RHEYMONARUUU
ANDI SURYA
ALYA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan buku ajar. Tak lupa juga mengucapkan Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat beliau, kita mampu
keluar dari kegelapan menuju jalan yang terang.
Adapun, buku ajar saya ini berjudul “Buku Ajar Matematika Satu Semester” ini telah
selesai saya buat secara semaksimal dan sebaik mungkin agar menjadi manfaat bagi saya dan
bagi pembaca. Saya sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu saja jauh dari kata
sempurna tentang buku ini. Oleh sebab itu, saya mohon maaf jika ada kekeliruan materi didalam
bahan ajar ini.
Demikian buku ajar ini saya buat, dengan harapan agar saya dan pembaca bisa memahami
materi yang ada dalam buku ini. Terima kasih
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I ARITMATIKA
A. Pengartian Aritmatika…………………………………………………………...4
B. Jenis-jenis Bilangan……………………………………………………………..4
C. Bilangan Pecahan……………………………………………………………….8
3
H. Menyatakan Suatu Himpunan……………………………………………………43
I. Menentukan Banyak himpunan Bagian dari Suatu Himpunan………………….43
BAB VI FUNGSI
A. Pengartian Fungsi………………………………………………………………..44
B. Sifat Fungsi………………………………………………………………………44
C. Jenis Fungsi………………………………………………………………………46
BAB VII KURVA
A. Definisi Kurva……………………………………………………………………52
B. Jenis Kurva……………………………………………………………………….52
C. Grafik Fungsi Kuadrat…………………………………………………………...53
BAB VIII LIMIT
A. Definisi Limit
Fungsi…………………………………………………………….60
B. Sifat-Sifat Limit
fungsi…………………………………………………………..62
C. Menentukan Nilai Limit
Fungsi………………………………………………….63
D. Limit Fungsi
Trigonometri……………………………………………………….65 BAB IX
INTEGRAL
A. Integral Tak Tentu………………………………………………………………..69
B. Integral Tentu…………………………………………………………………….71
C. Integral Persial…………………………………………………………………...72
D. Teknik Integral Subsitusi………………………………………………………...73
BAB X VEKTOR
A. Definisi Vektor…………………………………………………………………...75
B. Sifat-Sifat Vektor………………………………………………………………...75
C. Jenis-jenis Vektor dalam Matematika……………………………………………76
D. Jenis-jenis Vektor Berdasarkan Operasi Hitungan………………………………76
E. Cara menuliskan Notasi Vektor………………………………………………….77
F. Perbedaan Vektor Dengan Saklar………………………………………………..77
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………78
4
BAB I
ARITMATIKA
A. Pengartian Aritmatika
Aritmatika adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan antara angka
untuk memecahkan suatu masalah. Adapun aritmatika sosial mempelajari hubungan
angka untuk memecahkan permasalahan.
Aritmatika (sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani arithmos, “angka”)
merujuk secara umum pada aspek-aspek dasar dari teori angka, seni pengukuran
(pengukuran), dan perhitungan numerik (yaitu, proses penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian, pangkat, dan akar).
Tujuan dari operasi aritmetika ialah cara untuk menghitung bilangan yang paling
dasar, dan operasi aritmetika akan meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
juga pembagian.
1. Jenis-jenis Bilangan
a) Bilangan asli/Bilangan cacah
Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang bukan nol. Jadi, bilangan
asli dimulai dari angka 1 sampai tak terhingga. Sedangkan bilangan cacah
adalah bilangan bulat positif yang dimulai dari nol. Jadi, bilangan cacah
dimulai dari angka 0 sampai tak terhingga.
0 s/d 9
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
246 → 2 ratusan, 4 puluhan, dan 6 satuan
= 200 + 40 + 6
2. Bilangan bulat
Menurut Wahyudin Djumanta dalam buku Matematika, bilangan bulat adalah
bilangan yang terdiri atas bilangan bulat positif, bilangan nol, dan bilangan bulat
5
negatif. Posisi bilangan bulat positif adalah di sebelah kanan nol, sedangkan bilangan
bulat negatif di bagian kiri nol.
Dengan kata lain, apabila semakin ke kanan letak suatu bilangan, maka nilainya
akan semakin besar dan sebaliknya. Jadi semakin besar bilangan bulat negatif, berarti
akan semakin kecil nilainya. Sementara semakin besar bilangan bulat positif, maka
nilainya semakin besar juga.
I I I I I I I I I I
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, → Bilangan bulat
-3 > -6
2 > -4
-7 < 12
3. Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, Pembagian (tanda kurung aturan proritas)
Contoh :
1) 34 + 10 : (2-3)x5 =
34 + (10 : (-1)x5 = 34 (-10x6)
= 34-50 = -16
2) 3 (15 : 3 [5-2])
3x (15 : 3[3]) = 3 x (5x3)
= 3 x 15
= 45
3)
= 5-(8 +7 x 3 – 9 : 3)
= 5-(8 + (7 x 3) – (9 : 3)
= 5-(8 + 21 – 3)
= 5-(29 – 3)
= 5 – 26
= -21
a. Operasi-operasi Aritmatika
1. Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, Pembagian (tanda kurung
aturan proritas). Contoh
4) 34 + 10 : (2-3)x5 =
6
34 + (10 : (-1)x5 = 34 (-10x6)
= 34-50 = -16
5) 3 (15 : 3 [5-2])
3x (15 : 3[3]) = 3 x (5x3)
= 3 x 15
= 45
6)
= 5(8 +7 x 3 – 9 : 3)
= 5-(8 + (7 x 3) – (9 : 3)
= 5-(8 + 21 – 3)
= 5-(29 – 3)
= 5 – 26
= -21
a. Bilangan Prima, FPB, KPK
1. Faktorisasi prima
2,3,5,7,11……dst
1 → bukan bilangan prima Contoh
84 126
2 42 2 63
2 21 3 21
3 7 3 7
84 2x2x3x7
b. Faktor Persekutuan Terbesar
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dua bilangan asli adalah faktor
terbesar yang sama-sama dimiliki oleh kedua bilangan tersebut.
Sebagai contoh, faktorisasi prima dari 144 dan 66 ialah
7
144 66
2 33
2 72
3 11 2 36
2 9
3 3
144 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 x 3
c. Kelipatan perskutuan tekecil KPK
Bilangan asli terkecil yang dapat habis dibagi oleh
pasangannya bilangan asli, disebut kelipatan persekutuan terkecil
(KPK). Kelipatan persekutuan terkecil ini juga diperoleh dari
faktorisasi prima masing-masing dari kedua bilangan tersebut,
sebagai
Contoh
144 = 2x2x2x2x3x3 →f, prima
66 = 2x3x11
KPK = 2x2x2x2x3x3x11 = 1.585
B. Bilangan Pecahan
Bialngan pecahan merupakan salah satu bilangan yang sering kita jumpai dalam
pelajaran dalam pelajaran matematika. Dalam Bahasa inggris pecahan berarti fraction
yang erasal dari Bahasa latin, yaitu “fractus” yang artinya rusak. Pengartian dari bilangan
pechan adalah bagian dari suatu kuantitas tertentu.
8
Secara matematis, bilangan pecahan dapat disimbolkan dengan “ ” bilangan bias dibaca
dengan “a per b” bilangan a sebagai pembilang dan bilangan b sebagai penyebut.
1.
=2
2.
KPK → 1583 = 15
Perkalian pecahan
Contoh
1.
2.
Pembagian pecahan
Contoh
1.
2.
9
Presentase
1) Berapa presentase resisto yang rusak dalam I pak yang terdiri dari 25 buah
resistor jika 12 diantaranya rusak?
x 100% = 48%
24% dari 75
C. System denani/desimal
System ini merupakan system dasar kita dimana pad system ini kuantitas yang besar
atau kecil dapat di sajikan dengan menggunakan symbol-simbol 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
bersama dengan nilai tempat
Contoh
2, 7, 6, 5, 3 2 10
1000 1000 10 1
D. System Biner
System ini banyak digunakan dalam semua bentuk aplikasi pensaklaran. Symbol
yang digunakan disini hanyalah 0 dan 1dari nilai tempatnya adalah pangkat-pangkat dari
2, dengan kata lain sisem ini memiliki basis 2.
