NOVEMBER 2013
OLEH :
ANDI AKHMAD FAISAL
PEMBIMBING :
dr. Junaedi Sirajuddin, Sp.M (K)
1
ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA
PENDAHULUAN
anterior dari bola mata (konjungtiva bulbar dan forniks) dan permukaan posterior kelopak
mata superior dan inferior (konjungtiva palpebra). Lapisan superfisial, epitel konjungtiva,
bersambung dengan epidermis kelopak mata dan lapisan terluar kornea, epitel kornea.
Konjungtiva bertanggungjawab untuk produksi mukus, yang penting untuk stabilitas tear
film dan transparansi kornea.1 Konjungtiva juga memiliki potensi yang besar untuk
melawan infeksi untuk empat alasan : (1) sangat vaskular; (2) jenis sel yang berbeda yang
terkandung didalamnya dapat aktif dan ikut serta dalam reaksi pertahanan inflamasi; (3)
imunoglobulin; dan (4) anatomi permukaan (mikrovili) dan biokimia (aktivitas enzim)
dari sel-sel konjungtiva memungkinkan jaringan untuk menelan dan menetralisir partikel
Untuk memahami lebih dalam, dalam sari pustaka ini akan dibahas tentang
EMBRIOLOGI
ektoderm neural dan mesoderm. Ektoderm membentuk lensa, glandula lakrimalis, epitel
2
palpebra berlangsung pada minggu ke 4 - 5 hingga bulan kedua masa gestasi. Pada
akhirnya palpebra superior dan inferior terlihat jelas pada minggu ke-6. Pada minggu ke-
6, invaginasi optic cup lengkap dan lens vesicel sudah terpisah dari permukaan ektoderm.
Gambar 1. Embriologi Konjungtiva (dikutip dari Vaughan DG, Asburg T, Paul Riodan-Eva.
Anatomi and Embriologi of The Eye, In : General Opthalmology. 16th Edition.Mc Graw Hill
Companies.USA.2004:5-6,25-27)
ANATOMI KONJUNGTIVA
Garis permukaan konjungtiva posterior dari kelopak mata superior dan inferior
dan permukaan anterior bola mata. Dari permukaan bagian dalam dari kelopak mata ini
3
akan berjalan ke depan bola mata bagian atas dan bawah, membentuk dua lekukan yaitu
forniks superior dan forniks inferior. Forniks superior terletak pada margin orbital sekitar
8 – 10 mm dari limbus (Gambar2A, B, dan C). Forniks inferior sekitar 8 mm dari limbus
(Gambar 3A, B, dan C). Di bagian medial, struktur forniks diganti dengan karunkula dan
plika semilunaris (Gambar 4). Tidak adanya forniks pada bagian medial ini berguna
untuk memungkinkan pungtum inferior dapat mengalirkan lapisan cairan air mata. 5 Di
bagian lateral, forniks meluas tepat di belakang ekuator bola mata (Gambar 5). Cukup
Gambar 2. Gambaran bola mata. A. Panah menunjukkan daerah forniks superior. B. Forniks Superior (F)
menunjukkan epitel dan substansia propia. Kantung konjungtiva (CS). C. Epitel menunjukkan sel-sel goblet
(panah)
Gambar 3. A. Bagian dari forniks inferior (panah). B. Forniks inferior menunjukkan epitel, sel-sel
goblet, dan folikel (F). C. Forniks inferior menunjukkan oto Mullers (MM) pada substansia propia.
4
Gambar 4 dan 5 . Bagian medial dari mata menujukkan Karunkula (C) dan Plika Semilunaris (P). Bagian
dari forniks lateral (panah) (Dikutip dari Conjungtiva .In : Duane’s Clinical Ophalmologi, Philadelphia
Lippincot William and Wilkins Publisher 2003)
epidermis kelopak mata berubah menjadi konjungtiva palpebralis dan berlanjut pada sisi
posterior dari kelopak mata.6 Konjungtiva palpebra secara jelas melekat pada tarsal plate
pada kelopak mata. Konjungtiva palpebra merupakan daerah dimana patologi reaktif
konjungtiva dapat dilihat secara klinis. Ada dua jenis perubahan yang dapat terjadi pada
bagian ini yaitu pembentukan folikel dan pembentukan papil. Folikel dianggap identik
dengan folikel limfoid yang ditemukan di bagian lain dalam tubuh. (Gambar 6). 7
Pembentukan folikel merupakan karakteristik dari infeksi viral dan klamidia juga
konjungtivitis toksik akibat penggunaan obat topikal tertentu.8 Papil terdiri dari sel-sel
inflamasi kronik seperti limfosit dan sel plasma dan dibedakan dengan folikel adalah
5
adanya pembuluh darah pada bagian tengahnya.9 Giant papil ditemukan pada penyakit
alergi tertentu dan setelah penggunaan jangka panjang kontak lensa (Gambar 7) 7,10
Konjungtiva bulbar meluas dari limbus ke area forniks. Sangat tipis dan
transparan sehingga sklera yang dibawahnya dapat terlihat. Konjungtiva bulbar ini
melekat secara longgar pada sklera untuk memungkinkan gerakan bebas mata ke segala
arah. Melekat pada tendon otot rektus, yang selanjutnya tertutup oleh kapsul tenon.
Sekitar 3 mm dari limbus, konjungtiva bulbar, kapsul tenon, dan sklera melekat dengan
kuat. 11
Gambar. 8. Representasi skematis dari anatomi konjungtiva. (Dikutip dari Lemp MA: The Dry Eye,
Jerman: Springer Verlag, 1992)
6
Konjungtiva dapat dibagi menjadi tiga subdivisi utama (seperti ditunjukkan pada
Bagan 1. Pembagian konjungtiva, dibagi menjadi tiga subdivisi utama. (dikutip dari dr.
