Pernafasan Atas:
Faringitis
Kelompok 1 - Farmakoterapi 3-C
01
Tanda dan Gejala
Khas ISPA: Faringitis
Audina Khalda Nabilah – 1906347804
Faringitis
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi,
trauma, iritan, dan lainnya.
Penyebab
● Virus (40-60%)
Rhinovirus (20%), coronavirus (5%), adenovirus (5%), herpes simples virus (4%), influenza virus (2%),
parainfluenza virus (2%), dan Epstein-Barr virus (1%)
● Bakteri (5-40%)
Group A beta-hemolytic streptococcus (GABHS) (10-30%); Streptococcus grup C dan G, Corynebacterium
diphtheriae, Neisseria gonorrhoeae, Mycoplasma pneumoniae, Arcanobacterium haemolyticum, Yersinia
enterocolitica, dan Chlamydia pneumoniae
● Alergi, trauma, iritan
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Faringitis Fungal Tampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah, sedangkan mukosa faring
lainnya hiperemis.
Faringitis Kronik Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band,
Hiperplastik tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble stone).
Faringitis Kronik Atrofi Tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak
mukosa kering.
Faringitis Tuberkulosis Tampak granuloma perkejuan pada mukosa faring dan laring.
Faringitis Leutika ● Stadium primer: pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior
faring berbentuk bercak keputihan; bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada
daerah faring seperti ulkus pada genitalia yang tidak nyeri; terdapat
pembesaran kelenjar mandibula.
● Stadium sekunder: jarang ditemukan; pada dinding faring terdapat eritema
yang menjalar ke arah laring.
● Stadium tersier: terdapat guma predileksi pada tonsil dan palatum.
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram
3. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik swab
mukosa faring dengan pewarnaan KOH
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Pemeriksaan Laboratorium
Sykes, E. A., Wu, V., Beyea, M. M., Simpson, M., & Beyea, J. A. (2020). Pharyngitis: Approach to diagnosis and treatment. Canadian family physician Medecin de famille canadien, 66(4), 251–257.
Centor Criteria
Centor criteria dapat digunakan untuk menilai
tanda dan gejala faringitis streptokokus
● Skor < 2 → tidak butuh uji kultur/ RADT,
tidak memerlukan antibiotik
● SKor > 3
→ perlu dilakukan RADT
→ Jika (+) berikan antibiotik
→ Jika (-) usia > 20 tidak perlu antibiotik
● → Jika (-) usia < 20 lakukan uji kultur dan
jika positif berikan antibiotik
Sykes, E. A., Wu, V., Beyea, M. M., Simpson, M., & Beyea, J. A. (2020). Pharyngitis: Approach to diagnosis and treatment. Canadian family physician Medecin de famille canadien, 66(4), 251–257.
03
Tujuan Terapi
Audina Khalda Nabilah – 1906347804
Tujuan Terapi
Tujuan terapi faringitis adalah untuk meningkatkan tanda dan gejala klinis, meminimalisir efek
samping obat, mencegah transmisi pada kontak dekat, dan mencegah demam rematik akut
dan komplikasi supuratif, seperti peritonsillar abscess, cervical lymphadenitis, dan mastoiditis.
Dipiro, J.T., et al. (2020). Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 11th Edition. New York: McGraw-Hill
04
Algoritma Terapi
Umum dan Khusus
Audrie - 1906404991
Intania L. Kirana - 1906405073
Umum & Pediatri
Ditinjau terlebih dahulu apakah ada tanda dan gejala : sakit
tenggorokan, disfagia, demam (>102 F), pegal-pegal, sakit kepala,
ruam kemerahan, eksudat tonsil, kelenjar getah bening ringan.
→ Jika tidak → ditinjau apakah ada gejala berikut: batuk, rinorea,
suara serak, luka pada mulut, diare → kemungkinan disebabkan
virus → Dilakukan symptomatic treatment
→ Jika ada → direkomendasikan test rapid antigen untuk pasien
dengan:
● riwayat kontak erat dengan orang yang terinfeksi
● usia 4-15 tahun disertai demam/sakit tenggorokan
● onset gejala mendadak
● riwayat demam rheumatic
● Epidemi GAS (group A streptococci) atau Corynebacterium
diphteria
→ Jika hasil test negatif (-) Group A Strep → dilakukan kultur
tenggorokan untuk GAS
● hasil negatif → dilakukan symptomatic treatment
● hasil positif → inisiasi terapi antibiotik
→ jika hasil test positive (+) Group A Strep → inisiasi terapi
antibiotik
Untuk Alergi Penisilin:
Cephalexin:
Penicillin V : 50 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis
● Dewasa: 500 mg 4 kali sehari
● Pediatri: 25-50 mg/kg/hari terbagi tiap 6-12 jam
Amoxicillin: 40-50 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis
Cefdinir:
First-Line Dewasa ● Dewasa: 300 mg 3 kali sehari
● Pediatri: 14 mg/kg/hari QD atau 7 mg/kg q 12 jam
Penicillin V : 500 mg 2-3 kali sehari
Alergi Parah (Anaphylaxis)
Amoxicillin : 500 mg 2-3 kali sehari
Clindamycin:
Ditambahkan Symptomatic Treatment ● Dewasa: 300 mg 3 kali sehari
Durasi 10 hari ● Pediatri : 7 mg/kg 3 kali sehari
Azithromycin:
● Dewasa: 500 mg sekali minum dilanjutkan 250 mg selama 4
hari
● Pediatri: 12 mg/kg sekali minum (maks 500 mg) dilanjutkan
6 mg/kg (maks 250 mg) selama 4 hari
- Sefiksim
- Eritromisin
Geriatri
- Amoksisilin mungkin lebih baik untuk anak-anak → karena suspensi memiliki rasa yang lebih
enak daripada penisilin
- Acetaminophen dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk membantu menghilangkan
rasa sakit, asetaminofen lebih dianjurkan karena beberapa NSAID lainnya dapat menyebabkan
fascitis nekrotikans/sindrom syok toksik
Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., DiPiro, J.T., & DiPiro, C.V. (2017). Pharmacotherapy Handbook Tenth Edition. San Francisco: McGraw-Hill Education.
Amoksisilin
Dosis 500 mg 3 kali sehari
Durasi 10 hari
Rute Oral
Durasi 4 - 6 jam
Efek Samping Reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah, penggunaan jangka
panjang dan overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, dan Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan
Parameter Monitoring
Amoksisilin
Efek Samping Monitoring
IBM Micromedex
MIMS
Parameter Monitoring
Paracetamol
Efek Samping Monitoring
Centers for Disease Control and Prevention. (2021, October 6). Sore Throat. Retrieved November 14, 2022, from https://www.cdc.gov/antibiotic-use/sore-throat.html
KIE UMUM DAN OBAT
PADA KASUS
KIE Umum
Edukasi untuk pasien dan keluarga:
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
3. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorokan.
4. Selalu menjaga kebersihan mulut dan tangan
Pencegahan penularan:
● Cuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik. Jika sabun dan air tidak
tersedia, gunakan pembersih tangan.
● Hindari menyentuh mulut, wajah, mata, atau hidung.
● Mengajarkan anak untuk batuk atau bersin ke tisu/lengan baju/siku alih-alih ke tangan atau
ke udara.
Elsevier. (n.d.). Patient education │ Upper Respiratory Infection (pediatric). Elsevier Health. Retrieved November 14, 2022, from https://elsevier.health/en-US/preview/upper-respiratory-peds Ikatan
Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
KIE Paracetamol
● Cara Penggunaan: Berikan penjelasan kepada pasien bahwa tidak aman jika mengkonsumsi parasetamol
lebih dari 4000 mg dalam 24 jam. Jelaskan kepada pasien atau caregiver untuk membaca keterangan
obat untuk mengetahui konsentrasi larutan parasetamol, dan cara penggunaan.
● Cara Penyimpanan:
○ larutan/tablet: simpan pada suhu 20-25°C, hindari dari kelembaban, dan lindungi dari
cahaya
● Potensi Efek Samping: perdarahan pada saluran cerna, hepatotoksisitas, dan nefrotoksisitas.
● Peringatan: pecandu alkohol, gangguan fungsi hati, hypovolemia, malnutrisi, dan gangguan fungsi ginjal
● Edukasi:
○ Mengkonsumsi obat dengan minum segelas air putih
○ Pasien tidak boleh mengkonsumsi alkohol selama pengobatan.
micromedex
KIE Amoxicillin
● Cara Penggunaan:
○ jangan mengkonsumsi amoksisilin jika memiliki alergi terhadap amoksisilin, penisilin, atau
sefalosporin
○ Gunakan sesuai bentuk sediaan. Contoh: kocok sirup amoksisilin sebelum digunakan, dan ukur
volume amoksisilin dengan sendok makan.
● Cara Penyimpanan:
○ simpan kapsul,tablet, dan serbuk yang belum direkonstitusi pada suhu 20-25°C
● Potensi Efek Samping: infeksi mikotik vulvovaginal, mual, muntah, dan sakit kepala
● Peringatan: hindari obat dan makanan yang dapat mempengaruhi kinerja amoksisilin, seperti
allopurinol, probenesid, pil kb, dan pengencer darah.
● Edukasi:
○ Berikan informasi kepada pasien untuk menghentikan pengobatan jika muncul efek samping
seperti gatal pada kulit dan lesi pada mukosa.
○ Instruksikan pasien untuk melaporkan gejala diare untuk memperoleh pengobatan dengan
antidiare
○ Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi obat dalam durasi 1 jam setelah makan
micromedex
KIE OBAT LAIN
KIE PENISILIN VK
http://pionas.pom.go.id/monografi/benzilpenisilin-penisilin-g
http://pionas.pom.go.id/monografi/fenoksimetilpenisilin-penisilin-v
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/phenoxymethylpenicillin?mty
pe=generic
● Untuk faringitis fungal dengan mekanisme menginhibisi permeabilitas dinding sel fungal
● Dosis:
○ Dewasa dan anak di atas 8 tahun: 100.000 unit 4 kali sehari selama 7-14 hari atau melanjutkan pengobatan setidaknya
48 jam setelah penyembuhan klinis tercapai untuk mencegah kekambuhan
● Kontraindikasi: Hipersensitivitas
● Peringatan: Pasien immunocompromised, anak-anak, kehamilan dan menyusui (Kategori C)
● Efek samping: Hipersensitivitas, iritasi, diare, mual, muntah, nyeri abdominal
● Interaksi obat: Dapat mengurangi efek terapetik Saccharomyces boulardii
● Edukasi pasien:
○ Minum obat setelah makan dengan segelas penuh air
○ Jangan berbagi obat ini dengan orang lain, bahkan yang memiliki gejala yang sama
○ Gunakan obat ini untuk jangka waktu penuh yang ditentukan meski kondisi sudah membaik untuk mencegah resistensi
○ Jika dosis terlewat maka konsumsi segera setelah ingat, lewati dosis jika sudah mendekati dosis selanjutnya, dan jangan
menggandakan dosis
○ Simpan pada suhu antara 20-25°C, terhindar dari kelembaban dan panas
KIE ISOPRINOSINE MIMS
Micromedex
● Dosis: Dosis inisiasi 0,5-9 mg 3 kali sehari dalam dosis terbagi. Maks 1,5 mg/hari
● Kontraindikasi: Infeksi jamur sistemik, infeksi sistemik kecuali diobati dengan anti infeksi spesifik, perforasi membran gendang
(otic), dan pemberian vaksin virus hidup
● Peringatan: Pasien dengan gangguan kardiovaskular, gangguan ginjal dan hati, diabetes mellitus, penyakit gastrointestinal,
lansia, kehamilan dan menyusui (Kategori C)
● Efek samping: sakit perut, mulas, sakit kepala, sulit tidur, atau nafsu makan meningkat
● Interaksi obat: Penurunan kadar dexamethasone di dalam darah jika digunakan bersama phenytoin, rifampicin, barbiturat,
carbamazepine, atau ephedrine; Peningkatan risiko penurunan kadar kalium (hipokalemia) jika digunakan bersama obat
golongan diuretik; Peningkatan risiko terjadinya infeksi dan menurunkan efektivitas vaksin hidup, seperti vaksin BCG
● Edukasi pasien:
○ Hindari henti obat tiba-tiba atau pengurangan dosis yang cepat
○ Jangan mengonsumsi minuman beralkohol karena dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan lambung
○ Beri tahu dokter bila akan melakukan vaksinasi
○ Deksametason dapat mempengaruhi pertumbuhan pada anak. Beritahu dokter Anda jika anak Anda tidak tumbuh pada
tingkat normal saat menggunakan obat ini.
○ Jika dosis terlewat, konsumsi dosis sesegera mungkin
¡Gracias!
¿kamu nanya?
OTITIS
MEDIAKelompok 3
Anggota Kelompok
- Amira Hasna Chalid 1906404966
- Aqqilla Rinanda AP 1906404902
- Faishal Andzar 1906347483
- Intan Munawaroh 1906347722
- Kirana Ali 1906405022
- Krisastra Halim 1906404801
- Natasya Fathania Rizkillah 1906404493
- Nazma Indira 1906347810
- Rizky Benedict.S 1906404386
- Shofiah Nur Rohmah 1906288000
- Yvonne Juslim 1906404985
Tanda dan Gejala
01 You can enter a subtitle here if you need it
OTITIS MEDIA
- Otitis Media → peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid
- Banyak terjadi pada bayi dan anak-anak (khususnya 6
bulan-2 tahun) → karena tuba Eustachius lebih pendek dan
lebih horizontal sehingga memfasilitasi bakteri masuk dari
nasofaring ke telinga tengah via Eustachius Penyebab: infeksi virus atau bakteri pada mukosa
- 3 tipe pada otits → otitis akut, otitis media dengan efusi, saluran pernapasan atas → terjadi edema yang
kronis menyebabkan terdorongnya bakteri/virus dari
nasofaring ke telinga tengah melewati tabung
- Tanda dan gejala umum : demam, otalgia (nyeri pada bagian
Eustachia → terjadi tekanan negatif di telinga tengah
telinga), pada anak kecil yang menonjol adalah keluhan dan meningkatkan eksudat pada mukosa yang
iritabilitas dengan menarik telinga mengalami inflamasi dan penumpukan sekresi
- Patogen umum : Streptococcus pneumoniae, Moraxella mukosa → kolonisasi bakteri atau virus di telinga
catarrhalis, and Haemophilus influenzae tengah → otitis media
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. (2017). Jakarta : PB IDI
Otitis Media: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. (2020). https://emedicine.medscape.com/article/994656-overview
Schwinghammer, T., DiPiro, J., Wells, B., & DiPiro, C. (2017). Pharmacotherapy handbook (10th ed.). New York: McGraw-Hill.
Massa HM, Cripps AW, Lehmann D. Otitis media: viruses, bacteria, biofilms and vaccines. Med J Aust. 2009 Nov 2;191(S9):S44-9. doi: 10.5694/j.1326-5377.2009.tb02926.x. PMID: 19883356; PMCID: PMC7168357.
Otitis Media Akut Otitis Media Efusi Otitis Media Kronik
● Stadium oklusi tuba → telinga terasa penuh ● Dapat terjadi peningkatan suhu
atau nyeri, pendengaran akan berkurang ● Otoskopi
● Stadium hiperemis → nyeri telinga makin ● Tes Penala : dapat ditemukan tuli konduktif,
intens, demam, rewel, gelisah (pada yaitu tes Rinne (-); dan tes Schwabach
bayi/anak), muntah, nafsu makan hilang, memendek pada telinga yang sakit, tes
anak sering memegang telinga yang nyeri Weber terjadi lateralisasi ke telinga yang
● Stadium supurasi → sama seperti stadium sakit.
hiperemis
● Stadium perforasi → keluar sekret dari liang Otitis media dapat disebabkan oleh virus atau
telinga bakteri, dan keduanya sering muncul bersamaan.
● Stadium resolusi → setelah sekret keluar, Pada kebanyakan anak, otitis media akut yang
keluhan berkurang (suhu turun, nyeri sembuh tanpa pengobatan (self-limiting),
mereda, bayi/anak lebih tenang. Bila menunjukkan infeksi virus saja atau bakteri
perforasi permanen, pendengaran dapat patogen yang kurang virulen.
tetap berkurang
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. (2017). Jakarta : PB IDI
Otoskopi
Depkes RI. (2018). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/MENKES/350/2018 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Otitis Media Supuratif Kronik. Kementerian Kesehatan RI
● Keluarnya Sekret telinga selama 2-6 minggu ● Liang telinga dan mastoid:
● Penurunan pendengaran ● bekas luka/parut, inflamasi, penyempitan
● Rasa penuh di telinga liang telinga, sekret telinga, fistula
● Tinnitus ● Telinga tengah: perforasi membran timpani,
● Komplikasi: inflamasi, jaringan granulasi, Kolesteatoma,
○ Paralisis wajah Timpanosklerosis
○ Otalgia (nyeri telinga) ● Tes penala
○ Vertigo ● Audiometri nada murni
○ Demam tinggi ● Foto mastoid
○ Fotofobia
○ Bengkak di belakang telinga
(mengindikasikan mastoiditis / infeksi
bakteri pada tulang mastoid)
● Komplikasi emergensi: Sakit kepala hebat,
Muntah proyektil, Defisit neurologis fokal,
Penurunan kesadaran
Atmadja, A. S., Kusuma, R., & Dinata, F. (2016). Pemeriksaan laboratorium untuk membedakan infeksi bakteri dan infeksi virus. CDK-241, 43(6),
457-461.
● Utama : ● Utama
○ Pemeriksaan kultur ○ Pemeriksaan kadar titer
● Tambahan: antibodi serum
○ Laju endap darah (LED) ( tidak ○ Pemeriksaan kadar antigen
sensitif dan spesifik) virus (viral load)
○ C-reactive protein (CRP)
○ Procalcitonin (PCT)
03 Tujuan
Terapi
Tujuan Terapi
- Penanganan nyeri → analgesik (asetaminofen/iburpofen)
- Pemberatasan patogen dari cairan telinga tengah
- Mencegah komplikasi
Depkes, R. I. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Schwinghammer, T., DiPiro, J., Wells, B., & DiPiro, C. (2017). Pharmacotherapy handbook (10th ed.). New York: McGraw-Hill.
04 Algoritma
Terapi
Algoritma
Terapi Dewasa
Kirana Ali - 1906405022
Algoritma Dewasa
Lini Pertama
Lini Kedua
Cefuroksim 2 x 250-500 mg
Cefprozil 2 x 250-500mg
Cefixime 2 x 200mg
Direktorat Bina Farmasu Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
(2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan.
file:///C:/Users/Kiran/OneDrive/Universitas%20Indonesia/Semester%20VII/Farkot%20-%203/UAS/Pharmaceutical_20Care_20Untuk
_20Penyakit_20Infeksi_20Saluran_20Pernapasan.pdf
Algoritma Terapi Dewasa (Akut)
→ Sistemik:
1. Antibiotik → Topikal :
- Amoksisilin - asam klavulanat ( 875 mg 1. Stadium oklusi tuba → membuka kembali tuba
amoksisilin, 125 mg asam klavulanat 2 kalis ehari eustachius
- Cefdinir (300 mg 2 kali sehari, 600 mg 1 kali - Pengangkatan benda asing oleh tenaga
sehari) kesehatan
- Cefuroxime (200 mg 2 kali sehari)
- Ceftriaxone (1-2 g IV atau 1 g IM satu kali sehari 2. Stadium perforasi
selama 3 hari)
- H2O2 3% ( 3 kali sehari 4 tetes di telinga yang
- Doksisiklin (100 mg setiap 12 jam)
sakit, diamkan 2-5 menit)
- Azitromisin ( 500 mg pada hari 1, 250 mg pada hari
2 - 5) - Asam asetat 2% (3 kali sehari 4 tetes di telinga
2. Analgesik / antipiretik yang sakit)
- NSAID - Ofloxacin ( 2 kali sehari 5 - 10 tetes di telinga
- Acetaminophen / Paracetamol yang sakit maksimal 2 minggu)
3. Antihistamin → apabila terdapat tanda-tanda alergi
4. Dekongestan
Limb, C. J., Lustig, L. R., & Durand, M. L. (2022, April 6). Acute otitis media in adults. UpToDate. Retrieved November 14, 2022, from
https://www.uptodate.com/contents/acute-otitis-media-in-adults#H17
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis di Pelayanan Kesehatan Primer. PBIDI
Algoritma
Terapi Pediatri
Amira Hasna Chalid (1906404966)
Algoritma Terapi Pasien Pediatri (NICE)
Terapi antibiotik
Terapi antibiotik Observasi
selama 5-7 hari
selama 10 hari
Gejala persisten
Lakukan pemeriksaan
Tidak Ya telinga ulang
Amoxicillin (80-90 mg/kg Cefdinir (14 mg/kg 1-2 kali sehari) Amoxicillin-clavulanate Ceftriaxone, 3 d
per hari dalam 2 dosis (amoxicillin 90 mg/kg per clindamycin, dengan
terbagi) hari , 6,4 mg/kg per hari atau tanpa sefalosporin
clavulanate dalam 2 dosis generasi 3
terbagi)
Amoxicillin-clavulanate Cefuroxime (30 mg/kg per hari Ceftriaxone (50 mg/kg IM Kegagalan lini kedua :
(amoxicillin 90 mg/kg per dalam 2 dosis terbagi) atau IV per hari selama Clindamycin (30-40
hari , 6,4 mg/kg per hari 1-3 hari, tidak melebihi 1 mg/kg per hari dalam 3
clavulanate dalam 2 dosis Cefpodoxime (10 mg/kg per hari g per hari dosis terbagi) + generasi
terbagi) dalam 2 dosis terbagi) ketiga cephalosporin
Harmes, K. M., Blackwood, R. A., Burrows, H. L., Cooke, J. M., Harrison, R. V., & Passamani, P. P. (2013). Otitis media:
diagnosis and treatment. American family physician, 88(7), 435–440.
Algoritma
Terapi Geriatri
Shofiah Nur R. (1906288000)
Algoritma Geriatri
● Otitis Media pada geriatri kasusnya cukup jarang terjadi. Gejala pada pasien geriatri adalah otalgia
dengan atau tanpa kehilangan pendengaran atau tanda-tanda inflamasi.
● Pengobatan untuk periode yang lebih pendek dapat menyebabkan kontrol infeksi yang tidak
memadai dan berkembang menjadi otitis media dengan efusi (OME) atau otitis media supuratif
kronis (OMSK).
Al-Sadeeq, H., et al. (2018). Otitis media among elderly: incidence, complication and prevention. Int J Community Med Public Health. 5(3):839-841. [online]
http://doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20180419
Geffen, L. (2006). Common upper respiratory tract problems in the elderly—A guide to clinical diagnosis and prudent prescription. South African Family Practice,
48(5), 20–23.doi:10.1080/20786204.2006.10873390
Algoritma Terapi Wanita
hamil & Menyusui
Krisastra Halim (1906404801)
Algoritma Terapi Pasien wanita hamil & menyusui
Dipiro, Joseph T. et al. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Ed. 11th. New York: Mc. Graw Hill. Halaman 5279
Amoksisilin
Bentuk sediaan Sirup 125 mg/5mL
Cara penyimpanan Simpan pada suhu ruang, hindari paparan cahaya langsung
dan lindungi dari kelembaban
Paracetamol
Bentuk sediaan Sirup 120 mg/5mL
Cara penyimpanan Simpan pada suhu ruang, hindari paparan cahaya langsung
dan lindungi dari kelembaban
PIONAS, MIMS
KIE
1. Amoxicilin
2. Paracetamol
Kontraindikasi: Tanyakan kepada pasien Obat ini digunakan untuk menurunkan demam
apakah ada riwayat alergi terhadap
antibiotik seperti amoxicilin atau beta Kontraindikasi: Kerusakan hati, pasien
kekurangan G6PD,
laktam lain(carbapenem)
Cara aturan minum: Minum tanpa/dengan
Cara pakai: bisa diminum dengan/tanpa makanan
perut kosong, namun disarankan untuk
Efek samping: Mual, muntah, hepatic injury,
minum setelah makan untuk absorpsi nyeri perut (jika overdosis).
lebih baik dan menghindari
ketidaknyamanan di perut.
Terapi kompresi dingin dapat memberikan efek yaitu menurunkan respons inflamasi,
menurunkan aliran darah dan mengurangi edema, dan menurunkan rasa nyeri secara
lokal
Parameter Monitoring
Aqqilla Rinanda Arenta Putri (1906404902)
Parameter Monitoring
● Tujuan terapi : mengurangi nyeri, eradikasi infeksi, dan mencegah komplikasi.
● Kegagalan terapi → tidak adanya perbaikan gejala setelah mengkonsumsi obat
dalam 3 hari, gejala tersebut diantaranya: demam, nyeri, dan kemerahan atau
pembengkakan pada membran timpani
● Perbaikan/resolusi tanda dan gejala → Menilai kembali rencana terapi jika gejala
anak memburuk atau menurun dalam waktu 48 sampai 72 jam dari onset gejala
● Evaluasi yang dilakukan terlalu awal saat gejala membaik dapat menjadi misleading,
karena masih terdapat efusi (kehilangan pendengaran)
○ Lakukan evaluasi dengan segera jika pasien merasakan kehilangan
pendengaran yang disebabkan efusi di telinga tengah
● Pada anak-anak tanpa gejala sistemik → pemberian antibakteri sistemik dapat
diberikan jika 72 jam setelah pengobatan tidak menunjukkan perbaikan.
Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey L.M.,. 2011, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8th ed., Mc Graw.
Parameter Keberhasilan Terapi
● Adanya perbaikan klinis setelah 3 hari pada tanda dan gejala persisten:
○ Demam (> 37,5oC)
○ Nyeri kuping/otalgia
● Eradikasi infeksi
● Kebiasaan menarik dan menggosok telinga serta menangis atau sulit tidur pada anak-anak berkurang
● Prevensi komplikasi atau gejala baru
● Efusi (kehilangan pendengaran) membaik/hilang
● Tidak ada lagi cairan di kavum timpani
● Fungsi tuba eustachius sudah normal → cek dengan timpanometer
● Absen gejala pada membran timpani:
○ Menonjol dan/atau protrusion
○ Kemerahan
○ Hiperemia
○ Otorrhea
Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey L.M.,. 2011, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8th ed., Mc Graw.
Parameter Monitoring
Antibiotik
Analgesik
Nama Obat Parameter Monitoring
Gerriets V, Anderson J, Nappe TM. Acetaminophen. [Updated 2022 Nov 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482369/
Ngo VTH, Bajaj T. Ibuprofen. [Updated 2022 Nov 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542299/
Parameter Monitoring
Terapi Alternatif
Cefdinir ● Parameter Laboratorium → Kultur dan sensitivitas patogen yang dicurigai; Hitung
darah putih dengan diferensial
● Temuan Fisik : Perbaikan klinis infeksi yang diobati
● Toksisitas → Waktu protrombin dan/atau waktu perdarahan; Tes fungsi ginjal; Tes
fungsi hati
Cefuroxime Waktu protrombin (PT) pada pasien yang berisiko mengalami penurunan waktu
protrombin (PT).
Ceftriaxone ● Untuk efek terapeutik, pantau kultur, tanda dan gejala infeksi.
● Toksisitas → pantau fungsi ginjal selama terapi.