Contoh
1 0 1 1, 1 0 1
23 22 21 20 2−1 2−2 2−3
8 4 2 4
10
D. System oktal
Sistem ini menggunakan symbol-simbol
0,1,2,3,4,5,6,7
Dengan nilai tempat yang berupa penghantar
Contoh
3 5 7, 3 2 1
82 81 80 8−1 8−2 8−3
192 + 40 + 7 +
357,321 = 239,4082,0
E. System heksadesimal (basis 16)
System ini digunakan pada computer. Simbolny sini perlu mencapai nilai ekuivalen.
Sehingga setelah 9, huruf alphabet digunakan sebagai berikut
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 A,B,C,D,E,F
F. Contoh Soal dan Pembahasan
1. Jumlahkan secara berurutan mulai dari digit paling kanan. Untuk dua bilangan yang
dijumlahkan, jika hasil penjumlahan lebih dari 15 akan terjadi carry 1, kemudian
hasil penjumlahan dikurangi 16 yang akan disimpan sebagai hasil penjumlahan
Hexadecimal. Perhatikan contoh di bawah! a. 153(16) + 234(16) =
11
—- (+)
• 7 + 9 = 16, karena lebih dari 15, maka terjadi carry 1 dan hasil
penjumlahan adalah 0 yaitu dari 16-16.
• 1 + A + 8, angka 1 adalah carry dari penjumlahan sebelumnya. A=10 pada
bilangan Decimal, jadi 1 + A + 8 = 1 + 10 + 8 = 19, hasil penjumlahan
adalah 3 yatiu dari 19-16 dan carry 1.
BAB II
PENGANTAR ALJABAR
A. ALJABAR
Aljabar adalah aljabar adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol matematika
dan aturan untuk memanipulasi simbol-simbol
12
Aljabar (Algebra) merupakan salah satu cabang dalam ilmu matematika yang
sangat luas cakupannya, sedangkan aljabar itu sendiri diartikan sebagai cabang ilmu
dalam matematika yang mempelajari simbol matematika dan aturan aturan yang
digunakan untuk memanipulasi simbol tersebut.
Operasi penjumlahan aljabar adalah salah satu operasi dasar untuk simbol
tambah (+) pada bentuk aljabar. Untuk kasus tertentu, menjumlahkan bentuk
aljabar dapat memuat pangkat dan perhitungan yang mutakhir. Berikut dijelaskan
cara menjumlahkan aljabar dasar (meliputi penjumlahan sederhana, dengan
konstanta, penjumlahan banyak suku, penjumlahan negatif) dan menjumlahkan
aljabar berpangkat.
1. 16x + 20x
= 36x
2. 4xy + 3xz – 6zy – 5zx + yx
= 4xy + 3xz - 6zy
Xy – 5xz
________________ +
5xy – 2xz – 6zy
2. Pengurangan aljabar
Contoh
13
1. 28a – 12a
= 16a
2. (3x3 – 5x + 8) – (7x2 + 6x – 9)
= 3x3 + 0 – 5x + 8
0 – 7x2 + 6x – 9
______________ -
3x3 – 7x2 – 11x + 17
3. Pembagian aljabar
Contoh
1. 12a : 6a
= 2a
2.
4. Perkalian aljabar
Perkalian pelangi : 1 suku dengan 2 suku
1. 5(x+10) = 5x + 50
2. -2(x + 11) = -2x – 22
Contoh
1. (2x + 5 ) (3x+2)
= 6x2 + 4x + 15x + 10
= 6x2 + 19x + 10
2. (2p – 3q) (2p+3q)
= 2p (2p+3q) – 3q (2p+3q)
= 4p2+ 6pq – 6pq – 9q2
= 4p2 – 9q2
5. Pangkat
Contoh eksponen atau pangkat berdasarkan sifat-sifatnya Contoh
:
14
1. 22 = 2x2 = 4
2. 35 = 3x3x3x3x3 = 243
3. −24 = -(2x2x2x2) = -16
Contoh soal
1. 53 x 52 =
53+2
= 3125
2. 22 : 42 =
22 : (22)2
= 22-4
= 2-2
= 1/4
6. Faktorisasi aljabar
1. 4x2y + 8xy2 = 4xy
= 4xy (x+2y)
2. 8x2 + 22x + 15
= 8x2 + 10x + 12x + 12
= 2x (4x+5) + 3(4x+5)
= (4x+5) (2x+3)
7. Pecahan
Contoh soal
1.
2.
15
BAB III
TURUNAN
A. DEFINISI TURUNAN
16
Turunan fungsi (diferensial) ialah fungsi lain dari suatu fungsi sebelumnya, misalnya
fungsi f menjadi f’ yang memiliki nilai tak beraturan. Turunan (diferensial) dipakai sebagai
suatu alat untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam geometri dan mekanika. Dalam
sumber lain mengatakan bahwa turunan suatu fungsi adalah gradien garis singgung
fungsi tersebut yang berada di suatu titik tertentu
Turunan merupakan suatu perhitungan terhadap perubahan nilai fungsi karena perubahan
nilai masukan (variabel).Turunan dapat disebut juga sebagai diferensial dan proses dalam
menentukan turunan suatu fungsi disebut sebagai diferensiasi.Menggunakan konsep limit
yang sudah dipelajari, turunannya dapat didefinisikan sebagai
Turunan tersebut didefinisikan sebagai limit dari perubahan rata-rata dari nilai fungsi
terhadap variabel x.
Berikut merupakan beberapa penerapan turunan.
• Turunan dapat diterapkan untuk menghitung gradien dari garis singgung suatu
kurva.
• Turunan dapat digunakan untuk menentukan interval dimana suatu fungsi naik
atau turun.
• Turunan dapat diterapkan untuk menentukan nilai stasioner suatu fungsi.
• Turunan dapat diterapkan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dengan persamaaan gerak.
• Turunan dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
maksimumminimum.
Turunan fungsi y = f(x) terhadap x dititik x = x1, didefinisikan sebagai berikut:
17
B. RUMUS TURUNAN
Berikut merupakan beberapa rumus dasar untuk menentukan turunannya :
• F(x) = c, dengan c merupakan konstanta
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = 0.
• F(x) = x
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = 1.
• F(x) = kapak n
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = anx n – 1
• Penjumlahan fungsi: h(x) = f(x) + g(x)
Turunan fungsi tersebut yaitu h’(x) = f’(x) + g’(x).
• Pengurangan fungsi: h(x) = f(x) – g(x)
Turunan fungsi tersebut adalah h’(x) = f’(x) – g’(x)
Perkalian konstanta dengan suatu fungsi (kf)
(x).
Turunan fungsi tersebut adalah k . f’(x).
C. TURUNAN FUNGSI
Seandainya terdapat suatu fungsi f(x) = ax n . Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) =
anx n – 1 . Contohnya:
F(x) = 3x 3
18
• H(x) : fungsi dalam bentuk penambahan fungsi.
• H’(x) : fungsi turunan bentuk pertambahan
• U(x), v(x) : fungsi dengan variabel x
• U’(x), v’(x) : turunan fungsi dengan variabel x Turunan fungsi aljabar
dalam bentuk pembagian yaitu:
Misalkan terdapat penambahan fungsi: h(x) = u(x)/v(x). Turunan dari fungsi
tersebut adalah
H’(x) = (u’(x) .v(x) – u(x) .v’(x))/v 2 (x). Keterangan:
• H(x) : fungsi dalam bentuk penambahan fungsi.
• H’(x) : fungsi turunan bentuk pertambahan
• U(x), v(x) : fungsi dengan variabel x
• U’(x), v’(x) : turunan fungsi dengan variabel x
2. Turunan Akar
Misalkan terdapat suatu fungsi akar sebagai berikut
Untuk menentukan turunan dari fungsi tersebut, terlebih dahulu kita ubah ke
dalam bentuk fungsi perpangkatan. Bentuk fungsi perpangkatannya yaitu f(x) =
x a/b .
Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) = a/b . x (a/b) – 1 . Bagaimana
jika fungsi berbentuk seperti ini?
19
• Suatu fungsi dengan variabel x, turunannya : xd/dx.
• Suatu fungsi dengan variabel y, turunannya : yd/dy. Dy/dx.
• Suatu fungsi dengan variabel x dan y, turunannya : xy d/dx + xy d/dy .
dy/dx. Untuk menghitung turunan pertama y/𝑑𝑥 dari fungsi implisit f(x,y)
= 0, kita perhatikan tiap-tiap suku sebagai suatu fungsi dari x, kemudian
enurunkan suku demi suku, misalnya: 2 + 𝑥𝑦 + 2 = 0
2 + + 𝑥𝑦′ + 2 + 2𝑥𝑦𝑦′ = 0
′ + 2𝑥𝑦 = −2 – – 2
′ = −2 − − 2
20
dinamakan turunan atau derivative (derivative).