Parthopratim Dutta Majumder, Anatomy of Conjunctiva. eOptha home page. 2001)
palpebra pada permukaan bagian dalam. Konjungtiva palpebra melekat erat dengan
tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva
bulbar.12
Konjungtiva Forniks
transisi antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbar. Melekat longgar di daerah
forniks superior terletak kira-kira 10 mm dari limbus, sedangkan di inferior terletak kira-
kira 8 mm dari limbus. Bagian medial forniks digantikan oleh karunkula dan plika
7
semilunaris. Bagian lateral konjungtiva forniks terletak kira-kira 14 mm dari limbus di
Gambar 8B. A. Jarak Conjungtival sac diukur dari margin palpebra ketika mata dibuka, B. Jarak
Conjungtival sac dari limbus. (dikutip dari dr. Parthopratim Dutta Majumder, Anatomy of Conjunctiva.
eOptha home page. 2001)
Konjungtiva Bulbar
Konjungtiva ini melekat erat dengan jaringan di bawahnya, tipis dan translusen
sehingga sklera di bawahnya terlihat jelas. Konjungtiva bulbi dilekatkan longgar oleh
penyambung ke sklera dan fasia bulbi yang menutupi M. Rectus. Sekitar 3 mm dari
kornea, konjungtiva melekat lebih erat dengan sklera dan fasia bulbi. Bagian dimana
letaknya 1 mm di depan tepi limbus kornea (pertemuan kornea dgn sklera). Konjungtiva
Gambar 8A. Konjungtiva dibagi menjadi tiga subdivisi utama. (dikutip dari dr. Parthopratim Dutta
Majumder, Anatomy of Conjunctiva. eOptha home page. 2001)
HISTOLOGI
8
Konjungtiva, seperti selaput lendir lainnya, terdiri dari dua lapisan: lapisan epitel
berlapis dan substantia lapisan propria, yang terdiri dari lapisan fibrous adenoid
( Gambar 9A).
Gambar 9A. Konjungtiva, terdiri dari dua lapisan: lapisan epitel berlapis dan substantia lapisan propria,
yang terdiri dari lapisan fibrous adenoid. (Dikutip dari Kanski JJ,Menen J.Atlas of Clinical
Opthalmology.3th Edition. Mosby Elsevier 2006:4-6)
EPITEL KONJUNGTIVA
Lapisan epitel konjungtiva, tebalnya bervariasi dimana 2-4 lapisan di daerah sub
tarsal, 6-8 lapis di daerah corneoskleral junction dan sekitar 8-10 lapis di daerah margin
konjungtival. Pada daerah forniks terdiri dari sel epitel kolumnar dan menjadi sel
skuamosa non keratinisasi pada daerah bulbi dan tarsal. Pada bagian persambungan
konjungtiva dengan kulit, sel epitel skuamosa non keratinisasi dari konjungtiva akan
berubah menjadi sel epitel skuamosa keratinisasi pada lapisan kulit. Pada epitel
9
konjungtiva, jarak antar sel dihubungkan dengan tight junction. Epitel konjungtiva juga
penonjolan sitoplasma yang menonjol ke permukaan sel epitel. Ukuran diameter dan
tinggi mikrovilli kira-kira 0,5 um dan 1 um. Fungsi mikrovilli selain untuk memperluas
daerah absorbsi juga menjaga stabilitas dan integritas dari tear film .13
Ada 5 tipe sel yang berbeda di konjungtiva yang berdasar dari jumlah dan jenis
Sel tipe I yaitu Sel Goblet. Sel Goblet memproduksi lapisan musin dari tear film. Sel
Goblet ditemukan di seluruh konjungtiva kecuali pada limbus. Paling sering ditemukan di
10
Sel tipe II, mengandung granula yang berada di apeks sitoplasma yaitu Retikulum
Endoplasma dan Badan Golgi. Tipe ini yang paling banyak di konjungtiva dan banyak
Sel tipe III, mengandung Badan Golgi yang kompleks.16 Beberapa vesikel sering
terkumpul di bagian konkaf atau konfeks Badan Golgi kompleks ini. Juga diketahui
bahwa polisakarida dan protein bergabung untuk membentuk glikoprotein didalam sistem
Golgi.15 Pada bagian konkaf dari Golgi kompleks ini produk akhir ini dihasilkan ke dalam
vakuola yang dapat mencapai permukaan epitel. Berikutnya isi dari vesikel ini dilepaskan
keluar melalui fusi membran vesikel bersama membran plasma. Untuk alasan ini,
diperkirakan bahwa sel tipe III ini juga memiliki fungsi yang kompleks berkontribusi
pada sekresi mussin dari tear film. Sel tipe III secara merata tersebar di seluruh
permukaan konjungtiva.
Sel tipe IV, mengandung banyak Retikulum Endoplasma. Sel tipe ini yang di duga
memproduksi protein yang menjadi albumin, Ig, lyzosyme serta laktoferin yang berperan
Sel tipe V, mengandung banyak Mitokondria yang biasanya terletak di bagian apikal sel.
Sel ini berperan dalam proses absorbsi dari sel. Tipe ini banyak tersebar di daerah
Selain dari sel-sel tersebut diatas, sel langerhans, melanosit, dan limfosit juga
11
Gambar 9B. Epitel konjungtiva bulbar, terdiri dari sel-sel epitel poligonal tidak beraturan. Permukaan tidak
rata dan mengelilingi dengan mikrovili. Lapisan basal juga bergelombang GC, sel goblet,. ST, stroma.
(Dikutip dari Conjungtiva .In : Duane’s Clinical Ophalmologi, Philadelphia Lippincot William and Wilkins
Publisher 2003)
SUBSTANSIA PROPIA
substansia propia. Jaringan ini memiliki potensial anti-infeksi yang sangat besar.