● Neutropenia parah, tetapi reversibel, telah dilaporkan pada pasien yang menerima
ceftriaxone dosis tinggi dan terapi jangka panjang. Pada pasien tersebut,
pemantauan rutin jumlah sel darah putih dan diferensial akan lebih bijaksana
Micromedex
KIE OBAT LAIN
Sumber: MIMS & PIONAS Cefdinir
Kontraindikasi Alergi terhadap antibiotik golongan sefalosporin Kontraindikasi untuk bayi
dibawah 6 bulan
Cara Penggunaan ➔ Tersedia dalam bentuk kapsul (300mg) atau suspensi oral (125mg/5mL atau
250mg/5mL)
➔ Dikonsumsi 7 mg/kg PO setiap 12 jam selama 5-10 hari atau 14 mg/kg PO
setiap 24 jam selama 10 hari (untuk 6 bulan-12 tahun)
➔ Untuk sediaan suspensi oral, kocok dahulu sebelum diminum.
➔ Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan
Kategori B
Cara Penyimpanan Simpan pada suhu antara 20-25 derajat C dan jauhkan dari panas dan kelembaban
berlebih.
Buang suspensi yang tidak digunakan setelah 10 hari
Potensi Efek Samping Diare, mual, sakit perut, muntah, sakit kepala, vagina gatal, tinja kemerahan.
Cara Penggunaan ➔ Dikonsumsi 15 mg/kg setiap 12 jam selama 7-10 hari. Maks: 250 mg
12 jam (untuk anak >3 bulan dengan berat <40 kg)
➔ Untuk sediaan tablet dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan
➔ Sediaan suspensi oral harus dikocok terlebih dahulu dan dikonsumsi
dengan makanan
Kategori B
Cara Penyimpanan Untuk tablet : Simpan pada suhu 15-30 °C dan Bubuk untuk susp oral: Simpan
antara 2-30°C.
Potensi Efek Samping Mual, muntah, diare, demam, sakit perut, perut kembung, dan sariawan
Ceftriaxone
Kontraindikasi Alergi terhadap antibiotik golongan sefalosporin Kontraindikasi
untuk bayi dibawah 6 bulan
Kategori B
Cara Penyimpanan Simpan pada suhu antara 20-25 derajat C dan jauhkan dari cahaya,
panas, dan kelembaban berlebih.
Potensi Efek Samping diare dan kolitis yang disebabkan oleh antibiotik (keduanya karena
penggunaan dosis tinggi), mual dan muntah, rasa tidak enak pada
saluran cerna, sakit kepala, reaksi alergi berupa ruam, pruritus,
urtikaria
Kategori C
Cara Penyimpanan Simpan di bawah 25°C. Lindungi dari kelembaban. Solusi untuk
infus: Simpan antara 15-30 ° C. Lindungi dari cahaya.
Potensi Efek Samping pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri
abdomen, konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung,
ruam.
Kategori B
Cara Penyimpanan Simpan antara 20-25 ° C. Susp oral yang dilarutkan: Simpan antara
2-8°C, stabil hingga 14 hari. Jangan membeku.
Potensi Efek Samping Ensefalopati termasuk kejang, bingung, gangguan kesadaran, dan
gangguan gerak (pada pasien dengan gangguan ginjal); superinfeksi
bakteri atau jamur, penurunan aktivitas protrombin.
Kategori B
Potensi Efek Umum: kolitis pseudomembran, diare, nyeri abdomen, gangguan pada tes
Samping fungsi hati, ruam makulopapular. Tidak umum: eosinofilia, dysgeusia,
hipotensi, cardiorespiratory arrest, mual, muntah, urtikaria, pada pemberian
injeksi: nyeri dan abses.
Perhatian Antibiotik harus dihabiskan walaupun kondisi sudah membaik. granul: Harus
diminum dengan makanan.Kapsul: Dapat diberikan dengan atau tanpa
makanan. Telan utuh dengan segelas penuh air & dalam posisi tegak.
Terima
Kasih
Kasus 3:
Rhinosinusitis
Kelompok 5 - Farmakoterapi 3 C
Nama Anggota:
1. Aliya Yasmina K. (1806194391)
2. Catherine (1906450123)
3. Dannisya Alzura (1906404543)
4. Eka Ulya Z (1906318666)
5. Gabriella Putrijoys S. (1906404404)
6. Grace Natasya S. (1906405054)
7. Jihan (1906404700)
8. Laurentio Daniel Caesar P.P. (1906404796)
9. Nasal Auni Rabbina (1906404751)
10. Salsabilanova A.M. (1906287982)
11. Vania Aileen (1906347571)
Tanda dan gejala khas
1.
dari Rhinosinusitis
Vania Aileen ー 1906347571
Definisi dan Penyebab
Sinusitis atau rinosinusitis kronik merupakan
inflamasi mukosa sinus pranasal dan rongga
hidung dengan durasi lebih dari 12 minggu
dan/atau dalam 6 bulan terakhir kambuh lebih
dari 3 episode
Penyebabnya:
1. Rinogen berupa kelainan anatomi hidung,
infeksi jamur/ bakteri, alergi, Laringo
faringeal reflux (LPR), hipertrofi adenoid,
tumor, pasca trauma
2. Odontogen (infeksi gigi)
3. Keadaan penurunan sistem imun seperti https://speciality.medicaldialogues.in/acute-bacterial-rhinosinusitis-guidelines-2016
HIV
Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia. (2015). Panduan Praktik Klinis, Panduan Praktik Klinis Tindakan, dan Clinical Pathway di
Bidang Telinga, Hidung, Tenggorok-Kepala Leher. http://perhati-kl.or.id/wp-content/uploads/2015/11/E-Book_PPK_PP_Perhati-KL.pdf
PANDUAN PRAKTIK KLINIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-KEPALA LEHER
DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
Yayasan Bidang Wakaf RS Sultan Agung. (2020). Panduan Praktis Klinis Telinga HIdung Tenggorok-Kepala Leher di RUmah Sakit Islam Sultan Agung.
http://61.8.75.226/itblog/attachments/article/1750/PPK%20THT-KL%202020.pdf
Bakteri Penyebab
“The most common bacteria isolated from pediatric and adult
patients with community-acquired acute purulent sinusitis are
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella
catarrhalis, and Streptococcus pyogenes.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21364226/#:~:text=Staphylococcus%20aureus%20and%20anaerobic%20bacteria,main%20isolates%20in%20chronic%20sinusitis.
Onset dan Gejala Klinis
Onset timbulnya gejala:
a. Akut : < 12 minggu
b. Kronis : ≥ 12 minggu
Hidung tersumbat Nyeri daerah gusi atau gigi Curiga refluks laringofaringeal:
rahang atas gejala suara serak, mendehem,
Nyeri wajah ingus belakang hidung,
Nyeri telinga kesukaran menelan, batuk
Hiposmia (penurunan
setelah makan/berbaring, rasa
kemampuan mencium bau) Kelelahan
tercekik, rasa mengganjal di
dan anosmia (tidak bisa
tenggorok, rasa panas di dada
mencium bau)
(skor reflux symptomindex).
Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia. (2015). Panduan Praktik Klinis, Panduan Praktik Klinis Tindakan, dan Clinical Pathway di
Bidang Telinga, Hidung, Tenggorok-Kepala Leher. http://perhati-kl.or.id/wp-content/uploads/2015/11/E-Book_PPK_PP_Perhati-KL.pdf
Dapat disertai keluhan gangguan kualitas tidur, sesuai dengan Epworth sleepiness scale
(skor lebih dari 4)
Jung, J. H., Park, J. W., Kim, D. H., & Kim, S. T. (2019). The Effects of Obstructive Sleep Apnea on Risk factors for Cardiovascular diseases. Ear, Nose & Throat Journal, 014556131988254.
doi:10.1177/0145561319882548
Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia. (2015). Panduan Praktik Klinis, Panduan Praktik Klinis Tindakan, dan Clinical Pathway di
Bidang Telinga, Hidung, Tenggorok-Kepala Leher. http://perhati-kl.or.id/wp-content/uploads/2015/11/E-Book_PPK_PP_Perhati-KL.pdf
Tanda dan Gejala Klinis
Jika terdapat keluhan bengkak di mata, penglihatan
ganda, penurunan penglihatan, nyeri dan bengkak di
dahi yang berat, nyeri kepala berat dengan kaku
kuduk dipikirkan kemungkinan komplikasi sinusitis ke
orbita atau intrakranial.
Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia. (2015). Panduan Praktik Klinis, Panduan Praktik Klinis Tindakan, dan Clinical Pathway di
Bidang Telinga, Hidung, Tenggorok-Kepala Leher. http://perhati-kl.or.id/wp-content/uploads/2015/11/E-Book_PPK_PP_Perhati-KL.pdf
Rinosinusitis Akut
(RSA)
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer Edisi I. Jakarta: IDI.
Rinosinusitis
Kronis (RSK)
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi I. Jakarta: IDI.
Akut
Rinosinusitis akut dapat dibedakan lagi menjadi:
● Rinosinusitis akut viral (common cold):
○ Bila durasi gejala < 10 hari
● Rinosinusitis akut bakterial: Bila terdapat sekurangnya 3 tanda / gejala berikut ini:
○ Sekret berwarna atau purulen dari rongga hidung
○ Nyeri yang berat dan terlokalisasi pada wajah
○ Demam, suhu > 38oC
○ Peningkatan LED / CRP
○ Double sickening, yaitu perburukan setelah terjadi perbaikan sebelumnya
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi I. Jakarta: IDI.
Kronik
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Edisi I. Jakarta: IDI.
Diagnosis Banding Akut& Kronik
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi I. Jakarta: IDI.
3. Tujuan Terapi
Jihan (1906404700)
Tujuan Terapi (DiPiro, 2020)
Mencegah
Mengurangi tanda perkembangan dari
dan gejala akut ke kronis
Meminimalisasi
Mencegah komplikasi penggunaan
antimikroba
Mengatasi infeksi
bakteri Mengurangi durasi
penyakit
Dipiro, J., Yee, G., Posey, M., Haines, S., Nolin, a., & Ellingord, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed., Vol. 11). McGraw Hill.
(Depkes RI, 2005) (IDI, 2017)
Ikatan Dokter Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi Revisi Tahun 2014
Geriatri
Rinosinusitis Akut
● Terapi awal adalah irigasi nasal dengan saline, analgesik, dan topical nasal steroids
● Antihistamin dan steroid sistemik sangat tidak dianjurkan
● Pada ABRS, terapi antibiotik dianjurkan
○ Amoksisilin dianggap sebagai terapi lini pertama
● Untuk pasien dengan penisilin alergi, trimetoprim-sulfametoksazol atau antibiotik makrolida dapat
digunakan
● Pertimbangan khusus harus diambil untuk terapi medis pada populasi geriatri
○ Efek samping antibiotika (gangguan gastrointestinal, pusing, dan kelelahan) dapat meningkat pada
orang tua.
Hsu, D. W., & Suh, J. D. (2018). Rhinitis and Sinusitis in the Geriatric Population. Otolaryngologic Clinics of North America, 51(4), 803–813.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.otc.2018.03.008
Geriatri
Rinosinusitis Kronis
● Kortikosteroid topikal spray dan irigasi saline adalah 2 terapi kunci dan terbukti
○ Steroid intranasal memang menyebabkan risiko epistaksis, yang merupakan keluhan umum pasien geriatri
dan terutama penting pada mereka yang menggunakan pengencer darah
● Antimikroba tidak direkomendasikan untuk pengobatan CRS, kecuali ada:
○ Gejala yang berhubungan dengan eksaserbasi
● Antibiotik topikal dan intravena umumnya tidak direkomendasikan untuk pasien dengan CRS, tetapi dapat
berguna dalam kasus tertentu
● Kortikosteroid sistemik untuk manajemen jangka pendek terutama dicadangkan untuk eksaserbasi CRS
● Profil efek samping steroid oral termasuk insomnia, refluks asam, dan perubahan suasana hati, relatif
dikontraindikasikan pada pasien dengan osteoporosis, diabetes, glaukoma, dan penyakit kejiwaan, yang lazim
di populasi lansia
● Endoscopic sinus surgery (ESS) direkomendasikan untuk rhinosinusitis yang parah dan tidak menunjukkan
perbaikan selama terapi
Hsu, D. W., & Suh, J. D. (2018). Rhinitis and Sinusitis in the Geriatric Population. Otolaryngologic Clinics of North America, 51(4), 803–813.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.otc.2018.03.008
Pediatri
Brooks, I &
Gooch, W &
Jenkins, Stephen
& Pichichero, M &
Reiner, SA & Sher,
Lawrence &
Yamauchi, T.
(2000). Medical
management of
acute bacterial
sinusitis -
Recommendation
s of a Clinical
Advisory
Committee on
Pediatric and
Adult Sinusitis.
The Annals of
otology, rhinology
& laryngology.
Supplement. 182.
2-20.
Ibu Hamil
Berdasarkan buku pedoman Infectious Diseases Society of America tahun 2012, algoritma
dan tatalaksana terapi untuk ibu hamil yang mengalami rinosinusitis adalah sebagai berikut:
Roemer, H., Martinez, M. Katz, V., dan Riggs, S. (2013). ENT Issues in Pregnancy. ACEP. Diakses dari https://www.acepnow.com/article/ent-issues-pregnancy/2/
5. Pilihan Terapi
untuk Pasien
Nasal Auni Rabbina 1906404751
Aliya Yasmina K 1806194391
KASUS 3 (Rhinosinusitis)
Ny. Ratna berusia 30 tahun datang ke dokter dengan
keluhan hidung mampet dan demam bersuhu 38,5 derajat
sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengatakan sudah
menggunakan obat flu dan batuk yang dijual di warung
namun tak kunjung membaik. Pasien mengeluhkan
ingusnya berwarna hijau dan merasa nyeri pada sekitar
wajahnya pada saat sujud untuk sholat.
Doksisiklin 2x100 mg peroral (PPK, 2005; DiPiro, 2020; DeBoer DL, 2022) selama 5–7 hari (DiPiro, 2020; DeBoer DL, 2022)
Bila tidak ada, gunakan Levofloxacine/Moxifloxacin.
Menurut PPK 2005, Sulfametoksazol-Trimetoprim merupakan pilihan kedua setelah Amoxiclav yang merupakan 1st
line. Namun, terdapat tingkat resistensi S. pneumoniae dan Hemophilus influenzae yang lebih tinggi (DiPiro, 2020; DeBoer DL,
2022). Sefalosporin (2nd gen) dan Makrolida tidak lagi direkomendasikan sebagai monoterapi karena tingkat resistensi yang
bervariasi terhadap S. pneumoniae (DiPiro, 2020; DeBoer DL, 2022), serta Sefalosporin (3rd gen) monoterapi memiliki tingkat
efikasi yang bervariasi terhadap S. pneumoniae (DeBoer DL, 2022). Selain itu, Fluorokuinolon juga dapat dipertimbangkan
tetapi dikaitkan dengan tingkat efek samping yang lebih tinggi (DeBoer DL, 2022).
DeBoer DL, Kwon E. Acute Sinusitis. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547701/
DiPiro, J., Yee, G., Posey, L., Haines, S., Nolin, T., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiology Approach (11th ed.). New York: McGraw-Hill.
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Tahun 2017
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Tahun 2005
Pilihan Terapi Pendukung
● Pasien demam tinggi dan merasa nyeri pada sekitar wajahnya → Dapat
ditambahkan terapi analgesik
Paracetamol
Rute Oral
Dosis 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari
PIONAS
Pilihan Terapi Pendukung
● Pasien mempunyai keluhan hidung mampet → Dapat ditambahkan terapi
saline nasal irrigation
Indikasi Melembabkan membran nasal yang kering dan teriritasi karena pilek,
alergi, dan kelembaban yang rendah
Rute Intranasal
Dosis Kurang lebih 10 cc/ml pada masing-masing lubang hidung atau sesuai
petunjuk dan kebutuhan
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Tahun 2017
6. Parameter
Keberhasilan & ESO
Grace Natasya Sirait (1906400554)
Parameter Keberhasilan Pengobatan
Respon Penuh GOALS
Respon Buruk
Peters, A. T., Spector, S., Hsu, J., Hamilos, D. L., Baroody, F. M., Chandra, R. K., … Slavin, R. G. (2014). Diagnosis and management of
rhinosinusitis: a practice parameter update. Annals of Allergy, Asthma & Immunology, 113(4), 347–385. doi:10.1016/j.anai.2014.07.025
dan cahaya
Normal
tipis yang fleksibel dan
Prosedur untuk melihat saluran
Peters, A. T., Spector, S., Hsu, J., Hamilos, D. L., Baroody, F. M.,
Chandra, R. K., … Slavin, R. G. (2014). Diagnosis and management of
rhinosinusitis: a practice parameter update. Annals of Allergy, Asthma &
Immunology, 113(4), 347–385. doi:10.1016/j.anai.2014.07.025
Metode Evaluasi Keberhasilan : Sinus Puncture
Cashman EC, MacMahon PJ, Smyth D. (2011). Computed tomography scans of paranasal sinuses before functional
endoscopic sinus surgery. World J Radiol; 3(8): 199-204 [PMID: 22022638 DOI: 10.4329/wjr.v3.i8.199]
Parameter Monitoring ESO
Patel RS, Parmar M. Doxycycline Hyclate. [Updated 2021 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555888/
Doxycycline: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia. (n.d.). Retrieved October 27, 2021, from
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/doxycycline?mtype=generic
HIGHLIGHTS OF PRESCRIBING INFORMATION DORYX ® (doxycycline hyclate). (n.d.). Retrieved October 27, 2021, from www.fda.gov/medwatch.
Parameter Monitoring ESO
Hal lain yang perlu dimonitor
Levofloksasin (Alternatif
kalau tidak ada doksisiklin) ● Levofloxacin dikenal dapat meningkatkan
Hal yang perlu dimonitor pada risiko tendonitis dan tendon rupture →
Pasien: perlu perhatian pada tanda dan gejalanya
● Frekuensi BAB ● Levofloxacin sebagian besar dieliminasi
● Demam melalui ginjal → perlu monitoring fungsi
● Kram abdominal ginjal dan perlu/ tidak penyesuaian dosis
● Kehilangan nafsu makan untuk mencegah akumulasi levofloxacin
● Mual ● Monitoring kristaluria → selama perawatan
● Muntah pasien disarankan cukup minum
● Jaundice ● Monitoring fungsi sistem organ lain seperti
● Urin berwarna gelap hati dan hematopoietik
● Palpitasi ● Monitoring regulasi glukosa → levofloxacin
berisiko menurunkan kadar glukosa darah
Podder V, Sadiq NM. Levofloxacin. [Updated 2021 Sep 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545180/
Levofloxacin: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia. (n.d.). Retrieved November 14, 2022, from
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/levofloxacin?mtype=generic
FDA reinforces safety information about serious low blood sugar levels and mental health side effects with fluoroquinolone antibiotics; requires label changes | FDA. (n.d.).
Retrieved October 27, 2021, from
https://www.fda.gov/drugs/drug-safety-and-availability/fda-reinforces-safety-information-about-serious-low-blood-sugar-levels-and-mental-health-side
Parameter Monitoring ESO
Saline Nasal Irrigation (untuk hidung Paracetamol (untuk demam dan
mampet) nyeri)
● Penggunaan awal satu kali irigasi per ● Monitoring fungsi hati dan
hari ketika merasakan gejala → dapat ginjal
ditingkatkan menjadi dua kali sehari ● Perlu dilakukan penilaian
● Monitoring efek samping yang mungkin riwayat gangguan hati dan
terjadi: penyalahgunaan alkohol →
- Telinga tersumbat → dapat terjadi jika alkohol dapat meningkatkan
terdapat cairan yang masuk ke dalam risiko hepatotoksisitas
saluran eustachius, penanganan dengan
memencet hidung kemudian tiup udara
melalui hidung secara perlahan Saline Nasal Irrigation for Sinus Problems - American Family
- Nyeri telinga (earache) → dapat terjadi Physician. (n.d.). Retrieved November 14, 2021, from
https://www.aafp.org/afp/2009/1115/p1121.html
jika tekanan terlalu tinggi ketika Flo Sinus Care Full Prescribing Information, Dosage & Side
Effects | MIMS Philippines. (n.d.). Retrieved November 14,
memencet botol, penanganan 2021, from https://www.mims.com/philippines/drug/info/flo
sinus care?type=full
sama dengan telinga tersumbat, jika tidak Paracetamol: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution |
MIMS Indonesia. (n.d.). Retrieved November 14, 2022, from
membaik segera hubungi dokter https://www.mims.com/indonesia/drug/info/paracetamol?mtype=g
eneric
7. Informasi/Edukasi Kepada
Pasien
Dannisya Alzura - 1906404543
Non Farmakologi
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Tahun 2017
Doksisiklin
● Cara penggunaan: 100 mg per oral dua kali sehari selama 5 sampai 7 hari, sesudah makan
atau sebelum makan
● Cara penyimpanan:
Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar (20-25 ° C), jauh dari panas, lembab,
dan cahaya langsung. Jauhkan semua obat dari jangkauan anak-anak.
● Kontraindikasi: Hipersensitivitas
● Note: Anjurkan pasien untuk menggunakan tabir surya karena obat menyebabkan
fotosensitifitas, Anjurkan pasien hindari paparan sinar matahari
MIMS || PIONAS || Micromedex
Levofloksasin
● Cara penggunaan: 500 mg sekali sehari selama 10-14 hari, Dapat diberikan dengan
atau tanpa makanan. Pastikan asupan cairan yang cukup.
● Cara penyimpanan: simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar (20-25°
C), jauh dari panas, lembab, dan cahaya langsung. Jauhkan semua obat dari
jangkauan anak-anak.
● Cara penyimpanan:
simpan pada suhu 20-25oC serta jauhkan dari kelembaban dan cahaya
● Efek samping: Konstipasi, muntal, mual, sakit kepala, pruritus, kelainan darah
(trombositopenia, leukopenia, neutropenia)
● Efek samping:
Umum : Hipernatremia, rasa haus, sakit kepala, demam
Serius : Emboli paru-paru
https://www.aafp.org/afp/2009/1115/p1121.html
8. Siapkan KIE utk obat lain
yg termasuk dalam algoritma
terapi
Catherine (1906405123)
Irigasi Nasal: Salin Fisiologis (NaCl 0,9%)
Indikasi untuk melembabkan membran nasal yang kering dan teriritasi
karena pilek, alergi, kelembaban yang rendah, perdarahan
hidung minor dan iritasi hidung minor lainnya.
Dosis & Cara 1-2 tetes pada masing-masing lubang hidung, atau sesuai
Pakai dengan anjuran dokter. Dapat diulang beberapa saat
kemudian. Dapat digunakan pada anak dan bayi 1 bulan ke
atas.
Efek Samping -
Kontraindikasi hipersensitivitas
Penyimpanan
https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-12-telinga-hidung-dan-tenggorok/122-obat-yang-bekerja-pada-hidung/1224-sed
iaan-lain-untuk
Dekongestan (Topikal): Oxymetazoline 0,05%
Indikasi Untuk meringankan simtomatik dari kongesti (kesembaban) hidung dan
nasofaring karena salesma (flu), sinusitis, hay fever atau alergi saluran
napas bagian atas lainnya.
Dosis & 0.05% nasal spray: Usual dose: 1-2 semprotan ke setiap lubang hidung
Cara 2-3 kali sehari jika perlu. Max treatment duration: 5-7 hari
Pakai (berturut-turut).
Kontraindi Penyakit koroner akut, asma jantung, glaukoma sudut tertutup, rinitis
kasi sicca, peradangan atau lesi kulit di sekitar lubang hidung atau mukosa
hidung.
https://www.dymista.co
m/en/about/using-dymi
sta
Dekongestan (0ral): Pseudoefedrin
Indikasi Mengurangi gejala hidung tersumbat, bersin, rinorea, lakrimasi yang
berkaitan dengan rinitis alergi dan flu.
Dosis & Cara 60 mg 4 kali sehari; 10 ml 3 kali sehari; Anak 2-5 tahun: 2,5 mL; 6-12
Pakai tahun: 5 ml.
Efek Samping Umum: insomnia, mulut kering, sakit kepala, dan somnolen (kantuk).
Jarang: cemas, pusing, lelah, mual.
Dosis & Cara Dewasa dan anak di atas 12 tahun, 100 mcg (2 semprotan) ke dalam tiap lubang hidung 1 kali sehari
Pakai disarankan pagi hari, dapat ditingkatkan hingga 2 kali sehari, dosis maksimum per hari tidak lebih
dari 200 mcg (4 semprotan) tiap lubang hidung. Anak 4-11 tahun, 50 mcg (1 semprotan) ke dalam
tiap lubang hidung 1 kali sehari, dapat ditingkatkan 2 kali sehari, dosis maksimum per hari tidak lebih
dari 2 semprotan tiap lubang hidung.
Efek Samping Epistaksis, kandidiasis mulut dan kerongkongan. Umum: sakit kepala, rasa tidak enak, bau tidak
enak, hidung kering, iritasi hidung, tenggorokan kering, iritasi tenggorokan, pneumonia, suara serak,
luka memar.
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Interaksi: Ritonavir: penggunaan bersama flutikason intranasal harus dihindari karena menimbulkan
efek sistemik kortikosteroid seperti sindroma Cushing dan menekan fungsi ginjal. Ketokonazol:
meningkatkan paparan sistemik terhadap flutikason propionat.
Peringatan Anak, kehamilan, pengobatan terdahulu dengan kortikosteroid per oral, pemberian dengan ritonavir,
infeksi lokal pada saluran napas, penghentian pengobatan sistemik dan mulai pengobatan
intranasal, pemberian dosis besar dalam jangka panjang, pneumonia.
Penyimpanan Store between 15-30°C. Protect from direct heat or sunlight. Do not refrigerate or freeze.
https://pionas.pom.go.id/monografi/flutikason-propionat
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/fluticasone?mtype=generic
Antibiotik: Amoksisilin
Indikasi Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat keterangan di
atas), bronkitis, salmonellosis invasif; listerial meningitis.;
juga untuk profilaksis endokarditis; terapi tambahan pada listerial meningitis,
eradikasi Helicobacter pylori
Dosis & Cara oral: 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat
Pakai
Efek Samping mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi kolitis karena
antibiotik
Peringatan Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam eritematous umumnya pada glandular fever,
infeksi sitomegalovirus, dan leukemia limfositik akut atau kronik. Pemakaian dosis
tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif
terhadap penisilin. mempertahankan hidrasi yang tepat pada pemberian dosis tinggi.
https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri/511-penisilin/5113-penisilin-spektrum-luas
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/amoxicillin?mtype=generic
Mukolitik: Bromheksin HCl
Indikasi Oral: mukolitik untuk meredakan batuk berdahak. Injeksi: sekretolitik pada
bronkopulmonari akut dan kronik terkait sekresi mukus abnormal dan gangguan
saluran mukus.
Dosis & Cara Oral: diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2 jam sesudah makan). Tablet 8 mg
Pakai atau sirup 4 mg/5mL: Dewasa dan anak-anak >10 tahun: 1 tablet atau 10 mL sirup 3
kali sehari, anak 5-10 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 3 kali sehari, anak 2-5 tahun:
1/2 tablet atau 5 mL sirup 2 kali sehari.
Efek Samping Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaktik, bronkospasme, mual, muntah, diare,
nyeri perut bagian atas, ruam, angioedema, urtikaria, pruritus.
