahkan di zona 02 yang meliputi WPP 716 dan 717 untuk mencapai target kuota penangkapan
ikan 882.675 ton, maka jumlah GT kapasitas penangkapan ikan iin pusat yang saat ini diona 02
ditingkatkan lebih dari 64 kali lipat.
14. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menerbitkan Keputusan Menteri Kelautan Perikanan
Nomor 19 Tahun 2022 mengenai estimasi potensi sumber daya ikan.
15. JTB (jumlah tangkapan yang diperbolehkan) dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di 11 WPP-
NRI (Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia) ditetapkan tanggal 29 Maret 2022.
16. Estimasi potensi stok ikan lestari turun 0.53 juta ton dari 12,54 juta ton menjadi 12,01 juta ton
dengan variasi JTB yang lebih rendah berkisar 64%-76% kecuali WPP 718 tetap 80% dari estimasi
potensi stok ikan.
17. Sebelum menentukan kuota penangkapan sebaiknya dihitung terlebih dahulu berapa existing
capacity jumlah GT(gross tonnage) kapal penangkap ikan per alat tangkap yang beroperasi di wilayah
ZEEI sehingga ada perbandingan berapa kali lipat kapasitas penangkapan ikan yang akan ditingkatkan.
18. Dengan asumsi rata-rata produktivitas sekitar 1 untuk memenuhi kuota 4,89 juta saja jumlah GT
kapasitas penangkapan ikan izin pusat harus ditingkatkan lebih dari 10 kali lipat (Kuota dibagi jumlah
GT dikali produktivitas).
19. WPP 718 yang akan dijadikan percontohan sistem kontrak penangkapan ikan terukur merupakan
wilayah penangkapan ikan paling favorit dan terpadat jumlah kapalnya berkisar 1600-1700 kapal atau
3WPP 718 yang meliputi Perairan Laut Aru, Laut Arafura, Laut Timor bagian Timur.
20. WPP 718 termasuk dalam wilayah zona 03 di dalamnya juga mencakup WPP 715 yang meliputi
Perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau0% dari
keseluruhan kapal izin pusat.
NAMA: YULIA OKTA VANI
NIM: T202210064
MATKUL: EKSPLORASI PERIKANAN TANGKAP
21. Dalam Kepmen KP Nomor 19/2022, WPP 718 merupakan satu-satunya WPP yang selama 5 tahun
lebih tidak berubah sama sekali.
22. angka estimasi potensi, JTB dan status pemanfaatannya semuanya tetap sama sehingga validitas hasil
kajiannya sangat meragukan, sangat tidak masuk akal tidak ada perubahan sama sekali dalam kurun
waktu yang cukup lama.
23. Namun karena tidak ada hasil kajian lain, mau tidak mau terpaksa digunakan sebagai alat analisis
mengukur kebijakan penangkapan ikan terukur.
24. Menentukan kuota penangkapan sebaiikanya dihitung terlebih dahulu beberapa existing capacity
jumlah GT ( gross tonnage) kapal penagkapan ikan per alattangkap yang beroperasi diwilayah ZEEI
sehingga ada perbandingan beberapa kali lipat kapasitas penangkapan ikan yang akan ditingkatkan.
25. Penangkapan yang berlebih tentunya akan membahayakan keberlanjutan sumber daya ikan di
wilayah ini. Bahkan dalam konsultasi publik juga diakui bahwa hasil tangkapan cumi di WPP 718
dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun.
26. Jika kapasitas penangkapan cumi ditingkatkan 2 kali lipat saja jumlah tonase kotornya, keberlanjutan
sumber daya cumi di WPP 718 hanya tinggal kenangan, cumi akan musnah sebelum terpenuhinya
kuota penangkapan ikan terukur.
27. Masalah yang sama juga terjadi di zona konsesi lainnya, jika kapasitas penangkapan ikan
dibandingkan dengan kuota penangkapan ikan memiliki kesenjangannya sangat tinggi bahkan di zona
02 yang meliputi WPP 716 dan 717 untuk mencapai target kuota penangkapan ikan 882.675 ton.
28. maka jumlah GT kapasitas penangkapan ikan izin pusat yang saat ini di zona 02 (13.707GT) harus
ditingkatkan lebih dari 64 kali lipat, yang merupakan target peningkatan tertinggi di antara semua
zona penangkapan ikan terukur.
29. Penangkapan ikan terukur yang berdasarkan angka statis JTB kaena jumlah sumber daya ikan snagat
dinamis, ikan hidup berimigrasi .
30. Jika pengelolaan sumberdaya ikan berpedoman pada terukur, maka seharusnya lebih hati-hati
(prudent) dan mengacu data yang valid.
31. Tujuan meningkatkan kapasitas penangkapan ian nasional tentu harus didukung semua pihak agar
pemanfaatan sumberdaya ikan optimal untuk kemajuan sector perikanan dan kemajuan masyarakat
umum.
32. .Peningkatan kapasitas penangkapan ikan sebaiiknya betahap dan target kuota harus realistis
mengacu pada kapasitas penangkapan ikan saat ini.
33. Penangkapan ikan terukur system kontrak dengan meningkatkan kuota penangkapan ikan dengan
peningkatan kapasitas jumlah GT yang signifikan patut dikaji ulang karna akan sangat membahayakan
keberlanjutan sumber daya ikan.
34. Mengacu pada kementrian kelautan dan perikanan nomor 98 tahun 2021 roduktivitas tertinggi 1,72
dan yang terndah 0,51. Dengan ansumsi rata-rata produktivitas sekitar 1 untuk memenuhi kuota 4,89
juta saja jumlah GT kapasitas penangkapan lebih dari 10 kali lipat( kuota dibagi jumlah GT dikali
produktivitas).