Sejumlah sel-sel mast (6000/mm3), limfosit, sel-sel plasma, dan neutrofil biasanya hadir
pada lapisan ini serta Ig A, Ig M dan Ig G yang memperlihatkan kemampuan lapisan ini
lapisan fibrous profunda. Lapisan limfoit ini tidak ada pada saat pertama kelahiran, tapi
terbentuk beberapa bulan sesudahnya. Pada bagian profunda merupakan lapisan yang
lebih tebal, berkolagen, elastis dan berisi pembuluh darah dan saraf serta glandula
Krause. 21
mempertahankan kelembaban dan menghasilkan lapisan air mata. Kelenjar air mata
12
asesoris yaitu Krause dan Wolfring yang struktur dan fungsinya mirip dengan kelenjar
Bagan 2. Pembagian Kelenjar assesoris pada konjungtiva (dikutip dari dr. Parthopratim Dutta Majumder,
Anatomy of Conjunctiva. eOptha home page. 2001)
Gambar 9C. Kelenjar air mata asesoris pada konjungtiva. (dikutip dari dr. Parthopratim Dutta Majumder,
Anatomy of Conjunctiva. eOptha home page. 2001)
ikat subkonjungtiva dari forniks superior. Kira-kira 42 buah pada fornix superior dan
13
sekitar 6 sampai 8 di forniks inferior. Kelenjar Wolfring juga kelenjar lakrimal aksesori.
Sekitar 2-5 buah pada palpebra superior sepanjang tarsus superior. Struktur halus dari
kelenjar Krause pada dasarnya sama seperti yang dari kelenjar lakrimal di orbit ( Gambar.
A dan B ).
Gambar 10. A. Forniks inferior menunjukkan proyeksi papiler (P).B. forniks inferior menunjukkan kelenjar
Krause (KG). (Dikutip dari Conjungtiva .In : Duane’s Clinical Ophalmologi, Philadelphia Lippincot
William and Wilkins Publisher 2003)
KELENJAR LIMFE
Saluran limfatik dalam konjungtiva terdiri atas dua pleksus: (1) pleksus superfisial
yang terdiri dari pembuluh limfe yang kecil-kecil dan berada dibawah pembuluh darah,
dan (2) pleksus profunda yang terdiri dari pembuluh limfe yang lebih besar di bagian
Gambar 11. A. Photomikrograph dari epitel konjungtiva konjungtiva. Perhatikan sel goblet (panah).
Substantia propria terdiri dari jaringan ikat longgar dan elemen seluler yang beragam. B. Sebuah saluran
getah bening (L) di substansia propria. Saluran tersebut dilapisi dengan sel endotel (panah).
14
Pembuluh limfe ini sangat penting dalam reaksi imunologi yang terjadi pada
penyakit mata. Pleksus superfisial mendapatkan aliran limfatik dari daerah limbal.
Saluran kolektor yang besar ini berjalan secara melingkar 7 sampai 8 mm di belakang
Pembuluh pengumpul yang besar dari forniks inferior bermuara melalui kantus
lateral. Pada bulbar konjungtiva, limfatik dari sisi lateralis mengalir ke kelenjar getah
bening superfisial preauricular dan limfatik dari sisi medial mengalir ke kelenjar
submaksillaris.
berbeda dari pembuluh darah dalam beberapa hal, sebagai contoh, endoteliumnya sangat
tipis, intracellular junction kurang baik daripada pembuluh darah, membrana basal sering
berkembang tidak baik atau bahkan tidak ada, dan perisit biasanya tidak ada. (Gambar.
12)
Gambar 12. Pembuluh limfe di substantia propia dari konjungtiva bulbar. Endotelium (E) tipis, membran
basal sering tidak berkembang dengan baik (seperti dalam gambar), dan Lumen (L) biasanya tidak
mengandung eritrosit. (Dikutip dari Conjungtiva .In : Duane’s Clinical Ophalmologi, Philadelphia
Lippincot William and Wilkins Publisher 2003)
SEL GOBLET
Terdapat di bagian tengah dan superfisial dari epitel dan memenuhi kira-kira 15
% dari permukaan epitel. Struktur kripte Henle terbentuk dari sel Goblet yang mengalami
invaginasi sehingga terbentuk tonjolan, ukurannya kira-kira 0,5 mm. Sel Goblet termasuk
15
sel yang relatif besar dimana ukurannya kira-kira 25 um. Selnya di bungkus oleh
membran mukus yang dapat berisi musin atau tidak. Sel Goblet melepaskan musin yang
membentuk lapisan posterior dari tear film. Musin ini dilepaskan melalui respon karena
iritasi, trauma atau toxin. Refleks pelepasan ini berguna untuk proteksi dari permukaan
bola mata.
Sel Goblet dapat ditemukan di forniks inferior bagian nasal, tengah dan sedikit
di daerah palpebra. Jarang ditemukan di konjungtiva bulbi dan tidak ada di kornea.
Densitas sel Goblet bervariasi menurut umur. Setelah periode di tahun pertama kelahiran,
jumlah sel Goblet akan menurun secara perlaha-lahan yang akhirnya menetap pada umur
sekitar 35 tahun (30-70 sel goblet/0,1 mm2 permukaan mukosa), tapi dapat bervariasi
oleh karena faktor-faktor luar. Dipercaya pula bahwa faktor hidrasi dapat mempengaruhi
jumlah sel Goblet. Sel Goblet dapat memproduksi kira-kira 2,2 ul mukus/hari. Mukus ini
sangat berperan dalam integritas permukaan bola mata karena faktor lubrikasinya dan
mengurangi tegangan permukaan dari tear film. Sel Goblet juga berkontribusi
menyediakan Ig A dan lisosom, dan mukus juga berperan dalam mekanisme pembersihan
Sel Goblet merupakan sel yang sangat mudah terpolarisasi untuk sintesis dan
sekresi musin. Musins disintesis dalam retikulum endoplasma, diubah dalam aparatus
Golgi, dan disimpan dalam granul sekresi di bagian apikal sel. Pada stimulus yang sesuai,
sekretorik granul membran menyatu dengan membran granula sekresi lainnya dan
membran apikal sel untuk melepaskan musin yang tersimpan (Gambar 13). Seluruh
jumlah granula dalam sel distimulasi dan dilepaskan secara bersamaan dengan cara
mekanisme yang dikenal sebagai sekresi apokrin. Badan sel Goblet kemudian mensistesis
kembali musin untuk disekresikan kembali. Beberapa teknik telah dilakukan untuk
16
mengidentifikasi sel Goblet dengan pewarnaan protein sekresi dalam granula. Namun,
Gambar. 13. Representasi skematis dari sintesis musin di sel goblet konjungtiva. (Dikutip dari
Conjungtiva .In : Duane’s Clinical Ophalmologi, Philadelphia Lippincot William and Wilkins Publisher
2003)
Jalur sinyal diaktifkan oleh agonis kolinergik (yang dilepaskan dari saraf
parasimpatis) untuk menstimulasi sekresi sel Goblet telah diketahui (Gambar 14).