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Peringatan Tukak lambung, kehamilan, menyusui, penghentian pengobatan jika terjadi lesi kulit
atau mukosa.
https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/37-mukolitik
TERIMA
KASIH
Analgetik: Parasetamol
Indikasi
Efek Samping
Kontraindikasi
Peringatan
Penyimpanan
KS Topikal
Indikasi
Efek Samping
Kontraindikasi
Peringatan
Penyimpanan
KS Topikal
Indikasi
Efek Samping
Kontraindikasi
Peringatan
Penyimpanan
Infeksi Jamur
Dermatofitosis
Kelompok 2
Farmakoterapi 3-C
Anggota Kelompok
Abrarriani Euis Kartika 1906347823
Annisa Fitria Huda 1906287673
Desthiani Nabilah 1906287736
Fara Fanesa Z 1906404726
Hanifa Azzahra 1906404676
Maudini Safira 1906405060
Nadia Zahra Nooraisha 1906405155
Noer Luthfianeu Edsyah 1906404695
Rachma Allysa Vidya Putri A. 1906404732
Rannia Putri Isniendira 1906347760
Zahidah Raihanah 1806194076
01
Tanda &
Gejala Khas
Abrarriani Euis Kartika - 906347823
Noer Luthfianeu Edsyah -1906404695
Dermatofitosis
Dermatofitosis (ringworm, tinea) :
Merupakan penyakit infeksi jamur
superfisial yang disebabkan oleh jamur
kelompok dermatofita (Trichophyton sp.,
Epidermophyton sp. dan Microsporum sp)
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
Black dot Gray patch
→ horse-shoe hair
→ comma hair
→ perifollicular
→ cork-screw hair scaling
Kumar, et al. (2020). Trichoscopy as a diagnostic tool for tinea capitis: A prospective,
observational study. International Journal of Trichology, Vol 12, Pp68-74.
Tinea Korporis
● Anamnesis : ruam yang gatal di badan, ekstremitas atau wajah
● Pemeriksaan fisik :
○ Mengenai kulit berambut halus
○ Keluhan gatal terutama bila berkeringat
○ Secara klinis tampak lesi berbatas tegas, polisiklik, tepi aktif karena tanda radang lebih jelas
○ Polimorfi yang terdiri atas eritema, skuama, dan kadang papul dan vesikel di tepi, normal di tengah
(central healing)
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
Tinea Kruris
● Anamnesis : Ruam kemerahan yang gatal di paha bagian atas dan inguinal
● Pemeriksaan fisik :
○ Lesi serupa tinea korporis berupa plak anular berbatas tegas dengan tepi meninggi yang dapat pula
disertai papul dan vesikel
○ Terletak di daerah inguinal, dapat meluas ke suprapubis, perineum, perianal dan bokong
○ Area genital dan skrotum dapat terkena pada pasien tertentu
○ Sering disertai gatal dengan maserasi atau infeksi sekunder
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
Tinea Pedis
● Anamnesis : Gatal di kaki terutama sela-sela jari. Kulit kaki bersisik, basah dan mengelupas
● Pemeriksaan fisik :
○ Tipe interdigital (chronic intertriginous type) → bentuk klinis yang paling banyak dijumpai
→ terdapat skuama, maserasi dan eritema pada daerah interdigital dan subdigital kaki,
terutama pada tiga jari lateral; pada kondisi tertentu, infeksi dapat menyebar ke telapak kaki
yang berdekatan dan bagian dorsum pedis; oklusi dan koinfeksi dengan bakteri dapat
menyebabkan maserasi, pruritus, dan malodor (dermatofitosis kompleks atau athlete’s foot)
○ Tipe hiperkeratotik → tampak skuama difus, bilateral, pada kulit yang tebal (telapak kaki,
lateral dan medial kaki), dikenal sebagai “moccasin-type”; dapat timbul sedikit vesikel
dengan skuama kolaret diameter <2 mm; tinea manum unilateral umumnya berhubungan
dengan tinea pedis hiperkeratotik sehingga terjadi “two feet-one hand syndrome”
○ Tipe vesikobulosa → tampak vesikel tegang dengan diameter lebih dari 3 mm, vesikopustul,
atau bula pada kulit tipis telapak kaki dan periplantar; jarang terjadi pada anak-anak
○ Tipe ulseratif akut → terjadi ko-infeksi dengan bakteri gram negatif menyebabkan
vesikopustul dan daerah luas dengan ulserasi purulen pada permukaan plantar; sering
diikuti selulitis, limfangitis, limfadenopati, dan demam
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
Tinea Manum
● Dermatofitosis pada telapak tangan
● Gejala → Kulit yang menebal dan rasa gatal pada tangan
● Biasanya unilateral, terdapat 2 bentuk:
○ Dishidrotik → lesi segmental atau anular berupa vesikel dengan skuama di tepi pada telapak
tangan,jari tangan, dan tepi lateral tangan
○ Hiperkeratotik → vesikel mengering dan membentuk lesi sirkular atau iregular, eritematosa,
dengan skuama difus; garis garis tangan menjadi semakin jelas; lesi kronik dapat mengenai
seluruh telapak tangan dan jari disertai fisur.
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
Tinea Unguium
● Onikomikosis merujuk pada semua infeksi pada kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita, jamur
nondermatofita, atau ragi (yeasts)
● Dapat mengenai kuku tangan maupun kuku kaki, dengan bentuk klinis:
○ Onikomikosis subungual proksimal (OSP)
○ Onikomikosis subungual distal lateral (OSDL)
○ Onikomikosis superfisial putih (OSP)
○ Onikomikosis endoniks (OE)
○ Onikomikosis distrofik totalis (ODT)
Klinis dapat ditemui distrofi, hiperkeratosis, onikolisis, debris subungual, perubahan warna kuku, dengan lokasi
sesuai bentuk klinis
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
Tinea Imbrikata
● Dermatofitosis pada badan (kecuali rambut)
● Gejala → Gatal, terutama saat berkeringat
● Penyakit ditandai dengan lapisan stratum korneum terlepas dengan bagian bebasnya menghadap
sentrum lesi
● Terbentuk lingkaran konsentris tersusun seperti susunan genting
● Bila kronis, peradangan sangat ringan dan asimtomatik
● Tidak pernah mengenai rambut
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
Tinea Barbae
● Dermatofitosis pada dagu
● Gejala → rasa gatal atau nyeri saat disentuh tetapi gejala ini tidak selalu terjadi
● terdapat jerawat di antara area yang terkena, bengkak dan kemerahan di sekitar area yang
terinfeksi, kulit merah dan menggumpal di area yang terinfeksi.
● Pengerasan kulit di sekitar rambut di area yang terinfeksi akan terjadi, rambut di area yang
terinfeksi juga akan mudah dicabut.
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
02
Tujuan
Terapi
Abrarriani Euis Kartika - 906347823
Noer Luthfianeu Edsyah -1906404695
● Membantu meredakan gejala
● Membantu proses penyembuhan klinis
● Mencegah penyebaran infeksi dan jamur
● Membatasi paparan ke tempat yang terinfeksi
● Menghilangkan dan memberantas mikroorganisme sumber infeksi secara menyeluruh
● Mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2008). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7 th ed. New York: Mc Graw Hill.
Dipiro, J. T., Kolesar, J.M., Malone, P. M., Wells, B. G., Schwinghammer, T. L., & Chisholm-Burns, M. A. (2016). Pharmacotherapy Principles and Practice, 4th ed. New York: Mc Graw Hill.
Medscape. (2020). Tinea Corporis. Diakses melalui https://emedicine.medscape.com/article/1091473-medication#1
Medscape. (2021). Tinea Barbae. Diakses melalui https://emedicine.medscape.com/article/1091252-medication
03
Algoritma
Terapi
Desthiani Nabilah 1906287736
Nadia Zahra Nooraisha 1906405155
Rachma Allysa Vidya Putri A. 1906404732
Rannia Putri Isniendira 1906347760
Alur Diagnosis
Perhimpunan Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia. (2017).
Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia:
Dermatofitosis. Perdoski
2017: Jakarta
Algoritma Terapi
Umum (Dipiro 7th)
DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2008).
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (7th ed.). McGraw-Hill Medical.
https://doi.org/10.1036/007147899X
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Ikatan Dokter Indonesia.
Terapi Medikamentosa (PERDOSKI, 2017)
Terapi Topikal Terapi Oral Catatan
Tinea Gol. Alilamin (Krim Terbinafin, Terbinafin 1x250 mg/hari (hingga klinis Terapi oral
Corporis Butenafin) 1x sehari selama membaik dan pemeriksaan lab negatif) diberikan bila lesi
& Cruris 1-2 minggu selama 2 minggu kronik, luas, atau
sesuai indikasi
Alternatif: Alternatif:
Gol. Azol (Krim Mikonazol, - Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2
Ketokonazol, Klotrimazol) 2x minggu
sehari selama 4-6 minggu - Griseofulvin 500 mg/hari atau 10-25
mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu
- Ketokonazol 200 mg/hari
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia: Dermatofitosis. Perdoski 2017: Jakarta
Terapi Medikamentosa (PERDOSKI, 2017)
Terapi Topikal Terapi Oral Catatan
Tinea Gol. Alilamin (Krim Terbinafin, Butenafin) 1x Terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu
Pedis sehari selama 1-2 minggu
Alternatif:
Alternatif: Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 3
- Gol. Azol (Krim Mikonazol, minggu atau 100 mg/hari selama 4
Ketokonazol, Klotrimazol) 2x sehari minggu
selama 4-6 minggu
- Siklopiroksolamin (Ciclopirox gel 1%
atau krim 1%) 2x sehari selama 4
minggu
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia: Dermatofitosis. Perdoski 2017: Jakarta
Terapi Medikamentosa (PERDOSKI, 2017)
Terapi Catatan
Tinea Terbinafin 1x250 mg/hari selama 6 minggu (kuku tangan) dan 12-16 minggu (kuku kaki)
Unguium
Alternatif:
- Itrakonazol dosis denyut (2x200 mg/hari selama 1 minggu, istirahat 3 minggu)
sebanyak 2 denyut (kuku tangan), dan 3-4 denyut (kuku kaki)
- Itrakonazol 200 mg/hari selama 2 bulan (kuku tangan), dan min. 3 bulan (kuku
kaki)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia: Dermatofitosis. Perdoski 2017: Jakarta
Pediatri: Tinea Capitis
Gupta, A. K., MacLeod, M. A., Foley, K. A., Gupta, G., & Friedlander, S. F. (2017). Fungal skin infections. Pediatrics in Review, 38(1), 8-22.
Pediatri: Tinea Unguium (Onychomycosis)
Obat Dosis Durasi Catatan
Ciclopirox 8%, setiap hari 48 wk Aman untuk ≥12 tahun
Efinaconazol Keamanan pada anak belum
10%, setiap hari 48 wk
Topikal e ditetapkan
Keamanan pada anak belum
Tavaborole 5% seiap hari 48 wk
ditetapkan
62.5 mg/day for <20 kg
Terbinafin Keamanan pada anak belum
125 mg/day for 20-40 kg 6 wk
(1st line) ditetapkan
250 mg/day for >40 kg
Oral <20 kg: 5 mg/kg/d Setiap hari
selama 1
20–40 kg: 100 mg/d Keamanan pada anak belum
Itraconazole 40–50 kg: 200 mg/d
minggu
ditetapkan; Monitor fungsi hati
dalam 1
>50 kg: 200 mg twice a day bulan
Gupta, A. K., MacLeod, M. A., Foley, K. A., Gupta, G., & Friedlander, S. F. (2017). Fungal skin infections. Pediatrics in Review, 38(1), 8-22.
Hawkins, D. M., & Smidt, A. C. (2014). Superficial Fungal Infections in Children. Pediatric Clinics of North America, 61(2),
Geriatri: Cutaneous Tinea
Kaul, S., Yadav, S., & Dogra, S. (2017). Treatment of Dermatophytosis in Elderly, Children, and Pregnant Women. Indian dermatology online
journal, 8(5), 310–318. https://doi.org/10.4103/idoj.IDOJ_169_17
Geriatri: Onychomycosis
● Terbinafine 250 mg/hari (kuku tangan 6 minggu, kuku kaki 12 minggu,
Terapi Sistemik inadequate response: tambah 4 minggu)
1st line ● Itraconazole 200 mg 1x sehari selama 1 minggu setiap 1 bulan (kuku tangan 1
siklus, kuku kaki 2 siklus, inadequate: tambah 1 siklus)
Terapi Sistemik ● Fluconazole 450 mg/minggu (kuku tangan 3 bulan, kuku kaki 6 bulan)
Alternatif ● Griseofulvin 500-1000 mg/hari (kuku tangan 6-9 bulan, kuku kaki 12-18 bulan)
Kaul, S., Yadav, S., & Dogra, S. (2017). Treatment of Dermatophytosis in Elderly, Children, and Pregnant Women. Indian dermatology online
journal, 8(5), 310–318. https://doi.org/10.4103/idoj.IDOJ_169_17
Geriatri: Tinea Capitis
Terapi Sistemik 1st line ● Terbinafine 250 mg/hari selama 2-4 minggu
Terapi Sistemik
● Itraconazole atau Griseofulvin
Alternatif
Kaul, S., Yadav, S., & Dogra, S. (2017). Treatment of Dermatophytosis in Elderly, Children, and Pregnant Women. Indian dermatology online
journal, 8(5), 310–318. https://doi.org/10.4103/idoj.IDOJ_169_17
Ibu Hamil: Cutaneous Tinea
Terapi Sistemik
● Tidak direkomendasikan
Alternatif
● Clotrimazole
● Terbinafine
Terapi Topikal ● Ciclopirox
● Naftifine (Tidak ada di Indonesia)
● Oxiconazole (tidak ada di Indonesia)
Kaul, S., Yadav, S., & Dogra, S. (2017). Treatment of Dermatophytosis in Elderly, Children, and Pregnant Women. Indian dermatology online
journal, 8(5), 310–318. https://doi.org/10.4103/idoj.IDOJ_169_17
Ibu Hamil: Onychomycosis
● Tidak direkomendasikan
● Terbinafine termasuk ke dalam Cat B namun
Terapi Sistemik 1st line
tidak ada data penggunaan untuk kehamilan→
tidak direkomendasikan
Terapi Sistemik
● Tidak direkomendasikan
Alternatif
Terapi Sistemik
● Tidak direkomendasikan
Alternatif
Kaul, S., Yadav, S., & Dogra, S. (2017). Treatment of Dermatophytosis in Elderly, Children, and Pregnant Women. Indian dermatology online
journal, 8(5), 310–318. https://doi.org/10.4103/idoj.IDOJ_169_17
04
Pilihan Terapi
Kasus A
Seorang pasien Michael 22 tahun datang
ke apotek dengan keluhan gatal-gatal di
kulit. Didapatkan bahwa terdapat bercak
putih pada bagian punggung dan
lengannya. Pasien mengeluhkan dia
memiliki kebiasaan sering berolahraga di
malam hari namun sering ketiduran dan
tidak sempat mandi.
Diagnosis
● Tanda dan gejala:
○ Gatal pada kulit
○ Terdapat bercak putih pada punggung
dan lengan
○ Sering berolahraga di malam hari, tidak
mandi sebelum tidur → kondisi kulit
yang lembab akibat berkeringat dapat
memicu pertumbuhan jamur
● Diagnosis → pityriasis versicolor/ tinea
versicolor/ panu
Pilihan Terapi
Dipiro, J.T. Yee, Gary C. Posey, L. Michael. Haines, Stuart T. Nolin, Thomas D. Ellingrod, Vicki. (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Eleventh edition. New York: McGraw Hill.
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi I. http://www.idionline.org/wp-content/uploads/2017/11/PPK-Primer.pdf
Ketokonazol Krim 2%
Dipiro, Joseph T., et al (2008). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach Seventh Edition. McGraw Hill, Inc.
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. PERDOSKI: Jakarta
Pionas. Ketokonazol. Diakses pada 2 November 2021 dari http://pionas.pom.go.id/monografi/ketokonazol-1.
05
Parameter
Monitoring
Zahidah Raihanah - 1806194076
Parameter Keberhasilan Terapi
Indikasi keberhasilan → perbaikan tanda dan gejala infeksi jamur sistemik
Kesembuhan total (mycological cure) ditandai dengan hasil negatif pada uji kultur dan KOH dan kehilangan total dari
tanda dan gejala infeksi
Rosen, T. 2015. Assessment of Dermaphytosis Treatment Studies: Interpreting the Data. Texas: Baylor College of Medicine. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/7485209_Dermatophytosis_The_Management_of_Fungal_Infections
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. PERDOSKI: Jakarta
Ketokonazol. IBM Micromedex Diakses pada 2 November 2021 dari https://remote-lib.ui.ac.id:2307/micromedex2/librarian/
Monitoring ESO
KETOKONAZOL
Oral
● Pada awal terapi :serum gamma glutamyl transferase, alkaline phosphatase, ALT, AST dan kadar bilirubin
total, waktu protrombin dan INR, tes hepatitis virus
● Selama terapi : fungsi adrenal pada pasien dengan insufisiensi adrenal atau fungsi adrenal borderline, dan
pada pasien dengan stres berkepanjangan (misalnya, operasi besar, perawatan intensif)
Topikal
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. PERDOSKI: Jakarta
Ketokonazol. IBM Micromedex Diakses pada 2 November 2021 dari https://remote-lib.ui.ac.id:2307/micromedex2/librarian/
06
KIE
Annisa Fitria Huda
Hanifa Azzahra
Maudini Safira
Topikal
● Lepaskan perhiasan emas, perak atau perhiasan logam lainnya sebelum menggunakan lotion
● Untuk hasil kesembuhan terbaik, gunakan obat ini minimal 2 kali seminggu atau sesuai petunjuk
dokter.
● Jangan gunakan obat ini jika terdapat area yang melepuh, atau mengeluarkan cairan
● Jauhkan obat dari mata.
Oral
Ketoconazole
Bentuk sediaan : Tablet 200 mg
Dosis : 200 mg, sekali sehari. Selama 2 minggu.
Rute : Oral, dapat diminum sesudah makan
Kontraindikasi : Ganguan hati, kehamilan, pemberian dengan terfenadin atau astemizol
Efek samping : mual, muntah, nyeri perut; sakit kepala; ruam, urtikaria, pruritus; jarang trombositopenia,
parestesia, fotofobia, pusing, alopesia, ginaekomastia dan oligospermia; kerusakan hati fatal
Interaksi : antifungi, imidazol dan triazol
Kategori kehamilan: C
KIE :
- Anjurkan pasien wanita menghindari kehamilan dan menggunakan metode pengendalian kelahiran yang
terbukti selama penggunaan. Ketoconazole karena dapat menyebabkan teratogenik
- Ketoconazole dapat menyebabkan pusing atau mengantuk. Jika terpengaruh, jangan mengemudi atau
ambil bagian dalam aktivitas apa pun yang perlu Anda waspadai.
- Anjurkan pasien bila terjadi ruam, sesak napas, mulut atau mata bengkak, untuk berhenti minum
Ketoconazole dan melaporkan ke dokter
Ketoconazole
Bentuk sediaan : Krim
Dosis : Dioleskan 1-2 kali sehari (Krim 2%) selama 2-4 hari sekali
Rute : Topikal
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Efek samping : Sensasi terbakar (topikal, 4%), Pruritus (topikal, kurang dari 1%)
Kategori kehamilan: C
KIE :
● Hindari paparan nyala api terbuka atau sumber penyulut lainnya selama atau setelah
digunakan.
● Hindari kontak dengan mata dan selaput mukosa lainnya.
● Dapat menyebabkan eritema, pruritus, dan iritasi atau rasa terbakar pada tempat
dioleskannya
Itrakonazol
Bentuk sediaan : Kapsul 100 mg
Dosis : Tinea korporis dan tinea kruris, 100 mg/hari selama 15 hari, atau 200 mg/hari selama 7 hari;
Tinea manus dan pedis, 100 mg/hari selama 30 hari.
Efek samping : Mual, sakit perut, dispepsia, konstipasi, sakit kepala, pusing, kenaikan enzim hati, gangguan
haid, reaksi alergi
Kategori Kehamilan :C
KIE : Obat ini dapat menyebabkan pusing, gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran
sehingga jangan mengemudi; obat harus dikonsumsi setelah makan; segera periksa jika ada
gejala gangguan hati
MIMS : https://www.mims.com/indonesia/drug/info/itraconazole?mtype=generic
PIONAS : http://pionas.pom.go.id/monografi/itrakonazol
Oral
Terbinafin
Bentuk sediaan : Tablet 250 mg, gel/krim/spray 1%
Dosis : 250 mg, sekali sehari. Selama 4 minggu.
Rute : Oral, dapat diminum sebelum atau sesudah makan
Topikal, dioleskan pada area yang sakit, 1x sehari, selama 1-2 minggu
Kontraindikasi : Hipersensitivitas
Efek samping : (PO) mual, muntah, dispepsia, sakit kepala
Interaksi : CYP450 inhibitor (fluconazole, amiodarone, ketoconazole)
Kategori kehamilan: B
KIE :
- Selagi menggunakan obat, pertahankan kebersihan yang baik karena penting dalam
mengelola infeksi jamur.
- Obat dapat menyebabkan fotosensitifitas. Anjurkan pasien untuk menggunakan tabir surya
dan hindari paparan sinar matahari.
IBM Micromedex. Terbinafine
MIMS Indonesia. Terbinafine. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/terbinafine?mtype=generic
Oral
Griseofulvin
Bentuk sediaan : tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg
Dosis : 500 mg atau 10-25 mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu (setelah makan)
Rute : oral
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap griseofulvin dan penisilin, ibu hamil, porfiria, Systemic lupus erythematosus (SLE)
Efek samping: urtikaria, ruam kulit, sakit kepala, tidak nyaman pada lambung, fotosensitif, diare, mual, muntah
Interaksi : dapat meningkatkan waktu protrombin antikoagulan, meningkatkan konsentrasi serum obat yang
dimetabolisme oleh CYP3A4 dan CYP2C9
Kategori kehamilan: X
KIE :
● Obat dapat menyebabkan sensitivitas matahari.
● Anjurkan pasien untuk menggunakan tabir surya dan hindari tanning bed. Tekankan penggunaan kontrasepsi yang andal
untuk pasien. (berlaku selama pengobatan dan hingga 1 bulan pasca terapi untuk wanita dan 6 bulan pasca terapi untuk pria) .
● Obat ini dapat menyebabkan ruam, urtikaria, diare, mual, muntah, atau sakit kepala. Pasien sebaiknya minum obat setelah
makan dengan kandungan lemak yang tinggi.
IBM MIcromedex
PIONAS BPOM. Griseofulvin. http://pionas.pom.go.id/monografi/griseofulvin
MIMS Indonesia. Griseofulvin. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/griseofulvin/patientmedicine/griseofulvin%20-%20oral
Flukonazol Oral
Dosis : Tinea pedis, korporis, kruris, versikolor dan kandidiasis dermal (per oral)
→ 50mg/hari selama 2-4 minggu (sampai 6 minggu pada tinea pedis)
Rute : oral
Kontraindikasi :
● Penggunaan bersamaan dengan obat yang diketahui memperpanjang interval QT dan yang dimetabolisme oleh CYP3A4 seperti
eritromisin, pimozide, dan quinidine
● Hipersensitif terhadap flukonazol atau komponen produk lainnya
Efek samping : nausea, sakit perut, diare, kembung; gangguan enzim hati; kadang-kadang ruam (hentikan obat atau awasi secara
ketat); angioudem, anafilaksis, lesi bulosa, nekrolisis epidermal toksik, sindrom Stevens-Johnson; pada pasien AIDS pernah dilaporkan
reaksi kulit yang hebat.
Interaksi :
● Penggunaan FLUCONAZOLE dan TACROLIMUS secara bersamaan dapat menyebabkan peningkatan paparan tacrolimus dan
risiko toksisitas tacrolimus, termasuk perpanjangan interval QT.
● Penggunaan FLUCONAZOLE dan METHADONE secara bersamaan dapat menyebabkan peningkatan paparan metadon dan
risiko perpanjangan interval QT.
Kategori kehamilan : D (FDA)
Cara Penyimpanan : Tablet fluconazole sebaiknya disimpan di bawah suhu 30 C.
Cara Penggunaan : Dikonsumsi baik sebelum maupun sesudah makan IBM MIcromedex
PIONAS BPOM.
Flukonazol.https://pionas.pom.go.id/monografi/flukonazol
Butenafin
Tidak ada di Indonesia
Topikal
Dosis :
● Tinea corporis, Tinea Cruris → terapkan secara topikal ke daerah yang terkena sekali sehari selama 2 minggu
● Tinea Pedis → terapkan secara topikal dua kali sehari selama 7 hari atau sekali sehari selama 4 minggu
Rute : Topikal
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap butenafin
Efek samping : Dermatologi: Dermatitis kontak (kurang dari 2% ), Eritema (kurang dari 2% ), Gatal (kurang dari 2% ), Iritasi kulit
(kurang dari 2% )
Interaksi : Quinidine, Progesterone, Tacrolimus, Amphotericin B, Busulfan, Cisapride
Kategori kehamilan : C (FDA)
Cara Penyimpanan : Simpan di suhu antara 5-30°C.
Cara Penggunaan : Anjurkan pasien untuk kulit harus bersih dan kering sebelum aplikasi. Oleskan produk untuk menutupi area yang
terkena dan kulit di sekitarnya. Jangan gunakan pembalut oklusif.
Informasi & Edukasi :
● Pasien harus melaporkan jika tidak ada perbaikan gejala setelah 3 sampai 4 minggu.
● Anjurkan pasien untuk menghindari kontak dengan mata, hidung, mulut, dan selaput lendir lainnya.
● Hindari kontak dengan/mata atau selaput lendir lainnya. Hindari pembalut oklusif. IBM MIcromedex : Butenafine
MIMS : Butenafine
Ciclopirox
Tidak ada di Indonesia
dalam bentuk gel
Dosis : tinea → Pijat lembut gel 0,77% secara topikal ke area yang terkena dan kulit di sekitarnya
dua kali sehari, di pagi dan sore hari segera setelah membersihkan atau mencuci area yang akan dirawat selama 4
minggu
Rute : Topikal
Kontraindikasi : Hipersensitivitas; pembungkus/pembalut oklusif.
Efek samping : Dermatologis: Reaksi situs aplikasi (1% ), Gatal, Meningkat (1% )
Topikal
Interaksi :-
Kategori kehamilan :B
Cara Penyimpanan : Simpan antara 15-30°C
Cara Penggunaan : Pijat lembut gel
Informasi & Edukasi :
● Hindari kontak dengan mata. Hanya untuk pemakaian luar.
● bilas mata secara menyeluruh dengan air jika terjadi kontak
● sensitivitas atau iritasi telah dilaporkan; hentikan penggunaan jika terjadi IBM MIcromedex : Ciclopirox
MIMS : Ciclopirox
Miconazol nitrat
Topikal
Dosis : tinea → terapkan secara topikal ke daerah yang terkena dampak dua kali sehari
Rute : topikal
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Efek samping : dermatitis kontak
Interaksi : Penggunaan MICONAZOLE dan WARFARIN secara bersamaan dapat menyebabkan
peningkatan INR dan peningkatan risiko perdarahan.
Kategori kehamilan :C
Cara Penyimpanan : Simpan di suhu 4°C
Cara Penggunaan : aplikasikan secara topikal
Informasi & Edukasi :
● Penghentian sensitisasi dan iritasi terjadi. Hindari kontak dengan/mata.
Dosis : Dewasa: Sebagai krim, lotion, larutan 1%: Oleskan tipis-tipis pada area yang terkena 2/3x sehari.
Lanjutkan pengobatan setidaknya selama 4 minggu (infeksi dermatofita) atau minimal 2 minggu (infeksi kandida).
