Anda di halaman 1dari 77

MODUL MATEMATIKA DASAR

RHEYMONARUUU
ANDI SURYA
ALYA

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan buku ajar. Tak lupa juga mengucapkan Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat beliau, kita mampu
keluar dari kegelapan menuju jalan yang terang.

Adapun, buku ajar saya ini berjudul “Buku Ajar Matematika Satu Semester” ini telah
selesai saya buat secara semaksimal dan sebaik mungkin agar menjadi manfaat bagi saya dan
bagi pembaca. Saya sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu saja jauh dari kata
sempurna tentang buku ini. Oleh sebab itu, saya mohon maaf jika ada kekeliruan materi didalam
bahan ajar ini.

Demikian buku ajar ini saya buat, dengan harapan agar saya dan pembaca bisa memahami
materi yang ada dalam buku ini. Terima kasih

Makassar, 21 Agustus 2023

MUHAMMAD IMAM IHSAN

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I ARITMATIKA

A. Pengartian Aritmatika…………………………………………………………...4
B. Jenis-jenis Bilangan……………………………………………………………..4
C. Bilangan Pecahan……………………………………………………………….8

BAB II PENGANTAR ALJABAR

A. Pengartian Aljabar…… ………………………………………………………12

BAB III TURUNAN

A. Definisi Turunan ……………………………………………………………….17


B. Rumus Turunan…………………………………………………………………18
C. Kaidah-kaidah Differensial……………………………………………………..19
BAB IV MATRIKS
A. Pengartian Matriks………………………………………………………………26
B. Jenis-jenis Matriks………………………………………………………………27
C. Operasi Dan Sifat-Sifat Matriks…………………………………………………31
D. Determinan Matriks……………………………………………………………...32
E. Invers Matriks……………………………………………………………………33
BAB V HIMPUNAN
A. Pengartian Himpunan…………………………………………………………….35
B. Jenis-Jenis Himpunan……………………………………………………………35
C. Relasi Himpunan…………………………………………………………………37
D. Operasi Himpunan……………………………………………………………….38
E. Himpunan Bilangan……………………………………………………………...39
F. Diagram Venn……………………………………………………………………41
G. Notasi Dan Anggota Himpunan…………………………………………………42

3
H. Menyatakan Suatu Himpunan……………………………………………………43
I. Menentukan Banyak himpunan Bagian dari Suatu Himpunan………………….43
BAB VI FUNGSI
A. Pengartian Fungsi………………………………………………………………..44
B. Sifat Fungsi………………………………………………………………………44
C. Jenis Fungsi………………………………………………………………………46
BAB VII KURVA
A. Definisi Kurva……………………………………………………………………52
B. Jenis Kurva……………………………………………………………………….52
C. Grafik Fungsi Kuadrat…………………………………………………………...53
BAB VIII LIMIT
A. Definisi Limit
Fungsi…………………………………………………………….60
B. Sifat-Sifat Limit
fungsi…………………………………………………………..62
C. Menentukan Nilai Limit
Fungsi………………………………………………….63
D. Limit Fungsi
Trigonometri……………………………………………………….65 BAB IX
INTEGRAL
A. Integral Tak Tentu………………………………………………………………..69
B. Integral Tentu…………………………………………………………………….71
C. Integral Persial…………………………………………………………………...72
D. Teknik Integral Subsitusi………………………………………………………...73
BAB X VEKTOR
A. Definisi Vektor…………………………………………………………………...75
B. Sifat-Sifat Vektor………………………………………………………………...75
C. Jenis-jenis Vektor dalam Matematika……………………………………………76
D. Jenis-jenis Vektor Berdasarkan Operasi Hitungan………………………………76
E. Cara menuliskan Notasi Vektor………………………………………………….77
F. Perbedaan Vektor Dengan Saklar………………………………………………..77
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………78

4
BAB I

ARITMATIKA

A. Pengartian Aritmatika
Aritmatika adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan antara angka
untuk memecahkan suatu masalah. Adapun aritmatika sosial mempelajari hubungan
angka untuk memecahkan permasalahan.

Aritmatika (sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani arithmos, “angka”)
merujuk secara umum pada aspek-aspek dasar dari teori angka, seni pengukuran
(pengukuran), dan perhitungan numerik (yaitu, proses penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian, pangkat, dan akar).

Ahli matematika Jerman terkemuka, Carl Friedrich Gauss, dalam Disquises


Arithmeticae (1801), dan beberapa ahli matematika modern telah menggunakan
istilah ini untuk memasukkan topik yang lebih maju

Tujuan dari operasi aritmetika ialah cara untuk menghitung bilangan yang paling
dasar, dan operasi aritmetika akan meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
juga pembagian.
1. Jenis-jenis Bilangan
a) Bilangan asli/Bilangan cacah
Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang bukan nol. Jadi, bilangan
asli dimulai dari angka 1 sampai tak terhingga. Sedangkan bilangan cacah
adalah bilangan bulat positif yang dimulai dari nol. Jadi, bilangan cacah
dimulai dari angka 0 sampai tak terhingga.
0 s/d 9
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
246 → 2 ratusan, 4 puluhan, dan 6 satuan
= 200 + 40 + 6
2. Bilangan bulat
Menurut Wahyudin Djumanta dalam buku Matematika, bilangan bulat adalah
bilangan yang terdiri atas bilangan bulat positif, bilangan nol, dan bilangan bulat

5
negatif. Posisi bilangan bulat positif adalah di sebelah kanan nol, sedangkan bilangan
bulat negatif di bagian kiri nol.
Dengan kata lain, apabila semakin ke kanan letak suatu bilangan, maka nilainya
akan semakin besar dan sebaliknya. Jadi semakin besar bilangan bulat negatif, berarti
akan semakin kecil nilainya. Sementara semakin besar bilangan bulat positif, maka
nilainya semakin besar juga.
I I I I I I I I I I
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, → Bilangan bulat
-3 > -6
2 > -4
-7 < 12
3. Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, Pembagian (tanda kurung aturan proritas)
Contoh :
1) 34 + 10 : (2-3)x5 =
34 + (10 : (-1)x5 = 34 (-10x6)
= 34-50 = -16
2) 3 (15 : 3 [5-2])
3x (15 : 3[3]) = 3 x (5x3)
= 3 x 15
= 45

3)
= 5-(8 +7 x 3 – 9 : 3)
= 5-(8 + (7 x 3) – (9 : 3)
= 5-(8 + 21 – 3)
= 5-(29 – 3)
= 5 – 26
= -21
a. Operasi-operasi Aritmatika
1. Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, Pembagian (tanda kurung
aturan proritas). Contoh
4) 34 + 10 : (2-3)x5 =

6
34 + (10 : (-1)x5 = 34 (-10x6)
= 34-50 = -16
5) 3 (15 : 3 [5-2])
3x (15 : 3[3]) = 3 x (5x3)
= 3 x 15
= 45

6)
= 5(8 +7 x 3 – 9 : 3)
= 5-(8 + (7 x 3) – (9 : 3)
= 5-(8 + 21 – 3)
= 5-(29 – 3)
= 5 – 26
= -21
a. Bilangan Prima, FPB, KPK
1. Faktorisasi prima
2,3,5,7,11……dst
1 → bukan bilangan prima Contoh

84 126

2 42 2 63

2 21 3 21

3 7 3 7

84 2x2x3x7
b. Faktor Persekutuan Terbesar
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dua bilangan asli adalah faktor
terbesar yang sama-sama dimiliki oleh kedua bilangan tersebut.
Sebagai contoh, faktorisasi prima dari 144 dan 66 ialah

7
144 66

2 33
2 72

3 11 2 36

FPB 144 dan 66 = 2 x 3


2 18
=6

2 9

3 3

144 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 x 3
c. Kelipatan perskutuan tekecil KPK
Bilangan asli terkecil yang dapat habis dibagi oleh
pasangannya bilangan asli, disebut kelipatan persekutuan terkecil
(KPK). Kelipatan persekutuan terkecil ini juga diperoleh dari
faktorisasi prima masing-masing dari kedua bilangan tersebut,
sebagai

Contoh
144 = 2x2x2x2x3x3 →f, prima
66 = 2x3x11
KPK = 2x2x2x2x3x3x11 = 1.585
B. Bilangan Pecahan
Bialngan pecahan merupakan salah satu bilangan yang sering kita jumpai dalam
pelajaran dalam pelajaran matematika. Dalam Bahasa inggris pecahan berarti fraction
yang erasal dari Bahasa latin, yaitu “fractus” yang artinya rusak. Pengartian dari bilangan
pechan adalah bagian dari suatu kuantitas tertentu.

8
Secara matematis, bilangan pecahan dapat disimbolkan dengan “ ” bilangan bias dibaca
dengan “a per b” bilangan a sebagai pembilang dan bilangan b sebagai penyebut.

 Penjumlahan dan Pengurangan


Penjumlahan bilangan pecahan disimbolkan dengan tanda tambah (+).
Sedangkan pengurangan disimbolkan dengan tanda (–). Dalam penjumlahan
bilangan pecahan yang memiliki penyebut yang sama, bilangan yang
dijumlahkan hanya bilangan pada pembilang saja. Sedangkan penjumlahan
bilangan pecahan yang berbeda penyebutnya, tidak dapat dilakukan secara
langsung. Namun harus menyamakan terlebih dahulu penyebutnya dengan
menggunakan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari penyebut-penyebutnya.
Aturan yang sama juga berlaku untuk operasi pengurangan bilangan pecahan
Contoh

1.

=2

2.
KPK → 1583 = 15
 Perkalian pecahan
Contoh

1.

2.
 Pembagian pecahan
Contoh

1.

2.

9
 Presentase
1) Berapa presentase resisto yang rusak dalam I pak yang terdiri dari 25 buah
resistor jika 12 diantaranya rusak?

x 100% = 48%

24% dari 75

C. System denani/desimal
System ini merupakan system dasar kita dimana pad system ini kuantitas yang besar
atau kecil dapat di sajikan dengan menggunakan symbol-simbol 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
bersama dengan nilai tempat

Contoh
2, 7, 6, 5, 3 2 10

103 102 101 100 10−1 10−2 10−3

1000 1000 10 1

D. System Biner
System ini banyak digunakan dalam semua bentuk aplikasi pensaklaran. Symbol
yang digunakan disini hanyalah 0 dan 1dari nilai tempatnya adalah pangkat-pangkat dari
2, dengan kata lain sisem ini memiliki basis 2.

Contoh
1 0 1 1, 1 0 1
23 22 21 20 2−1 2−2 2−3

8 4 2 4

1x8 0x4 1x2 1x1 1x

10
D. System oktal
Sistem ini menggunakan symbol-simbol
0,1,2,3,4,5,6,7
Dengan nilai tempat yang berupa penghantar

Contoh
3 5 7, 3 2 1
82 81 80 8−1 8−2 8−3

3x64 5x8 7x1 3x

192 + 40 + 7 +
357,321 = 239,4082,0
E. System heksadesimal (basis 16)
System ini digunakan pada computer. Simbolny sini perlu mencapai nilai ekuivalen.
Sehingga setelah 9, huruf alphabet digunakan sebagai berikut
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 A,B,C,D,E,F
F. Contoh Soal dan Pembahasan
1. Jumlahkan secara berurutan mulai dari digit paling kanan. Untuk dua bilangan yang
dijumlahkan, jika hasil penjumlahan lebih dari 15 akan terjadi carry 1, kemudian
hasil penjumlahan dikurangi 16 yang akan disimpan sebagai hasil penjumlahan
Hexadecimal. Perhatikan contoh di bawah! a. 153(16) + 234(16) =

………. (16) Langkah-langkah penyelesaian: 153 234 —- (+)


• 3+4=7
• 5+3=8
• 1+2=3
Karena tidak terdapat carry, maka
153(16) + 234(16) = 387(16)
b. 1A7(16) + D89(16) = ………. (16) Langkah-langkah
penyelesaian:
1A7
D89

11
—- (+)
• 7 + 9 = 16, karena lebih dari 15, maka terjadi carry 1 dan hasil
penjumlahan adalah 0 yaitu dari 16-16.
• 1 + A + 8, angka 1 adalah carry dari penjumlahan sebelumnya. A=10 pada
bilangan Decimal, jadi 1 + A + 8 = 1 + 10 + 8 = 19, hasil penjumlahan
adalah 3 yatiu dari 19-16 dan carry 1.