karbakol agonis kolinergik menstimulasi sekresi sel goblet. Aktivasi PKC oleh ester
17
Gambar 14. Skema representasi dari sinyal jalur transduksi dimanfaatkan oleh agonis kolinergik dan EGF
dalam sel goblet konjungtiva .
VASKULARISASI
Arteri konjungtiva berasal dari dua sumber : (1) cabang palpebral dari arteri nasal
dan lakrimalis palpebra, dan (2) arteri siliaris anterior. Kedua pembuluh tersebut berasal
dari arteri oftalmik, yang berasal dari arteri karotid internal yang (Gambar 15-17)
Gambar 15. Vaskularisasi Konjungtiva. (Dikutip dari Liesegang. TJ,Skuta GL,Contor LB. Fundamental and
Principles of Opthalmology. Section 2. American Academy of Opthalmology. San Franscisco,2008-2009:
36)
Gambar 16. Suplai arteri konjungtiva. (dikutip dari dr. Parthopratim Dutta Majumder, Anatomy of
Conjunctiva. eOptha home page. 2001)
18
Arcade palpebral : Ada dua arkade palpebral yang merupakan sumber utama
suplai darah konjungtiva. Arkade ini adalah arkade tarsal marginal & arkade tarsal
perifer. Arkade tarsal marjinal lebih besar dari arkade tarsal perifer. Cabang-cabang
palpebral medial dan lateral arteri nasal dan lacrimalis palpebra menyuplai kelopak mata.
(arteri palpebra lateral adalah cabang dari arteri lakrimal dan arteri palpebra medial
berasal secara terpisah atau bersama-sama dari arteri oftalmik atau arteri nasal dorsalis).
Cabang-cabang superior dan inferior dari arteri ini masuk ke kelopak mata dengan cara
menembus septum orbital. Setiap cabang arteri palpebra medial kemudian beranastomosis
dengan berhubungan arteri palpebra lateral dan dengan cara inilah membentuk arkade
marjinal.
Arcade marginal : arkade marginal terletak pada pada bidang sub otot di depan
dari pelat tarsal, 2 mm menjauh dari margin kelopak mata. Arteri siliaris anterior berjalan
sebelum menembus bola mata. Arteri ciliary anterior mengirim cabang-cabang ke pleksus
19
Bagan 3. Vaskularisasi konjungtiva. (dikutip dari dr. Parthopratim Dutta Majumder, Anatomy of
Conjunctiva. eOptha home page. 2001)
Gambar 17. Vaskularisasi Konjungtiva. (dikutip dari dr. Parthopratim Dutta Majumder, Anatomy of
Conjunctiva. eOptha home page. 2001)
banyak dari arteri, sebagian besar berada di daerah tarsal konjungtiva dan bulbi. Vena-
vena ini ukuran diameternya dari 0,01 – 0,1 mm dan mudah terlihat, terutama daerah
Bagan 4. Perjalanan vena palpebra yang mengaliri konjungtiva. (dikutip dari dr. Parthopratim Dutta
Majumder, Anatomy of Conjunctiva. eOptha home page. 2001)
20
Gambar 18. Perjalanan vena palpebra yang mengaliri konjungtiva. (Dikutip dari Liesegang. TJ,Skuta
GL,Contor LB. Fundamental and Principles of Opthalmology. Section 2. American Academy of
Opthalmology. San Franscisco,2008-2009: 36)
INERVASI
Bagian eksternal dari sistem visual seperti alis, kelopak mata, konjungtiva, dan
kornea kaya akan saraf sensorik. Saraf sensorik melimpah dan sangat terintegrasi yang
diperlukan untuk proteksi, koordinasi, dan mendukung struktur bola mata dan struktur
periorbital. Konjungtiva kaya akan saraf sensorik, tapi karena tidak memiliki struktur
muskular dan innervasi kelenjar, maka tidak ada saraf motorik. (Gambar. 19)
21
Gambar 19. Jalur saraf Trigeminal. (Dikutip dari Liesegang. TJ,Skuta GL,Contor LB.
Fundamental and Principles of Opthalmology. Section 2. American Academy of Opthalmology. San
Franscisco,2008-2009: 36)
Saraf ini terdiri dari cabang infratrochlear dari nervus nasosiliar, nervus lakrimal, cabang
supratroklear dan supraorbital dari nervus frontal dan nervus infraorbital dari bagian
maksilla dari nervus trigeminal. Daerah limbal di suplai oleh cabang dari nervus siliar.
Sebagian besar ujung saraf dalam konjungtiva tidak bermielin (Gambar 20 - 22). Saraf ini
Gambar. 20. Bundel serat saraf di stroma konjungtiva (substantia propria) tersusun dari beberapa
serabut saraf yang tidak mengalami myelinasi (panah) dikelilingi oleh lapisan perineurium (P), ada juga
campur tangan dari fibril kolagen (c). Setiap serabut saraf yang tidak mengalami myelinasi terdiri dari
akson (A) dibungkus dengan sel Schwann ini (SC).