D. KAIDAH-KAIDAH DIFERENSIAL
1. Diferensiasi Konstanta
Jika y = k, dimana k adalah konstanta, maka
Dy/dx = 0 Contoh
:
Y = 5, maka dy/dx = 0
Atau lebih mudahnya kalau kita mengganti simbol dy/dx menjadi y’, misalnya:
Y = 100 -> y’ = 0
Y = ½ -> y’ = 0
2. Diferensiasi fungsi pangkat
Jika y = xⁿ, dan adalah konstanta maka
Dy/dx = nXn-1 Contoh
:
Y = x³
Y’ = 3 x 3-1 = 3 x²
Y = X –8
Y’ = – 8X–9
21
3. Diferensiasi perkalian konstanta dengan fungsi
Jika y = kv dan v = h (x), maka
Dy/dx = k dv/dx Contoh
:
Y = 5 x³, maka dy/dx = 5 ( 3x² ) = 15 x² Contoh lain:
Y = 5X–8 -> y’ = – 40X–9
Y = 4X5 -> y’ = 20X4
4. Diferensiasi pembagian konstanta dengan fungsi
Jika y = k , dimana v = h (x), maka
Dy/dx = k dy/dx /v² Contoh
:
Y = 5/x³ , dy/dx = 5(3x²)/(x³)2 = −15x²/x6 Contoh lain:
Y = 4/X–8 -> y’ = – 4. – 8 X–9/(X–8)2 = 32X–9/X –16
Y’ = (32 X–9 ). X16
Y’ = 32X7
5. Diferensiasi penjumlahan / pengurangan fungsi Jika y = u ± v, dimana u = g
(x) dan v = h(x), maka
Dy/dx = du/dx ± dv/dx Contoh
:
Y = 4 x² + x³ misalkan u = 4 x² → du/dx = 8x
V = x³ → dv/dx = 3 x² , maka dy/dx = 8x + 3x²
Y = – 2X–1 + 4X + 8 , maka y’ = 2X–2 + 4
6. Diferensiasi perkalian fungsi
Jika y = uv, dimana u = g(x) dan v = h(x) maka dy/dx = u dv/dx + v du/dx
Contoh : y = (4x²) (x³)
Misalkan u = 4 x² → du/dx = 8 x
V = x³ → dv/dx = 3 x²
Maka dy/dx = u dv/dx + v du/dx = (4x²) (3x²) + (x³)(8x)
= 12 x4 + 8x4 = 20 x4
7. Diferensiasi pembagian fungsi
Jika y = U/V , dimana U = g (x) dan V = h (x) maka
Y’ = VU’ – UV’/V 2 Contoh
:
22
Y = U/V -> y = (4x²)/x³
Y’ = x³(8x) – (4x²).3x2/(x³)2 = 8X4 – 12X4/x 6
= – 4X4 .X–6
= – 4X–2
8. Diferensiasi fungsi komposit
Jika y = f(x) sedangkan u = g(x), dengan kata lain y = f {g(x)} maka dy/dx =
dy/du * du/dx Contoh :
Y = (4x³ + 5)²
Misalkan u = 4x³ + 5 → du/dx = 12x²
Y = u² → dy/du = 2u
Maka dy/dx = dy/du * du/dx = 2u * 12x²
= 2 (4x³ + 5) * 12x²
= 96 x5 + 120 x²
9. Diferensiasi fungsi berpangkat
Jika y = uⁿ , dimana u = g (x) dan n adalah konstanta, maka dy/dx = nu n-1 *
du/dx
Contoh : y = (4x³ + 5)²
Misalkan u = 4x³ + 5 → du/dx = 12x² dan
Y = u²
Maka dy/dx = nu n-1 * du/dx = 2 (4x³ + 5)(2-1)*12x²
= 96 x5 + 120 x²
10. Fungsi Komposit Logaritmik
Y = a log U ; U = g(x), maka
Dy/dx = a log e/U.du/dx Contoh:
Y = log (x+5)/(x+7),
Maka dalam soal ini U = (x+5)/(x+7)
Du/dx = (x+7)(1)-(x+5)(1)/(x+7)2 = 2/(x+7)2
Sehingga dy/dx = log e/(x+5)(x+7).2/(x+7)2
Dy/dx = 2 log e/(x+5)(x+7)
11. Diferensiasi Fungsi Komposit Logaritmik Berpangkat
Y = (a log U)n dimana U = g(x)
23
N = konstanta
Maka dy/dx = n (a log U)n-1 . a log e/U.du/dx Contoh:
Y = (log 6x2)3. -> U = 6x2 ; jadi du/dx = 12x
Dy/dx = 3 (log 6x2)2 . log e/6x2 (12x)
= 36x(log 6x2)2 log e/6x2
= 6 (log 6x2)2 log e/x
12. Diferensiasi Fungsi Komposit Logaritmik Napier
Log. Napier → logaritma yang bilangan pokoknya
E = 2,71828
→Biasa ditulis dengan e log a = 1n a
Y = Ln U ; U = g(x) maka dy/dx = 1/U. Du/dx
Contoh: y = 1n (5x2 + 7) -> U = 5x2 + 7
Du/dx = 10x
Dy/dx = 1/(5x2 + 7). 10x = 10x/(5x2 + 7)
13. Diferensiasi Fungsi Komposit logaritmik Napier Berpangkat
Y = (Ln U)n ; U = g (x) ; n = konstanta
Dy/dx = n(Ln U)n-1.1/U.du/dx
Contoh:
Y = (Ln 3x2)4 -> U = 3x2 -> du/dx = 6x
Dy/dx = 4(Ln 3x2)3 1/3x2 . 6x
Dy/dx = 8/x(Ln 3x2)3
14. Diferensiasi Fungsi Komposit Eksponensial
Y = au ; U = g (x) dan a = konstanta ; maka dy/dx = au Ln a du/dx Contoh:
Y = 5 (x2-2) maka U = x2-2 sehingga du/dx = 2x
Dy/dx = 5 (x2-2) Ln 5. 2x
15. Diferensiasi Fungsi Kompleks Y = Uv ; U = g (x) dan V = h (x)
Maka dy/dx = V.Uv-1 du/dx + Uv Ln U dv/dx Contoh:
Y = 7x x5 -> U = 7x -> du/dx = 7
V = x5 -> dv/dx = 5x4
Dy/dx = x5 . 7x x5-1 . 7 + 7x x5 Ln 7x . 5x4\
= 49x x5+4 + 35x x5+4 Ln. 7x
24
= 35x x5+4 (7/5 + Ln 7x)
16. Diferensiasi Fungsi Balikan
Jika y = f (x) dan x = g (y) adalah fungsi-fungsi yang berbalikan, maka
Dy/dx = 1/dx/dy Contoh:
X = 10y + 3y4
BAB IV
MATRIKS
A. PENGARTIAN MATRIKS
Matriks adalah susunan bilangan-bilangan dalam bentuk baris dan kolom yang
membentuk suatu persegipanjang. Penulisan susunan tersebut dibatasi oleh kurung siku atau
kurung biasa. Bilangan-bilangan dalam matriks bisa berupa bilangan real ataupun bilangan
kompleks. Namun dalam buku 88 ini pembahasan matriks hanya dibatasi pada bilangan
real,
B. JENIS-JENIS MATRIKS
1. Matriks baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris. Misalnya:
P [-5 2], Q [10 9 8]
25
2. Matriks kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom.
3. Matriks persegi adalah matriks yang banyak baris sama dengan banyak kolom
7. Matriks diagonal adalah matriks persegi yang elemen di luar diagonal utamanya
bernilai nol.
26
10. Transpos matriks A atau (At) adalah sebuah matriks yang disusun dengan cara
menuliskan baris ke-i matriks A menjadi kolom ke-i dan sebaliknya,
menuliskan kolom ke-j matriks A menjadi baris ke-j.
Pada contoh 5.3 matriks A = B karena A dan B memiliki ukuran yang sama dan
unsur-unsur yang bersesuaian pun sama. A ≠ C karena meski A dan C memiliki
ukuran yang sama, namun ada unsur bersesuaian yang tidak sama yakni 7 dan 9.
A≠D karena tidak memiliki ukuran yang sama.