• 1 + 5 + D = 1 + 1 + 13 = 15, hasil penjumlahan adalah F karena 15 = F


pada bilanagan Hexadecimal

BAB II

PENGANTAR ALJABAR
A. ALJABAR
Aljabar adalah aljabar adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol matematika
dan aturan untuk memanipulasi simbol-simbol

12
Aljabar (Algebra) merupakan salah satu cabang dalam ilmu matematika yang
sangat luas cakupannya, sedangkan aljabar itu sendiri diartikan sebagai cabang ilmu
dalam matematika yang mempelajari simbol matematika dan aturan aturan yang
digunakan untuk memanipulasi simbol tersebut.

Aljabar dapat mempermudah dalam memecahkan permasalahan daripada metode


konvensional, yaitu menyatakan permasalahan dalam kata-kata. Aljabar merupakan
cabang matematika yang ditemukan oleh Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-
Khwarizmi. Aljabar telah mulai digunakan oleh matematikawan di sekitar 3500
tahun di masa peradaban Mesopotamia. Istilah aljabar pertamakali muncul dalam
buku karangan Al-Khwarizmi yang berjudul The Compendious Book on Calculation
by Completion and Balancing. a. Penjumlahan aljabar

Operasi penjumlahan aljabar adalah salah satu operasi dasar untuk simbol
tambah (+) pada bentuk aljabar. Untuk kasus tertentu, menjumlahkan bentuk
aljabar dapat memuat pangkat dan perhitungan yang mutakhir. Berikut dijelaskan
cara menjumlahkan aljabar dasar (meliputi penjumlahan sederhana, dengan
konstanta, penjumlahan banyak suku, penjumlahan negatif) dan menjumlahkan
aljabar berpangkat.

1. Cara Penjumlahan Aljabar


Cara menjumlahkan aljabar pada dasarnya dapat dilakukan apabila
operand (elemen yang dijumlahkan) mempunyai suku yang sejenis. Suku
sejenis dalam hal ini berarti elemen yang dijumlahkan mempunyai simbol
variabel sama dan pangkat variabel juga sama. Contoh

1. 16x + 20x
= 36x
2. 4xy + 3xz – 6zy – 5zx + yx
= 4xy + 3xz - 6zy
Xy – 5xz
________________ +
5xy – 2xz – 6zy
2. Pengurangan aljabar
Contoh
13
1. 28a – 12a
= 16a
2. (3x3 – 5x + 8) – (7x2 + 6x – 9)
= 3x3 + 0 – 5x + 8
0 – 7x2 + 6x – 9
______________ -
3x3 – 7x2 – 11x + 17
3. Pembagian aljabar
Contoh
1. 12a : 6a

= 2a

2.
4. Perkalian aljabar
Perkalian pelangi : 1 suku dengan 2 suku
1. 5(x+10) = 5x + 50
2. -2(x + 11) = -2x – 22

Contoh

1. (2x + 5 ) (3x+2)
= 6x2 + 4x + 15x + 10
= 6x2 + 19x + 10
2. (2p – 3q) (2p+3q)
= 2p (2p+3q) – 3q (2p+3q)
= 4p2+ 6pq – 6pq – 9q2
= 4p2 – 9q2

5. Pangkat
Contoh eksponen atau pangkat berdasarkan sifat-sifatnya Contoh
:

14
1. 22 = 2x2 = 4
2. 35 = 3x3x3x3x3 = 243
3. −24 = -(2x2x2x2) = -16

Contoh soal
1. 53 x 52 =
53+2
= 3125
2. 22 : 42 =
22 : (22)2
= 22-4
= 2-2
= 1/4
6. Faktorisasi aljabar
1. 4x2y + 8xy2 = 4xy

= 4xy (x+2y)

2. 8x2 + 22x + 15
= 8x2 + 10x + 12x + 12
= 2x (4x+5) + 3(4x+5)
= (4x+5) (2x+3)
7. Pecahan
Contoh soal

1.

2.

15
BAB III

TURUNAN

A. DEFINISI TURUNAN

16
Turunan fungsi (diferensial) ialah fungsi lain dari suatu fungsi sebelumnya, misalnya
fungsi f menjadi f’ yang memiliki nilai tak beraturan. Turunan (diferensial) dipakai sebagai
suatu alat untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam geometri dan mekanika. Dalam
sumber lain mengatakan bahwa turunan suatu fungsi adalah gradien garis singgung
fungsi tersebut yang berada di suatu titik tertentu

Turunan merupakan suatu perhitungan terhadap perubahan nilai fungsi karena perubahan
nilai masukan (variabel).Turunan dapat disebut juga sebagai diferensial dan proses dalam
menentukan turunan suatu fungsi disebut sebagai diferensiasi.Menggunakan konsep limit
yang sudah dipelajari, turunannya dapat didefinisikan sebagai

Turunan tersebut didefinisikan sebagai limit dari perubahan rata-rata dari nilai fungsi
terhadap variabel x.
Berikut merupakan beberapa penerapan turunan.
• Turunan dapat diterapkan untuk menghitung gradien dari garis singgung suatu
kurva.
• Turunan dapat digunakan untuk menentukan interval dimana suatu fungsi naik
atau turun.
• Turunan dapat diterapkan untuk menentukan nilai stasioner suatu fungsi.
• Turunan dapat diterapkan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dengan persamaaan gerak.
• Turunan dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
maksimumminimum.
Turunan fungsi y = f(x) terhadap x dititik x = x1, didefinisikan sebagai berikut:

17
B. RUMUS TURUNAN
Berikut merupakan beberapa rumus dasar untuk menentukan turunannya :
• F(x) = c, dengan c merupakan konstanta
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = 0.
• F(x) = x
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = 1.
• F(x) = kapak n
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = anx n – 1
• Penjumlahan fungsi: h(x) = f(x) + g(x)
Turunan fungsi tersebut yaitu h’(x) = f’(x) + g’(x).
• Pengurangan fungsi: h(x) = f(x) – g(x)
Turunan fungsi tersebut adalah h’(x) = f’(x) – g’(x)
 Perkalian konstanta dengan suatu fungsi (kf)
(x).
Turunan fungsi tersebut adalah k . f’(x).

C. TURUNAN FUNGSI

Seandainya terdapat suatu fungsi f(x) = ax n . Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) =
anx n – 1 . Contohnya:

F(x) = 3x 3

Turunan dari fungsi tersebut yaitu


F’(x) = 3 (3) x 3 – 1 = 9 x 2 .

Contoh lainnya misalnya g(x) = -5y -3 .

Turunan dari fungsi tersebut adalah g’(y) = -5 (-3) y -3 – 1 = 15y -4 .

1. Turunan Fungsi Aljabar


Pembahasan turunan fungsi aljabar pada bagian ini meliputi turunan dalam
bentuk pertambahan dan turunan dalam pembagian fungsi aljabar.
Turunan fungsi aljabar dalam bentuk pertambahan yaitu sebagai berikut.
Misalkan terdapat penambahan fungsi: h(x) = u(x) . v(x).
Turunan dari fungsi tersebut yaitu h’(x) = u’(x) . v(x) + u(x) . v’(x).
Keterangan:

18
• H(x) : fungsi dalam bentuk penambahan fungsi.
• H’(x) : fungsi turunan bentuk pertambahan
• U(x), v(x) : fungsi dengan variabel x
• U’(x), v’(x) : turunan fungsi dengan variabel x Turunan fungsi aljabar
dalam bentuk pembagian yaitu:
Misalkan terdapat penambahan fungsi: h(x) = u(x)/v(x). Turunan dari fungsi
tersebut adalah
H’(x) = (u’(x) .v(x) – u(x) .v’(x))/v 2 (x). Keterangan:
• H(x) : fungsi dalam bentuk penambahan fungsi.
• H’(x) : fungsi turunan bentuk pertambahan
• U(x), v(x) : fungsi dengan variabel x
• U’(x), v’(x) : turunan fungsi dengan variabel x
2. Turunan Akar
Misalkan terdapat suatu fungsi akar sebagai berikut

Untuk menentukan turunan dari fungsi tersebut, terlebih dahulu kita ubah ke
dalam bentuk fungsi perpangkatan. Bentuk fungsi perpangkatannya yaitu f(x) =
x a/b .
Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) = a/b . x (a/b) – 1 . Bagaimana
jika fungsi berbentuk seperti ini?

Untuk menentukan turunan fungsi di atas, terlebih dahulu diubah menjadi


bentuk perpangkatan.
F(x) = g(x) z/b
Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) = a/b . g(x) (a/b) – 1 . g’(x).
3. Turunan Parsial
Apa itu turunan sebagian? Turunan sebagian merupakan suatu turunan dari
fungsi peubah banyak terhadap suatu peubah, sedangkan peubah yang lain
dipertahankan. Misalkan terdapat suatu fungsi: f(x, y) = 2xy, turunan sebagian
dari fungsi tersebut terhadap variabel x yaitu f x ‘(x, y) = 2y. Contoh lainnya
yaitu, terdapat fungsi g(x,y) = -3xy 2
Turunan secara parsial terhadap variabel y yaitu f y ‘(x,y) = -6xy.
4. Turunan Implisit
Turunan implisit ditentukan berdasarkan variabel yang terdapat dalam fungsi.

19
• Suatu fungsi dengan variabel x, turunannya : xd/dx.
• Suatu fungsi dengan variabel y, turunannya : yd/dy. Dy/dx.
• Suatu fungsi dengan variabel x dan y, turunannya : xy d/dx + xy d/dy .
dy/dx. Untuk menghitung turunan pertama y/𝑑𝑥 dari fungsi implisit f(x,y)
= 0, kita perhatikan tiap-tiap suku sebagai suatu fungsi dari x, kemudian
enurunkan suku demi suku, misalnya: 2 + 𝑥𝑦 + 2 = 0
2 + + 𝑥𝑦′ + 2 + 2𝑥𝑦𝑦′ = 0
′ + 2𝑥𝑦 = −2 – – 2
′ = −2 − − 2

Diferensial membahas tentang tingkat perubahan suatu fungsi sehubungan


dengan perubahan kecil dalam variabel bebas fungsi yang bersangkutan.
Proses penurunan sebuah fungsi, disebut juga pendiferensian atau
diferensiasi, pada dasarnya merupakan penentuan limit suatu kofisien
diferensi dalam hal pertambahan variable bebasnya sangat kecil atau
mendekati nol. Hasil yang diperoleh dari proses diferensiasi tersebut

20
dinamakan turunan atau derivative (derivative).