Gambar. 21. Substantia propria dari konjungtiva bulbar, menunjukkan (UN) serabut saraf bermielin (MN)
dan tidak bermielin. Di dalam kedua serat, akson (A) yang dibungkus dengan sel Schwann ini (SC) yang
memiliki membran basal (bm).
22
Gambar 22. Representasi skematis dari persarafan saraf konjungtiva. (Dikutip dari Conjungtiva .In :
Duane’s Clinical Ophalmologi, Philadelphia Lippincot William and Wilkins Publisher 2003)
KARUNKULA
nodul bulat yang terletak di lakrimal dan di bagian medial dari plica semilunaris.
Karunkula ditutupi oleh sepitel skuamosa bertingkat seperti kulit, tetapi tidak mengalami
keratinisasi. Seperti kulit karunkula mengandung jaringan rambut serta kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat, tapi tidak seperti kulit, karunkula mengandung kelenjar lakrimal
23
Gambar. 25. Epitel karunkula. Epitel ini memiliki banyak sel goblet (GC), beberapa menonjol ke arah
kantung konjungtiva. mv, mikrovili dari sel goblet. (Dikutip dari Conjungtiva .In : Duane’s Clinical
Ophalmologi, Philadelphia Lippincot William and Wilkins Publisher 2003)
PLIKA SEMILUNARIS
Adalah lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak
terletak didaerah lateral karunkula di kantus internus. Terdiri dari 8-10 lapis sel yang
berisi sel goblet. Sel Langerhan’s dapat terlihat di sel epitelnya. Pada stroma mengandung
Gambar 26. Plika semilunaris menunjukkan sel goblet (panah), epitel dan jaringan ikat fibrovaskular.
(Dikutip dari Conjungtiva .In : Duane’s Clinical Ophalmologi, Philadelphia Lippincot William and Wilkins
Publisher 2003)
FISIOLOGI
mata dan melindungi permukaan bola mata dari patogen. Disamping itu konjungtiva
bersama sel limbus secara mekanis membantu mempertahankan integritas sel kornea.
Lapisan konjungtiva palpebra dapat sebagai lapisan proteksi kornea dengan distribusi tear
film. Pada penyakit Sindrom Steven Johnson dimana terjadi keratinisasi dari konjungtiva
Flora Normal
Permukaan konjungtiva dihuni oleh berbagai koloni, yaitu bakteri dan jamur
yang bervariasi jumlahnya. Keberadaannya yang normal dalam jenis dan jumlah di batasi
oleh mekanisme pertahanan dari host dan mikroba itu sendiri. (Pada waktu lahir,
24
konjungtiva steril tapi pada hari ke 5 kelahiran, tapi berangsur-angsur flora bakteri sudah
mulai ditemukan. Flora bakteri pada kedua mata biasanya sama jenis dan jumlahnya.
Flora ini biasanya berasal dari udara sekitar dan dari kulit (kelopak mata dan dari tangan
ke mata).13
Tabel 3. Flora Jamur pada Mata Manusia 24 The Conjungtiva and Lacrimal
System,In : Duane’s Clinical Opthalmology (CD-Rom), Philadelphia Lippincot
William and Wilkins Publisher 2003
Frequency of Culture from Normal
Organism Conjunctiva (%)
Aspergillus 26
Candida 16
Harmodendem 11
White yeasts 10
Paecilomyces 6
Penicillium 5
Mycelia sterila 5
Bakteri dan jamur adalah fakultatif patogen. Mereka akan menimbulkan infeksi
Faktor Mikroba
25
Perlekatan mikroba sangat penting untuk kolonisasi pada konjungtiva karena
adanya mekanisme sweeping dari konjungtiva. Bakteri sendiri dapat melekat erat pada
reseptor di permukaan membran protein dari sel. Di samping itu ada beberapa jenis
kolonisasi dimana mikroba berusaha untuk tetap ada melalui proliferasi sendiri,
sedangkan proses yang kedua melalui kontaminasi dari luar, dimana mikroba yang mati
digantikan oleh mikroba dari luar, baik dari udara, dari jaringan kulit dan penyebaran dari
hematogen serta dapat pula melalui saluran pernafasan menembus duktus nasolakrimal.
25,26
Pada mata, ada beberapa mekanisme pertahanan anatomi, fisik, biokimia dan
4. Fungsi mekanis tear film dan kelopak mata yang membersihkan debris dan
6. Fungsi biokimia tear film yang mengandung lysozyme yang dapat membunuh
bakteri.
26
Mekanisme yang bermacam-macam ini akan bekerja sinergis sehingga
menjamin jumlah flora pada level yang seimbang. Jika ada faktor host yang terganggu
macam agen infeksius beracun baik eksogen maupun endogen. Secara klinikal dan
dan agen pemicu.27 Meskipun demikian, hiperemis, edema (khemosis), dan terbentuknya
papil hampir selalu didapatkan pada inflamasi konjungtiva. Secara klinikal hiperemis
pembuluh darah berdilatasi. Terjadinya edema inflamasi karena cadera langsung sel
endotel atau terlepasnya zat vasoaktif. Mediator vasoaktif, seperti histamin, serotonin,
mengkerut. Pengkerutan ini mungkin hanya melibatkan sel sel epitel yang melapisi vena
ini sering terlihat pada forniks dan memiliki sedikit makna klinik pada daerah ini.
Hipertropi folikular sangat penting ketika melibatkan konjungtiva bulbar dan palpebra.
Kebanyakan folikel ukurannya kecil (0,5 sampai 1,5 mm), pucat, bulat oval, struktutnya
agak tinggi. Terbentuknya folikel paling sering dikaitkan dengan infeksi virus dan
klamidia.
27
Tanda lain dari inflamasi konjungtiva yang mungkin menunjukkan penyebab
spesifik adalah terbentuknya membran pada konjungtiva. True membran terdiri dari
fibrin, leukosit, dan debris nekrotik, dimana terjalin kuat di sekitar sel epitel
porselen. Ketika true membran ini diangkat, benang fibrin ini akan merobek epitel,
bakteri atau jamur, konjungtivitis inklusi neonatal, reaksi obat toksik akut, dan semua
moluskum dan reaksi obat beracun kronis, biasanya menimbulkan respon mononuklear.
