Anda di halaman 1dari 11

Nama : Dhefana Aqilla Abdillah Kei

NIM : 04011182126002
Kelompok : B1
Kelas : Beta

Learning Issue
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan teknologi pencitraan
untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit.
Radiologi dapat dibagi menjadi dua bidang yang berbeda, radiologi diagnostik dan
radiologi intervensi. Dokter yang berspesialisasi dalam radiologi disebut ahli
radiologi.

Radiologi diagnostik membantu penyedia layanan kesehatan melihat struktur di


dalam tubuh Anda. Dokter yang berspesialisasi dalam interpretasi gambar-gambar ini
disebut ahli radiologi diagnostik. Dengan menggunakan gambar diagnostik, ahli
radiologi atau dokter lain sering dapat:
a. Diagnosis penyebab gejala
b. Pantau seberapa baik tubuh merespons pengobatan yang diterima untuk penyakit
atau kondisi tertentu
c. Skrining untuk berbagai penyakit, seperti kanker payudara, kanker usus besar,
atau penyakit jantung

Jenis pemeriksaan radiologi diagnostik yang paling umum meliputi:


a. Computed tomography (CT), juga dikenal sebagai computerized axial
tomography (CAT) scan, termasuk CT angiography
b. Fluoroskopi, termasuk GI atas dan barium enema
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Magnetic Resonance Angiography
(MRA) lMamografi
e. Kedokteran nuklir, yang mencakup tes seperti pemindaian tulang, pemindaian
tiroid, dan tes stres jantung talium
f. Foto rontgen polos, yang meliputi foto rontgen dada
g. Tomografi emisi positron, juga disebut pencitraan PET, pemindaian PET, atau
PET-CT bila dikombinasikan dengan CT
h. USG

Ahli radiologi intervensi adalah dokter yang menggunakan pencitraan seperti CT,
ultrasound,
MRI, dan fluoroskopi untuk membantu memandu prosedur. Pencitraan sangat
membantu dokter saat memasukkan kateter, kabel, dan instrumen serta alat kecil
lainnya ke dalam tubuh. Ini biasanya memungkinkan sayatan yang lebih kecil
(pemotongan).
Dokter dapat menggunakan teknologi ini untuk mendeteksi atau mengobati kondisi di
hampir semua bagian tubuh daripada langsung melihat ke dalam tubuh melalui ruang
lingkup (kamera) atau dengan operasi terbuka.
Ahli radiologi intervensi sering terlibat dalam mengobati kanker atau tumor,
penyumbatan di arteri dan vena, fibroid di rahim, sakit punggung, masalah hati, dan
masalah ginjal.
Contoh prosedur radiologi intervensi meliputi:
a. Angiografi atau angioplasti dan penempatan stent
b. Embolisasi untuk mengontrol perdarahan
c. Perawatan kanker termasuk embolisasi tumor menggunakan kemoembolisasi atau
radioembolisasi Y-90
d. Ablasi tumor dengan ablasi frekuensi radio, cryoablasi, atau ablasi gelombang
mikro
e. Vertebroplasti dan kyphoplasty
f. Biopsi jarum dari berbagai organ, seperti paru-paru dan kelenjar tiroid
g. Biopsi payudara, dipandu baik oleh teknik stereotaktik atau ultrasound
h. Embolisasi arteri uterina
i. Penempatan tabung makan
j. Penempatan kateter akses vena, seperti port dan PICCs

Pemeriksaan Radiologi terdiri dari 3 jenis yakni:


1. Konvensional
a. Thorax
Pemeriksaan secara radiologi organ thorax
b. Kepala
Pemeriksaan secara radiologi organ kepala
c. Extermitas
Pemeriksaan secara radiologi organ ektermitas
d. Vetebrae
Pemeriksaan secara radiologi organ vetebrae; vetebrae cervical,vetebrae
thoraxal, vetebrae lumbal, vetebrae sacral, coccigius.
e. Mamography
Pemeriksaan secara radiologi organ payudara dengan menggunakan pesawat
khusus mammography dengan kapasitas kilo volt rendah dan waktu expose
panjang
2. Pemeriksaan khusus
Pemeriksan radiologi dengan bahan kontras. Jenis pemeriksaannya
adalah:
a. Oesophagus
Pemeriksaan secara radiologi organ traktus digestivus pada daerah oesofhagus
dengan menggunakan bahan kontras melalui oral (barium sulfat yang
dilarutkan dalam air 1:1)
b. Maag Duedonum
Pemeriksaan secara radiologi pada organ lambung dengan menggunakan
bahan kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air)
c. Follow Through
Pemeriksaan secara radiologi pada organ usus halus dengan menggunakan
bahan kontras melalui oral ( barium sulfat yang dilarutkan dalam air )
d. Intra Vena Pyelography ( IVP )
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli
– buli dengan menggunakan bahan kontras melalui penyuntikan intravena
e. Appendikogram
Pemeriksaan secara radiologi pada daerah appendik dengan menggunakan
bahan kontras barium sulfat yang di larutkan dalam air yang kemudian di
minum.
f. Retrograde Pyelography (RPG)
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli
– buli) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter
kedalam ginjal dan salurannya. Pemasangan kateter tersebut dilakukan
di kamar operasi
g. Bipoler Uretrogram
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, uretra, buli
– buli) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter
sistomi kedalam buli – buli dan secara retrograde melalui urether.
h. Hystero Salvingography (HSG)
Pemeriksaan secara radiologi pada organ genitalia wanita dengan
menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui uterus dan tuba uterine
i. Myelography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ. canalis medulla spinalis dengan
menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui lumbal fungsi.
j. Fiestelography
Pemeriksaan secara radiologi untuk fistel (kedalaman, hubungan dengan
organ lain) dengan menggunakan bahan kontras dimasukan melalui fistel
tersebut.
3. CT-scan
Pemeriksaan CT scan tanpa
kontras
a. CT Scan Kepala
Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed Tomography pada organ
kepala dan jaringann otak
b. Ct San Thorax
Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed Tomography pada organ
thorax
(mediastinum, jantung, paru)
c. CT Scan Upper Abdomen
Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed Tomography organ
abdomen (diapragma crista illiaca).
d. Ct San Lower abdomen / whole abdomen
Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed Tomography pada organ
lower abdomen (crista illiaca – rectum), whole abdomen dari diapragma
sampai dengan rectum.
e. Sinus paranasal, nasopharynx, larynk, thyroid, orbita
Pemeriksaan dengan cara komputed tomography pada organ sinus paranasal,
nasopharynx, larynk, thyroid dan orbita.
f. Vertebrae
Pemeriksaan dengan cara komputed tomography pada organ vetebrae
(corpus dan discus).
g. Trans Thoracal Biopsi (TTB)
Biopsi jaringan paru melalui thoracal yang dituntun dengan CT Scan.
Pemeriksaan CT scan dengan
kontras
a. CT Scan Kepala
Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed tomography pada organ
kepala dilakukan dengan CT Scan kepala tanpa kontras terlebih dahulu
kemudian memasukan bahan kontras melalui Intra Vena, setelah itui
dilakukan CT Scan kembali.
b. CT Scan sinus paranasal, nasopharynx, larynx, thyroid dan orbita
Pemeriksaan secara radiology dengan cara komputed tomography pada organ
sinus paranasal, nasopharynx, larynx, thyroid, orbita dilakukan dengan CT
Scan masing –masing organ tersebut diatas tanpa kontras terlebih dahulu
kemudian memasukan bahan kontras melalui intra vena, setelah itu dilakukan
CT Scan kembali.
c. CT Scan Upper Abdomen
Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed Tomography pada organ
upper abdomen tanpa kontras kemudian diberi minum bahan kontras dan
disuntikan bahan kontras melalui intra vena kemudian dilakukan Ct Scan
upper abdomen kembali.
d. CT Scan lower abdomen /whole abdomen
Pemeriksaan secara radiologi dengan cara komputed tomography pada organ
lower abdomen / while abdomen dilakukan Ctscan tanpa kontras terlebih
dahulu, kemudian di berikan minum bahan kontras dan juga di berikan cairan
bahan kontras untuk mengisi usus usus besar melalui rectum serta disuntikan
juga kontras secara intra vena. Setelah itu dilakukan Ct scan kembali.
Pada kasus tersebut pemeriksaan radiografi yang diperlukan adalah foto
thoraks paru dengan pertimbangan biaya yang murah, dan minimal radiasi.
(Gambaran foto toraks paru pada orang normal)
Ciri-cirinya adalah:
1. Corakan bronkosvaskular kedua paru normal, tidak ada proses spesifik aktif
maupun tanda-tanda metastasis
2. Cor: bentuk dan ukuran dalam batas normal
3. Kedua sinus dan diafragma baik
4. Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
5. Paru radiolusen
6. Vaskuler paru 2/3 medial
7. Hilus dextra < atau = sinistra
8. Difragma dextra >= sinistra sekitar 2 kosta
9. Sinus lancip
10. Lapiran pleura tidak tampak
11. Iga depan seperti huruf V
12. Iga belakang seperti huruf A