D. KAIDAH-KAIDAH DIFERENSIAL
1. Diferensiasi Konstanta
Jika y = k, dimana k adalah konstanta, maka
Dy/dx = 0 Contoh
:
Y = 5, maka dy/dx = 0
Atau lebih mudahnya kalau kita mengganti simbol dy/dx menjadi y’, misalnya:
Y = 100 -> y’ = 0
Y = ½ -> y’ = 0
2. Diferensiasi fungsi pangkat
Jika y = xⁿ, dan adalah konstanta maka
Dy/dx = nXn-1 Contoh
:
Y = x³
Y’ = 3 x 3-1 = 3 x²
Y = X –8
Y’ = – 8X–9
21
3. Diferensiasi perkalian konstanta dengan fungsi
Jika y = kv dan v = h (x), maka
Dy/dx = k dv/dx Contoh
:
Y = 5 x³, maka dy/dx = 5 ( 3x² ) = 15 x² Contoh lain:
Y = 5X–8 -> y’ = – 40X–9
Y = 4X5 -> y’ = 20X4
4. Diferensiasi pembagian konstanta dengan fungsi
Jika y = k , dimana v = h (x), maka
Dy/dx = k dy/dx /v² Contoh
:
Y = 5/x³ , dy/dx = 5(3x²)/(x³)2 = −15x²/x6 Contoh lain:
Y = 4/X–8 -> y’ = – 4. – 8 X–9/(X–8)2 = 32X–9/X –16
Y’ = (32 X–9 ). X16
Y’ = 32X7
5. Diferensiasi penjumlahan / pengurangan fungsi Jika y = u ± v, dimana u = g
(x) dan v = h(x), maka
Dy/dx = du/dx ± dv/dx Contoh
:
Y = 4 x² + x³ misalkan u = 4 x² → du/dx = 8x
V = x³ → dv/dx = 3 x² , maka dy/dx = 8x + 3x²
Y = – 2X–1 + 4X + 8 , maka y’ = 2X–2 + 4
6. Diferensiasi perkalian fungsi
Jika y = uv, dimana u = g(x) dan v = h(x) maka dy/dx = u dv/dx + v du/dx
Contoh : y = (4x²) (x³)
Misalkan u = 4 x² → du/dx = 8 x
V = x³ → dv/dx = 3 x²
Maka dy/dx = u dv/dx + v du/dx = (4x²) (3x²) + (x³)(8x)
= 12 x4 + 8x4 = 20 x4
7. Diferensiasi pembagian fungsi
Jika y = U/V , dimana U = g (x) dan V = h (x) maka
Y’ = VU’ – UV’/V 2 Contoh
:
22
Y = U/V -> y = (4x²)/x³
Y’ = x³(8x) – (4x²).3x2/(x³)2 = 8X4 – 12X4/x 6
= – 4X4 .X–6
= – 4X–2
8. Diferensiasi fungsi komposit
Jika y = f(x) sedangkan u = g(x), dengan kata lain y = f {g(x)} maka dy/dx =
dy/du * du/dx Contoh :
Y = (4x³ + 5)²
Misalkan u = 4x³ + 5 → du/dx = 12x²
Y = u² → dy/du = 2u
Maka dy/dx = dy/du * du/dx = 2u * 12x²
= 2 (4x³ + 5) * 12x²
= 96 x5 + 120 x²
9. Diferensiasi fungsi berpangkat
Jika y = uⁿ , dimana u = g (x) dan n adalah konstanta, maka dy/dx = nu n-1 *
du/dx
Contoh : y = (4x³ + 5)²
Misalkan u = 4x³ + 5 → du/dx = 12x² dan
Y = u²
Maka dy/dx = nu n-1 * du/dx = 2 (4x³ + 5)(2-1)*12x²
= 96 x5 + 120 x²
10. Fungsi Komposit Logaritmik
Y = a log U ; U = g(x), maka
Dy/dx = a log e/U.du/dx Contoh:
Y = log (x+5)/(x+7),
Maka dalam soal ini U = (x+5)/(x+7)
Du/dx = (x+7)(1)-(x+5)(1)/(x+7)2 = 2/(x+7)2
Sehingga dy/dx = log e/(x+5)(x+7).2/(x+7)2
Dy/dx = 2 log e/(x+5)(x+7)
11. Diferensiasi Fungsi Komposit Logaritmik Berpangkat
Y = (a log U)n dimana U = g(x)

23
N = konstanta
Maka dy/dx = n (a log U)n-1 . a log e/U.du/dx Contoh:
Y = (log 6x2)3. -> U = 6x2 ; jadi du/dx = 12x
Dy/dx = 3 (log 6x2)2 . log e/6x2 (12x)
= 36x(log 6x2)2 log e/6x2
= 6 (log 6x2)2 log e/x
12. Diferensiasi Fungsi Komposit Logaritmik Napier
Log. Napier → logaritma yang bilangan pokoknya
E = 2,71828
→Biasa ditulis dengan e log a = 1n a
Y = Ln U ; U = g(x) maka dy/dx = 1/U. Du/dx
Contoh: y = 1n (5x2 + 7) -> U = 5x2 + 7
Du/dx = 10x
Dy/dx = 1/(5x2 + 7). 10x = 10x/(5x2 + 7)
13. Diferensiasi Fungsi Komposit logaritmik Napier Berpangkat
Y = (Ln U)n ; U = g (x) ; n = konstanta
Dy/dx = n(Ln U)n-1.1/U.du/dx
Contoh:
Y = (Ln 3x2)4 -> U = 3x2 -> du/dx = 6x
Dy/dx = 4(Ln 3x2)3 1/3x2 . 6x
Dy/dx = 8/x(Ln 3x2)3
14. Diferensiasi Fungsi Komposit Eksponensial
Y = au ; U = g (x) dan a = konstanta ; maka dy/dx = au Ln a du/dx Contoh:
Y = 5 (x2-2) maka U = x2-2 sehingga du/dx = 2x
Dy/dx = 5 (x2-2) Ln 5. 2x
15. Diferensiasi Fungsi Kompleks Y = Uv ; U = g (x) dan V = h (x)
Maka dy/dx = V.Uv-1 du/dx + Uv Ln U dv/dx Contoh:
Y = 7x x5 -> U = 7x -> du/dx = 7
V = x5 -> dv/dx = 5x4
Dy/dx = x5 . 7x x5-1 . 7 + 7x x5 Ln 7x . 5x4\
= 49x x5+4 + 35x x5+4 Ln. 7x

24
= 35x x5+4 (7/5 + Ln 7x)
16. Diferensiasi Fungsi Balikan
Jika y = f (x) dan x = g (y) adalah fungsi-fungsi yang berbalikan, maka
Dy/dx = 1/dx/dy Contoh:
X = 10y + 3y4

BAB IV

MATRIKS

A. PENGARTIAN MATRIKS
Matriks adalah susunan bilangan-bilangan dalam bentuk baris dan kolom yang
membentuk suatu persegipanjang. Penulisan susunan tersebut dibatasi oleh kurung siku atau
kurung biasa. Bilangan-bilangan dalam matriks bisa berupa bilangan real ataupun bilangan
kompleks. Namun dalam buku 88 ini pembahasan matriks hanya dibatasi pada bilangan
real,

B. JENIS-JENIS MATRIKS
1. Matriks baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris. Misalnya:
P [-5 2], Q [10 9 8]

25
2. Matriks kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom.

3. Matriks persegi adalah matriks yang banyak baris sama dengan banyak kolom

4. Matriks nol adalah matriks yang semua elemennya nol

5. Matriks identitas adalah matriks yang elemen


-elemen diagonal utamanya sama

dengan 1, sedangkan elemen-elemen lainnya sama dengan 0.

6. Matriks Skalar adalah matriks yang elemen-elemen diagonal utamanya sama,


sedangkan elemen di luar elemen diagonalnya bernilai nol.

7. Matriks diagonal adalah matriks persegi yang elemen di luar diagonal utamanya
bernilai nol.

8. Matriks segitiga atas adalah matriks persegi yang elemen-elemen di bawah


diagonal utamanya bernilai nol.

9. Matriks segitiga bawah adalah matriks persegi yang elemen-elemen di atas


diagonal utamanya bernilai nol.

26
10. Transpos matriks A atau (At) adalah sebuah matriks yang disusun dengan cara
menuliskan baris ke-i matriks A menjadi kolom ke-i dan sebaliknya,
menuliskan kolom ke-j matriks A menjadi baris ke-j.

C. OPERASI SIFAT-SIFAT MATRIKS


Sebelum membahas mengenai operasi dan sifat-sifat matriks, akan lebih baik
dipahami terlebih dahulu tentang pengertian dari kesamaan matriks bahwa dua
matriks dikatakan sama jika kedua matriks tersebut memiliki ukuran yang sama dan
unsur-unsur yang bersesuaian pada kedua matriks tersebut sama. Perhatikan contoh
5.3 berikut.

Pada contoh 5.3 matriks A = B karena A dan B memiliki ukuran yang sama dan
unsur-unsur yang bersesuaian pun sama. A ≠ C karena meski A dan C memiliki
ukuran yang sama, namun ada unsur bersesuaian yang tidak sama yakni 7 dan 9.
A≠D karena tidak memiliki ukuran yang sama.
1. Penjumlahan Matriks
Jika A dan B adalah sebarang dua matriks yang ukurannya sama, maka A+ B
merupakan matriks yang diperoleh dengan menambahkan unsur-unsur yang
bersesuaian pada A dan B. Dalam hal ini artinya jika dua matriks atau lebih
memiliki ukuran yang berbeda, maka matriks-matriks tersebut tidak dapat
dijumlahkan.

Sifat-sifat yang berlaku pada penjumlahan matriks adalah a)


A + B = B + A (sifat komutatif)

27
b) + (B + C) = (A + B) + C (sifat asosiatif)
c) A + 0 = 0 + A = A (memiliki matriks identitas yakni matriks 0)
2. Pengurangan Matriks
Syarat operasi pengurangan sama dengan operasi penjumlahan yakni ukuran
matriks yang dioperasikan harus sama. Jika A dan B adalah sebarang dua
matriks yang ukurannya sama, maka A – B merupakan matriks yang diperoleh
dengan mengurangkan unsur-unsur yang bersesuaian pada A dengan B.
Berbeda dengan sifat-sifat yang berlaku pada penjumlahan matriks, pada
pengurangan matriks tidak berlaku sifat komutatif dan sifat asosiatif.

Berbeda dengan sifat-sifat yang berlaku pada penjumlahan matriks, pada


pengurangan matriks tidak berlaku sifat komutatif dan sifat asosiatif.

3. Perkalian Skalar Dengan Matriks


Jika c adalah suatu skalar dan A adalah suatu matriks A, maka hasil kali cA
adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan c pada setiap unsur A.

Secara intuitif, pada contoh di atas dapat diperoleh informasi bahwa jika A
adalah sebarang matriks maka A menyatakan (-1)A. Serta, jika A dan B adalah
dua matriks yang ukurannya sama, maka A B didefinisikan sebagai A + (-B) =
A + (-1)B.
Sehingga sifat-sifat yang berlaku pada perkalian skalar dengan matriks adalah :
• (-1)A = -A
• A + (-B) = A + (-1)B
• A + (-A) = A A = 0
• cA=cA (sifat komutatif)

28
• c (A+B) = cA+cB (sifat distributif)
• c (A-B) = cA – cB
• (c+d)A = cA+dA
• (cd)A = c(dA) (Sifat Asosiatif)
4. Perkalian matriks dengan matriks
Jika A adalah matriks berordo mxn dan B adalah matriks berordo nxr, hasil kali
A dan B adalah suatu matriks (misal C) yang memiliki ordo mxr. Setiap elemen
dari C (misal cij) diperoleh dari jumlah hasil kali unsur-unsur baris ke-i dari A
dengan unsur-unsur kolom ke-j dari B.
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa syarat dua matriks dapat dikalikan
adalah banyak kolom matriks pertama harus sama dengan banyak baris pada
matriks kedua, sehingga hasil perkalian tersebut memiliki ordo baru yakni
banyak baris matriks pertama kali banyak kolom matriks kedua.

Hasil kali A dan B di atas menghasilkan C, sekarang yang menjadi pertanyaan


adalah apakah hasil kali B dan A menghasilkan C? Dengan kata lain apakah
perkalian matriks dengan matriks bersifat komutatif?. Perhatikan bahwa B dan
A tidak dapat dikalikan karena banyak kolom dari B tidak sama dengan banyak
baris dari A. Sehingga perkalian matriks dengan matriks tidak bersifat
komutatif atau A,B ≠ B,A

29
5. Perpangkatan matriks
Perpangkatan matriks An dengan n>1, n bilangan asli hanya dapat dilakukan
jika A adalah matriks bujur sangkar dan unsur-unsur hasil perpangkatan matriks
bukan merupakan perpangkatan dari unsur-unsur A. Dengan demikian jika A
matriks bujur sangkar maka berlaku A² = A.A ; A³=A².A dan seterusnya.
Contoh 5.8
Diberikan A adalah matriks
D. DETERMINAN MATRIKS

1. Pengartian Determinan
Determinan adalah nilai yang dapat dihitung dari unsur-unsur suatu
matriks persegi. Lalu, apa itu matriks persegi? Anda tentu tahu persegi memiliki
sisi-sisi yang sama. Nah, matriks persegi artinya jumlah kolom dan barisnya
sama. Dalam matematika, matriks adalah susunan bilangan, simbol, atau
ekspresi yang disusun dalam baris dan kolom sehingga membentuk suatu
bangun persegi.
Determinan hanya bisa dihitung dari unsur-unsur matriks persegi.
Determinan matriks A ditulis dengan tanda det(A), det A, atau |A|. Determinan
dapat dianggap sebagai faktor penskalaan transformasi yang digambarkan oleh
matriks.
2. Rumus Determinan Matriks
Matriks persegi terdiri dari matriks berordo 2x2 (memiliki dua baris dan dua
kolom) dan matriks berordo 3x3 (memiliki tiga baris dan tiga kolom).
• Rumus Determinan Matriks 2x2
Untuk matriks berordo 2x2, rumus determinannya adalah

30
Dari rumus tersebut, dapat Anda lihat bahwa caranya adalah dengan
operasi silang atau mengalikan elemen-elemen yang ada di diagonal
utama, lalu kurangkan dengan elemen-elemen di diagonal sekunder.
• Rumus Determinan Matriks 3x3
Untuk menghitung determinan matriks berordo 3x3, Anda bisa
menggunakan beberapa metode seperti metode Sarrus dan
MinorKofaktor.
Aturan Sarrus
Aturan Sarrus hanya bisa digunakan pada matriks 3x3. Misalnya, pada
matriks A berordo 3x3 seperti berikut:

Cara pengerjaannya adalah dengan mengikuti langkah-langkah berikut:


1) Pertama, tulis lagi elemen-elemen pada kolom ke-1 dan ke-2 di
sebelah matriks A. Lalu, kalikan elemen-elemen matriks terebut
sesuai pola silang.
2) Lalu, kalikan elemen-elemen matriks terebut sesuai pola silang.