Respon campuran yang terdiri dari sel-sel mononuklear dan PMN merupakan
karakteristik konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi klamidia atau trachomatous atau
luka bakar kimia. Adanya eosinofil dapat dilihat pada pemeriksaan sitologi dalam respon
alergi konjungtiva terhadap alergen seperti debu dan serbuk sari. Sel raksasa berinti yang
perubahan reaktif dan degeneratif. Awalnya, sel-sel epitel dan sel Goblet mengalami
puing-puing selular, sel-sel inflamasi kronis, dan musin, membentuk kista bening atau
28
atrofi dan epidermalisasi dari epitel konjungtiva. Epidermalisasi ini terdiri dari hilangnya
sel Goblet, dan keratinisasi. Ini seperti tampilan putih mirip, plak (leukoplakia) pada
epitel konjungtiva. Ektropion dari palpebra inferior sering dikaitkan dengan dengan
epidermalisasi dari konjungtiva palpebra. Defisiensi Vitamin A, Sindrom Dry Eye, dan
penyembuhan yang cepat. Penyembuhan epitel konjungtiva dengan migrasi sel dan
proliferasi mitotik. Proliferasi dari lapisan basal ini membentuk kembali ketebalan normal
pada epitel. Dengan cara ini, luka konjungtiva sebesar 1 cm2 dapat kembali mengalami
Respon penyembuhan luka pada stroma konjungtiva mirip dengan jaringan yang
tervaskularisasi seperti tubuh lainnya. Awalnya sel-sel dari lapisan suprabasal bermigrasi
dan bergerak kedalam untuk menutup luka, selanjutnya sel basal melepaskan ikatan
desmosom dan bergerak kedalam untuk menutupi defek. Penyembuhan luka stroma dapat
1. Fase Bekuan
2. Fase Proliferasi
Fibroblast dan sel radang lainnya seperti monosit dan makrofag bermigrasi ke
bekuan darah
3. Fase Granulasi
29
Fibroblast mensintesis fibronektin, kolagen interstitial dan glikosaminoglikan
4. Fase Kolagen
Respon imun pada permukaan mata di pengaruhi oleh anatomi dan fisiologi yang
unik. Permukaan okular terdiri dari tiga daerah anatomi yang berbeda, yaitu kornea,
limbus dan konjungtiva, dimana fungsinya dapat bekerja sendiri dan dalam konser
sebagai spesifik barier terhadap infeksi mikroba, imunogenik, dan trauma. Konjungtiva
dan kornea berbeda dalam respon imun berbeda satu sama lainnya.
Gambar 27. Gambar skematik, konjungtiva normal memperlihatkan komponen pada epitel (E) dan
substansia propia (SP) pada daerah tiga topografik : konjungtiva palpebra (P), forniks (F), dan bulbar (B).
Limbus (L), Kornea (Co). Kelenjar lakrimal assesoris keluar ke forniks (F). Sel komplemen inflammatory-
immune normal pada konjungtiva. (Dikutip dari Margarita Calonge, The Dry Eye., The Conjunctiva and
Tear Film Maintenance, Allergan, 2004)
30
Conjunctival-associated lymphoid tissue (CALT) merupakan komponen unik
pada sistem mucosa-associated lymphoid tissue (MALT), bersama limbus sebagai daerah
transisi antara konjungtiva dan kornea. Konjungtiva juga memiliki keunikan lain dalam
populasi sel, termasuk sel goblet, sel mast dan kelenjar lakrimal assesoris. Selain itu,
konjungtiva memiliki suplai vaskularisasi juga kaya akan jaringan limfatik, yang berarti
bahwa anatominya sangat berhubungan erat dengan sistem imun di bandingkan kornea.
Limfatik dapat dengan mudah pada antigen dan sel antigen-presenting untuk reservoir
limfoid, dan suplai vaskular memungkinkan akses yang selalu siap pada efektor imun
Epitel konjungtiva, berbeda dengan epitel pada kornea, dimana tidak memiliki
membran basal yang terorganisir dan melekat secara longgar pada jaringan fibrovaskular
substansia propia (stroma). Subtansia propia konjungtiva terdiri dari 2 lapisan, yaitu
lapisan limfoid superfisial dan lapisan fibrosa yang lebih dalam. lapisan limfoid terdiri
dari matriks jaringan ikat yang mengandung T limfosit. Mereka berinteraksi dengan sel
epitel mukosa melalui sinyal regulasi timbal balik yang dimediasi oleh growth factor,
Tabel 4. Sel-sel imun pada permukaan okular normal (konjungtiva dan kornea)
31
STEM SEL KONJUNGTIVA
terhadap proteksi. Prekorneal tear film, persarafan, dan proteksi refleks berkedip
pada permukaan okular. Sel epitel memperbaharui dirinya sendiri atau prekursor sel yang
disebut stem cell, secara terus menerus berdiferensiasi menjadi sel baru epitel permukaan
okular. Limbal stem cells bertanggung jawab untuk pemeliharaan epitel kornea,
sedangkan konjungtiva dan mungkin juga struktur adneksa konjungtiva diperbaharui oleh
Stem cells ada pada semua jaringan self-renewing pada tubuh. Mereka
bertanggung jawab untuk pergantian dan regenerasi jaringan, dengan demikian berguna
untuk mempertahankan keadaan stabil dari populasi sel. Stem cells kornea dan