Kontraindikasi : Hipersensitivitas
Efek samping : Peningkatan iritasi kulit (kemerahan, gatal, terbakar, melepuh, bengkak, mengeluarkan cairan)
Interaksi :-
Kategori kehamilan: B
Cara penyimpanan: Lindungi dari suhu panas atau dingin
KIE :
● Instruksikan pasien yang menggunakan formulasi topikal untuk tidak menggunakan pembalut oklusif di area yang
dirawat.
IBM MIcromedex
MIMS Indonesia. Clotrimazole. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/clotrimazole?mtype=generic
Tidak ada di Indonesia
Efinaconazole
IBM MIcromedex
MIMS Indonesia. Efinaconazole. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/efinaconazole?mtype=generic
Tidak ada di Indonesia
Tavaborole
Dosis : Dewasa: Oleskan secara topikal ke kuku kaki yang terinfeksi sekali sehari selama 48 minggu; menutupi kuku
sepenuhnya, termasuk permukaan bawah
Kontraindikasi :-
Efek samping: Situs aplikasi eritema, dermatitis, kuku tumbuh ke dalam, pengelupasan kulit
Interaksi :-
Kategori kehamilan: X
Cara penyimpanan: Lindungi dari suhu panas atau api
KIE :
● Hindari penggunaan di dekat api terbuka atau panas berlebihan karena produk mudah terbakar
● Efek samping mungkin termasuk kuku tumbuh ke dalam atau dermatitis situs aplikasi, eritema, atau pengelupasan kulit
● Beri tahu pasien untuk melaporkan iritasi persisten di tempat aplikasi (yaitu, kemerahan, gatal, bengkak)
● Anjurkan pasien untuk mengoleskan obat ke seluruh permukaan kuku kaki yang terinfeksi serta di permukaan bawahnya
● Anjurkan pasien untuk membersihkan dan mengeringkan kuku sebelum pemberian. Biarkan larutan mengering sepenuhnya
setelah diaplikasikan
● Anjurkan pasien untuk menghindari kontak dengan kulit. Seka larutan berlebih dari kulit di sekitarnya
● Peringatkan pasien bahwa obat ini bukan untuk penggunaan oral, oftalmik, atau intravaginal
IBM MIcromedex
MIMS Indonesia. Amorolfine. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/amorolfine?mtype=generic
Tidak ada di Indonesia
Amorolfine
Dosis : Dewasa: Sebagai krim 0,25%: Oleskan ke area yang terkena sekali sehari, sebaiknya di malam
hari. Lanjutkan pengobatan selama 3-5 hari setelah penyembuhan klinis tercapai. Durasi pengobatan: 2-3 minggu
(hingga 6 minggu untuk mikosis kaki).
Kontraindikasi : Hipersensitivitas
Efek samping : Hipersensitivitas sistemik atau lokal, eritema, urtikaria, melepuh
Interaksi :-
Kategori kehamilan: -
Cara penyimpanan: Simpan pada suhu <25 C
KIE :
● Obat ini dapat menyebabkan reaksi alergi, beberapa dapat menjadi serius. Jika hal ini terjadi, hentikan
pengaplikasian produk, segera bersihkan produk dengan penghapus pernis kuku atau penyeka pembersih
yang disertakan dengan kemasan dan hubungi bantuan medis.
● Produk tidak boleh digunakan secara berulang kali
IBM MIcromedex
MIMS Indonesia. Amorolfine. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/amorolfine?mtype=generic
Amorolfine. https://www.medicines.org.uk/emc/product/12670/pil#gref
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
and infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution
Klarifikasi
Obat2 yg ada di indonesia
05 KIE Pasien
Tanda dan Gejala
US Centers for Disease Control and Prevention. Vaginal Candidiasis. Available at: https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/genital/index.html#one
DiPiro, J.T., et al., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 10th Edition, McGraw Hill, New York.
NHS Oxfordshire Clinical Commissioning Group. Investigation and Management of Vaginal Discharge in Adult Women. Available at:
https://www.ouh.nhs.uk/microbiology/diagnostic-tests/atoz/documents/discharge.pdf
Perbedaan keputihan
Bacterial vaginosis Trichomoniasis Vulvovaginal candidiasis
Tidak ada keluhan tidak Gatal, dyspareunia, dysuria, Gatal, dyspareunia, dysuria,
nyaman dan gatal tidak nyaman tidak nyaman
Umum
Tanpa komplikasi:
Topikal
● Krim imidazol: mikonazol, klotrimazol, dan butoconazol, selama
3-7 hari.
● Nistatin intravagina, 1 kali/hari, selama 10-14 hari. Aman untuk
wanita hamil.
Sistemik
● Flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Infeksi berat akut
● Flukonazol 150 mg diberikan setiap 72 jam dengan total 2 s.d. 3
dosis
Kandidiasis vulvovaginal rekuren (kambuh ≥4x/tahun)
● Flukonazol topikal atau oral selama 10-14 hari dilanjutkan
dengan flukonazol 150 mg/minggu selama 6 bulan.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2017). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Diakses dari: https://perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
TUJUAN TERAPI
● Tujuan terapi adalah penyelesaian lengkap gejala pada pasien dengan VVC
simtomatik.
● Tes penyembuhan tidak diperlukan jika gejalanya sembuh.
● Agen antimikotik yang digunakan dalam mengobati VVC tidak memenuhi definisi
sebagai agen fungisida karena tingkat pembunuhannya yang lebih lambat.
● Pada akhir terapi, jumlah organisme yang layak turun di bawah kisaran yang
dapat dideteksi. Namun, pada 6 minggu setelah pengobatan, 25% hingga 40%
wanita akan memiliki kultur ragi positif dan tetap tanpa gejala.
● Kolonisasi tanpa gejala dengan spesies Candida tidak memerlukan terapi.
03
Algoritma dan Pilihan
Terapi
Algoritma terapi
British Association for Sexual Health and HIV. 2020. National guideline for the management of vulvovaginal
candidiasis. Dari
https://www.guidelines.co.uk/womens-health/bashh-vulvovaginal-candidiasis-guideline/455164.article
Algoritma Terapi
Pediatri
Terapi non-farkol:
Saskatchewan Registered Nurses Association. (2019). Vulvovaginitis : Adult & Pediatric. Retrieved
October 5,2020 from
https://www.srna.org/wp-content/uploads/2019/11/Vulvovaginitis-Adult-Pediatric-CDT-2019.pdf
Pediatric Vulvovaginitis from https://www.childrens.com/specialties-services/conditions/vulvovaginitis
Algoritma Terapi Ibu Obat antijamur dan kategori risiko pada kehamilan
Hamil
● Ibu hamil sebaiknya tidak diberikan obat
sistemik
● Flukonazol dan Itrakonazol sebaiknya tidak
diberikan pada ibu hamil dan menyusui atau
anak dibawah 12 tahun
● Perawatan untuk kandidiasis vulvovaginal
selama kehamilan → klotrimazol lokal,
terutama selama trimester pertama, untuk
menghindari malformasi janin dan keguguran.
○ Clotrimazole vaginal tablet 500 mg sekali
Pilmis B, Jullien V, Sobel
atau 200 mg sekali setiap hari selama J, Lecuit M, Lortholary
O, Charlier C. Antifungal
tiga hari drugs during pregnancy:
an updated review. J
Antimicrob Chemother.
2015 Jan;70(1):14-22.
doi:
10.1093/jac/dku355.
Epub 2014 Sep 8. PMID:
25204341.
Sherrard J, Donders G, White D, Jensen JS; European IUSTI. European (IUSTI/WHO) guideline on the management of vaginal discharge, 2011. Int J STD AIDS. 2011 Aug;22(8):421-9. doi:
10.1258/ijsa.2011.011012. PMID: 21795415.
Farr A, Effendy I, Frey Tirri B, Hof H, Mayser P, Petricevic L, Ruhnke M, Schaller M, Schaefer APA, Sustr V, Willinger B, Mendling W. Guideline: Vulvovaginal candidosis (AWMF 015/072, level S2k).
Mycoses. 2021 Jun;64(6):583-602. doi: 10.1111/myc.13248. Epub 2021 Feb 27. PMID: 33529414; PMCID: PMC8248160.
04
Kasus : Pilihan Terapi
Telaah Kasus
Seorang pasien Ny. Kim (32 tahun) mengeluhkan sering gatal pada daerah vagina. Dokter
mendiagnosis dengan keputihan yang disebabkan oleh Candida albicans. Dokter memberikan terapi
berupa fluconazole single dose. Gejala hilang namun dia merasakan kembali 3 hari kemudian
keputihan yang berwarna putih, kering, curd-like dan tidak berbau. Karena dokternya sedang tutup
pasien ini datang kembali ke farmasi untuk merekomendasikan obat untuknya.
Rekomendasi :
Terapi Awal : Flukonazol oral 100 mg, 150 mg, atau 200 mg setiap tiga hari dengan total 3
dosis selama satu minggu [hari 1, 4, dan 7]
Dosis Pemeliharaan : Flukonazol oral (yaitu dosis 100 mg, 150 mg, atau 200 mg) setiap
minggu selama 6 bulan
Sarankan pasien untuk melakukan pengujian dan evaluasi secara klinis. pasangan seks juga sebaiknya
melakukan pemeriksaan dan terapi
Monitoring ESO
● Topikal : Efek samping yang sering terjadi adalah dermatitis kontak, rasa terbakar
● Vaginal : iritasi, rasa terbakar, gatal, kram pada perut
micromedex
Nystatin Monitoring
● Symptomatic improvement
● Reaksi lokal → alergi, rasa terbakar, gatal
● Toksisitas dermal → ruam, sindrom stevens-johnson
miromedex
06
KIE
Ferry 1906404431
Rizky Muhammad Akbar 1906404625
Fluconazole (Oral)
Fluconazole 150 mg
→ Untuk kandidiasis vulvovaginal rekuren, berikan selama 10-14 hari
dilanjutkan dengan 150 mg/minggu selama 6 bulan → PERDOSKI
Cara Penggunaan → Untuk kandidiasis vulvovaginal rekuren, berikan 150 mg setiap hari
ketiga untuk total 3 dosis (Hari 1, 4, dan 7), diikuti 150 mg setiap
minggu selama 6 bulan. → MIMS
Tablet atau Bubuk untuk Suspensi Oral
→ Simpan di bawah 30℃
Cara Penyimpanan Bubuk yang dilarutkan untuk Suspensi Oral
→ Simpan antara 5-30℃. Jangan dibekukan
Reaksi anafilaksis, mual-muntah, urtikaria, demam, Steven-Johnson
Potensi Efek Samping Syndrome, vertigo, mulut kering
● Tidak boleh diberikan pada anak-anak berusia dibawah 12
tahun, ibu menyusui, dan ibu hamil.
Perhatian ● Dapat menyebabkan pusing atau kejang, Jangan mengemudi
atau mengoperasikan mesin ketika mengonsumsi obat.
● Dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2017). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Diakses dari: https://perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
Halodoc. (2022). Fluconazole 150 mg Kapsul. Diakses dari: https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/fluconazole-150-mg-kapsul
MIMS. (2022). Fluconazole. Diakses dari: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/fluconazole?mtype=generic
Itraconazole (Oral)
Itraconazole 200 mg, 2 kali sehari, selama 1 hari atau
Cara Penggunaan Itraconazole 200 mg, 1 kali sehari, selama 3 hari → PERDOSKI
dan MIMS
● Kapsul: Simpan antara pada suhu 15-25℃, hindari dari
cahaya dan kelembapan
● Larutan oral: Simpan pada suhu dibawah 25℃. Jangan
Cara Penyimpanan dibekukan
● Infus: Simpan dibawah suhu 25℃. Jangan dibekukan dan
lindungi dari cahaya
Mual-muntah, diare, nafsu makan menurun, hipertensi, demam,
Potensi Efek Samping sakit kepala, pusing, anafilaksis.
● Tidak boleh diberikan pada anak-anak berusia dibawah 12
tahun, ibu menyusui, dan ibu hamil.
● Dapat menyebabkan pusing atau mengantuk, Jangan
Perhatian mengemudi atau mengoperasikan mesin ketika
mengonsumsi obat.
● Minum obat segera setelah makan.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2017). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Diakses dari: https://perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
Halodoc. (2022). Fluconazole 150 mg Kapsul. Diakses dari: https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/fluconazole-150-mg-kapsul
MIMS. (2022). Itraconazole. Diakses dari: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/itraconazole?mtype=generic
Ketoconazole (Oral dan Topikal)
Ketoconazole Kapsul -- PERDOSKI
→ Berikan 200 mg, 2 kali setiap hari selama 5 hari.
Cara Penggunaan Ketoconazole Krim → MIMS
→ Aplikasikan 2% Ketokonazol 1-2 kali sehari selama 2-3
minggu
● Tablet: Simpan pada suhu 20-25℃.
Cara Penyimpanan ● Krim: Simpan pada suhu dibawah 25℃ dan lindungi
dari cahaya.
Topikal
---> Sensasi terbakar, pruritus
Potensi Efek Samping Oral
→ Mual-muntah, Anafilaksis, Hepatotoksisitas.
● Tidak dianjurkan untuk pembaikan jangka panjang.
● Dapat menyebabkan pusing dan mengantuk ketika
dikonsumsi secara oral, Jangan mengemudi atau
Perhatian mengoperasikan mesin ketika mengonsumsi obat.
● Hindari paparan api selama atau setelah aplikasi
● Hindari kontak dengan mata atau selaput lendir
lainnya.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2017). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Diakses dari: https://perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
Halodoc. (2022). Ketoconazole 200 mg 10 Tablet. Diakses dari: https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/ketoconazole-200-mg-10-tablet
MIMS. (2022). Ketoconazole. Diakses dari: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ketoconazole?mtype=generic
Clotrimazole (Topikal)
Clotrimazole 1% (Krim) → MIMS
→ Aplikasikan 2-3 kali sehari selama minimal 2 minggu
Clotrimazole (Pessary Intravaginal) → PERDOSKI
Cara Penggunaan → 200 mg selama 3 hari atau 500 mg sebagai dosis tunggal.
● Masukkan aplikator yang sudah terdapat tablet ke dalam vagina secara
perlahan sejauh yang anda bisa dan rasa nyaman kemudian tekan tombol
pada aplikator untuk melepaskan tablet.
Cara Penyimpanan Simpan dalam suhu 20-25℃.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2017). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Diakses dari: https://perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
Halodoc. (2022). Nystatin 100000 IU 10 Ovula (Tablet Vaginal). Diakses dari: https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/nystatin-100000-iu-10-ovula-tablet-vaginal
MIMS. (2022). Nystatin. Diakses dari: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/nystatin?mtype=generic
Terapi
Nonfarmakologi Edukasi
● Menghindari konsumsi alkohol selama ● Hindari bahan iritan lokal, misalnya
produk berparfum
hingga 24 jam pasca selesai regimen
● Hindari pemakaian bilas vagina
● Menghindari kontak seksual selama ● Hindari pakaian ketat atau dari bahan
diberikan regimen atau menggunakan sintetik (kalau bisa yang menyerap
kondom keringat).
● Membasuh area vagina dengan ● Hindari penggunaan handuk atau
rebusan daun sirih merah selama 3 hari pakaian bergantian dengan orang lain.
- 2 minggu Cuci handuk yang kemungkinan
terkontaminasi.
● Hilangkan faktor predisposisi:
hormonal, pemakaian kortikosteroid
dan antibiotik yang terlalu lama,
kegemukan.
● Jaga hygiene (kebersihan) tubuh
Sherrard J, Wilson J, et al. 2018 European (IUSTI/WHO) Guideline on the
Management of Vaginal Discharge. Int J STD AIDS. 2018;1–6. ● Jaga agar kulit area infeksi tidak lembab
Ammalia Rahmah Maulidiyah, . (2020) INTERVENSI NON FARMAKOLOGI UNTUK
MENGATASI KEPUTIHAN PADA WANITA : Literature Review. Skripsi thesis,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Farmakoterapi 3C Kelompok 6
Candidiasis Orofaringeal
Kelompok 6 - Farmakoterapi 3-C 2022
Ahmad Ghazali Alfarizi (1906405035)
Denisa Alika Masyhud (1906404562)
Haezel M.C. (1906347451)
Kadzia Nazhiva Fikra (1906404846)
Maimunah (1906404594)
Meilani Velvina Losso (1806265141)
Rulaa Azzah Amalia (1906404575)
Syafura Az-Zahra (1906404423
Vetra Gracia (1906405086)
Tasya Nabila Nevilda (1906405092)
Farmakoterapi 3C Kelompok 6
01.
Definisi, Tanda,
dan Gejala
Haezel (1906347451)
Maimunah (1906404594)
Definisi
Kandidiasis orofaringeal adalah
infeksi pada lidah dan area mukosa
oral yang memiliki ciri khas, yaitu :
pertumbuhan jamur (C. albicans)
berlebihan dan invasi pada
jaringan superfisial
Istilah lain :
Thrush
Vila, T., Sultan, A. S., Montelongo-Jauregui, D., & Jabra-Rizk, M. A. (2020). Oral candidiasis: a disease
of opportunity. Journal of Fungi, 6(1), 15.
Etiologi
Faktor lokal Faktor sistemik
Disfungsi saliva (berkurangnya faktor antimikroba pada Tingkat sistem imun (anak dan geriatri)
saliva)
Kurangnya kebersihan mulut Antibiotik spektrum luas (mengubah flora normal lokal)
Defisiensi nutrisi
Vila, T., Sultan, A. S., Montelongo-Jauregui, D., & Jabra-Rizk, M. A. (2020). Oral candidiasis: a disease
of opportunity. Journal of Fungi, 6(1), 15.
Tanda & Gejala Klinis
Kandidiasis akut
pseudomembran
Median
Kandidiasis atropik eritema
rhomboid
kronis
glositis
Kronik Kandidiasis
Angular cheilitis hiperplastik
kronik
Vila, T., Sultan, A. S., Montelongo-Jauregui, D., & Jabra-Rizk, M. A. (2020). Oral candidiasis: a disease
of opportunity. Journal of Fungi, 6(1), 15.
Gambaran klinis
A = Kandidiasis
orofaring
B = Kandidiasis
pseudomembran akut
C = Stomatitis
D = Angular cheilitis
Vila, T., Sultan, A. S., Montelongo-Jauregui, D., & Jabra-Rizk, M. A. (2020). Oral candidiasis: a disease
of opportunity. Journal of Fungi, 6(1), 15.
Perbedaan Kandidiasis Orofaringeal dengan Sariawan
Sariawan atau dikenal sebagai canker sore (aphthous ulcer) disebabkan oleh stomatitis aphthous yang
menghasilkan ulkus berulang (recurrent) dan menyakitkan
Sariawan terjadi pada selaput lendir (mukosa) mulut non-keratin → permukaan labial (dekat bibir) atau bukal
(dekat pipi), langit-langit dan dasar mulut, permukaan ventral (ujung depan) atau lateral (samping) lidah, dekat
tonsil, dan gusi dekat gigi
Penyebab = idiopatik dan multifaktorial (trauma loka, stres, alergi, paparan toksin, atau perubahan mikrobiom di
rongga mulut → tidak disebabkan oleh infeksi
Jenis Sariawan
● Minor = ulkus berukuran kecil (8-10 mm) dan dapat sembuh 10-14 hari (tanpa ada bekas)
● Mayor = ulkus berukuran besar (1 cm) dan bertahan hingga 6 minggu (ada bekas jaringan parut)
Plewa MC, Chatterjee K. Aphthous Stomatitis. [Updated 2022 Aug 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431059/
Preeti, L., Magesh, K., Rajkumar, K., & Karthik, R. (2011). Recurrent aphthous stomatitis. Journal of oral and maxillofacial pathology : JOMFP, 15(3), 252–256. https://doi.org/10.4103/0973-029X.86669
Mayoclinic. (2022). Canker Sores. Diakses pada 21 November 2022 dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/canker-sore/symptoms-causes/syc-20370615
Pramono, A. (2017). Ulkus. Dikase pada 21 November 2022 dari http://repository.unimus.ac.id/1496/3/SKRIPSI%20Bab%20II.pdf
Preeti, L., Magesh, K., Rajkumar, K., & Karthik, R. (2011). Recurrent aphthous stomatitis. Journal of oral and maxillofacial pathology : JOMFP, 15(3), 252–256. https://doi.org/10.4103/0973-029X.86669
Terai, H., Ueno, T., Suwa, Y., Omori, M., Yamamoto, K., & Kasuya, S. (2018). Candida is a protractive factor of chronic oral ulcers among usual outpatients. The Japanese dental science review, 54(2), 52–58. https://doi.org/10.1016/j.jdsr.2017.12.001
● Layanan kesehatan dapat mengambil lesi (sampel) untuk diperiksa di bawah mikroskop →
terdapat pseudohifa dan ragi sehingga terkonfirmasi diagnosisnya (biasanya hal ini tidak
diperlukan)
● Jika setelah terapi antijamur tidak ada resolusi gejala
○ Dilakukan kultur → untuk menentukan spesies yang menginfeksi dan adanya
kemungkinan resistensi obat
○ Dilakukan endoskopi → dengan memeriksa saluran pencernaan menggunakan tabung
dengan lampu dan kamera
CDC. (2022). Candida infections of the mouth, throat, and esophagus. Diakses pada 21 November 2022 dari https://www.cdc.gov/fungal/diseases/candidiasis/thrush/index.html
Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. 2020. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 11th Ed. New York: McGraw-Hill.
Farmakoterapi 3C Kelompok 6
02.
Tujuan Terapi
Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. 2020. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 11th Ed. New York: McGraw-Hill.
Farmakoterapi 3C Kelompok 6
03.
Terapi alternatif
& Algoritma
Kadzia Nazhiva Fikra (1906404846)
Meilani Velvina Losso (1806265141)
Rulaa Azzah Amalia (1906404575)
Umum
Penatalaksanaan
● Memperbaiki status gizi dan menjaga kebersihan oral
● Kontrol penyakit predisposisinya
● Gentian violet 1% (dibuat segar/baru) atau larutan nistatin 100.000-200.00 IU/ml yang dioleskan
2-3 kali selama 3 hari
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Umum
Mild Diseases
Fluconazole Oral (kapsul) 100-200 mg Satu kali sehari selama 7-14 hari
Fluconazole-Refractory Disease
Posaconazole Suspensi 400 mg dua kali sehari selama 3 hari, dilanjutkan satu
kali sehari setelahnya selama hingga 28 hari
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Pappas, P., Kauffman, C., Andes, D., Clancy, C., Marr, K., & Ostrosky-Zeichner, L. et al. (2016). Executive Summary: Clinical Practice Guideline for the Management of Candidiasis: 2016 Update by the Infectious Diseases
Society of America. Clinical Infectious Diseases, 62(4), 409-417. https://doi.org/10.1093/cid/civ1194
Pediatri
Farmakologi
● Lini pertama: Nistatin topikal suspensi 100.000 unit/1mL, berikan 1mL ke dalam rongga bukal,
empat kali sehari selama 7-14 hari. Nistatin direkomendasikan sebagai pengobatan awal untuk
bayi imunokompeten
● Lini kedua: Flukonazol oral 6mg/kg pada hari pertama diikuti 3mg/kg sekali sehari selama 14
hari
ATAU
Gel miconazole 2% topikal (HANYA pada anak di atas 6 bulan) (6 bulan-2 tahun 1,25ml/dosis) (>2
tahun 2,5ml /dosis) diterapkan pada area bukal empat kali per hari selama 7-14 hari
*Terapi alternatif dapat diberikan Gentian violet (0,5% atau 1%) dioleskan ke mukosa bukal sekali
atau dua kali sehari
Campbell, Anita & Mcleod, Charlie & Blyth, Christopher. (2016). Treating Common Fungal Infections in Children. Current Pediatrics Reports. 4. 10.1007/s40124-016-0110-7.
MIMS Paediatrics. Candidiasis. https://specialty.mims.com/candidiasis%20(pediatric)/treatment
Pediatri
Non Farmakologi
● Selalu cuci tangan dengan baik sebelum dan sesudah menyentuh mulut anak atau benda-benda
yang pernah menyentuh mulutnya.
● Pastikan anak minum banyak cairan agar tidak mengalami dehidrasi.
● Mensterilkan dot botol bayi setelah digunakan. Lakukan dengan menempatkan puting botol
susu dalam air mendidih selama 10 menit. Biarkan puting menjadi dingin sebelum digunakan.
● Batasi menyusui dan pemberian susu botol hingga 20 menit. Mengisap dalam waktu lama dapat
meningkatkan iritasi.
● Untuk ibu yang menyusui:
○ Bersihkan setiap payudara dengan air dan keringkan setelah menyusui.
○ Jika payudara menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti nyeri atau kemerahan, hubungi
penyedia layanan kesehatan.
○ Jika menggunakan ASI dari pompa, semua bagian pompa perlu disterilkan
Caspofungin C Clotrimazole B
04.
Pilihan
Terapi
Syafura Az-Zahra 1906404423
Vetra Gracia 1906405086
Farmakoterapi 3C Kelompok 6
Kasus
Pseudomembranous Neonatus, pasien dengan HIV Plak putih kekuningan lunak di area eritema pada
(Thrush) atau kanker, lansia, perokok mukosa bukal, lesi pada lidah dorsum
Eritematosa (acute Pasien HIV, pengguna inhaler Mukosa eritematosa yang sedikit nyeri, bercak
atrophic) antibiotik spektrum luas merah di langit-langit mulut
Hiperplastik (candidal Perokok, jarang pada pasien HIV Plak keratolitik yang tebal dan putih di perbatasan
leukoplakia) lidah
Angular Cheilitis Pasien HIV, pemakai gigi palsu Lesi merah, ulseratif, retak atau pecah yang
menyakitkan di salah satu atau kedua sudut mulut
Denture Stomatitis Lansia yang memakai gigi palsu Lesi merah dan rata pada mukosa di bawah gigi
(chronic atrophic) palsu
Dipiro, J. T. (2008). Pharmacotherapy: A pathophysiologic approach, 7th ed. New York: McGraw-Hill Medical.
Weight management app pitch deck By Slidesgo
Diagnosis
● Usia pasien : 5 tahun
● Riwayat : kemoterapi
leukemia siklus kedua Kandidiasis Orofaringeal :
● Tanda fisik : terdapat Pseudomembranous (Thrush)
putih-putih di sekitar
lidah
Farmakoterapi 3C Kelompok 6
Suspensi Nistatin
Regimen Dosis ● 100.000 IU/mL, diberikan 1 mL, 4 kali
sehari (IAP)
● 100.000-200.000 IU/mL, dioleskan 2-3
kali sehari (PPK)
Rute Oral
Garg, P., & Marpalli, R. (2022). Standard treatment guidlines 2022 : oral thrush (oral candidiasis). India : IAP
Indonesia, I. D. (2017). Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 162, 364.
Farmakoterapi 3C Kelompok 6
Parameter Monitoring
Terapi dikatakan efektif Jika gejala dari kandidiasis orofaringeal mereda dengan cepat komplikasi
dapat dicegah tanpa mengalami kekambuhan dini setelah memanfaatkan
seluruh terapi yang direkomendasikan.
Peredaan/peringanan secara secara umum terjadi dalam 48-72 jam (2-3 hari) setelah terapi dimulai, tetapi
simptomatik bisa dikatakan sempurna dalam 7-10 hari.
Pasien yang mengalami HIV dilihat dari kejadian kandidiasis orofaringeal yang difollow-up secara rutin.