Metode Minor-Kofaktor

Menurut metode minor-kofaktor, determinan matriks A dapat dicari

dengan menghitung jumlah seluruh hasil kali antara kofaktor matriks

bagian dari matriks A dengan elemen-elemen pada salah satu baris

atau kolom matriks A. Misalnya pada matriks A berikut:

31
Dari matriks A di atas, kita buang elemen baris ke-i dan kolom ke-j

atau dilambangkan Aij. Misalnya, kita ingin pilih A₁₂ artinya kita

akan membuang baris ke-1 dan kolom ke-2. Yang namanya metode

minor kofaktor, pertama kita cari minor (M) lalu kofaktor (C atau K)

elemen elemennya.

Untuk mencari minor, Mij = det(Aij)

Untuk mencari kofaktor, C = (-1)i+jMij

Rumus determinan matriksnya adalah:

Det(A)=a.C₁₁+b.C₁₂+c.C₁₃

E. INVERS MATRIKS
Invers matriks adalah kebalikan (invers) dari sebuah matriks yang apabila matriks
tersebut dikalikan dengan inversnya, akan menjadi matriks identitas. Invers matriks
dilambangkan dengan A-1. Suatu matriks dikatakan memiliki invers jika determinan
dari matriks tersebut tidak sama dengan nol.
Untuk menentukan invers dari sebuah matriks, terdapat dua aturan berdasarkan
ordonya, yaitu ordo 2x2 dan ordo 3x3.
Invers Matriks Ordo 2x2
Invers matriks persegi dengan ordo 2x2 dapat dicari dengan cara sebagai berikut:

32
Invers Matriks Ordo 3x3
Untuk mencari invers matriks pada ordo 3x3, dapat digunakan metode eliminasi
Gauss Jordan.
Secara sistematis, eliminasi Gauss Jordan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Matriks persegi A dieliminasi menggunakan operasi aljabar sampai membentuk


matriks identitas. Operasi yang dilakukan pada matriks A juga dilakukan pada
matriks identitas sehingga jika matriks A sudah menjadi matriks identitas, maka
matriks identitas akan berubah menjadi invers dari matriks A.

33
BAB V
HIMPUNAN
A. PENGARTIAN HIMPUNAN
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas,
sehinggadengan tepat dapat diketahuiobjek yang termasuk himpunan dan yang tidak
termasuk dalam himpunan tersebut.

Contoh Himpunan :
• Kumpulan kabupaten yang ada di provinsi Yogyakarta
• Kumpulan nama siswa kelas VII C yang diawali huruf K
B. JENIS-JENIS HIMPUNAN
Himpunan kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota
Contoh : Himpunan buah yang rasanya asin
Himpunan tak kosong
Himpunan tak kosong adalah himpunan yang memiliki anggota
Contoh : Himpunan bilangan prima kurang dari 10
Himpunan semesta
Himpunan semesta atau semesta pembicaraan adalah himpunanyang memuat semua
anggota atau objek himpunan yang dibicarakan.Himpunan semesta (semesta
pembicaraan) biasanya dilambangkan dengan S.

Contoh Himpunan Semesta :


Misalkan A = {2, 3, 5, 7}, maka himpunan semestayang mungkin dari himpunan A
adalah sebagai berikut,

• S = {bilangan prima}
atau
• S = {bilangan asli} atau
 S = {bilangan cacah}.

Himpunan semesta yang mungkin dari {kerbau, sapi, kambing} adalah {binatang},
{binatang berkakiempat}, atau {binatang memamah biak}
34
Himpunan A merupakan himpunan bagian B jika setiap anggota A menjadi anggota
B dengan menotasikan A B atau B A. Himpunan A bukan merupakan himpunan bagian
jika terdapat anggota A yang bukan anggota B dan dinotasikan A B. Setiap himpunan A
merupakan himpunan bagian dari himpunan A sendiri, ditulis A A.

Contoh:
Diketahui K={1,2,3}, tentukan himpunan bagian dari K yang mempunyai
a. Satu anggota
b. Dua anggota
c. Tiga anggota Dijawab:

a. Himpunan bagian K yang mempunyai 1 anggota adalah {1},{2},{3}


b. Himpunan bagian K yang mempunyai 2 anggota adalah {1,2},{1,3},{2,3}
c. Himpunan bagian K yang mempunyai 3 anggota adalah {1,2,3} Himpunan
terhingga dan himpunan takhingga

• Himpunan H disebut himp terhingga (finite set) jika n(H) = c, c bilangan cacah
Contoh:

G : Himpunan nama-nama hari dalam seminggu


N : {7,8,9,10, …, 2015}
• Himpunan D disebut himp takhingga (infinite set, transfinite set) jika n(D) Contoh:

F = {2, 3, 4, 5, …}

Himpunan terbilang dan himpunan tak terbilang


 Himpunan terbilang , anggotanya dapat ditunjukkan satu per satu Contoh:

P = {4,5,6, …}
Q = {r, s, t, v, w, k, d, a}
R = {1, 2, 3, …, 138}.
 Himpunan tak terbilang, anggotanya tidak dapat ditunjukkan satu per satu
(kontinu) Contoh:

35
Himpunan terbatas
Himpunan terbatas yaitu himpunan yang mempunyai batas ada himpunan terbatas kiri
dan ada himpunan terbatas kanan Contoh:

K = {4, 1, 3, 8, 6}

Himpunan terbatas biasanya beranggotakan bilangan.Batas yang kecil disebut batas


bawah, dan batas yang besar disebut batas atas. Unsur yang menjadi batas itu tidak
harus menjadi anggota himpunan pada himpunan terhingga yang ditulis secara
tabulasi, anggota terkecil menjadi batas bawah, dan anggota terbesar menjadi batas
atas.

Khusus untuk bil real, himpunan tak terbilang (kontinu) bisa dinyatakan dengan
interval atau selang

a)
b)
c)

C. RELASI HIMPUNAN
1. Dua Himpunan Sama
Kedua himpunan tersebut mempunyai anggota yang sama

A=B ⟺
Contoh:
A = {5, 2, 7, 2, 9, 8, 7} B = {8, 8, 2, 7, 5, 9, 8, 5} Maka A = B.

2. Dua himpunan Saling Lepas (Disjoin)


Kedua himpunan tersebut tidak mempunyai anggota yang sama Contoh:

P = {a, b, c, d}
Q = {2, 4, 6, 8, 9, 3}
Himpunan P dan Q dikatakan saling lepas
36
3. Dua himpunan saling berpotongan
Antar kedua himpunan tsb, ada anggota yang sama dan ada anggota yng tidak
sama
A = {5, 8, 2, 9}
B = {14, 2, 8, 7, 26}
Himpunan A dan B saling berpotongan (saling beririsan)
4. Dua himpunan, yang satu bagian dari himpunan kedua
Himpunan A disebut himpunan bagian (Subset) dari himpunan B jika setiap
anggota A juga menjadi anggota B

5. Himpunan yang Ekivalen.


Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika n(A) = n(B).
Contoh:
A = { 4,6,3,2,2,6}
B = { r, k, d, w}
Maka A~B
D. OPERASI HIMPUNAN
Union (gabungan) dua himpunan

• Gabungan dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggotanya
adalah anggota A atau anggota B.

• Contoh:
A = {a,c,e}
B = {b, c, d}

Intersection (Irisan) dua himpunan)



• Irisan dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggotanya adalah
anggota A dan sekaligus juga anggota B.

• Contoh:
A = {a,c,d,e}
B = {a, b, e, f, g}
37
Pengurangan himpunan
• A–
• A – B berarti suatu himpunan yang anggotanya adalah anggota A tetapi tidak
menjadi anggota B.

• Contoh:
A = {a,c,d,e}
B = {a, b, e, k, g}
A – B = {c, d}
B – A = {b, k, g}
Penjumlahan himpunan (Beda Setangkup)
• – – A)
u

Anggota B saja.
• Contoh:
A = {a,c,d,e}
B = {a, b, e, k, g}

Perkalian (persilangan) himpunan



• Persilangan dari himpunan A ke B adalah suatu himpunan yang anggotanya
adalah (x,y) di mana x anggota A dan y anggota B.

• Contoh:
A = {a,b,c}
B = {1, 2}
Maka A X B = {(a,1), (a,2), (b,1), (b,2), (c,1), (c, 2)}
B X A = {(1,a), (1,b), (1,c), (2,a), (2,b), (2, c)}
E. HIMPUNAN BILANGAN

38
Barisan bilangan asli : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ….
Himpunan bilangan asli A : {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ….} Contoh
bilangan asli: 7, 4, 9, 28, 13.
Bilangan asli merupakan bilangan yang berkaitan dengan hasil membilang (urutan,
ranking)

1. Bilangan prima
Contoh bilangan prima : 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47,53, 59, 61,
67, 71, 73, 79, 83, 89, 97, …
Bilangan prima:
 Bilangan yang mempunyai tepat dua faktor.
 Bilangan bulat lebih dari satu yang habis dibagi hanya oleh 1 dan bilangan itu
sendiri.

2. Bilangan komposit
Contoh bilangan komposit: 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22.
• Bilangan komposit adalah bilangan yang mempunyai lebih dari dua faktor
• Bilangan asli lebih besar dari satu yang bukan bilangan prima.

39
Bilangan genap: bilangan yang habis dibagi dua. 0, 2, 4, 6, 8, 10, …
3. Bilangan ganjil: bilangan bulat yang tidak habis dibagi dua.1,3,5,7,9,11,13,15,
Barisan bilangan Cacah: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ….
Himpunan bilangan Cacah C : {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ….}

Bilangan cacah adalah bilangan yang menyatakan banyaknya anggota sebuah


himpunan.
4. Himpunan bilangan bulat merupakan gabungan
Dari himpunan bilangan Cacah dan himpunan bilangan bulat negatip.
{ …, -7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,0,1,2,3,4,5,…}
Himpunan bilangan bulat negatip : (-1, -2, -3, -4, -5, -6, …}
• Bilangan rasional
• Bilangan Irrasiona
• Bilangan Real (nyata)
• Bilangan imajiner
• Bilangan Kompleks
Contoh bilangan imajiner: i i adalah suatu bilangan yang
jika dikuadratkan menghasilkan -1.
F. PENGARTIAN DIAGRAM VENN
Diagram venn adalah suatu cara menyatakan himpunan dengan menggunaan
gambar. Diagram venn dapat diartikan sebagai sebuah diagram yang didalamnya terdapat
seluruh kemungkinan benda ataupun objek.Dalam diagram Venn, himpunan semesta

40
dinyatakan dengandaerah persegi panjang, Sedangkan himpunan lain dalam
semestapembicaraan dinyatakan dengan kurva mulus tertutup sederhana dan
noktahnoktah untuk menyatakan anggotanya.