1. Penjumlahan Matriks
Jika A dan B adalah sebarang dua matriks yang ukurannya sama, maka A+ B
merupakan matriks yang diperoleh dengan menambahkan unsur-unsur yang
bersesuaian pada A dan B. Dalam hal ini artinya jika dua matriks atau lebih
memiliki ukuran yang berbeda, maka matriks-matriks tersebut tidak dapat
dijumlahkan.
27
b) + (B + C) = (A + B) + C (sifat asosiatif)
c) A + 0 = 0 + A = A (memiliki matriks identitas yakni matriks 0)
2. Pengurangan Matriks
Syarat operasi pengurangan sama dengan operasi penjumlahan yakni ukuran
matriks yang dioperasikan harus sama. Jika A dan B adalah sebarang dua
matriks yang ukurannya sama, maka A – B merupakan matriks yang diperoleh
dengan mengurangkan unsur-unsur yang bersesuaian pada A dengan B.
Berbeda dengan sifat-sifat yang berlaku pada penjumlahan matriks, pada
pengurangan matriks tidak berlaku sifat komutatif dan sifat asosiatif.
Secara intuitif, pada contoh di atas dapat diperoleh informasi bahwa jika A
adalah sebarang matriks maka A menyatakan (-1)A. Serta, jika A dan B adalah
dua matriks yang ukurannya sama, maka A B didefinisikan sebagai A + (-B) =
A + (-1)B.
Sehingga sifat-sifat yang berlaku pada perkalian skalar dengan matriks adalah :
• (-1)A = -A
• A + (-B) = A + (-1)B
• A + (-A) = A A = 0
• cA=cA (sifat komutatif)
28
• c (A+B) = cA+cB (sifat distributif)
• c (A-B) = cA – cB
• (c+d)A = cA+dA
• (cd)A = c(dA) (Sifat Asosiatif)
4. Perkalian matriks dengan matriks
Jika A adalah matriks berordo mxn dan B adalah matriks berordo nxr, hasil kali
A dan B adalah suatu matriks (misal C) yang memiliki ordo mxr. Setiap elemen
dari C (misal cij) diperoleh dari jumlah hasil kali unsur-unsur baris ke-i dari A
dengan unsur-unsur kolom ke-j dari B.
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa syarat dua matriks dapat dikalikan
adalah banyak kolom matriks pertama harus sama dengan banyak baris pada
matriks kedua, sehingga hasil perkalian tersebut memiliki ordo baru yakni
banyak baris matriks pertama kali banyak kolom matriks kedua.
29
5. Perpangkatan matriks
Perpangkatan matriks An dengan n>1, n bilangan asli hanya dapat dilakukan
jika A adalah matriks bujur sangkar dan unsur-unsur hasil perpangkatan matriks
bukan merupakan perpangkatan dari unsur-unsur A. Dengan demikian jika A
matriks bujur sangkar maka berlaku A² = A.A ; A³=A².A dan seterusnya.
Contoh 5.8
Diberikan A adalah matriks
D. DETERMINAN MATRIKS
1. Pengartian Determinan
Determinan adalah nilai yang dapat dihitung dari unsur-unsur suatu
matriks persegi. Lalu, apa itu matriks persegi? Anda tentu tahu persegi memiliki
sisi-sisi yang sama. Nah, matriks persegi artinya jumlah kolom dan barisnya
sama. Dalam matematika, matriks adalah susunan bilangan, simbol, atau
ekspresi yang disusun dalam baris dan kolom sehingga membentuk suatu
bangun persegi.
Determinan hanya bisa dihitung dari unsur-unsur matriks persegi.
Determinan matriks A ditulis dengan tanda det(A), det A, atau |A|. Determinan
dapat dianggap sebagai faktor penskalaan transformasi yang digambarkan oleh
matriks.
2. Rumus Determinan Matriks
Matriks persegi terdiri dari matriks berordo 2x2 (memiliki dua baris dan dua
kolom) dan matriks berordo 3x3 (memiliki tiga baris dan tiga kolom).
• Rumus Determinan Matriks 2x2
Untuk matriks berordo 2x2, rumus determinannya adalah
30
Dari rumus tersebut, dapat Anda lihat bahwa caranya adalah dengan
operasi silang atau mengalikan elemen-elemen yang ada di diagonal
utama, lalu kurangkan dengan elemen-elemen di diagonal sekunder.
• Rumus Determinan Matriks 3x3
Untuk menghitung determinan matriks berordo 3x3, Anda bisa
menggunakan beberapa metode seperti metode Sarrus dan
MinorKofaktor.
Aturan Sarrus
Aturan Sarrus hanya bisa digunakan pada matriks 3x3. Misalnya, pada
matriks A berordo 3x3 seperti berikut:
Metode Minor-Kofaktor
31
Dari matriks A di atas, kita buang elemen baris ke-i dan kolom ke-j
atau dilambangkan Aij. Misalnya, kita ingin pilih A₁₂ artinya kita
akan membuang baris ke-1 dan kolom ke-2. Yang namanya metode
minor kofaktor, pertama kita cari minor (M) lalu kofaktor (C atau K)
elemen elemennya.
Det(A)=a.C₁₁+b.C₁₂+c.C₁₃
E. INVERS MATRIKS
Invers matriks adalah kebalikan (invers) dari sebuah matriks yang apabila matriks
tersebut dikalikan dengan inversnya, akan menjadi matriks identitas. Invers matriks
dilambangkan dengan A-1. Suatu matriks dikatakan memiliki invers jika determinan
dari matriks tersebut tidak sama dengan nol.
Untuk menentukan invers dari sebuah matriks, terdapat dua aturan berdasarkan
ordonya, yaitu ordo 2x2 dan ordo 3x3.
Invers Matriks Ordo 2x2
Invers matriks persegi dengan ordo 2x2 dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
32
Invers Matriks Ordo 3x3
Untuk mencari invers matriks pada ordo 3x3, dapat digunakan metode eliminasi
Gauss Jordan.
Secara sistematis, eliminasi Gauss Jordan dapat dinyatakan sebagai berikut:
33
BAB V
HIMPUNAN
A. PENGARTIAN HIMPUNAN
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas,
sehinggadengan tepat dapat diketahuiobjek yang termasuk himpunan dan yang tidak
termasuk dalam himpunan tersebut.
Contoh Himpunan :
• Kumpulan kabupaten yang ada di provinsi Yogyakarta
• Kumpulan nama siswa kelas VII C yang diawali huruf K
B. JENIS-JENIS HIMPUNAN
Himpunan kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota
Contoh : Himpunan buah yang rasanya asin
Himpunan tak kosong
Himpunan tak kosong adalah himpunan yang memiliki anggota
Contoh : Himpunan bilangan prima kurang dari 10
Himpunan semesta
Himpunan semesta atau semesta pembicaraan adalah himpunanyang memuat semua
anggota atau objek himpunan yang dibicarakan.Himpunan semesta (semesta
pembicaraan) biasanya dilambangkan dengan S.
• S = {bilangan prima}
atau
• S = {bilangan asli} atau
S = {bilangan cacah}.
Himpunan semesta yang mungkin dari {kerbau, sapi, kambing} adalah {binatang},
{binatang berkakiempat}, atau {binatang memamah biak}
34
Himpunan A merupakan himpunan bagian B jika setiap anggota A menjadi anggota
B dengan menotasikan A B atau B A. Himpunan A bukan merupakan himpunan bagian
jika terdapat anggota A yang bukan anggota B dan dinotasikan A B. Setiap himpunan A
merupakan himpunan bagian dari himpunan A sendiri, ditulis A A.
Contoh:
Diketahui K={1,2,3}, tentukan himpunan bagian dari K yang mempunyai
a. Satu anggota
b. Dua anggota
c. Tiga anggota Dijawab:
• Himpunan H disebut himp terhingga (finite set) jika n(H) = c, c bilangan cacah
Contoh:
F = {2, 3, 4, 5, …}
P = {4,5,6, …}
Q = {r, s, t, v, w, k, d, a}
R = {1, 2, 3, …, 138}.
Himpunan tak terbilang, anggotanya tidak dapat ditunjukkan satu per satu
(kontinu) Contoh:
35
Himpunan terbatas
Himpunan terbatas yaitu himpunan yang mempunyai batas ada himpunan terbatas kiri
dan ada himpunan terbatas kanan Contoh:
K = {4, 1, 3, 8, 6}
Khusus untuk bil real, himpunan tak terbilang (kontinu) bisa dinyatakan dengan
interval atau selang
a)
b)
c)
C. RELASI HIMPUNAN
1. Dua Himpunan Sama
Kedua himpunan tersebut mempunyai anggota yang sama
A=B ⟺
Contoh:
A = {5, 2, 7, 2, 9, 8, 7} B = {8, 8, 2, 7, 5, 9, 8, 5} Maka A = B.