Pasien yang mengalami dilihat dari suhu dan tanda penyebaran kandidiasis lebih sering.
neutropenia
Obat antifungal yang efikatif dilihat dari segi kepatuhan pasien pada regimen pengobatan yang diberikan
Dipiro, J. T., et al. (2011). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 8th Edition. USA : The McGraw-Hill Companies
Farmakoterapi 3C Kelompok 6
Parameter Monitoring
Keberhasilan Terapi
- Pemeriksaan subjektif gejala klinis: bicara Terkait ESO
jelas, dapat makan dan minum (jamur tidak
mengganggu aktifitas di mulut). - Iritasi/reaksi hipersensitivitas
mukosa oral: seperti rasa perih,
- Uji kultur fungi (jika diperlukan) → hasil ruam, atau pruritus
negatif Candida albicans. - Stevens-Johnson syndrome
- Dilakukan pada pasien yang tidak - Toksisitas GI : diare, mual,
merespons terapi dengan baik untuk muntah (biasanya terjadi pada
menentukan spesies yang menginfeksi dan penggunaan dosis tinggi)
untuk memprediksi kemungkinan resistensi
obat
Micromedex
Masuku, W. D. M., Angriany, D., Winias, S., & Parmadiati, A. E. Penanganan kandidiasis orofaring pada pasien Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) dengan nilai CD4 dibawah 10 sel/µL: laporan kasus.
Hardjono, Sri Budiarti Wonso; Subagyo, Goeno. Kandidiasis di Mulut akibat Khemoterapi dan Penatalaksanaannya. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, [S.l.], p. 173-177, oct. 2016. ISSN 2442-2576. Available at: <https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article/view/15416>.
Farmakoterapi 3C Kelompok 6
06.
Terapi
Non-Farmakologi &
KIE Obat
Ahmad Ghazali Alfarizi (1906405035)
Denisa Alika Masyhud (1906404562)
Tasya Nabila N (1906
Terapi Non-Farmakologi
Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. 2020. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 11th Ed. New York: McGraw-Hill.
Terapi Non-Farmakologi
Merawat secara rutin rongga mulut dengan cara :
1. Sikat gigi
- Membersihkan gigi dan gusi dengan sikat gigi yang lembut 2-3 kali setiap hari selama 2-3 menit
- Mengeringkan sikat gigi jika tidak digunakan (jangan lembab)
- Memilih pasta gigi: dengan rasa yang tidak terlalu kuat agar tidak mengiritasi mulut; jika pasti gigi
mengiritasi mulut, kumur-kumur dengan larutan yang terdiri dari 1 sendok teh garam dalam 240 ml
air; gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
- Telaten dalam mengganti sikat gigi setelah beberapa lama digunakan
2. Kumur
- Kumur-kumur mulut 3-4 kali setiap kali menyikat gigi
- Hindari berkumur dengan bahan-bahan yang mengandung alkohol
- Salah satu bahan untuk berkumur yang dapat digunakan:
- 1 sendok teh garam dalam 960 ml air
- 1 sendok teh natrium bikarbonat dalam 240 ml air
- Obat kumur yang mengandung antibakteri dapat digunakan 2-4 kali setiap hari untuk mengatasi masalah
pada gusi
Lubis, Bidasari dan Silvana, Sisca. (2007). Perawatan Rongga Mulut Pada Pasien Kanker Anak. Indonesian Journal of Cancer 4, 149-152
Fluconazole
Indikasi Candidiasis Orofaringeal
Dosis Dewasa : 200-400 mg pada hari pertama, diikuti dengan 100-200 mg sekali sehari selama 7-21 hari
(sampai penyakit mereda).
anak : 6mg / kg, diikuti 3 mg / kg tiap 72 jam. Maks: 12 mg / kg 72 jam.
Cara Penggunaan Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Ambil dosis yang terlewat segera setelah ingat. Jika
hampir waktunya untuk dosis berikutnya, lewati dosis yang terlewat dan kembali ke jadwal dosis
normal
Efek Samping Mual dan muntah, sakit kepala nausea, sakit perut, diare, kembung; gangguan enzim
hati;kadang-kadang ruam
Cara Penyimpanan Disimpan pada suhu ruangan (20oC-25oC), serta jauhkan dari paparan sinar matahari
langsung dan jangkauan anak-anak
Kontraindikasi Hipersensitivitas , Perhatian khusus : kehamilan dan menyusui; anak-anak; tidak diindikasikan
untuk infeksi jamur sistemik, gangguan hati.
Efek Samping mual, muntah, sensasi mulut, nyeri abdominal, reaksi alergi
Dosis Dewasa: 100.000 IU/mL, 4 kali sehari. Pengobatan bisa dilakukan selama 7–14 hari.
Anak-anak: 100.000 IU/mL, 4 kali sehari.
Kontraindikasi Hipersensitifitas, Perhatian khusus : Pasien immunocompromised, sediaan oral tidak dimaksudkan untuk pengobatan mikosis
sistemik, anak-anak, kehamilan dan menyusui
Efek Samping iritasi lokal dan sensitisasi, mual, muntal, diare pada dosis tinggi, iritasi oral dan sensitisasi, ruam
Dosis Dewasa: 1 ml suspensi oral 100 mg / ml 4 kali sehari disimpan di mulut selama beberapa menit sebelum
menelan atau 10 mg loz dilarutkan di mulut 4 kali sehari, ditingkatkan menjadi 8 loz setiap hari jika perlu atau
Tab 100-200 mg 4 kali/ hari.
Kontraindikasi Hipersensitivitas; laktasi; jangan berikan kepada pasien yang menerima antineoplastik
Cara Paparan cahaya, panas, air dan kelembaban dapat merusak kandungan obat. Simpan di tempat yang sejuk dan
Penyimpanan kering atau di bawah suhu 30°C.
Dosis Dewasa: Letakkan 50 mg secara bukal ke daerah gusi atas di atas gigi seri sekali sehari di pagi hari selama 14 hari
(dosis FDA)
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap miconazole, konsentrat protein susu, atau komponen produk apa pun
Efek Samping Diare, Mual,muntah, indra pengecap berubah, nyeri perut bagian atas, sakit kepala
Cara Penyimpanan Simpan pada suhu 15 - 30oC, lindungi dari lembab, panas, dan cahaya
Cara Penggunaan Pemberian oral. Diberikan dengan makanan. Diminum segera setelah
makan lengkap.
Cara Penyimpanan Disimpan pada suhu antara 15-25oC. Terlindung dari cahaya dan
kelembapan
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/itraconazole?mtype=generic
Posakonazol
Indikasi Oropharyngeal candidiasis
Dosis Dewasa → 100 mg sehari dua kali pada hari pertama, selanjutnya 100 mg sehari
sekali, selama 13 hari (suspensi oral)
Cara Penggunaan Pemberian oral, diminum dengan makanan. Ambil dengan makan lengkap atau
suplemen nutrisi cair pada pasien yang tidak bisa makan makanan lengkap
Efek Samping Sakit kepala, mual, nyeri perut, anoreksia, nyeri punggung, diare, pusing, mulut
kering
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/posaconazole?mtype=generic
Vorikonazol
Indikasi Aspergillosis invasif (sebagian besar disebabkan oleh Aspergillus fumigatus), kandidemia pada
pasien non-neutropenik, infeksi serius Candida (termasuk C. Krusei), kandidiasis esofagal
Dosis IV: Dewasa → 6 mg/kg setiap 12 jam pada hari pertama. Pemeliharaan: mg/kg setiap 12 jam
Oral: Dewasa → ≥40 kg: 400 mg (10 mL) setiap 12 untuk hari pertama, diikuti dengan 200 mg (5
mL) setiap 12 jam
Cara Penggunaan Dikonsumsi ketika perut kosong. Minum setidaknya satu jam sebelum atau setelah makan
Kontraindikasi Menyusui, pasien yang hipersensitif terhadap vorikonazol dan golongan azol lainnya.
Efek Samping Gangguan gastrointestinal, ikterus, hipotensi, nyeri dada, sinusitis, sakit kepala, pusing,
halusinasi, tremor
Cara Penyimpanan Intravena: Botol yang belum dilarutkan: Simpan antara 15-30°C. Konsentrat yang dilarutkan: Simpan
antara 2-8°C, stabil hingga 24 jam.
Oral: Tablet: Simpan antara 15-30°C. Bubuk untuk suspensi oral: Simpan antara 2-8°C. Susp oral yang
dilarutkan: Simpan antara 15-30 ° C (jangan didinginkan atau dibekukan), stabil hingga 14 hari.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/voriconazole?mtype=generic
https://pionas.pom.go.id/monografi/vorikonazol
Kaspofungin Asetat
Indikasi kandidiasis invasif, kandidiasis esofageal; kandidiasis orofaringeal;
aspergilosis invasif (pada pasien yang sukar disembuhkan atau intoleran
terhadap terapi lain).
Efek Samping Demam, sakit kepala, nyeri perut, nyeri, mual, muntah, diare
https://pionas.pom.go.id/monografi/kaspofungin-asetat
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/caspofungin?mtype=generic
Weight management app pitch deck By Slidesgo
TERIMA KASIH
Illustration by Smart-Servier Medical Art
Kasus 1
Kelompok 2 - Farmakoterapi 3C
ASMA
Nama Anggota
Abrarriani Euis Kartika 1906347823
Annisa Fitria Huda 1906287673
Desthiani Nabilah 1906287736
Fara Fanesa Z 1906404726
Hanifa Azzahra 1906404676
Maudini Safira 1906405060
Nadia Zahra Nooraisha 1906405155
Noer Luthfianeu Edsyah 1906404695
Rachma Allysa Vidya Putri A. 1906404732
Rannia Putri Isniendira 1906347760
Zahidah Raihanah 1806194076
KASUS 1
- Tn. S Usia: 58 tahun, Pekerjaan: Supir Pribadi
- Keluhan Utama: Sesak nafas sejak 4 jam sebelum datang berobat
- Sesak nafas muncul saat pasien baru bangun tidur dan terpapar udara dingin, disertai batuk berdahak
berwarna putih. Pasien berkomunikasi dalam beberapa kata. Terakhir kali muncul serangan sesak 6 bulan
yang lalu. Serangan sesak saat malam juga terakhir 6 bulan yang lalu. Pasien tidak menggunakan bantal
tinggi, tidak sesak saat berjalan. Pasien bukan seorang perokok.
- Riwayat penyakit dahulu: Asma (+) sejak kecil, Hipertensi (-), Jantung (-), DM (-)
- Riwayat penyakit keluarga: Ibu Tn. S menderita asma
- Tanda-tanda vital, tekanan darah: 110/80, Nadi: 92x/mnt, RRL 28x/mnt, Suhu: 36,3oC
- Auskultasi: Wheezing +/+, Ronkhi -/-, Fase ekspirasi lebih panjang dibandingkan fase inspirasi
- Assessment: Asma Bronkial Eksaserbasi akut, derajat serangan sedang.
01
Manifestasi Klinis
You can enter a subtitle here if you need it
Asma
Asma → penyakit heterogen, selalu dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis
di saluran napas
Terdapat riwayat gejala respirasi → mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk
yang intensitasnya berberda-beda berdasarkan variasi keterbatasan aliran udara
ekspirasi
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Manifestasi Klinis
Asma Kronis Asma Akut
Eksaserbasi dan remisi, sehingga pasien Episode perburukan gejala yang progresif
mungkin tidak menunjukkan gejala saat yang terjadi dalam beberapa hari atau jam,
pemeriksaan namun dapat berkembang cepat dalam 1-2
● Sesak napas, dada sesak, batuk jam
(terutama di malam hari), mengi, atau ● Cemas, dispnea, sesak napas, dada
suara siulan dari dada saat bernapas sesak, rasa terbakar
● Timbul akibat olahraga (sering terjadi), ● Hanya dapat mengucapkan beberapa
spontan, atau alergen kata setiap tarikan napas
● Dapat berupa gejala harian atau ● Mengi, batuk kering, takikardia,
intermiten takipnea, kulit pucat, hiperinflasi dada,
kejang hipoksia (jika sangat parah)
Dipiro, Joseph et al. (2017). Pharmacotherapy Handbook. 10th Edition. United States: McGraw-Hill Education.
Dipiro, JT., Yee, GC., Posey, LM.,, Haines, ST., Nolin, TD., Ellingrod, VL. (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach (11th Ed). New York: McGraw Hill.
02
Diagnosis Banding
You can enter a subtitle here if you need it
Diagnosis Banding
Dewasa Anak
● Rinosinusitis
● Refluks gastroesofageal
● Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ● Infeksi respiratorik bawah viral beruang
● Bronkitis kronik ● Displasia bronkopulmoner
● Gagal jantung kongestif ● Tuberkulosis
● Batuk kronik akibat lain-lain ● Malformasi kongenital yang menyebabkan
● Disfungsi larings penyempitan saluran respiratorik intratorakal
● Obstruksi mekanis ● Aspirasi benda asing
● Emboli paru ● Sindrom diskinesia silier primer
● Defisiensi imun
● Penyakit jantung bawaaan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/200ÿ Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma
Diagnosis Asma dengan PPOK
ASMA PPOK
Dapat ditemukan alergi, rinitis dan/ atau eksim Sesak saat aktivitas
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Petunjuk teknis penerapan pendekatan praktis kesehatan paru di Indonesia. Jakarta: Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Diagnosis Asma dengan Penyakit Lain
Penyakit Paru
Bronkitis Gagal Jantung
Gejala Asma Obstruksi
Kronik Kongestif
Kronik
Alergi terhadap
Iritasi pada Iritasi pada Hipertensi,
Penyebab hal tertentu dan
paru-paru (rokok) paru-paru iskemia, dll.
riwayat keluarga
Sesak ketika
Dada terasa
Sesak terutama berbaring dan
Kesulitan tertekan dan Biasanya hanya
ketika melakukan beraktivitas,
Bernapas menimbulkan timbul pada lansia
aktivitas fisik Menimbulkan
mengi
mengi
Dipiro, Joseph et al. (2017). Pharmacotherapy Handbook. 10th Edition. United States: McGraw-Hill Education.
Dipiro, JT., Yee, GC., Posey, LM.,, Haines, ST., Nolin, TD., Ellingrod, VL. (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach (11th Ed). New York: McGraw Hill.
04
Terapi Farmakologi &
Non Farmakologi
You can enter a subtitle here if you need it
Algoritma
Terapi Nasional
Di Rumah
Di Rumah Sakit
Anak
Anak
Anak
Algoritma Terapi
Internasional: Eksaserbasi
a. Ipatropium bromida
b. O2
c. Kortikosteroid sitemik
Algoritma Terapi
Internasional: Eksaserbasi
3. Apabila membaik
Global Initiative for Asthma. (2020). Pocket Guide For Asthma Management and Prevention. Diakses dari https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2020/04/Main-pocket-guide_2020_04_03-final-wms.pdf
Terapi Farmakologi
IDI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1. Jakarta : Pengurus Besar IDI
Dipiro, J.T.(2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Eleventh edition. New York: McGraw Hill.
Global Initiative for Asthma. (2020). Pocket Guide For Asthma Management and Prevention. Diakses dari https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2020/04/Main-pocket-guide_2020_04_03-final-wms.pdf
05
Parameter Evaluasi
Outcome Terapi
Abrarriani Euis Kartika 1906347823
Zahidah Raihanah 1806194076
Monitoring
Monitoring Pulmonary
Pulmonary
Function
Function
Penilaian fungsi paru-paru menggunakan spirometer
→memeriksa kondisi dan fungsi saluran pernafasan
National Heart, Lung, and Blood Institute. Expert panel report 3: guidelines for the diagnosis and management of asthma: full report 2007. NIH publication 08-4051.
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/asthma/asthgdln.htm
Outcome
Outcome Terapi
Terapi
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Diakses dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2018/04/Keputusan_Menteri_Kesehatan_RI_Tentang_Pedoman_Pengendalian_Asma1.pdf pada 8 Oktober 2021. Page 16.
Berdasarkan Dipiro 10th ed (2017) & PDPI (2019)
Asma
Asma Kronis
Kronis
● Kontrol gejala → dinilai dengan frekuensi gejala
asma siang dan malam hari, penggunaan obat pereda,
dan keterbatasan aktivitas
○ Kontrol gejala yang buruk → merupakan
indikator risiko masa depan untuk eksaserbasi
● Risiko hasil yang merugikan di masa depan →
termasuk penilaian risiko untuk eksaserbasi di masa
depan, keterbatasan aliran udara tetap, dan efek
samping pengobatan
○ Untuk menilai risiko eksaserbasi → mengukur
fungsi paru sebelum memulai pengobatan
dan 2 bulan kemudian
Dipiro, Joseph et al. (2017). Pharmacotherapy Handbook. 10th Edition. United States: McGraw-Hill Education.
PDPI. (2019). Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Berdasarkan Dipiro 10th ed (2017) & PDPI (2019)
Dipiro, Joseph et al. (2017). Pharmacotherapy Handbook. 10th Edition. United States: McGraw-Hill Education.
PDPI. (2019). Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Berdasarkan Dipiro 10th ed (2017) & PDPI (2019)
Asma
Asma Akut
Akut
● Pemantauan fungsi paru → spirometri / aliran puncak (peak flows) →
5-10 menit setelah setiap perawatan
○ Mild exacerbation → monitor setiap 2-3 jam
○ Severe exacerbation → monitor setiap 30 menit - 1 jam
● Pemantauan saturasi oksigen → dengan pulse oximetry
○ Mempertahankan saturasi oksigen pada 93-95% (dewasa) dan
94-98% (anak 6-11 tahun)
Dipiro, Joseph et al. (2017). Pharmacotherapy Handbook. 10th Edition. United States: McGraw-Hill Education.
PDPI. (2019). Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Berdasarkan Dipiro 10th ed (2017) & PDPI (2019)
Dipiro, Joseph et al. (2017). Pharmacotherapy Handbook. 10th Edition. United States: McGraw-Hill Education.
PDPI. (2019). Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Berdasarkan PDPI (2019)
Monitoring
Monitoring Asma
Asma
SELF MONITORING
PDPI. (2019). Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
06
Identifikasi Masalah &
Rekomendasi Solusi
Desthiani Nabilah 1906287736
Rachma Allysa Vidya Putri A. 1906404732
β2-agonis
Masalah Terkait Obat Rekomendasi Solusi
Dipiro, JT., Yee, GC., Posey, LM.,, Haines, ST., Nolin, TD., Ellingrod, VL. (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach (11th Ed). New York: McGraw Hill.
Drugs for Preventing and Treating Asthma - Lung and Airway Disorders - MSD Manual Consumer Version.
https://www.msdmanuals.com/home/lung-and-airway-disorders/asthma/drugs-for-preventing-and-treating-asthma
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2019). ASMA : Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Kortikosteroid
Masalah Terkait Obat Rekomendasi Solusi
Efek samping kortikosteroid inhalasi → dapat dicegah dengan penggunaan spacer, atau
kandidiasis orofaring, disfonia dan batuk karena mencuci mulut dengan berkumur-kumur dan
iritasi saluran napas atas membuang keluar setelah inhalasi
Penggunaan kortikosteroid > hari dengan dosis Penggunaan kortikosteroid short-acting seperti
tinggi (melebihi produksi kortisol endogen prednisone menghasilkan supresi adrenal
fisiologis normal) → memacu supresi adrenal berkurang dibandingkan long-acting
dexamethasone.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2019). ASMA : Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Antikolinergik
Masalah Terkait Obat Solusi
Kategori Kehamilan C
Micromedex
Pionas
MIMS indonesia
Terbutalin
Dosis ● Injeksi → IV: 0,25-0,5 mg diulang dalam beberapa jam. SC: 1-2 mg
setiap hari dalam 4 dosis terbagi. Infus: 1-2 mg setiap hari sebagai
infus kontinu. Dosis awal: 0,1 mg selama 10 menit.
● Inhalation powder: 0,25-0,5 mg sesuai kebutuhan atau setiap 6
jam bila digunakan sebagai terapi pemeliharaan rutin. Kasus yang
parah: Dosis tunggal dapat ditingkatkan menjadi 1,5 mg. Maks: 2
mg dalam 24 jam.
Efek Samping Tremor, sakit kepala, takikardia, palpitasi, kram otot tonik, hipokalemia.
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Kategori Kehamilan C
MIMS indonesia
Prednison
Dosis 5-60 mg/hari, sebagai dosis tunggal maupun dosis terbagi setelah
makan
Efek Samping Ulserasi saluran cerna, atrofi kelenjar adrenal, penambahan berat
badan, osteoporosis
Kategori Kehamilan C
Micromedex
Pionas
MIMS indonesia
Cara Penggunaan: Inhaler Dosis Terukur
1. Tutup dilepas dan inhaler dikocok. Perangkat harus disiapkan jika pasien
menggunakan untuk pertama kali, atau jika tidak digunakan untuk sementara
waktu
2. Menghembuskan napas dengan penuh sebelum menggunakan.
3. Memasukkan corong inhaler ke dalam mulut dan menekan perangkat inhaler.
4. Menghirup napas dan menahan napas selama 10 detik.
5. Bernapas secara perlahan, dan ulangi dosis (jika perlu), lalu ganti penutup
corong. Bersihkan perangkat setelah digunakan jika perlu.
Murphy, A. (2016). How to help patients optimise their inhaler technique. The Pharmaceutical Journal: Evaluation, 14, 34.
Murphy, A. (2016). How to help patients optimise their inhaler technique. The Pharmaceutical Journal: Evaluation, 14, 34.
1. Pegang perangkat secara horizontal atau tegak dan membuka inhaler dengan menggeser tuas ke arah
yang benar.
2. Menghembuskan napas sepenuhnya, menjauhi Diskus.
3. Meletakkan alat masuk ke dalam mulut dan bibir menutup rapat di atas corong, lalu menarik napas
dengan cepat dan dalam melalui alat.
4. Menahan napas selama sepuluh hitungan.
5. Mengeluarkan napas secara perlahan.
6. Diskus ditutup dengan benar dengan menggeser tuas ke arah yang benar. Inhaler harus dibersihkan
seperlunya.
Murphy, A. (2016). How to help patients optimise their inhaler technique. The Pharmaceutical Journal: Evaluation, 14, 34.
Cara Penggunaan Rotaheler
1. Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain memutar badan rotahaler sampai terbuka
2. Masukkan rotacaps dengan sekali menekan secara tepat, kedalam lubang empat persegi sehingga
puncak rotacaps berada pada permukaan lubang.
3. Pegang permukaan rotahaler secara horizontal dengan titik putih diatas dan putar badan rotahaler
berlawanan arah sampai maksimal untuk membuka rotacaps
4. Keluarkan napas sepenuhnya, letakkan bagian mulut rotahaler antara gigi dan bibir dengan kepala
agak ditengadahkan kebelakang.
5. Hiruplah dengan kuat dan dalam, kemudian tahan napas selama mungkin. lalu keluarkan rotahaler dari
mulut, sambil keluarkan napas secara perlahan - lahan
https://pulmonologi.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Terapi-Inhalasi-PIR-2017-SOLO-dr.-jatu.pdf%20Accessed:%202022-11-27
Informasi Obat dan Edukasi Pasien
dan Keluarga
- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai seluk beluk penyakit, sifat
penyakit, perubahan penyakit (apakah membaik atau memburuk), jenis dan mekanisme kerja
obat-obatan dan mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter.
- Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat asma secara berkala
(asthma control test/ ACT)
- Pola hidup sehat. Memperbanyak minum untuk menghindari dehidrasi, terutama pada
anak-anak. Menerapkan pola hidup sehat dengan cara berhenti merokok, menghindari
obesitas, dan kegiatan fisik seperti senam asma
- Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
● Menghindari setiap pencetus.
● Menggunakan bronkodilator/ steroid inhalasi sebelum melakukan exercise untuk
mencegah exercise induced asthma
https://pulmonologi.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Terapi-Inhalasi-PIR-2017-SOLO-dr.-jatu.pdf%20Accessed:%202022-11-27
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik
Haezel MC - 1906347451
ASMA
● Asma merupakan gangguan berupa inflamasi kronis pada saluran pernapasan
yang menyebabkan kejadian berulang seperti mengi, sesak napas, sesak dada, dan
batuk terutama pada malam hari dan / atau dini hari
Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C. (2013). Robbins Basic Pathology 9th edition. Philadelphia: Elsevier Saunder
Klasifikasi asma
Atopic asthma Non-atopic asthma
● Jenis asma paling umum yang ● Pasien dengan asma nonatopik
biasanya dimulai pada masa tidak memiliki bukti sensitisasi
kanak-kanak. alergen, hasil tes kulit biasanya
● Merupakan reaksi ipersensitivitas negatif
tipe 1 yang dimediasi ole IgE ● Pemicu: infeksi saluran
● Serangan asma sering didahului pernafasan (rhinovirus, virus
oleh rinitis alergi, urtikaria, atau parainfluenza) dan polutan
eksim udara yang terhirup
● Dipicu oleh antigen lingkungan (sulfurdioksida, ozon, nitrogen
(debu, serbuk sari, bulu binatang, dioksida)
makanan), infeksi
● Diagnosis: tes radioallergosorbent
serum (RAST) yang mengidentifikasi
keberadaan IgE spesifik untuk panel
alergen Kumar,
Kumar, V., Abbas,
V., Abbas, A.K.,J.C.
A.K., Aster, Aster, J.C.
(2013). (2013).
Robbins Robbins
Basic Basic
Pathology 9th edition.
Philadelphia: th
Elsevier Saunder
Pathology 9 edition. Philadelphia: Elsevier Saunder
Klasifikasi asma
drug-induced asthma occupaTional asthma
● Aspirin dapat menginduksi ● Dirangsang oleh asap (resin
terjadinya asma
epoksi, plastik), debu organik dan
● Pasien dengan sensitivitas aspirin kimiawi (kayu, kapas, platina),
ditandai dengan rinitis berulang dan gas (toluena), dan bahan kimia
polip hidung, urtikaria, dan lainnya
bronkospasme. ● Serangan asma biasanya
● Mekanisme: aspirin menghambat berkembang setelah paparan
jalur siklooksigenase dari berulang terhadap antigen
metabolisme asam arakidonat
pemicu.
tanpa mempengaruhi jalur
lipoksigenase, sehingga menggeser
keseimbangan produksi ke arah
leukotrien yang menyebabkan
kejang bronkial. Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C. (2013). Robbins
Basic
Kumar, Pathology
V., Abbas, 9thJ.C.
A.K., Aster, edition.
(2013). Philadelphia: Elsevier9th edition
Robbins Basic Pathology
Philadelphia:
Saunder Elsevier Saunder
Faktor Risiko
Faktor Faktor
lingkungan genetik
● Alergen dalam ruangan (tungau, ● Gene-environme
debu rumah, jamur, bulu kucing, nt & gene-gene
endotoksin bakteri) interaction
● Paparan kimia/senyawa organik ● Jenis kelamin
● Alergen ruang ruangan (NO2, SO2,
ozon, Co, aeroalergen
● Asap rokok
● Infeksi saluran pernapasan
● Stress
Padmaja Subbarao, Allan Becker, Jeffrey R Brook, Denise Daley, Piush J Mandhane, Gregory E Miller, Stuart E Turvey
& Malcolm R Sears (2009) Epidemiology of asthma: risk factors for development, Expert Review of Clinical
Immunology, 5:1, 77-95, DOI: 10.1586/1744666X.5.1.77
Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C. (2013). Robbins Basic Pathology 9th edition. Philadelphia: Elsevier Saunder
Gejala
Gejala asma bersifat episodik, seringkali Gejala yang berat adalah
reversibel dengan/atau tanpa keadaan gawat darurat yang
pengobatan. mengancam jiwa. Yang termasuk
Gejala awal berupa : gejala yang berat adalah:
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma (1st ed.).