Istilah diagram Venn berasal dari seorang ahli bangsa Inggris yang menjadi tokoh
logika matematika, yaitu John Venn (1834-1923). Ia menulis buku simbolik logic dalam
analisisnya menggunakan banyak diagram khususnya diagram lingkaran, diagram
tersebut kini dikenal nama diagram Venn.

Biasanya himpunan semesta digambarkan sebagai daerah persegi panjang dan


suatu himpunan bagian dari himpunan semesta ditunjukkan dengan daerah kurva tertutup
sederhana. Anggota-anggota suatu himpunan ditunjukkan dengan noktah-noktah
sedangkan jika anggotanya cukup banyak maka noktah sebagai wkil-wakil anggota
himpunan tidak perlu ditulis.

Contoh diagram venn :

Diketahui S = {0, 1, 2, 3, 4, ..., 9}; P = {0, 1, 2, 3, 4}; dan Q = {5, 6, 7}. Himpunan
S = {0, 1, 2, , 4, ..., 9} adalah himpunan semesta. Dalam diagram Venn, himpunan
semesta dinotasikan dengan S berada di pojok kiri.

G. NOTASI DAN ANGGOTA HIMPUNAN


Suatu himpunan biasanya diberi nama atau dilambangkan dengan huruf besar
(kapital)A,B,C, ...,Z. Adapun benda atau objek yang termasuk dalam himpuna tersebut
ditulis dengan menggunakan pasangan kurung kurawal {...}.

Contoh:
• A adalah himpunan bilangan cacah kurang dari 6, sehingga A ={0,1,2,3,4,5}.
• P adalah himpunan huruf-huruf vokal, sehingga P={a,i,u,e,o}.

41
H. MENYATAKAN SUATU HIMPUNAN
Dapat dinyatakan dengan 3 cara:
Dengan kata-kata Contoh:

P adalah himpunan bilangan prima antara 10 dan 40. Ditulis


P={bilangan prima antara 10 dan 40}. Dengan notasi
pembentuk himpunan Contoh:

P adalah himpunan biangan prima antar bilangan 10 dan 40. Ditulis


P={10<x<40, x bilangan prima}. Dengan mendaftar anggota-
anggotanya Contoh:

P adalah himpunan bilangan prima antar 10 dan 40. Ditulis P=


{11,13,17,19,23,29,31,37}

I. MENENTUKAN BANYAKNYA HIMPUNAN BAGIAN DARI SUATU


HIMPUNAN

Banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan adalah 2¬¬n, dengan n banyaknya
anggota himpunan tersebut. Banyaknya himpunan bagian adalah himpunan kuasa.

Contoh:
Himpunan bagian dari {a,b,c,d} yang mempunyai 0 anggota ada 1, yaitu { };
• 1 anggota ada 4, yaitu {a},{b},{c},{d};
• 2 anggota ada 6, yaitu {a,b},{a,c},{a,d},{b,c},{b,d},{c,d};
• 3 anggota da 4, yaitu {a,b,c},{a,b,d},{a,c,d},{b,c,d};
d. 4 anggota ada 1, yaitu {a,b,c,d};

BAB VI

42
FUNGSI

A. PENGARTIAN FUNGSI
Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi yang memasangkan
setiap elemen dari A secara tunggal, dengan elemen pada B.
Apabila f memetakan suatu elemen x A ke suatu y B dikatakan bahwa y adalah peta dari x
oleh f dan peta ini dinyatakan dengan notasi f(x), dan biasa ditulis dengan f : x f(x),
sedangkan x biasa disebut prapeta dari f(x).
Himpunan A dinamakan daerah asal (domain) dari fungsi f , sedangkan himpunan B
disebut daerah kawan (kodomain) sedangkan himpunan dari semua peta di B dinamakan
daerah hasil (range) dari fungsi f tersebut.

Diagram sebagaimana pada Gambar 1 di atas adalah fungsi karena pertama, terdapat relasi
(yang melibatkan dua himpunan yakni A dan B) dan kedua, pemasangan setiap elemen A
adalah secara tunggal.

Diagram 4.2 bukan merupakan fungsi karena ada elemen A yang dipasangkan tidak secara
tunggal dengan elemen pada B.
B. SIFAT-SIFAT FUNGSI
Dengan memperhatikan bagaimana elemen-elemen pada masing-masing himpunan A dan B
yang direlasikan dalam suatu fungsi, maka kita mengenal tiga sifat fungsi yakni sebagai
berikut :
Injektif (Satu-satu)
Misalkan fungsi f menyatakan A ke B maka fungsi f disebut suatu fungsi satusatu
(injektif), apabila setiap dua elemen yang berlainan di A akan dipetakan
Pada dua elemen yang berbeda di B. Selanjutnya secara singkat dapat dikatakan bahwa f :
A B adalah fungsi injektif apabila a berakibat f(a) F( ) atau ekuivalen, jika f(a) = f( ) maka
akibatnya a = . Contoh 4.3
• Fungsi f pada R yang didefinisikan dengan f(x) = x2 bukan suatu fungsi satu-satu
sebab f(-2) = f(2).

43
• Perhatikan gambar berikut

Adapun fungsi pada A = {bilangan asli} yang didefinisikan dengan f(x) = 2x adalah
fungsi satu-satu, sebab kelipatan dua dari setiap dua bilangan yang berlainan adalah
berlainan pula. Surjektif (Onto)
Misalkan f adalah suatu fungsi yang memetakan A ke B maka daerah hasil f(A) dari
fungsi f adalah himpunan bagian dari B, atau f(A) B.Apabila f(A) = B, yang berarti setiap
elemen di B pasti merupakan peta dari sekurang-kurangnya satu elemen di A maka kita
katakan f adalah suatu fungsi f memetakan A Onto B Contoh 4.4
• Fungsi f : R R yang didefinisikan dengan rumus f(x) = x2 bukan fungsi yang Onto
karena himpunan bilangan negatif tidak dimuat oleh hasil fungsi tersebut.
• Perhatikan gambar berikut.

Misal A = {a, b, c, d} dan B = {x, y, z} dan fungsi f : AB yang didefinisikan


dengan diagram panah adalah suatu fungsi yang surjektif karena daerah hasil f adalah
sama dengan kodomain dari f (himpunan B).
Bijektif (Korespondensi Satu-satu)

Contoh 4.5
• Perhatikan gambar berikut.

44
Relasi dari himpunan A = {a, b, c} ke himpunan B = {p, q, r} yang didefinisikan sebagai
diagram di samping adalah suatu fungsi yang bijektif.
• Fungsi f yang memasangkan setiap negara di dunia dengan ibu kota negaranegara
di dunia adalah fungsi korespondensi satu-satu (fungsi bijektif), karena tidak ada
satu kotapun yang menjadi ibu kota dua negara yang berlainan.
C. JENIS FUNGSI
Jika suatu fungsi f mempunyai daerah asal dan daerah kawan yang sama, misalnya D,
maka sering dikatakan fungsi f pada D. Jika daerah asal dari fungsi tidak dinyatakan maka
yang dimaksud adalah himpunan semua bilangan real (R). Untuk fungsi-fungsi pada R kita
kenal beberapa fungsi antara lain sebagai berikut.
1. Fungsi Konstan
F : x→C dengan C konstan disebut fungsi konstan (tetap). Fungsi f memetakan setiap
bilangan real dengan C.
Contoh 4.6
Fungsi f : x→3

2. Fungsi Identitas
Fungsi R→R yang didefinisikan sebagai f : x→x disebut fungsi identitas.

45
3. Fungsi Linear
Fungsi pada bilangan real yang didefinisikan f(x) = ax + b, a dan b konstan dengan
a ≠ 0 disebut fungsi linear.
Grafik fungsi linier berupa garis lurus. Untuk menggambar grafik fungsi linier bisa
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membuat tabel dan dengan menentukan titik
potong dengan sumbu-x dan sumbu-y.
Contoh 4.7
Gambarlah grafik fungsi y = 2x + 3
Penyelesaian :
Dengan membuat tabel :

Dari tabel diperoleh titik-titik berupa pasangan koordinat, kita gambar titik tersebut
dalam bidang Cartesius kemudian dihubungkan, sehingga tampak membentuk garis
lurus.
Dengan menentukan titik-titik potong dengan sumbu-x dan sumbu-y y
= 2x + 3
Titik potong grafik dengan sumbu-x :

46
Titik potong grafik dengan sumbu-y :
x=0 → y = 2x + 3
y = 2.0 + 3 y = 0
+ 3 y= 3
sehingga titik potong grafik dengan sumbu -y adalah (0,3) kedua titik potong tersebut
digambar dalam bidang Cartesius kemudian dihubungkan sehingga tampak

membentuk garis lurus


Beberapa hal penting dalam Fungsi Linear :
Gradien
Gradien atau koefisien arah (m) adalah konstanta yang menunjukkan tingkat
kemiringan suatu garis. Perhatikan gambar berikut ini :

47
Persamaan garis y = mx + c, dengan m, c R, c adalah konstanta, dengan
melambangkan gradien / koefisien arah garis lurus. Pada gambar di atas, misalkan a
adalah sudut antara garis horizontal (sejajar sumbu x)dan grafik fungsi linier dengan
arah putaran berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam, maka gradien dapat
pula didefinisikan sebagai

Menentukan Persamaan Garis melalui Satu Titik dan gradien m


Misalkan garis y = mx + c melalui titik P (x1, y1), setelah nilai koordinat titik P
disubstitusikan ke persamaan garis tersebut diperoleh:

y-y1 = m (x- x1)


Jadi persamaan garis melalui titik P (x1, y1), dan bergradien m adalah

Menentukan Persamaan Garis melalui Dua Titik


Persamaan garis melalui dua titik A (x1, y1) dan B (x2, y2) dapat dicari dengan
langkah sebagai berikut :
Persamaan garis melalui titik A (x1, y1) dengan memisalkan gradiennya m adalah

48
Menentukan Titik Potong antara Dua Garis
Misalkan dua garis g1 dan g2 saling berpotongan di titik P (x, y) maka nilai x dan y
harus memenuhi kedua persamaan garis tersebut. Titik potong dua garis dapat dicari
dengan metode substitusi, eliminasi, Hubungan Gradien dari Dua Garis Hubungan
Gradien dari Dua Garis
• Garis g1 yang bergradien m1 dikatakan sejajar dengan garis g2 yang bergradien
m2 jika memenuhi m1 = m2.
• Garis g1 yang bergradien m1 dikatakan tegak lurus dengan garis g2 yang
bergradien m2 jika memenuhi m1 . m2 = -1
4. Fungsi Kuadrat
Bentuk umum fungsi kuadrat adalah y = ax2 + bx + c dengan a, b, c R dan a≠0.
Grafik fungsi kuadrat berbentuk parabola maka sering juga di sebut fungsi parabola.
Jika a > 0, parabola terbuka ke atas sehingga mempunyai titik balik minimum, dan
jika a < 0 parabola terbuka ke bawah sehingga mempunyai titik balik maksimum.
Langkah-langkah dalam menggambar grafik fungsi kuadrat y = ax2+ bx + c
a. Tentukan pembuat nol fungsi → y = 0 atau f(x) = 0
Pembuat nol fungsi dari persamaan kuadrat y = ax2+ bx + c diperoleh jika ax2 +
bx + c = 0. Sehingga diperoleh nilai x yang memenuhi ax2 + bx + c = 0. Nilai ini
tidak lain adalah absis titik potong dengan sumbu-x, sedangkan untuk
menentukan titik potong dengan sumbu-y, dapat dilakukan dengan
mensubstitusikan nilai x tadi pada persamaan kuadrat semula.