Kelainan pada foto Toraks


1. Infiltrat: gambaran densitas paru yang abnormal yang umumnya berbentuk
bercakbercak atau titik-titik kecil dengan densitas sedang dan batas tidak
tegas. Merupakan proses aktif paru
2. Fibrosis: jaringan parut dnegan gamabran umumnya berbentuk garis atau pita
dengan batas yang tegas dan densitas yang tinggi. merupakan gambaran suatu
proses lama dari peradangan paru.
3. Klasifikasi: deposit kalsium/ kapur yanga da pada foto toraks memiliki
gambaran bercak atau titik dnegan densitas yang tinggi menyerupai jaringan
tulang, merupakan pertanda dari proses lama pada paru.
4. Bullae: suatu akntong berdinding tipis yang berisi udara, umunya disebabkan
oleh destruksi alveolus kemudian terisi oleh udara. Bullae baisnaya terletak
dekat dengan pleura/perifer paru. Gambaran adalah area avaskular berbentuk
bulat berdinding tipis
5. Kista: suatu rongga yang spheris, berdinding tipis nongranulomatosus, berisi
udara, cairan atau semifluid material
6. Kavitas: bentuk rongga udara yang lain dalam paru. Istilah ini biasanya
diperuntukan bagi rongga yang terbentuk akibat nektrosis jaringan, tidka
seperti bullae. Dinding yang tebal dan tidka teratur merupakan gamabran yang
membedakan dengan bullae atau bleb
7. Abses: suatu rogga yang diabtasi jaringan granulasi yang didalamya terdapat
pus. Gamabrannya berupa kavitas dengan air fluid level berdinding tebal
dengan area konsodilasi disekitarnya
8. Tuberkuloma: merupakan cairan sarang-sarang perkijuan (caseosa)
berbentuk bulat/nodul dengan diameter 0,5-4 cm yang terjadi pada TB paru
post primer.
9. Pelura effuion: cairan yang berlebihan diantara kedua pleura (viseralis dan
pareitalis) dapat dibedakan oleh infeksi, tumor, atau kelianan sistemik.
Gamabrannya adalah konsodilasi homogen di struktur paru bawah dengan
meniscus sign, berjalan dari lateral atas menuju ke medial bawah disebut juga
denga elis line
10. Pneumotoraks: terkumpulnya udara pada rongga pleura, yang membrikan
gamabran berupa area hiperlusen avaskular di daerah perifer paru. Jika luas
akan memberikan efek pendorongan terhadap paru (menjadi kolaps) dan
pendorongan mediastinum
11. Swarte: penebalan pleura akibat penyakit pleura yang kronis (pleuritis atau
pneumotoraks berulang) sehingga terjadi penimbunan jaringan ikat dan
kalsifikasi.
12. Tumor paru: Pertumbuhan abnormal dari jaringan paru yang memberikan
gambaran berupa konsolidasi. Pada massa yang ganas memberikan
konsolidasi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur dan dapat menyebabkan
emfisema setempat, atelektasis, peradanganatauefusi pleura. Pada massa jinak
gambaran berupa konsolidasi homogeny berbatas tegas.
13. Tumor mediastinum: tumor yang terdapat di mediastinum, misalnya tiroid,
kista bronkogenik, limfomadan teratoma. Gambarannya berupa konsolidasi di
mediastinum atau mediastinum yang melebar, membentuksudut yang lancip.
14. Emfisema: suatu keadaan, dimana paru lebih banyak berisi udara sehingga
ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun vertical ke arah
diafragma. Gambaran paru menjadi lebih radiolusen, bentuk torakseringkali
menjadi kifosis, diafragma letak rendah dengan diafragma mendatar dan sela
iga melebar.
15. Kardiomegali: pembesaran jantung yang ditandai dengan CTR
(membandingkan lebar jantung dan lebar dada pada fotothoraks PA) lebih dari
50% pada posisi PA.
16. Elongasi Aorta: seringkali didapatkan pada orang tua, aorta (aorta asenden,
arkus aorta dan aorta desenden) memanjang, kadang-kadang disertai
pelebaran aorta. Aorta asenden menjadi batas jantung sisi kanan atas, agak
konvek, arkus menjadi lebih menonjol, dapatdiukur jarak antara arkus aorta
dengan pertengahan klavikula yang kurang dari 2 cm.
17. Dilatasi Aorta: gambaran aorta yang melebar, aorta melebar lebih dari 4 cm
dihitung dari procc. spinosus vertebra torakal setinggi arcus aorta.
18. Kalsifikasi Aorta: gambaran bintik-bintik perkapuran pada proyeksi aorta.
19. Edema Paru: pembengkakan paru akibat tingginya aliran darah paru.
Gambaran corakan bronkovaskular yang meningkat sampai kranialisasi,
penebalan dinding interlobular dan cuffing peribronkial.
20. Bronkiektasis: dilatasi bronkus, terjadi karena adanya obstruksi dan
peradangan yang kronis. Gambarannya berupa lesi kistik atau cincin- cincin
ektasis multiple seperti sarang tawon yang umumnya terdapat dilapangan
bawah paru, atau gambaran garisgaris translusen yang panjang menuju ke
hilus dengan bayangan konsolidasi disekitarnya.