Derajat Asma Gejala Fungsi Paru
Klasifikasi Persisten ringan Siang hari > 2x/minggu Variabilitas APE 20-30%
tetapi < 1x/hari VEP1 ≥ 80% nilai prediksi
Asma Malam hari > 2x/bulan APE ≥ 80% nilai terbaik
Serangan dapat mempengaruhi
aktivitas
Persisten sedang Siang hari ada gejala Variabilitas APE > 30%
Malam hari > 1x/minggu VEP1 60-80% nilai prediksi
Serangan dapat mempengaruhi APE 60-80% nilai terbaik
aktivitas & berlangsung
berhari-hari
Sehari-hari memakai inhalasi
agonis beta-2 short acting
(SABA)
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma (1st ed.).
Klasifikasi Asma
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma (1st ed.).
02
Diagnosis Banding
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2021). Panduan Umum Praktek Klinis Diagnosis Penyakit Paru dan Pernapasan.
Diagnosis Banding
(Kemenkes,2018)
Dewasa Anak-anak
Gagal Jantung Kongestif Infeksi Respiratorik Bawah Viral Berulang Penyakit Jantung Bawaan
Emboli Paru
Diagnosis Banding
(GINA,2020)
The Global Initiative of Asthma
6-11 tahun Bersin, hidung gatal dan tersumbat, throat Chronic upper airway cough syndrome
clearing (chronic UACS)
Murmur jantung (suara tiupan/ desingan pada jantung) Penyakit jantung kongenital
GINA 2020. (2020). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older than 5 Years). Global Initiative for Asthma
Diagnosis Banding
(GINA,2020)
The Global Initiative of Asthma
12-39 tahun Bersin, hidung gatal dan tersumbat, throat Chronic upper airway cough syndrome
clearing
Murmur jantung (suara tiupan/ desingan pada jantung) Penyakit jantung kongenital
Napas pendek, adanya riwayat emfisema pada keluarga Defisiensi alpha-1 antitripsin
GINA 2020. (2020). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older than 5 Years). Global Initiative for Asthma
Diagnosis Banding
(GINA,2020)
The Global Initiative of Asthma
>40 tahun Dispnea (sesak napas), mengi pada inspirasi (stridor) Obstruksi laring terinduksi
Batuk, sputum, dispnea saat aktivitas, merokok, atau COPD (Chronic Obstructive Pulmonary
dengan adanya paparan berbahaya Disease)
GINA 2020. (2020). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older than 5 Years). Global Initiative for Asthma
Diagnosis Banding
(GINA,2020)
The Global Initiative of Asthma
GINA 2020. (2020). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older than 5 Years). Global Initiative for Asthma
03
Tujuan Terapi
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
Tujuan Terapi (Depkes RI, 2009)
- Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
- Mencegah eksaserbasi akut
- Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
- Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
- Menghindari efek samping obat
- Mencegah terjadinya ketebatasan aliran udara (airflow limitation) irreversibel
- Mencegah kematian karena asma
- Khusus pada anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai
potensi genetiknya
★ Pendekatan Terapi:
○ Pemberian terapi maksimum → glukokortikosteroid oral/inhalasi dosis penuh +
agonis beta-2 kerja lama (BUKTI D)
■ Setelah asam terkontrol → dosis diturunkan bertahap sampai seminimal
mungkin (STEP DOWN THERAPY*)
○ Memulai terapi sesuai derajat berat asma dan meningkatkan terapi secara
bertahap jika dibutuhkan (STEP UP THERAPY)
Menkes RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
Klasifikasi Berat Serangan Asma
PDPI. (2019). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia (2nd ed.);
TATA LAKSANA ASMA AKUT DI RUMAH
TERAPI AWAL
★ Agonis beta-2 inhalasi kerja cepat setiap
20 menit (3x dalam 1 jam) ⇒ DILIHAT
SELAMA 4 JAM
PDPI. (2019). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia (2nd ed.);
Menkes RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
PDPI. (2019). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia (2nd ed.);
Menkes RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman
Pengendalian Penyakit Asma.
PDPI. (2019). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia (2nd ed.).
Sumber Gambar:
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/symbicort-160-mcg-4-5-mcg-turbuhaler-60-dosis;
https://www.orami.co.id/magazine/seretide-diskus Golongan Obat Nama Generik Bentuk/Kemasan Dosis Dewasa Nama Dagang
PDPI. (2019). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia (2nd ed.).
TATA LAKSANA INTERNASIONAL
Algoritma Terapi Internasional (GINA,2020)
Rekomendasi terapi pengontrol awal pada Orang Dewasa/Dewasa muda diagnosis asma
Penilaian pertama :
- diagnosis dikonfirmasi
- symptom control dan modifiable risk factors, including lung function
- komorbiditas
- teknik inhalasi dan kepatuhan
- preferensi dan tujuan pasien
*track 1*
dimulai dari sini jika menggunakan controller dan pereda yang disukai.`
Menggunakan ICS/inhaled corticosteroid-formoterol dosis rendah secukupnya
sebagai pereda yang dapat mengurangi risiko eksaserbasi dibandingkan dengan
pereda SABA/short acting beta2 agonis.
1-2. Gejala <4-5 hari/minggu: ICS-formoterol dosis rendah secukupnya
3. Gejala cukup sering terjadi, atau terbangun dengan asma sekali/lebih per
minggu: ICS-formoterol dosis pemeliharaan rendah
4. Gejala setiap hari, atau terbangun dengan asma 1 kali atau lebih/minggu, dan
fungsi paru rendah: ICS-formoterol dosis pemeliharaan sedang. selain itu
pemberian singkat OCS juga dapat diperlukan pada pasien dengan asma tidak
terkontrol yang parah
5. tambahkan LAMA/long acting muscarinic antagonists; merujuk pemeriksaan
phenotypic ± anti-IgE, anti-IL5/5R, anti-IL4R; mempertimbangkan ICS-formoterol
dosis tinggi
- pada steps 3-4: pasien mengonsumsi ICS-formoterol sebagai
pengobatan reguler setiap hari --> disebut sebagai
MART/maintenance and reliever therapy
- Pada pasien di step pengobatan manapun memiliki gejala asma
--> menggunakan ICS-formoterol dosis rendah dengan single
inhaler sebagai pereda gejala
- ICS-formoterol sebaiknya tidak digunakan sebagai pereda oleh
pasien yang mengonsumsi ICS-LABA/long acting beta agonist
lainnya
GINA. (2021). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older tthan 5 Years).
Global Initiative for Asthma. (2020). Pocket Guide For Asthma Management and Prevention. Diakses dari https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2020/04/Main-pocket-guide_2020_04_03-final-wms.pdf
Algoritma Terapi Internasional (GINA,2020)
*track 2*
`mulai disini jika menggunakan controller dan pereda alternatif.`
Mengunakan SABA secukupnya sebagai pereda → merupakan pendekatan alternatif jika track 1 tidak memungkinkan/tidak disukai oleh pasien yang tidak memiliki
eksaserbasi pada terapi yang sedang dilakukan.
sebelum mempertimbangkan rejimen dengan pereda SABA, perika apakah pasien patuh dengan terapi controller setiap hari karena dapat menyebabkan risiko
tinggi eksaserbasi
1. Gejala <2 bulan : mengonsumsi ICS dosis rendah setiap meminum SABA sebagai pereda gejala ketika gejala terjadi, baik dalam kombinasi inhaler, atau
dengan mengonsumsi ICS langsung setelah SABA
2. Gejala 2/lebih tiap bulan, namun <4-5 hari/minggu: ICS dosis pemeliharaan rendah
3. Gejala cukup sering terjadi, atau terbangun dengan asma sekali/lebih tiap minggu: ICS-LABA/ long-acting beta agonis dosis pemeliharaan rendah
4. Gejala setiap hari, atau terbangund engan asma sekkali/lebih tiap minggu, dan fungsi paru rendah: ICS-LABA dosis pemeliharaan sedang/tinggi.
Pemberian singkat OCS juga dapat dibutuhkan untuk pasien dengan asma tidak terkontrol yang parah
5. Berikan LAMA; merujuk pemeriksaan phenotypic ± anti-IgE, anti-IL5/5R, anti-IL4R; mempertimbangkan ICS-LABA dosis tinggi
- pada step 2-5 SABA digunakan sebagai pereda gejala dan pasien mengonsumsi obat kontroller mengandung ICS setiap hari secara reguler
- Saat pengobatan berlangsung, dapat dinaikkan atau diturunkan satu track, menggunakan pereda yang sama tiap step, atau dapat diubah tiap track
berdasarkan kebutuhan individu pasien
- Sebelum dinaikkan, periksa masalah yang sering terjadi seperti teknik inhalasi yang salah, ketidakpatuhan, paparan lingkungan, dan mengkonfirmasi
gejala akibat asma
- Pertimbangkan menurunkan dosis setelah asma terkontrol dengan baik selama 3 bulan. namun pada orang dewasa dan remaja, ICS tidak boleh
dihentikan sepenuhnya
Global Initiative for Asthma. (2020). Pocket Guide For Asthma Management and Prevention. Diakses dari https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2020/04/Main-pocket-guide_2020_04_03-final-wms.pdf
GINA. (2021). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older tthan 5 Years).
Algoritma Terapi internasional (GINA,2020)
Rekomendasi terapi
pengontrol awal pada anak
6-11 tahun yang terdiagnosis
asma
GINA. (2021). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older tthan 5 Years).
Global Initiative for Asthma. (2020). Pocket Guide For Asthma Management and Prevention. Diakses dari https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2020/04/Main-pocket-guide_2020_04_03-final-wms.pdf
Algoritma Terapi
Internasional: Eksaserbasi
1. Start Treatment
- SABA : 4-10 Puffs dengan pMDI +Spacer, diulangi
setiap 20 menit sekali dalam 1 jam
- Prednisolone : Dewasa 40-50 mg, anak-anak 1-2
mg/kg; Maks 40 mg
- Oksigen terkontrol (bila ada) :Target saturasi 93-95
(untuk anak-anak 94-98%) → Kanal nasal
2. Apabila makin parah
- Ipratropium bromida
- O2
- Kortikosteroid sistemik
3. Apabila membaik,
- Gejala membaik → tidak membutuhkan SABA
- Apabila menggunakan prednisolone, lanjutkan
penggunaan hingga 5-7 hari.
Terapi farmakologi
Asma bronkial eksaserbasi akut dan derajat serangan sedang dapat diberikan dengan :
1. Oksigenasi → kanul nasal
2. Beta Blocker (SABA) → Salbutamol
4-10 puffs dengan PMDI + Spacer, setiap 20 menit selama 1 jam (total 3x)
3. Kortikosteroid Sistemik→ Prednisolon
Dosis 40-50 mg (oral)
Algoritma Terapi Internasional(NICE)
Algorithm F: Pharmacological treatment of chronic asthma in adults aged 17 and ove. Nice.org.uk. (2017). Retrieved 4 October 2021, from
Algoritma terapi (NICE)
5. jika asma tidak terkontrol dalam 4-8 minggu, berikan ICS dosis rendah dan LABA
Terapi internasional dari National institute for health and care dalam regimen MART/mantenance and reliever therapy, dengan atau tanpa LTRA.
excellence/NICE untuk pengobatan asma kronis pada dewasa berusia 17 serta berikan ICS dosis rendan dan LABA dalam regimen MART untuk meredakan
tahun dan lebihvuntuk warna abu merupakan bagian dari terapi gejala
pemeliharaan, sedangkan untuk warna biru merupakan bagian dari pereda 6. jika asma tidak terkontrol dalam 4-8 minggu, pertimbangkan ICS dosis sedang dan
gejala LABA dalam regimen MART atau sebagai fixed dose, dengan atau tanpa LTRA. dapat
1. pertama-tama, terdapat diagnosis asma pada dewasa berusia 17 diberikan ICS dosis rendah dan LABA dalam regimen MART atau diganti dengan
tahun dan lebih SABA untuk meredakan gejala
7. jika asma tidak terkontrol dalam 4-8 mingguu
● untuk gejala yang terindikasi memerlukan terapi pemeliharaan
a. Dapat mempertimbangkan ICS dosis tinggi dan LABA sebagai fixed dose,
maka diberikan ICS/inhaled corticosteroid dosis renda dengan atau tanpa LTRA serta berikan SABA untuk meredakan gejala
● untuk mengi/ _wheeze_ singkat dan jarang serta fungsi paru-paru b. Mempertimbangkan ICS dosis sedang dengan percobaan oba ttambahan
yang normal, maka mempertimbangkan SABA/short acting beta seberti long-acting muscarinic receptor antagonist/teofilin. serta berikan
agonist. Namun jika asma tidak terkontrol dalam 4-8 minggu maka SABA atau ICS dosis rendah dengan LABA dalam regimen MART
berikan ICS dosis rendah c. Pertimbangkan menyakan saran dari dokter dengan bidang di asma
2. ICS dosis rendah dapat diberikan dengan SABA untuk meredakan d. Mengurangi terapi pemeliharaan jika asma telah terkontrol dengan terapi
gejala pemeliharaan yang ada selama setidaknya 3 bulan
3. jika asma tidak terkontrol selama 4-8 minggu, maka berikan ICS
`ICS, inhaled corticosteriod`
dosis rendah dengan LTRA/leukotriene receptor antagonist, dan `LABA, long-acting beta agonist`
dapat diberikan SABA untuk meredakan gejala `LTRA, leukotriene receptor antagonist`
4. Jika asma tidak terkontrol selama 4-8 minggu, maka berikan ICS `MART, maintenance and reliever therapy`
dosis rendah dan LABA/long acting beta agonist, dengan atau `SABA, short-acting beta agonist`
tanpa LTRA. serta dapat diberikan SABA untuk meredakan gejala
Algorithm F: Pharmacological treatment of chronic asthma in adults aged 17 and ove. Nice.org.uk. (2017). Retrieved 4 October 2021, from
TATA LAKSANA INTERNASIONAL
Hamil dan Menyusui
Busse, W. W. (2005). NAEPP expert panel report: managing asthma during pregnancy: recommendations for pharmacologic treatment—2004 update. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 115(1), 34-46.
Murphy VE. Managing asthma in pregnancy. Breathe 2015; 11: 258-267
Hamil dan Menyusui
Busse, W. W. (2005). NAEPP expert panel report: managing asthma during pregnancy: recommendations for pharmacologic treatment—2004 update. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 115(1), 34-46.
Murphy VE. Managing asthma in pregnancy. Breathe 2015; 11: 258-267
Hamil dan Menyusui
Busse, W. W. (2005). NAEPP expert panel report: managing asthma during pregnancy: recommendations for pharmacologic treatment—2004 update. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 115(1), 34-46.
Murphy VE. Managing asthma in pregnancy. Breathe 2015; 11: 258-267
Terapi Non Farmakologis Asma
Busse, W. W. (2005). NAEPP expert panel report: managing asthma during pregnancy: recommendations for pharmacologic treatment—2004 update. Journal of
Terapi Non Farmakologis Asma
Rekomendasi Kategori
GINA 2020. (2020). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older than 5 Years). Global Initiative for Asthma
05
Parameter Evaluasi
Outcome Terapi &
Parameter ESO
Ahmad Ghazali Alfarizi 1906405035
Kadzia Nazhiva Fikra 1906404846
Parameter Evaluasi Outcome Terapi
Asma Kronis
● Kontrol asma melibatkan pengurangan domain penurunan dan risiko. Tindak lanjut rutin sangat
penting pada interval 1 hingga 6 bulan, tergantung pada kontrol.
● Komponen penilaian meliputi gejala, terbangun di malam hari, gangguan aktivitas normal, fungsi
paru, kualitas hidup, eksaserbasi, kepatuhan, efek samping terkait pengobatan, dan kepuasan
terhadap perawatan. Tanyakan juga ke pasien tentang toleransi latihan.
● Direkomendasikan kategori terkendali dengan baik, tidak terkontrol dengan baik, dan sangat
kurang terkontrol. Kuesioner yang divalidasi dapat diberikan secara berkala, seperti Kuesioner
Asma Terapi Assesment, Kuesioner Kontrol Asma, dan Tes Kontrol Asma.
● Tes spirometri direkomendasikan pada penilaian awal, setelah pengobatan dimulai, dan kemudian
setiap 1 sampai 2 tahun. Pemantauan peak flows direkomendasikan pada asma persisten sedang
hingga berat
● Semua pasien yang menggunakan obat inhalasi harus dievaluasi terlebih dahulu teknik
inhalasinya setiap bulan dan kemudian setiap 3 sampai 6 bulan
● Setelah memulai terapi anti inflamasi atau meningkatkan dosis, sebagian besar pasien akan
mengalami penurunan gejala dalam 1 sampai 2 minggu dan mencapai perbaikan maksimal dalam
4 sampai 8 minggu. Peningkatan FEV1 awal atau PEF harus mengikuti waktu yang sama, tetapi
penurunan BHR yang diukur dengan PEF pagi, variabilitas PEF, dan toleransi latihan mungkin
memakan waktu lebih lama dan membaik selama 1 hingga 3 bulan.
Dipiro, Joseph et al. (2017). Pharmacotherapy Handbook. 10th Edition. United States: McGraw-Hill Education.
Parameter Evaluasi Outcome Terapi
Asma Akut
Dipiro, Joseph et al. (2017). Pharmacotherapy Handbook. 10th Edition. United States: McGraw-Hill Education.
PDPI. (2019). Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Parameter Evaluasi Outcome Terapi
Efek samping dari obat beta-agonis → tremor, peningkatan kegelisahan dan insomnia pada anak-anak,
mual, demam, bronkospasme, muntah, sakit kepala, nyeri, pusing, batuk, reaksi alergi, mulut kering,
berkeringat, kedinginan, dan dispepsia.
→ Long-acting: Tidak boleh digunakan sebagai monoterapi karena FDA Black-Box Warning tentang
terjadinya eksaserbasi asma yang parah. Risiko tersebut tidak terlihat pada terapi kombinasi dengan obat
antikolinergik atau kortikosteroid
- Kebanyakan pasien yang menggunakan ICS tidak mengalami efek samping. Efek samping lokal
termasuk kandidiasis orofaringeal dan disfonia (dapat dikurangi dengan menggunakan spacer
dengan pMDI, dan berkumur dengan air dan meludahkannya setelah terhirup).
- Dosis tinggi jangka panjang meningkatkan risiko efek samping sistemik seperti:osteoporosis, katarak,
dan glaukoma.
Sharma S, Hashmi MF, Chakraborty RK. Asthma Medications. [Updated 2022 Aug 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531455/
GINA. (2021). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older tthan 5 Years).
Parameter Efek Samping Obat
Short and Long-Acting Anticholinergic
Efek samping jarang terjadi, berupa mulut kering atau rasa pahit
Systemic Corticosteroids
- Penggunaan jangka pendek: gangguan tidur, refluks, nafsu makan meningkat, hiperglikemia,
perubahan mood
- Penggunaan jangka panjang: dibatasi oleh efek samping sistemik yang signifikan, mis. katarak,
glaukoma, hipertensi, diabetes, osteoporosis supresi adrenal
Leukotriene Modifiers
- Sakit kepala, sakit perut, eksim, influenza, radang tenggorokan, faringitis, infeksi virus, mengi, sakit
gigi, pusing, dispepsia, peningkatan tes fungsi hati, demam, gastroenteritis
Sharma S, Hashmi MF, Chakraborty RK. Asthma Medications. [Updated 2022 Aug 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531455/
GINA. (2021). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older tthan 5 Years).
Parameter Efek Samping Obat
Monoclonal Antibody Immune-Modulating Drugs
Omalizumab Reaksi di tempat suntikan, infeksi virus, infeksi saluran pernapasan atas, sinusitis,
sakit kepala, faringitis, nyeri, artralgia, patah tulang, kelelahan, dermatitis, nyeri
lengan, nyeri kaki, pusing, sakit telinga, pruritus, nasofaringitis
Mepolizumab Sakit kepala, reaksi di tempat suntikan, reaksi alergi/non alergi sistemik, nyeri
punggung, kelelahan, reaksi alergi/hipersensitivitas sistemik, influenza, infeksi
saluran kemih, nyeri perut bagian atas, pruritus, eksim, dan kejang otot
Sharma S, Hashmi MF, Chakraborty RK. Asthma Medications. [Updated 2022 Aug 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531455/
GINA. (2021). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older tthan 5 Years).
06
Identifikasi Masalah
Obat & Rekomendasi
Solusi
Vetra Gracia - 1906405086
Terapi Asma Selama Kehamilan
Kondisi Pasien
● Rekomendasi penggunaan short acting
● Pasien sedang hamil 3 bulan β-agonists (SABA) dan inhaled corticosteroids
● Pasien memiliki riwayat asma sejak (ICS) untuk wanita hamil dengan asma
persisten.
usia 10 tahun dan anggota keluarga
● ICS, terutama Budesonide, memiliki peringkat
yang menderita asma keamanan terbaik selama kehamilan.
● Tanda - tanda vital : Tekanan darah ● Kombinasi ICS/Long acting β-agonists (LABA)
110/80, Nadi 92x/menit, RR 20x/ dapat digunakan untuk obat pengontrol
menit, Suhu 36,3o (PDPI, 2021)
● Auskultasi: Wheezing +/+, Ronkhi
-/-, Fase ekspirasi lebih panjang
dibandingkan fase inspirasi.
Terapi yang Digunakan
● Assessment: Asma Bronkial Kronis, ● Beklometason MDI 500 mcg setiap 12
Derajat serangan ringan jam
● Salbutamol MDI 200 mcg jika diperlukan
Murphy, V, E. (2015). Managing asthma in pregnancy. Breathe (Sheff), 11, 4. doi: 10.1183/20734735.007915
PDPI. (2021). Panduan umum praktik klinis penyakit paru dan pernapasan. Jakarta : PDPI
Goldie, M. & Brightling, C.
(2013) Asthma in pregnancy.
The Obstetrician &
Gynaecologist, 15(4), 241–245.
doi:10.1111/tog.12048
Identifikasi Masalah Terkait Obat : Beklometason
Masalah Rekomendasi Solusi
Marques, L. & Vale, N. (2022). Salbutamol in the management of asthma: a review. International Journal of Molecular Sciences,
23. https://doi.org/10.3390/ijms232214207
Rekomendasi Terapi
Pengganti : Kombinasi
Budesonide-Formoterol
Kategori B
Kehamilan (FDA)
IBM Micormedex.
Marques, L. & Vale, N. (2022). Salbutamol in the management of asthma: a review. International Journal of Molecular Sciences,
23. https://doi.org/10.3390/ijms232214207
07
Informasi Obat dan
Edukasi Pasien
Dosis Aerosol inhalasi: 200 mcg 2 kali sehari atau 100 mcg 3-9 kali sehari (pada kondisi lebih berat
dosis awal 600-800 mcg per hari).
Anak: 50-100 mcg 2-4 kali sehari atau 100-200 mcg 2 kali sehari.
Efek samping suara serak dan kandidiasis di mulut atau tenggorokan (biasanya hanya pada dosis tinggi);
ruam (jarang).
Kontraindikasi Sebagai pengobatan primer status asmatikus atau asma episode akut yang membutuhkan
tindakan intensif (inhalasi).
Kehamilan Nasal: C
Konseling Kandidiasis bisa dikurangi dengan menggunakan spacer, bisa membantu dengan cara
pasien berkumur-kumur dengan air (atau pada anak bersihkan giginya) setelah menghirup satu dosis.
PIONAS
MIMS
Fenoterol Hydrobromide
Indikasi dan dosis ● Dosis dewasa fenoterol melalui inhalasi untuk bronkospasme akut adalah 1
sampai 2 aktuasi (masing-masing 200 mikrogram); dosis dapat diulang dalam
5 menit jika perlu.
● Terapi pemeliharaan untuk bronkospasme kronis adalah 1 sampai 2 aktuasi 2
sampai 4 kali sehari
● Fenoterol dengan nebulisasi diberikan kepada pasien dewasa dalam dosis 0,5
sampai 5 miligram/dosis
● Dosis oral fenoterol untuk orang dewasa adalah 5 sampai 10 miligram 3 kali
sehari
Efek samping gejala iritasi lokal, Hipersensitivitas, Hipokalemia, Agitasi, mual, muntah
Monitoring Parameter pemantauan harus mencakup tes fungsi paru dan pengukuran gas darah
arteri.
Cara membersihkan
Pengecekkan ● Mengetahui berapa banyak obat yang tersisa di inhaler = lihat jumlah isapan pada
kemasan → catat berapa banyak isapan yang telah digunakan → jika telah habis
inhaler dibuang
● Jika menggunakan MDI setiap hari untuk mengontrol gejala, dapat ditentukan berapa
lama obat tersebut akan bertahan → membagi jumlah total isapan dalam MDI dengan
total isapan yang digunakan setiap hari.
● Misalnya: 2 isapan x 2 kali sehari = 4 isapan total per hari. Pada 120 embusan, MDI
akan bertahan selama 30 hari
● Jika MDI tidak memiliki penghitung dosis → dapat menggunakan perangkat yang
menempel pada MDI dan menghitung mundur jumlah isapan setiap kali menekan
inhaler.
Peringatan Infeksi jamur dan virus pada saluran pernafasan, penurunan fungsi hati, penurunan
pertumbuhan tinggi badan yang bersifat sementara, kehamilan, timbulnya gejala
rinitis, eksim, nyeri otot dan sendi karena penggantian terapi dari steroid oral.
Efek samping Iritasi ringan pada tenggorokan, batuk, suara serak, infeksi kandida pada orofaring,
reaksi hipersensitivitas, reaksi kulit seperti urtikaria, kemerahan, dermatitis,
bronkospasme, angiodema, reaksi anafilaktik, gugup, gelisah, depresi.
- MIMS Online
- PIONAS Online
Budesonide-Formoterol
Indikasi Pengobatan simtomatik & mengurangi risiko eksaserbasi asma pada dewasa dan remaja berusia
diatas 12 tahun
Dosis dewasa - 1 inhalasi 160/4,5 mcg sesuai kebutuhan untuk gejala & inhalasi berikan dosis tambahan jika
gejala menetap setelah beberapa menit.
- Dosis pemeliharaan: 80/4,5 mcg 2 inhalasi per hari di pagi atau sore hari
→ 1 dosis tambahan sesuai kebutuhan untuk gejala & 1 dosis lagi jika gejala menetap setelah
beberapa menit
- Maksimal : 6 Dosis/ 6 Inhalasi
Sediaan yang - Symbicort 80/4,5 mcg turbuhaler → Budesonide 80 mcg dan formoterol fumarat 4,5 mcg.
tersedia - Symbicort 160/4,5 mcg turbuhaler → Budesonide 160 mcg dan formoterol fumarat 4,5 mcg
Efek samping Palpitasi, infeksi kandida orofaringeal, sakit kepala, iritasi tenggorokan ringan, batuk suara serak.
Interaksi obat Adrenergik blocker: Melemahkan atau menghambat efek formoterol dan Inhibitor CYP3A4
meningkatkan kadar budesonide
Kehamilan SYMBICORT hanya boleh digunakan jika manfaatnya lebih besar daripada potensi risikonya. Berikan
dosis efektif terendah budesonide yang diperlukan untuk mempertahankan kontrol asma pada ibu
hamil.
Dosis dewasa - Inhalasi 50 mcg (2 hirupan) digunakan 2 kali sehari dapat ditingkatkan hingga 100 mcg (4 hirupan) 2 kali sehari
pada obstruksi yang lebih berat.