P = {a, b, c, d}
Q = {2, 4, 6, 8, 9, 3}
Himpunan P dan Q dikatakan saling lepas
36
3. Dua himpunan saling berpotongan
Antar kedua himpunan tsb, ada anggota yang sama dan ada anggota yng tidak
sama
A = {5, 8, 2, 9}
B = {14, 2, 8, 7, 26}
Himpunan A dan B saling berpotongan (saling beririsan)
4. Dua himpunan, yang satu bagian dari himpunan kedua
Himpunan A disebut himpunan bagian (Subset) dari himpunan B jika setiap
anggota A juga menjadi anggota B
• Contoh:
A = {a,c,e}
B = {b, c, d}
• Contoh:
A = {a,c,d,e}
B = {a, b, e, f, g}
37
Pengurangan himpunan
• A–
• A – B berarti suatu himpunan yang anggotanya adalah anggota A tetapi tidak
menjadi anggota B.
• Contoh:
A = {a,c,d,e}
B = {a, b, e, k, g}
A – B = {c, d}
B – A = {b, k, g}
Penjumlahan himpunan (Beda Setangkup)
• – – A)
u
•
Anggota B saja.
• Contoh:
A = {a,c,d,e}
B = {a, b, e, k, g}
• Contoh:
A = {a,b,c}
B = {1, 2}
Maka A X B = {(a,1), (a,2), (b,1), (b,2), (c,1), (c, 2)}
B X A = {(1,a), (1,b), (1,c), (2,a), (2,b), (2, c)}
E. HIMPUNAN BILANGAN
38
Barisan bilangan asli : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ….
Himpunan bilangan asli A : {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ….} Contoh
bilangan asli: 7, 4, 9, 28, 13.
Bilangan asli merupakan bilangan yang berkaitan dengan hasil membilang (urutan,
ranking)
1. Bilangan prima
Contoh bilangan prima : 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47,53, 59, 61,
67, 71, 73, 79, 83, 89, 97, …
Bilangan prima:
Bilangan yang mempunyai tepat dua faktor.
Bilangan bulat lebih dari satu yang habis dibagi hanya oleh 1 dan bilangan itu
sendiri.
2. Bilangan komposit
Contoh bilangan komposit: 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22.
• Bilangan komposit adalah bilangan yang mempunyai lebih dari dua faktor
• Bilangan asli lebih besar dari satu yang bukan bilangan prima.
39
Bilangan genap: bilangan yang habis dibagi dua. 0, 2, 4, 6, 8, 10, …
3. Bilangan ganjil: bilangan bulat yang tidak habis dibagi dua.1,3,5,7,9,11,13,15,
Barisan bilangan Cacah: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ….
Himpunan bilangan Cacah C : {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ….}
40
dinyatakan dengandaerah persegi panjang, Sedangkan himpunan lain dalam
semestapembicaraan dinyatakan dengan kurva mulus tertutup sederhana dan
noktahnoktah untuk menyatakan anggotanya.
Istilah diagram Venn berasal dari seorang ahli bangsa Inggris yang menjadi tokoh
logika matematika, yaitu John Venn (1834-1923). Ia menulis buku simbolik logic dalam
analisisnya menggunakan banyak diagram khususnya diagram lingkaran, diagram
tersebut kini dikenal nama diagram Venn.
Diketahui S = {0, 1, 2, 3, 4, ..., 9}; P = {0, 1, 2, 3, 4}; dan Q = {5, 6, 7}. Himpunan
S = {0, 1, 2, , 4, ..., 9} adalah himpunan semesta. Dalam diagram Venn, himpunan
semesta dinotasikan dengan S berada di pojok kiri.
Contoh:
• A adalah himpunan bilangan cacah kurang dari 6, sehingga A ={0,1,2,3,4,5}.
• P adalah himpunan huruf-huruf vokal, sehingga P={a,i,u,e,o}.
41
H. MENYATAKAN SUATU HIMPUNAN
Dapat dinyatakan dengan 3 cara:
Dengan kata-kata Contoh:
Banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan adalah 2¬¬n, dengan n banyaknya
anggota himpunan tersebut. Banyaknya himpunan bagian adalah himpunan kuasa.
Contoh:
Himpunan bagian dari {a,b,c,d} yang mempunyai 0 anggota ada 1, yaitu { };
• 1 anggota ada 4, yaitu {a},{b},{c},{d};
• 2 anggota ada 6, yaitu {a,b},{a,c},{a,d},{b,c},{b,d},{c,d};
• 3 anggota da 4, yaitu {a,b,c},{a,b,d},{a,c,d},{b,c,d};
d. 4 anggota ada 1, yaitu {a,b,c,d};
BAB VI
42
FUNGSI
A. PENGARTIAN FUNGSI
Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi yang memasangkan
setiap elemen dari A secara tunggal, dengan elemen pada B.
Apabila f memetakan suatu elemen x A ke suatu y B dikatakan bahwa y adalah peta dari x
oleh f dan peta ini dinyatakan dengan notasi f(x), dan biasa ditulis dengan f : x f(x),
sedangkan x biasa disebut prapeta dari f(x).
Himpunan A dinamakan daerah asal (domain) dari fungsi f , sedangkan himpunan B
disebut daerah kawan (kodomain) sedangkan himpunan dari semua peta di B dinamakan
daerah hasil (range) dari fungsi f tersebut.
Diagram sebagaimana pada Gambar 1 di atas adalah fungsi karena pertama, terdapat relasi
(yang melibatkan dua himpunan yakni A dan B) dan kedua, pemasangan setiap elemen A
adalah secara tunggal.
Diagram 4.2 bukan merupakan fungsi karena ada elemen A yang dipasangkan tidak secara
tunggal dengan elemen pada B.
B. SIFAT-SIFAT FUNGSI
Dengan memperhatikan bagaimana elemen-elemen pada masing-masing himpunan A dan B
yang direlasikan dalam suatu fungsi, maka kita mengenal tiga sifat fungsi yakni sebagai
berikut :
Injektif (Satu-satu)
Misalkan fungsi f menyatakan A ke B maka fungsi f disebut suatu fungsi satusatu
(injektif), apabila setiap dua elemen yang berlainan di A akan dipetakan
Pada dua elemen yang berbeda di B. Selanjutnya secara singkat dapat dikatakan bahwa f :
A B adalah fungsi injektif apabila a berakibat f(a) F( ) atau ekuivalen, jika f(a) = f( ) maka
akibatnya a = . Contoh 4.3
• Fungsi f pada R yang didefinisikan dengan f(x) = x2 bukan suatu fungsi satu-satu
sebab f(-2) = f(2).
43
• Perhatikan gambar berikut
Adapun fungsi pada A = {bilangan asli} yang didefinisikan dengan f(x) = 2x adalah
fungsi satu-satu, sebab kelipatan dua dari setiap dua bilangan yang berlainan adalah
berlainan pula. Surjektif (Onto)
Misalkan f adalah suatu fungsi yang memetakan A ke B maka daerah hasil f(A) dari
fungsi f adalah himpunan bagian dari B, atau f(A) B.Apabila f(A) = B, yang berarti setiap
elemen di B pasti merupakan peta dari sekurang-kurangnya satu elemen di A maka kita
katakan f adalah suatu fungsi f memetakan A Onto B Contoh 4.4
• Fungsi f : R R yang didefinisikan dengan rumus f(x) = x2 bukan fungsi yang Onto
karena himpunan bilangan negatif tidak dimuat oleh hasil fungsi tersebut.
• Perhatikan gambar berikut.
Contoh 4.5
• Perhatikan gambar berikut.
44
Relasi dari himpunan A = {a, b, c} ke himpunan B = {p, q, r} yang didefinisikan sebagai
diagram di samping adalah suatu fungsi yang bijektif.
• Fungsi f yang memasangkan setiap negara di dunia dengan ibu kota negaranegara
di dunia adalah fungsi korespondensi satu-satu (fungsi bijektif), karena tidak ada
satu kotapun yang menjadi ibu kota dua negara yang berlainan.
C. JENIS FUNGSI
Jika suatu fungsi f mempunyai daerah asal dan daerah kawan yang sama, misalnya D,
maka sering dikatakan fungsi f pada D. Jika daerah asal dari fungsi tidak dinyatakan maka
yang dimaksud adalah himpunan semua bilangan real (R). Untuk fungsi-fungsi pada R kita
kenal beberapa fungsi antara lain sebagai berikut.