21. Atelektasis: kolaps paru, gambaran udara/lusensi pada jaringan paru


berkurang, dapat terjadi karena sumbatan bronkus oleh karena tumor maupun
kelenjar para hiler yang membesar. Gambaran radiologis berupa konsolidasi
homogen (densitastinggi), dengan penarikan mediastinum ke arah jaringan
kolaps, diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.
22. Pneumonia: merupakan peradangan infeksi non spesifik, gambaran
radiologis berupa konsolidasi dapat sebagian atau seluruh paru.
23. TB milier: penyebaran hematogen dari TB dengan gambaran bercak halus
multiple berukuran 2-3 mm di seluruh paru.
24. Metastasis paru: adalah penyebaran tumor di paru dari tumor primer di
tempat lain. Gambaran bermacam-macam, dapat berupa nodul multipel,
konsolidasi menyerupai pneumonia, golf ball, lymphangitic spread atau efusi
pleura.
25. Pleuro pneumonia: proses peradangan pada pleura dan jaringan paru,
ditandai opasitas di manadiafragma menjadi kabur serta gambaran kalsifikasi
dari pleura atau penebalan pleura.
26. Hidropneumothoraks: adanya cairan dan udara pada rongga pleura. Pada
posisi PA dan tegak tampak gambaran air fluid level pada rongga pleura
dengan sinus kostoprenikus yang terisi tanpa corakan bronkovaskular, sudut
kostofrenikus tumpul, tidak ada elis line. Kadang terdapat pendorongan paru
ke arah kontrala teral.

Pemeriksaan foto toraks memegang peranan penting dalam membantu diagnosis


TB pada ODHA dengan BTA negatif. Namun perlu diperhatikan bahwa gambaran
foto toraks pada ODHA umumnya tidak spesifik (dapat dijumpai pada penyakti
lain) terutama pada stadium lanjut. Dengan demikian pemeriksaan foto toraks saja
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB kecuali adanya gambaran TB
milier.
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi ialah
foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada pemeriksaan
sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan
hapusan positif perlu dilakukan foto toraks bila:
a. Curiga adanya komplikasi (misal: efusi pleura, pneumotoraks)
b. Hemoptisis berulang atau berat
c. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +
Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.
a. Gambaran radiologi yang dicurigai lesi Tb paru aktif
b. Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan
segmen superior lobus bawah paru.
c. Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
nodular.
d. Bayangan bercak milier.
e. Efusi Pleura
Gambaran radiologi yang dicurigai Tb paru inaktif.
a. Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau
segmen superior lobus bawah.
b. Kalsifikasi.
c. Penebalan pleura.
d. Foto toraks sangat baik digunakan untuk melihat gamabran pada sisi anterior
– posterior toraks. Sedangkan pada anak-anak lebih baik dilihat apabila untuk
melihat sisi lateral dari dinding toraks.
Daftar isi
Anonim. “Imaging and Radiology: MedlinePlus Medical Encyclopedia.” Medlineplus.gov, 1
Apr. 2022,
medlineplus.gov/ency/article/007451.htm#:~:text=Radiology%20is%20a%20branch
%20 of.
Nakashima, Justyn, and Hieu Duong. “Radiology, Image Production and Evaluation.”
PubMed, StatPearls Publishing, 2020, www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553145/.

Anda mungkin juga menyukai