49
BAB VII

KURVA

A. DEFINISI KURVA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kurva diartikan sebagai garis
lengkung; grafik yang menggambarkan variabel (misalnya, yang memperlihatkan
perkembangan) yang dipengaruhi oleh keadaan; dan garis yang terdiri atas persambungan
titik-titik.
Dalam aljabar, kurva layaknya sebuah pernyataan grafis dari suatu persamaan
aljabar. Garis, ruas garis, sinar garis termasuk contoh suatu kurva. Sehingga bisa
dijabarkan bahwa kurva merupakan himpunan titik-titik pada bidang datar.
Dalam matematika kurva (juga disebut garis lengkung dalam teks yang lebih tua)
adalah objek yang mirip dengan garis yang tidak harus lurus. Secara intuitif, kurva juha
dapat dianggap sebagai jejak yang ditinggalkan oleh titik bergerak.
B. JENIS KURVA
Pada dasarnya, kurva dapat dibedakan menjadi empat jenis yang didasarkan
kepada titik-titik pertemuannya, yaitu kurva terbuka sederhana, terbuka tidak sederhana,
tertutup sederhana, dan tidak tertutup sederhana. Ada yang membedakan?
1. Kurva Terbuka Sederhana
Kurva terbuka sederhana adalah kurva yang ujung awal dan ujung akhirnya tidak
perimpit dan tidak memiliki titik potong.
2. Kurva Terbuka Tidak Sederhana

50
Kurva terbuka tidak sederhana adalah kurva yang ujung awal dan ujung akhirnya
tidak berimpit tetapi memiliki titik potong.
3. Kurva Tertutup Sederhana
Kurva tertutup sederhana adalah kurva yang ujung awal dan ujung akhirnya berimpit
serta tidak memiliki titik potong.
4. Kurva Tertutup Tidak Sederhana
Kurva tertutup tidak sederhana adalah kurva yang ujung awal dan ujung akhirnya
berimpit dan memiliki titik potong.

C. GRAFIK FUNGSI KUADRAT


Grafik fungsi kuadrat dalam matematika ditandai dengan f(x) = y yang merupakan
variable terikat, x adalah variable bebas, sedangkan a, dan b merupakan koefisien dengan
dinamakan persamaan kuadrat, yang mana persamaan kudarat, memiliki variable dengan
pangkat tertingginya adalah dua dan berbentuk persamaan.
Bentuk umum dari persamaan kuadrat yakni: dengan x adalah variable bebas, a dan b
adalah koefisien, serta c adalah konstanta. Suatu fungsi sangat erat hubungannyan dengan
grafik fungsi. Begitu pula fungsi kuadrat, yang memiliki grafik fungsinya sendiri.
1. Ciri-Ciri Grafik Fungsi Kuadrat
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri grafik fungsi kuadrat, antara lain:
• Grafik fungsi memiliki grafik yang simetris.
• Grafik fungsi berbentuk parabola.
• Grafik fungsinya hanya memiliki titik maksimum saja atau titik minimum saja,
tidak keduanya.
2. Jenis-Jenis Grafik Fungsi Kuadrat
 Jika pada y = ax2+ bx + c nilai b dan c adalah 0, maka grafik fungsi kuadrat
menjadi : y = ax2. Yang membuat grafik pada fungsi ini simetris pada x = 0
dan memiliki nilai puncak di titik (0,0).
 Jika pada y = ax2 + bx + c nilai b bernilai 0, maka grafik fungsi kuadrat akan
berbentuk : y = ax2 + c. Yang membuat grafik pada fungsi ini simetris pada x
= 0 dan memiliki titik puncak di (0,c).
 Jika titik puncak ada titik (h,k), maka grafik fungsi kuadrat menjadi : y = a(x –
h)2 + k.
3. Cara Menggambar Grafik Fungsi Kuadrat
Setelah memahami pengertian titik potong dengan sumbu-X dan sumbu-Y, titik
puncak atau titik balik parabola serta persamaan sumbu simetri, maka dapat

51
menggambarkan grafik fungsi kuadrat dengan sangat mudah. Langkah-langkah
melukis atau menggambar grafik fungsi kuadrat secara umum ada tiga langkah yakni:
1) Tentukan titik potong dengan sumbu x (nilai y atau f(x) sama dengan 0).
2) Tentukan titik potong dengan sumbu y (nilai x = 0).
3) Menentukan sumbu simetri xp = – b/2a
4) Menentukan titik puncak dengan titik koordinat (– b/2a, b2 – 4ac)
5) Cara menenetukan koordinay titik puncak juga dapat dilakukan denga cara
menggunakan xp pada langkah ke-3 kemudian substitusi xp pada persamaan y
untuk mendapatkan yp.
6) Menghubungkan titik-titik yang diperoleh
Persamaan grafik fungsi kuadrat dapat digambarkan ke dalam koordinat kartesius
sehingga diperoleh suatu grafik fungsi kuadrat. Sumbu x disebut sebagai domain dan
sumbu y merupakan kodmain. Seringkali bentuk dari grafik fungsi kuadrat adalah
parabola. Oleh sebab itu, grafik fungsi ini disebut juga sebagai grafik parabola.
4. Contoh Cara Menggambar Grafik Fungsi Kuadrat Gambarlah grafik fungsi
kuadrat y = x2 – 2x – 8!
Secara sepintas kita akan mengetahui sketsa grafik menggunakan nilai a dan D. Di
mana diketahui bahwa nilai a = 1 sehingga a > 0 dan D = 36 sehingga D = 0.
Sehingga, gambar yang akan diperoleh adalah terbuka ke atas dan memotong dua titik
x.
• Nilai a = 1 > 0 artinya grafik akan terbuka ke atas
• Nilai D = b2 – 4ac = (–2)2 – 4(1)(–8) = 4 + 32 = 36, nilai D > 0 artinya grafik
akan memotong sumbu x pada dua titik.
Sketsa gambarnya kurang lebih akan seperti gambar di bawah.

Secara lebih detail, gambarnya dapat dilihat dengan mengikuti langkah-


langkah berikut :
1) Menentukan titik potong dengan sumbu x
Titik potong dengan sumbu x terjadi ketika nilai fungsi y = 0:
Y=0

52
X2–2x–8 = 0
(x–4)(x+2) = 0
Diperoleh: x=4 atau x =–2, sehingga titik potong dengan sumbu x terletak
pada koordinat (4, 0) dan (-2, 0).

2) Tentukan titik potong dengan sumbu y


Titik potong dengan sumbu y terjadi ketika nilai x=0:
Y=x2–2x–8
Y=02–0–8= –8
Jadi, titik potong dengan sumbu y adalah (0, –8).

53
3) Menentukan sumbu simetri grafik fungsi kuadrat
Sumbu simetri grafik fungsi kuadrat dipeneuhi pada saat nilai absis x =
– b/2a. Dari persamaan y= x2–2x–8 diperoleh bahwa a = 1, b = –2, dan
c = –8. Sehingga sumbu simetri parabola terletak pada x = –

4) Menentukan titik puncak


Titik puncak parabola dengan persamaan umum y = ax2 – bx – c
berada di koordinat (– b/2a, b2 – 4ac). Cara menenetukan koordinay
titik puncak juga dapat dilakukan denga cara menggunakan xp pada
langkah ke-3 kemudian substitusi xp pada persamaan y untuk
mendapatkan yp.
Xp = –b/2a = –(–2/2) = 1
Y p =–(b2 – 4ac)/4a = –(–2)2 – 4(1)(–8)/4(1) = –36/4 = –9
Atau dapat denga cara substitusi nilai xp = 1 (hasil perhitungan pada
Langkah 3) pada persamaan yp = x2 – 2x – 8. Sehingga diperoleh y =
12 – 2(1) – 8 = –9.
Diperoleh koordinat titik puncaknya adalah (1, –9).

54
5) Menggambar Grafik Fungsi Kuadrat
Selanjutnya tinggal menghubungkan titik-titik yang diperoleh sehingga
menjadi kurva mulus seperti terlihat pada gambar berikut.

Diperoleh parabola dengan titik puncak (1, –9), memotong sumbu y


pada (–8, 0), serta memotong sumbu x pada dua titik yaitu titik (–9, 0)
dan (4, 0).
5. Rumus Grafik Fungsi Kuadrat
Berikut ini rumus umum pada grafik fungsi kuadrat, antara kain:
1) Jika pada grafik diketahui 2 titik sembarang pada sumbu x, maka menggunakan
rumus: y= a (x – x1)(x – x2)

55
2) Jika pada grafik diketahui titik puncak (xp,yp) dan 1 titik sembarang, maka
menggunakan rumus: y= a (x – xp)2 + yp
3) Jika pada grafik diketahui 3 titik sembarangan, maka menggunakan bentuk
umum fungsi kuadrat yaitu: y = ax2 + bx + c , lalu gunakan eliminasi untuk
mencari nilai a, b, dan c.
6. Sifat-sifat Grafik Fungsi Kuadrat
Berdasarkan nilai a, b dan c pada persamaan fungsi kuadrat, kita akan mempelajari
sifat-sifat grafik fungsi kuadrat yaitu:
• Jika a > 0 dan b > 0, grafik terbuka ke atas dan titik balik berada di kiri sumbu
Y
• Jika a > 0 dan b < 0, grafik terbuka ke atas dan titik balik berada di kanan
sumbu Y
• Jika b = 0, titik balik grafik berada pada sumbu Y
• Jika a < 0 dan b > 0, grafik terbuka ke bawah dan titik balik berada di kanan
sumbu Y
• Jika a < 0 dan b < 0, grafik terbuka ke bawah dan titik balik berada di kiri
sumbu
Y Jika c > 0, grafik memotong sumbu Y positif
 Jika c = 0, grafik memotong melalui titik (0,0) 
Jika c < 0, grafik memotong sumbu Y negatif.

Berdasarkan nilai Diskriminan ( D = b 2 – 4ac) diperoleh sifat-sifat :


• Jika D > 0, grafik parabola memotong sumbu X di dua titik berlainan
• Jika D = 0, grafik parabola sumbu sumbu X
• Jika D < 0, grafik parabola tidak memotong atau tidak menyentuh Berikut
adalah

56
sifat-sifat grafik Fungsi Kuadrat dan gambarnya.

BAB VIII

57
LIMIT

A. DEFINISI LIMIT FUNGSI


Limit suatu fungsi merupakan salah satu konsep mendasar dalam kalkulus dan analisis,
tentang kelakuan suatu fungsi mendekati titik masukan tertentu.
Suatu fungsi memetakan keluaran f(x) untuk setiap masukan x. Fungsi tersebut memiliki
limit L pada titik masukan p bila f(x) “dekat” pada L ketika x dekat pada p. Dengan kata
lain, f(x) menjadi semakin dekat kepada L ketika x juga mendekat menuju p. Lebih jauh
lagi, bila f diterapkan pada tiap masukan yang cukup dekat pada p, hasilnya adalah
keluaran yang (secara sembarang) dekat dengan L. Bila masukan yang dekat pada p
ternyata dipetakan pada keluaran yang sangat berbeda, fungsi f dikatakan tidak memiliki
limit. Definisi limit dirumuskan secara formal mulai abad ke-19.Berikut beberapa definisi
limit fungsi yang umum diterima. Fungsi pada garis bilangan riil
Bila f: R→R terdefinisi pada garis bilangan riil, dan p, L € R maka kita menyebut limit f
ketika x mendekati p adalah L, yang ditulis sebagai:

Jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat δ > 0 sehingga |x – p|< δ mengimplikasikan
bahwa |f (x) – L | < ε . Di sini, baik ε maupun δ merupakan bilangan riil. Perhatikan
bahwa nilai limit tidak tergantung pada nilai f (p).
Limit searah

Masukan x dapat mendekati p dari atas (kanan di garis bilangan) atau dari bawah (kiri).
Dalam hal ini limit masing-masingnya dapat ditulis sebagai

Bila kedua limit ini sama nilainya dengan L, maka L dapat diacu sebagai limit f(x)
pada p Sebaliknya, bila keduanya tidak bernilai sama dengan L, maka limit f(x) pada p
tidak ada.
Definisi formal adalah sebagai berikut. Limit f(x) saat x mendekati p dari atas
adalah L bila, untuk setiap ε > 0, terdapat sebuah bilangan δ > 0 sedemikian rupa sehingga
|f(x) – L| < ε pada saat 0 < x – p < δ. Limit f(x) saat x mendekati p dari bawah adalah L
bila, untuk setiap ε > 0, terdapat bilangan δ > 0 sehingga |f(x) – L| < ε bilamana 0 < p – x

58
< δ.
Bila limitnya tidak ada terdapat osilasi matematis tidak nol.
Limit fungsi pada ketakhinggaan

Bila dua unsur, ketakhinggaan positif dan negatif {-∞, +∞}, ditambahkan pada garis
bilangan riil, kita dapat mendefinisikan limit fungsi pada ketakhinggaan. Dua unsur
tambahan ini bukanlah bilangan, namun berguna dalam memerikan kelakuan limit pada
kalkulus dan analisis.
Bila f(x) adalah fungsi riil, maka limit f saat x mendekati tak hingga adalah L,
dilambangkan sebagai:

Jika dan hanya jika untuk semua ε > 0 terdapat S > 0 sedemikian rupa sehingga |f (x) – L|
< ε bilamana x > S.
Dengan cara yang sama, limit f saat x mendekati tak hingga adalah tak hingga,
dilambangkan oleh

Jika dan hanya jika bila untuk semua R > 0 terdapat S > sedemikian sehingga f(x) > R
bilamana x > S.
B. SIFAT-SIFAT LIMIT FUNGSI
Berikut sifat-sifat limit fungsi:
1.

