1)
Departemen Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar
2)
Dinas Perikanan dan Kelautan Halmahera Selatan Maluku Utara
ABSTRAK
Jaya dkk. 49
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
ABSTRACT
The study of condition level and facilities utilization of Ternate Fishing Port aims to
determine the facilities utilization level of technical and functional and the development
possibility of Ternate Fishing Port facilities. Analytic descriptive Methods was conducted by
collecting technic of primary and secondary data through observations and interviews with
fishermen and fishing port staffs included the kind and number of fishing vessel per day; catch
productions (ton/day); logistic material distribution of BBM, water, and ice; quay facility
dimension; basin; water depth and TPI building. Secondary data include number of fishing
vessel, fish and production value of Ternate fishing port and relevant institution. The data was
analyzed descriptively based on the comparison between facilities utilization value and existing
facility value at the moment of study. The facilities utilization level of Ternate fishing port that
is quay= 128 m; TPI 1= 738 m2; TPI 2= 369 m2; basin = 5767,593 m2; depth water of basin=
3560 m; and fishing port land area square was 2650 m2. However, only the TPI 1 and TPI 2
were classified very good utilization and need for development to maximize the service of fish
catches number (ton/day) in Ternate Fishing Port.
Jaya dkk. 50
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
Jaya dkk. 51
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
Data sekunder meliputi jumlah armada, Lt = luas untuk memutar dengan radius
produksi dan nilai produksi dari PPN pemutarannya minimum satu kali
Ternate dan instansi terkait panjang kapal terbesar, dihitung
dengan luas lingkaran.
Analisis Data
Lt = 𝜋 𝑥 𝑟 2
Data yang diperoleh disajikan dalam
Dimana :
bentuk tabel dan dianalisis secara teknis
Lt = luas untuk memutar kapal (m2)
untuk menentukan ukuran fasilitas yang
𝜋 = 3.14, r = panjang kapal terbesar
dibutuhkan dan analisis tingkat
3. Kedalaman Perairan yang dibutuhkan
pemanfaatan untuk menentukan tingkat
ditentukan dengan rumus (Direktorat
fasilitas yang ada (Nurcholis dkk., 2013).
Jenderal Perikanan 1981b):
Analisis teknis dengan rumus Direktorat
D = d + 1/2 H + S + C
Jenderal Perikanan (1981b) antara lain:
Dimana:
1. Panjang Dermaga yang dibutuhkan
D = kedalaman perairan (cm)
diketahui dengan rumus (Direktorat
d = draft kapal terbesar (cm)
Jenderal Perikanan, (1981b).
H = tinggi gelombang (maks = 80 cm)
( I + s) x n x a x h
𝐿𝑥 =
uxd S = tinggi ayunan kapal melaju (maks
30 cm)
C = jarak aman dari lunas kapal ke
Dimana: dasar perairan (minimal 25 cm)
L = Panjang Dermaga (m), I = lebar kapal 4. Luas gedung pelelangan yang
rata-rata (m), s = jarak antara kapal (m), dibutuhkan dengan rumus Yano dan
n = jumlah rata-rata kapal yang merapat NxP
Noda (1970) yaitu: S =
a = berat rata-rata kapal yang merapat Rx𝑎
Dimana:
(ton), h = lama rata-rata ikan yang
S = Luas gedung pelelangan (m2)
didaratkan (jam), u = jumlah rata-rata
N = jumlah produksi rata-rata (hari/ton)
ikan yang didaratkan tiap kapal (ton),
P = daya tampung produksi per hari
d = rata-rata lamanya fishing trip (jam)
(m2/ton)
2. Kolam Pelabuhan, ditentukan dengan
R = intensitas lelang per hari
rumus (Dirjen Perikanan 1981b).
α = perbandingan ruang lelang dengan
Lx = Lt + (3 x n x I x b ) gedung lelang (0,271).