35. WPP 718 dijadikan percobaan system kontrak penangkapan ikan terukur merupakan wilayh
penangkapan ikan paling favorit dan terpadat jumlah kapalnya berkisar 1.600-1.700 atau 30% dari
keseluruhan kapal izin pusat.
36. WPP 718 meliputi perairan laut Aru, laut arafura, Laut Timor bagian Timur.
37. pertamannya pada peningkatan penerimaan negara bukan pajak(PNBP) dari sumber daya alam
perikanan tangkat umtuk peningkatan kesejahteran nelayan.
NAMA: YULIA OKTA VANI
NIM: T202210064
MATKUL: EKSPLORASI PERIKANAN TANGKAP
38. Selama perolehan PNPB dari setor perikanan sangat minim dibanding dengan anggaran kementrian,
padahal tarif pungutan hasil perikanan (PHP) untuk skala menengah dan besar sudah naik 10 kali lipat
dibandingkan sebelumnya berdasarkan peraturan pemerintah 75 tahun 2015 tentang jenis dan tarif
PNBP di kementerian.
39. Membandingkan perolehan PNPB dengan anggaran kementrian sebenarnya kurang tepat karna tidak
proposional. Hal ini sama kelirunya membandingkan peroleh PNBP perikanan 2020 yang berasal dari
seluruh hasil tangkapan kapal termasuk izin provinsi dan kabupaten kota.
40. Jika menghubungkan dengan realisasi, sebaikknya dibandingkan dengan realisasi anggaran direktorat
jendral perikanan tangkap.
41. Jika dibandingkan dengan anggaran kementerian keseluruhan, ketimpangan terlalu besar. 47.
Bersasarkan data perizinan keentrian 16 juni 2021, jumkah kapal aktif lebih dari 300 GT ada 5.132
unit dengan ukuran rata-rata 93,37 GT. dengan komposisi jenus alat tangkap dan tingkat
produktivitas berdasarkan keputusan mentri nomor 86 tahun 2016.
42. Rata-rata target oroduktivitas 1,15 volome produksi 549.531 ton dan harga rata-rata Rp. 10,926 per
kilogram.
43. Jika diasumsikan harga patokan ikan Rp. 25.000/ kg ,produktivitas riil berubah menjadi 0,438. Jadi
angka target produktivitas ini belum tentu sama dengan produktivitas riil.
44. Pemerintah perlu mengevaluasi apakah target produktifitas dalam keputusan mentri tersebut
mendekati realitas atau meyimpang jauh.
45. Deviasi besar sebaiikanya hal itu direvisi karna koefisien produktivitas riil salah satu elemen dalam
menghitung PNBP.
46. Pungutan hasil perikanan pra produksi dan pasca producsi mengandung kelebihan dan kekurangan.
47. Pemilik kapla dengan alat tangkap produktif cendrung memilih pra produksi, sebaliknya kapal
denganalat tangkap yang kurang produktif lebih memilih pasca produksi karnasesuai hasil tangkapan
riil.
48. Jika rencana pemerintah untuk mengubah kebijakan produksi ke pasca jadiditerapkan, jangan sampai
operasional bongkar muat kapl terhambat akibat belum siapnya fasilitas infrastruktur dan sumber
daya manusia dalam menerapkan system dan teknologi baru.
49. Jangan menimbulkan beban anggaran baru ynag biayannta akan jauh lebih besar dari pada nilai
kenaikan perolehan PNBP.
50. Peringkat pertama kapasitas penangkapan ikan berdasarkalan GT kapal diraih kapal lebih dari 30 GT
(izin pusat) 59 %, kapal 6-30 GT (izin provinsi) 34,1 %, dan kapal kurang dari 5GT hanya 6,9 %
51. Dalam perencanaan penataan pengelolaan eilayah pengelolaan perikanan pnbp, baru tahun 2024
kapal kurang dari 5GT mrncapai 500.000 unit kapal.
52. .Kesenjaangan data jumlah unit kapal yang tercatata dan tidak tercatat sebanyak 530.423. 59.
Penyimpangan sangat besar sehinggga singkronisasi harus segeradilakukan karnaini dapat
dikategorikan panangkapan ikan illegal, tidak dilaporkan dan tidak terratur.
53. Singkronisasi data kapasitas perikanan tangkap nasional seluruhnya yang jumlahnyahanya 812.416 GT
tapi anehnya data produksi perianan tangkapan nasional mencapai 7.703.640 ton artinya tingkat
produktivitasnya 9.48 kali kapasitas tonnase kotor kapal nasional.
54. Untuk meningkatkan PNBP dari pra produksi menjadi pasca produksi menguak fakta bahwa saat ini,
termasuk dampak dari kebijakan sebelumnya, ada beberapa angka asumsi yang harus diklarifikasi.
55. Sampai saat ini masih banyak adanya asset pelaku usaha yang tidak produktif(mangkrak) karna
terlambat izinnya.
NAMA: YULIA OKTA VANI
NIM: T202210064
MATKUL: EKSPLORASI PERIKANAN TANGKAP
56. Target produktivitas sepertinya terlalu tinggi karna selama ini tingkat produktivitas 1,2 saja
dikeluhkan banyak pelau usaha karna tidak sesuai fakta.
57. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam RPP WPP sebaiknya dikaji ulang agar perhitungan pengelolaan
PNBP lebih akurat dan realistis.
58. Jika diuat simulasi perhitungan ektensifikasi pungutan hasil perikanan saat ini dikenakan untuk semua
izinpusat, provinsi dan bukti pencatatan kapal perikanan, perolehan PNBP hanyasekitar Rp 12 triliun,
kapasitas penangkapan ikan nasional saat iniharus ditingkatkan 12 kali lipat.

Anda mungkin juga menyukai