1. Fungsi Konstan
F : x→C dengan C konstan disebut fungsi konstan (tetap). Fungsi f memetakan setiap
bilangan real dengan C.
Contoh 4.6
Fungsi f : x→3
2. Fungsi Identitas
Fungsi R→R yang didefinisikan sebagai f : x→x disebut fungsi identitas.
45
3. Fungsi Linear
Fungsi pada bilangan real yang didefinisikan f(x) = ax + b, a dan b konstan dengan
a ≠ 0 disebut fungsi linear.
Grafik fungsi linier berupa garis lurus. Untuk menggambar grafik fungsi linier bisa
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membuat tabel dan dengan menentukan titik
potong dengan sumbu-x dan sumbu-y.
Contoh 4.7
Gambarlah grafik fungsi y = 2x + 3
Penyelesaian :
Dengan membuat tabel :
Dari tabel diperoleh titik-titik berupa pasangan koordinat, kita gambar titik tersebut
dalam bidang Cartesius kemudian dihubungkan, sehingga tampak membentuk garis
lurus.
Dengan menentukan titik-titik potong dengan sumbu-x dan sumbu-y y
= 2x + 3
Titik potong grafik dengan sumbu-x :
46
Titik potong grafik dengan sumbu-y :
x=0 → y = 2x + 3
y = 2.0 + 3 y = 0
+ 3 y= 3
sehingga titik potong grafik dengan sumbu -y adalah (0,3) kedua titik potong tersebut
digambar dalam bidang Cartesius kemudian dihubungkan sehingga tampak
47
Persamaan garis y = mx + c, dengan m, c R, c adalah konstanta, dengan
melambangkan gradien / koefisien arah garis lurus. Pada gambar di atas, misalkan a
adalah sudut antara garis horizontal (sejajar sumbu x)dan grafik fungsi linier dengan
arah putaran berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam, maka gradien dapat
pula didefinisikan sebagai
48
Menentukan Titik Potong antara Dua Garis
Misalkan dua garis g1 dan g2 saling berpotongan di titik P (x, y) maka nilai x dan y
harus memenuhi kedua persamaan garis tersebut. Titik potong dua garis dapat dicari
dengan metode substitusi, eliminasi, Hubungan Gradien dari Dua Garis Hubungan
Gradien dari Dua Garis
• Garis g1 yang bergradien m1 dikatakan sejajar dengan garis g2 yang bergradien
m2 jika memenuhi m1 = m2.
• Garis g1 yang bergradien m1 dikatakan tegak lurus dengan garis g2 yang
bergradien m2 jika memenuhi m1 . m2 = -1
4. Fungsi Kuadrat
Bentuk umum fungsi kuadrat adalah y = ax2 + bx + c dengan a, b, c R dan a≠0.
Grafik fungsi kuadrat berbentuk parabola maka sering juga di sebut fungsi parabola.
Jika a > 0, parabola terbuka ke atas sehingga mempunyai titik balik minimum, dan
jika a < 0 parabola terbuka ke bawah sehingga mempunyai titik balik maksimum.
Langkah-langkah dalam menggambar grafik fungsi kuadrat y = ax2+ bx + c
a. Tentukan pembuat nol fungsi → y = 0 atau f(x) = 0
Pembuat nol fungsi dari persamaan kuadrat y = ax2+ bx + c diperoleh jika ax2 +
bx + c = 0. Sehingga diperoleh nilai x yang memenuhi ax2 + bx + c = 0. Nilai ini
tidak lain adalah absis titik potong dengan sumbu-x, sedangkan untuk
menentukan titik potong dengan sumbu-y, dapat dilakukan dengan
mensubstitusikan nilai x tadi pada persamaan kuadrat semula.
49
BAB VII
KURVA
A. DEFINISI KURVA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kurva diartikan sebagai garis
lengkung; grafik yang menggambarkan variabel (misalnya, yang memperlihatkan
perkembangan) yang dipengaruhi oleh keadaan; dan garis yang terdiri atas persambungan
titik-titik.
Dalam aljabar, kurva layaknya sebuah pernyataan grafis dari suatu persamaan
aljabar. Garis, ruas garis, sinar garis termasuk contoh suatu kurva. Sehingga bisa
dijabarkan bahwa kurva merupakan himpunan titik-titik pada bidang datar.
Dalam matematika kurva (juga disebut garis lengkung dalam teks yang lebih tua)
adalah objek yang mirip dengan garis yang tidak harus lurus. Secara intuitif, kurva juha
dapat dianggap sebagai jejak yang ditinggalkan oleh titik bergerak.
B. JENIS KURVA
Pada dasarnya, kurva dapat dibedakan menjadi empat jenis yang didasarkan
kepada titik-titik pertemuannya, yaitu kurva terbuka sederhana, terbuka tidak sederhana,
tertutup sederhana, dan tidak tertutup sederhana. Ada yang membedakan?
1. Kurva Terbuka Sederhana
Kurva terbuka sederhana adalah kurva yang ujung awal dan ujung akhirnya tidak
perimpit dan tidak memiliki titik potong.
2. Kurva Terbuka Tidak Sederhana
50
Kurva terbuka tidak sederhana adalah kurva yang ujung awal dan ujung akhirnya
tidak berimpit tetapi memiliki titik potong.
3. Kurva Tertutup Sederhana
Kurva tertutup sederhana adalah kurva yang ujung awal dan ujung akhirnya berimpit
serta tidak memiliki titik potong.
4. Kurva Tertutup Tidak Sederhana
Kurva tertutup tidak sederhana adalah kurva yang ujung awal dan ujung akhirnya
berimpit dan memiliki titik potong.
51
menggambarkan grafik fungsi kuadrat dengan sangat mudah. Langkah-langkah
melukis atau menggambar grafik fungsi kuadrat secara umum ada tiga langkah yakni:
1) Tentukan titik potong dengan sumbu x (nilai y atau f(x) sama dengan 0).
2) Tentukan titik potong dengan sumbu y (nilai x = 0).
3) Menentukan sumbu simetri xp = – b/2a
4) Menentukan titik puncak dengan titik koordinat (– b/2a, b2 – 4ac)
5) Cara menenetukan koordinay titik puncak juga dapat dilakukan denga cara
menggunakan xp pada langkah ke-3 kemudian substitusi xp pada persamaan y
untuk mendapatkan yp.
6) Menghubungkan titik-titik yang diperoleh
Persamaan grafik fungsi kuadrat dapat digambarkan ke dalam koordinat kartesius
sehingga diperoleh suatu grafik fungsi kuadrat. Sumbu x disebut sebagai domain dan
sumbu y merupakan kodmain. Seringkali bentuk dari grafik fungsi kuadrat adalah
parabola. Oleh sebab itu, grafik fungsi ini disebut juga sebagai grafik parabola.
4. Contoh Cara Menggambar Grafik Fungsi Kuadrat Gambarlah grafik fungsi
kuadrat y = x2 – 2x – 8!
Secara sepintas kita akan mengetahui sketsa grafik menggunakan nilai a dan D. Di
mana diketahui bahwa nilai a = 1 sehingga a > 0 dan D = 36 sehingga D = 0.
Sehingga, gambar yang akan diperoleh adalah terbuka ke atas dan memotong dua titik
x.
• Nilai a = 1 > 0 artinya grafik akan terbuka ke atas
• Nilai D = b2 – 4ac = (–2)2 – 4(1)(–8) = 4 + 32 = 36, nilai D > 0 artinya grafik
akan memotong sumbu x pada dua titik.
Sketsa gambarnya kurang lebih akan seperti gambar di bawah.
52
X2–2x–8 = 0
(x–4)(x+2) = 0
Diperoleh: x=4 atau x =–2, sehingga titik potong dengan sumbu x terletak
pada koordinat (4, 0) dan (-2, 0).
53
3) Menentukan sumbu simetri grafik fungsi kuadrat
Sumbu simetri grafik fungsi kuadrat dipeneuhi pada saat nilai absis x =
– b/2a. Dari persamaan y= x2–2x–8 diperoleh bahwa a = 1, b = –2, dan
c = –8. Sehingga sumbu simetri parabola terletak pada x = –
54
5) Menggambar Grafik Fungsi Kuadrat
Selanjutnya tinggal menghubungkan titik-titik yang diperoleh sehingga
menjadi kurva mulus seperti terlihat pada gambar berikut.