Peringatan - Salmeterol tidak bisa untuk mengatasi serangan akut dengan cepat, dan pengobatan kortikosteroid yang
bersamaan tidak boleh dikurangi dosisnya atau dihentikan
- Potensi munculnya bronkospasmus paradoksikal (sehingga pengobatan harus dihentikan dan diberikan terapi
alternatif) harus diperhatikan jika ringan bisa dicegah dengan menghirup stimulan beta-2-adrenoseptor (atau
dengan beralih dari inhalasi aerosol ke inhalasi serbuk kering).
Efek samping Berpotensi menyebabkan bronkospasme paradoksikal (hentikan pengobatan dan gunakan alternatif pengobatan lain).
Kehamilan FDA = C
Edukasi - Jika melakukan olahraga maka gunakan salmeterol 30 menit sebelum olahraga.
- Salmeterol harus rutin digunakan meskipun sudah merasa lebih baik.
- Jangan menggandakan dosis dalam keadaan apapun.
- Bilas mulut dengan air setelah menggunakan perangkat inhalasi.
- Jangan mencuci atau memasukkan bagian apa pun dari inhaler atau autohaler Anda ke dalam air..
- Selama Anda menggunakan Salmeterol, pemantauan rutin glukosa darah, kadar kalium, tekanan darah, dan detak
jantung mungkin diperlukan. Anda mungkin juga perlu menjalani tes darah dan tes fungsi paru-paru secara teratur
untuk memeriksa respons tubuh Anda terhadap obat tersebut.
Lorensia, A., dan Suryadinata, R.V. (2018). Panduan Lengkap Penggunaan Macam-macam Alat Inhaler pada Gangguan Pernapasan. Surabaya: M-Brothers Indonesia
Cara Penggunaan DISKUS
Lorensia, A. (2019). Cara Penggunaan DPI jenis Diskus #asmacare. [online] https://www.youtube.com/watch?v=Cq-OLAKgyF4
Hal yang Perlu Diperhatikan pada Penggunaan Dry Powder Inhaler (DPI)
● Pasien harus menarik nafas dengan cepat dan panjang agar dosis yang terhirup dari DPI dapat
optimal dan partikel obat dapat sampai ke dalam paru-paru
● Menghindari menghembuskan nafas ke DPI untuk mencegah serbuk menjadi lembab dan
mencegah serbuknya tertiup dari mouthpiece DPI.
● Pasien harus berkumur dengan air bersih setelah menggunakan DPI yang mengandung
kortikosteroid untuk mencegah resiko dari candidiasis orofaringeal yang diakibatkan karena
menempelnya obat kortikosteroid di mulut.
● Penggunaan inhaler harus diperhatikan supaya pasien tidak mengklik berkali-kali. Pada pemakaian
inhaler multidose Turbuhaler dan Diskus, jika terklik berulang kali akan menyebabkan double dose
yang dapat meningkatkan kemungkinan efek samping yang tidak diinginkan
● Pemakaian single dose seperti pada HandiHaler dan Rotahaler, harus diperhatikan bahwa kapsul
single dose tidak boleh ditelan karena tidak dapat diabsorpsi dengan baik di lambung.
● Simpan inhaler di tempat yang sejuk dan kering. Udara lembab mengakibatkan serbuk
menggumpal dan menyumbat inhaler, selain itu laktosa sebagai pembawa dalam sediaan DPI
sangat rentan terhadap udara lembab dan dapat mengkristal pada suhu lembab sehingga aliran
serbuk obat menjadi buruk
Lorensia, A., dan Suryadinata, R.V. (2018). Panduan Lengkap Penggunaan Macam-macam Alat Inhaler pada Gangguan Pernapasan. Surabaya: M-Brothers Indonesia
Tiotropium Bromida
Efek samping - Sembelit,, Xerostomia (semprotan, bubuk), Sakit kepala (Semprotan oral), Penyakit infeksi saluran
kemih (Semprotan oral, bubuk oral, Bronkitis (Semprotan oral), Batuk (Semprotan oral), Faringitis
(Semprotan oral), Sinusitis (Semprotan oral; Serbuk oral), Infeksi saluran pernapasan atas (bubuk)
Monitoring - perbaikan dalam tes fungsi paru dan penurunan frekuensi eksaserbasi PPOK menunjukkan kemanjuran
- reaksi hipersensitivitas; pada pasien dengan riwayat reaksi hipersensitivitas terhadap atropin atau
turunannya
- efek samping antikolinergik; pada pasien dengan gangguan ginjal sedang sampai berat (yaitu, klirens
kreatinin kurang dari atau sama dengan 50 atau 60 mL/menit)
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2009/021395s014lbl.pdf, https://www.pikhospital.co.id/info/77/alat-inhalasi
Handihaler
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2009/021395s014lbl.pdf
Cara Menggunakan Handihaler
irvando zp. (2019). Cara tepat menggunakan Spiriva [Video]. Retrieved from https://www.youtube.com/watch?v=hI4xPOJgBfg
\
Salbutamol
Indikasi Asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran napas yang reversibel
Dosis dewasa - Oral: 4 mg (lansia dan pasien yang sensitif dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari, dosis tunggal,
maksimal 8 mg; anak <2 tahun 200 mcg/kg bb 4 kali sehari; 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari;
6-12 tahun 2 mg
- Inhalasi nebuliser: untuk asma akut dan berat → dewasa dan anak >18 bulan 2,5 mg, diberikan
sampai 4 kali sehari atau 5 kali bila perlu
Efek samping Reaksi hipersensitivitas (misalnya, urtikaria, angioedema, bronkospasme, edema orofaringeal),
hipokalemia (dosis tinggi)
Kontraindikasi Tidak diindikasikan untuk digunakan pada persalinan prematur tanpa komplikasi atau ancaman
aborsi
Interaksi obat Peningkatan risiko hipokalemia dengan kortikosteroid, diuretik (misalnya loop, tiazid) dan xanthines
(misalnya teofilin)
Kehamilan Kategori C
MIMS
PIONAS
Ipratropium Bromida
Indikasi Asma, PPOK, rhinorrhoea berkaitan dengan rhinitis
Efek samping Mulut kering, konstipasi, takikardia, palpitasi, aritmia, mual dan muntah, dispepsia, sakit kepala,
pusing, komplikasi okular (misalnya midriasi, glaukoma sudut sempit)
Interaksi obat Efek bronkodilator aditif dengan obat β-adrenergik dan preparat xanthine.
Kehamilan Kategori B
Konseling Obat ini dapat menyebabkan pusing, gangguan akomodasi, mydriasis dan penglihatan kabur, jika
pasien terpengaruh, jangan mengemudi atau mengoperasikan mesin.
MIMS
Alat Nebulizer
1. Cuci tangan dengan baik
2. Hubungkan selang ke kompresor udara
3. Isi nebulizer cup dengan obat
4. Pasang selang dan mouthpiece ke nebulizer
cup
5. Tempatkan mouthpiece di mulut. Jaga agar
bibir tetap kencang di sekitar mouthpiece,
sehingga semua obat masuk ke paru-paru
6. Bernapas melalui mulut sampai seluruh
obat habis. Proses ini membutuhkan
waktu 10-15 menit. Jika perlu, gunakan klip
hidung agar hanya bernapas melalui
mulut. Anak kecil sebaiknya menggunakan
masker
7. Jika sudah selesai, matikan mesin
8. Cuci nebulizer cup dan mouthpiece dengan
air dan dikeringkan sampai perawatan
berikutnya.
https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000006.htm
https://medlineplus.gov/ency/presentations/100201_1.htm
Hal yang perlu diperhatikan
Saat menggunakan alat nebulizer, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
● Posisi duduk tegak untuk mempermudah menghirup seluruh obat ke dalam paru-paru
● Pastikan tidak ada udara yang keluar setelah mask digunakan
● Jika menggunakan mouth piece, letakkan di antara gigi dan pastikan bibir berada di
sekitar mouthpiece agar tidak ada udara yang keluar
● Bilas dengan air/ rendam dalam air hangat (deep cleaning) setelah digunakan atau
dapat dilakukan disinfeksi dengan cara direndam dalam:
a. 70% isopropil alkohol – 5 menit
b. 3% hidrogen peroksida – 30 menit
Sockrider, M. (2020). Nebulizer breathing treatments at home. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 202(3), P7–P8. https://doi.org/10.1164/rccm.2023C7
Terbutaline
Indikasi Bronkospasme akut dan berat
Efek samping Takikardia, gugup, tremor, palpitasi, pusing, sakit kepala, mual, muntah, anxiety, ngantuk, gelisah, lesu,
muka memerah, berkeringat, kram otot
Interaksi obat Peningkatan risiko perdarahan dan gangguan irama ventrikel serius dengan anestesi halogenasi.
Kehamilan Kategori C
MIMS
Budesonid
Indikasi Asma, rhinitis alergi, polip nasal
Efek samping Supresi adrenal, imunosupresi, retardasi pertumbuhan pada anak, hiperglikemia, retensi cairan,
gangguan penglihatan, kandidiasis oral
Kontraindikasi Pengobatan primer status asmatikus atau episode asma akut lainnya yang membutuhkan tindakan
intensif
Interaksi obat Berkurangnya efek terapeutik dari vaksin. Peningkatan paparan sistemik dan efek samping dengan
inhibitor CYP3A4
Kehamilan Kategori B
MIMS
Alat Turbuhaler
1. Lepaskan tutup turbuhaler, tarik
inhaler ke atas
2. Putar turbuhaler ke kanan, selanjutnya
ke kiri dengan cepat. Kemudian akan
terdengar bunyi “klik”
3. Keluarkan/buang napas
4. Letakkan alat di mulut yaitu di antara
bibir
5. Hisap obat dengan menarik napas
kuat dan dalam
6. Keluarkan alat dari mulut
7. Tahan napas selama 10 dekit,
kemudian bernapaslah secara
perlahan
8. Tutup kembali turbuhaler
Hal yang diperhatikan: selalu perhatikan jumlah dosis yang tersisa pada window
American Family Physician. 2013. Asthma Society of Canada, vol 88, no 10. https://www.aafp.org/afp/2013/1115/afp20131115p655-fb.pdf
Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk. (2020). Alat Inhalasi. Diakses dari : https://www.pikhospital.co.id/info/77/alat-inhalasi
EDUKASI PASIEN/KELUARGA
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
PDPI. (2003). Asma, Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Thanks!
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukan ke definisi PPOK karena bronkitis kronik adalah
diagnosis klinis dan emfisema adalah diagnosis patologi.
Prevalensi PPOK tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (10,0%), diikuti Sulawesi Tengah (8,0%),
Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan masing-masing 6,7 persen.
PPOK lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan dan lebih tinggi di perdesaan dibanding
perkotaan.
Prevalensi PPOK cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah dan kuintil
indeks kepemilikan terbawah.
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1022/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Faktor Risiko
a. Genetik
b. Pajanan partikel
- Asap rokok
- Debu kerja,
- organik dan inorganik
- Polusi udara dalam rumah dari pemanas atau biomassa rumah tangga dengan ventilasi
yang buruk
- Polusi udara bebas
c. Pertumbuhan dan perkembangan paru
d. Stres oksidatif
e. Jenis kelamin
f. Umur
g. Infeksi paru
h. Status sosial-ekonomi
i. Nutrisi.
j. Komorbiditas
Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Manifestasi Klinis
Batuk Kronik
Batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan
Berdahak kronik
Bersifat progresif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1022/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis
02
Diagnosis
Banding
Jihan (1906404700)
Indikator Kunci Diagnosis PPOK
Gejala Keterangan
Riwayat terpajan faktor risiko Asap rokok, debu dan bahan kimia di tempat kerja. Asap
dapur
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2011). PPOK: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: PDPI.
Diagnosis Banding PPOK
Diagnosis Gejala
PPOK Onset pada usia pertengahan, gejala progresif lambat, lamanya riwayat
merokok, sesak saat aktivitas, sebagian besar hambatan udara ireversibel
Asma Onset awal paling sering pada anak; gejala bervariasi dari hari ke hari;
gejala pada malam menjelang pagi, disertai alergi, rinitis, atau eksim;
riwayat keluarga dengan asma; sebagian besar keterbatasan udara
reversibel
Gagal jantung kongestif Auskultasi terdengar ronchi halus di bagian basal, foto toraks tampak
jantung membesar, edema paru, uji paru menukan restriksi buka konstriksi
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2011). PPOK: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: PDPI.
Diagnosis Banding PPOK (lanj’)
Diagnosis Gejala
Tuberkulosis Onset segala usia, foto toraks menunjukan infiltrat di paru, konfirmasi biologi
(sputum BTA), prevalensi tuberkulosis tinggi di daerah endemis
Bronkiolitis obliterans Onset pada usia muda, bukan perokok, mungkin memiliki riwayat
rheumatoid arthritis atau pajanan asap, CT scan toraks pada ekspirasi
menunjukan daerah hypodense
Panbronkiolitis diffusa Lebih banyak pada laki-laki bukan perokok, hampir semua menderita
sinusitis kronis, foto toraks menunjukan nodul opak menyebar kecil di
centrilobular dan gambaran hiperinflasi
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2011). PPOK: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: PDPI.
Perbedaan Sel Inflamasi Asma dan PPOK
PPOK Asma Asma Berat
lokasi Saluran napas perifer, parenkim paru, Saluran napas proksimal Saluran napas proksimal dan
pembuluh darah paru perifer
Respons terapii Kurang respons terhadap Respons baik terhadap Kurang respons terhadap
bronkodilator dan steroid bronkodilator maupun steroid bronkodilator maupun steroid
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2011). PPOK: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: PDPI.
Perbedaan Sel Inflamasi
Asma dan PPOK
1. Mengurangi gejala
2. Mencegah progresifitas penyakit
3. Meningkatkan status kesehatan
4. Mencegah dan menangani komplikasi
5. Mencegah dan menangani eksaserbasi
6. Menurunkan terjadinya kematian
Kristiningrum, E. (2019). Farmakoterapi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Departemen Medical, PT Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia
04
Terapi Farmakologi
(mengacu pada algoritma terapi nasional
dan internasional)
&
Terapi NonFarmakologi
Aliya Yasmina K (1806194391)
Catherine (1906405123)
Salsabilanova Agvana Maruli (1906287982)
Vania Aileen (1906347571)
Algoritma Terapi Nasional
Algoritma PPOK Stabil (Nasional)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003 ).Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Diakses dari : https://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_PPOK_PDPI.pdf
Penatalaksanaan PPOK Stabil
Kriteria PPOK stabil:
● Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
● Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah menunjukkan pCO2
< 45 mmHg dan pO2 > 60 mmHg
● Dahak jernih tidak berwarna
● Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)
● Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
● Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003 ).Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Diakses dari : https://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_PPOK_PDPI.pdf
Penatalaksanaan PPOK Stabil
Penatalaksanaan di rumah meliputi:
1. Penggunaan obat-obatan dengan tepat → Pemilihan obat dalam bentuk dishaler, nebuhaler
atau tubuhaler karena penderita PPOK biasanya berusia lanjut, koordinasi neurologis dan
kekuatan otot sudah berkurang.
2. Terapi oksigen → Dibedakan untuk PPOK derajat sedang (oksigen hanya digunakan bila timbul
sesak yang disebabkan pertambahan aktivitas) dan berat (pada waktu aktivitas atau terus
menerus selama 15 jam terutama pada waktu tidur). Dosis oksigen tidak lebih dari 2 liter.
3. Penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya.
4. Rehabilitasi → Penyesuaian aktivitas; latihan ekspektorasi atau batuk yang efektif (huff cough);
"Pursed-lips breathing"; Latihan ekstremitas atas dan otot bantu napas.
5. Evaluasi / monitoring → Tanda eksaserbasi; Efek samping obat; Kecukupan dan efek samping
penggunaan oksigen.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003 ).Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Diakses dari : https://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_PPOK_PDPI.pdf
Algoritma PPOK Eksaserbasi Akut (Nasional)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003 ).Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Diakses dari : https://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_PPOK_PDPI.pdf
Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya
komplikasi.
Gejala eksaserbasi:
● Sesak bertambah
● Produksi sputum meningkat
● Perubahan warna sputum
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003 ).Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Diakses dari : https://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_PPOK_PDPI.pdf
Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
Prinsip penatalaksanaan PPOK:
Mengatasi segera eksaserbasi yang terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Bila telah menjadi gagal
napas segera atasi untuk mencegah kematian.
Beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi:
1. Diagnosis beratnya eksaserbasi → Derajat sesak, frekuensi napas, pernapasan paradoksal; Kesadaran;
Tanda vital; Analisis gas darah; Pneumonia.
2. Terapi oksigen adekuat → Sebaiknya dipertahankan Pa O2 > 60 mmHg atau Sa O2 > 90%.
3. Pemberian obat-obatan yang maksimal → antibiotik, bronkodilator, kortikosteroid.
4. Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan, dan
menghindari kelelahan otot bantu napas.
5. Ventilasi mekanik → Dahulukan penggunaan NIPPV, bila gagal pertimbangkan intubasi.
6. Kondisi lain yang berkaitan → Monitor balans cairan elektrolit; Pengeluaran sputum; Gagal jantung atau
aritmia.
7. Evaluasi ketat progresivitas penyakit → Monitor dan penanganan yang tepat dan segera dapat
mencegah dan gagal napas berat dan menghindari penggunaan ventilasi mekanik.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003 ).Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Diakses dari : https://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_PPOK_PDPI.pdf
Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
Penanganan eksaserbasi akut dapat dilaksanakan di rumah (eksaserbasi yang ringan) atau di rumah sakit (eksaserbasi
sedang dan berat). Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan dilakukan di rumah oleh penderita yang telah
diedukasi dengan cara:
● Menambahkan dosis bronkodilator atau dengan mengubah bentuk bronkodilator yang digunakan dari bentuk
inhaler, oral dengan bentuk nebuliser
● Menggunakan oksigen bila aktivitas dan selama tidur
● Menambahkan mukolitik
● Menambahkan ekspektoran
Bila dalam 2 hari tidak ada perbaikan penderita harus segera ke dokter.
Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap dan dilakukan di:
1. Poliklinik rawat jalan
2. Unit gawat darurat
3. Ruang rawat
4. Ruang ICU
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003 ).Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Diakses dari : https://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_PPOK_PDPI.pdf
Algoritma Terapi Internasional
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
GLOBAL INITIATIVE FOR CHRONIC OBSTRUCTIVE LUNG DISEASE POCKET GUIDE TO COPD DIAGNOSIS, MANAGEMENT, AND PREVENTION A Guide for Health Care Professionals 2020
EDITION https://goldcopd.org/wp-content/uploads/2020/03/GOLD-2020-POCKET-GUIDE-ver1.0_FINAL-WMV.pdf
GLOBAL INITIATIVE FOR CHRONIC OBSTRUCTIVE LUNG DISEASE POCKET GUIDE TO COPD DIAGNOSIS, MANAGEMENT, AND PREVENTION A Guide for Health Care Professionals 2020
EDITION https://goldcopd.org/wp-content/uploads/2020/03/GOLD-2020-POCKET-GUIDE-ver1.0_FINAL-WMV.pdf
GLOBAL INITIATIVE FOR CHRONIC OBSTRUCTIVE LUNG DISEASE POCKET GUIDE TO COPD DIAGNOSIS, MANAGEMENT, AND PREVENTION A Guide for Health Care Professionals 2020
EDITION https://goldcopd.org/wp-content/uploads/2020/03/GOLD-2020-POCKET-GUIDE-ver1.0_FINAL-WMV.pdf
Pengobatan untuk COPD Eksaserbasi
ICS in combination with long-acting bronchodilator therapy
ICS + LABA
GLOBAL INITIATIVE FOR CHRONIC OBSTRUCTIVE LUNG DISEASE POCKET GUIDE TO COPD DIAGNOSIS, MANAGEMENT, AND PREVENTION A Guide for Health Care Professionals 2020
EDITION https://goldcopd.org/wp-content/uploads/2020/03/GOLD-2020-POCKET-GUIDE-ver1.0_FINAL-WMV.pdf
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed
from: https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th,
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
BCGuidelines.ca:.(2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Diagnosis and Management. Accessed from:
https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/health/practitioner-pro/bc-guidelines/copd_full_guideline.pdf on December 5th, 2022
Terapi Farmakologi
Antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai
bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir (maksimal 4 kali
perhari).
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta
Antikolinergik: Tiotropium
Indikasi Terapi pemeliharaan obstruksi paru kronik termasuk bronchitis dan emfisema kronik dan dispnea
yang menyertainya.
Dosis & Cara dewasa (termasuk lansia), 1 kali sehari satu kapsul untuk inhalasi (22,5 mcg tiotropium bromide
Pakai setara dengan18 mcg tiotropium), tidak boleh ditelan, tidak boleh digunakan lebih dari 1 kali
sehari.
Efek Samping dehidrasi, pusing, sakit kepala, insomnia, penglihatan kabur, peningkatan tekanan intraokular,
glaukoma, takikardi, palpitasi, takikardi supraventikular, atrial fibrilasi, bronkospasme, epistaksis,
laringitis, faringitis, sinusitis, disfonia, batuk
Kontraindikasi hipersensitivitas terhadap atropin atau derivatnya atau komponen penyusun produk.
Peringatan sebaiknya tidak digunakan untuk terapi awal pada bronkospasme akut, penderita glaukoma sudut
dekat, hiperplasia prostat, obstruksi leher kandung kemih, kehamilan dan menyusui.
https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/31-antiasma-dan-bronkodilator/313-bronkodilator-dan-antimuskarinik
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta
Kortikosteroid
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena,
berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon
atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila
terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1 pasca
bronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
Digunakan pada PPOK stabil mulai derajat III dalam bentuk glukokortikoid,
kombinasi LABACs dan PDE-4.
Kortikosteroid: Prednison
Indikasi supresi inflamasi dan gangguan alergi
Efek Samping dikurangi dengan menggunakan dosis efektif paling rendah untuk periode sesingkat mungkin,
efek saluran pencernaan termasuk dyspepsia, tukak lambung (dengan perforasi), abdominal
distention, pankreatitis akut, ulserasi esophageal dan kandidiasis
Kontraindikasi infeksi sistemik (kecuali kalau diberikan pengobatan microbial spesifik), hindari pemberian vaksin
virus hidup pada pemberian dosis imunosupresif (respon serum antibodi berkurang).
Peringatan supresi adrenal dan infeksi, lanjut usia, diperlukan pengawasan terus menerus jika ada sejarah
tuberkulosis, hipertensi, hindari penggunaannya pada penyakit hati.
https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/63-kortikosteroid/632-glukokortikoid
Phosphodiesterase-4 inhibitor
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta
Phosphodiesterase-4 inhibitor : Roflumilast
Indikasi terapi tambahan pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) berat yang disertai dengan bronkitis
kronik.
Dosis & Cara Dewasa diatas 18 tahun, 500 mcg satu kali sehari.
Pakai
Efek Samping penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, insomnia, sakit kepala, diare, mual, sakit perut.
Kontraindikasi hipersensitivitas, gangguan hati sedang atau berat, remaja dibawah 18 tahun, kehamilan atau
merencanakan hamil, menyusui.
Peringatan tidak diindikasikan sebagai terapi kedaruratan untuk mengatasi bronkospasme akut. Hentikan
penggunaan pada penyakit imunologik berat (seperti infeksi HIV, multiple sclerosis, lupus
eritematosus, leukoensefalopati multifokal progresif, dan lainnya), penyakit menular akut parah
(seperti TBC, atau hepatitis akut), kanker (kecuali karsinoma sel basal) atau pasien yang sedang
mendapat imunosupresan; riwayat depresi yang disertai dengan pikiran atau tindakan untuk
bunuh diri.
https://pionas.pom.go.id/monografi/roflumilas
Metilxantin
● Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada
derajat sedang dan berat.
● Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega napas)
● Bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut → dapat diberikan bersama
bronkodilator lainnya karena mempunyai efek memperkuat otot diafragma.
● Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta
Metilxantin: Aminofilin
Indikasi Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat
Dosis & Cara ● Oral 100-300 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan
Pakai ● Dosis awal aminofilin diberikan 2,5-5 mg/kgBB diberikan secara bolus dalam
30 menit. Untuk pemeliharaan diberikan dosis 0,5 mg/kgBB per jam.
Efek Samping Takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala,
stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi terutama bila
diberikan melalui injeksi intravena cepat.
Peringatan Penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak lambung, gangguan fungsi hati
(kurangi dosis)
Dosis & Cara Pakai ● Oral: 4 mg (lansia dan pasien yang sensitif dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari, dosis tunggal, maksimal
8 mg. Anak di bawah 2 tahun 200 mcg/kg bb 4 kali sehari, 2- 6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari, 6-12
tahun 2 mg;
● Inhalasi nebuliser: Dewasa dan Anak di atas 18 bulan 2,5 mg, diberikan sampai 4 kali sehari, atau 5
kali bila perlu,
Efek Samping Tremor (terutama di tangan), ketegangan, sakit kepala, kram otot, palpitasi, takikardi, aritmia, vasodilatasi
perifer
Peringatan ● Harus digunakan dengan hati-hati pada keadaan hipertiroidisme, penyakit kardiovaskular, aritmia,
kepekaan terhadap perpanjangan interval QT, dan hipertensi.
● Jika diperlukan dosis tinggi selama kehamilan, harus diberikan secara inhalasi, karena
penggunaan parenteral dapat mempengaruhi miometrium dan mungkin menyebabkan masalah
jantung
● Inhalasi nebuliser → perlu segera dipantau hasilnya, karena mungkin diperlukan alternatif terapi
lain.
Dosis & Cara Inhalasi Serbuk, asma 4.5 mcg = 1 aktuasi 1-2 kali sehari pagi atau malam. Ditambah hingga 18
Pakai mcg 2 kali sehari pada obstruksi saluran napas yang berat. Dosis maksimum 4 atau 8 aktuasi.
Dosis pemeliharaan dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan.
Efek Samping Susunan saraf pusat: sakit kepala, gangguan tidur, agitasi, lemah; kardiovaskular: palpitasi,
takikardi; sistem pernapasan: spasme bronkus; muskuloskeletal: tremor, kram otot.
Peringatan Asma yang diterapi dengan stimulan adrenoseptor beta-2 yang menerima antiinflamasi
kortikosteroid, tiroksikosis, feokromositoma, obstruksi hipertropi kardiomiopati, stenosis aortik
subvalvular idiopati, hipertensi berat, aneurisme, gangguan kardiovaskula, penyakit jantung
iskemi, takiaritmia, gagal jantung berat, hiperkalemi, hiperglikemi pada pasien yang
menggunakan stimulan adrenoseptor beta-2, sirosis hati berat.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2021). Panduan Umum Praktik Klinis Penyakit Paru dan Pernapasan. Jakarta
Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia. (2017).
Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama.
Jakarta
Terapi Non-Farmakologi
Vaksinasi
● Vaksinasi yang dilakukan → Vaksinasi influenza untuk semua pasien PPOK, vaksinasi
pneumokokal untuk usia > 65 tahun atau usia lebih muda dengan komorbid penyakit jantung
dan paru kronik.