Dengan k adalah konstanta

59
2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

C. M ENENTUKAN NILAI LIMIT FUNGSI


Untuk menentukan nilai limit dapat menggunakan 3 cara, yaitu substitusi, faktorisasi,
perkalian sekawan, dan membagi dengan pangkat tertinggi untuk limit fungsi menuju
ketakhinggaan.

1. Substitusi
Menentukan nilai limit suatu fungsi menggunakan cara substitusi yaitu
mensubstitusikan langsung bilangan yang didekati x pada suatu fungsi. Jika diketahui
suatu

Maka substitusikan nilai x=c ke fungsi f(x).


2. Faktorisasi
Apabila dalam menentukan nilai limit fungsi dengan substitusi langsung menemukan
hasil 0/0 (bentuk tak tentu), maka fungsi tersebut perlu disederhanakan terlebih dahulu
dengan cara memfaktorkan fungsinya sehingga menjadi fungsi yang lebih sederhana.

60
3. Perkalian sekawan
Apabila dalam menentukan nilai limit fungsi menemukan hasil berupa bentuk tak
tentu dan sulit menyederhanakannya karena penyebutnya yang tidak rasional, maka
fungsi tersebut perlu dirasionalkan (dikalikan dengan sekawan) terlebih dahulu.
Beberapa cara merasionalkan fungsi untuk menentukan nilai limitnya, yaitu: a. Untuk

Maka

b. Untuk

Maka

c. Untuk

Maka

61
d. Untuk

M aka

e. Untuk

Maka

4. Limit Tak Hingga

Cara menentukan penyelesaian dari

Adalah dengan membagi pembilang dan penyebut dengan pangkat tertinggi dari
penyebutnya.

D. LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI


1. Pengertian Limit Fungsi Trigonometri
Limit trigonometri ialah nilai terdekat pada suatu sudut fungsi trigonometri.
Perhitungan limit fungsi ini bisa langsung disubtitusikan seperti misalnya limit fungsi
aljabar namun ada fungsi trigonometri yang harus diubah dahulu ke identitas
trigonometri untuk limit tak tentu yaitu limit yang apabila langsung subtitusikan
nilainya bernilai 0, bisa juga untuk limit tak tentu tidak harus memakai identitas tetapi
menggunakan teorema limit trigonometri atau ada juga yang memakai identitas dan
teorema. Maka apabila suatu fungsi limit trigonometri di subtitusikan nilai yang
mendekatinya menghasilkan dan maka harus menyelesaikan dengan cara lain. Untuk
menentukan nilai limit suatu fungsi trigonometri terdapat beberapa cara yang bisa
dipakai :
• Metode Numerik
• Menggunakan Turunan
• Subtitusi
62
• Kali Sekawan
• Pemfaktoran
2. Macam – Macam Trigonometri
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas di rumus trigonometri pada artikel
sebelumnya, berikut ialah nama-nama trigonometri yang kita kenal :
• Cosinus (cos)
• Sinus (sin)
• Cosecan (Csc)
• Tangen (tan)
• Cotongen (cot)
• Secan (sec)
3. Rumus Limit Trigonometri
Cara menentukan nilai limit fungsi trigonometri untuk x mendekati suatu bilangan c
bisa secara mudah didapat dengan melakukan substitusi nilai c pada fungsi
trigonometrinya. Persamaan rumus limit fungsi trigonometri seperti pada gambar di
bawah ini :
1) Rumus Limit Fungsi Trigonometri untuk x –> c :

2) Limit Fungsi Trigonometri untuk x Mende kati 0 (Nol)

Ada tiga bentuk umum dalam limit fungsi trigonometri, yaitu bentuk :

63
1) Bentuk

Pada bentuk ini, limit dari fungsi trigonometri f(x) merupakan hasil dari

substitusi nilai c ke dalam x dari trigonometri. Contoh :

Jika c = 0, maka rumus limit-limit trigonometrinya adalah sebagai berikut :

2) Bentuk

Pada bentuk ini, limit diperoleh dari perbandingan 2 trigonometri berbeda.


Kedua trigonometri tersebut jika langsung disubstitusi dengan nilai c
menghasilkan f(c) = 0 dan g(c) = 0. Sehingga, nilai limit trigonometri tersebut
menjadi bilangan tak tentu\frac{0}{0}. Penyelesaiannya sama dengan limit
fungsi aljabar yaitu pemfaktoran. Contoh bentuk ini yaitu:

3) Bentuk

Pada bentuk ini, limit diperoleh dari perbandingan antara trigonometri dan
fungsi aljabar. Jika disubstitusikan langsung akan menghaslikan bilangan tak
tentu. Pada bentuk ini dikerjakan dengan konsep turunan. Bentuk rumus dasar
limit ini adalah:

64
Berdasarkan rumus dasar diataas, jika dikembangkan menjadi rumus-rumus
berikut:

4. Teorema Limit Trigonometri


1. Teorema A

Teorema di atas hanya berlaku saat (x -> 0) .


2. Teorema B
Ada beberapa teorema yang berlaku. Pada setiap bilangan real c di dalam daerah asal
fungsi yaitu :

65
Biasanya pada soal limit fungsi pada trigonometri nilai terdekat dari limit
fungsinya ialah berupa sudut sudut istimewa yaitu sudut yang mempunyai nilai
sederhana. Untuk itu perlu mengetahui nilai-nilai sudut istimewa yang telah disajikan
tabel istimewa di bawah ini :

BAB IX

INTEGRAL
66
Konsep integral sangat berkaitan erat dengan konsep turunan ataupun diferensial.
Keterkaitan tersebut dikarenakan hasil penurunan suatu fungsi terhadap peubah dapat
“dibalik” sehingga diperoleh hasil pengintegralannya, demikian pula sebaliknya.
A. Integral Tak Tentu
1. Pengartian Integral Tak tentu
Pengintegralan fungsi ( ) yang ditulis sebagai ∫ 𝑥 𝑑 disebut integral tak tentu dari (
). Jika ( ) anti turunan dari ( ), maka

𝑑𝑥 = 𝑓 𝑥 + c0
Keterangan :

∫ = notasi integral (yang diperkenalkan oleh Leibniz, seorang matematikawan Jerman)


𝑓 𝑥 = fungsi integran
𝑓 𝑥 = fungsi integral umum yang bersifat ′ = ( )
=konstanta pengintegralan
Ada dua jenis integral tak tentu yang akan kamu pelajari pada bagian ini yaitu integral tak
tentu dari fungsi aljabar dan integral tak tentu

a. Rumus Dasar Integral Tak Tentu dan Fungsi Aljabar


Turunan fungsi-fungsi berikut .
 1 = , didapat 1′ =1
Jadi, jika 1′ ( ) = 1 maka 1 =∫ 1′ 𝑑𝑥 = + 1

 , didapat 2′ =

Jadi, jika 2′ = maka

Dari uraian ini, tampak bahwa jika +c


atau dapat dituliskan
Sebagai contoh, turunan fungsi = 2 2 + adalah
′ = 4 . Ini berarti, antiturunan dari ′ = 4 adalah =2 2+
atau dituliskan ∫ ′ 𝑑𝑥 = 2 2 + . Uraian ini menggambarkan
hubungan berikut.
Jika ′ = , maka suatu
konstanta.
Misalnya konstanta real sembarang, (𝑥)dan 𝑔(𝑥)merupakan fungsi
yang dapat diintegralkan, maka akan berlaku:

67
a) ∫ 𝑑𝑥 = 𝑥 + 𝑐
b) ∫ 𝑘 𝑓 (𝑥) 𝑥 = 𝑘 ∫ 𝑓 𝑥
c) ∫ [𝑓 )± ) 𝑑𝑥] = ∫ 𝑓 (𝑥) 𝑑𝑥 ± 𝑔 (𝑥)𝑑𝑥

+c
Contoh soal
1. Selesaikan Integral berikut!
a. ∫ 𝑥3 𝑑𝑥

b.

a.
b. Rumus Integral Tak Tentu dari Fungsi Trigonometri
Untuk memahami integral dari fungsi trigonometri, dibutuhkan pemahaman
yang baik mengenai turunan trigonometri. Agar kamu lebih memahaminya,
perhatikan label turunan fungsi trigonometri berikut : Tabel Turunan Fungsi
Trigonometri
f (𝑥) f ′ (𝑥)
sin 𝑥 cos 𝑥
cos 𝑥 - sin 𝑥
tan 𝑥 𝑠𝑒𝑐2𝑥
sec 𝑥 tan 𝑥. sec 𝑥
cot 𝑥 − csc² 𝑥
csc 𝑥 − cot 𝑥. csc 𝑥

rumus dasar pengintegralan trigonometri adalah sebagai berikut.


∫ cos 𝑑𝑥 = sin + ∫ sin 𝑑𝑥 = − cos +
∫ 𝑠𝑒𝑐 2 𝑑𝑥 = tan +
∫ 𝑠𝑐𝑠² 𝑑𝑥 = − cot
∫ tan 𝑥. sec = sec +
∫ cot 𝑥. csc 𝑥 𝑑 = − csc +c

68
Contoh soal

Selesaikan integral berikut!

1. ∫(2 sin 𝑥 + 3) 𝑑𝑥
2. ∫ 𝑠𝑒𝑐22𝑥 − 1 𝑑𝑥 Jawab

1.
2.

2. Penerapan integral tak tentu


Integral tak tentu dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di
bawah ini :

1. Untuk menentukan suatu fungsi jika turunan dari fungsinya diberikan.


2. Untuk menentukan posisi, kecepatan, dan percepatan suatu benda pada waktu tertentu.
Misalnya s menyatakan posisi benda, kecepatan benda dinyatakan dengan v, dan
percepatan benda dinyatakan dengan a. Hubungan anatara s, v, dan a adalah sebagai
berikut.

sehingga 𝑣=∫𝑎 𝑑𝑡
B. Integral tentu
Berbeda dengan integral tak tentu, integral tentu tidak memuat konstanta karena
integral tentu memiliki batas bawah dan batas atas.
Jika ( ) adalah fungsi terdiferensiasikan, ( ) adalah hasil integral, serta dan
masing-masing adalah batas bawah dan batas atas, maka bentuk integral tentu adalah

Dalam menghitung integral tentu di atas, harus mencari integral tak tentu ( ) terlebih
dahulu, setelahnya substitusi = dan = sehingga mendapatkan ( ) dan (𝑏) . Nilai
integral tentu ditentukan dengan selisih (𝑏) dengan (𝑎) .
Sifat-sifat Integral Tentu

1. ∫𝑎 𝑓 (𝑥 𝑥 = 0
2. ∫𝑎𝑏 𝑓 (𝑥 𝑥= − ∫𝑏 𝑓 (𝑥)𝑑𝑥

69
3. ∫𝑎𝑏 𝑓(𝑥) + ∫𝑎𝑐 𝑓(𝑥)𝑥= 𝑎
𝑐
𝑓 (𝑥)𝑑𝑥

4. ∫𝑎𝑏[𝑓(𝑥 )]
5. ∫𝑎𝑏[𝑘𝑓 =𝑘
Contoh soal
Hitunglah integral tentu berikut!
1.
Penyelesaian
1.
1
= [2 − 3.5) − (52 − 3.5)]
5

= [(17) – (10)] = 7
C. Integral persial
Cara substitusi terkadang tidak dapat digunakan dalam integral tak tentu yang
berbentuk (𝑥) = (𝑥) + , apabila demikian cara parsial pada integral atau yang
seringkali disebut integral parsial dapat dipakai. Bagaimanakah rumus integral
parsial? Kita dapat mencarinya melalui aturan hasil kali turunan sebagai berikut.