55
2) Jika pada grafik diketahui titik puncak (xp,yp) dan 1 titik sembarang, maka
menggunakan rumus: y= a (x – xp)2 + yp
3) Jika pada grafik diketahui 3 titik sembarangan, maka menggunakan bentuk
umum fungsi kuadrat yaitu: y = ax2 + bx + c , lalu gunakan eliminasi untuk
mencari nilai a, b, dan c.
6. Sifat-sifat Grafik Fungsi Kuadrat
Berdasarkan nilai a, b dan c pada persamaan fungsi kuadrat, kita akan mempelajari
sifat-sifat grafik fungsi kuadrat yaitu:
• Jika a > 0 dan b > 0, grafik terbuka ke atas dan titik balik berada di kiri sumbu
Y
• Jika a > 0 dan b < 0, grafik terbuka ke atas dan titik balik berada di kanan
sumbu Y
• Jika b = 0, titik balik grafik berada pada sumbu Y
• Jika a < 0 dan b > 0, grafik terbuka ke bawah dan titik balik berada di kanan
sumbu Y
• Jika a < 0 dan b < 0, grafik terbuka ke bawah dan titik balik berada di kiri
sumbu
Y Jika c > 0, grafik memotong sumbu Y positif
Jika c = 0, grafik memotong melalui titik (0,0)
Jika c < 0, grafik memotong sumbu Y negatif.
56
sifat-sifat grafik Fungsi Kuadrat dan gambarnya.
BAB VIII
57
LIMIT
Jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat δ > 0 sehingga |x – p|< δ mengimplikasikan
bahwa |f (x) – L | < ε . Di sini, baik ε maupun δ merupakan bilangan riil. Perhatikan
bahwa nilai limit tidak tergantung pada nilai f (p).
Limit searah
Masukan x dapat mendekati p dari atas (kanan di garis bilangan) atau dari bawah (kiri).
Dalam hal ini limit masing-masingnya dapat ditulis sebagai
Bila kedua limit ini sama nilainya dengan L, maka L dapat diacu sebagai limit f(x)
pada p Sebaliknya, bila keduanya tidak bernilai sama dengan L, maka limit f(x) pada p
tidak ada.
Definisi formal adalah sebagai berikut. Limit f(x) saat x mendekati p dari atas
adalah L bila, untuk setiap ε > 0, terdapat sebuah bilangan δ > 0 sedemikian rupa sehingga
|f(x) – L| < ε pada saat 0 < x – p < δ. Limit f(x) saat x mendekati p dari bawah adalah L
bila, untuk setiap ε > 0, terdapat bilangan δ > 0 sehingga |f(x) – L| < ε bilamana 0 < p – x
58
< δ.
Bila limitnya tidak ada terdapat osilasi matematis tidak nol.
Limit fungsi pada ketakhinggaan
Bila dua unsur, ketakhinggaan positif dan negatif {-∞, +∞}, ditambahkan pada garis
bilangan riil, kita dapat mendefinisikan limit fungsi pada ketakhinggaan. Dua unsur
tambahan ini bukanlah bilangan, namun berguna dalam memerikan kelakuan limit pada
kalkulus dan analisis.
Bila f(x) adalah fungsi riil, maka limit f saat x mendekati tak hingga adalah L,
dilambangkan sebagai:
Jika dan hanya jika untuk semua ε > 0 terdapat S > 0 sedemikian rupa sehingga |f (x) – L|
< ε bilamana x > S.
Dengan cara yang sama, limit f saat x mendekati tak hingga adalah tak hingga,
dilambangkan oleh
Jika dan hanya jika bila untuk semua R > 0 terdapat S > sedemikian sehingga f(x) > R
bilamana x > S.
B. SIFAT-SIFAT LIMIT FUNGSI
Berikut sifat-sifat limit fungsi:
1.
59
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1. Substitusi
Menentukan nilai limit suatu fungsi menggunakan cara substitusi yaitu
mensubstitusikan langsung bilangan yang didekati x pada suatu fungsi. Jika diketahui
suatu
60
3. Perkalian sekawan
Apabila dalam menentukan nilai limit fungsi menemukan hasil berupa bentuk tak
tentu dan sulit menyederhanakannya karena penyebutnya yang tidak rasional, maka
fungsi tersebut perlu dirasionalkan (dikalikan dengan sekawan) terlebih dahulu.
Beberapa cara merasionalkan fungsi untuk menentukan nilai limitnya, yaitu: a. Untuk
Maka
b. Untuk
Maka
c. Untuk
Maka
61
d. Untuk
M aka
e. Untuk
Maka
Adalah dengan membagi pembilang dan penyebut dengan pangkat tertinggi dari
penyebutnya.
Ada tiga bentuk umum dalam limit fungsi trigonometri, yaitu bentuk :
63
1) Bentuk
Pada bentuk ini, limit dari fungsi trigonometri f(x) merupakan hasil dari
2) Bentuk
3) Bentuk
Pada bentuk ini, limit diperoleh dari perbandingan antara trigonometri dan
fungsi aljabar. Jika disubstitusikan langsung akan menghaslikan bilangan tak
tentu. Pada bentuk ini dikerjakan dengan konsep turunan. Bentuk rumus dasar
limit ini adalah:
64
Berdasarkan rumus dasar diataas, jika dikembangkan menjadi rumus-rumus
berikut:
65
Biasanya pada soal limit fungsi pada trigonometri nilai terdekat dari limit
fungsinya ialah berupa sudut sudut istimewa yaitu sudut yang mempunyai nilai
sederhana. Untuk itu perlu mengetahui nilai-nilai sudut istimewa yang telah disajikan
tabel istimewa di bawah ini :
BAB IX
INTEGRAL
66
Konsep integral sangat berkaitan erat dengan konsep turunan ataupun diferensial.
Keterkaitan tersebut dikarenakan hasil penurunan suatu fungsi terhadap peubah dapat
“dibalik” sehingga diperoleh hasil pengintegralannya, demikian pula sebaliknya.
A. Integral Tak Tentu
1. Pengartian Integral Tak tentu
Pengintegralan fungsi ( ) yang ditulis sebagai ∫ 𝑥 𝑑 disebut integral tak tentu dari (
). Jika ( ) anti turunan dari ( ), maka
𝑑𝑥 = 𝑓 𝑥 + c0
Keterangan :
, didapat 2′ =
67
a) ∫ 𝑑𝑥 = 𝑥 + 𝑐
b) ∫ 𝑘 𝑓 (𝑥) 𝑥 = 𝑘 ∫ 𝑓 𝑥
c) ∫ [𝑓 )± ) 𝑑𝑥] = ∫ 𝑓 (𝑥) 𝑑𝑥 ± 𝑔 (𝑥)𝑑𝑥
+c
Contoh soal
1. Selesaikan Integral berikut!
a. ∫ 𝑥3 𝑑𝑥
b.
a.
b. Rumus Integral Tak Tentu dari Fungsi Trigonometri
Untuk memahami integral dari fungsi trigonometri, dibutuhkan pemahaman
yang baik mengenai turunan trigonometri. Agar kamu lebih memahaminya,
perhatikan label turunan fungsi trigonometri berikut : Tabel Turunan Fungsi
Trigonometri
f (𝑥) f ′ (𝑥)
sin 𝑥 cos 𝑥
cos 𝑥 - sin 𝑥
tan 𝑥 𝑠𝑒𝑐2𝑥
sec 𝑥 tan 𝑥. sec 𝑥
cot 𝑥 − csc² 𝑥
csc 𝑥 − cot 𝑥. csc 𝑥
68
Contoh soal
1. ∫(2 sin 𝑥 + 3) 𝑑𝑥
2. ∫ 𝑠𝑒𝑐22𝑥 − 1 𝑑𝑥 Jawab
1.
2.
sehingga 𝑣=∫𝑎 𝑑𝑡
B. Integral tentu
Berbeda dengan integral tak tentu, integral tentu tidak memuat konstanta karena
integral tentu memiliki batas bawah dan batas atas.
Jika ( ) adalah fungsi terdiferensiasikan, ( ) adalah hasil integral, serta dan
masing-masing adalah batas bawah dan batas atas, maka bentuk integral tentu adalah
Dalam menghitung integral tentu di atas, harus mencari integral tak tentu ( ) terlebih
dahulu, setelahnya substitusi = dan = sehingga mendapatkan ( ) dan (𝑏) . Nilai
integral tentu ditentukan dengan selisih (𝑏) dengan (𝑎) .