konjungtiva dewasa merupakan sel progenitor yang bertanggung jawab untuk hemostatis
Stem cells merupakan struktur kecil, dan berdiam pada jaringan tertentu, setelah
permintaan untuk regenerasi jaringan, misalnya, setelah cedera, stem cells ini distimulasi
amplifying cells meningkat pesat jumlahnya untuk menggantikan sel sel yang terluka atau
sel yang mati dalam jaringan. Setelah penguatan, sel ini berhenti membelah dan menjadi
dengan pergantian sel yang cepat, dan stem cells yang diperkirakan hadir dalam jaringan,
mensuplai sel-sel epitel diferensiasi sepanjang umur host. Lokasi stem cells ini masih
32
kontroversial. Secara pengamatan klinikal diindikasikan bahwa stem cells konjungtiva
Dalam kondisi basal, sekresi cairan dari sel epitel konjungtiva ke dalam air mata
tersebar selama absorbsi untuk mencapai volume tears film.32,33 Studi mengenai sekresi
cairan dari konjungtiva telah digunakan pada populasi campuran dari kedua sel skuamosa
berlapis dan sel Goblet. Transpor ion, yang diperlukan untuk sekresi elektrolit dan air,
telah terlokalisasi pada kedua tipe sel ini. Oleh karena itu, kedua sel tersebut berperan
penting dalam sekresi elektrolit dan air. Pergerakan dari kedua ion (Cl- dan Na)
mendorong transpor cairan epitel konjungtiva (Gambar 27). Dalam kondisi singkat,
sekresi Cl- yang menyumbang sekitar 80% dari transpor ion, sedangkan absorbsi Na+
Na+/glukosa SGLUT1, NKCC, dan Na+, K+ -ATPase semua terletak di sel skuamosa
berlapis dan sel Goblet konjungtiva, menunjukkan bahwa tipe sel yang sama baik pada
sekresi dan penyerapan. Tidak ada sel konjungtiva yang hanya memiliki SGLUT1 dan
tidak memiliki NKCC atau Na+, K+-ATPase. Hal ini unik pada konjungtiva. 36,37
33
Untuk sekresi Cl-, Na+, dan Cl- yang masuk kedalam sel dengan cara memakai
transporter NCKK yang terletak di membran basolateral (Gambar 27), 34-36 dan keluar dari
sel melalui saluran Cl- di membran apikal. Na+ dipompa keluar dari sel melalui Na+, K+-
ATPase yang terletak di membran basolateral, sedangkan K+ berdifusi keluar dari sel
elekroneutrality, Na+ yang dipompa keluar dari sel berdifusi kembali ke dalam air mata
melalui jalur paraselular. Pergerakan ion ini mendorong air memasuki air mata
dan (Gambar 8), 40-43 yang terletak pada membran apikal sel konjungtiva. Na +, K +-
ATPase memompa Na + yang memasuki sel pada sisi apikal, menggunakan transporter
gabungan, keluar dari sel pada sisi basolateral. Menariknya, tidak seperti banyak jaringan
lain, pergantian Na+ / H+ tidak memainkan peran dalam absorpsi konjungtiva Na+. 35
ANGKUTAN AIR
dan agonis. Aktivasi reseptor β2 - adrenergik oleh pelepasan norepinefrin dari saraf
memiliki β1 - tapi tidak memiliki adrenergik reseptor β2. 45. Dalam semua tiga spesies
reseptor ini ditemukan pada membran basolateral sel epitel konjungtiva. Baik agonis β -
beberapa subtipe reseptor muskarinik ( diaktifkan oleh agonis kolinergik ) pada skuamosa
34
konjungtiva, karena reseptor ini belum ditemukan secara konsisten . Sejauh ini , hanya
cairan konjungtiva.
atau P2Y4 yang diaktifkan. Berbeda dengan agonis β2-adrenergik, P2Y2 atau P2Y4
sekresi Cl- dengan menurun perannya pada apikal Cl- dan basolateral K + channel, yang
dengan sendirinya menghambat sekresi Cl- .47 Hal ini tidak lazim, karena di sebagian
besar jenis sel lain, 5-HT merangsang sekresi dengan meningkatkan sekresi Cl- atau
KONJUNGTIVA
konjungtiva. 35,37,44
Mereka melakukan hal tersebut dengan mengaktifkan jalur sinyal
kadar cAMP seluler, yang menstimulasi sekresi Cl-. Selain itu analog cAMP permeabel,
atau inhibisi dari aktivitas cAMP phosphodiesterase, juga menstumulasi sekresi Cl-.
Kemudian , terjadi inhibisi denilat siklase atau terbloknya stimulasi sekresi protein
sekresi elektrolit dan air pada konjungtiva. Aktivasi hasil jalur ini menagakibatkan
35
Secara ringkas, saraf simpatik melepaskan norepinefrin, yang berikatan dan
merupakan jalur penting untuk menstimulasi sekresi cairan konjungtiva. Ca2 + salah
satunya juga dapat menstimulasi sekresi cairan konjungtiva, meskipun kurang efektif
daripada cAMP. 44
Ada kemungkinan bahwa P2Y2 agonis merangsang sekresi melalui
PENUTUP
anterior bola mata, forniks superior, forniks inferoir dan permukaan posterior palpebra.
Embriologi konjungtiva berasal dari ektoderm, dan secara anatomi terdiri dari dua
lapisan: lapisan epitel berlapis dan substantia lapisan propria, dan terdiri atas konjungtiva
menyediakan mukus untuk air mata dan melindungi mata dari patogen.