Jika danadalah fungsi-fungsi yang terdeferensiasikan, maka berlaku


(𝑓. 𝑔)′ (𝑥) = (𝑥)𝑔′ (𝑥) + (𝑥) 𝑓′( )
Akan lebih mudah, dimisalkan terlebih dahulu = (𝑥) dan = (𝑥)
𝑑 𝑢. =𝑢𝑑𝑣+𝑣𝑑𝑢
Dengan mengintegralkan ke dua ruas diperoleh
∫ 𝑑 (𝑢. 𝑣)= ∫ 𝑢𝑑𝑣 + ∫ 𝑣𝑑𝑢
𝑢. = ∫ 𝑢𝑑𝑣 + ∫ 𝑣𝑑𝑢
Sehingga

𝑢𝑑𝑣 = 𝑢. 𝑣 − 𝑣𝑑𝑢
Jadi jika dan adalah fungsi-fungsi yang terdiferensiasikan, maka rumus
integral parsial adalah

∫ 𝑢𝑑𝑣 = 𝑢. 𝑣 − ∫ 𝑣𝑑𝑢
Prinsip penggunaan rumus ini adalah kita harus memilih manakah fungsi yang
dimisalkan menjadi dan 𝑑𝑣, sehingga mendapatkan 𝑑𝑢. Ciri permisalan yang salah
akan mengakibatkan proses pengintegralan ∫ 𝑣𝑑𝑢 tidak menemukan penyelesaian atau
menemukan integral lain yang tidak ada habisnya.
Contoh soal
1. ∫ 𝑥 sin 𝑥 𝑑 Penyelesaian
1. Misal 𝑢 = 𝑥 ↔ 𝑑𝑢 = 𝑑𝑥

70
𝑑𝑣 = sin 𝑥 𝑑𝑥 = −𝑑 (cos 𝑥) ↔ 𝑣 = ∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝑐
Sehingga

∫ 𝑥 sin 𝑥 𝑑𝑥 = ∫ −𝑥𝑑 (cos 𝑥)

= −𝑥 cos 𝑥 − ∫ − cos 𝑥 𝑑𝑥
= −𝑥 cos 𝑥 + sin 𝑥 + 𝑐
D. Teknik Integral Subsitusi
Teknik integral ini dilakukan dengan cara memisalkan suatu fungsi menjadi suatu
bentuk yang lebih sederhana. Biasanya pemisalan dilakukan pada bentuk fungsi yang
rumit. Berikut dijelaskan teknik pengintegralan substitusi pada beberapa bentuk
tertentu.

1. Integral yang memuat bentuk bulat


Contoh :

Penyelesaian
Subsitusi
Missal z =
𝑧3 = 𝑥 − 5 (kedua ruas di pangatkan 3)
𝑥 = 𝑧3 + 5
𝑑𝑥 = 3𝑧2𝑑𝑧 (kedua ruas diturunkan teradap perubahnya)
Sehingga

= ∫(3𝑧6 + 15𝑧3) 𝑑𝑧

2. Integral membuat bentuk


Pada Integral yang memuat bentuk ini dilakukan substitusi = tan , Sehingga

Dan

71
BAB X

VEKTOR

A. DEFINISI VEKTOR
Vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah dan digambarkan dengan himpunan
ruas garis berarah. Contoh besaran vektor adalah jarak, kecepatan, percepatan,
momentum, impuls, dan sebagainya.
Secara geometris, vektor digambarkan dengan ruas garis berarah, di mana panah
menunjukan arah vektor, sedangkan panjang garisnya menyatakan besar atau nilai vektor.
Vektor dapat dinotasikan dengan huruf kecil bertanda panah di atasnya atau huruf kecil
bercetak tebal (a, b, c, dan seterusnya).
B. SIFAT-SIFAT VEKTOR
Setelah mengetahui definisi vektor, berikut ini ada beberapa sifat-sifat vektor yang
perlu Anda ketahui yaitu:
1) Dapat dipindahkan dengan syarat nilai/besar dan arahnya tidak berubah.
72
2) Dapat dijumlahkan.
3) Dapat dikurangkan.
4) Dapat diuraikan.
5) Dapat dikalikan.
Vektor memiliki beberapa sifat. Vektor dapat dipindahkan, selama tidak
mengubah besar dan arahnya. Operasi vektor dapat berupa penjumlahan, pengurangan dan
perkalian. Vektor juga dapat diuraikan.
Sebelumnya, kita telah mempelajari mengenai penjumlahan dan pengurangan
vektor, dimana untuk menyelesaikan operasi tersebut kita bisa menggunakan tiga metode,
diantaranya metode segitiga, metode jajargenjang dan metode poligon.
Metode segitiga merupakan metode penjumlahan vektor dengan menempatkan
pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama. Hasil penjumlahan vektornya yaitu
vektor yang memiliki pangkal di titik pangkal vektor pertama dan ujung di ujung vektor
kedua.
Metode jajargenjang merupakan metode penjumlahan dua vektor yang
ditempatkan pada titik pangkal yang sama, sehingga hasil kedua vektornya merupakan
diagonal jajargenjang.

Metode poligon merupakan metode penjumlahan dua vektor atau lebih. Metode ini
dilakukan dengan cara menempatkan pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama,
kemudian menempatkan pangkal vektor ketiga di ujung vektor kedua dan seterusnya.

Resultan dari penjumlahan vektor-vektor tersebut adalah vektor yang berpangkal


di pangkal vektor pertama dan berujung di ujung vektor akhir.

C. JENIS-JENIS VEKTOR DALAM MATEMATIKA


Secara umum, adapun jenis-jenis vektor dalam matematika di antaranya meliputi:
1. Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang besarnya nol satuan dan arahnya tidak menentu.
Vektor nol terjadi jika titik pangkal dan titik terminal suatu vektor berimpit, sehingga
dinyatakan dengan nol.
2. Vektor Posisi
Vektor posisi adalah posisi sebuah titik partikel terhadap sebuah titik acuan
tertentu. Misalnya posisi titik awalnya berpangkal di pusat koordinat (0,0), sementara
titik ujungnya berada di suatu titik (x,y).
3. Vektor Basis
Vektor basis adalah vektor yang panjangnya satu satuan dan arahnya searah
dengan sumbu koordinat. Vektor basis memiliki satuan yang saling tegak lurus.
4. Vektor Satuan
73
Vektor satuan adalah suatu vektor yang panjangnya satu satuan.
D. JENIS VEKTOR BERDASARKAN OPERASI HITUNGAN
Berdasarkan operasi hitungannya, jenis-jenis vektor dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Vektor Penjumlahan
Vektor penjumlahan adalah menentukan sebuah vektor yang diperoleh dari
penjumlahan kedua komponen vektor pembentuknya. Penjumlahan tersebut
menentukan resultan dari dua vektor.
2. Vektor Pengurangan
Pengurangan vektor adalah ketika salah satu vektor yang mempunyai atau memiliki
arah yang berlawanan. Misalnya vektor A bergerak ke arah kanan dan vektor B
bergerak ke arah kiri, maka resultannya adalah R = A + (-B) = A – B.
3. Perkalian Vektor
Perkalian vektor adalah operasi perkalian dengan dua operand (objek yang
dikalikan) berupa vektor. Tetapi hasil operasi ini tidak selalu adalah vektor
Pada penjumlahan vektor terdapat sifat komutatif dan asosiatif, sedangkan untuk
pengurangan dua buah vektor tidak berlaku dua sifat tersebut.
E. CARA MENULISKAN NOTASI VEKTOR
Penulisan simbol atau lambang vektor dapat dilakukan dengan dua cara adalah sebagai
berikut:
• Vektor disimbolkan dengan dua huruf besar atau satu huruf yang di atasnya diberi
tanda anak panah.
• Vektor disimbolkan dengan dua huruf besar atau satu huruf yang ditebalkan. Jika
kalian menggunakan dua huruf, maka huruf pertama (A) merupakan titik asal
vektor, atau juga disebut pangkal vektor. Sementara huruf di belakang (B)
merupakan arah vektor atau titik terminal atau ujung vektor.

F. PERBEDAAN VEKTOR DAN SAKLAR


Dalam ilmu fisika, berdasarkan ada atau tidaknya arah, besaran dibagi menjadi dua
yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang hanya
memiliki nilai saja. Sedangkan besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan
arah. Berikut ini ada beberapa perbedaan vektor dan saklar dalam perhitungan fisika,
yaitu:
• Perbedaan mendasarnya terletak pada ada tidaknya arah. Besaran vektor memiliki
arah sedangkan besaran skalah tidak memiliki arah.
• Besaran vektor berupa perpindahan, impuls, kecepatan, momentum, percepatan,
momen gaya, kuat medan listrik, kuat medan magnet, dan gaya. Sedangkan besaran

74
skalar berupa jarak, waktu, tekanan, suhu, muatan listrik, volume, masa jenis,
kapasitas, dan potensial listrik.
• Perhitungan besaran vektor agak kompleks. Sedangkan perhitungan besaran skalar
dapat dilakukan dengan menggunakan aturan aljabar biasa.
• Dalam rumus dan perhitungan, variabel besaran skalar diwakili oleh huruf yang
dicetak miring (contoh V untuk volume). Sedangkan besaran vektor dalam skema
dinyatakan dengan diisi anak panah diatasnya (contoh untuk gaya), dan dicetak tebal
dan diapit tanda harga mutlak dalam persamaan maupun dalam teks (contoh untuk
gaya).

75
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pinhome.id/blog/operasi-aritmatika/
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/bilangan-pecahan-pengertian-jenis-
perbandingan-operasi-dan-contoh#.Y1-NVnaYH7E.whatsapp
https://www.advernesia.com/blog/matematika/penjumlahan-aljabar/
https://rumuspintar.com/turunan/ https://rumusrumus.com/diferensial/
https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-matriks-dalam-
matematikapengertian-jenis-dan-transpose
https://www.superprof.co.id/blog/rumus-determinan-matriks/
https://gencil.news/kunci-jawaban/soal-matematika-matriks-kelas/
https://eprints.uny.ac.id/45142/4/MATERI%20HIMPUNAN.pdf
http://staff.unila.ac.id/coesamin/files/2017/01/Himpunan.pdf\
https://repository.bbg.ac.id/bitstream/568/1/Buku_Ajar_Matematika_Dasar.pdf
https://www.studiobelajar.com/fungsi-kuadrat/
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-7/pengertian-dan-jenis-
kurvadalam-matematika-15169/
https://m.liputan6.com/hot/read/4877227/mengenal-grafik-fungsi-
kuadratbeserta-rumus-dan-contoh-soalnya https://idschool.net/sma/matematika-
sma/cara-menggambar-grafik-fungsikuadrat/?amp

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/limit-fungsi-aljabar-matematika-kelas-
11konsep-sifat-sifat-menentukan-nilai-limit-dan-contohsoal#:~:text=Konsep
%20Limit%20Fungsi%20Aljabar&text=Sehingga%20limit

%20merupakan%20suatu%20nilai,untuk%20fungsi%20f(x)
https://www.studiobelajar.com/limit-fungsi/
https://m.liputan6.com/hot/read/4729428/contoh-soal-limit-fungsi-aljabarbeserta-
pengertian-dan-cara-mencari-nilainya

76
E.,S. Pesta, cecep anwar H.F.S. 2008. Matematika aplikasi 3. Jakarta : Pusat
Perbukaan Dapertemen Pendidikan Nasional. https://www.konsep-
matematika.com/2016/02/integral-tak-tentu-fungsialjabar.html

Moesono, Djoko. 1988. Kalkulus I. Unesa University Press: Surabaya.


https://www.academia.edu/28924372/MATERI_INTEGRAL_oleh_Kelompok
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-dan-rumus-integral-dalam
pelajaran-matematika-1xpsWkMVpYI

https://saintif.com/rumus-integral-tentu/
https://m.liputan6.com/hot/read/4697044/vektor-adalah-ruas-garis-berarah-yang
memiliki-nilai-pahami-definisi-dan-jenisnya
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/yuk-cari-tahu-jenis-dan-sifat-vektor

2037/

77

Anda mungkin juga menyukai