Sifat-sifat Integral Tentu
1. ∫𝑎 𝑓 (𝑥 𝑥 = 0
2. ∫𝑎𝑏 𝑓 (𝑥 𝑥= − ∫𝑏 𝑓 (𝑥)𝑑𝑥
69
3. ∫𝑎𝑏 𝑓(𝑥) + ∫𝑎𝑐 𝑓(𝑥)𝑥= 𝑎
𝑐
𝑓 (𝑥)𝑑𝑥
4. ∫𝑎𝑏[𝑓(𝑥 )]
5. ∫𝑎𝑏[𝑘𝑓 =𝑘
Contoh soal
Hitunglah integral tentu berikut!
1.
Penyelesaian
1.
1
= [2 − 3.5) − (52 − 3.5)]
5
= [(17) – (10)] = 7
C. Integral persial
Cara substitusi terkadang tidak dapat digunakan dalam integral tak tentu yang
berbentuk (𝑥) = (𝑥) + , apabila demikian cara parsial pada integral atau yang
seringkali disebut integral parsial dapat dipakai. Bagaimanakah rumus integral
parsial? Kita dapat mencarinya melalui aturan hasil kali turunan sebagai berikut.
𝑢𝑑𝑣 = 𝑢. 𝑣 − 𝑣𝑑𝑢
Jadi jika dan adalah fungsi-fungsi yang terdiferensiasikan, maka rumus
integral parsial adalah
∫ 𝑢𝑑𝑣 = 𝑢. 𝑣 − ∫ 𝑣𝑑𝑢
Prinsip penggunaan rumus ini adalah kita harus memilih manakah fungsi yang
dimisalkan menjadi dan 𝑑𝑣, sehingga mendapatkan 𝑑𝑢. Ciri permisalan yang salah
akan mengakibatkan proses pengintegralan ∫ 𝑣𝑑𝑢 tidak menemukan penyelesaian atau
menemukan integral lain yang tidak ada habisnya.
Contoh soal
1. ∫ 𝑥 sin 𝑥 𝑑 Penyelesaian
1. Misal 𝑢 = 𝑥 ↔ 𝑑𝑢 = 𝑑𝑥
70
𝑑𝑣 = sin 𝑥 𝑑𝑥 = −𝑑 (cos 𝑥) ↔ 𝑣 = ∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝑐
Sehingga
= −𝑥 cos 𝑥 − ∫ − cos 𝑥 𝑑𝑥
= −𝑥 cos 𝑥 + sin 𝑥 + 𝑐
D. Teknik Integral Subsitusi
Teknik integral ini dilakukan dengan cara memisalkan suatu fungsi menjadi suatu
bentuk yang lebih sederhana. Biasanya pemisalan dilakukan pada bentuk fungsi yang
rumit. Berikut dijelaskan teknik pengintegralan substitusi pada beberapa bentuk
tertentu.
Penyelesaian
Subsitusi
Missal z =
𝑧3 = 𝑥 − 5 (kedua ruas di pangatkan 3)
𝑥 = 𝑧3 + 5
𝑑𝑥 = 3𝑧2𝑑𝑧 (kedua ruas diturunkan teradap perubahnya)
Sehingga
= ∫(3𝑧6 + 15𝑧3) 𝑑𝑧
Dan
71
BAB X
VEKTOR
A. DEFINISI VEKTOR
Vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah dan digambarkan dengan himpunan
ruas garis berarah. Contoh besaran vektor adalah jarak, kecepatan, percepatan,
momentum, impuls, dan sebagainya.
Secara geometris, vektor digambarkan dengan ruas garis berarah, di mana panah
menunjukan arah vektor, sedangkan panjang garisnya menyatakan besar atau nilai vektor.
Vektor dapat dinotasikan dengan huruf kecil bertanda panah di atasnya atau huruf kecil
bercetak tebal (a, b, c, dan seterusnya).
B. SIFAT-SIFAT VEKTOR
Setelah mengetahui definisi vektor, berikut ini ada beberapa sifat-sifat vektor yang
perlu Anda ketahui yaitu:
1) Dapat dipindahkan dengan syarat nilai/besar dan arahnya tidak berubah.
72
2) Dapat dijumlahkan.
3) Dapat dikurangkan.
4) Dapat diuraikan.
5) Dapat dikalikan.
Vektor memiliki beberapa sifat. Vektor dapat dipindahkan, selama tidak
mengubah besar dan arahnya. Operasi vektor dapat berupa penjumlahan, pengurangan dan
perkalian. Vektor juga dapat diuraikan.
Sebelumnya, kita telah mempelajari mengenai penjumlahan dan pengurangan
vektor, dimana untuk menyelesaikan operasi tersebut kita bisa menggunakan tiga metode,
diantaranya metode segitiga, metode jajargenjang dan metode poligon.
Metode segitiga merupakan metode penjumlahan vektor dengan menempatkan
pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama. Hasil penjumlahan vektornya yaitu
vektor yang memiliki pangkal di titik pangkal vektor pertama dan ujung di ujung vektor
kedua.
Metode jajargenjang merupakan metode penjumlahan dua vektor yang
ditempatkan pada titik pangkal yang sama, sehingga hasil kedua vektornya merupakan
diagonal jajargenjang.
Metode poligon merupakan metode penjumlahan dua vektor atau lebih. Metode ini
dilakukan dengan cara menempatkan pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama,
kemudian menempatkan pangkal vektor ketiga di ujung vektor kedua dan seterusnya.
74
skalar berupa jarak, waktu, tekanan, suhu, muatan listrik, volume, masa jenis,
kapasitas, dan potensial listrik.
• Perhitungan besaran vektor agak kompleks. Sedangkan perhitungan besaran skalar
dapat dilakukan dengan menggunakan aturan aljabar biasa.
• Dalam rumus dan perhitungan, variabel besaran skalar diwakili oleh huruf yang
dicetak miring (contoh V untuk volume). Sedangkan besaran vektor dalam skema
dinyatakan dengan diisi anak panah diatasnya (contoh untuk gaya), dan dicetak tebal
dan diapit tanda harga mutlak dalam persamaan maupun dalam teks (contoh untuk
gaya).
75
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pinhome.id/blog/operasi-aritmatika/
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/bilangan-pecahan-pengertian-jenis-
perbandingan-operasi-dan-contoh#.Y1-NVnaYH7E.whatsapp
https://www.advernesia.com/blog/matematika/penjumlahan-aljabar/
https://rumuspintar.com/turunan/ https://rumusrumus.com/diferensial/
https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-matriks-dalam-
matematikapengertian-jenis-dan-transpose
https://www.superprof.co.id/blog/rumus-determinan-matriks/
https://gencil.news/kunci-jawaban/soal-matematika-matriks-kelas/
https://eprints.uny.ac.id/45142/4/MATERI%20HIMPUNAN.pdf
http://staff.unila.ac.id/coesamin/files/2017/01/Himpunan.pdf\
https://repository.bbg.ac.id/bitstream/568/1/Buku_Ajar_Matematika_Dasar.pdf
https://www.studiobelajar.com/fungsi-kuadrat/
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-7/pengertian-dan-jenis-
kurvadalam-matematika-15169/
https://m.liputan6.com/hot/read/4877227/mengenal-grafik-fungsi-
kuadratbeserta-rumus-dan-contoh-soalnya https://idschool.net/sma/matematika-
sma/cara-menggambar-grafik-fungsikuadrat/?amp
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/limit-fungsi-aljabar-matematika-kelas-
11konsep-sifat-sifat-menentukan-nilai-limit-dan-contohsoal#:~:text=Konsep
%20Limit%20Fungsi%20Aljabar&text=Sehingga%20limit
%20merupakan%20suatu%20nilai,untuk%20fungsi%20f(x)
https://www.studiobelajar.com/limit-fungsi/
https://m.liputan6.com/hot/read/4729428/contoh-soal-limit-fungsi-aljabarbeserta-
pengertian-dan-cara-mencari-nilainya
76
E.,S. Pesta, cecep anwar H.F.S. 2008. Matematika aplikasi 3. Jakarta : Pusat
Perbukaan Dapertemen Pendidikan Nasional. https://www.konsep-
matematika.com/2016/02/integral-tak-tentu-fungsialjabar.html
https://saintif.com/rumus-integral-tentu/
https://m.liputan6.com/hot/read/4697044/vektor-adalah-ruas-garis-berarah-yang
memiliki-nilai-pahami-definisi-dan-jenisnya
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/yuk-cari-tahu-jenis-dan-sifat-vektor
2037/
77