Dimana: Sedangan untuk menentukan tingkat
Lx = Luas kolam pelabuhan (m2) pemanfaatan fasilitas pelabuhan
Lt = Luas untuk memutar kapal (m2) menggunakan rumus Zain dkk. (2011):
n = Jumlah kapal maksimum sekali
berlabuh pada waktu yang sama, Tingkat Pemanfaatan
ukuran yang dimanfaatkan
I = Panjang kapal (m) = X 100 %
ukuran yang tersedia
b = Lebar kapal (m)
Jaya dkk. 52
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
II Baik 76 – 100
IV Tidak Baik 26 – 50
Hasil selanjutnya dibahas secara deskriptif bebas. Serta dilindungi oleh pulau-pulau di
menjadi pedoman usaha peningkatan sekitarnya yaitu Pulau Tidore dan Maitara.
pemanfaatan fasilitas PPN Ternate.
Kapal dan Produksi PPN Ternate
HASIL DAN PEMBAHASAN Kapal yang memanfaatkan PPN
Gambaran Umum Pelabuhan Ternate untuk sandar melakukan aktivitas
PPN Ternate dibangun pada tahun cukup banyak dan sangat variatif, sebagian
1984-1985, didasari pada kondisi nelayan besar kapal yang mendaratkan hasil
yang sulit untuk menjual hasil tangkapan di tangkapannya bukan hanya berasal dari
wilayah administrasi Ternate. Sebagai Ternate (lokal) melainkan ada juga dari
upaya pengembangan usaha perikanan pulau-pulau terdekat seperti Pulau Tidore,
tangkap. Lokasinya yang berada tepat Sidangoli, dan Pulau Bacan.
disamping pasar tradisonal yang menjadi Kapal-kapal yang berkunjung ke PPN
titik cerntral terjadinya jual beli berbagai Ternate dari tahun ke tahun mengalami
bahan pokok antara konsumen dan peningkatan. Hal ini dikarenakan selain
produsen. Sehingga menjadi nilai tambah lokasi yang strategis dan terjangkau,
bagi PPN Ternate. Berdasarkan lokasinya fasilitas pelabuhan yang semakin hari
PPN Ternate merupakan salah satu fasilitas semakin baik. Produksi perikanan dari
perikanan yang termasuk dalam klasifikasi tahun ke tahun mengalami perubahan
pelabuhan dalam, oleh karena tidak yang fluktuatif dan cenderung
berhadapan langsung dengan perairan peningkatan, selengkapnya dapat dilihat
Jaya dkk. 53
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
pada Tabel 2 tentang jenis, ukuran, jumlah Namun, beberapa jenis ikan yang
kapal dan produksi perikanan PPN Ternate. bernilai ekonomis seperti tuna menjadi
salah satu komoditi ekspor, dengan
Pemasaran
mekanisme yang tidak langsung diekspor
Sistem pemasaran di PPN Ternate
ke negara tujuan melainkan melalui pusat
masih bersifat konvensional yakni tawar
seperti Surabaya dan Jakarta yang
menawar antara pembeli dan pedagang.
membuka cabang di PPN Ternate.
Sistem pelelangan sudah tidak terjadi lagi,
meskipun pada tahun 1987-1988, sempat Penyaluran Logistik Air, BBM, dan Es
terjadi sistem pelelangan tapi kemudian di Sumber air bersih diperoleh dari
hentikan. Karena kondisi masyarakat saat PDAM dan dari dalam PPN yang dibangun
itu yang tidak memungkinkan dan tidak pada tahun anggaran 1984/1985. Air bersih
adanya dukungan dari pemerintah daerah. digunakan untuk pelayanan kapal, industri,
dan perkantoran.
Tabel 2. Jenis, ukuran dan jumlah kapal dan produksi perikanan PPN Ternate 2007-2011
Jaya dkk. 54
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
Tabel 3. Jumlah penyaluran Air Bersih, Solar, dan Es Balok oleh PPN Ternate dan Swasta
Es balok (ton)
Tahun Air Bersih (Volume/ton) Solar (ton)
PPN Ternate swasta
2007 13,631 585 301 6,093
2008 5,062 595 409 5,467
2009 8,691 500 337 5,630
2010 9,472 535.000 293 4,698
2011 8,185 700.000 336 4,568
Jaya dkk. 55
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
2. Tangki air bersih yang disuplai dari TPI merupakan tempat terjadinya
sumur bor yang ada di kawasan PPN transaksi jual beli hasil tangkapan antara
3
Ternate dengan kapasitas 50 m debit air konsumen dan produsen. PPN Ternate
4 detik dan digunakan untuk kebutuhan memiliki dua TPI yakni TPI 1 berukuran
kapal-kapal dan pabrik es. 466 m2 dan daya tampung 20 m2/ton dan
3. Tangki BBM solar berkapasitas 5 ton TPI 2 berukuran 288 m2 dengan daya
yang dilengkapi dengan instalasi pompa tampung 10 m2/ton.