● Vaksinasi dapat mengurangi eksaserbasi dan meningkatkan kualiti hidup
Terapi Oksigen
● PPOK → Penggunaan Long-term oxygen therapy pada pasien hipoksemia berat
● PPOK Eksaserbasi Akut → Terapi oksigen dosis yang tepat, gunakan sungkup ventury mask,
pertahankan PaO2 > 60 mmHg atau Saturasi > 90%, evaluasi ketat hiperkapnia
● Terapi oksigen di rumah → diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal
napas kronik → lama pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal kanul 1-2
L/mnt
● Terapi oksigen di rumah sakit → oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat
darurat, ruang rawat ataupun ICU.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2021). Panduan Umum Praktik Klinis Penyakit Paru dan Pernapasan. Jakarta
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta
Berhenti merokok
Berhenti merokok merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif dalam mengurangi risiko
berkembangnya PPOK dan memperlambat progresivitas penyakit (Bukti A). Strategi untuk membantu
pasien berhenti merokok 5A:
a. Ask (Tanyakan)
Mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan.
b. Advise (Nasihati)
Dorongan kuat pada semua perokok untuk berhenti merokok.
c. Assess (Nilai)
Keinginan untuk usaha berhenti merokok (misal: dalam 30hari ke depan).
d. Assist (Bimbing)
Bantu pasien dengan rencana berhenti merokok, menyediakan konseling praktis,
merekomendasikan penggunaan farmakoterapi.
e. Arrange (Atur)
Buat jadwal kontak lebih lanjut.
Rehabilitasi Paru
● Latihan olahraga bermanfaat dalam pengobatan PPOK untuk meningkatkan toleransi olahraga dan untuk
mengurangi gejala dispnea dan kelelahan.
● Program rehabilitasi paru merupakan komponen integral dalam penatalaksanaan PPOK dan harus mencakup
pelatihan olahraga bersama dengan berhenti merokok, latihan pernapasan, perawatan medis yang optimal,
dukungan psikososial, dan pendidikan kesehatan.
● Rehabilitasi paru tidak memiliki efek langsung pada fungsi paru atau pertukaran gas. Tapi untuk,
mengoptimalkan sistem tubuh lain sehingga dampak fungsi paru-paru yang buruk dapat diminimalkan.
● Latihan olahraga mengurangi respon SSP terhadap dispnea, memperbaiki kecemasan dan depresi, mengurangi
hiperinflasi toraks, dan meningkatkan fungsi otot rangka.
● Studi telah menunjukkan bahwa rehabilitasi paru dengan olahraga tiga hingga tujuh kali per minggu dapat
menghasilkan peningkatan jangka panjang dalam aktivitas hidup sehari-hari, kualitas hidup, toleransi olahraga,
dan dispnea untuk pasien dengan PPOK sedang hingga berat.
● Sementara program rehabilitasi bervariasi berdasarkan lamanya program, dan frekuensi serta intensitas latihan,
program dengan durasi yang lebih panjang dan sesi yang lebih sering telah menunjukkan manfaat klinis terbaik.
Dipiro, J.T., et al., 2015, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 9th Edition, McGraw Hill, New York.
05
PARAMETER
EVALUASI
Eka Ulya Z
Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
Kriteria
hasil analisis gas darah menunjukkan pH normal,
PCO2 > 60 mmHg dan PO2 < 60 mmHg
PDPI. (2011). Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Diagnosis & Penatalaksanaan. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. p.55
Parameter Evaluasi Terapi
● Pada PPOK stabil kronis, perlu dilakukan test terhadap fungsi paru
dengan tambahan terapi, perubahan dosis, atau penghapusan terapi.
Outcome lainnya yang perlu dilihat yaitu skor dispnea, penilaian kualitas
hidup, dan tingkat eksaserbasi (termasuk kunjungan gawat darurat dan
rawat inap).
● Pada eksaserbasi akut PPOK, perlu dilihat jumlah sel darah putih,
tanda-tanda vital, radiografi dada, dan perubahan frekuensi dispnea,
volume sputum, dan purulensi sputum saat onset dan selama eksaserbasi.
Pada eksaserbasi yang lebih parah, ABG dan SaO2 juga harus dipantau.
● Evaluasi kepatuhan pasien, efek samping, potensi interaksi obat, dan
ukuran subjektif kualitas hidup pasien.
Wells, B. G., DiPiro, J. T., Schwinghammer, T. L., & DiPiro, C. V. (2017). Pharmacotherapy Handbook,Tenth Edition. In McGraw-Hill Companies.
Parameter Evaluasi Terapi
Kategori Pasien Terapi Pertama Asesmen
DiPiro, Joseph T., et al (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. (11ed). United States : McGraw Hill.
Parameter Evaluasi Terapi
Kategori Pasien Terapi Pertama Asesmen
DiPiro, Joseph T., et al (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. (11ed). United States : McGraw Hill.
Parameter Evaluasi Terapi
Kategori Pasien Terapi Pertama Asesmen
DiPiro, Joseph T., et al (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. (11ed). United States : McGraw Hill.
Parameter Evaluasi Terapi
Kategori Pasien Terapi Pertama Asesmen
MIMS
Parameter Monitoring Terapi
Agonis β2 Parameter
kerja lama
Formoterol ● Monitor fungsi paru, detak jantung, stimulasi SSP, dan tekanan darah
● Monitoring kadar serum K dan glukosa
MIMS
Parameter Monitoring Terapi
Agonis β2 Parameter
kerja lama
MIMS
Parameter Monitoring Terapi
Kortikosteroid Parameter
Prednisolon ● asma, perbaikan klinis yang ditunjukkan oleh tes fungsi paru terutama laju aliran
ekspirasi puncak (PEFR), penurunan mengi, dispnea, laju pernapasan, dan jumlah
serangan asma yang diinduksi oleh olahraga
● sarkoidosis paru, perbaikan klinis yang ditunjukkan dengan tes spirometri saat onset,
selama pengobatan, dan setelah berhenti pengobatan hingga 2 tahun; mengi dan
batuk berkurang.
Micromedex
Parameter Monitoring Terapi
Kortikosteroid Parameter
MIMS
06
Identifikasi Masalah
Terkait Obat dan
Rekomendasi Solusinya
Gabriella Putrijoys 1906404404
Laurentio Daniel Caesar Perdana Putra 1906404796
SABA: Salbutamol
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/salbutamol?mtype=generic
Sumber: MIMS. (2022). Salbutamol.Diakses dari [Internet]
● Reaksi hipersensitivitas (urtikaria, angioedema, ruam, bronkospasme, edema
orofaringeal), hipokalemia (dosis tinggi)
● Takikardia, palpitasi, nyeri dada
● Tremor, sakit kepala, pusing, mengantuk, gelisah
● Vasodilatasi perifer
Efek Samping
● Berpotensi fatal: bronkospasme paradoks
Solusi: sering menggerakan tangan dan latihan tangan, apabila efek samping
sangat mengganggu, maka dapat diberikan alternatif lain, seperti beralih dari
inhalasi serbuk kering ke aerosol. Menggunakan obat dengan dosis yang sesuai
dengan resep
Interaksi Obat Dapat menyebabkan bronkospasme parah bila digunakan dengan β-blocker
Pantau aliran puncak FEV1, dan/atau tes fungsi paru lainnya; tekanan darah, detak
Monitoring Terapi jantung, stimulasi SSP; serum glukosa, kadar K dan kreatinin; gejala asma; laktat,
dan EKG (IV).
Glukokortikoid: Prednisone
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/prednisone?mtype=generic
Sumber: MIMS. (2022). Prednisone.Diakses dari [Internet]
● Penekanan adrenal
● Gangguan penglihatan (katarak, glaukoma sudut terbuka, peningkatan tekanan
intraokular)
● Osteoporosis, penekanan pertumbuhan pada anak-anak, miopati akut,
imunosupresi
Efek Samping
● Gangguan kejiwaan (insomnia, euforia, perubahan suasana hati, perubahan
kepribadian, depresi berat)
Solusi: apabila efek samping sangat mengganggu periksakan ke dokter dan jangan
segera menghentikan penggunaan obat, istirahat yang cukup, hindari stress dan
konsumsi makanan bergizi
Infeksi jamur sistemik, infeksi sistemik kecuali diobati dengan anti-infeksi spesifik,
Kontraindikasi malaria serebral, pemberian bersamaan dengan vaksin hidup atau vaksin hidup
yang dilemahkan
mims.com/indonesia/drug/info/amoxicillin?mtype=generic#disclaimer
Sumber: MIMS. (2022). Amoxicillin. Diakses dari [Internet]
Mual, diare, muntah, sakit kepala, pusing, ruam
Berpotensi fatal :Reaksi hipersensitivitas termasuk anafilaksis, anafilaktoid, dan
reaksi merugikan kulit yang parah (misalnya Stevens-Johnson)
Efek Samping
Solusi: menggunakan obat dengan dosis yang sesuai dengan resep, efek samping
yang terjadi biasanya bersifat umum sehingga dapat dihindari dengan istirahat
yang cukup, jika efek samping sangat mengganggu hubungi dokter
Hipersensitif amoksisilin, beta laktam, atau klavulanat; gangguan renal parah (CrCl
Kontraindikasi
< 30 mL/min); riwayat disfungsi hepatik/jaundice karena amoksisilin.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ambroxol?mtype=generic
Sumber: MIMS. (2022). Ambroxol.Diakses dari [Internet]
Jarang: sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik (TEN),
Gangguan gastrointestinal: Mual, muntah, diare, dispepsia, mulut atau
tenggorokan kering, sakit perut, mulas
Berpotensi Fatal: reaksi anafilaksis (cth: syok anafilaksis, angioedema, ruam,
Efek Samping
urtikaria, pruritus).
Solusi: efek samping yang bersifat umum terjadi, sehingga dapat dihindari dengan
istirahat yang cukup. Apabila efek samping sangat mengganggu hubungi dokter.
Menggunakan obat dengan dosis yang sesuai dengan resep.
Pasien dengan tukak lambung atau duodenum; Gangguan ginjal dan hati;
Perhatian Khusus
Anak-anak; Kehamilan dan menyusui.
Pengawasan klinis dapat dilakukan pada pasien yang berisiko terkait reaksi alergi
yang berat, seperti eritema multiformis, sindroma Steven-Johnson, dan Toxic
Monitoring Terapi Epidermal Necrolysis. Apabila didapati reaksi alergi, maka konsumsi ambroxol
harus dihentikan segera; pengawasan klinis dan spirometri untuk mengetahui
respon terapi pada pasien dengan PPOK.
07
Informasi obat dan
edukasi ke pasien
atau keluarga pasien
Nasal Auni Rabbina 1906404751
Edukasi
Bertujuan untuk menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru
CARA MENGGUNAKAN:
Ambil Salbutamol persis seperti yang diarahkan oleh dokter atau sesuai petunjuk pada label. Jangan
mengambil lebih atau kurang dari yang diinstruksikan oleh dokter.
Jika menggunakan jenis tablet extended-release (biasanya berlabel "XL" atau "ER"), telan seluruhnya.
Jangan membagi, mengunyah, atau menghancurkan tablet.
Jika menggunakan sirup oral, kocok botolnya dengan baik sebelum meminumnya untuk memastikan
cairannya tercampur rata. Gunakan sendok takar atau cangkir yang disediakan untuk mengukur dosis.
Informasi lain:
Hindari alkohol.
Simpan di tempat yang sejuk dan kering jauh dari jangkauan anak-anak.
Obat tidak boleh digunakan melewati tanggal kedaluwarsa.
Efek Samping:
ruam, sesak napas, pembengkakan wajah, mata atau mulut, nyeri otot, sesak napas,
kesulitan bernapas, batuk yang semakin parah, sakit dada
Beri tahu dokter jika salah satu dari efek samping ini tidak hilang atau parah, atau jika
mengalami efek samping lainnya.
Interaksi Obat:
obat asma lainnya mis. teofilin
obat untuk penyakit jantung mis. digoksin, metoprolol, propranolol
obat untuk depresi mis. amitriptilin, imipramin, fenelzin
diuretik (pil air) mis. furosemid, hidroklorotiazid
obat anti-inflamasi mis. prednison, flutikason
Jika muncul keluhan pusing, dada berdebar, atau gelisah saat menggunakan obat, hentikan
pengobatan sejenak. Setelah 5 menit, gunakan kembali nebulizer, tetapi cobalah untuk bernapas
lebih perlahan. Bila keluhan masih juga muncul, hentikan penggunaan nebulizer dan segera
konsultasikan ke dokter.
Cara Membersihkan Nebulizer
● Copot cangkir nebulizer dan corong mulut, lalu bersihkan dengan air hangat yang telah
dicampur detergen atau sabun.
● Selang penyambung kompresor dengan nebulizer tidak perlu dicuci. Biasanya, dokter
akan menganjurkan untuk mengganti selang tersebut secara rutin.
● Keringkan alat yang telah dicuci dan letakkan di tempat yang bersih.
● Sebelum disimpan, pastikan nebulizer sudah kering sepenuhnya.
Cara Mensterilkan Nebulizer
Selain itu, nebulizer juga perlu disterilkan setiap seminggu sekali. Cara mensterilkan nebulizer, yaitu:
Ketika menyimpannya, tutupi nebulizer dengan kain kering dan bersih. Hindari meletakkan alat
tersebut di lantai, baik saat akan digunakan atau tidak. Sementara untuk obat, simpanlah obat yang
digunakan pada nebulizer di tempat yang sejuk dan kering.
CARA MENGGUNAKAN:
Ambil bersama dengan makanan atau segera setelah makan. Cobalah untuk meminumnya pada waktu
yang sama setiap hari.
Jika Anda menggunakan larutan oral, gunakan penetes terkalibrasi yang disertakan dengan setiap botol
untuk mengukur dosis Anda.
Jika Anda menggunakan jenis tablet yang dimodifikasi-lepas (biasanya diberi label "MR"), telan
seluruhnya. Jangan membelah, mengunyah, atau menghancurkan tablet.
Dosis obat ini akan ditentukan oleh dokter Anda. Dokter Anda akan memberi tahu Anda tentang jangka
waktu perawatan tergantung pada kondisi Anda dan respons terhadap pengobatan.
Prednison harus diminum secara teratur agar efektif. Lanjutkan minum obat ini bahkan ketika Anda merasa
lebih baik. Jangan berhenti meminumnya secara tiba-tiba karena ini dapat memperburuk kondisi Anda.
Informasi lain:
● Hindari alkohol dan akar manis.
● Simpan di tempat yang sejuk dan kering jauh dari jangkauan anak-anak. Lindungi dari cahaya dan
kelembaban; Buang botol larutan oral yang terbuka setelah 90 hari; Obat tidak boleh digunakan
melewati tanggal kedaluwarsa.
Interaksi Obat:
● Vaksin
● obat untuk diabetes mis. insulin
● antibiotik tertentu mis. siprofloksasin, levofloksasin, eritromisin
● obat-obatan untuk mengobati infeksi jamur mis. ketokonazol, itrakonazol, amfoterisin B
● pil air atau obat untuk retensi air mis. hidroklorotiazid, furosemid, asetazolamid
● obat-obatan untuk mengobati TBC (infeksi dikenal sebagai tuberkulosis) mis. rifampisin, isoniazid
● obat untuk infeksi HIV mis. ritonavir, cobicistat
● obat untuk epilepsi (pas atau kejang) mis. fenobarbital, karbamazepin
● NSAID (obat untuk nyeri dan peradangan) mis. ibuprofen, aspirin
● obat pengencer darah mis. warfarin
● obat untuk malaria mis. klorokuin, hidroksiklorokuin, meflokuin
● obat-obatan yang mengandung estrogen mis. pil KB
● ciclosporin (obat yang digunakan dalam transplantasi organ atau gangguan kekebalan tertentu)
INFORMASI OBAT: Prednisone
Kontraindikasi:
infeksi aktif yang mempengaruhi seluruh tubuh mis. infeksi jamur
malaria serebral (komplikasi malaria yang ditandai dengan pembengkakan otak atau
kerusakan otak)
Ambroxol digunakan untuk kondisi paru-paru yang berhubungan dengan sekresi lendir (dahak) yang
tidak normal, kental, dan kental. Obat ini bekerja dengan membuat dahak tidak terlalu lengket dan
kental sehingga lebih mudah dibatukkan.
CARA MENGGUNAKAN:
Ambil Ambroxol persis seperti yang diarahkan oleh dokter Anda atau sesuai petunjuk pada label. Jangan
mengambil lebih atau kurang dari yang diinstruksikan oleh dokter Anda.
Ambil bersama dengan makanan atau segera setelah makan. Cobalah untuk meminumnya pada waktu
yang sama setiap hari.
Jika Anda menggunakan sirup atau tetes oral, kocok botolnya dengan baik sebelum Anda meminumnya
untuk memastikan cairannya tercampur rata. Gunakan sendok takar, cangkir atau penetes yang
disediakan untuk mengukur dosis yang ditentukan. Tetes oral dapat dicampur dengan air, susu, atau
jus. Setelah tercampur, langsung diminum.
Jika Anda menggunakan kapsul jenis lepas lambat atau retard (biasanya berlabel "SR" atau "Retard"),
telan seluruhnya dengan segelas air. Jangan membelah, mengunyah atau menghancurkan kapsul.
Jika Anda meminum permen, isap permen sampai rasanya kuat, lalu masukkan permen di antara gusi
dan pipi. Saat rasanya memudar, mulailah menyedotnya lagi. Ulangi sampai permen benar-benar larut.
Jangan ditelan
Beberapa efek samping mungkin memerlukan bantuan medis segera. Peringatkan dokter
Anda dengan cepat jika Anda mengalami salah satu dari yang berikut:
ruam yang timbul dan gatal, sesak napas, pembengkakan pada wajah, mata, mulut atau
tenggorokan
ruam dengan pengelupasan kulit atau lepuh pada bibir, mulut atau mata disertai demam
Interaksi Obat:
antibiotics e.g. amoxicillin, cefuroxime, erythromycin, doxycycline.
CARA MENGGUNAKAN:
Anda dapat meminum obat ini dengan atau tanpa makanan. Namun, yang terbaik adalah meminumnya
di awal makan untuk meningkatkan penyerapannya dalam tubuh dan mengurangi ketidaknyamanan
perut yang mungkin ditimbulkannya. Cobalah untuk meminumnya pada waktu yang sama setiap hari.
Amoxicillin + Clavulanic acid tersedia dalam bentuk tablet konvensional atau extended-release tablet,
dan dalam bentuk bubuk untuk suspensi oral.
Jika Anda menggunakan tablet jenis extended-release (biasanya diberi label sebagai "ER"), telanlah
seluruhnya dengan makanan atau camilan rendah lemak untuk mengurangi sakit perut. Jangan
membagi, mengunyah, atau menghancurkan tablet.
Jika Anda menggunakan suspensi oral, ketuk atau balikkan botol untuk melonggarkan bubuk kering
dan tambahkan volume air yang ditentukan untuk menyusun kembali suspensi. Kocok botol dengan
baik sebelum Anda mengambilnya untuk memastikan cairannya tercampur rata. Suspensi oral dapat
dicampur dengan susu, susu formula, atau jus. Gunakan sendok takar atau cangkir yang disediakan
untuk mengukur dosis Anda.
Beberapa efek samping mungkin memerlukan bantuan medis segera. Peringatkan dokter
Anda dengan cepat jika Anda mengalami salah satu dari yang berikut:
ruam, sesak napas, mata bengkak, wajah atau mulut
diare berair atau berdarah yang parah dan terus-menerus disertai dengan sakit perut
atau demam
cocok atau kejang
kulit atau mata menguning, sakit perut, urin berwarna gelap, kelelahan yang tidak biasa
pendarahan atau memar yang tidak biasa, sakit tenggorokan yang sering dan
terus-menerus disertai demam
ruam dengan pengelupasan kulit atau lepuh pada bibir, mulut atau mata disertai demam
Interaksi Obat:
Probenecid, allopurinol, methotrexate, OCs, warfarin, disulfiram
DiPiro, J., Yee, G., Posey, L., Haines, S., & Nolin, T. (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach (11th ed.). New York: McGraw Hill.
Kementerian Kesehatan RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1022/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Klasifikasi PPOK
Derajat Klinis Faal Paru
Derajat II: ● Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas VEP1/KVP < 70%
PPOK Sedang ● Gejala batuk & produksi sputum 50% < VEP1 > 80% prediksi
● Pasien mulai memeriksa kesehatannya
Derajat IV: ● Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal VEP1/KVP < 70%
PPOK Sangat jantung kanan & ketergantungan oksigen VEP1 < 30% prediksi atau
Berat ● Kualitas hidup memburuk jika eksaserbasi mengancam jiwa VEP1 < 50% prediksi disertai
gagal napas kronis
Kementerian Kesehatan RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1022/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik
02.
Diagnosis
Banding
Diagnosis Banding
Diagnosis Gambaran Klinis
Kemenkes RI. (2015). Petunjuk Teknis Penerapan Pendekatan Praktis Kesehatan Paru di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Diagnosis Banding
Diagnosis Gambaran Klinis
Kemenkes RI. (2015). Petunjuk Teknis Penerapan Pendekatan Praktis Kesehatan Paru di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
03.
TUJUAN
TERAPI
Darisa Naurahhanan (1906347792)
Tujuan Terapi
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
DiPiro, J., Yee, G., Posey, L., Haines, S., & Nolin, T. (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach (11th ed.). New York: McGraw Hill.
04.
TERAPI FARMAKOLOGI &
NON FARMAKOLOGI
BERDASARKAN ALGORITMA
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Diakses 4 Desember 2022 dari:
http://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_PPOK_PDPI.pdf
Algoritma Terapi
Nasional
(PDPI, 2003)
PPOK Stabil Ringan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Diakses 4 Desember 2022 dari:
http://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_PPOK_PDPI.pdf
Algoritma Terapi
Nasional
(PDPI, 2003)
PPOK Stabil Sedang-Berat
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Diakses 4 Desember
2022 dari: https://adoc.pub/p-p-o-k-diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-paru-obstrukt.html
Algoritma Terapi
Nasional
(PDPI, 2011)
Penatalaksanaan secara umum
PPOK meliputi :
● Edukasi
● Berhenti merokok
● Obat-obatan
● Rehabilitasi
● Terapi oksigen
● Ventilasi mekanik
● Nutrisi
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Diakses 4 Desember
2022 dari: https://adoc.pub/p-p-o-k-diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-paru-obstrukt.html
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2020. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention
Algoritma Terapi (GOLD, 2020)
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2020. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention
Algoritma Terapi (GOLD, 2020)
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2020. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention
Algoritma Terapi (GOLD, 2020)
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2020. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention
Algoritma Terapi (GOLD, 2020)
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2020. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention
Manifestasi Klinis Tn. W
Manifestasi Klinis Kesimpulan
Rekomendasi Terapi
Chisholm-Burns, M., Schwinghammer, T., Wells, B., Malone, P., DiPiro, J., & M. Kolesar, J. (2016). Pharmacotherapy principles & practice (4th ed.). New York: McGraw-Hill Medical
05.
PARAMETER EVALUASI
OUTCOME TERAPI
Parameter Evaluasi
DiPiro, J.T., et al. (2020). Pharmacotherapy: a Pathophysiologic Approach 11th edition. New York: McGraw-Hill
Parameter Evaluasi
DiPiro, J.T., et al. (2020). Pharmacotherapy: a Pathophysiologic Approach 11th edition. New York: McGraw-Hill
06.
Masalah Terkait
Obat dan Solusi
Identifikasi Masalah Terkait Obat
Indikasi Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Tiotropium Bromida
Dosis Inhaler: dua kali hisapan yang setara dengan 5
mcg per hari, tidak boleh lebih dari dua kali
hisapan dalam 24 jam
Masalah Solusi
Efek samping Mulut kering, dehidrasi, pusing, sakit kepala,
Efek samping mulut bilas mulut setelah
insomnia, penglihatan kabur, peningkatan
kering dan dehidrasi menggunakan inhaler
tekanan intraokular, glaukoma, takikardi, palpitasi
untuk mencegah mulut
kering dan iritasi
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap atropin atau
tenggorokan
derivatnya
Alergi Hindari penggunaan
Interaksi Efek aditif dengan/ obat antikolinergik lainnya
terhadap tiotropium
bromida
Perhatian Sebaiknya tidak digunakan untuk terapi awal
khusus pada bronkospasme akut, penderita glaukoma Hindari penggunaan bersamaan obat-obat yang
sudut dekat, hiperplasia prostat, obstruksi leher dapat berinteraksi atau beri jeda selama
kandung kemih, kehamilan dan menyusui penggunaan → konsultasi dengan dokter/apoteker
Perhatian Pasien dengan penurunan produksi urin, riwayat Interaksi Obat Jeda selama penggunaan
khusus kejang, gangguan ginjal dan hati, anak-anak, ibu dan konsultasikan dokter
hamil dan menyusui atau apoteker
Identifikasi Masalah Terkait Obat
Dosis Kapsul lepas lambat 1 kali sehari 75 mg AMBROKSOL
Tablet 2-3 kali sehari 30 mg
Tiotropium Bromida
● Peringatkan pasien untuk menghindari aktivitas yang
memerlukan kewaspadaan mental atau koordinasi
sampai efek obat disadari; dapat menyebabkan pusing
atau penglihatan kabur
● Beri tahu pasien bahwa obat tidak diindikasikan untuk
bronkospasme akut (terapi penyelamatan)
● Beri tahu pasien untuk melaporkan gejala bronkospasme
paradoks dan glaukoma sudut sempit akut
● Instruksikan pasien pada teknik inhalasi yang benar
● Beri tahu pasien untuk mencegah semprotan aerosol
atau serbuk masuk ke mata; dapat menyebabkan
penglihatan kabur dan pelebaran pupil
● Penyimpanan: Simpan pada suhu ruang terkontrol 25℃
(77°F), dengan range yang diizinkan antara 15 - 30°C (59
dan 86°F). Jangan disimpan pada freezer
MIcromedex
Albuterol
● Jangan gunakan albuterol jika memiliki reaksi alergi terhadap albuterol
● Cara penggunaan(bentuk sediaan): aerosol, serbuk, larutan, atau
suspensi
○ Menggunakan alat MDI
○ Kocok inhaler sebelum digunakan
○ Bersihkan inhaler yang bersentuhan langsung dengan mulut
setidaknya 1 kali seminggu dengan air hangat selama 30 detik.
Biarkan hingga kering.
● Obat yang harus dihindari: digoxin, beta blockers, obat diuretik dan
obat-obatan asma
● Penyimpanan: Simpan pada suhu ruang, jauhkan dari panas dan cahaya
langsung, jangan dibekukan.
Ambroxol
● Jangan gunakan ambroksol dalam jangka waktu lama tanpa konsultasi dengan dokter
● Ambroksol hanya dapat digunakan selama kehamilan (terutama trimester awal) dan
menyusui jika memang benar-benar diperlukan
● Pemakaian selama kehamilan dan menyusui masih memerlukan penelitian lebih lanjut
● dalam beberapa kasus insufisiensi ginjal, akumulasi dari metabolit ambroksol
terbentuk di hati.
Sumber : Kemenkes RI
Informasi dan Edukasi
● Edukasi → mencegah penyakit bertambah berat dengan cara
menggunakan obat yang tersedia dengan tepat, menyesuaikan
keterbatasan aktivitas, dan pengelolaan serta pencegahan
eksaserbasi akut
● Pengurangan pajanan faktor risiko
● Berhenti merokok
● Keseimbangan nutrisi antara protein, lemak, dan karbohidrat
dapat diberikan dalam porsi kecil namun sering
● Rehabilitasi → latihan bernapas dengan pursed lip breathing,
latihan ekspektorasi, latihan otot pernapasan dan ekstrimitas
● Terapi oksigen jangka panjang
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (2017). Panduan Praktik Klinis Ed. 1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia : Jakarta
Terima
Kasih