DAFTAR PUSTAKA
36
1. Holly RJ: Formation and stability of the tear film. Int Ophthalmol 13:73, 1973
2. Pfister RR: The normal surface of conjunctiva epithelium: A scanning electron
microscopic study. Invest Ophthalmol 14:267, 1975
4. Newell FW, Opthalmology Principle and Concept, 6th Edition. The C>V> Mosby
Company. St Louis.Toronto 1986
5. Warwick R: Eugene Wolff's Anatomy of the Eye and Orbit, Seventh Edition.
Philadelphia, WB Saunders, 1976
6. Kurpakus MA, Maniaci MT, Esco M: Expression of keratins K12, K4 and K14
during development of ocular surface epithelium. Curr Eye Res 13:805, 1994
7. Duke-Elder S: Diseases of the Outer Eye, Vol 8, p 1061. St Louis, CV Mosby, 1965
9. Parakkal PF, Alexander NJ: Keratinization, pp 44–45. New York, Academic Press,
1972
10. Trocme SD, Raizman MB, Bartley GB: Medical therapy for ocular allergy. Mayo
Clin Proc 67:557, 1992
12. Vaughan DG, Asburg T, Paul Riodan-Eva. Anatomi and Embriologi of The Eye, In :
General Opthalmology. 16th Edition.Mc Graw Hill Companies.USA.2004:5-6,25-27
13. Conjungtiva .In : Duane’s Clinical Ophalmologi (CD-ROM),Philadelphia Lippincot
William and Wilkins Publisher 2003
14. Snell RS, Lemp MA. Clinical Anatomy of The Eye. 2nd Edtion. Blackwell Science
1998 : 100-14
37
15. Tsai RJ, Ho YS, Chen JK: The effects of fibroblasts on the growth and differentiation
of human bulbar conjunctival epithelial cells in an in vitro conjunctival equivalent.
Invest Ophthalmol Vis Sci 35:2865, 1994
16. Steuhl KP: Ultrastructure of the conjunctival epithelium. Dev Ophthalmol 19:1, 1989
17. Moses RA,. Adler’s Physiology of the Eye, 8th Edition. The C.V.Mosby Co,St Louis
Toronto,1987 : 23-4
18. Allansmith MR, Kajiyama G, Abelson MB et al: Plasma cell contents of main and
accessory lacrimal glands and conjunctiva. Am J Ophthalmol 82:819, 1976
19. Allansmith MR, Greiner JV, Baird RS: Number of inflammatory cells in the normal
conjunctiva. Am J Ophthalmol 86:250, 1978
21. Yanoff M, Fine BS: Ocular Pathology. New York, Harper & Row, 1975
22. Dartt DA: Regulation of mucin and fluid secretion by conjunctival epithelial cells.
Prog Retin Eye Res 21:555–576, 2002
23. Snell RS, Lemp MA. Clinical Anatomy of The Eye. 2nd Edtion. Blackwell Science
1998 : 100-14
24. The Conjungtiva and Lacrimal System,In : Duane’s Clinical Opthalmology (CD-
Rom), Philadelphia Lippincot William and Wilkins Publisher 2003
25. Liesegang. TJ, Skuta GL, Contor LB. External Disease and Cornea.Section 8.
American Academy of Opthalmology. San Francisco,2008-2009 : 8
26. Normal Flora of The Human Conjungtiva and Eyelid, In :Duane’s Clinical
opthalmology (CD-ROM), Philadelphia : Lippincot William and Wilkins Publisher
2003
27. Spencer WH: Ophthalmic Pathology: An Atlas and Textbook, Third Edition.
Philadelphia, WB Saunders, 1985
28. Ostler HB: Diseases of the External Eye and Adnexa: A Text and Atlas. Baltimore,
Williams & Wilkins, 1993
38
29. Yanoff M, Fine BS: Ocular Pathology: A Text and Atlas, Second Edition.
Philadelphia, JB Lippincott, 1982
30. Liesgang T: Disorders of the cornea, conjunctiva and lens. In Bartley GB, Liesgang
TJ (eds): Essentials of Ophthalmology. Philadelphia, JB Lippincott, 1992
32. Li Y, Kuang K, Yerxa B, et al: Rabbit conjunctival epithelium transports fluid, and
P2Y2(2) receptor agonists stimulate Cl– and fluid secretion. Am J Physiol Cell
Physiol 281:C595–C602, 2001
33. Shiue MH, Kulkarni AA, Gukasyan HJ, et al: Pharmacological modulation of fluid
secretion in the pigmented rabbit conjunctiva. Life Sci 66:L105–111, 2000
34. Kompella UB, Kim KJ, Lee VH: Active chloride transport in the pigmented rabbit
conjunctiva. Curr Eye Res 12:1041–1048, 1993
35. Shi XP, Candia OA: Active sodium and chloride transport across the isolated rabbit
conjunctiva. Curr Eye Res 14:927–935, 1995
36. Turner HC, Alvarez LJ, Bildin VN, Candia OA: Immunolocalization of Na-K-
ATPase, Na-K-Cl and Na-glucose cotransporters in the conjunctival epithelium. Curr
Eye Res 21:843–850, 2000
37. Turner HC, Alvarez LJ, Candia OA: Cyclic AMP-dependent stimulation of
basolateral K+ conductance in the rabbit conjunctival epithelium. Exp Eye Res
70:295–305, 2000
39
40. Candia OA, Shi XP, Alvarez LJ: Reduction in water permeability of the rabbit
conjunctival epithelium by hypotonicity. Exp Eye Res 66:615–624, 1998
41. Hosoya K, Kompella UB, Kim KJ, Lee VH: Contribution of Na+-glucose
cotransport to the short-circuit current in the pigmented rabbit conjunctiva. Curr Eye
Res 15:447–451, 1996
42. Kompella UB, Kim KJ, Shiue MH, Lee VH: Possible existence of Na+-coupled
amino acid transport in the pigmented rabbit conjunctiva. Life Sci 57:1427–1431,
1995
43. Horibe Y, Hosoya K, Kim KJ, Lee VH: Kinetic evidence for Na +-glucose co-
transport in the pigmented rabbit conjunctiva. Curr Eye Res 16:1050–1055, 1997
44. Kompella UB, Kim KJ, Shiue MH, Lee VH: Cyclic AMP modulation of active ion
transport in the pigmented rabbit conjunctiva. J Ocul Pharmacol Ther 12:281–287,
1996
45. Hosoya K, Ueda H, Kim KJ, Lee VH: Nucleotide stimulation of Cl – secretion in the
pigmented rabbit conjunctiva. J Pharmacol Exp Ther 291:53–59, 1999.
40