serta jaringan pipa yang mengarah ke Hasil perhitungan menunjukkan
dermaga untuk memudah kapal-kapal bahwa luas TPI yang dibutuhkan untuk
yang mengisi bahan bakar. menampung hasil tangkapan 20 m2/ton
4. Pabrik es balok memiliki luas 200 m2 adalah 738 m2/ton. Sementara luas yang
dengan kapasitas 10 ton/hari. Produksi ada hanya 466 m2. Oleh karena itu TPI 1
es balok diutamakan untuk melayani memerlukan adanya pengembangan.
kapal-kapal yang ada di sekitar Sedangan untuk TPI 2, berdasarkan hasil
pelabuhan. perhitungan dibutuhkan luas TPI 2
sebesar 369 m2/ton. Sementara luas yang
Analisis Pengembangan Fasilitas
ada hanya 288 m2. Oleh karena itu TPI 2
Analisis pengembangan fasilitas PPN
memerlukan pengembangan.
Ternate dapat dilihat pada Tabel 4.
3. Kolam Pelabuhan
1. Dermaga
Kolam pelabuhan PPN Ternate tidak
PPN Ternate memiliki 2 unit dermaga
memiliki batas kolam. Berdasarkan data
yakni dermaga 1 terletak di bagian
WKOPP (Wilayah Kerja Operasional
Selatan dan dermaga 2 di bagian Utara
Pelabuhan) luas kolam pelabuhan
pelabuhan. Dermaga 1 merupakan 2
315.000,0 m . Sedangkan berdasarkan
dermaga utama yang ukuran lebih besar
hasil perhitungan bahwa kolam
dari dermaga 2 yang memiliki ukuran
pelabuhan yang diperlukan dalam
panjang 160,7 m dan lebar 7 m.
menampung 30 kapal yang berlabuh
Berdasarkan hasil analisis
berukuran panjang terbesar 49,60 m
pengembangan bahwa dermaga PPN
dengan lebar rata-rata 4 m pada saat
Ternate dapat menampung yang kapal
yang sama yaitu seluas 5.767,593 m2.
berlabuh sebanyak 18 unit/hari dengan
Berdasarkan hasil analisis dapat
panjang kapal rata-rata 16 m dan Lebar 3
disimpulkan bahwa PPN Ternate belum
m. Rata-rata kapal yang bersandar setiap
memerlukan adanya pengembangan
hari ini hanya membutuhkan dermaga
kolam pelabuhan dalam waktu dekat.
sepanjang 128 m. Hal ini menunjukan
bahwa dermaga tidak perlu ada 4. Kedalaman Perairan PPN Ternate
pengembangan dalam waktu dekat Kedalaman Perairan PPN Ternate
5,50 m, hasil perhitungan bahwa
2. TPI (Tempat Pemasaran Ikan)
kedalaman yang dibutuhkan ± 3,56 m.
Jaya dkk. 56
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
Perhitungan ini di lakukan berdasarkan dari lunas kapal yaitu 1 m. Hal ini
draft kapal terbesar yaitu 300 cm. Dengan menunjukan bahwa kedalaman kolam
tinggi gelombang maksimum 25 cm, dan masih layak dan tidak memerlukan
tinggi ayunan kapal 30 cm, serta jarak aman pengerukan dalam waktu dekat.
Tabel 4. Hasil Analisis Perhitungan dan Pengembangan Fasilitas Pokok PPN Ternate
Ukuran Persentasi
Fasilitas Pemanfaatan Pengembangan
Saat ini Perhitungan (%)
Jaya dkk. 57
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
Jaya dkk. 58
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
Jaya dkk. 59
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.4 (7) April 2017: 49 - 60 ISSN: 2355-729X
Jaya dkk. 60